Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 43

TEKNIK REAKSI KIMIA 2

Steady State Reactor Non-Isothermal

Kelompok 7
Nama Anggota
Adenia Gita Dianty

(1306392960/ Teknik Kimia)

Ariny Lastarya Putri

(1306449151/ Teknik Kimia)

Atikah Ridhowati

(1306392922/ Teknik Kimia)

Linggar Anindita

(1306392954/ Teknik Kimia)

Sheila Nabila Putri

(1306392821/ Teknik Kimia)

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Depok
2016

Problems 8.2A
(m) Example T8-3. Load the Polymath problem from the CD-ROM for this exothermic
reversible reaction with a variable coolant temperature. The elementary reaction
A + B 2 C
has the following parameter values for the base case.
E = 25 kcal/mol

CPA = CPB = CPC = 20 kal/mol/K

HRX = -20 kcal/mol

CP1 = 40 kal/mol/K

k=

0,004 d m6
mol . kg . s

@ 310 K

Kc = 1000 @ 303 K
= 0,0002 / kg
FA0 = 5 mol/s
CT0 = 0,3 mol/dm3

Ua
cal
=0,5
B
kg . s . K
Ta = 320 K
m
c =1000 g /s
CPC = 18 cal/g/K
1 = 1

Vary the following parameters and write a paragraph describing the trends you find for
each parameter variation and why they work the way they do. Use the base case for
parameters not varied. Hint: See Selftests and Workbook in the Summary Notes on the
CD-ROM.
a) FA0: 1 < FA0 < 8 mol/s
b)

1 : 0,5 < 1 < 4


*Note: The program gives

= 1,0. Therefore, when you vary

1 , you will

need to account for the corresponding increase or decrease of C A0 because the total
concentration, CT0, is constant.
c)

Ua
B : 0,1 <

Ua
B

< 0,8

cal
kg . s . K

d) T0 : 310 K < T0 < 350 K


e) Ta : 300 K < Ta < 340 K
f)

m
c :1< m
c < 1000 g/s

T 0=350 K ,

Ua
cal
mol
=0,5
,T a 0=320 K , F A 0=5
, 1=1
b
kg . s . K
s

g) Repeat (e) and (f) for counter current coolant flow.


h) Determine the conversion in a 5.000 kg fluidized CSTR where UA = 500 cal/s.K
with Ta = 320 K and b = 2 kg/m3
i) Repeat (a), (b), and (d) if the reaction were endothermic with K c = 0,01 at 303 K and
HRX = +20 kcal/mol.

Jawab
Untuk meneyelsaikan soal ini dapat digunakan Polymath denggan memasukkan persamaan
dan data-data sebagai berikut
-

Indep Variabel : W

Solve with : RFK45

Differential equation
-

d(T)/d(W)=(Uarho*(Ta-T)+(-ra)*(-Hr))/(Fao*sumcp) #

d(X)/d(W)=-ra/Fao #

d(T)/d(W)=Uarho*(T-Ta)/(Mc*Cpmc)

d(y)/d(W)=-alpha/2*(T/To)/y

Explicit Equation
-

alpha=.0002 #

To=350 #

Uarho=0.5 #

Mc=200 #

Cpmc=18 #

Hr=-20000 #

Fao=5 #

thetal=1 #

Cpl=40 #

CpA=20 #

thetaB=1 #

CpB=20 #

Cto=0.3 #

Ea=25000 #

Kc=1000*(exp(Hr/1.987*(1/303-1/T))) #

ka=.004*exp(Ea/1.987*(1/310-1/T)) #

yao=1/(1 +thetaB+thetal) #

xe=Kc^0.5/(2+Kc^0.5) #

Cao=yao*Cto #

sumcp=(thetal*Cpl+CpA+thetaB*CpB) #

Ca=Cao*(1-X)*y*To/T #

Cb=Cao*(1-X)*y*To/T #

Cc=Cao*2*X*y*To/T #

ra=-ka * (Ca *Cb-Cc^2/Kc) #

W(0)=0

Ta(0)=320

y(0)=1

T(0)=330

X(0)=0

W(f)=4500

Dari program tersebut, didapat hasil sebagai berikut.

Differential equations
1 d(Ta)/d(W) = Uarho*(T-Ta)/(Mc*Cpmc)
2 d(y)/d(W) = -alpha/2*(T/To)/y
3 d(T)/d(W) = (Uarho*(Ta-T)+(-ra)*(-Hr))/(Fao*sumcp)
4 d(X)/d(W) = -ra/Fao
Explicit equations
1
alpha = .0002
2
To = 350
3
Uarho = 0.5
4
Mc = 200
5
Cpmc = 18
6
Hr = -20000
7
Fao = 5
8
thetal = 1
9
Cpl = 40
10
CpA = 20
11
thetaB = 1
12
CpB = 20

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Cto = 0.3
Ea = 25000
Kc = 1000*(exp(Hr/1.987*(1/303-1/T)))
ka = .004*exp(Ea/1.987*(1/310-1/T))
yao = 1/(1 +thetaB+thetal)
xe = Kc^0.5/(2+Kc^0.5)
Cao = yao*Cto
sumcp = (thetal*Cpl+CpA+thetaB*CpB)
Ca = Cao*(1-X)*y*To/T
Cb = Cao*(1-X)*y*To/T
Cc = Cao*2*X*y*To/T
ra = -ka * (Ca *Cb-Cc^2/Kc)

General
Total number of equations

28

Number of differential equations

Number of explicit equations

24

Elapsed time

1.157 sec

Solution method

RKF_45

Step size guess. h

0.000001

Truncation error tolerance. eps

1.1

a. Pada laju alir FA0: 1 < FA0 < 8 mol/s dapat diketahui kenaikan laju alir akan meningkatkan
suhu akhir pendingin sehingga hubungan keduanya berbanding lurus. Hal ni juga terjadi
pada hubungan antara laju alir dengan suhu reaksi dalam reaktor dan nilai konversi.
Namun, hubungan antara laju alir dengan rasio tekanan berbanding terbalik.

b. Pada nilai

1 : 0,5 <

< 4, dapat diketahui bahwa hubungan nilai dengan suhu

akhir air pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai konversi berbanding terbalik.
Sedangkan hubungan antara nilai dengan rasio tekanan ialah berbanding lurus.

c. Pada nilai

Ua
B : 0,1 <

Ua
B

< 0,8

cal
kg . s . K , dapat diketahui hubungan nilai

Ua
B

dengan suhu akhir air pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai konversi ialah

berbanding terbalik. Sedangkan antara nilai


berbanding lurus.

Ua
B

dengan rasio tekanan hubungannya

d. Pada suhu reaktor T0 : 310 K < T0 < 350 K, kita mengetahui bahwa hubungan suhu reaktor
dengan suhu akhir air pendingin, rasio tekanan, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai
konversi adalah berbanding lurus.
e. Untuk suhu air pendingin Ta : 300 K < Ta < 340 K, dapat diketahui hubungan suhu air
pendingin dengan suhu akhir pendingin dan suhu reaksi dalam reaktor adalah berbanding
lurus. Sedangkan, hubungan antara suhu air pendingin dengan rasio tekanan dan nilai
konversi adalah berbanding terbalik.

f. Pada laju alir massa

m
c

m
c

:1<

< 1000 g/s, dapat diketahui ahwa hubungan laju

alir massa dengan suhu akhir pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai konversi
adalah berbanding terbalik. Sedangkan hubungan laju alir massa dengan rasio tekanan
adalah berbanding lurus.
g. Jika aliran berlawanan arah, hubungan antara suhu air pendingin dengan suhu akhir air
pendingin, rasio tekanan, dan nilai konversi adalah berbanding lurus. Selain itu, hubungan
laju alir massa dengan suhu akhir pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, rasio tekanan, dan
nilai konversi pun berbanding lurus pada aliran berlawanan arah.
h. Apabila menggunakan CSTR terfluidisasi 5000 kg dengan parameter UA = 500 kal/s.K, T a
= 320 K dan b = 2 kg/m3 adalah 10,81%.
Variable
W
Ta
y
T
X

1
2
3
4
5

Initial value
0
320
1
330
0

Minimal value
0
320
0.2790449
321.13323
0

Maximal value
5000
323.7021
1
330
0.1080957

Final value
5000
323.7021
0.2790449
323.70502
0.1080957

i. Pada reaksi endotermik dengan parameter


Kc = 0,01 dan HRX = +20 kkal/mol
-

Hubungan laju alir dengan suhu air pendingin ialah berbanding lurus. Namun, anatara
laju alir dengan suhu reaksi sistem, nilai konversi, dan rasio tekanan adalah
berbanding terbalik

Hubungan nilai dengan suhu air pendingin dan suhu reaksi dalam reaktor adalah
berbanding lurus

Nilai dengan rasio tekanan dan nilai konversi adalah berbanding terbalik.

Hubungan nilai

Hubungan

Ua
B

Ua
B

dengan suhu air pendingin adalah berbanding lurus

dengan suhu reaksi sistem, rasio tekanan, dan nilai konversi adalah

berbanding terbalik.

Problems 8.8A
The elementary irreversible gas-phase reaction
AB+C
is carried out adiabattically in a PFR packed with catalyst. Pure A enters the reactor at a
volumetric flow rate of 20 dm3/s at a pressure of 10 atm and a temperature 450 K.
a. Plot the conversion and temperature down the PFR until an 80% conversion (if
possible) is reached. (The maximum catalyst weight that can be packed into PFR is 50
P = 0.0

kg). Assume that

b. What catalyst weight is necessary to achieve 80% conversion in CSTR?


c. Write a question that requires critical thinking and explain why your question requires
critical thinking. [Hint : See Preface Section B.2.]
d. Now take the pressure drop into account in the PFR.
dP T
=
dW . 2 T 0

( )

Po
P
Po

( )

(1+ X )

The reactor can be packed with one of two particle sizes. Choose one.
=0.019 /kg cat. for particle diameter D1
=0.0075 /kg cat. for particle diameter D2

Plot the temperature, conversion, and pressure along the length of the reactor. Vary the
parameters

and Po to learns the ranges of values which they dramatically affect

the conversion.
Additional information :

C P =40 J/mol. K

C P =25

H A =70 kJ/mol

H B =50

J/mol. K
kJ/mol

C P =15
C

H C =40

J/mol. K
kJ/mol

All heats of information are referenced to 273 K


E 1
1
dm3
k =0.133 exp

with E=31.4 kJ /mol


R 450 T kg . cat . s

[(

)]

Jawaban
(a) A + B C
-

Persamaan kesetimbangan spesi :


'
dX r A
=
dW F A 0
3

v 0 =20 dm /s
P0=10 atm
-

Stoikiometri
C A =C A 0

1X T
( 1+X
) T , where =1
X T
( 1
1+ X ) T
0

C A =C A 0

Persamaan laju reaksi :

r A=k C A , with k=0.133exp

[(

E 1
1

R 450 T

)]

E = 31400
H rxn=20.000 J /mol
-

Persamaan energy balance

T =T o+

X [ H R ( T 0 ) ]
~
C + X ~
C

pi

C p=15+2440=0

T =450+

20.000 X
=450+500 X
40

Persamaan di atas dimasukkan ke dalam DEQ Polymath untuk menyelesaikan soal

Hasil dari penyelesaian menggunakan polymath adalah sebagai berikut :

Grafik yang diperoleh adalah :

(b) Species Balance for CSTR


W CSTR =

FA 0 X
r 'A

T =450+500 X =450+ 500 ( 0.8 )=850 K


k =0.133 exp

)]

31400 1
1

=6.9
8.314 450 850

Wcstr = 39.42 kg

(c) Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan critical thinking :

Apakah pengaruh dari jenis reaksi dalam persoalan ini?

Bila reaksi dalam soal ini diganti menjadi reaksi reversibel, apakah reaksi ini akan
berpengaruh terhadap nilai konversi yang dihasilkan? Lalu apakah reaksi reversibel
akan memperbesar atau memperkecil nilai konversi yang dihasilkan?

Adakah pengaruh jenis reaktor dalam soal ini? Apabila reaktor diganti menjadi CSTR
apakah nilai konversi yang dihasilkan akan semakin naik atau turun? Lebih
menguntungkan menggunakan PFR atau CSTR?

Pertanyaan-pertanyaan diatas merupakan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran kritis


dikarenakan untuk menjawabnya dibutuhkan hasil yang real dan valid, tidak boleh
menjawab sembarangan. Pertanyaan di atas merupakan pertanyaan yang bisa dijawab
hanya dengan melakukan perhitungan yang benar dengan melakukan analisis masalah
dalam soal, mengaplikasikan algortima untuk menyelesaikan soal tersebut, mencari
informasi terkait persamaan yang digunakan, menggunakan logika berfikir, dan
memprediksi asumsi-asumsi, sehingga diperoleh jawaban yang valid dan sesuai dengan
logika.

(d) Karena terjadi penurunan tekanan, diperlukan persamaan tambahan, yaitu :


dP T
=
dW
2 T0

( )

P0
P
P0

( )

C A =C A 0

(1+ X )

X T P
( 1
1+ X ) T P
0

Persamaan di atas dimasukkan ke dalam DEQ Polymath

Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Grafik yang diperoleh adalah sebagai berikut

Problems P8-19c
The first-order irreversible liquid-phase reaction :

A B
Is to be carried out in a jacketed CSTR. Pure A is fed to the reactor at a rate of 0,5 g mol/min.
The heat-generation curve for this reaction and reactor system,
G ( T )=

H RX
1+1/( k)

Is shown in Figure P8-19.


a. To what inlet temperature must the fluid be preheated for the reactor to operate at a high
conversion?
b. What is the corresponding temperature of the fluid in the CSTR at this inlet temperature?
c. Suppose that the fluid is now heated 50C above the temperature in part a and then cooled
100C, where it remains. What will be the conversion?
d. What is the extinction temperature for this reaction system?
e. Write a question that requires critical thinking and then explain why your question
requires critical thinking.
Additional Information:
Heat of reaction (constant) [

H RX

] = - 100 cal/gmol A

Heat capacity of A and B

= 2 cal/g.mol.oC C P =0 karena Ws = 0

Heat transfer coef. x area [UA]

= 1 cal/min.oC

Ambient temperature [Ta]

= 100 oC

Jawaban:

Diketahui:

FA0 = 0.5 gmol/min


H RX = (konstan) = - 100 cal/gmol A
C pA =C pB = 2 cal/gmol. oC
UA

= 1 cal/min. oC

T a (temperatur ambient) = 100 oC


Untuk menjawab soal-soal diatas, diperlukan untuk membuat terlebih dahulu kurva ignitionextinction. Untuk membuat nya, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

Membuat kurva G(T), R(T) s T

Untuk membuat kurva ini, harus dihitung R(T) yang kemudian di plot ke dalam kurva
G(T). Kura G(T) sudah diberikan di dalam soal, dan dibuat ulang menjadi seperti
berikut :

Kurva G(T)
120
100
80

G(T)

60
40
20
0
120 130 140 150 160 170 180 190 200 210
T

Setelah itu, mencari nilai R(T) untuk berbagai macam To. Persamaan yang digunakan
untuk mencari R(T) adalah :
R ( T )=C P 0 (1+ )(T T c )
Dengan :

UA
CP0 F A0

T c=

T a +T 0
1+

Untuk nilai T0 kami mengambil 8 variasi T0 sehingga didapatkan pula 8 kurva R(T). T0
yang digunakan adalah :

1800C
1900C
1970C
2020C

T01 =
T02 =
T03 =
T04 =

T05 =
T06 =
T07 =
T08 =

2060C
2100C
2130C
2200C

Kemudian melakukan perhitungan R(T) dengan hasil perhitungan disajikan dalam


tabel berikut :
T

G(T
)

R
(
T
0

R
(
T
02

R
(T
03

12

14
0

15
0

R
(
T
0

R
(
T
0

R
(
T
0

R
(
T
0

)
-

12,

0
-

4
-

4
-

2
-

0
-

6
-

0
-

54

40

6
-

0
-

10

13

R
(
T

2
15,

0
-

19

18

7
17,

90

06

16

8
22,

25

73
16

4
28,

3,

23

9,

38

92

85,

4
1

4
1

4
7

4
6

4
6

4
5

4
4

64

33

4
94,

51

46

7
97,

32

05

4
10

51

4,

74

17
0

18
0

19
0

20
4,

Kemudian, kita mem-plot satu persatu nilai R(T) diatas ke dalam kurva G(T).

Grafik yang didapat adalah sebagai berikut :

Grafik G(T),R(T) vs T
120

100

Kurva G(T)

80

To=180
To=190
To=210

G(T), R(T)

To=202

60

To=197
To=213
To=220

40

To=206

20

0
120

130

140

150

160

170
T

180

190

200

210

Mencari nilai Ts dari tiap T0


Setelah kurva G(T),R(T) vs T didapatkan kemudian mencari nilai T s untuk masingmasing variasi T0. Berdasarkan grafik diatas, didapatkan data-data sebagai berikut :
Entering
Temperatur
e

Reactor Temperature (Ts)

180

143
,02
33

190

145

197

1
4
8
,
5
1
1
6

1
6
9
,
7
6
7
4

202

1
5
0
,
9
3
0
2

166
,65
12

1
7
4
,
1
8
6

206

1
5
8
,
3
7
2
1

165
,58
14

1
7
6
,
2
7
9
1

210

1
5
4
,
8
8
3
7

213

1
6
3
,
1
3
9
5

220

164
,06
98

184
,06
98

1
7
8
,
6
0
4
7

1
8
0
,
2
3
2
6

Nilai nilai Ts diatas didapat dari hasil interpolasi perpotongan kurva G(T) dan R(T) .
Membuat kurva Ignition-Extinction
Setelah itu, nilai-nilai Ts diatas di plot ke dalam grafik. Grafik yang dibuat adalah grafik
Ts vs T0. Grafik yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Kurva Ignition - Extinction


190
180
170

Ts

160

Steady State

150

Unsteady State

140
130
120
170 180 190 200 210 220 230
To

a. To what inlet temperature must the fluid be preheated for the reactor to operate at a high
conversion?
Untuk mendapatkan konversi yang tinggi, fluida yang dipanaskan harus mencapai suatu
suhu, dimana suhu tersebut dapat membuat suhu reaktor berubah dari keadaan lower steady
state ke keadaan upper steady state. Ketika mencapai keadaan suhu upper steady state,
apabila dicocokkan dengan kurva G(T), titik ini merupakan titik dengan nilai G(T) yang
tinggi. Nilai G(T) sebanding dengan nilai konversi (X), yang ditunjukkan persamaan berikut
:

G ( T )=( H 0RX ) X

Ketika nilai G(T) tinggi, maka konversi yang akan didapatkan pun akan tinggi pula.
Keadaan upper steady state, jika dilihat dalam kurva ignition-extinction pertama kali didapat
ketika nilai T0 = 213oC. Oleh sebab itu, untuk mencapai keadaan upper steady state ini, suhu
awal masuk fluida harus mencapai T0 213oC .
b. What is the corresponding temperature of the fluid in the CSTR at this inlet temperature?
Ketika suhu inlet nya = 2130C, apabila dilihat di dalam kurva ignition-extinction dapat
dilihat hubungan antara fluida yang baru masuk dan fluida di dalam CSTR. Jika ditarik garis
lurus, akan didapatkan suhu lower steady state

163,1395oC dan upper steady state

180,23260C ketika suhu inlet nya (T0) = 2130C.


c. Suppose that the fluid is now heated 5 0C above the temperature in part a and then cooled
100C, where it remains. What will be the conversion?
Berdasarkan jawaban sebelummya, berarti ketika fluida dipanaskan 5 0C lebih panas dari
suhu awal, dan kemudian didinginkan, berarti suhu akhir T0 nya adalah 2080C.
Pada saat suhu T0 nyada adalah 2080C, maka Ts yang dicapai adalah keadaan upper
steady state, yaitu Ts = 177,40740C . Kemudian, nilai G(T) nya ketika suhu 177,40740C
adalah 93,89474.
Nilai konversi nya adalah :
G(T )
93,89474
X = H 0 = 100 =0,93895
RX
Konversi yang didapat adalah 93,895%
d. What is the extinction temperature for this reaction system?
Temperatur extinction adalah temperatur ketika terjadi perubahan temperatur steady, akan
mengalami penurunan temperatur yang cukup signifikan. Perubahan ini terjadi dari keadaan
upper steady ke keadaan lower steady. Dapat terlihat di dalam grafik, tempratur extinction
dari sistsem ini adalah 1970C . Penurunan suhu steady ini terjadi ketika pada suhu extinction
diturunkan sedikit saja dari 1970C (<1970C) sehingga akan mencapai keadaan steady
148,51160C.
e. Write a question that requires critical thinking and then explain why your question
requires critical thinking.
Pertanyaan : apabila suhu pendingin reaktor (Ta) diturunkan, apakah yang akan terjadi
terhadap konversi ? apakah konversi akan meningkat, atau menurun?

Kemudian, apabila dikaitkan dengan kurva G(T) dan R(T) diatas, apakah yang akan
mempengaruhi

konversi

secara

tidak

langsung

ketika

suhu

pendingin

diturunkan/dinaikkan ?
Kedua pertanyaan ini menurut kami dapat membantu kita untuk menentukan suhu
pendingin yang optimum agar konversi yang dicapai dapat maksimal.

SIMULASI REAKSI EKSOTERMIS REVERSIBEL AMMONIA (NH3)


Reaksi reversibel amonia adalah :

1
3
N 2+ H 2 NH 3
2
2

Komposisi senyawa reaktan dan produk (dalam fraksi mol) :

H2
= 0,5148

N2
= 0,1833

NH3 = 0,0141

Ar
= 0,0574

CH4 = 0,2304
Data-data pendukung mengenai reaktor dan kondisi reaksi adalah sebagai berikut :

0=2,4644 lb / ft 3 39,477 kg /m3

Dp=0,00328 ft =0,001 m

=0,5

=1,993. 102

Cp=0,0482 lb/ft . hr=0,07175 kg /m. hr

U=2,718 kW /m . C

T 0 =97 8o R=270 C=543,15 K

gc =4,17.10 lbm ft /lbf . h

b=78

lb
kg
=1250 3
3
ft
m

R=8,314

kJ
kmol . K

T b=270 C

Neraca Mol

Persamaan desain untuk reaktor PFR:


dx
FA 0
=r A '

dW

Persamaan dari rate law nya :


r 'A=5,76 [ k . f ( Basis )k ' . f ( Basis) ]

Secara Stoikiometri:

N 2 +3 H 2 2 NH 3
Dengan koefisien reaksi tersebut maka nilai = -2;
=2 0,1833=0,3666

Pi=C i ( RT ) =P A 0

( i+ v i x ) P
( 1+ x ) P0

P A 0=148.0385 x 0.183=27.13546 atm

CH =

Ar =

0.0574
=0.31315
0.1833

H =

0.05148
=2.8085
0.1833

NH =

0.2304
=1.257
0.1833

0.0141
=0.0769
0.1833

p NH 3
1/ 2

3 /2

'

k ( p N2 . pH 2 ) k

5.76
dx r A
=
=
dW F A 0

[ ((

5.76 k
dx r A
=
=
dW F A 0

(1x )
P
.
(10.3666 x ) Po

1 /2

) (

(2.80853 x ) P
.
(10.3666 x ) Po

. PA 0

3/ 2

) (
'

k PA0

(0.0769+ 2 x) P
.
(10.3666 x ) Po

F A0

[ ((

5.76 k ( P A 0 )2
dx r A
=
=
dW F A 0

1
2

3 /2

( 1x ) (2.80853 x)
(10.3666 x )2

FA 0

(0.0769+ 2 x ) P
P
k' PA 0
.
Po
(10.3666 x ) Po

))

) )]


dx r A
=
=
dW F A 0

5.76 (P A 0 )

( PP ) k ( P

FA0

( )(

P
A 0)
P0

1/ 2

( 1x ) ( 2.80853 x )
(10.3666 x )2

3 /2

) (
k'

(0.0769+2 x)
(10.3666 x)

)]

dx
=
dW

5.76(27.13456)

P
( 148.0385
) k ( 27.13456 )

9615

P
148.0385
1/ 2

)(

( 1x )1 /2 ( 2.80853 x )3/ 2
(0.0769+2 x )
k'
2
(10.3666 x)
(10.3666 x)

( 1x ) ( 2.80853 x )
dx
4
=1.0981 x 10 P k ( 0.1833 )
2
dW
(10.3666 x )

) (

3 /2

) (
k

'

(0.0769+2 x)
(10.3666 x )

)]

1/ 2
3 /2
b ( D )
( 1x ) ( 2.80853 x )
dx
4
' (0.0769+2 x)
=
1.0981 x 10 P k ( 0.1833 )
k
2
dL
4
(10.3666 x )
(10.3666 x )

) (

Neraca Energi
'
dT ( 4 U /b . D ) (TaT ) +(r A ) [ H Rx (T ) ]
=
dW
F A 0 ( i .Cpi+ x Cp )

H Rx ( T ) = H Rx ( T R ) + ( T T R ) +

Reaksi :

1
3
N 2+ H 2 N H 3
2
2

( T T R2 )+ 3 (T 3T R 3)
2

)]

)]

3
1
= NH H N =( 35.15 ) ( 28.84 ) ( 29 )=22.61
2
2

3
1
=( 2.954 x 102 ) ( 0.00765 x 102 ) ( 0.2199 x 102 )=0.028326
2
2

3
1
=( 0.4421 x 105 ) ( 0.3288 x 105 ) ( 0.5723 x 102) =3.3725 x 106
2
2

H Rx ( T ) =9.142 x 10422.61 ( T 25 ) +

0.028326 ( 2
3.3725 x 106 ( 3
T 252 )
T 253 )
2
3

i .Cpi=H 2 .Cp H 2+ N 2 . Cp HN 2 + NH 3 . Cp NH 3+ CH 4 . CpCH 4 +ar .Cpar

2.8085 x ( 28.84+ 0.00765 x 102 T +0.3288 x 105 T 2 ) + ( 29+ 0.2199 x 102 T +0.5723 x 105 T 2 ) + 0.0769 ( 35.

i .Cpi=162.342+0.0734 T + 1.99 x 105 T 2

2.718 kW /m C

4
4U
UA =
=
b D

i . Cpi+ x Cp

F A0
'
dT UA ( TaT ) + (r A ) [ H Rx (T ) ]
=

dW

W=

b D
.L
4

i . Cpi+ x Cp

F A 0 ( )
'
UA ( TaT )+ (r A ) [ H Rx (T ) ]

b D 2
dT
=
.
dL
4

Dimana :

)(

2
b D
1250 3
=
=8835.73 kg/m
4
4

Neraca Momentum

Persamaan Ergun :

( 1 ) G(1+x)
P T0
0
D p 3 gc
P0 T

((

dP
=
dL

)( )

150 ( 1 )
+1.75 G
Dp

0.5148 x 2.016+0.1833 x 28.02+ 0.0141 x 17.03+ 0.2304 x 16.04+ 0.0574 x 39.94


Fi Mi = 1.102 x 105
G=
Ac
76.0853 ft

G=17963.0257 lb/ft 2 h r

4.17 x 10
150(0.0482) ( 0.5 )
P
270
2.4644
0.00328( 0.5)3 ()
+1.75(17963.0257)
148.0385 T
0.00328
1
1
( 10.5 ) (17963.0257 )( 10.3666 x )
(
)
144 14.7

dP
=
dL

)( )

( )

(5.5214 x 106 ) ( 10.3666 x )

dP
=
dL

dP 0.1796522 ( 10.3666 x ) T
=
dL
P

( 1441 )( 14.71 ) [1102.134146 +31435.295 ]

Evaluasi kinetika reaksi:

1
3
N + H NH 3
2 2 2 2

r NH 3=K . f ( Basis )K . f (Basis )

r N 2 =2 A . exp

'

r N 2 =2 A . exp

( pN
( E
RT )

1/ 2
2

. p H 12 /2 ) A ' exp

( pN
( E
RT )

1/ 2
2

. p H 2 ) A exp

'

1 /2

'

( ERT ' )( p NH )] ;r
3

N2

dalam

( ERT ' )( p NH )] .( 3600


)
3

;r N 2 dalam

kgmol
kg katalis . hr

Karena reaksi reversibel, maka :


Laju reaksi ke kanan :

Laju reaksi ke kiri :

kgmol
.s
3
m

A=10 . 000 kgmol /m . s


E=91. 000 kJ /kmol

'

10

A =1 , 3 10 kgmol/m . s

E' =1 , 41 105 kJ /kmol

4
5
Molar flow = 5 10 kgmol/h r =1,102 10 lbmol /h r

F A 0=5 10 kgmol /h r 0,1833=9165 kgmol /h r

H RX0 ( 25 C )=3,9 104 Btu/lbmol=9,142 10 4 kJ / kmol

Secara termodinamika, konstanta kesetimbangan berdasarkan tekanan parsial masing-

masing pereaksi :

Saat keadaan setimbang :

Maka,

KP=

NH 3
1 /2
1 /2
N2
H2

k
k'

r N 2 =0

( )(

P
k ( 27,13546 )
P0

( 1 X ) 2 ( 2,80853 X ) 2
0,0769+2 X
=k '
2
10,3666 X
( 10,3666 X )
2

(10,3666 X e )
k ( 0,0769+2 X e )
P
1
=

1 /2
3/2
k ' ( 10,3666 X e ) ( 1X ) ( 2,80853 X )
P 0 27,13546

K P=

( )(

2
k ( 0,0769+2 X e ) (10,3666 X e ) P
=
( 0,03682 )
1 /2
3 /2
k'
P0
(1X ) ( 2,80853 X )

( )

Untuk menemukan solusi persamaan ini, maka digunakan tool Solver.

Data kapasitas kalor Cp untuk masing-masing pereaksi :


2

C P H =28,84+0,00765 10 T + 0,3288 10 T

C PN H =35,15+2,954 102 T + 0,4421 105 T 2

C P N =29+0,2199 102 T +0,5723 105 T 2

C PC H =34,31+ 5,469 10 T +0,3661 10 T

C PAr =4,97

cal
4,184 J
.K+
=20,7945 kJ /kgmol
mol
1 cal

1. SIMULASI MODEL REAKTOR NON-ADIABATIS REAKSI EKSOTERMIS


REVERSIBEL SINTESIS AMMONIA

Simulasi reaktor non adiabatis ini bertujuan untuk mengamati konversi

yang dihasilkan. Apakah konversi yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan
konversi dengan kondisi adiabatis dan adiabatis + interstage cooler. Hasil yang didapat
dari simulasi reactor non adiabatis ini adalah bahwa konversi yang dihasilkan dari kondisi
non-adiabatis adalah sebesar 50.66 % dengan panjang reaktor yang sama yaitu 30 m.
Nilai konversi ini lebih kecil dari pada konversi reaktor adiabatis yang menggunakan
interstage cooler (53%), namun lebih besar dari reaktor adiabatis tanpa interstage cooler
(43%).

Pada grafik profil X, T, P/Po dapat dilihat bahwa konversi akan terus

meningkat walaupun tidak begitu signifikan dan temperatur awalnya meningkat


kemudian terus turun, temperatur sengaja diturunkan agar konversi meningkat. Konversi

meningkat di awal reaksi secara signifikan karena laju reaksi yang cepat pada awal reaksi
dimana reaktan masih banyak, sementara konversi meningkat perlahan saat mencapai
kesetimbangan diakibatkan laju reaksi menurun karena faktor pendinginan sehingga
konstanta laju reaksi menurun.

Temperatur keluaran reaktor pada reactor non-adiabatis ini adalah 278.84

C.Temperatur ini lebih kecil dari temperatur pada keluaran reaktor adiabatis. Hal ini
terjadi dikarenakan adanya pengontakkan dari reaktan dengan air pendingin yang
mengakibatkan terjadinya perpindahan kalor melalui dinding reaktor dengan UA sebesar
10.437 kW/m2 hr dan Ta = 270 C (Ta konstan). Ketika melewati posisi awal reaktor,
reaksi berlangsung sangat cepat sehingga panas yang diserap air pendingin tidak dapat
mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan sehingga temperatur awal reaktor menjadi
naik. Pada grafik juga dapat dilihat terjadi penurunan pada tekanan. Hal ini disebabkan
karena terjadinya friksi diantara reaktan dan katalis yang mengakibatkan meningkatnya
pressure drop. Tekanan keluaran reaktor sebesar 115.741 dengan kapasitas produksi NH 3
sebesar 1892.97 ton/hari (1 tube).

2. SIMULASI REAKTOR ADIABATIS DENGAN ABSORBER NH3 DAN SUPLAI H2


DAN N2

Simulasi reaktor adiabatis dengan absorben NH3 dan supplai H2 dan N2 ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh absorben NH 3 dan supplai H2 dan N2 terhadap


konversi yang dihasilkan. Dengan ditambahkannya suplai tekanan N2 dan H2 sebesar 10
atm dan mengabsorbsi tekanan NH3 sebesar 10 atm, konversi pada reaktor adiabatis akan
meningkat menjadi 58.28 %. Penambahan absorben NH3 dan supplai H2 dan N2 ini akan
mengubah kesetimbangan reaksi ke arah produk seperti yang dijelaskan pada asas Le
Chatelier yaitu jika konsentrasi reaktan tambahkan dalam hal ini disupplai H2 dan N2

maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk serta jika konsentrasi produk
dikurangi dalam hal ini diabsobt produk NH3 yang dihasilkan maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah produk. Oleh karena itu, kedua perlakuan ini dapat menambah konversi
akhir dari reaksi ammonia.

Temperatur keluaran reactor yang didapatkan dari simulasi ini adalah


sebesar 314.854 C dan tekanan keluaran reaktor sebesar 114.247 atm. Kapasitas
produksi NH3 sebesar 2183.3 ton/hari (1 tube). Penambahan absorben NH3 dan supplai H2
dan N2 dapat menaikkan kapasitas produksi dari reaksi ammonia.

3. SIMULASI REAKTOR NON-ADIABATIS DENGAN ABSORBER NH3 DAN


SUPPLAI H2 DAN N2

Dilakukan variasi input pereaksi yang ditambahkan komposisinya pada

konverter, dan diperlakukan absorpsi pada produknya pada simulasi ini untuk memahami
dan mengamati efek pada peningkatan konversi pereaksinya, khusus pada reaktor yang
non-adiabatis.

Pada profil X, T, P/Po (grafik pada sebelah kiri), dapat dilihat bahwa

konversi besarnya akan terus meningkat dan profil temperatur pada awalnya meningkat
kemudian terus turun. Temperatur sengaja diturunkan agar konversi tetap meningkat dan
tidak menurunkan konversi kesetimbangan akibat kenaikan temperatur.

Dilakukan penambahan H2 dan N2 sebesar 10 atm dan pengabsorpsian

produk NH3 sebesar 10 atm, yang menghasilkan konversi sebesar 0,66786 (=66,786%).
Nilai ini lebih besar daripada hasil dari proses pada reaktor non-adiabatis awal yang tidak
terdapat proses dengan absorben NH3 dan supplai H2 dan N2. Didapatkan juga bahwa
konversi yang dihasilkan dengan kondisi reaktor non-adiabatis dengan absorben NH 3 dan
supplai H2 dan N2 lebih kecil dibandingkan konversi yang dibasilkan dari reaktor
adiabatis + interstage cooler dengan absorben NH3 dan supplai H2 dan N2. Hal ini
diakibatkan

karena

reaktor

adiabatik+interstage

cooler

bekerja

lebih

efisien

memanfaatkan pereaksi yang masuk ke kolom. Pereaksi ini akan melalui proses
pendinginan di setiap tahap dalam kolom sehingga konversi perubahan menjadi
produknya menjadi lebih besar. Di sisi lain, reaktor non-adiabatis ini menggunakan
pendingin selama reaksi berlangsung, yang membuat konstanta laju reaksi akan menurun
akibat penurunan suhu dari pendingin sehingga laju reaksi akan menurun pula dan
konversi yang dhasilkan akan menjadi lecil.

Didapatkan temperatur keluaran reaktor adalah 282,612C.Temperatur ini

dapat diturunkan dengan adanya pengontakkan dari reaktan dengan air pendingin
sehingga akan terjadi perpindahan kalor melalui dinding reaktor dengan UA sebesar
10.437 kW/m2 hr dan Ta = 270 C. Ketika melewati posisi awal reaktor, reaksi
berlangsung sangat cepat sehingga panas yang diserap air pendingin tidak dapat
mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan sehingga temperatur awal reaktor menjadi
naik. Pada grafik dapat dilihat juga bahwa terjadi penurunan pada tekanan. Penurunan
tekanan ini disebabkan terjadi friksi antara reaktan dan katalis yang akan meningkatkan
pressure drop. Tekanan keluaran reaktor sebesar 116,963 atm dengan kapasitas produksi
NH3 sebesar 1892.97 ton/hari (1 tube).

4. SIMULASI REAKTOR ADIABATIS REAKSI EKSOTERMIS REVERSIBEL


SINTESIS AMMONIA

Simulasi ini menggunakan reaktor adiabatis. Konversi yang didapat 43%

ini terjadi karena konversi kesetimbangan NH3 menurun seiring dengan peningkatan suhu
reaktor atau umpan. Aspek kinetika dan aspek termodinamika perlu diperhatikan dalam
reaksi ini. Pada awal reaksi, laju reaksi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
Hal ini dapat dilihat dari konversi yang dihasilkan semakin meningkat dengan kenaikan
suhu umpan atau reaktor. Dari sisi termodinamika dapat dilihat bahwa semakin
meningkat suhu umpan atau reaktor maka semakin kecil konversi kesetimbangan. Hal ini

dapat dilihat dari konversi yang menurun seiring dengan kenaikkan suhu umpan atau
reaktor.. Nilai konversi ini cukup rendah karena konversi NH3 pada panjang saat panjang
reaktor kira-kira 7,5 m telah mendekati keadaan setimbang sehingga konversi tidak dapat
meningkat lebih tinggi. Selain itu profil konversi NH3 semakin menurun karena hanya
sedikit NH3 yang terurai menjadi N2 dan H2. Pada kondisi operasi adiabatis ini, kapasitas
produksi NH3 adalah 1613,04 ton/hari.
Pada profil X terhadap T dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan temperatur seiring
dengan meningkatnya konversi. Hal ini sesuai, karena reaksi yang terjadi pada sintesa
amonia ini merupakan reaksi eksotermis dimana reaksi akan menghasilkan panas.
Temperatur optimum yang didapatkan adalah sebesar 302.805C. Setelah mencapai
konversi optimum, kita dapat melihat profil temperatur semakin menurun. Hal ini
disebakan terjadinya reaksi balik yang merupakan reaksi endotermis. Tekanan keluaran
reaktor yang dihasilkan adalah sebesar 113.423 atm dan pada grafik terlihat bahwa profil
tekanan cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan terjadi friksi antara
reaktan dan katalis yang akan meningkatkan pressure drop.

5. SIMULASI MODEL REAKTOR ADIABATIS-INTERSTAGE COOLER REAKSI


EKSOTERMIS REVERSIBEL SINTESIS AMMONIA

Simulasi ini dilakukan dengan reaktor adiabatis dan penambahan

interstage cooler untuk meilhat konversi yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan yaitu
konversi yang didapatkan lebih besar dari pada menggunakan reaktor adiabatis yaitu
sebesar 53 %. Hasil simulasi ini lebih besar dibandingkan pada reaktor adiabatis saja.

Pada simulasi ini, reaktan akan melewati interstage cooler yang akan

didinginkan hingga temperatur awal umpan tanpa merubah konversi. Selanjutnya, umpan
dimasukkan kembali dan reaksi kembali berjalan dan konversi mengalami peningkatan
hingga pada jarak 25 m, keluaran didinginkan kembali pada interstage cooler.
Kemudian reaktan dimasukkan kembali ke bed 3 dan reaksi kembali berjalan dan
konversi kembali meningkat walaupun hanya sedikit. Keluaran dari bed 3 ini merupakan
keluaran akhir dari reaktor yang merupakan konversi akhir dari reaktor. Temperatur
keluaran reaktor untuk operasi ini adalah 270.361 C dan konversi yang dihasilkan
dengan menggunakan interstage coolerakan meningkat menjadi 53 %

Dalam hal ini, konversi yang dihasilkan juga dibatasi oleh konversi

kesetimbangan dari reaksi NH3. Dalam pembahasan ini, kita dapat menganalisa bahwa
panjang bed 2 yang butuhkan lebih panjang dibandingkan panjang bed 1. Hal ini
dikarenakan pada bed 2, reaktan berada dalam jumlah yang sedikit sehingga
membutuhkan lebih panjang reaktor untuk menaikkan konversi menjadi lebih tinggi.

Kapasitas produksi NH3 untuk proses adiabatis +interstage cooler ini


adalah 1987,75 ton/hari. Kapasitas produksi NH3 meningkat ini membuat kondisi operasi
adiabatis + interstage cooler cukup efektif untuk menaikkan kualitas produk dan
kuantitas produk.

6.

SIMULASI REAKTOR ADIABATIS + INTERSTAGE COOLER DENGAN


ABSORBER NH3 DAN SUPPLAI H2 DAN N2

Simulasi ini dilakukan dengan reaktor adiabatis dengan interstage cooler

kemudian memvariasikan input perekasi yang ditambah komposisinya dan diperlakukan


absorpsi pada produknya untuk melihat apakah ada peningkatan konversi pereaksinya.
Pada kondisi reaktor adiabatis + interstage cooler ini, zat pereaksi yaitu H2 dan N2

tekanannya disupplai ke konverter sebanyak masing-masing 10 atm dan ammonia (NH 3)


diabsorbsi dengan absorben air murni pada jumlah yang sama yaitu sebesar 10 atm.

Hasil dari simulasi ini yaitu konversi yang dihasilkan akan meningkat dan

bahkan melewati konversi kesetimbangannya dari keadaan awal sebelumnya. Konversi


akhir yang didapatkan dari kondisi ini yaitu sebesar 0,68628. Konversi ini lebih besar
dibandingkan dengan kondisi reaktor adiabatis dengan absorben NH 3 dan supplai H2 dan
N2. Dari pembahasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa penambahan absorben
NH3 dan supplai H2 dan N2serta penambahan interstage cooler pada reaktor adiabatis
dapat meningkatkan konversi yang dihasilkan.

Selain itu, kita juga dapat melihat bahwa kapasitas produksi NH 3 per

harinya meningkat yaitu 2570,74 ton. Properties dari keluaran proses ini, yaitu P dan T :
Tekanan keluaran didapatkan 117,709 atm, dan temperatur keluaran didapatkan
278,484oC.

You might also like