Professional Documents
Culture Documents
Tugas TRK 2 - Kelompok 7
Tugas TRK 2 - Kelompok 7
Kelompok 7
Nama Anggota
Adenia Gita Dianty
Atikah Ridhowati
Linggar Anindita
Problems 8.2A
(m) Example T8-3. Load the Polymath problem from the CD-ROM for this exothermic
reversible reaction with a variable coolant temperature. The elementary reaction
A + B 2 C
has the following parameter values for the base case.
E = 25 kcal/mol
CP1 = 40 kal/mol/K
k=
0,004 d m6
mol . kg . s
@ 310 K
Kc = 1000 @ 303 K
= 0,0002 / kg
FA0 = 5 mol/s
CT0 = 0,3 mol/dm3
Ua
cal
=0,5
B
kg . s . K
Ta = 320 K
m
c =1000 g /s
CPC = 18 cal/g/K
1 = 1
Vary the following parameters and write a paragraph describing the trends you find for
each parameter variation and why they work the way they do. Use the base case for
parameters not varied. Hint: See Selftests and Workbook in the Summary Notes on the
CD-ROM.
a) FA0: 1 < FA0 < 8 mol/s
b)
1 , you will
need to account for the corresponding increase or decrease of C A0 because the total
concentration, CT0, is constant.
c)
Ua
B : 0,1 <
Ua
B
< 0,8
cal
kg . s . K
m
c :1< m
c < 1000 g/s
T 0=350 K ,
Ua
cal
mol
=0,5
,T a 0=320 K , F A 0=5
, 1=1
b
kg . s . K
s
Jawab
Untuk meneyelsaikan soal ini dapat digunakan Polymath denggan memasukkan persamaan
dan data-data sebagai berikut
-
Indep Variabel : W
Differential equation
-
d(T)/d(W)=(Uarho*(Ta-T)+(-ra)*(-Hr))/(Fao*sumcp) #
d(X)/d(W)=-ra/Fao #
d(T)/d(W)=Uarho*(T-Ta)/(Mc*Cpmc)
d(y)/d(W)=-alpha/2*(T/To)/y
Explicit Equation
-
alpha=.0002 #
To=350 #
Uarho=0.5 #
Mc=200 #
Cpmc=18 #
Hr=-20000 #
Fao=5 #
thetal=1 #
Cpl=40 #
CpA=20 #
thetaB=1 #
CpB=20 #
Cto=0.3 #
Ea=25000 #
Kc=1000*(exp(Hr/1.987*(1/303-1/T))) #
ka=.004*exp(Ea/1.987*(1/310-1/T)) #
yao=1/(1 +thetaB+thetal) #
xe=Kc^0.5/(2+Kc^0.5) #
Cao=yao*Cto #
sumcp=(thetal*Cpl+CpA+thetaB*CpB) #
Ca=Cao*(1-X)*y*To/T #
Cb=Cao*(1-X)*y*To/T #
Cc=Cao*2*X*y*To/T #
W(0)=0
Ta(0)=320
y(0)=1
T(0)=330
X(0)=0
W(f)=4500
Differential equations
1 d(Ta)/d(W) = Uarho*(T-Ta)/(Mc*Cpmc)
2 d(y)/d(W) = -alpha/2*(T/To)/y
3 d(T)/d(W) = (Uarho*(Ta-T)+(-ra)*(-Hr))/(Fao*sumcp)
4 d(X)/d(W) = -ra/Fao
Explicit equations
1
alpha = .0002
2
To = 350
3
Uarho = 0.5
4
Mc = 200
5
Cpmc = 18
6
Hr = -20000
7
Fao = 5
8
thetal = 1
9
Cpl = 40
10
CpA = 20
11
thetaB = 1
12
CpB = 20
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Cto = 0.3
Ea = 25000
Kc = 1000*(exp(Hr/1.987*(1/303-1/T)))
ka = .004*exp(Ea/1.987*(1/310-1/T))
yao = 1/(1 +thetaB+thetal)
xe = Kc^0.5/(2+Kc^0.5)
Cao = yao*Cto
sumcp = (thetal*Cpl+CpA+thetaB*CpB)
Ca = Cao*(1-X)*y*To/T
Cb = Cao*(1-X)*y*To/T
Cc = Cao*2*X*y*To/T
ra = -ka * (Ca *Cb-Cc^2/Kc)
General
Total number of equations
28
24
Elapsed time
1.157 sec
Solution method
RKF_45
0.000001
1.1
a. Pada laju alir FA0: 1 < FA0 < 8 mol/s dapat diketahui kenaikan laju alir akan meningkatkan
suhu akhir pendingin sehingga hubungan keduanya berbanding lurus. Hal ni juga terjadi
pada hubungan antara laju alir dengan suhu reaksi dalam reaktor dan nilai konversi.
Namun, hubungan antara laju alir dengan rasio tekanan berbanding terbalik.
b. Pada nilai
1 : 0,5 <
akhir air pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai konversi berbanding terbalik.
Sedangkan hubungan antara nilai dengan rasio tekanan ialah berbanding lurus.
c. Pada nilai
Ua
B : 0,1 <
Ua
B
< 0,8
cal
kg . s . K , dapat diketahui hubungan nilai
Ua
B
dengan suhu akhir air pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai konversi ialah
Ua
B
d. Pada suhu reaktor T0 : 310 K < T0 < 350 K, kita mengetahui bahwa hubungan suhu reaktor
dengan suhu akhir air pendingin, rasio tekanan, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai
konversi adalah berbanding lurus.
e. Untuk suhu air pendingin Ta : 300 K < Ta < 340 K, dapat diketahui hubungan suhu air
pendingin dengan suhu akhir pendingin dan suhu reaksi dalam reaktor adalah berbanding
lurus. Sedangkan, hubungan antara suhu air pendingin dengan rasio tekanan dan nilai
konversi adalah berbanding terbalik.
m
c
m
c
:1<
alir massa dengan suhu akhir pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, dan nilai konversi
adalah berbanding terbalik. Sedangkan hubungan laju alir massa dengan rasio tekanan
adalah berbanding lurus.
g. Jika aliran berlawanan arah, hubungan antara suhu air pendingin dengan suhu akhir air
pendingin, rasio tekanan, dan nilai konversi adalah berbanding lurus. Selain itu, hubungan
laju alir massa dengan suhu akhir pendingin, suhu reaksi dalam reaktor, rasio tekanan, dan
nilai konversi pun berbanding lurus pada aliran berlawanan arah.
h. Apabila menggunakan CSTR terfluidisasi 5000 kg dengan parameter UA = 500 kal/s.K, T a
= 320 K dan b = 2 kg/m3 adalah 10,81%.
Variable
W
Ta
y
T
X
1
2
3
4
5
Initial value
0
320
1
330
0
Minimal value
0
320
0.2790449
321.13323
0
Maximal value
5000
323.7021
1
330
0.1080957
Final value
5000
323.7021
0.2790449
323.70502
0.1080957
Hubungan laju alir dengan suhu air pendingin ialah berbanding lurus. Namun, anatara
laju alir dengan suhu reaksi sistem, nilai konversi, dan rasio tekanan adalah
berbanding terbalik
Hubungan nilai dengan suhu air pendingin dan suhu reaksi dalam reaktor adalah
berbanding lurus
Nilai dengan rasio tekanan dan nilai konversi adalah berbanding terbalik.
Hubungan nilai
Hubungan
Ua
B
Ua
B
dengan suhu reaksi sistem, rasio tekanan, dan nilai konversi adalah
berbanding terbalik.
Problems 8.8A
The elementary irreversible gas-phase reaction
AB+C
is carried out adiabattically in a PFR packed with catalyst. Pure A enters the reactor at a
volumetric flow rate of 20 dm3/s at a pressure of 10 atm and a temperature 450 K.
a. Plot the conversion and temperature down the PFR until an 80% conversion (if
possible) is reached. (The maximum catalyst weight that can be packed into PFR is 50
P = 0.0
( )
Po
P
Po
( )
(1+ X )
The reactor can be packed with one of two particle sizes. Choose one.
=0.019 /kg cat. for particle diameter D1
=0.0075 /kg cat. for particle diameter D2
Plot the temperature, conversion, and pressure along the length of the reactor. Vary the
parameters
the conversion.
Additional information :
C P =40 J/mol. K
C P =25
H A =70 kJ/mol
H B =50
J/mol. K
kJ/mol
C P =15
C
H C =40
J/mol. K
kJ/mol
[(
)]
Jawaban
(a) A + B C
-
v 0 =20 dm /s
P0=10 atm
-
Stoikiometri
C A =C A 0
1X T
( 1+X
) T , where =1
X T
( 1
1+ X ) T
0
C A =C A 0
[(
E 1
1
R 450 T
)]
E = 31400
H rxn=20.000 J /mol
-
T =T o+
X [ H R ( T 0 ) ]
~
C + X ~
C
pi
C p=15+2440=0
T =450+
20.000 X
=450+500 X
40
FA 0 X
r 'A
)]
31400 1
1
=6.9
8.314 450 850
Wcstr = 39.42 kg
Bila reaksi dalam soal ini diganti menjadi reaksi reversibel, apakah reaksi ini akan
berpengaruh terhadap nilai konversi yang dihasilkan? Lalu apakah reaksi reversibel
akan memperbesar atau memperkecil nilai konversi yang dihasilkan?
Adakah pengaruh jenis reaktor dalam soal ini? Apabila reaktor diganti menjadi CSTR
apakah nilai konversi yang dihasilkan akan semakin naik atau turun? Lebih
menguntungkan menggunakan PFR atau CSTR?
( )
P0
P
P0
( )
C A =C A 0
(1+ X )
X T P
( 1
1+ X ) T P
0
Problems P8-19c
The first-order irreversible liquid-phase reaction :
A B
Is to be carried out in a jacketed CSTR. Pure A is fed to the reactor at a rate of 0,5 g mol/min.
The heat-generation curve for this reaction and reactor system,
G ( T )=
H RX
1+1/( k)
H RX
] = - 100 cal/gmol A
= 2 cal/g.mol.oC C P =0 karena Ws = 0
= 1 cal/min.oC
= 100 oC
Jawaban:
Diketahui:
= 1 cal/min. oC
Untuk membuat kurva ini, harus dihitung R(T) yang kemudian di plot ke dalam kurva
G(T). Kura G(T) sudah diberikan di dalam soal, dan dibuat ulang menjadi seperti
berikut :
Kurva G(T)
120
100
80
G(T)
60
40
20
0
120 130 140 150 160 170 180 190 200 210
T
Setelah itu, mencari nilai R(T) untuk berbagai macam To. Persamaan yang digunakan
untuk mencari R(T) adalah :
R ( T )=C P 0 (1+ )(T T c )
Dengan :
UA
CP0 F A0
T c=
T a +T 0
1+
Untuk nilai T0 kami mengambil 8 variasi T0 sehingga didapatkan pula 8 kurva R(T). T0
yang digunakan adalah :
1800C
1900C
1970C
2020C
T01 =
T02 =
T03 =
T04 =
T05 =
T06 =
T07 =
T08 =
2060C
2100C
2130C
2200C
G(T
)
R
(
T
0
R
(
T
02
R
(T
03
12
14
0
15
0
R
(
T
0
R
(
T
0
R
(
T
0
R
(
T
0
)
-
12,
0
-
4
-
4
-
2
-
0
-
6
-
0
-
54
40
6
-
0
-
10
13
R
(
T
2
15,
0
-
19
18
7
17,
90
06
16
8
22,
25
73
16
4
28,
3,
23
9,
38
92
85,
4
1
4
1
4
7
4
6
4
6
4
5
4
4
64
33
4
94,
51
46
7
97,
32
05
4
10
51
4,
74
17
0
18
0
19
0
20
4,
Kemudian, kita mem-plot satu persatu nilai R(T) diatas ke dalam kurva G(T).
Grafik G(T),R(T) vs T
120
100
Kurva G(T)
80
To=180
To=190
To=210
G(T), R(T)
To=202
60
To=197
To=213
To=220
40
To=206
20
0
120
130
140
150
160
170
T
180
190
200
210
180
143
,02
33
190
145
197
1
4
8
,
5
1
1
6
1
6
9
,
7
6
7
4
202
1
5
0
,
9
3
0
2
166
,65
12
1
7
4
,
1
8
6
206
1
5
8
,
3
7
2
1
165
,58
14
1
7
6
,
2
7
9
1
210
1
5
4
,
8
8
3
7
213
1
6
3
,
1
3
9
5
220
164
,06
98
184
,06
98
1
7
8
,
6
0
4
7
1
8
0
,
2
3
2
6
Nilai nilai Ts diatas didapat dari hasil interpolasi perpotongan kurva G(T) dan R(T) .
Membuat kurva Ignition-Extinction
Setelah itu, nilai-nilai Ts diatas di plot ke dalam grafik. Grafik yang dibuat adalah grafik
Ts vs T0. Grafik yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Ts
160
Steady State
150
Unsteady State
140
130
120
170 180 190 200 210 220 230
To
a. To what inlet temperature must the fluid be preheated for the reactor to operate at a high
conversion?
Untuk mendapatkan konversi yang tinggi, fluida yang dipanaskan harus mencapai suatu
suhu, dimana suhu tersebut dapat membuat suhu reaktor berubah dari keadaan lower steady
state ke keadaan upper steady state. Ketika mencapai keadaan suhu upper steady state,
apabila dicocokkan dengan kurva G(T), titik ini merupakan titik dengan nilai G(T) yang
tinggi. Nilai G(T) sebanding dengan nilai konversi (X), yang ditunjukkan persamaan berikut
:
G ( T )=( H 0RX ) X
Ketika nilai G(T) tinggi, maka konversi yang akan didapatkan pun akan tinggi pula.
Keadaan upper steady state, jika dilihat dalam kurva ignition-extinction pertama kali didapat
ketika nilai T0 = 213oC. Oleh sebab itu, untuk mencapai keadaan upper steady state ini, suhu
awal masuk fluida harus mencapai T0 213oC .
b. What is the corresponding temperature of the fluid in the CSTR at this inlet temperature?
Ketika suhu inlet nya = 2130C, apabila dilihat di dalam kurva ignition-extinction dapat
dilihat hubungan antara fluida yang baru masuk dan fluida di dalam CSTR. Jika ditarik garis
lurus, akan didapatkan suhu lower steady state
Kemudian, apabila dikaitkan dengan kurva G(T) dan R(T) diatas, apakah yang akan
mempengaruhi
konversi
secara
tidak
langsung
ketika
suhu
pendingin
diturunkan/dinaikkan ?
Kedua pertanyaan ini menurut kami dapat membantu kita untuk menentukan suhu
pendingin yang optimum agar konversi yang dicapai dapat maksimal.
1
3
N 2+ H 2 NH 3
2
2
H2
= 0,5148
N2
= 0,1833
NH3 = 0,0141
Ar
= 0,0574
CH4 = 0,2304
Data-data pendukung mengenai reaktor dan kondisi reaksi adalah sebagai berikut :
Dp=0,00328 ft =0,001 m
=0,5
=1,993. 102
U=2,718 kW /m . C
b=78
lb
kg
=1250 3
3
ft
m
R=8,314
kJ
kmol . K
T b=270 C
Neraca Mol
dW
Secara Stoikiometri:
N 2 +3 H 2 2 NH 3
Dengan koefisien reaksi tersebut maka nilai = -2;
=2 0,1833=0,3666
Pi=C i ( RT ) =P A 0
( i+ v i x ) P
( 1+ x ) P0
CH =
Ar =
0.0574
=0.31315
0.1833
H =
0.05148
=2.8085
0.1833
NH =
0.2304
=1.257
0.1833
0.0141
=0.0769
0.1833
p NH 3
1/ 2
3 /2
'
k ( p N2 . pH 2 ) k
5.76
dx r A
=
=
dW F A 0
[ ((
5.76 k
dx r A
=
=
dW F A 0
(1x )
P
.
(10.3666 x ) Po
1 /2
) (
(2.80853 x ) P
.
(10.3666 x ) Po
. PA 0
3/ 2
) (
'
k PA0
(0.0769+ 2 x) P
.
(10.3666 x ) Po
F A0
[ ((
5.76 k ( P A 0 )2
dx r A
=
=
dW F A 0
1
2
3 /2
( 1x ) (2.80853 x)
(10.3666 x )2
FA 0
(0.0769+ 2 x ) P
P
k' PA 0
.
Po
(10.3666 x ) Po
))
) )]
dx r A
=
=
dW F A 0
5.76 (P A 0 )
( PP ) k ( P
FA0
( )(
P
A 0)
P0
1/ 2
( 1x ) ( 2.80853 x )
(10.3666 x )2
3 /2
) (
k'
(0.0769+2 x)
(10.3666 x)
)]
dx
=
dW
5.76(27.13456)
P
( 148.0385
) k ( 27.13456 )
9615
P
148.0385
1/ 2
)(
( 1x )1 /2 ( 2.80853 x )3/ 2
(0.0769+2 x )
k'
2
(10.3666 x)
(10.3666 x)
( 1x ) ( 2.80853 x )
dx
4
=1.0981 x 10 P k ( 0.1833 )
2
dW
(10.3666 x )
) (
3 /2
) (
k
'
(0.0769+2 x)
(10.3666 x )
)]
1/ 2
3 /2
b ( D )
( 1x ) ( 2.80853 x )
dx
4
' (0.0769+2 x)
=
1.0981 x 10 P k ( 0.1833 )
k
2
dL
4
(10.3666 x )
(10.3666 x )
) (
Neraca Energi
'
dT ( 4 U /b . D ) (TaT ) +(r A ) [ H Rx (T ) ]
=
dW
F A 0 ( i .Cpi+ x Cp )
H Rx ( T ) = H Rx ( T R ) + ( T T R ) +
Reaksi :
1
3
N 2+ H 2 N H 3
2
2
( T T R2 )+ 3 (T 3T R 3)
2
)]
)]
3
1
= NH H N =( 35.15 ) ( 28.84 ) ( 29 )=22.61
2
2
3
1
=( 2.954 x 102 ) ( 0.00765 x 102 ) ( 0.2199 x 102 )=0.028326
2
2
3
1
=( 0.4421 x 105 ) ( 0.3288 x 105 ) ( 0.5723 x 102) =3.3725 x 106
2
2
H Rx ( T ) =9.142 x 10422.61 ( T 25 ) +
0.028326 ( 2
3.3725 x 106 ( 3
T 252 )
T 253 )
2
3
2.8085 x ( 28.84+ 0.00765 x 102 T +0.3288 x 105 T 2 ) + ( 29+ 0.2199 x 102 T +0.5723 x 105 T 2 ) + 0.0769 ( 35.
2.718 kW /m C
4
4U
UA =
=
b D
i . Cpi+ x Cp
F A0
'
dT UA ( TaT ) + (r A ) [ H Rx (T ) ]
=
dW
W=
b D
.L
4
i . Cpi+ x Cp
F A 0 ( )
'
UA ( TaT )+ (r A ) [ H Rx (T ) ]
b D 2
dT
=
.
dL
4
Dimana :
)(
2
b D
1250 3
=
=8835.73 kg/m
4
4
Neraca Momentum
Persamaan Ergun :
( 1 ) G(1+x)
P T0
0
D p 3 gc
P0 T
((
dP
=
dL
)( )
150 ( 1 )
+1.75 G
Dp
G=17963.0257 lb/ft 2 h r
4.17 x 10
150(0.0482) ( 0.5 )
P
270
2.4644
0.00328( 0.5)3 ()
+1.75(17963.0257)
148.0385 T
0.00328
1
1
( 10.5 ) (17963.0257 )( 10.3666 x )
(
)
144 14.7
dP
=
dL
)( )
( )
dP
=
dL
dP 0.1796522 ( 10.3666 x ) T
=
dL
P
1
3
N + H NH 3
2 2 2 2
r N 2 =2 A . exp
'
r N 2 =2 A . exp
( pN
( E
RT )
1/ 2
2
. p H 12 /2 ) A ' exp
( pN
( E
RT )
1/ 2
2
. p H 2 ) A exp
'
1 /2
'
( ERT ' )( p NH )] ;r
3
N2
dalam
;r N 2 dalam
kgmol
kg katalis . hr
kgmol
.s
3
m
'
10
A =1 , 3 10 kgmol/m . s
4
5
Molar flow = 5 10 kgmol/h r =1,102 10 lbmol /h r
masing pereaksi :
Maka,
KP=
NH 3
1 /2
1 /2
N2
H2
k
k'
r N 2 =0
( )(
P
k ( 27,13546 )
P0
( 1 X ) 2 ( 2,80853 X ) 2
0,0769+2 X
=k '
2
10,3666 X
( 10,3666 X )
2
(10,3666 X e )
k ( 0,0769+2 X e )
P
1
=
1 /2
3/2
k ' ( 10,3666 X e ) ( 1X ) ( 2,80853 X )
P 0 27,13546
K P=
( )(
2
k ( 0,0769+2 X e ) (10,3666 X e ) P
=
( 0,03682 )
1 /2
3 /2
k'
P0
(1X ) ( 2,80853 X )
( )
C P H =28,84+0,00765 10 T + 0,3288 10 T
C PAr =4,97
cal
4,184 J
.K+
=20,7945 kJ /kgmol
mol
1 cal
yang dihasilkan. Apakah konversi yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan
konversi dengan kondisi adiabatis dan adiabatis + interstage cooler. Hasil yang didapat
dari simulasi reactor non adiabatis ini adalah bahwa konversi yang dihasilkan dari kondisi
non-adiabatis adalah sebesar 50.66 % dengan panjang reaktor yang sama yaitu 30 m.
Nilai konversi ini lebih kecil dari pada konversi reaktor adiabatis yang menggunakan
interstage cooler (53%), namun lebih besar dari reaktor adiabatis tanpa interstage cooler
(43%).
Pada grafik profil X, T, P/Po dapat dilihat bahwa konversi akan terus
meningkat di awal reaksi secara signifikan karena laju reaksi yang cepat pada awal reaksi
dimana reaktan masih banyak, sementara konversi meningkat perlahan saat mencapai
kesetimbangan diakibatkan laju reaksi menurun karena faktor pendinginan sehingga
konstanta laju reaksi menurun.
C.Temperatur ini lebih kecil dari temperatur pada keluaran reaktor adiabatis. Hal ini
terjadi dikarenakan adanya pengontakkan dari reaktan dengan air pendingin yang
mengakibatkan terjadinya perpindahan kalor melalui dinding reaktor dengan UA sebesar
10.437 kW/m2 hr dan Ta = 270 C (Ta konstan). Ketika melewati posisi awal reaktor,
reaksi berlangsung sangat cepat sehingga panas yang diserap air pendingin tidak dapat
mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan sehingga temperatur awal reaktor menjadi
naik. Pada grafik juga dapat dilihat terjadi penurunan pada tekanan. Hal ini disebabkan
karena terjadinya friksi diantara reaktan dan katalis yang mengakibatkan meningkatnya
pressure drop. Tekanan keluaran reaktor sebesar 115.741 dengan kapasitas produksi NH 3
sebesar 1892.97 ton/hari (1 tube).
Simulasi reaktor adiabatis dengan absorben NH3 dan supplai H2 dan N2 ini
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk serta jika konsentrasi produk
dikurangi dalam hal ini diabsobt produk NH3 yang dihasilkan maka kesetimbangan akan
bergeser ke arah produk. Oleh karena itu, kedua perlakuan ini dapat menambah konversi
akhir dari reaksi ammonia.
konverter, dan diperlakukan absorpsi pada produknya pada simulasi ini untuk memahami
dan mengamati efek pada peningkatan konversi pereaksinya, khusus pada reaktor yang
non-adiabatis.
Pada profil X, T, P/Po (grafik pada sebelah kiri), dapat dilihat bahwa
konversi besarnya akan terus meningkat dan profil temperatur pada awalnya meningkat
kemudian terus turun. Temperatur sengaja diturunkan agar konversi tetap meningkat dan
tidak menurunkan konversi kesetimbangan akibat kenaikan temperatur.
produk NH3 sebesar 10 atm, yang menghasilkan konversi sebesar 0,66786 (=66,786%).
Nilai ini lebih besar daripada hasil dari proses pada reaktor non-adiabatis awal yang tidak
terdapat proses dengan absorben NH3 dan supplai H2 dan N2. Didapatkan juga bahwa
konversi yang dihasilkan dengan kondisi reaktor non-adiabatis dengan absorben NH 3 dan
supplai H2 dan N2 lebih kecil dibandingkan konversi yang dibasilkan dari reaktor
adiabatis + interstage cooler dengan absorben NH3 dan supplai H2 dan N2. Hal ini
diakibatkan
karena
reaktor
adiabatik+interstage
cooler
bekerja
lebih
efisien
memanfaatkan pereaksi yang masuk ke kolom. Pereaksi ini akan melalui proses
pendinginan di setiap tahap dalam kolom sehingga konversi perubahan menjadi
produknya menjadi lebih besar. Di sisi lain, reaktor non-adiabatis ini menggunakan
pendingin selama reaksi berlangsung, yang membuat konstanta laju reaksi akan menurun
akibat penurunan suhu dari pendingin sehingga laju reaksi akan menurun pula dan
konversi yang dhasilkan akan menjadi lecil.
dapat diturunkan dengan adanya pengontakkan dari reaktan dengan air pendingin
sehingga akan terjadi perpindahan kalor melalui dinding reaktor dengan UA sebesar
10.437 kW/m2 hr dan Ta = 270 C. Ketika melewati posisi awal reaktor, reaksi
berlangsung sangat cepat sehingga panas yang diserap air pendingin tidak dapat
mengimbangi panas reaksi yang dihasilkan sehingga temperatur awal reaktor menjadi
naik. Pada grafik dapat dilihat juga bahwa terjadi penurunan pada tekanan. Penurunan
tekanan ini disebabkan terjadi friksi antara reaktan dan katalis yang akan meningkatkan
pressure drop. Tekanan keluaran reaktor sebesar 116,963 atm dengan kapasitas produksi
NH3 sebesar 1892.97 ton/hari (1 tube).
ini terjadi karena konversi kesetimbangan NH3 menurun seiring dengan peningkatan suhu
reaktor atau umpan. Aspek kinetika dan aspek termodinamika perlu diperhatikan dalam
reaksi ini. Pada awal reaksi, laju reaksi akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu.
Hal ini dapat dilihat dari konversi yang dihasilkan semakin meningkat dengan kenaikan
suhu umpan atau reaktor. Dari sisi termodinamika dapat dilihat bahwa semakin
meningkat suhu umpan atau reaktor maka semakin kecil konversi kesetimbangan. Hal ini
dapat dilihat dari konversi yang menurun seiring dengan kenaikkan suhu umpan atau
reaktor.. Nilai konversi ini cukup rendah karena konversi NH3 pada panjang saat panjang
reaktor kira-kira 7,5 m telah mendekati keadaan setimbang sehingga konversi tidak dapat
meningkat lebih tinggi. Selain itu profil konversi NH3 semakin menurun karena hanya
sedikit NH3 yang terurai menjadi N2 dan H2. Pada kondisi operasi adiabatis ini, kapasitas
produksi NH3 adalah 1613,04 ton/hari.
Pada profil X terhadap T dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan temperatur seiring
dengan meningkatnya konversi. Hal ini sesuai, karena reaksi yang terjadi pada sintesa
amonia ini merupakan reaksi eksotermis dimana reaksi akan menghasilkan panas.
Temperatur optimum yang didapatkan adalah sebesar 302.805C. Setelah mencapai
konversi optimum, kita dapat melihat profil temperatur semakin menurun. Hal ini
disebakan terjadinya reaksi balik yang merupakan reaksi endotermis. Tekanan keluaran
reaktor yang dihasilkan adalah sebesar 113.423 atm dan pada grafik terlihat bahwa profil
tekanan cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan terjadi friksi antara
reaktan dan katalis yang akan meningkatkan pressure drop.
interstage cooler untuk meilhat konversi yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan yaitu
konversi yang didapatkan lebih besar dari pada menggunakan reaktor adiabatis yaitu
sebesar 53 %. Hasil simulasi ini lebih besar dibandingkan pada reaktor adiabatis saja.
Pada simulasi ini, reaktan akan melewati interstage cooler yang akan
didinginkan hingga temperatur awal umpan tanpa merubah konversi. Selanjutnya, umpan
dimasukkan kembali dan reaksi kembali berjalan dan konversi mengalami peningkatan
hingga pada jarak 25 m, keluaran didinginkan kembali pada interstage cooler.
Kemudian reaktan dimasukkan kembali ke bed 3 dan reaksi kembali berjalan dan
konversi kembali meningkat walaupun hanya sedikit. Keluaran dari bed 3 ini merupakan
keluaran akhir dari reaktor yang merupakan konversi akhir dari reaktor. Temperatur
keluaran reaktor untuk operasi ini adalah 270.361 C dan konversi yang dihasilkan
dengan menggunakan interstage coolerakan meningkat menjadi 53 %
Dalam hal ini, konversi yang dihasilkan juga dibatasi oleh konversi
kesetimbangan dari reaksi NH3. Dalam pembahasan ini, kita dapat menganalisa bahwa
panjang bed 2 yang butuhkan lebih panjang dibandingkan panjang bed 1. Hal ini
dikarenakan pada bed 2, reaktan berada dalam jumlah yang sedikit sehingga
membutuhkan lebih panjang reaktor untuk menaikkan konversi menjadi lebih tinggi.
6.
Hasil dari simulasi ini yaitu konversi yang dihasilkan akan meningkat dan
Selain itu, kita juga dapat melihat bahwa kapasitas produksi NH 3 per
harinya meningkat yaitu 2570,74 ton. Properties dari keluaran proses ini, yaitu P dan T :
Tekanan keluaran didapatkan 117,709 atm, dan temperatur keluaran didapatkan
278,484oC.