Forensic toxicology refers to the use of toxicology for the purposes of the law.

It is considered a
hybrid of analytical chemistry and fundamental toxicology. The efforts or activities conducted to
effectuate this purpose include but are not limited to the following:
Urine testing to detect drug use
Regulatory toxicology
Occupational disease
Identification of causative agents causing death or injury in humans and animals
Courtroom testimony and consultation concerning toxicoses
Arsenic Toxicosis. Urine arsenic is the best indicator of current or recent exposure. Atomic
absorption spectrophotometry is preferred as the detection method. Hair or fingernail sampling
may also be helpful. Use of blood is useful if analyzed soon after exposure or in cases of
continuous chronic exposure. After acute exposure, chelation therapy is instituted utilizing either
(1) Dimercaprol BAL (British Anti-Lewisite) and analogues:
DMSA (dimercaptosuccinic acid)
DMPS (dimercaptopropane succinate)
or (2) d-penicillamine. Supportive/symptomatic therapy is also necessary. A higher protein diet
and the alleviation of dehydration due to diarrhea and vomiting are beneficial. Chronic Exposure
(Arsenic). Primarily symptomatic treatment is chosen. Chelation therapy is practiced, but its
usefulness in cases of chronic exposure is still questionable. Supportive treatment is an essential
component of the management of the intoxicated patient. Monitoring and assessment of all organ
systems in conjunction with the use of appropriate pharmaceutical agents/antidotes increases
therapeutic success. The nature of this care will depend on the toxicant in question and the
patients condition upon presentation.

toksikologi forensik mengacu pada penggunaan toksikologi untuk tujuan hukum. Hal
ini dianggap sebagai hibrida dari kimia analitik dan toksikologi mendasar. Upaya

atau kegiatan yang dilakukan untuk menyelenggarakan tujuan ini termasuk tetapi
tidak terbatas pada hal berikut:
pengujian urine untuk mendeteksi penggunaan narkoba
toksikologi Regulatory
Penyakit Kerja
Identifikasi agen penyebab menyebabkan kematian atau cedera pada manusia
dan hewan
kesaksian Ruang Sidang dan konsultasi mengenai toxicoses
Arsenik toksikosis. Urine arsenik adalah indikator terbaik dari paparan saat ini atau
baru-baru ini. spektrofotometri serapan atom lebih disukai sebagai metode deteksi.
Rambut atau kuku sampel juga dapat membantu. Penggunaan darah berguna jika
dianalisis segera setelah terpapar atau dalam kasus paparan kronis terus menerus.
Setelah akut, terapi khelasi dilembagakan memanfaatkan baik (1) dimerkaprol BAL
(British Anti-Lewisite) dan analog:
DMSA (asam dimercaptosuccinic)
DMPS (dimercaptopropane suksinat)
atau (2) d-penicillamine. Mendukung / terapi simtomatis juga diperlukan. Diet
protein tinggi dan pengentasan dehidrasi akibat diare dan muntah yang
bermanfaat. Paparan kronis (Arsenik). Terutama pengobatan simtomatik dipilih.
terapi khelasi dipraktekkan, namun kegunaannya dalam kasus paparan kronis
masih dipertanyakan. terapi suportif merupakan komponen penting dari
manajemen pasien mabuk. Pemantauan dan penilaian dari semua sistem organ
dalam hubungannya dengan penggunaan yang tepat farmasi agen / penangkal
meningkatkan keberhasilan terapi. Sifat perawatan ini akan tergantung pada racun
dalam pertanyaan dan kondisi pasien setelah presentasi.