Teknik Fisika

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 94

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBUKAAN

PERTAMBANGAN EMAS DI HUTAN BATANG TORU


(Studi Kasus Kecamatan Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan)

SKRIPSI

Oleh :
FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR
041201008/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skrips : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas
di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan)
Nama
: Fachruddin Fahmy Siregar
NIM
: 041201008
Jurusan
: Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Oding Affandi,S.Hut,M.P
Ketua

Drs.Zulkifli Lubis,M.A
Anggota

Mengetahui

Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar,MS


Ketua Departemen Kehutanan

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

ABSTRACT
FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR. Public Perception of Mining Gold on The
Batang Toru Forest (Case Studies in The District of Batang Toru, Tapanuli
Selatan Regency). Under Guidance by ODING AFFANDI and ZULKIFLI
LUBIS.
Goal of this research is how to describe your perception of society towards the
gold mining area in Batang Toru Forest and to describe your relationship to socioeconomic factors (age, education, long living, and income) with the public
perception towards the establishment of the gold mining area in Batang Toru
Forest in Napa and Aek Pining Village, Batang Toru District, South Tapanuli
Regency. This study was conducted in October and November 2008. This
research is done with descriptive method, the level of perception using Likert
Scale and the relationship to see socio-economic (age, education, long living, and
income) to the perception of the local community about the establishment of the
gold mining area in Batang Toru Forest using the Spearman Rank correlation.
Number of samples taken 80 of the 55 families in Aek Pining and 25 families in
the Village of Napa. Collecting data in the primary and secondary research was
conducted using questionnaires, interviews, observation, and study literature.
Results of research indicate that the people does not yet have sufficient knowledge
about the forest. Society also looked at the positive existence of the mining area
Batang Toru Forest, because the community is able to increase income, reduce
unemployment, although this is felt by some new people. But the infrastructure,
environment and culture has not changed significantly. There is a strong
relationship between level of education with public perception. There is no strong
relationship anatara age, duration of living and income level of public perception.
Keywords: perception, community, mining, forestry, social and economic factors.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

ABSTRAK
FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR. Persepsi Masyarakat Terhadap
Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Di bawah Bimbingan oleh
ODING AFFANDI dan ZULKIFLI LUBIS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi
masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang
Toru dan untuk mendeskripsikan hubungan faktor sosial ekonomi (umur,
pendidikan, lama bermukim, dan pendapatan) dengan persepsi masyarakat
terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru, di Desa
Napa dan Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli
Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober dan Nopember 2008.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi
menggunakan Skala Likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi (umur,
pendidikan, lama bermukim, dan pendapatan) terhadap persepsi masyarakat
setempat tentang pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru
dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel diambil sebanyak
80 KK yaitu 55 KK di Desa Aek Pining dan 25 KK di Desa Napa. Pengumpulan
data primer dan sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuisioner, wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan
yang cukup baik tentang hutan. Masyarakat juga memandang positif keberadaan
pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru, karena mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran meskipun hal ini baru
dirasakan sebagian masyarakat. Tetapi menyangkut infrastruktur, kondisi
lingkungan dan budaya belum mengalami perubahan yang signifikan. Ada
hubungan yang kuat antara pendidikan dengan tingkat persepsi masyarakat. Tidak
terdapat hubungan yang kuat anatara umur, lama bermukim dan pendapatan
terhadap tingkat persepsi masyarakat.
Kata kunci : persepsi, masyarakat, pertambangan, hutan, faktor sosial dan
ekonomi.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 22 September 1986,


dari ayah Imran Siregar dan ibu Farida Hannum Harahap. Penulis merupakan
anak pertama dari 2 (dua) bersaudara, yaitu Fachruddin Fahmy Siregar dan
Zayanthy Fauzi Siregar.
Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 147534 Batang Toru, pada tahun
2001 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Batang Toru. Tahun
2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Padang
Sidimpuan dan pada tahun 2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi
Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi
Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU sebagai anggota dan menjadi asisten
laboratorium di Departemen Kehutanan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani
Jawa Barat Unit III.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi yang
berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas
di Hutan Batang Toru(Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru Kabupaten
Tapanuli Selatan) ini dapat selesai sebagaimana mestinya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen
Pembimbing I).
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis,M.A selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen
Pembimbing II).
3. Kedua orang tua saya, Imran Siregar dan Hj. Farida Hannum Harahap yang
telah memberikan dukungan secara materi dan moril kepada saya untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Dan kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam penyelesaian
skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Hormat Saya
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT .............................................................................................

ABSTRAK................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................

iv

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL ....................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

ix

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................
Identifikasi Masalah ..........................................................................
Tujuan Penelitian ..............................................................................
Hipotesis ...........................................................................................
Manfaat Penelitian ............................................................................

1
3
3
3
4

TINJAUAN PUSTAKA
Hutan ................................................................................................
Jasa Lingkungan (Hutan) ...................................................................
Fugsi Hutan.......................................................................................
Manfaat Hutan ..................................................................................
Pertambangan....................................................................................
Peran Pertambangan ..........................................................................
Persepsi dan Perilaku ........................................................................
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat ...................................................
Landasan Teori..................................................................................
Pendidikan Masyarakat .............................................................
Umur ........................................................................................
Pendapatan ...............................................................................
Lama Bermukim .......................................................................

5
5
6
6
7
8
9
11
12
12
12
13
13

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN


Desa Aek Pining ...............................................................................
Keadaan Fisik Lingkungan .......................................................
Kependudukan..........................................................................
Desa Napa .........................................................................................
Keadaan Fisik Lingkungan .......................................................
Kependudukan..........................................................................
Hutan Batang Toru ............................................................................
Perusahaan Pertambangan di Kecamatan Batang Toru.......................

15
15
16
18
18
19
21
22

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
Alat dan Bahan..................................................................................
Populasi dan Sampel Penelitian .........................................................
Jenis Data Penelitian .........................................................................
Data Primer ..............................................................................
Data Sekunder ..........................................................................
Teknik Pengumpulan Data ................................................................
Kuesioner .................................................................................
Wawancara ...............................................................................
Observasi..................................................................................
Studi Literatur ..........................................................................
Analisa Data .....................................................................................
Defenisi dan Batasan Operasional .....................................................
Defenisi ....................................................................................
Batasan Penelitian ....................................................................

24
24
24
25
25
26
26
26
26
26
27
27
28
28
28

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Responden ............................................................
Tingkat Persepsi Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa ..........
Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan di Kawasan
Hutan Batang Toru ............................................................................
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Persepsi ........

30
33
38
48

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan .......................................................................................
Saran .................................................................................................

52
53

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

54

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya ........................

15

2. Luas Desa Aek Pining berdasarkan bentang alam ...................................

16

3. Kondisi geografi Desa Aek Pining .........................................................

16

4. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan jenis kelamin ...............

16

5. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan umur ...........................

16

6. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan tingkat pendidikan .......

17

7. Komposisi masyarakat Desa Aek Pining berdasarkan


mata pencaharian ...................................................................................

18

8. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya ........................

18

9. Luas Desa Napa berdasarkan bentang alam ............................................

19

10. Kondisi geografi Desa Napa .................................................................

19

11. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan jenis kelamin ......................

19

12. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan umur ...................................

19

13. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan tingkat pendidikan ..............

20

14. Komposisi masyarakat Desa Napa berdasarkan mata pencaharian ........

21

15. Luas kawasan Hutan Batang Toru berdasarkan fungsinya ....................

21

16. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan


di Desa Aek Pining ..............................................................................

30

17. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Napa ....

30

18. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur


di Desa Aek Pining ..............................................................................

31

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

19. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Napa ........

31

20. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim


di Desa Aek Pining .............................................................................
21. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Napa .........

31
32

22. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan


di Desa Aek Pining ..............................................................................

32

23. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Napa ....

32

24. Persepsi masyarakat tentang defenisi hutan merupakan daerah yang


didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestarikan
oleh manusia ........................................................................................

33

25. Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan untuk mengatur tata air,
untuk mencegah banjir, tempat hewan liar dan sebagai tempat rekresi ..

35

26. Persepsi Masyarakat tentang dampak kerusakan hutan .........................

36

27. Persepsi masyarakat tentang kawasan hutan harus dijaga


dan dilestarikan ....................................................................................

37

28. Persepsi masyarakat tentang keberadaan pertambangan


di kawasan hutan ..................................................................................

38

29. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan terbuka ......................

39

30. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan tertutup......................

40

31. Persepsi masyarakat tentang pengembangan wilayah dengan adanya


perusahaan pertambangan ....................................................................

41

32. Persepsi masyarakat tentang kondisi jalan mengalami perubahan


setelah adanya perusahaan pertambangan .............................................

42

33. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubungannya


dengan pendapatan masyarakat ............................................................

43

34. Persepsi masyarakat terhadap pertambagan dalam hubungannya


dengan pengangguran...........................................................................

44

35. Persepsi masyarakat tentang hubungan antara perusahaan


pertambangan dengan masyarakat ........................................................

45

36. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubunganya


dengan nilai-nilai budaya .....................................................................

46

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

37. Persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan dengan adanya


pertambangan .......................................................................................
38. Analisa korelasi Rank Spearman dengan faktor sosial masyarakat ........
DAFTAR LAMPIRAN

47
48

Halaman
1. Lembaran kuisioner................................................................................

56

2. Data penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru,


Kabupaten Tapanuli Selatan ...................................................................

61

3. Data penduduk Desa Napa, Kecamatan Batang Toru,


Kabupaten Tapanuli Selatan ...................................................................

64

4. Korelasi Rank Spearman antara umur dengan persepsi ...........................

65

5. Korelasi Rank Spearman antara pendidikan dengan persepsi ..................

68

6. Korelasi Rank Spearman antara lama bermukim dengan persepsi ...........

71

7. Korelasi Rank Spearman antara pendapatan dengan persepsi..................

74

8. Peta lokasi proyek di Kecamatan Batang Toru .......................................

77

9. Peta kondisi penutupan lahan di dalam dan sekitar areal proyek .............

80

10. Peta kondisi penutupan lahan di dalam dan sekitar areal proyek
dengan citra satelit ...............................................................................

78

11. Dokumentasi penelitian ........................................................................

79

12. Surat keterangan selesai penelitian dari Desa Aek Pining .....................

81

13. Surat keterangan selesai penelitian dari Desa Napa...............................

82

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia bisa jadi adalah nama lain dari surga dunia jika dilihat dari
melimpahnya kekayaan alam dan kesuburan buminya. Negeri khatulistiwa ini
tercatat sebagai pemilik hutan alam khas tropika terluas ketiga setelah Brazil dan
Zaire. Sepuluh persen hutan tropika dunia berada di sepanjang khatulistiwa
Indonesia. Hutan tipe ini sangat kaya sumber-sumber biologik (10% spesies
tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% reptil, 17% spesies burung) dan
beraneka ragam kebudayaan masyarakat lokal. Lebih kurang 250 bahasa lokal dan
kelompok etnik yang menghuni kawasan yang penting bagi kesehatan dan
kenyaman bumi (Simon, 2004).
Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha terencana yang dilakukan
secara sadar oleh masyarakat dan pemerintah untuk mengubah keadaan yang
kurang baik menjadi lebih baik. Pembangunan daerah dilaksanakan dalam rangka
menunjang pembangunan nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan
penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut, daerah memerlukan dana dan sumber
biaya yang tidak sepenuhnya dapat diperoleh dari pemerintah pusat. Setiap daerah
memiliki sumber dana pembangunan sesuai dengan potensi daerah yang
bersangkutan seperti pertambangan dan perkebunan (Simon, 2004)
Pembangunan

hutan

selalu

ditujukan

untuk

memaksimumkan

produktivitas dengan berlandaskan kelestarian ekosistem. Dalam strategi


kehutanan sosial, produktivitas tidak hanya diukur dengan hasil hutan kayu,
melainkan meliputi semua aspek fungsi hutan secara utuh dan kepentingan para
pihak. Untuk itu perlu ditunjukkan nilai-nilai yang penting sebagai produk yang
diinginkan (Simon, 2004).
Pemerintah

kemudian

memproduksi

peraturan-peraturan

yang

memungkinkan para pemodal asing hadir dan diizinkan mengeksploitasi


sumberdaya hutan sekalipun pada saat itu tanpa didukung oleh pengetahuan
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

kehutanan yang memadai tentang hutan hujan tropika. Akumulasi eksploitasi yang
ekonomisentrik tersebut menimbulkan masalah-masalah sosioekologis baru di
negeri ini (Simon, 2004).
Banyak perusahaan tidak menyadari bahwa masyarakat lokal yang berada
di sekitarnya merupakan bagian dari lingkungan yang sangat mempengaruhi
kelangsungannya. Hubungan yang

kurang

baik antara perusahaan dan

lingkungannya akan sangat berpotensi menimbulkan konflik. Keberadaan


masyarakat lokal kini menjadi semakin kuat dan mereka cenderung lebih berani
memperjuangkan hak-haknya bahkan terkadang mereka menuntut di luar
kewajaran atau di luar kemampuan perusahaan sehingga banyak perusahaan saat
ini yang terancam angkat kaki karena besarnya tekanan dari masyarakat lokal
(Sitorus, 2001).
Sesungguhnya keberadaan perusahaan dapat

memberikan dampak

ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat
lokal. Beberapa dampak langsung perusahaan adalah kesempatan kerja/lowongan
pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan pembinaan. Dampak tidak
langsung dari perusahaan adalah seperti pembukaan jalan dan transportasi
perusahaan dapat sekaligus dimanfaatkan oleh masyarakat, kebutuhan para
pekerja perusahaan seperti sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dapat memajukan
perekonomian masyarakat setempat. Besar kecilnya dampak tersebut sangat
bergantung pada tingkat kepedulian perusahaan dan pekerjanya serta kesiapan
Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat lokal dalam memanfaatkan peluang
yang ada. Selama ini rendahnya SDM masyarakat lokal selalu menjadi masalah
utama sehingga selalu mereka tersingkir oleh pendatang dalam memanfaatkan
peluang. Masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan meningkatkan
pendidikan dan memberikan pelatihan (Sitorus, 2001).
Saat ini, di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan telah
dibuka sebuah perusahaan pertambangan emas di mana lokasi dari proyek
pertambangannya terletak di hutan masyarakat maupun lahan agroforestri di mana
kepemilikan lahannya dimiliki oleh masyarakat, adat maupun desa. Pada saat ini
proyek pertambangan pada tahap prakonstruksi yaitu pada tahap pembebasan
lahan dan awal konstruksi. Industri pengelolaan ini berpotensi menimbulkan
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

dampak positif dan negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitar


perusahaan pertambangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah kajian
mengenai persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas yang ada
di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Identifikasi Masalah
1. Bagaimana persepsi masyarakat di Kecamatan Batang Toru terhadap
pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru.
2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan,
dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan
pertambangan emas di Hutan Batang Toru.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat tehadap pembukaan
pertambangan emas di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Untuk mendeskripsikan hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan,
pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat terhadap
pembukaan pertambangan di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan faktor sosial ekonomi (umur,
pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi penting bagi
penentu kebijakan, khususnya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan pihakpihak terkait seperti dinas kehutanan untuk membuat kebijakan yang lebih baik
terkait dengan pembukaan pertambangan pada kawasan hutan.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan
Hutan memiliki definisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor
41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan.
Dalam perspektif ahli ekologi, hutan diartikan sebagai suatu masyarakat
tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan
lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan (Arief, 2001).
Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari
tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi
berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan dari sudut pandang ahli ekonomi,
hutan merupakan tempat untuk menanam modal jangka panjang yang sangat
menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) (Arief, 2001).

Jasa Lingkungan (Hutan)


Jasa lingkungan (hutan) adalah produk sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak
langsung (intangible), yang meliputi antara lain jasa wisata alam, rekreasi, jasa
perlindungan tata air atau hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan
banjir, keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon offset).
Letak geografis, luas dan karakteristik bio-fisik hutan Indonesia yang sangat
beragam merupakan keunggulan komparatif tersendiri dalam hal potensi jasa
lingkungan, sehingga apabila jasa lingkungan ini dikelola secara baik akan
memberikan nilai ekonomi kuantitatif maupun manfaat atau kepuasan kepada
konsumen jasa lingkungan (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam, 2007).
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Fungsi Hutan
Dalam pasal 6 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang
kehutanan, hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung,
dan fungsi produksi. Selanjutnya berdasarkan fungsi pokok tersebut pemerintah
menetapkan hutan menjadi tiga yaitu, hutan konservasi, hutan lindung dan hutan
produksi.
Menurut Arief (2001) hutan berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung)
merupakan kawasan yang keadaan alamnya diperuntukkan sebagai pengatur tata
air, pencegahan banjir, pencegahan erosi dan pemeliharaan kesuburan tanah.
Sedangkan hutan yang berfungsi konservasi (hutan konservasi) merupakan
kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Hutan merupakan faktor penting yang ikut menentukan keadaan iklim
serta lingkungan hidup global. Salah satu eksistensi dari hutan, memainkan
peranan yang besar dalam proses pembersihan udara, serta mengurangi
pemanasan bumi yang diakibatkan aneka polusi dan akibat kemajuan industri
negara maju (Zain, 1998).

Manfaat Hutan
Indonesia memilki luas hutan 144 juta hektar atau 75 persen dari total luas
daratan. Sekitar 49 juta hektar merupakan areal hutan lindung, sedangkan 64 juta
hektar telah dirancang untuk hutan produksi, dan luas selebihnya sebesar 31 juta
hektar disediakan untuk keperluan perluasan pertanian (Zain,1998).
Salim (1997) mengklasifikasikan manfaat hutan menjadi dua yaitu
manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Yang dimaksud dengan manfaat
langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan/dinikmati secara langsung oleh
masyarakat. Manfaat langsung berupa: kayu dan hutan ikutan, seperti rotan, getah,
buah-buahan, madu, dan lain-lain. Manfaat tidak langsung hutan adalah manfaat
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan
adalah keberadaan hutan itu sendiri. Ada delapan manfaat hutan secara tidak
langsung seperti yang dikemukakan Salim (1997), yaitu:
1. Mengatur tata air,
2. mencegah terjadinya erosi,
3. memberikan manfaat terhadap kesehatan,
4. memberikan rasa keindahan,
5. memberikan manfaat di sektor pariwisata,
6. memberikan manfaat dalam bidang pertahanan keamanan,
7. menampung tenaga kerja, dan
8. menambah devisa negara.

Pertambangan
Pengertian bahan galian menurut Manan dan Saleng (2004) ialah: unsurunsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batubatu mulia seperti emas yang merupakan endapan-endapan alam. Kemudian
karakteristiknya berupa: benda padat, cair dan gas yang keadaannya masih dalam
bentuk endapan alam atau letakan alam yang melekat pada batuan induknya dan
belum terjamah oleh manusia.
Pengusahaan pertambangan pada umunya tidak saja potensial untuk
merusak lingkungan fisik, tetapi juga potensial untuk menciptakan kesenjangan
ekonomi dan sosial. Betapa tidak, karena dalam pengusahaannya diperlukan
sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan tinggi dan pola hidup mewah,
sementara kemampuan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan masih
berpendidikan rendah dan pola hidup sangat sederhana. Akibatnya masyarakat
setempat tidak dapat berpartisipasi, sehingga lambat laun perbedaan ekonomi dan
status sosial antara pendatang dengan masyarakat sekitar akan semakin tajam dan
rawan. Bahkan kesenjangan yang mengarah kepada kecemburuan sosial sering
menjadi pemicu kerusuhan dan tindak kriminal (Manan dan Saleng, 2004).

Peran Pertambangan

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Penguasaan pertambangan memiliki peran yang strategis dan kontribusi


yang besar terhadap pembangunan di daerah. Sebab dengan penguasaan
pertambangan di daerah, otomatis akan terbentuk komunitas baru dan
pengembangan wilayah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah
kegiatan penguasaan pertambangan. Pengembangan wilayah yang demikian akan
membawa pengaruh perekonomian daerah, sebab masyarakat pencari kerja dan
pelaku ekonomi akan tertarik ke wilayah pertumbuhan yang baru. Dengan
demikian lambat laut jasa-jasa lainnya akan tumbuh, baik jasa yang terkait
langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan penguasaan pertambangan
(Manan dan Saleng, 2004).
Mengenai kontribusi penguasaan pertambangan terhadap kesejahteraan
rakyat, secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu: kontribusi langsung dan
kontribusi tidak langsung.
1. Kontribusi langsung sektor ini pada umumnya dirasakan atau dinikmati oleh
masyarakat sekitar wilayah usaha pertambangan, tetapi juga dapat merasakan
langsung dampak negatif yang akan timbul akibat pengusahaan pertambangan.
Misalnya dari aspek hukum mereka yang memenuhi syarat dapat terlibat
langsung dengan menjadi karyawan pada perusahaan pertambangan atau
mendapatkan dana recognisi karena tanahnya dimanfaatkan oleh pengusaan
pertambangan.
2. Kontribusi tidak langsung terhadap kesejahteraan rakyat adalah melalui
penerimaan negara baik iuran pertambangan, pajak maupun non-pajak serta
pungutan lain. Penerimaan negara tersebut digunakan oleh pemerintah untuk
membiayai pelaksanaan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia.
(Manan dan Saleng, 2004).
Kehadiran suatu perusahaan pertambangan diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat sekitarnya dan mereka bukan sebagai korban pasif
dari pengusahaan pertambangan. Tapi masyarakat sekitar seharusnya dianggap
sebagai suatu potensi yang dapat berperan aktif, sehingga membawa peningkatan
kapasitasnya untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Faktor penghambat untuk
dapat menjadikan masyarakat sekitar sebagai aktor atau pelaku adalah tingkat
pendidikan rendah, kurang pengalaman dan tidak terlatih, sehingga masyarakat
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

hanya dapat dipekerjakan sampai pada tahap konstruksi yang butuh tenaga kerja
semi skilled dan unskilled yang cukup banyak. Setelah itu tenaga kerja yang
dipakai adalah tenaga ahli (Manan dan Saleng, 2004).
Banyak perusahaan yang telah berusaha membina hubungan baik dengan
masyarakat. Beberapa perusahaan telah memberikan bantuan kepada masyarakat
lokal, seperti program bina desa hutan (PBDH), pembuatan jalan, beasiswa,
bantuan bibit tanaman pertanian, dan lapangan kerja. Namun, dalam kenyataannya
di lapangan, sebagian besar anggota masyarakat tidak puas akan bantuan-bantuan
yang selama ini diberikan oleh perusahaan. Kurangnya kesadaran masyarakat
lokal akan bantuan yang telah diterima dari perusahaan sering menimbulkan
terjadinya ketidakpuasan di antara mereka sehingga dapat menjadi salah satu
sumber terjadinya konflik. Konflik tersebut mendorong masyarakat untuk
melakukan tindakan-tindakan yang cenderung merugikan perusahaan dan
masyarakat itu sendiri. Bahkan, masyarakat saat ini lebih menerima perusahaanperusahaan baru karena diiming-imingi dengan janji yang lebih menggiurkan
terutama untuk jangka pendek (Sitorus, 2001).

Persepsi dan Perilaku


Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi
gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang
dimiliki

seseorang

mengenai

sesuatu

hal

sedangkan

perilaku

adalah

tindakan/aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat


dalam Sandi (2006) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan
pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Menurut Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor
dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat,
pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri
individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman
masa lalu dan latar belakang sosial budaya.
Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana
maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat bentukFachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan


kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan
dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya,
dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.
Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku
atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi
perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan
dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan
perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu
bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan.
Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini
dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).
Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku
yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang
sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya
juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul
ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh
Brehm dan Kassin tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang
menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan
oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya.
Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku.
Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku
yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya
tanggung jawab (Subagyo, 2005).
Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah
kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan
tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana
mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Sesuai dengan pendapat Wibowo (1988), banyak sekali faktor-faktor pada


diri perseptor (individu yang memberikan persepsi) yang dapat mempengaruhi
bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara
persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi
pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi
kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan, penghargaan. Selanjutnya beliau
mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada pendidikan seseorang,
kedudukan dalam starata sosial, dan latar belakang sosial budaya.

Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat


Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem dapat
terdiri dari lingkungan alam (ekosistem), lingkungan hidup sosial ekonomi (sosio
sistem), lingkungan hidup binaan/tekno sistem (Fandeli, 1992).
Ketiga sistem tersebut harus dipandang secara menyeluruh karena ketiga
sistem tersebut saling bergantung satu dengan yang lainnya. Demikian halnya
perubahan fungsi lahan juga akan membawa dampak terhadap lingkungan alam,
lingkungan binaan dan lingkungan sosial ekonomi maka selayaknya setiap ada
pembangunan hendaknya memperhitungkan ketiga aspek tersebut. Dampak sosial
ekonomi adalah konsekuensi sosial ekonomi dari kegiatan perubahan yang
direncanakan, baik perubahan biogenik, sosial ataupun ekonomi (Pelly, 1991).

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Landasan Teori
Pendidikan Masyarakat
Sumberdaya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa.
Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya
bersifat pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal,
memproduksi sumber-sumber alam, membangun berbagi organisasi sosial,
ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Cara yang
paling efektif dan efisien dalam mengembangkan sumberdaya manusia adalah
melalui pengetahuan masyarakat dengan memberi pelayanan pendidikan dan
kesehatan yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal
(pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi) dan pendidikan
non formal termasuk pelatihan dan penyuluhan (Yusnita dan Sudrajat, 2003).
Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia,
terutama dalam membuka pikirannya untuk menerima hal-hal yang masih baru
sekaligus dapat berfikir secara alamiah. Pendidikan dapat juga mengakibatkan
seseorang dalam masyarakat memilih fakta yang berkenaan dengannya, serta
menjadi pendorong pelaksanaan perubahan terhadapnya. Secara teortis hal
tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia (Van Den Ban dan
Hawkins, 1999).

Umur
Untuk mengetahui tingkat umur masyarakat, Sinaga (2003) dalam
penelitiannya pada masyarakat petani di kawasan hutan Kabupaten Karo membagi
tingkat umur menjadi lima kategori, yaitu:
a. Golongan sangat muda berusia kurang dari 20 tahun
b. Golongan muda berusia 21 tahun sampai dengan 30 tahun
c. Golongan dewasa berusia 31 tahun sampai dengan 40 tahun
d. Golongan tua berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

e. Golongan sangat tua lebih dari 50 tahun.


Seseorang dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melakukan suatu aktivitas
atau kegiatan tidak diukur dari umur seseorang melainkan dilihat dari berpikirnya.

Pendapatan
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan riil dari seluruh
anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama
maupun perorangan dalam rumah tangga. Pendapatan formal ialah pendapatan
yang diperoleh melalui pekerjaan pokok. Pendapatan informal adalah pendapatan
yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan di luar pekerjaan pokoknya.
Sedangkan pendapatan subsisten ialah pendapatan yang diperoleh dari sektor
produksi yang dinilai dengan uang. Dapat dikatakan juga bahwa pendapatan
rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan
informal dan pendapatan subsisten (Sumardi dan Evers, 1985).
Besar pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai
kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu adakalanya kemampuan
membiayai kebutuhan

hidup

tidak

sebanding

dengan keinginan untuk

mempertahankan kehidupannya. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan


terjadinya kemerosotan moral yang pada akhirnya akan bermuara pada
terbentuknya perilaku menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang menjadi
titik awal terjadinya penyimpangan perilaku akibat dorongan pemenuhan
kebutuhan ekonomi (Sukirno, 1985).

Lama Bermukim
Untuk melihat peningkatan kehidupan dapat dilihat pada tingkat harapan
hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya
hidup seseorang dalam suatu wilayah. Di dalam menentukan lamanya masyarakat
menempati suatu wilayah kerap kali dihadapkan pada berbagi dilema yang pelik,
karena sering kali seseorang pindah melewati suatu daerah tertentu, dan di daerah
tersebut disusun data statistika tetapi masyarakat yang telah didata hanya menetap
dalam waktu relatif singkat, sehingga akibatnya validitas data yang dihimpun
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

tidak jelas. Sebagai contoh pekerja tambang dan perkebunan seringkali pindah dan
bertempat tinggal selama satu tahun dan kemudian pindah lagi untuk bekerja di
bidang yang lain (Yassin, 2000).
Waktu

yang

dibutuhkan

masyarakat

dalam

beradaptasi

dengan

lingkungannya tidak terlepas dari kondisi pemukiman masyarakat. Hal itu akan
terkait dengan pengadaan lahan guna mendapatkan ruang untuk bertempat tinggal.
Lingkungan pemukiman akan sangat mempengaruhi pembinaan dan watak
manusia. Pemukiman sebagai suatu kesinambungan ruang kehidupan dari seluruh
unsurnya, baik yang alami maupun non alami yang saling mendukung dan
melindungi secara fisik, sosial dan budaya. Keanekaragaman kondisi sosio
budaya, sosio ekonomi dan fisik serta dinamika perubahannya, dijadikan dasar
pertimbangan utama pengelolaan dan pengembangan pemukiman yang terpadu
secara sosial maupun fungsional. Artinya pengembangan pemukiman bertujuan
untuk melakukan integral sosial, ekologis dan fungsional yang menjamin
peningkatan kulaitas hidup secara berkelanjutan (Syahrin, 1999).

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kecamatan Batang Toru adalah salah satu kecamatan yang ada di


Kabupaten Tapanuli Selatan. Di dalam Kecamatan Batang Toru terdapat 27 desa.
Di antara 27 desa yang ada di Kecamatan Batang Toru tersebut dijadikan penulis
menjadi desa sampel dalam penelitian ini, yaitu: Desa Aek Pining dan Desa Napa.

A. Desa Aek Pining


Keadaan Fisik Lingkungan
Desa Aek Pining adalah tempat penelitian penulis yang mempunyai batas
wilayah yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Napa.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumuran.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Napa.
Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya
No
1

Penggunaan
Pemukiman
- Pemukiman Umum
2
Untuk Bangunan
- Perkantoran
- Sekolah
- Tempat Ibadah
- Kuburan
- Jalan
3
Pertanian Sawah
- Sawah Tanah Hujan
4
Perkebunan
- Perkebunan Rakyat
Total
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining

Luas (Ha)
30,73
0,25
3,5
0,5
1,5
1,5
2,0
160,0
199,98

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Desa Aek Pining mempunyai kondisi topografi dan geografis sebagai


berikut.
Tabel 2. Luas Desa Aek Pining berdasarkan bentang alam
No
1
2

Bentang Alam
Dataran
Perbukitan/Pegunungan
Total
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining

Luas (Ha)
35
165
200

Tabel 3. Kondisi geografi Desa Aek Pining


No
Kondisi Geografi
1
Tinggi tempat di atas permukaan laut
2
Curah hujan rata-rata pertahun
3
Suhu rata-rata
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining

Keterangan
201 mdpl
2.000-3.000 mm/tahun
290 C

Kependudukan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Aek Pining berkisar 2.299 jiwa yang terdiri dari
laki-laki 1.157 orang dan perempuan 1.142 orang. Jumlah kepala keluarga
sebanyak 550 KK. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan jenis kelamin
No
1
2

Jenis Kelamin

Jumlah
1.157
1.142
2.299

Laki-laki
Perempuan

Total
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur


Jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan umur
No
1
2
3
4
5

Kelompok Umur
< 20
21 30
31 40
41 50
> 50

Jumlah
543
329
315
988
124

Persen
23.62
14.31
13.70
42.98
5.39

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Total
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining

2.299

100

Tingkat umur penduduk di Desa Aek Pining yang paling dominan adalah
pada jenjang umur 41-50 tahun yaitu sebesar 988 orang, yang dapat dilihat pada
tabel di atas.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel
6 berikut.
Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan tingkat pendidikan
No
1
2
3
4
5

Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMU
PT

Total
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining

Jumlah

Persen

220
756
762
531
30
2.299

9.57
32.88
33.14
23.10
1.31
100

Di Desa Aek Pining pendidikan yang paling dominan adalah SMP sebesar
762 orang (33.14%), SD sebanyak 756 orang (32.88%), SMU sebanyak 531 orang
(23.10%), Tidak Sekolah sebanyak 220 orang (9.57%), dan yang paling rendah
adalah yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 30 orang
(1.31%).

Penggolongan Masyarakat Berdasarkan Mata Pencaharian


Dengan jumlah penduduk 2.299 jiwa diketahui bahwa sebagian besar mata
pencaharian penduduk di Desa Aek Pining adalah pedagang dan petani. Hal ini
sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di Desa Aek Pining yaitu sebagai
salah satu daerah perkebunan dan pertanian di Kecamatan Batang Toru. Untuk
lebih mengetahui mata pencaharian penduduk lebih lanjut, maka berikut ini
penulis kemukakan dalam bentuk tabel yang tertera di bawah ini.
Tabel 7. Komposisi masyarakat Desa Aek Pining berdasarkan mata pencaharian
No
1
2
3
4
5
6
7

Mata Pencaharian
Petani
Peternak
Buruh Industri
PNS/ABRI
Pegawai Swasta
Pegawai BUMN/BUMD
Perbankan

Jumlah
102
12
56
52
12
5
36

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

8
9
10
11

Pedagang
Jasa Angkutan
Perbengkelan
Lain-lain

Total
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining

107
27
11
1.879
2.299

B. Desa Napa
Keadaan Fisik Lingkungan
Desa Napa adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Batang Toru
yang mempunyai batas wilayah yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batuhoring.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Aek Pahu dan Desa Napa.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Telo.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wek IV.
Luas wilayah Desa Napa menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel
8 di bawah ini.
Tabel 8. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya
No
1

Penggunaan
Pemukiman
- Pemukiman Umum
2
Untuk Bangunan
- Perkantoran
- Sekolah
- Tempat Ibadah
- Kuburan
- Jalan
3
Pertanian Sawah
- Sawah Tanah Hujan
4
Perkebunan
- Perkebunan Rakyat
Total
Sumber data: Kantor Desa Napa

Luas (Ha)
21,02
2,5
6,5
1,0
3,0
3,5
20,0
48,51
103,03

Desa Napa mempunyai kondisi topografi dan geografis sebagai berikut.


Tabel 9. Luas Desa Napa berdasarkan bentang alam
No
1
2

Bentang Alam

Dataran
Perbukitan/Pegunungan
Total
Sumber data: Kantor Desa Napa

Luas (Ha)
200
1.600
1.800

Tabel 10. Kondisi geografi Desa Napa


No
1
2

Kondisi Geografi
Tinggi tempat di atas permukaan laut
Curah hujan rata-rata pertahun

Keterangan
208 mdpl
2.000-3.000 mm/tahun

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

290 C

Suhu rata-rata

Sumber data: Kantor Desa Napa

Kependudukan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Napa berkisar 1.025 jiwa yang terdiri dari laki-laki
522 orang dan perempuan 503 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 250 KK.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.
Tabel 11. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan jenis kelamin
No
1
2

Jenis Kelamin

Jumlah
522
503
1.025

Laki-laki
Perempuan
Total

Sumber: Kantor Desa Napa

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur


Jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan umur
No
1
2
3
4
5

Kelompok Umur
< 20
21 30
31 40
41 50
> 50
Total
Sumber data: Kantor Desa Napa

Jumlah
233
155
353
222
62
1.025

Persen
22.73
15.12
34.44
21.66
6.05
100

Tingkat umur penduduk di Desa Napa yang paling dominan adalah pada
jenjang umur 31-40 tahun yaitu sebesar 353 orang yang dapat dilihat pada tabel di
atas.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel
13 berikut.
Tabel 13. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan tingkat pendidikan
No

Tingkat Pendidikan

Jumlah

Persen

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

1
2
3
4
5

Tidak sekolah
SD
SMP
SMU
PT
Total

466
321
143
56
39
1.025

45.46
31.32
13.95
5.46
3.81
100

Sumber data: Kantor Desa Napa

Di Desa Napa pendidikan yang paling dominan adalah Tidak Sekolah


sebesar 466 orang (45.46%), dan yang paling rendah adalah yang memiliki
pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 39 orang (3.81%).

Penggolongan Masyarakat Berdasarkan Mata Pencaharian


Dengan jumlah penduduk 1.025 jiwa diketahui bahwa sebagian besar mata
pencaharian penduduk adalah petani dan pedagang. Hal ini sesuai dengan kondisi
lingkungan yang ada di Desa Napa yaitu sebagai salah satu daerah perkebunan
dan pertanian di Kecamatan Batang Toru. Untuk lebih mengetahui mata
pencaharian penduduk lebih lanjut, maka berikut ini penulis kemukakan dalam
bentuk tabel yang tertera di bawah ini.
Tabel 14. Komposisi masyarakat Desa Napa berdasarkan mata pencaharian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Mata Pencaharian
Petani
Peternak
Buruh Industri
PNS/ABRI
Pegawai Swasta
Pegawai BUMN/BUMD
Perbankan
Pedagang
Jasa Angkutan
Perbengkelan
Lain-lain
Total
Sumber data: Kantor Desa Napa

Jumlah
543
5
58
21
10
1
2
155
33
30
167
1.025

Hutan Batang Toru


Kawasan Hutan Batang Toru yang dijadikan sebagai judul penelitian ini
merupakan kawasan hutan yang berada di wilayah Kecamatan Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi: hutan produksi terbatas, hutan adat,
hutan hak milik, hutan agroforestri dengan total wilayah mencapai 23.742 ha.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Sedangkan kawasan Hutan Batang Toru secara keseluruhan merupakan


Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total wilayah mencapai 234.399 ha dan
mencakup tiga kabupaten, yaitu: Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli
Selatan. Hasil survei keanekaragaman hayati menunjukan bahwa kawasan Hutan
Batang Toru memiliki tingkat keunikan dan keanekaragaman hayati yang tinggi
sehingga

dapat

dinyatakan

sebagai

kawasan

penting

bagi

pelestarian

keanekaragaman hayati (key biodiversity area) khususnya orangutan, spesies


kebanggaan Provinsi Sumatera Utara. Adapun luas berdasarkan fungsi kawasan
Hutan Batang Toru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 15. Luas kawasan Hutan Batang Toru berdasarkan fungsinya
No
1
2
3

Mata Pencaharian
Hutan lindung
Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
Total
Sumber data: Kantor Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan

Luas (Ha)
25.315
93.628
17.341
136.284

Perusahaan Pertambangan Di Kecematan Batang Toru


Perusahaan pertambangan saat ini yang berada di Kecamatan Batang Toru
adalah PT. Agincourt Resources (PT. AGC). Pada bulan April 1996, PT Austindo
Mining Corporation (AMC), sebuah perusahaan Indonesia dan Normany Anglo
American (NAA), sebuah perusahaan Singapura mengadakan perjanjian patungan
untuk mendirikan PT Danau Toba Mining (PTDTM).
Pada bulan Juli 2004 AMC mengalihkan andilnya dalam PTDTM kepada
PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ), sebagai hasil merjer dan konsolidasi antara
AMC dan ANJ. Bulan Maret 2004, ANJ menuntaskan pengalihan sebagian
andilnya pada PTAR kepada South Seas Resources Pte Ltd, sebuah perusahaan
Singapura. Bulan november 2004, ANJ menuntaskan pengalihan andilnya pada
PTAR kepada PT Newton Pasific Nusantara (PTNPN).
Sejak terlibat dengan PTDTM, Newmont South East Asia Pte Ltd (NSEA)
telah berganti nama beberapa kali dengan nama NAA Indonesia Pte Ltd,
Normandy Anglo Pte Ltd dan Normany South East Asia Pte Ltd. Dengan
penggabungan Newton dengan Normandy Mining tahun 2002, nama Normandy
South Asia Pte Ltd diganti menjadi Newton South East Asia Pte Ltd.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Pada tahun 2006 Agincourt Resources (Singapura) Pte Ltd (ARS) di


bawah kelola Agincourt Resorces Ltd. AGC membeli proyek Martabe dan
mengendalikan berbagai entitas terkait dari Newmont. Dan perusahaan ini adalah
milik Oxiana Ltd. (OXR). OXR mengakuisisi AGC dan hak-hak untuk
menuruskan pengembangan proyek bulan April 2007 melalui pengambilalihan
perusahaan.

Perusahaan

ini

bertujuan

untuk

mengembangkan

proyek

pertambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan,


Provinsi Sumatera Utara (Laporan Utama ANDAL, 2008).
Proyek ini berada di bawah naungan Kontrak Karya (KK) berdasarkan
Keputusan Presiden No. B-143/Pres/1997 tertanggal 17 Maret 1997, Kontrak
Karya tersebut telah mengalami dua kali penciutan, saat ini mencakup areal 2.563
km2 . Luas wilayah kegiatan eksploitasi yang diusulkan oleh PT. AGC adalah 28,6
km2 atau 2.863 ha meliputi wilayah dalam satu kecamatan, yaitu Kecamatan
Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di 2 desa yang berada di sekitar pertambangan
emas di Hutan Batang Toru, yaitu:
1. Desa Aek Pining.
2. Desa Napa.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan alasan bahwa daerah
tersebut merupakan desa yang paling dekat dengan lokasi pertambangan dan desa
yang berpotensi paling besar merima dampak dari pembukaan pertambangan
tersebut (Laporan Utama ANDAl, 2008). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober dan Nopember 2008.

Alat dan Bahan


Alat-lat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

Kuesioner

Alat tulis

Kamera

Komputer
Bahan yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yang diperlukan meliputi data-data responden yang


diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan. Adapun data
sekunder yang dipergunakan meliputi luas hutan, kondisi hutan serta data
kependudukan yang diperoleh dari instansi pemerintah (kantor desa, kantor
kecamatan, dinas kehutanan) dan studi literatur (studi pustaka).
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar
kawasan pertambangan emas yaitu Desa Aek Pining dan Desa Napa. Dari data
monografi desa tahun 2007, Desa Aek Pining memiliki populasi penduduk
sebesar 2.299 jiwa atau 550 KK. Sedangkan Desa Napa sebesar 1.025 jiwa atau
250 KK. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara purposive sampling
(sampel bertujuan), yaitu responden dipilih pertama kali berdasarkan kriteria
tingkat pendidikannya. Hal ini dilakukan agar diperoleh keseimbangan antara
setiap kriteria, kemudian dilihat berapa jumlah responden berdasarkan kriteria
lainnya seperti: umur, pendapatan dan lama bermukim. Sehingga didapatkan hasil
yang seimbang antar kriteria.
Menurut Arikunto (2006), purposive sampling dilakukan dengan cara
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi
didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena
beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana
sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Berdasarkan data populasi yang ada maka untuk menghitung jumlah
sampel, digunakan rumus Arikunto. Menurut Arikunto, apabila subjeknya kurang
dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara
10%-15%, atau 20%-25%, atau lebih, tergantung setidaknya dari:
a. Kemampuan penelitian di lihat dari tenaga, dan dana (biaya).
b. Sempitnya atau luasnya wilayah penelitian dari subjek, karena hal ini
menyangkut sedikit banyaknya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik
(Arikunto, 2006).
Sehingga dari rumus di atas didapat sampel sebesar: 10% x 800 KK = 80 KK.

Jenis Data Penelitian


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa:
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

a. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung terhadap
responden. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara untuk mendapatkan
jawaban langsung berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.
Data primer yang diperlukan adalah identitas responden, sosial ekonomi,
persepsi,

dan

partisipasi

masyarakat

terhadap

keberadaan

perusahaan

pertambangan emas.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang ada
pada instansi pemerintah yang meliputi kondisi umum lokasi penelitian dan
literatur-literatur yang mendukung.

Teknik Pengumpulan Data


1. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dibuat kepada
responden, untuk mempermudah peneliti melakukan wawancara secara langsung
sehingga tujuan peneltian dapat dijawab.
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi dengan mangajukan
pertanyaan sesuai dengan kuesioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai
dengan tujuan penelitian. Wawancara ini terstruktur menggunakan kuesioner yang
ditanyakan kepada beberapa responden, tokoh yang ada pada desa tersebut dan
aparat desa setempat. Selain itu, wawancara juga dilakukan pada dinas pemerintah
daerah yang dianggap perlu untuk memperoleh informasi pendukung lainnya.
3. Observasi
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang tidak bisa diperoleh
dengan cara wawancara, karena terdapat hal-hal yang bersifat rahasia. Sehingga
peneliti harus belajar mengamati secara cermat kondisi yang ada di wilayah
penelitian, yang sangat mungkin itu merupakan jawaban yang diharapkan.
4. Studi literatur (pustaka)
Studi literatur (pustaka) ini dilakukan untuk mendapatkan data-data
sekunder yang mendukung akurasi data yang diperlukan dalam penelitian.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Analisis Data
Penelitian ini merupakan suatu kajian deskriptif yaitu penelitian yang
bermaksud membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu (Usman dan Akbar, 2001). Pada
tingkat persepsi menggunakan skala Likert dan untuk melihat hubungan sosioekonomi (umur, pendidikan, lama bermukim dan pendapatan) terhadap persepsi
mayarakat setempat tentang pembukaan pertambangan di kawasan Hutan Batang
Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank (Nazir, 2003).
Dengan rumus sebagai berikut :
rs = 1

6 di 2
n n2 1

Dimana : di = beda antar dua pengamatan berpasangan


n = banyak pengamatan

Menurut Priyatno (2008) pedoman untuk memberikan interpretasi


koefisien korelasi sebagai berikut :
0,00 0,49 = hubungan rendah
0,50 1,00 = hubungan kuat

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Defenisi dan Batasan Operasional


Defenisi
-

Persepsi adalah pengalaman seseorang tentang objek, peristiwa atau


hubungan

yang

diperoleh

dengan

menyimpulkan

informasi

dan

menafsirkan pesan.
-

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi
sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Pertambangan di kawasan hutan adalah proses pengambilan atau


penggalian (ekstraksi) bahan-bahan mineral yang berada pada suatu
kawasan hutan.

Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan yang berkenaan dengan


masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dijalani masyarakat.

Umur adalah jumlah tahun hidup responden mulai lahir sampai saat
sekarang.

Lama bermukim adalah jumlah tahun menjadi pemukim di lokasi


penelitian.

Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota keluarga


yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan
dalam rumah tangga.

Batasan Penelitian
1. Persepsi masyarakat terhadap :
a. Keberdaan hutan dan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru,
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

b. Manfaat hutan dan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru,


c. Dampak yang ditimbulkan yaitu dampak:

Sosial

Ekonomi

Lingkungan.

2. Faktor sosial meliputi umur, pendidikan dan lama bermukim.


3. Faktor ekonomi meliputi tingkat pendapatan rata-rata masyarakat setiap bulan.
4. Sampel penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang di Desa Aek Pining
dan Desa Napa, Kecamatan Batang Toru yang merupakan desa yang paling
dekat dengan lokasi pertambangan.
5. Sampel diambil secara purposive sampling.
6. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan perusahaan pada saat tahap
eksplorasi perusahaan di kawasan Hutan Batang Toru.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden


Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah sejumlah 80 warga dan seluruhnya tinggal di Desa Aek Pining dan Desa
Napa, Kecamatan Batang Toru. Keberadaan dan aktivitas dari seluruh masyarakat
yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek
seperti berikut.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat
pendidikan di Desa Aek Pining dan Desa Napa yang dapat dilihat pada Tabel 16
dan 17 berikut.
Tabel 16. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aek
Pining
No
1
2
3
4
5

Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMU
PT
Total

Jumlah
11
11
11
11
11
55

Persen
20
20
20
20
20
100

Tabel 17. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Napa


No
1
2
3
4
5

Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMU
PT
Total

Jumlah
5
5
5
5
5
25

Persen
20
20
20
20
20
100

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Pada umumnya responden di daerah penelitian hanya sampai pada Sekolah


Menengah Pertama (SMP) yaitu dapat dilihat pada data kependudukan menurut
tingkat pendidikan di Desa Aek Pining. Di Desa Napa diketahui bahwa tingkat
pendidikan paling dominan adalah Tidak Sekolah. Hal ini disebabkan karena
responden sebagian besar tidak mempunyai dana untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMU dan PT. Dari 80 responden,
penulis mengambil responden berdasarkan kriteria pendidikan secara seimbang
yaitu 20 persen tiap tingkat pendidikan. Dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
persepsi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan secara seimbang.

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur


Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner secara keseluruhan di Desa Aek
Pining dan Desa Napa diketahui bahwa kelompok umur yang dominan adalah >
51 sebanyak 21 orang (26%). Selanjutnya kelompok yang rentang umurnya 31
40 sebanyak 21 orang (26%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur < 20
yaitu sebanyak 0 orang (0%), karena tidak dijumpai kepala keluarga di bawah
umur lebih kecil dari 20 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 18 dan
19 sebagai berikut.
Tabel 18. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Aek Pining
No
1
2
3
4
5

Kelompok Umur
< 20
21 30
31 40
41 50
> 51
Total

Jumlah
0
13
14
13
15
55

Persen
0
23,64
25,45
23,64
27,27
100

Tabel 19. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Napa


No
1
2
3
4
5

Kelompok Umur
< 20
21 30
31 40
41 50
> 51
Total

Jumlah
0
6
7
6
6
25

Persen
0
24
28
24
24
100

Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim


Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim


di Desa Aek Pining dan Desa Napa seperti terlihat pada tabel 20 dan 21 di bawah
ini:
Tabel 20. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Aek Pining
No
1
2
3
4
5

Lama Bermukim (Tahun)


5
6 - 10
11 - 15
16 20
> 20
Total

Jumlah
7
5
12
1
30
55

Persen
12,73
9,09
21,81
1,82
54,55
100

Tabel 21. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Napa


No
1
2
3
4
5

Lama Bermukim (Tahun)


5
6 - 10
11 - 15
16 20
> 20
Total

Jumlah
9
4
1
2
9
25

Persen
36
16
4
8
36
100

Komposisi responden berdasarkan lama bermukim lebih banyak pada


rentang > 21 tahun sebanyak 39 orang (49%). Responden yang telah bermukim di
daerah penelitian selama >21 tahun sebagian besar mengatakan bahwa mereka
sejak kecil telah bermukim di daerah tersebut dan tidak pernah pindah.

Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan


Komposisi penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat
pendapatan dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23 berikut.
Tabel 22. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Aek
Pining
No
1
2
3
4
5

Tingkat Pendapatan (Rp)


500.000
501.000 1.000.000
1.001.000 1.500.000
1.501.000 2.000.000
> 2.001.000
Total

Jumlah
11
30
6
5
3
55

Persen
20,00
54,55
10,91
9,09
5,45
100

Tabel 23. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Napa


No
1
2
3
4

Tingkat Pendapatan (Rp)


500.000
501.000 1.000.000
1.001.000 1.500.000
1.501.000 2.000.000

Jumlah
0
16
4
5

Persen
0
64
16
20

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

> 2.001.000
Total

25

100

Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat di Desa Aek Pining


dan

Desa

Napa

masih

tergolong

rendah,

karena

masyarakat

hanya

menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian yaitu padi sawah dan karet. Sistem
yang diterapkan oleh masyarakat juga masih bersifat tradisional, sehingga
cenderung produktivitas tidak meningkat. Jumlah responden yang memiliki
penghasilan agak tinggi memiliki persentase yang kecil yaitu sebesar 4%.
Responden tersebut pada umumnya memiliki usaha sampingan di luar sektor
pertanian.

Tingkat Persepsi Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa


Persepsi masyarakat di Desa Aek Pining dan Desa Napa dibagi menjadi
dua bagian, yaitu persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Batang Toru
dan persepsi masyarakat terhadap pertambangan emas pada kawasan Hutan
Batang Toru.

Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Batang Toru


Persepsi masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa terhadap keberadaan
Hutan Batang Toru menyangkut tentang pengertian, manfaat, dampak kerusakan,
dan kelestarian hutan. Secara lebih rinci akan dipaparkan di bawah ini.

Persepsi Masyarakat Tentang Defenisi Hutan


Dari responden yang ditanyakan bagaimana pendapat mereka tentang
apakah lokasi pertambangan emas sekarang adalah termasuk kawasan hutan
sesuai dengan defenisi hutan, bahwasanya mereka memiliki persepsi yang
beragam, hal ini dapat dilihat Tabel 24 sebagai berikut:
Tabel 24. Persepsi masyarakat tentang apakah lokasi pertambangan emas
sekarang adalah termasuk kawasan hutan sesuai dengan defenisi hutan
yaitu merupakan daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi
dan dilestarikan oleh manusia
No

Persepsi

Responden
Jumlah

Persen

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

1
2
3
4
5

Sangat Tidak Setuju


Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total

0
48
0
32
0
80

0
60,00
0
40,00
0
100

Dari tabel 24 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 40% responden setuju
terhadap peryataan bahwa lokasi pertambangan di daerah mereka adalah kawasan
hutan yaitu sesuai dengan defenisi hutan yang merupakan daerah yang didominasi
pohon yang wajib dilindungi dan dilestariakan oleh manusia. Angka tersebut di
atas membuktikan bahwa sebagian masyarakat sudah mengetahui tentang defenisi
hutan.
Sebagian besar responden mengatakan bahwa informasi tentang hutan
mereka ketahui dari dinas kehutanan yang datang melakukan sosialisasi
menyangkut hutan yang difasilitasi oleh pemerintah setempat. Namun sebelum
adanya pertambangan di daerah mereka, dinas kehutanan tidak pernah melakukan
sosialisasi secara khusus. Jadi dapat dikemukakan bahwa mayoritas masyarakat
baru mengetahui apa itu hutan, dimana sebelumnya kebanyakan di antara mereka
sama sekali tidak tahu apa itu hutan.
Menurut penuturan masyarakat bahwa informasi tentang hutan mereka
ketahui secara jelas baru tiga tahun terakhir ini, sebelumnya sebagian besar dari
masyarakat tidak mengetahuinya secara jelas. Tetapi setelah adanya pertambangan
tersebut, dinas kehutanan juga gencar melakukan sosialisasi, sehingga frekuensi
mendengar pengertian hutan semakin sering. Dalam penyuluhan terhadap
masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa disampaikan bahwa sebagian besar
lahan masyarakat masuk dalam kawasan hutan. Kondisi tersebut mempengaruhi
persepsi dan pemahaman masyarakat tentang hutan sehingga ada sebagian
masyarakat yang mengangap bahwa lahan milik pribadi adalah bukan termasuk
areal hutan melainkan areal perkebunan milik masyarakat. Mereka juga
mengatakan bahwa areal pertambangan adalah bukan areal hutan melainkan
adalah areal perkebunan yang berhak untuk dijual. Fenomena ini juga dapat
memicu konflik horizontal antara masyarakat dengan pemerintah, kalau tidak
diatasi secara cermat oleh pihak-pihak terkait.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Manfaat Hutan
Atas

pernyataan

apakah

hutan

yang

dijadikan

sekarang

areal

pertambangan mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, untuk mencegah


banjir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekreasi dapat dilihat pada tabel 25
sebagai berikut.

Tabel 25. Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan untuk mengatur tata air,
untuk mencegah banjir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekresi
No

Persepsi

1
2
3
4
5

Sangat Tidak Setuju


Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total

Responden
Jumlah
0
48
0
32
0
80

Persen
0
60,00
0
40,00
0
100

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian kecil masyarakat setuju bahwa
areal pertambangan sekarang ini bermafaat bagi kehidupan masyarakat Batang
Toru khususnya masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa, yaitu untuk
mengatur tata air, mencegah bajir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekreasi.
Responden yang menjawab setuju adalah responden yang memilki tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dan tidak memiliki lahan hak milik di lokasi
pertambangan tersebut dan yang menjawab tidak setuju adalah responden yang
tingkat pendidikannya rendah dan merupakan responden yang memilki lahan di
lokasi pertambangan dan yang bekerja di perusahaan pertambangan. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi hutan itu
sendiri dan pengaruh ekonomi masyarakat yang rendah sehingga tidak menyadari
bahwa kawasan dari areal proyek pertambangan tersebut pada masa yang akan
datang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di daerah Batang Toru
sendiri..
Pada dasarnya persepsi masyarakat tentang manfaat hutan (seperti pada
tabel 25) adalah sama dan bersifat positif. Ada yang lebih mementingkan nilai
ekologi daripada ekonomi dan sebaliknya. Persepsi masyarakat dan persepsi yang
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

positif terhadap hutan lebih dipengaruhi oleh faktor sumber informasi tentang
pengertian dan manfaat hutan. Pengetahuan masyarakat tentang hutan diperoleh
dari sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Tapanuli
Selatan. Faktor lainnya yang mempengaruhi kesamaan persepsi tentang manfaat
hutan sebahagian masyarakat adalah penyampaian informasi dari masyarakat yang
mendengar dan mengikuti secara langsung kegiatan penyuluhan kepada anggota
masyarakat yang tidak mengikutinya. Hasil aktivanya masyarakat rata-rata
memiliki konsep yang sama tentang manfaat hutan. Selain itu, pengalaman
responden yang sudah lama berinteraksi dengan hutan dan sudah sering melihat
fonomena alam seperti longsor, juga mempengaruhi persepsi masyarakat tentang
manfaat hutan. Hal ini sesuai dengan peryataan Van Den Ban dan Hawkins
(1999) bahwa secara teortis pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan pandangan
manusia.

Dampak Kerusakan Kawasan Hutan


Atas pertanyaan apabila Hutan Batang Toru rusak akibat pertambangan
akan menyebabkan hutan banjir, longsor, binatang buas masuk ke kampung dan
lingkungan akan rusak bahkan menyebabkan hilangnya nyawa manusia pada
Tabel 26 berikut.
Tabel 26. Persepsi Masyarakat tentang dampak kerusakan hutan
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total

Responden
Jumlah
0
48
0
32
0
80

Persen
0
60,00
0
40,00
0
100

Persepsi masyarakat terhadap dampak kerusakan Hutan Batang Toru


(seperti pada tabel 26) diketahui bahwa sebagian kecil masyarakat memiliki
pandangan yang positif terhadap hutan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
responden yang menjawab setuju 32 orang (40%). Hal ini juga tidak terlepas dari
pengetahuan dan pamahaman masyarakat akan arti pentingya hutan, dan juga
informasi yang mereka terima dari luar mengenai banyaknya bencana alam yang
terjadi di daerah lain akibat pertambangan. Rata-rata responden yang menjawab
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

setuju adalah mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa
faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi,
minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar
diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok,
pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya.
Responden yang menjawab yang tidak setuju adalah 48 orang (60%).
Keadaan ini dipengaruhi kurangnya informasi yang diperoleh responden dan juga
mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa areal pertambangan adalah termasuk
sebuah kawasan hutan karena mereka menganggap kawasan hutan adalah
kawasan yang memang hutan murni dan milik pemerintah dan mereka juga tidak
yakin ketika lokasi pertambangan rusak dapat menyebabkan masuknya binatang
buas ke perkampungan mereka. Responden yang menjawab tidak setuju adalah
dari responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yang mempunyai
lahan milik di areal pertambangan dan yang bekerja di perusahaan tersebut.

Hutan Batang Toru Harus Dijaga dan Dilestarikan


Dari pernyataan tentang Batang Toru harus dijaga dan dilestarikan
responden menanggapinya secara berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 27 di bawah ini.
Tabel 27.
No
1
2
3
4
5

Persepsi masyarakat tentang kawasan hutan harus dijaga dan


dilestarikan
Persepsi

Sangat Tidak Setuju


Tidak Setuju
Ragu-Ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total

Responden
Jumlah
0
48
0
32
0
80

Persen
0
60,00
0
40,00
100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki persepsi yang
bervariasi. Dari jumlah responden yang ditanya diketahui bahwa yang
manyatakan setuju mempunyai persentase yang paling kecil. Hal ini disebabkan
karena tingkat pendidikan masyarakat yang sudah tinggi dan memiliki hubungan
yang erat dengan hutan, seperti pekerjaannya yang langsung berhubungan dengan
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

hutan yaitu bertani dan berkebun dan yang mempunyai pendidikan yang lebih
tinggi. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat memiliki pengharapan yang tinggi
terhadap hutan dan mereka menyadari arti pentingnya hutan demi kelestarian yang
berkelanjutan. Dan responden yang menjawab tidak setuju akan pelestarian hutan
adalah terkecil, hal ini disebabkan kekurangan pengetahuan masyarakat tentang
pengertian, fungsi dan manfaat hutan itu sendiri sehingga mereka tidak
mengetahui bahwa Hutan Batang Toru yang menjadi areal pertambangan saat ini
harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Wibowo (1998) bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh pengalaman hidup
dan pendidikannya.

Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan Di Kawasan Hutan Batang


Toru
Keberadaan Pertambangan Di Kawasan Hutan Batang Toru
Dari responden yang ditanya tentang tanggapan mereka terhadap
keberadaan pertambangan di Hutan Batang Toru bahwasanya masyarakat
memiliki persepsi yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
28 di bawah ini.
Tabel 28. Persepsi masyarakat tentang keberadaan pertambangan di kawasan
Hutan Batang Toru
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Tidak Bermanfaat
Tidak Bermanfaat
Biasa Saja
Bermanfaat
Sangat Bermanfaat
Total

Responden
Jumlah
0
32
0
48
0
80

Persen
0
52,50
0
47,50
0
100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat


memandang postif keberadaan pertambangan yang ada di daerah mereka. Sesuai
dengan penuturan sebagian besar masyarakat bahwa informasi tentang
pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru sudah diketahui mereka sejak tahun
2001, kebanyakan masyarakat mengungkapkan bahwa informasi tersebut banyak
mereka peroleh dari pemerintah setempat (camat, kepala desa), tokoh adat dan
tokoh agama.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Kejelasan informasi tentang pertambangan tersebut semakin diketahui


masyarakat setelah adanya sosialisasi secara khusus tahun 2008 dari pihak
pertambangan dan pihak-pihak terkait lainya termasuk dinas kehutanan.
Masyarakat mengetahui bahwa pertambangan tersebut berada pada kawasan
Hutan Batang Toru, di mana kawasan hutan itu terdiri dari hutan adat, hutan
rakyat dan hutan produksi. Implikasi dari informasi tersebut membuat kondisi
psikologis masyarakat di daerah penelitian mulai memanas, karena mereka takut
lahan mereka diklaim sebagai hutan negara yang nota bene sudah memiliki
sertifikat dan mereka juga takut dampak yang akan ditimbulkan oleh
pertambangan dikemudian hari seperti pada areal pertambangan lain yang ada di
Indonesia yang lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap ekologi.
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan di kawasan hutan
(seperti pada Tabel 28) dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat memandang
positif keberadaan pertambangan yang ada di daerah mereka. Jumlah responden
yang mengatakan bermanfaat 42 orang (60%) dan mengatakan tidak bermanfaat
adalah 38 orang (40%). Masyarakat yang menjawab bermanfaat berharap dengan
hadirnya pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru, akan mampu mendorong
peningkatan kesejahteraan mereka. Seperti pada pembebasan lahan, dan
perekrutan tenaga kerja sebesar 1500 karyawan pada tahap konstruksi (Laporan
Andal Perusahaan, 2008).
Jumlah responden yang mengatakan tidak bermafaat adalah yang paling
kecil, mereka adalah responden yang sudah mempunyai tingkat pendidikan yang
tinggi yaitu perguruan tinggi. Mereka menganggap terlalu dini mengatakan bahwa
pertambangan ini bermanfaat bagi daerah mereka, karena masih pada tahap
konstruksi dan menilai dampak yang ditimbulkan kelak mungkin lebih kearah
yang negatif yaitu kerusakan lingkungan. Hal ini sesuai dengan peryataan Manan
dan Saleng (2004) yang menyatakan pengusahaan pertambangan pada umunya
tidak saja potensial untuk merusak lingkungan fisik, tetapi juga potensial untuk
menciptakan kesenjangan ekonomi dan sosial.

Pola Pertambangan Terbuka

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Atas pertanyaan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pertambangan


terbuka apabila dilakukan oleh perusahaan pertambangan di areal Hutan Batang
Toru nantinya, dapat dilihat pada Tabel 29 sebagai berikut.
Tabel 29. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan terbuka
No

Persepsi

1
2
3
4
5

Sangat Tidak Baik


Tidak Baik
Ragu-Ragu
Baik
Sangat Baik
Total

Responden
Jumlah
0
80
0
0
0
80

Persen
0
100
0
0
0
100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tanggapan masyarakat terhadap pola
pertambangan terbuka menunjukkan bahwa responden pada umumnya sudah
mengetahui apa itu pola pertambangan terbuka yaitu dapat dilihat dari jawaban
responden yang menjawa tidak baik.
Responden yang menjawab pola pertambangan terbuka itu menjawab tidak
baik yaitu mutlak sebesar 100 %. Mereka mengangap pola pertambangan terbuka
itu sangat merugikan secara ekologi. Responden banyak mengetahui informasi
tentang pola pertambangan terbuka melalui penyuluhan oleh dinas kehutan, surat
kabar maupun berita dari media lainnya. Seperti yang dikutip dari jawaban
mereka.

Pola Pertambangan Tertutup


Atas pertanyaan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pola
pertambangan tertutup dapat dilihat pada Tabel 30 sebagai berikut.
Tabel 30. Persepsi masyarakat tentang pola pertambagan tertutup
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Tidak Baik
Tidak Baik
Ragu-Ragu
Baik
Sangat Baik
Total

Responden
Jumlah
0
0
0
100
0
80

Persen
0
0
0
100
0
100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden pada umunya mengatakan
bahwa pola pertambangan tertutup itu lebih baik dari pola pertambangan terbuka.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab baik sebesar 100 %.
Mereka sudah memiliki pengetahuan tentang pola pertambangan tertutup yang
diperoleh dari pihak pertambangan. Menurut pemahaman mereka bahwa
penerapan pola pertambangan nantinya akan mampu meminimalisir dampak
negatif terhadap kerusakan lingkungan, sebab menurut responden pola
pertambangan tertutup tidak akan merusak vegetasi yang ada di permukaan tanah.

Pengembangan Wilayah
Atas

pernyataan

bagaimana

tanggapan

masyarakat

terhadap

pengembangan wilayah tersebut setelah adanya pertambangan di kawasan hutan


pada Desa Aek Pining dan Desa Napa disajikan dalam Tabel 31 berikut.
Tabel 31. Persepsi masyarakat tentang pengembangan wilayah dengan adanya
perusahaan pertambangan
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Tidak Berkembang
Tidak Berkembang
Seperti Semula
Berkembang
Sangat Berkembang
Total

Responden
Jumlah
0
0
48
32
0
80

Persen
0
0
60,00
40,00
0
100

Persepsi masyarakat tentang pengembangan wilayah di Desa Aek Pining


dan Desa Napa setelah adanya perusahaan pertambangan (seperti pada Tabel 31)
diketahui bahwa 32 responden menjawab berkembang. Karena menurut respoden
di daerah tersebut sudah dibangun beberapa infrastruktur, misalnya base camp
meskipun ini khusus untuk perusahaan pertambangan, kamar mandi umum (belum
selesai sepenuhnya) dan daerah mereka sudah semakin ramai dikunjungi orangorang dari luar daerah sehingga transportasi sudah semakin lancar. Hal yang
paling menonjol adalah dengan adanya pertambangan ini sejumlah operator
telepon seluler juga sudah ada.
Sedangakan responden yang menjawab seperti semula adalah mereka
yang dominan (golongan yang berpendidikan tinggi dan bekerja pada
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

pemerintahan daerah). Hal ini dikarenakan kegiatan pertambangan masih dalam


tahap awal kontruksi. Belum tampak perkembangan daerah yang ditimbulkan oleh
perusaahan pertambangan. Sehingga terlalu dini menyatakan bahwa dengan
adanya pertambangan sekarang ini menimbulkan pengembangan wilayah secara
signifikan. Walau ada satu persatu perkembangan tapi hal ini bukan sepenuhnya
karena kehadiran perusahaan pertambangan.

Perubahan Jalan
Atas pernyataan tentang bagaimana persepsi masyarakat tentang kondisi
jalan mengalami perubahan setelah adanya perusahaan pertambangan dapat dilihat
pada tabel 32 dibawah ini.
Tabel 32. Persepsi masyarakat tentang kondisi jalan mengalami perubahan setelah
adanya perusahaan pertambangan
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Menjadi Sangat Rusak
Menjadi Rusak
Seperti Semula
Menjadi Baik
Menjadi Sangat Baik
Total

Responden
Jumlah
0
5
27
48
0
80

Persen
0
6,25
33,75
60,00
0
100

Dari hasil tabulasi di atas menunjukkan bahwa mayoritas masyakarakat


mengatakan jalan menjadi baik. Mereka megatakan hal tersebut karena adanya
perbaikan jalan di daerah mereka setelah adanya perusahaan pertambangan.
Padahal fakta yang didapat dari pemerintah daerah setempat yaitu camat diketahui
bahwa perbaikan jalan di daerah tersebut itu bukan dari perusahaan pertambangan
tetapi itu berasal dari pemerintah.
Sebagian kecil masyarakat beranggapan bahwa perusahaan pertambangan
di daerah mereka hanya akan merusak jalan, karena dengan adanya pertambangan
tersebut truk-truk milik perusahaan pertambangan masuk ke daerah mereka
sehingga lebih rentan dalam pengrusakan jalan.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Menurut pengakuan sebagian masyarakat bahwa walaupun sudah ada


perusahaan pertambangan di Hutan Batang Toru kondisi jalan masih seperti dulu
sebelum ada pertambangan. Artinya belum ada perbaikan jalan yang dilakukan
oleh perusahaan pertambangan. Mereka menilai adapun pembangunan jalan,
bukan jalan akses atau jalan umum masyarakat melainkan jalan untuk kepentingan
perusahaan untuk masuk ke dalam areal pertambangan. Adapun responden yang
mengatakan jalan menjadi rusak sebanyak 5 orang (6,25%).
Mereka yang menjawab tidak ada perbaikan jalan dan jalan masih seperti
semula adalah responden yang memilki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
daripada yang menjawab ada perbaikan jalan.

Pertambangan dan Pendapatan


Atas pertanyaan tentang persepsi masyarakat terhadap pertambangan
dalam hubungannya dengan pendapatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 33 di
bawah ini.
Tabel 33. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubungannya
dengan pendapatan masyarakat
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Berkurang
Berkurang
Biasa Saja
Bertambah
Sangat Bertambah
Total

Responden
Jumlah
0
0
6
74
0
80

Persen
0
0
7,25
92,75
0
100

Persepsi masyarakat tentang peningkatan pendapatan setelah adanya


perusahaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru dapat dilihat pada Tabel
33, yang menunjukkan bahwa responden yang mengatakan pendapatan
masyarakat bertambah adalah yang paling dominan yaitu sebesar 92,75 %, karena
mereka mendapatkan pendapatan dari hasil pembebasan lahan dan sebagian
mereka juga menjadi pekerja di perusahaan tersebut. Menurut penuturan
masyarakat bahwa di daerah tersebut ada perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan
pertambangan sebanyak 1500 orang dari penduduk sekitar yang dijadikan sebagai
pekerja pada tahap konstruksi. Pada tahap ini juga menyerap banyak proyekproyek pembangunan seperti proyek pembangunan jalan dan bangunan
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

pertambangan lainnya yang kesemuanya dikerjakan oleh masyarakat di sekitar


pertambangan seperti masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa. Hal itu juga
diperkuat dalam Andal perusahaan yang akan melibatkan masyarakat setempat
dalam semua pekerjaan pertambangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitorus
(2001) yang menyatakan bahwa sesungguhnya keberadaan perusahaan dapat
memberikan dampak ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung
kepada masyarakat lokal. Beberapa dampak langsung perusahaan adalah
kesempatan kerja/lowongan pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan
pembinaan.
Hal ini juga diperkuat oleh sebagian responden yang menyatakan bahwa
dengan adanya perusahaan pertambangan saat ini lapangan pekerjaan baru mulai
terbuka. Seperti: katering, dan penginapan. Yang sebelum adanya perusahaan
pertambangan usaha tersebut belum ada.
Sesuai dengan penuturan responden yang memiliki pekerjaan sebagai
pedagang, setelah adanya pertambangan terjadi kenaikan harga dan hasil
penjualan yang signifikan. Seperti sayur daun ubi yang dulunya satu ikat Rp. 500
menjadi Rp. 2.000 per ikat. Begitu juga dengan harga-harga barang lainnya.
Kenaikan harga tersebut juga diikuti oleh kenaikan penjualan oleh pedagang.
Dari tabulasi terebut membuktikan bahwa setelah adanya pertambangan di
Hutan Batang Toru pada Desa Aek Pining dan Desa Napa dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, meskipun peningkatan pendapatan tersebut masih mulai
dirasakan sebagian orang. Kemudian masyarakat yang menjawab biasa saja
adalah 6 orang (11%), karena mereka belum merasakan secara langsung
peningkatan pendapatan tersebut. Karena mereka tidak mendapatkan pengaruh
sedikitpun dengan adanya pertambangan di daerah mereka.

Pertambangan dan Pengangguran


Atas pernyataan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pertambangan di
Hutan Batang Toru dalam hubungannya dengan pengangguran disajikan dalam
Tabel 34 di bawah.
Tabel 34. Persepsi masyarakat terhadap pertambagan dalam hubungannya dengan
pengangguran
No

Persepsi

Responden

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

1
2
3
4
5

Sangat Bertambah
Bertambah
Biasa Saja
Berkurang
Sangat Berkurang
Total

Jumlah
0
0
0
100
0
80

Persen
0
0
0
0
0
100

Dari hasil yang diperoleh di atas menunjukkan bahwa responden yang


mengatakan dengan adanya pertambangan pengangguran berkurang adalah 100%.
Hal ini mereka lihat dari perekrutan tenaga kerja sebesar 1500 orang menjadi
karyawan perusahaan dan pada tahap ini juga menyerap banyak proyek-proyek
pembangunan seperti proyek pembangunan jalan dan bangunan pertambangan
lainnya yang kesemuanya dikerjakan oleh masyarakat di sekitar pertambangan
seperti masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa. (Dalam Andal Perusahaan,
2008). Temuan ini membuktikan bahwa dengan perusahaan pertambangan di
Hutang Batang Toru pada Desa Aek Pining dan Desa Napa dapat menekan laju
pengangguran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitorus (2001) yang menyatakan
bahwa pertambangan dapat memberikan beberapa dampak yaitu kesempatan
kerja/lowongan pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan pembinaan.

Hubungan Perusahaan Pertambangan dengan Masyarakat


Atas pertanyaan bagaimana persepsi masyarakat tentang hubungan
perusahaan pertambangan dengan masyarakat disajikan dalam Tabel 35 di bawah
ini.
Tabel 35. Persepsi masyarakat tentang hubungan antara perusahaan pertambangan
dengan masyarakat
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Sering Terjadi Konflik
Sering Terjadi Konflik
Terjadi Konflik
Baik
Sangat Baik
Total

Responden
Jumlah
0
0
11
69
0
80

Persen
0
5
13,75
86,25
0
100

Dari tabel tabulasi di atas menunjukkan bahwa hubungan masyarakat


dengan perusahaan pertambangan adalah baik. Jumlah masyarakat yang
mengatakan baik sebanyak 69 orang (86,25%). Hal ini membuktikan bahwa
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

sampai sejauh ini hubungan perusahaan pertambangan dengan masyarakat adalah


baik, masyarakat merasa tidak pernah merasa ada konflik yang terjadi antara
masyarakat dan perusahaan.
Dari sebagian penuturan responden yang tinggal di Desa Aek Pining ada
terjadi konflik dari beberapa masyarakat. Yang kemudian terjadi adalah blokade
jalan akses ke camp oleh penduduk yang memiliki rumah di kedua sisi jalan di
desa Aek Pining. Hal ini disebabkan oleh mereka merasa terganggu akibat
kebisingan dan debu yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan yang lewat dari
belakang rumah mereka.. Tetapi sekarang konflik itu telah berakhir. Dengan
solusi, perusahaan pertambangan meminta ijin kepada masyarakat Desa Aek
Pining menggunakan dan membangun jalan akses lainnya yang jauh dari
pemukiman masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitorus (2001) yang
meyatakan bahwa hubungan yang kurang baik antara perusahaan dan
lingkungannya akan sangat berpotensi menimbulkan konflik.

Pertambangan dan Nilai-Nilai Budaya


Atas pernyataan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pertambangan
dalam hubungannya dengan nilai-nilai budaya disajikan dalam Tabel 36 berikut
ini.
Tabel 36. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubunganya dengan
nilai-nilai budaya
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Tidak Bagus
Tidak Bagus
Biasa Saja
Bagus
Sangat Bagus
Total

Responden
Jumlah
0
63
0
17
0
80

Persen
0
78,75
0
21,25
0
100

Dari hasil temuan menunjukkan bahwa masyarakat yang mengatakan


semakin tidak bagus adalah yang paling dominan yaitu sebesar 78,75%, hal ini
disebabkan masyarakat melihat dengan adanya pertambangan ini banyak
menimbulkan sisi negatif terhadap perilaku masyarakat khususnya remaja yang
semakin kebarat-baratan dan pola masyarakat yang lebih hidup poyah-poyah
seperti minum yang beralkohol dan main perempuan, hal ini didapat dari fakta di
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

lapangan oleh peneliti sendiri dan penuturan oleh responden yang nota benenya
adalah kepala keluarga. Jumlah responden yang mengatakan bagus ada sebesar 17
orang (21,25%), hal ini disebabkan oleh pihak perusahaan pertambangan bersedia
membantu ketika masyarakat mengadakan acara adat, misalnya pesta perkawinan.
Sehingga mereka beranggapan bahwa perusahaan masih memiliki perhatian
terhadap kehidupan sosial mereka.
Menurut

pengamatan

sebagian

responden,

pada

awal

masuknya

perusahaan pertambangan rasa kekeluargaan di antara masyarakat masih terjalin


dengan baik. Seperti intensitas silatuhrahmi antara keluarga hampir tiap hari
mereka lakukan. Tetapi setelah adanya perusahaan, suasana kekeluargaan menjadi
berkurang, hal itu sangat dirasakan oleh sebagian besar anggota masyarakat.
Dahulu, sistem kekeluargaan sangat akrab. Bila seorang anggota masyarakat
mendapat ikan, rusa atau hasil buruan lain selalu dibagi-bagikan kepada anggota
masyarakat lain. Demikian juga bila suatu keluarga mendapat rejeki, yang lain
juga ikut merasakan. Perubahan sosial tersebut sangat terasa terutama sejak
masuknya perusahaan yang lebih banyak mempengaruhi perekonomian di Batang
Toru. Hal itu disebabkan oleh kebiasaan sebagian masyarakat yang semakin
konsumtif dan idealis karena peningkatan taraf hidupyang sangat cepat.
Dampak sosial juga terjadi pada anak-anak, terutama yang berumur 1015
tahun. Banyak orang tua melibatkan mereka bekerja untuk mencari uang. Mereka
menjual sayuran dan hasil pertanian lain ke kamp perusahaan terutama sebelum
berangkat atau sepulang sekolah dan pada hari libur. Mereka juga membantu
orang tua mencari ikan, hasil hutan, dan berladang. Perkembangan anak menjadi
kurang baik karena tidak ada waktu untuk bermain dan istirahat. Hampir semua
anak tidak menikmati istirahat siang. Jam belajar mereka pada malam hari juga
terganggu karena lelah bekerja setelah membantu orang tua pada siang harinya.
Salah seorang guru SD yang sekaligus guru SMP di Batang Toru mengatakan
bahwa perkembangan dan belajar anak kurang diperhatikan oleh sebagian besar
orang tuanya karena adanya pertambangan ini.

Kondisi Lingkungan dan Pertambangan

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Atas pertanyaan bagaimana persepsi masyarakat tentang kondisi


lingkungan dengan adanya pertambangan di Hutan Batang toru pada Desa Aek
Pining dan Desa Napa pada saat ini disajikan dalam Tabel 37 sebagai berikut.
Tabel 37. Persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan dengan adanya
Pertambangan
No
1
2
3
4
5

Persepsi
Sangat Tidak Baik
Tidak Baik
Ragu-Ragu
Baik
Sangat Baik
Total

Responden
Jumlah
0
24
0
56
0
80

Persen
0
30,00
0
70,00
0
100

Masyarakat di sekitar proyek memiliki penilaian tersendiri terhadap


kondisi lingkungan hidup di wilayahnya. Hasil survei mendapatkan sekitar 70%
menganggap kondisi lingkungan hidup di daerahnya masih terbilang baik.
Mayoritas responden di masing-masing desa di Kecamatan Batang Toru
menyatakan bahwa kualitas lingkungan di desa mereka dalam kondisi baik (Tabel
37). Secara umum dapat dinyatakan aktivitas pertambangan sejauh ini tidaklah
mengganggu kondisi lingkungan hidup.
Meskipun mayoritas responden menyatakan tidak ditemukan adanya
pencemaran, tetapi sebagian kecil responden (responden yang sudah memiliki
tingkat pendidikan di perguruan tinggi) menyatakan adanya pencemaran oleh
perusahaan pertambangan. Adanya gangguan yang disebabkan oleh perusaahaan
pertambangan terungkap selama wawancara dengan beberapa responden, yaitu
kegiatan pertambangan sempat mengotori sungai aek pahu beberapa tahun silam.
Sekitar dua tahun silam, menurut penuturan masyarakat yang tinggal di sekitar
sungai aek pahu (Desa Aek Pining) pernah terjadi pencemaran dalam bentuk
tumpahan minyak. Sebagian responden juga menyatakan adanya pencemaran
limbah pemboran yang tersisa di lokasi pertambangan.

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Persepsi


Hubungan faktor sosial masyarakat dibagi menjadi 4 bagian yaitu
hubungan antara umur dengan persepsi masyarakat, hubungan antara pendidikan
dengan persepsi masyarakat, hubungan antara lama bermukim dengan persepsi
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

masyarakat, dan hubungan antara pendapatan dengan persepsi masyarakat untuk


mengetahui lebih lanjut hubungan faktor sosial masyarakat (pendidikan, umur,
lama bermukim dan pendidikan) dengan persepsi masyarakat terhadap
pertambangan di Hutan Batang Toru disajikan pada Tabel 38 berikut.
Tabel 38. Analisa korelasi Rank Spearman dengan faktor sosial masyarakat
No

Faktor Sosial

1
2
3
4

Pendidikan
Umur
Lama Bermukim
Pendapatan

Rank
Spearman
0.5027
-0.1083
-0.2005
0,2239

t hitung

t tabel

5,1356
-0.9622
-0.9316
2,0289

1.991
1.991
1.991
1.991

Kesimpulan
Hubungan Kuat
Hubungan Rendah
Hubungan Rendah
Hubungan Rendah

Hubungan antara Pendidikan dengan Persepsi Masyarakat


Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh responden melalui
bangku sekolah. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa pendidikan
formal responden yang paling banyak adalah SD, dan yang terendah adalah
Perguruan Tinggi (PT).
Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh rs sebesar 0.5027 dengan t
hitung =

5,1356 dan t tabel = 1.991 = 0,05, sehingga t hitung > t tabel (lampiran 3). Atas

dasar analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal


memiliki hubungan yang kuat terhadap persepsi masyarakat. Artinya masyarakat
yang berpendidikan tinggi dengan masyarakat yang berpendidikan rendah
memiliki persepsi yang berbeda terhadap pertambangan di Hutan Batang Toru.
Hal ini didukung oleh pendapat Van Den Ban dan Hawkins (1999) yang
mengatakan bahwa pendidikan secara teortis hal tersebut dapat mempengaruhi
sikap dan pandangan manusia.
Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat jelas perbedaan antara
masyarakat yang pendidikannya tinggi dengan masyarakat yang pendidikannya
rendah. Masyarakat yang pendidikannya tinggi pandangannya lebih visioner
(berpikir jangka panjang) dalam menganalisa perkembangan di daerah mereka.
Sedangkan masyarakat yang pendidikannya rendah cenderung skeptis dan
memikirkan kepentingan sesaat dalam mencermati segala perkembangan yang
ada, khususnya menyangkut pertambangan yang ada di kawasan Hutan Batang
Toru pada saat ini.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Hubungan antara Umur dengan Persepsi Masyarakat


Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan peringkat Spearman diperoleh
rs= -0.1083, ini menunjukkan bahwa umur dengan persepsi memiliki hubungan
yang rendah. Sebagai pedoman sederhana, angka korelasi di antara 0.00 0.49
menunjukkan korelasi rendah dan 0.50 1.00 menunjukkan korelasi sangat kuat
(Priyatno, 2008). Berdasarkan analisis yang dilakukan tersebut dapat diketahui
bahwa t

hitung

= -0.9622 dan t

tabel

=1.991 pada = 0.05, sehingga t

hitung

<t

tabel

(Lampiran 4), dengan demikian H0 tidak diterima, artinya bahwa tidak ada
hubungan secara signifikan antara umur dengan persepsi masyarakat. Karena t
hitung

nilainya negatif, maka berarti umur berhubungan negatif dan tidak signifikan

terhadap persepsi masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa umur berhubungan


negatif dengan persepsi masyarakat di Desa Aek Pining dan Desa Napa.
Temuan tersebut membuktikan bahwa baik yang tua maupun yang muda
memiliki pandangan yang tidak berbeda terhadap pertambangan pada kawasan
Hutan Batang Toru. Kondisi ini dipengaruhi oleh karena pertambangan di Hutan
Batang Toru masih dalam tahap awal konstruksi belum sampai pada tahap
eksploitasi.
Masyarakat belum sepenuhnya memahami pertambangan yang ada di
daerah mereka, sehingga keterbatasan informasi ini berimplikasi terhadap mereka.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sinaga (2003) yang menyatakan seseorang
dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melakukan suatu aktivitas atau
kegiatan tidak diukur dari umur seseorang melainkan dilihat dari berpikirnya.

Hubungan antara Lama Bermukim dengan Persepsi Masyarakat


Hubungan antara lama bermukim dengan persepsi masyarakat terhadap
pertambangan di kawasan hutan diuji dengan menggunakan korelasi Rank
Spearman. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa antara lama bermukim
dengan persepsi masyarakat terhadap pertambangan di kawasan hutan memiliki
hubungan yang sangat rendah dimana rs sebesar -0.2005 dengan t
dan t tabel = 1.991 pada = 0,05, sehingga t

hitung

hitung

= -0.9316

(Lampiran 5).

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Berdasarkan hasil tersebut diambil kesimpulan bahwa masyarakat yang


sudah lama bermukim dengan yang baru bermukim persepsinya sama terhadap
pertambangan di Hutan Batang Toru.
Keadaan tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan informasi tentang
pertambangan yang diterima masyarakat. Menurut penuturan sebahagian besar
responden bahwa pertambangan tersebut diketahui informasinya sekitar 8 tahun
yang lalu, dimana ketika itu masyarakat tidak terlalu menanggapi informasi
tersebut, karena pada saat itu tahapan kegiatan pertambangan adalah penyelidikan
umum, sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan informasi sangat terbatas.
Setelah sampai pada tahap eksplorasi dan konstruksi masyarakatpun
semakin banyak mendapat informasi tentang keberadaan pertambangan itu, dan
beberapa masyarakat ada yang menjadi karyawan di perusahaan pertambangan
tersebut. Apalagi dengan adanya beberapa pertemuan secara formal antara
masyarakat dengan pihak pertambangan dan pihak-pihak terkait lainnya yang
difasilitasi oleh pemerintah setempat (kepala desa dan camat).
Mayoritas masyarakat telah bermukim di Aek Pining dan Desa Napa
sudah lebih dari 20 tahun, namun informasi tentang pertambangan di Hutan
Batang Toru pada daerah mereka diketahui secara jelas masih tiga tahun terkahir
ini, sehingga hal ini mempengaruhi pandangan mereka.

Hubungan antara Pendapatan dengan Persepsi Masyarakat


Hubungan antara pendapatan dengan persepsi masyarakat terhadap
pertambangan di kawasan hutan diuji dengan korelasi Spearman, sehingga setelah
dianalisis diketahui bahwa rs sebesar 0.2239 dengan t

hitung

= 2,0289 dan t

tabel

1991 pada = 0,05 sehingga t hitung > t tabel ( Lampiran 6).


Hal ini menunjukkan bahwa antara pendapatan dengan persepsi
masyarakat memiliki hubungan yang kuat. Artinya masyarakat dengan pendapatan
yang tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang pendapatannya rendah
memiliki persepsi yang berbeda. Hal ini diketahui bahwa masyarakat yang
mempunyai ekonomi yang rendah lebih kurang menghargai hutan dibandingkan
oleh masyarakat yang mempunyai ekonomi yang lebih besar. Terbukti dari
persepsi mereka tentang areal pertambangan.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1. Persepsi masyarakat terhadap Hutan Batang Toru
Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan
yang cukup baik tentang hutan. Walau ada sebagian masyarakat yang
sudah mengerti tentang manfaat suatu hutan. Hal ini disebabkan terlebih
karena pendidikan dan perekonomian responden sendiri.
2. Persepsi masyarakt terhadap pertambangan di kawasan hutan
Masyarakat memandang positif keberadaan pertambangan di Hutan
Batang Toru pada Desa Aek Pining dan Desa Napa. Karena dengan
adanya perusahaan pertambagan tersebut pendapatan masyarakat menjadi
bertambah, walaupun masih dirasakan sebagian anggota masyarakat,
pengangguran juga berkurang meskipun penurunan tingkat pengangguran
tersebut masih rendah. Namun menyangkut pengembangan wilayah,
perubahan jalan keberadaan budaya, kondisi lingkungan, dan keadaan
irigasi belum mengalami perubahan yang signifikan.
3. Adanya hubungan yang kuat antara pendidikan dengan tingkat persepsi
masyarakat.
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

4. Terdapat hubungan yang rendah antara umur terhadap tingkat persepsi


masyarakat.
5. Terdapat hubungan yang rendah antara lama bermukim terhadap tingkat
persepsi masyarakat.
6. Terdapat hubungan yang rendah antara pendapatan terhadap tingkat
persepsi masyarakat.

Saran
1. Melihat realitas pendidikan di Desa Aek Pining dan Desa Napa yang
tergolong masih rendah, maka perusahaan pertambangan setelah
memasuki tahap eksploitasi nantinya melalui community development
harus lebih berfokus kepada peningkatan pendidikan generasi muda di
daerah tersebut, baik itu penekanannya kepada pendidikan formal atau
pendidikan alternatif, misalnya dengan pelatihan-pelatihan.
2. Perlu dibentuk sebuah wadah masyarakat (penguatan institusi lokal yang
sudah ada sebelumnya) sebagai lembaga kontrol serta menjembatani
aspirasi masyarakat dalam membuat kesepakatan-kesepakatan dengan
perusahaan pertambangan. Sehingga konsekuensi yang diakibatkan oleh
adanya pertambangan tersebut tidak merugikan masyarakat setempat.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan yang lebih mendalam sebagai
langkah memonitoring perkembangan pertambangan di Hutan Batang
Toru, misalnya menyangkut dampak ekologi yang ditimbulkan oleh
perusahaan pertambangan.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Yogyakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Azwar, S. 2000. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2007. Pemanfaatan
Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Bogor.
Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Prinsip Dasar
dan Penerapannya Dalam Pembangunan. Penerbit Liberty. Bogor
Manan, B dan A. Saleng. 2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta.
Nazir, M. 2003. Metode Peneltian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pelly, U. 1991. Dampak Kegiatan Pembangunan Pada Sosial Budaya (Sebuah
Kerangka Analisis Dampak Lingkungan Sosial). Kursus Dasar-Dasar
Amdal X. USU. Medan.
Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service
Solution). Mediakom. Yogyakarta.
Salim, H. S. 1997. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan Indonesia. Sinar Grafika.
Jakarta.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Sandi R. 2006. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Tentang Keberadaan HPHTI


Toba Pulp Lestari di Desa Aek Raja, Kecamatan Parmonangan,
Kabupaten Tapanuli Utara. Skripsi Program Sarjana Kehutanan USU.
Medan.
Simon, H. 2004. Membangun Kembali Hutan Indonesia. Pustaka Pelajar. Jakarta.
Sinaga, S. 2003. Perilaku Masyarakat Petani Terhadap Eksploitasi Lapisan Tanah
Atas Pada Lantai Hutan dan Kerugian Fisik yang Diakibatkannya di
Kawasan Hutan Kabupaten Karo. Tesis Program Pasca Sarjana USU.
Medan.
Sitorus, S. 2001. Dampak Perusahaan Terhadap Hasil Hutan dan Masyarakat
Disekitarnya. Forest Product and People Programme Center for
International Forestry Research. Bogor.
Subagyo, P. J. 2005. Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya.
Rineka Cipta. Jakarta.
Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Bima Grafika. Jakarta.
Sumardi, M dan H. D. Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. CV
Rajawali. Jakarta.
Syahrin, A. 1999. Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Berkelanjutan yang
Berwawasan Lingkungan. USU Press. Medan.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Usman, H dan P. S. Akbar. 2001. Metodologi Peneltian Sosial. Bumi. Aksara.
Jakarta.
Van Den Ban, A. W dan H. S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Wibowo, I. 1998. Psikologi Dasar. Universitas Terbuka. Karunika. Jakarta.
Yasin, M. 2000. Dasar-Dasar Demografi. UI Press. Jakarta.
Yusnita, I dan A. Sudrajat. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan. IPB Press. Bogor.
Zain A. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat.
Rineka Cipta. Jakarta.

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 1. lembaran Kuisioner


I. JATI DIRI RESPONDEN
1. Nama

2. Agama

3. Umur (Tahun)

4. Pekerjaan

6. Pendapatan (Rp)

7. Lama Bermukim (Tahun)

8. Pendidikan

:
a. Tidak sekolah c. SMP
b. SD

e. PT

d. SMU

II. SOSIAL EKONOMI


Persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Batang Toru Sebagai
Areal Pertambangan
1. Bagaimana pendapat Bapak apakah lokasi pertambangan emas sekarang
adalah termasuk kawasan hutan sesuai dengan defenisi hutan yaitu merupakan
daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestarikan oleh
manusia ?
5. Sangat Setuju
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

4. Setuju
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju

2. Apakah hutan yang dijadikan sekarang areal pertambangan mempunyai


manfaat untuk mengatur tata air, untuk mencegah banjir, tempat hewan liar,
dan sebagai tempat rekreasi bagi Bapak ?
5. Sangat Setuju
4. Setuju
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju

3. Apabila kawasan pertambangan rusak. apakah menurut Bapak akan


menyebabkan banjir, mengakibatkan longsor, binatang buas akan masuk ke
kampung dan lingkungan juga akan menjadi rusak dan bahkan dapat
menyebabkan hilangnya nyawa manusia ?
5. Sangat Setuju
4. Setuju
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju

4. Hutan areal pertambangan harus dijaga dan dilestarikan. Bagaimana menurut


Bapak ?
5. Sangat Setuju
4. Setuju
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Setuju
1. Sangat Tidak Setuju

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Persepsi Masyarakat Tentang Pertambangan di Kawasan Hutan Batang


Toru
1. Bagaimana tanggapan Bapak terhadap keberadaan pertambangan di kawasan
hutan Batang Toru ini ?
5. Sangat Bermafaat
4. Bermanfaat
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Bermanfaat
1. Sangat Tidak Bermafaat

2. Bagaimana menurut pendapat Bapak pola pertambangan terbuka apabila


dilakukan pada perusahaan pertambangan di kawasan ini ?
5. Sangat Baik
4. Baik
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Baik
1. Sangat Tidak Baik

3. Dan bagaimana menurut pendapat Bapak pola pertambangan tertutup ?


5. Sangat Baik
4. Baik
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Baik
1. Sangat Tidak Baik

4. Bagaimana menurut pendapat Bapak pengembangan wilayah di daerah ini


dengan adanya pembukaan perusahaan pertambangan ini ?
5. Sangat Berkembang
4. Berkembang
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Berkembang
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

1. Sangat Tidak Berkembang

5. Bagaimana menurut pendapat Bapak kondisi jalan setelah ada perusahaan


pertambangan ini ?
5. Jalan Menjadi Sangat Bagus
4. Jalan Menjadi Bagus
3. Biasa Saja/Tetap Seperti Semula
2. Jalan Menjadi Rusak
1. Jalan Menjadi Sangat Rusak

6. Bagaimana menurut pendapat Bapak terhadap pembukaan pertambangan di


daerah ini dalam hubungannya dengan pendapatan masyarakat ?
5. Pendapatan Masyarakat Sangat Bertambah
4. Pendapatan Masyarakat Bertambah
3. Biasa Saja
2. Pendapatan Masyarakat Berkurang
1. Pendapatan Masyarakat Sangat Berkurang

7. Bagaimana menurut pendapat Bapak terhadap pembukaan pertambangan di


daerah ini dalam hubungannya dengan pengangguran?
5. Pengangguran Sangat Berkurang
4. Pengangguran Berkurang
3. Biasa Saja
2. Pengangguran Bertambah
1. Pengangguran Sangat Bertambah

8. Bagaimana

menurut

pendapat

Bapak

hubungan

antara

perusahaan

pertambangan dengan masyarakat di daerah ini ?


5. Sangat Baik
4. Baik
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Baik
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

1. Sangat Tidak Baik

9. Bagaimana menurut Bapak keberadaan budaya/adat di daerah ini setelah


pembukaan perusahaan pertambangan ini ?
5. Semakin Bagus
4. Bagus
3. Biasa Saja
2. Tidak Bagus
1. Sangat Tidak Bagus
10. Bagaimana kondisi lingkungan di daerah ini dengan adanya pembukaan
pertambangan menurut pendapat Bapak ?
5. Sangat Baik
4. Baik
3. Ragu-Ragu
2. Tidak Baik
1. Sangat Tidak Baik

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 2
Data Penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Nama
DM Simanjuntak
Puddin Harahap
Irsan Siregar
Jadi Ritonga
Darmin
Lomo Hasibuan
Sulasmin
Raja Ritonga
Imran Harahap
Oka Siregar
Mura Siregar
Royhansyah
Herman Susilo
Kaharuddin
Bahrum Harahap
Subroto
Suyono
Parmuhunan
Sabar
Saiman
Irsan Hasibuan
Salahuddin Harahap
Lahmuddin
Samsuddin Ritonga

Umur
(Tahun)

Agama

Pendidikan

53
36
25
48
32
41
42
26
52
43
40
24
22
33
26
30
47
36
39
52
40
46
61
52

Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam

PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
PT
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMP
SMP

Pekerjaan
Guru
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
Karyawan Perkebunan
Guru
Pedagang
Wiraswasta
Anggota DPR
Pegawai Swsata
Jasa Angkutan
Pedagang
Guru
Polisi
Perbengkelan
Peternak
Pedagang
Perbengkelan
Petani
Pedagang
Petani
Petani

Pendapatan
(Rp dalam ribuan)
2.000
1.500
1.200
2.000
1.500
2.000
2.000
1.000
2.500
2.500
5.000
1.000
500
750
1.000
1.200
500
750
1.000
750
500
2.000
500
500

Lama
Bermukim
(Tahun)
1
2
25
48
15
20
15
26
52
7
10
24
22
33
26
10
10
36
5
1
40
5
27
52

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 2
Data Penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan
No
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

Nama
Heriansyah
Hamonangan Hasibuan
Burhanuddin
Hendra Sakti
Heri Siregar
Sugiyono
Leman
Sapar Hasibuan
Hasonangan Siregar
Susanto
Surady
Susilo
Saiful
Agus Supryadi
Saifullah
Wagimin
Djafaruddin
Yengki Gunaldi
Yusuf
Faisal
Suwandi
Suparno
Sutopo

Umur
(Tahun)

Agama

Pendidikan

24
39
52
45
23
61
56
61
29
60
40
48
40
35
59
60
46
55
50
27
36
59
58

Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam

SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
SD
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah

Pekerjaan
Jasa Angkutan
Perbengkelan
Pedagang
Pedagang
Buruh
Petani
Guru
Petani
Buruh
Petani
Pedagang
Pedagang
Petani
Pedagang
Pedagang
Petani
Pedagang
Pedagang
Petani
Pedagang
Buruh
Petani
Petani

Pendapatan
(Rp dalam ribuan)
600
750
1.000
1.00
80
750
1.500
750
800
500
1.000
1.000
750
1.000
1.000
750
750
500
750
1.500
800
500
500

Lama
Bermukim
(Tahun)
24
39
52
45
23
61
56
61
29
15
13
17
21
6
50
15
46
2
22
3
36
15
15

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

48 Zainuddin

25

Islam

Tidak Sekolah

Karyawan Perkebunan

800

25

Lampiran 2
Data Penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan
No
49
50
51
52
53
54
55

Nama
Moh. Usni
Zunaidi
Susanto
Nasiruddin
Wirowo
Mahmuddin
Suryadi

Umur
(Tahun)

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

28
44
42
35
43
40
27

Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam

Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah

Petani
Pedagang
Buruh
Petani
Buruh
Petani
Pedagang

Pendapatan
(Rp dalam ribuan)
750
1.000
800
750
800
500
1.000

Lama
Bermukim
(Tahun)
28
30
25
12
15
13
11

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 3
Data Penduduk Desa Napa, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nama
Marlan
Uskam Nur
Panyahatan
Gatot Pebriandi
Masrianto
M. Pulungan
Hamonangan
Amran Siregar
Siholongan
Roni
Heri Irawan
Masliadi
Marahot Siregar
Kasman Siregar
Aripin Ritonga
Samsul Arifin
Daulat Pulungan
Imran Pulungan
Tamrin Pulungan
Zainal

Umur
(Tahun)

Agama

Pendidikan

25
27
61
32
31
53
45
43
33
26
28
28
45
46
31
35
55
51
53
30

Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam

PT
PT
PT
PT
PT
SMU
SMU
SMU
SMU
SMU
SMP
SMP
SMP
SMP
SMP
SD
SD
SD
SD
SD

Pekerjaan
Guru
PNS
Pensiunan Kejaksaan
PNS
PNS
Petani
Pedagang
Pedagang
Petani
Jasa Angkutan
Buruh Tambang
Buruh Tambamg
Petani
Petani
Buruh Tambang
Buruh Tambang
Petani
Pedagang
Pedagang
Buruh

Pendapatan
(Rp dalam ribuan)
1.750
1.500
1.500
2.000
2.000
750
1.200
2.000
750
600
800
800
750
1.200
800
800
500
2.000
1.000
800

Lama
Bermukim
(Tahun)
5
15
61
32
31
10
5
5
10
26
1
3
45
46
2
5
1
51
53
2

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

21
22
23
24
25

Idris Batubara
Marwan
Banir Siregar
Luhut
Pandapotan

60
45
45
40
36

Islam
Islam
Islam
Islam
Islam

Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah
Tidak Sekolah

Petani
Petani
Petani
Pedagang
Buruh Tambang

600
600
1.000
1.000
800

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

60
30
10
10
20

Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Pendidikan dengan Persepsi


No
Pendidikan
Rank Persepsi
Rank
di
Pendidikan (X)
Persepsi (Y)
1
5
72.5
3.21
39
33.5
2
5
72.5
3.5
65.5
7
3
5
72.5
3.36
55
17.5
4
5
72.5
3.36
55
17.5
5
5
72.5
3.36
55
17.5
6
5
72.5
3.57
71.5
1
7
5
72.5
3.57
71.5
1
8
5
72.5
3.21
39
33.5
9
5
72.5
3.21
39
33.5
10
5
72.5
3
32
40.5
11
5
72.5
3.36
55
17.5
12
5
72.5
3.43
60.5
12
13
5
72.5
3.43
60.5
12
14
5
72.5
3.36
55
17.5
15
5
72.5
3.43
60.5
12
16
5
72.5
3.43
60.5
12
17
4
56.5
2.86
21.5
35
18
4
56.5
3
32
24.5
19
4
56.5
2.93
27.5
29
20
4
56.5
3.43
60.5
-4
21
4
56.5
3.36
55
1.5
22
4
56.5
3.36
55
1.5
23
4
56.5
3.5
65.5
-9
24
4
56.5
3.57
71.5
-15
25
4
56.5
3.71
77.5
-21
26
4
56.5
3.5
65.5
-9
27
4
56.5
3.21
65.5
-9
28
4
56.5
3.5
65.5
-9
29
4
56.5
2.93
27.5
29
30
4
56.5
3.29
44.5
12
31
4
56.5
3.57
71.5
-15
32
4
56.5
3.07
34.5
22
33
3
40.5
3.43
60.5
-20
34
3
40.5
2.79
16
24.5
35
3
40.5
2.86
21.5
19
36
3
40.5
2.86
21.5
19
37
3
40.5
3.29
44.5
-4
38
3
40.5
2.93
27.5
13

di 2
1122.25
49
306.25
306.25
306.25
1
1
1122.25
1122.25
1640.25
306.25
144
144
306.25
144
144
1225
600.25
841
16
2.25
2.25
81
225
441
81
81
81
841
144
225
484
400
600.25
361
361
16
169

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

39
3
40.5
3
32
8.5
Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Pendidikan dengan Persepsi
No
Pendidikan
Rank Persepsi
Rank
di
Pendidikan (X)
Persepsi (Y)
40
3
40.5
2.86
21.5
19
41
3
40.5
2.93
27.5
13
42
3
40.5
3.21
39
1.5
43
3
40.5
3.36
55 -14.5
44
3
40.5
3.86
80 -39.5
45
3
40.5
3.71
77.5
-37
46
3
40.5
3.71
77.5
-37
47
3
40.5
3.71
77.5
-37
48
3
40.5
3.57
71.5
-31
49
2
24.5
2.93
27.5
-3
50
2
24.5
2.57
2.5
22
51
2
24.5
2.79
16
8.5
52
2
24.5
2.57
2.5
22
53
2
24.5
2.64
7.5
17
54
2
24.5
2.57
2.5
22
55
2
24.5
2.64
7.5
17
56
2
24.5
2.86
21.5
3
57
2
24.5
2.93
27.5
-3
58
2
24.5
2.86
21.5
3
59
2
24.5
2.71
12
12.5
60
2
24.5
3.36
55 -30.5
61
2
24.5
3.36
55 -30.5
62
2
24.5
3.07
34.5
-10
63
2
24.5
3.29
44.5
-20
64
2
24.5
3.29
44.5
-20
65
1
8.5
2.64
7.5
1
66
1
8.5
2.79
16
-7.5
67
1
8.5
2.71
12
-3.5
68
1
8.5
3.14
36 -27.5
69
1
8.5
2.64
7.5
1
70
1
8.5
2.64
7.5
1
71
1
8.5
2.57
2.5
6
72
1
8.5
2.71
12
-3.5
73
1
8.5
2.64
7.5
1
74
1
8.5
2.86
21.5
19
75
1
8.5
2.93
27.5
13

72.25
di 2
361
169
2.25
210.25
1560.25
1369
1369
1369
961
9
484
72.25
484
289
484
289
9
9
9
156.25
930.25
930.25
100
400
400
1
56.25
12.25
756.25
1
1
36
12.25
1
361
169

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

76

1
8.5
3.21
39
1.5
Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Pendidikan dengan Persepsi
No
Pendidikan
Rank Persepsi
Rank
di
Pendidikan (X)
Persepsi (Y)
77
1
8.5
3.29
44.5
-36
78
1
8.5
3.57
71.5
-63
79
1
8.5
3.57
71.5
-63
80
1
8.5
3.57
71.5
-63
-51.5

2.25
di 2
1296
3969
3969
3969
42429.8

RS
= 0.5027
T hitung = 5.1356
T tabel
= 1.9910

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi


No
Umur
Rank Persepsi
Rank
di
Umur (X)
Persepsi (Y)
1
53
65
3.21
39
26
2
36
30
3.5
65.5 -35.5
3
25
6
3.36
55
-49
4
48
56.5
3.36
55
1.5
5
32
22.5
3.36
55 -32.5
6
41
40
3.57
71.5 -31.5
7
42
41.5
3.57
71.5
-30
8
26
9
3.21
39
-30
9
52
61.5
3.21
39
22.5
10
43
44
3
32
12
11
40
36.5
3.36
55 -18.5
12
25
6
3.43
60.5 -54.5
13
27
12
3.43
60.5 -48.5
14
61
77.5
3.36
55
22.5
15
32
22.5
3.43
60.5
-38
16
31
20.5
3.43
60.5
-40
17
24
3.5
2.86
21.5
-18
18
22
1
3
32
-31
19
33
24.5
2.93
27.5
-3
20
26
9
3.43
60.5 -51.5
21
30
18.5
3.36
55 -36.5
22
47
55
3.36
55
0
23
36
30
3.5
65.5 -35.5
24
39
32.5
3.57
71.5
-39
25
52
61.5
3.71
77.5
-16
26
40
36.5
3.5
65.5
-29
27
46
53
3.21
65.5 -12.5
28
53
65
3.5
65.5
-0.5
29
45
49
2.93
27.5
21.5
30
43
44
3.29
44.5
-0.5
31
33
24.5
3.57
71.5
-47
32
26
9
3.07
34.5 -25.5
33
61
77.5
3.43
60.5
17
34
52
61.5
2.79
16
45.5
35
24
3.5
2.86
21.5
-18

di 2
676
1260.25
2401
2.25
1056.25
992.25
900
900
506.25
144
342.25
2970.25
2352.25
506.25
1444
1600
324
961
9
2652.25
1332.25
0
1260.25
1521
256
841
156.25
0.25
462.25
0.25
2209
650.25
289
2070.25
324

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

36
37

39
32.5
2.86
21.5
11
52
61.5
3.29
44.5
17
Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi
No
Umur
Rank Persepsi
Rank
di
Umur (X)
Persepsi (Y)
38
45
49
2.93
27.5
21.5
39
23
2
3
32
-30
40
61
77.5
2.86
21.5
56
41
56
69
2.93
27.5
41.5
42
61
77.5
3.21
39
38.5
43
29
17
3.36
55
-38
44
28
15
3.86
80
-65
45
28
15
3.71
77.5 -62.5
46
45
49
3.71
77.5 -28.5
47
46
53
3.71
77.5 -24.5
48
31
20.5
3.57
71.5
-51
49
60
74
2.93
27.5
46.5
50
40
36.5
2.57
2.5
34
51
48
56.5
2.79
16
40.5
52
40
36.5
2.57
2.5
34
53
35
27
2.64
7.5
19.5
54
59
71.5
2.57
2.5
69
55
60
74
2.64
7.5
66.5
56
46
53
2.86
21.5
31.5
57
55
67.5
2.93
27.5
40
58
50
58
2.86
21.5
36.5
59
27
12
2.71
12
0
60
35
27
3.36
55
-28
61
55
67.5
3.36
55
12.5
62
51
59
3.07
34.5
24.5
63
53
65
3.29
44.5
20.5
64
30
18.5
3.29
44.5
-26
65
36
30
2.64
7.5
22.5
66
59
71.5
2.79
16
55.5
67
58
70
2.71
12
58
68
25
6
3.14
36
-30
69
28
15
2.64
7.5
7.5
70
44
46
2.64
7.5
38.5
71
42
41.5
2.57
2.5
39
72
35
27
2.71
12
15

121
289
di 2
462.25
900
3136
1722.25
1482.25
1444
4225
3906.25
812.25
600.25
2601
2162.25
1156
1640.25
1156
380.25
4761
4422.25
992.25
1600
1332.25
0
784
156.25
600.25
420.25
676
506.25
3080.25
3364
900
56.25
1482.25
1521
225

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

73
74

43
44
2.64
7.5
36.5
40
36.5
2.79
16
20.5
Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi
No
Umur
Rank Persepsi
Rank
di
Umur (X)
Persepsi (Y)
75
27
12
2.79
16
-4
76
60
74
3.29
44.5
29.5
77
45
49
3.29
44.5
4.5
78
45
49
3.57
71.5 -22.5
79
40
36.5
3.57
71.5
-35
80
36
30
3.57
71.5 -41.5
-101.5

1332.25
420.25
di 2
16
870.25
20.25
506.25
1225
1722.25
94559.8

RS
= -0.1083
T hitung = -0.9622
T tabel
= 1.9910

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Antara Lama Bermukim dengan Persepsi


No
Lama
Rank Lama Persepsi
Rank
di
Bermukim
Bermukim (X)
Persepsi (Y)
1
1
2.5
3.21
39 -36.5
2
2
6.5
3.5
65.5
-59
3
25
49
3.36
55
-6
4
48
70
3.36
55
15
5
15
34
3.36
55
-21
6
20
40.5
3.57
71.5
-31
7
15
34
3.57
71.5 -37.5
8
26
52
3.21
39
13
9
52
74
3.21
39
35
10
7
18
3
32
-14
11
10
22
3.36
55
-33
12
5
13.5
3.43
60.5
-47
13
15
34
3.43
60.5 -26.5
14
61
79.5
3.36
55
24.5
15
32
60
3.43
60.5
-0.5
16
31
59
3.43
60.5
-1.5
17
24
46.5
2.86
21.5
25
18
22
43.5
3
32
11.5
19
33
61
2.93
27.5
33.5
20
26
52
3.43
60.5
-8.5
21
10
22
3.36
55
-33
22
10
22
3.36
55
-33
23
36
62.5
3.5
65.5
-3
24
5
13.5
3.57
71.5
-58
25
1
2.5
3.71
77.5
-75
26
40
65
3.5
65.5
-0.5
27
5
13.5
3.21
65.5
-52
28
10
22
3.5
65.5 -43.5
29
5
13.5
2.93
27.5
-14
30
5
13.5
3.29
44.5
-31
31
10
22
3.57
71.5 -49.5
32
26
52
3.07
34.5
17.5
33
27
54
3.43
60.5
-6.5
34
52
74
2.79
16
58

di 2
1332.25
3481
36
225
441
961
1406.25
169
1225
196
1089
2209
702.25
600.25
0.25
2.25
625
132.25
1122.25
72.25
1089
1089
9
3364
5625
0.25
2704
1892.25
196
961
2450.25
306.25
42.25
3364

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

35
36
37

24
46.5
2.86
21.5
25
39
64
2.86
21.5
42.5
52
74
3.29
44.5
29.5
Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Antara Lama Bermukim dengan Persepsi
No
Lama
Rank Lama Persepsi
Rank
di
Bermukim
Bermukim (X)
Persepsi (Y)
38
45
66.5
2.93
27.5
39
39
23
45
3
32
13
40
15
34
2.86
21.5
12.5
41
56
77
2.93
27.5
49.5
42
61
79.5
3.21
39
40.5
43
29
56
3.36
55
1
44
1
2.5
3.86
80 -77.5
45
3
9.5
3.71
77.5
-68
46
45
66.5
3.71
77.5
-11
47
46
68.5
3.71
77.5
-9
48
2
6.5
3.57
71.5
-65
49
15
34
2.93
27.5
6.5
50
13
28.5
2.57
2.5
26
51
17
39
2.79
16
23
52
21
42
2.57
2.5
39.5
53
6
17
2.64
7.5
9.5
54
50
71
2.57
2.5
68.5
55
15
34
2.64
7.5
26.5
56
46
68.5
2.86
21.5
47
57
2
6.5
2.93
27.5
-21
58
22
43.5
2.86
21.5
22
59
3
9.5
2.71
12
-2.5
60
5
13.5
3.36
55 -41.5
61
1
2.5
3.36
55 -52.5
62
51
72
3.07
34.5
37.5
63
53
76
3.29
44.5
31.5
64
2
6.5
3.29
44.5
-38
65
36
62.5
2.64
7.5
55
66
15
34
2.79
16
18
67
15
34
2.71
12
22
68
25
49
3.14
36
13
69
28
55
2.64
7.5
47.5
70
30
57.5
2.64
7.5
50
71
25
49
2.57
2.5
46.5

625
1806.25
870.25
di 2
1521
169
156.25
2450.25
1640.25
1
6006.25
4624
121
81
4225
42.25
676
529
1560.25
90.25
4692.25
702.25
2209
441
484
6.25
1722.25
2756.25
1406.25
992.25
1444
3025
324
484
169
2256.25
2500
2162.25

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

72
73
74

12
27
2.71
12
15
15
34
2.64
7.5
26.5
13
28.5
2.79
16
12.5
Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Antara Lama Bermukim dengan Persepsi
No
Lama
Rank Lama Persepsi
Rank
di
Bermukim
Bermukim (X)
Persepsi (Y)
75
11
26
2.79
16
10
76
60
78
3.29
44.5
33.5
77
30
57.5
3.29
44.5
13
78
10
22
3.57
71.5 -49.5
79
10
22
3.57
71.5 -49.5
80
20
40.5
3.57
71.5
-31
-51.5
RS
T hitung
T tabel

225
702.25
156.25
di 2
100
1122.25
169
2450.25
2450.25
961
102426

= -0.2005
= -0.9316
= 1.9910

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi


No Pendapatan
Rank Persepsi
Rank
di
Pendapatan (X)
Persepsi (Y)
1
2000
73
3.21
39
34
2
1500
64.5
3.5
65.5
-1
3
1200
59.5
3.36
55
4.5
4
2000
73
3.36
55
18
5
1500
64.5
3.36
55
9.5
6
2000
73
3.57
71.5
1.5
7
2000
73
3.57
71.5
1.5
8
1000
50
3.21
39
11
9
2500
78.5
3.21
39
39.5
10
2500
78.5
3
32
46.5
11
5000
80
3.36
55
25
12
1750
68
3.43
60.5
7.5
13
1500
64.5
3.43
60.5
4
14
1500
64.5
3.36
55
9.5
15
2000
73
3.43
60.5
12.5
16
2000
73
3.43
60.5
12.5
17
1000
50
2.86
21.5
28.5
18
500
6
3
32
-26
19
750
23
2.93
27.5
-4.5
20
1000
50
3.43
60.5 -10.5
21
1200
59.5
3.36
55
4.5
22
500
6
3.36
55
-49
23
750
23
3.5
65.5 -42.5
24
1000
50
3.57
71.5 -21.5
25
750
23
3.71
77.5 -54.5
26
500
6
3.5
65.5 -59.5
27
2000
73
3.21
65.5
7.5
28
750
23
3.5
65.5 -42.5
29
1200
59.5
2.93
27.5
32
30
2000
73
3.29
44.5
28.5
31
750
23
3.57
71.5 -48.5
32
600
13.5
3.07
34.5
-21
33
500
6
3.43
60.5 -54.5

di 2
1156
1
20.25
324
90.25
2.25
2.25
121
1560.25
2162.25
625
56.25
16
90.25
156.25
156.25
812.25
676
20.25
110.25
20.25
2401
1806.25
462.25
2970.25
3540.25
56.25
1806.25
1024
812.25
2352.25
441
2970.25

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

34
35
36
37

500
6
2.79
16
-10
600
13.5
2.86
21.5
-8
750
23
2.86
21.5
1.5
1000
50
3.29
44.5
5.5
Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi
No Pendapatan
Rank Persepsi
Rank
di
Pendapatan (X)
Persepsi (Y)
38
1000
50
2.93
27.5
22.5
39
800
36.5
3
32
4.5
40
750
23
2.86
21.5
1.5
41
1500
64.5
2.93
27.5
37
42
750
23
3.21
39
-16
43
800
36.5
3.36
55 -18.5
44
800
36.5
3.86
80 -43.5
45
800
36.5
3.71
77.5
-41
46
750
23
3.71
77.5 -54.5
47
1200
59.5
3.71
77.5
-18
48
800
36.5
3.57
71.5
-35
49
500
6
2.93
27.5 -21.5
50
1000
50
2.57
2.5
47.5
51
1000
50
2.79
16
34
52
750
23
2.57
2.5
20.5
53
1000
50
2.64
7.5
42.5
54
1000
50
2.57
2.5
47.5
55
750
23
2.64
7.5
15.5
56
750
23
2.86
21.5
1.5
57
500
6
2.93
27.5 -21.5
58
750
23
2.86
21.5
1.5
59
1500
64.5
2.71
12
52.5
60
800
36.5
3.36
55 -18.5
61
500
6
3.36
55
-49
62
2000
73
3.07
34.5
38.5
63
1000
50
3.29
44.5
5.5
64
800
36.5
3.29
44.5
-8
65
800
36.5
2.64
7.5
29
66
500
6
2.79
16
-10
67
500
6
2.71
12
-6
68
800
36.5
3.14
36
0.5
69
750
23
2.64
7.5
15.5
70
1000
50
2.64
7.5
42.5

100
64
2.25
30.25
di 2
506.25
20.25
2.25
1369
256
342.25
1892.25
1681
2970.25
324
1225
462.25
2256.25
1156
420.25
1806.25
2256.25
240.25
2.25
462.25
2.25
2756.25
342.25
2401
1482.25
30.25
64
841
100
36
0.25
240.25
1806.25

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

71
72
73
74

800
36.5
2.57
2.5
34
750
23
2.71
12
11
800
36.5
2.64
7.5
29
500
6
2.79
16
-10
Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi
No Pendapatan
Rank Persepsi
Rank
di
Pendapatan(X)
Persepsi (Y)
75
1000
50
2.79
16
34
76
600
13.5
3.29
44.5
-31
77
600
13.5
3.29
44.5
-31
78
1000
50
3.57
71.5 -21.5
79
1000
50
3.57
71.5 -21.5
80
800
36.5
3.57
71.5
-35
-51.5

1156
121
841
100
di 2
1156
961
961
462.25
462.25
1225
66215.3

RS
= 0.2239
T hitung = 2.0289
T tabel
= 1.9910

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 8. Peta Lokasi Proyek di Kecamatan Batang Toru

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 9. Peta Kondisi Penutupan Lahan di Dalam dan Sekitar Areal


Proyek

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 10. Peta Kondisi Penutupan Lahan di Dalam dan Sekitar Areal
Proyek dengan Citra

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Desa Aek Pining

Gambar 2. Wawancara dengan Masyarakat

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Gambar 3. Batang Toru dari Atas Bukit

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

Gambar 4. Batang Toru Dari Dekat

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang
Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository 2009

You might also like