327-340-Semuel-S-Erari 45

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7

Surabaya, 25 Pebruari 2012

PENCEMARAN ORGANIK DI PERAIRAN PESISIR PANTAI TELUK YOUTEFA


KOTA JAYAPURA, PAPUA
(ORGANIC WASTE IN THE YOUTEFA BAY SHORELINE OF JAYAPURA,
PAPUA)
Semuel Sander Erari, Jubhar Mangimbulude, Karina Lewerissa
1 Mahasiswa Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana
2 Dosen Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50712
e-mail: erarisemuelsander@yahoo.co.id
Abstract - Indonesian shorelines and seas have natural resource potentials that need to be
protected and well-managed. Youtefa Bay is one of the natural shoreline resource potentials
in Jayapura, Papua Province. This bay is one of the natural tourism parks in Jayapura, so that
it needs to be taken care of and well-maintained to preserve it. Acai River, Thomas River,
and Anyaan River empty into this bay. This raises a threat of damage from land in the form
of water contamination since the stream of those rivers is visually dirty and full of garbage.
As a shoreline, it is threatened by damage from the land. This research was conducted in
September October, 2011, to discover the water quality of Youtefa Bay shoreline. Water
samples were taken from the estuaries of Acai River, Thomas River, and Anyaan River, as
well as from the sea. The water samples that were taken were from the surface water with a
depth of 1 meter. Next, the samples were analyzed in the Jayapura Regional Health
Laboratory. The parameters that were analyzed were dissolved oxygen (DO), biochemical
oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), ammonia (NH4), phosphate
(PO4), and sulfate (SO4). After that, at the sampling location, which was 500 meters before
the river estuary, there was a kind of freshwater, so that the analytical results were compared
with the value of Government Regulation No. 82, 2001, regarding water quality management
and controlling water contamination in Indonesia. As the sample uses seawater, the data is
compared with the seawater quality standard value for sea life. This refers to the Environment
State Ministry Regulation No. 51, 2004. The analytical results reveal that the shoreline of
Youtefa Bay contains organic waste materials that are above the quality standard value, such
as the highest level of COD for all sampling locations is 1806 mg/l. However, this water is
still productive because the body of water has the ability to clean itself (self-purification)
from organic waste.
Keywords: organic waste, Indonesian shorelines, Youtefa Bay, Jayapura

Abstrak - Perairan pesisir pantai dan laut di Indonesia merupakan potensi sumberdaya alam
yang perlu di jaga dan dikelola dengan baik. Teluk Youtefa merupakan salah satu potensi
sumberdaya alam pesisir di kota Jayapura, Propinsi Papua. Teluk ini merupakan salah satu
taman wisata alam yang berada di kota Jayapura, sehingga perlu mendapat perhatian serius
untuk menjaga dan mengelolanya agar tetap lestari. Sebagai perairan pesisir terdapat muara
Sungai acai, S. Thomas dan S. Anyaan yang bermuara ke Teluk ini. Hal ini menyebabkan
terdapat ancaman kerusakan dari daratan berupa pencemaran air sebab aliran air dari ketiga
sungai tersebut secara visual kotor dan penuh sampah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September Oktober 2011, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air di perairan pesisir
Teluk Youtefa. Sampel air diambil pada muara sungai Acai, S. Thomas dan S. Anyaan serta
perairan laut. Sampel air yang diambil adalah air permukaan dengan kedalaman 1 meter,
selanjutnya sampel dianalisis di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Jayapura. Parameter
C - 327

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

yang dianalisis adalah Oksigen Terlarut (DO), Biochemical Oxigen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), Ammonia (NH-N), Phospate (PO4) dan Sulfat (SO).
Selanjutnya untuk titik sampling yang berjarak 186 meter sebelum muara sungai adalah jenis
air kali sehingga hasil analisis dibandingkan dengan nilai Peraturan Pemerintah No. 82.
Tahun 2001. Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Indonesia,
dan untuk sampel yang jenis airnya adalah air laut data dibandingkan dengan nilai baku mutu
air laut untuk biota laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun
2004. Hasil analisis menunjukan bahwa perairan pesisir pantai Teluk Youtefa mengandung
bahan cemaran organik yang berada diatas nilai baku mutu misalnya kadar COD tertinggi
untuk semua lokasi sampling adalah 1806 mg/l. meskipun demikian perairan ini masih
produktif karena badan air memiliki kemampuan untuk membersihkan diri (Self purification)
dari pencemaran organik tersebut.
Kata Kunci; pencemaran organik, perairan pesisir pantai Indonesia, Teluk Youtefa, Kota
Jayapura, Papua.

pemerintah
untuk
menjaga
dan
melestarikan keindahan taman wisata alam
Tersebut ? Sepertinya tidak ada perhatian
serius dari pemerintah dan masyarakat
untuk menjaga dan melestariakan alam
Youtefa yang sangat indah ini. Karena
terlihat secara visual lingkungan ini sangat
kotor dengan sampah.
Rusaknya suatu ekosistem selalu
tidak terlepas dari masyarakat yang tinggal
di dalam ekosistem tersebut. Perairan
pesisir pantai Teluk Youtefa saat ini
dikotori oleh masyarakat yang berdomisili
di sekitar wilayah Entrop, Kotaraja,
Abepura, Kamkei dan Nafri. Terdapat juga
aktifitas pelabuhan, pasar, pertokoan, bar,
perhotelan, perbengkelan serta pencucian
mobil dan motor. Aktifitas masyarakat
perkotaan seperti ini menyebabkan banyak
sampah atau limbah padat maupun cair
yang dibuang ke parit - parit dan ke sungai
di saat turun hujan (Binpa. 2011). Persepsi
masyarakat adalah limbah bersifat padat
maupun cair dibuang ke sungai atau ke
parit-parit lalu mengalir bersama air parit
dan sungai ke daerah pesisir pantai Teluk
Youtefa adalah suatu tindakan yang tidak
berbahaya. Hal ini menunjukan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan sangat rendah.
Pada perairan pesisir Teluk
Youtefa terdapat tiga sungai yang mengalir
di tengah kota dan bermuara ke perairan

LATAR BELAKANG
Wilayah perairan pesisir Indonesia
sangat fungsional dapat digunakan sebagai
wahana tranprotasi dan pelabuhan,
pariwisata, sumber penghasil pangan laut,
kawasan pemukiman dan budidaya
perikanan (Dahuri., et.,al. 2001 dalam
Salamet., B. 2007). Salah satu perairan
pesisir Indonesia yang perlu mendapat
perhatian pemerintah dan masyarakat
untuk menjaga keberlanjutan ekologisnya
adalah perairan pesisir Teluk Youtefa di
Kota Jayapura, Propinsi Papua.
Teluk Youtefa terletak di kota
Jayapura, Propinsi Papua. Teluk ini sangat
terkenal dengan potensi pemandangan
alam laut yang indah, sehingga pada
Tahun 1996 ditetapkan sebagai Taman
wisata alam sesuai surat keputusan menteri
kehutanan Nomor : 714/Kpts/-2/1996.
Dengan
luas
1.675
Ha.
(http://bksdapapua.net. 2011). Sebagai
taman wisata alam sangat penting untuk
dijaga kelestarian alamnya. Akhir - akhir
ini banyak isu pencemaran yang
berkembang dimasyarakat tentang kualitas
perairan pesisir pantai Teluk Youtefa.
Terdapat banyak sampah yang hanyut
mengikuti aliran arus, bahkan saat
memancing pun kemungkinan besar kail
akan terkena kantong plastik (Abubar.
2008). Hal ini menimbulkan pertanyan
apakah ada perhatian dari masyarakat dan
C - 328

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

pesisir pantai Teluk Youtefa yaitu sungai


Anyan, S. Tomas, dan S. Acai. Secara
ekologis sungai - sungai tersebut
kondisinya kurang sehat karena di dalam
badan sungai terdapat berbagai sampah
maupun limbah cair bersifat organik dan
nonorganik yang dibuang ke dalam badan
sungai oleh masyarakat. Apabila saat turun
hujan warna air pada sungai-sungai
tersebut terlihat keruh dan saat-saat
tertentu air itu berwarna dan berbau, ini
merupakan indikatror telah terjadi
pencemaran. Menurut
Amin (2001),
aktifitas manusia yang begitu kompleks di
daratan sangat berpotensi mengganggu
keseimbangan ekosistem perairan pesisir
pantai dan laut.
Masuknya pencemar organik dan
nonorganik ke badan air perairan pesisir
pantai Teluk Youtefa dapat menyebabkan
kualitas perairan mengalami degradasi
fungsi secara biologis. Potensi perairan
pesisir pantai dan laut sebagai sumber
pangan bagi masyarakat akan terganggu.
Menurut Hardayanti (2007), degradasi
lingkungan terjadi karena air limbah
industri dan domestik yang dibuang ke
badan sungai mengandung zat - zat
pencemar yang tinggi. Selanjutnya
menurut Erari et al. (2010), bahwa air
limbah yang tidak diolah dengan baik
berpotensi mencemari lingkungan perairan
pesisir dan laut. Untuk mengukur
pencemaran organik di perairan pesisir
pantai Teluk Youtefa dapat ditentukan
dengan mengukur nilai Oksigen Terlarut
(DO), Biochemical Oxigen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand
(COD), Ammonia (NH-N), Phospate

(PO4) dan Sulfat (SO). Saat ini perairan


pesisir pantai Teluk Youtefa diduga
tercemar, tetapi sepanjang pengetahuan
penulis belum ada penelitian ilmiah
tentang kualitas air di perairan pesisir
Teluk Youtefa kota Jayapura, sehingga
penelitian ini diarahkan untuk menjawab
permasalahan tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan September - Oktober 2011. Sampel
air diambil di muara - muara sungai dan
daerah laut kawasan perairan pesisir pantai
Teluk Youtefa Kota Jayapura, lokasi
sampling ditetapkan berdasarkan tujuan
penelitian (Gambar 1). Sampel air yang
diambil adalah air permukaan dengan
kedalaman 1 meter, selanjutnya sampel
dianalisis di Laboratorium Kesehatan
Daerah Kota Jayapura. Parameter yang
dianalisis adalah Oksigen Terlarut (DO),
Biochemical Oxigen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD),
Ammonia (NH-N), Phospate (PO4) dan
Sulfat (SO). Selanjutnya untuk titik
sampling yang berjarak 186 meter sebelum
muara sungai adalah jenis air kali sehingga
hasil analisis dibandingkan dengan nilai
Peraturan Pemerintah No. 82. Tahun 2001.
Tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air di Indonesia,
dan untuk sampel yang jenis airnya adalah
air laut data dibandingkan dengan nilai
baku mutu air laut untuk biota laut,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Nomor : 51 Tahun 2004.

C - 329

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

Gambar 1. Peta Papua dan Lokasi Sampling di perairan pesisir pantai Teluk Youtefa.
(Google Earth, 2011)
Keterangan :
A = Lokasi sampling di muara Sungai Acai, terdapat 4 titik sampling.
B = Lokasi sampling di muara Sungai Thomas, terdapat 4 titik sampling.
C = Lokasi sampling di muara Sungai Anyaan, terdapat 4 titik sampling.
D = Lokasi sampling di daerah laut, terdapat 3 titik sampling.

A. Lokasi sampling tepat dimuara Sungai Acai, terdapat 4 titik sampel air yang
diambil.
Penyebaran titik sampling pada
muara S. Acai dapat dilihat pada
gambar 2. Berikut ini.
Keterangan gambar 2 :
Titik 1 adalah jenis air tawar,
titik 2 terdapat di tengah muara
sungai jenis airnya adalah air
laut, titik 3 dan titik 4 tepat
disamping kiri dan kanan muara
sungai jenis airnya adalah air
laut.
C - 330

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

Jarak antar titik sampling :


Titik 1 ke titik 2 : 186 meter
Titk 2 ke titik 3 : 120 meter
Titik 2 ke 4 : 150 meter

Gambar. 2. Muara Sungai Acai.


(Google Earth, 2011)

B. Lokasi sampling tepat dimuara sungai Thomas terdapat 4 titik sampel air yang
diambil. Penyebaran titik sampling dapat dilihat pada gambar 3. Berikut ini.
Keterangan Gambar 3 :
Angka 1, 2, 3 dan 4
menunjukan titik-titik sampling
pada muara sungai.
Jarak antar titik sampling :
Titik 1 ke titik 2 : 154 meter
Titk 2 ke titik 3 : 186 meter
Titik 2 ke 4 : 200 meter

Gambar3.MuaraS.Thomas
(Google Earth, 2011)
C. Lokasi sampling tepat dimuara sungai Anyaan terdapat 4 titik sampel air yang
diambil.
Keterangan Gambar 3 :
Angka 1, 2, 3 dan 4
menunjukan
titik-titik
sampling pada muara
sungai.
Jarak antar titik sampling
:
Titik 1 ke titik 2 : 400
meter
Titik 2 ke titik 3 : 180
meter
Titik 2 ke titik 4 : 145
meter
Gambar. 4. Muara S.
Anyaan. (Google Earth,
2011)
D.
Lokasi
sampling tepat di laut
C - 331

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

perairan Teluk Youtefa, terdapat tiga titik sampling yaitu pada.


1. Arah laut muara S. Acai
2. Pertemuan arus antara Teluk Youtefa dengan perairan laut pasifik.
3. Pertemuan arus antara S. Anyaan dan S. Thomas
Jarak antara titik sampling 1 ke titik sampling 2 adalah 2, 40 km, sedangkan jarak
antara titik 2 ke titik 3 adalah 1, 84 km.

sampling dapat dilihat pada table 1 - 4


berikut ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis kualitas perairan pesisir
Teluk Youtefa untuk setiap lokasi
Muara Sungai Acai

Tabel. 1. Hasil analisis kadar organik terlarut pada lokasi A. (muara S. Acai).
Baku
No
Parameter
Satuan
mutu
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4
A. Pemeriksaan Fisika
Lapangan
1
Temperatur
C
Deviasi 3
27. 6
27.7
29.3
29,0
2
Zat Pat Terlarut (TDS)
mg / l
1000
2. 34
600
13010
15700
Pemeriksaan Kimia
anorganik Bukan Logam
6,0 - 9,0
7. 08
3
pH
7, 0 - 8,5
7.48
7.38
7.25
3
2.8
Biological Oxygen
4
Demand (BOD)
mg / l
20
5,0
41,0
30.3
Chemical Oxygen
5
Demand ( COD)
mg / l
10,0
32
5
262
304
mg / l
>4
0.94
6
Dissolved Oxygen (DO)
>5
22
2.46
6.11
7
Ammonia sebagai (NH4) mg / l
0. 5
3,0
1.19
4,20
10.1
0, 2
2.6
8
Phospat sebagai (POP)
mg / l
0, 015
2.4
0.37
1.29
9
Sulfat (SO)
mg / l
400
12
48
590
650
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.

C - 332

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

Muara Sungai Thomas.


Tabel. 2. Hasil analisis kadar organik terlarut pada lokasi B. (muara S. Thomas).
Baku
No
Parameter
Satuan
mutu
Titik 1 Titik 2 Titik 3
A. Pemeriksaan Fisika
Lapangan
Deviasi
1
Temperatur
C
3
27.9
28.2
27.8
2
Zat Pat Terlarut (TDS)
mg / l
1000
374
1005
4570
pemeriksaan Kimia anorganik Bukan
Logam
6,0 - 9,0
7,00
3
pH
7, 0 - 8,5
7,50
7.26
mg / l
3
15.8
Biological Oxygen
4
Demand (BOD)
20
3.3
53.5
Chemical Oxygen Demand
5
( COD)
mg / l
10,0
30
50
92
mg / l
6
7

Dissolved Oxygen (DO)


Ammonia sebagai (NH4)

mg / l
mg / l

>4
>5
0. 5
0, 2
0, 015
400

Titik 4

28.4
11860

7.75
30.6
212

2,20
1,40
1.44

1.81
2,10

673
1.24

6.55
2.5

8
Phospat sebagai (POP)
1.38
1.21
1.17
9
Sulfat (SO)
mg / l
46
68
300
5200
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.
Muara Sungai Anyaan.

No

1
2

3
4
5

Tabel. 3. Hasil analisis kadar organik terlarut pada Lokasi C. (muara S. Anyaan).
Baku
Parameter
Satuan
mutu
Titik 1 Titik 2 Titik 3
A. Pemeriksaan Fisika
Lapangan
Deviasi
Temperatur
C
3
28.9
27.6
28.1
Zat Pat Terlarut (TDS)
mg / l
1000
9950
2550
9540
pemeriksaan Kimia anorganik Bukan
Logam
pH
7, 0 - 8,5
7,80
7.75
7,70
Biological Oxygen
Demand (BOD)
mg / l
20
42.1
35,0
27.3
Chemical Oxygen Demand
( COD)
mg / l
10,0
159
77
160
C - 333

Titik 4

27.2
1217

7.55
6,20
35

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

6
7
8

Dissolved Oxygen (DO)


Ammonia sebagai (NH4)
Phospat sebagai (POP)

mg / l
mg / l
mg / l

>5
0. 5
0, 015

6.77
2, 20
0.85

5.26
2.18
1.48

8.73
1,70
0,65

3.35
2,10
2,06

9
Sulfat (SO)
mg / l
400
440
200
4400
1400
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.

Tabel. 4. Hasil analisis kadar organik terlarut pada Lokasi D. (Pertemuan arus antara muara
S. Acai dan Perairan laut Teluk Youtefa, Pertemuan arus antara Perairan Laut Teluk Youtefa
dengan perairan pasifik dan Pertemuan arus antara muara S. Thomas dan muara S. Anyaan).
Baku
No
Parameter
Satuan
mutu
Titik 1 Titik 2
Titik 3
A. Pemeriksaan Fisika
Lapangan
Deviasi
1
Temperatur
C
3
30,0
27.6
30.3
2
Zat Pat Terlarut (TDS)
mg / l
1000
33400
34400
28700
Pemeriksaan Kimia anorganik Bukan
Logam
3

pH
7, 0 - 8,5
6.28
8,70
7.95
Biological Oxygen
4
Demand (BOD)
mg / l
20
278.3
380.5
270.5
Chemical Oxygen Demand
5
(COD)
mg / l
10,0
829
1804
1806
6
Dissolved Oxygen (DO)
mg / l
>5
9.53
10.6
8.57
7
Ammonia sebagai (NH4)
mg / l
0. 5
10.7
16.1
10.8
8
Phospat sebagai (POP)
mg / l
0, 015
0.09
0.005
0,10
9
Sulfat (SO)
mg / l
400
2625
1200
1200
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.

C - 334

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

tercampur
dengan
air
sungai.
Akumulasinya dapat dilihat berdasarkan
nilai COD. Pada muara S. Acai, S.
Thomas, S. Anyaan dan daerah laut.

Kadar COD/mg/l

Pencemaran Organik Di Muara S. Acai,


S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut.
Bahan organik yang masuk ke
perairan bersumber dari air limbah rumah
tangga dan air limbah perkotaan yang
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0

Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
COD

COD

COD

COD

M. S. Acai

M.S. Thomas

M. S. Anyaan

Daerah Laut

Lokasi Sampling
Data
: Penelitian September 2011.
Keterangan : COD pada muara S. Acai berkisar antara 5 mg/l - 304 mg/l. untuk
muara S. Thomas COD berkisar antara 30 mg/l 212 mg/l, S.
Anyaan COD berkisar antara 35 mg/l 160 mg/l. Daerah laut yang
merupakan tempat pertemuan arus antara muara - muara sungai
hasil analisis menunjukan nilai COD yang lebih tinggi yaitu 270
mg/l 380 mg/l.
Menurut Jenie (1993), nilai COD
menunjukan senyawa-senyawa organik
yang tidak dapat dipecah seperti pelarut
pembersih dan bahan yang dapat dipecah
secara biologis. Bahan organik yang
berpotensi mencemari perairan pesisir
pantai dan laut itu bersumber dari aktifitas
masyarakat di daratan, lewat aktifitas
masyarakat yang beragam didaratan
menghasilkan berbagai jenis limbah rumah
tangga yang bersifat organik. Biasanya
limbah tersebut dibuang melalui saluran
pembuangan (drainase) mengalir ke sungai
dan akan mengalir bersama aliran air
menuju muara sungai serta perairan pesisir
pantai dan laut, sehingga akumulasi beban
cemaran organik di muara sungai, di

perairan pesisir
pantai
dan laut
terpengaruhi oleh gerakan arus / aliran air
pada perairan tersebut. Berdasarkan data
penelitian terlihat bahwa S. Acai memiliki
kadar COD tertinggi terdapat pada titik
sampling ke empat (4) yaitu 304 mg/l.
Titik sampling tersebut terletak disebelah
kanan dari mulut sungai. Terkesan bahwa
beban pencemaran di sungai ini mengalir
bersama aliran air sungai dan terakumulasi
disebelah kanan sungai karena perairannya
sedikit tenang atau perputaran arus kurang
kencang sehingga bahan organik menjadi
terakumulasi di lokasi ini.
Akumulasi bahan organik di muara
S. Thomas, Nilai COD di badan sungai
titik sampling 1 adalah 30 mg/l, ke arah
C - 335

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

mulut sungai / titik sampling 2 adalah 50


mg/l, sebelah kiri sungai / titik sampling 3
adalah : 92 mg/l, kemudian sebelah kanan
sungai / titik sampling 4 menunjukan nilai
yang lebih tinggi yaitu : 212 mg/l. Beban
cemaran
organik di
S.
Thomas
terakumulasi di sebalah kanan sungai, hal
ini juga dipengaruhi oleh arus dan
gelombang pantai, sebab arus sungai akan
mengalirkan bahan - bahan organik ke
suatu tempat akhir yang kemudian akan
terakumulasi.
Pada badan air S. Anyaan / titik
sampling 1 kadar COD adalah 159 mg/l.
Pada lokasi ini terdapat sebagian
perumahan masyarakat berada langsung di
atas sungai (rumah berlabu) sehingga air
kotor dari sisa aktifitas rumah tangga
langsung dibuang saja ke sungai. Terdapat
juga beberapa kandang hewan (kandang
babi), hal - hal tersebut mempengaruhi
tingginya COD. Kemudian pada mulut
sungai / titik sampling 2 COD adalah 77
mg/l, menurun karena adanya campuran
air laut dan air sungai yang dipengaruhi
oleh arus. Kemudian akumulasi COD di
lokasi sungai sebelah kiri / titik sampling 4
dengan nilai COD 160 mg/l.
Kadar COD di bagian Arah laut
muara S. Acai titik sampling 1 adalah 829
mg/l. Selanjutnya tepat pada lokasi
pertemuan arus antara Teluk Youtefa
dengan perairan laut pasifik / titik
sampling 2 adalah 1804 mg/l dan
Pertemuan arus antara S. Anyaan dan S.
Thomas / titik sampling 3 adalah 1806
mg/l. Nilai COD seperti ini menunjukan
bahwa potensi pencemaran organik di
perairan pesisir Teluk Youtefa dipengaruhi
oleh bermuaranya S. Acai, S. Thomas dan
S. Anyaan, yang turut menyumbangkan
bahan - bahan organik yang berpotensi
sebagai pencemar.

pertumbuhan biota pada suatu perairan.


Umumnya suhu perairan Indonesia
berkisar antara 25 - 30 C dan akan
mengalami penurunan satu atau dua
derajat dengan bertambahnya kedalaman
(Tomascik. 1997 dalam Beruat. 2007).
pH merupakan parameter kualitas
air yang sangat penting dalam menentukan
kualitas perairan. Kisaran pH pada
perairan muara - muara sungai dan pesisir
pantai Teluk Youtefa masih berada pada
ambang batas yang ditetapkan sesuai
dengan PP.No. 82. Thn. 2001., maupun
untuk biota laut KepMen. LH. No. 51.
Thn. 2004 (lihat tabel 1 tabel 4).
Zat Padat Terlarut
Nilai zat padat terlarut pada muara
- muara sungai maupun daerah laut
berkisar antara 2.34 mg/l - 34400 mg/l
(tabel 1 - tabel 4). Terdapat pengaruh yang
ditimbulkan oleh aktifitas pembuangan
limbah masyarakat kota adalah berbagai
macam sampah seperti sisa makanan, buah
- buahan dan sayuran, hewan peliharaan
yang mati, dan air limbah rumah tangga
serta berbagai jenis sampah lainnya yang
dibuang ke selokan dan masuk ke sungai sungai. Sampah - sampah tersebut turut
memicu tingginya kadar zat padat terlarut
di perairan. Menurut Marasabessy (2001),
bahwa partikel tersuspensi yang terlarut
bersama air dari sungai akan terbawa oleh
arus sungai ke arah muara perairan pesisir
dan laut. Tingginya kadar zat padat terlarut
dapat menghambat laju fotosintesis di
perairan karena penetrasi cahaya matahari
yang masuk keperairan akan tidak efektif
(Tarigan, 2003).
Biological Oxygen Demand (BOD), dan
Dissolved Oxygen (DO)
Menurut Irianto (2002), Biological
Oxygen Demand (BOD) adalah parameter
umum yang digunakan untuk menentukan
tingkat pencemaran air dari suatu sumber
pencemaran. Sesuai dengan PP.No. 82.
Thn. 2001, dan KepMen. LH. No. 51. Thn.
2004, nilai BOD pada beberapa titik
sampling telah melebihi nilai baku mutu

Suhu dan pH
Suhu perairan berada dalam batas
normal yaitu berkisar antara 27 30 C.
Menurut Pandiangan. S. L. (2009), suhu
merupakan salah satu sifat fisika yang
dapat mempengaruhi metabolisme dan
C - 336

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

yang ditetapkan (tabel 1 tebel 4). Nilai


BOD yang tinggi mencerminkan tingginya
aktifitas mikroorganisme di dalam perairan
dan juga menunjukan terdapat bahan bahan organik yang tersuspensikan
(Siradz. 2008).
Dissolved Oxygen (DO) adalah
jumlah oksigen terlarut di dalam badan air.
DO ini bersumber dari proses fotosintesis
dan absorbsi udara. Data penelitian
menunjukan bahwa untuk sungai - sungai
sebelum muara nilai DO rendah dan
setelah muara dan laut nilainya berubah
menjadi tinggi (tabel 1 tabel 4). Terlihat
pada perairan S. Acai, S. Thomas dan S.
Anyaan serta perairan laut. Pada S. Acai
nilai DO sangat rendah pada titik sampling
1 sesuai nilai baku mutu PP.No. 82. Thn.
2001. Nilai tersebut menunjukan kadar
oksigen yang rendah. Sama halnya dengan
perairan muara S. Thomas nilai DO sangat
rendah pada titik sampling sebelum muara
(titik 1) dan setelah muara dan laut nilai
DO menjadi tinggi (tabel 2). S. Anyaan
memiliki nilai DO yang layak bagi biota
laut, tetapi pada titik sampling 4 dari
lokasi ini nilai DO rendah. Menurut
Warlina L (2004), DO yang rendah di
perairan merupakan sebuah masalah,
karena biota air akan kekurangan oksigen
dan kemungkinan mereka tidak dapat
bertahan hidup. Hal ini merupakan
indikator terdapat banyak bakteri dan
mikroorganisme
yang
berperan
mengoksidasi beban pencemaran di
perairan ini (Salmin. 2005).
Untuk daerah laut nilai DO sesuai
dengan nilai baku mutu air laut untuk biota
laut,
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun
2004. Nilai DO yang bervariasi pada
badan sungai sebelum muara, muara dan
daerah
laut
menunjukan
beban
pencemaran yang masuk ke perairan ini
masih dapat dibersihkan secara alami oleh
kemampuan perairan ini sendiri.

Ammonia merupakan salah satu


parameter pencemaran organik di perairan
yang
dihasilkan
melalui
proses
pembusukan
bahan-bahan
organik
(etrofikasi) secara anaerobik oleh mikroba
(Linsley. 1991). Kandungan ammonia
yang tinggi pada suatu perairan akan
menyebabkan warna air menjadi keruh dan
menghasilkan bau yang tidak yang tidak
sedap. Tabel 1., menunjukan kadar
ammonia di muara S. Acai berkisar antara
1.19 mg/l - 10.1 mg/l. Tabel 2., muara S.
Thomas kadar ammonia berkisar antara
1.24 mg/l - 2.10 mg/l. Tabel 3.,
menunjukan kadar ammonia di muara S.
Anyaan berkisara antara 1.70 mg/l - 2.20
mg/l. Perairan bagian laut kadar ammonia
lebih tinggi yaitu berkisar antara 10.7 mg/l
- 16. 1 mg/l. Menurut Djenar (2008), kadar
ammonia pada perairan alami biasanya
kurang dari 0,1 mg/l, sehingga kadar
ammonia pada muara - muara sungai
menunjukan bahwa bahan organik terlarut
pada perairan ini cukup tinggi.
Phospat (POP) unsur ini terdapat
dalam perairan alami dalam jumlah yang
sangat sedikit dan berperan sebagai
senyawa mineral dan senyawa organik,
bila jumlahnya meningkat itu akan
berbahaya bagi biota aquatik yang hidup
dalam perairan tersebut (Jenie. B. S. L.
1993). Memang secara alami lingkungan
perairan memiliki kadar phospat 10 % dan
90 % sisanya bersumber dari aktifitas
manusia seperti, buangan limbah industri,
domestik,
dan
kegiatan
lainnya
(Rosariawati,_______. Bila kadar phospat
di
dalam
perairan
tinggi
akan
menyebabkan
masalah
eutrofikasi
ketersediaan nutrient yang berlebihan
(Dewi. D. F. 2003).
Kadar phospat pada perairan muara
S. Acai, titik sampling 1 adalah 2, 0 mg/l
menunjukan nilai yang melebihi nilai baku
mutu menurut PP.No. 82. Thn. 2001 yaitu
0, 2 mg/l. Titik sampling 2 titik sampling
4 adalah jenis air laut memiliki kadar
phospat berkisar antara 0, 37 mg/l - 2, 4
mg/l. Pada perairan muara S. Thomas
untuk titik sampling 1 memiliki kadar

Ammonia sebagai (NH4), Phospat


sebagai (POP) dan Sulfat (SO)
C - 337

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

phosphat 1, 44 mg/l dan dinyatakan telah


melebihi nilai baku mutu menurut PP.No.
82. Thn. 2001 yaitu 0, 2 mg/l. Titik
sampling 2 titik sampling 4 memiliki
nilai kadar phospat yang berkisar antara 1,
17 mg/l - 1, 38 mg/l. Untuk muara S.
Anyaan memiliki kadar phospat berkisar
antara 0, 65 mg/l - 2, 06 mg/l dan perairan
laut berkisar anatar <0,015 mg/l - 0,10
mg/l. Secara keseluruhan kadar phospat di
muara - muara sungai, perairan pesisir dan
laut
menunjukan
bahwa
aktifitas
masyarakat perkotaan serta semakin
bertambahnya jumlah penduduk sangat
mempengaruhi masuknya fosfor ke badan
sungai serta perairan pesisir dan laut,
sebab limbah perkotaan yang dibuang
setiap hari ke lingkungan akan meningkat.
Kadar Sulfat (SO) yang terlarut
pada muara S. Acai berkisar antara 12
mg/l - 650 mg/l. Muara S. Thomas
berkisar antara 46 mg/l - 5200 mg/l. Muara
S. Anyaan berkisar antara 200 mg/l - 4400
mg/l. Daerah laut nilai sulfat terlarut
berkisar antara 1200 mg/l - 2625 mg/l.
Data ini menunujukan terdapat aktifitas
bakteri yang aerobik dan fakultatif bekerja
mengoksidasi
bahan-bahan
organik
menjadi hasil - hasil akhir yang stabil dan
diterima oleh lingkungan, misalnya sulfat
(Linsley. 1991). Kadar sulfat tertinggi
pada muara S. Anyaan yaitu 4400mg/l
kemudian bagian laut 2625 mg/l. Sulfat
organik adalah salah satu jenis unsur
belerang yang terdapat di tanah dan
digunakan oleh tumbuhan. Sehingga
tingginya kadar sulfat pada perairan ini
kemungkinan dipengaruhi oleh aktifitas
pemukiman di daratan serta tererosi dan
tercuci oleh musin hujan sehingga terbawa
oleh aliran air masuk ke sungai dan
mengalir ke perairan pesisir pantai dan
laut.

Wisata
Alam,
sehingga
dalam
pembangunan perlu mendapat perhatian
yang serius. Mengacu pada Undang Undang tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (PWP3K)
atau yang dikenal dengan UU 27/2007.
UU ini sangat penting dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir, yang mengutamakan
unsur keterpaduan dan keberlanjutan baik
secara ekologis, sosial, maupun ekonomi
(Satria, 2009). Pencemaran yang terjadi ini
bila dibiarkan maka akan mengancam
kehidupan biota aquatik, berbagai jenis
ikan akan bermigrasi ke perairan lain
sehingga menyebabkan hasil tangkapan
nelayan berkurang. Bila hal ini terjadi
maka kualitas ekonomi masyarakat
nelayan dipesisir Teluk Youtefa akan
menurun karena masyarakat pesisir masih
mengandalkan hasil laut untuk menopang
ekonomi rumah tangga mereka.
Pencemaran organik merupakan
indikator terdapat kelemahan - kelemahan
pemerintah dan tokoh tokoh masyarakat
dalam menyadarkan masyarakat terhadap
pentingnya
menjaga
kelestarian
lingkungan hidup di Kota Jayapura.
Potensi alam Teluk Youtefa memang
sangat mendukung keberadaannya sebagai
Taman
Wisata
Alam
contohnya;
pemandangan alam yang sangat indah,
keragaman budaya serta hal-hal menarik
lainnya yang bisa dijumpai saat berwisata.
Satu kekurangannya adalah telah terjadi
pencemaran organik dan bibir pantainya
penuh dengan sampah. Secara perlahan lahan terdapat tekanan yang mengarah
pada kerusakan. Hal ini jika dibiarkan
maka potensi pariwisata di Kota Jayapura
akan menurun,
sedangkan potensi
pariwisata adalah salah satu komponen
penting dari perekonomian daerah yang
bisa menghasilkan devisa.

Masa Depan Perairan Pesisir Pantai


dan Teluk Youtefa
Keberlanjutan ekologis di perairan
pesisir pantai Teluk Youtefa perlu menjadi
dasar dalam pembangunan Kota Jayapura,
mengingat Teluk Youtefa adalah Taman

Kesimpulan
Aktifitas masyarakat perkotaan
sangat mempengaruhi kualitas air pada
sungai Acai, S. Anyaan dan S. Thomas
yang bermuara ke perairan pesisir pantai
dan laut Teluk Youtefa. Pengaruhnya
C - 338

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

adalah masyarakat membuang banyak


sampah dan limbah cair yang berpotensi
mencemari ekosistem sungai dan pesisir
pada perairan Teluk Youtefa. Kadar
pencemaran
organik
terlarut
yang
teridentifikasi pada muara S. Acai, S.
Thomas, S. Anyaan dan perairan laut
(Tabel 1 tabel 4) menunjukan bahwa
perairan ini mendapat masukan bahan bahan organik terlarut yang cukup tinggi
dari sungai - sungai. Bila hal ini tidak
dicegah dari sekarang maka diduga dalam
jangka waktu 5 -10 tahun mendatang
perairan ini benar - benar akan tercemar
dan mengalami kerusakan ekosistem yang
sulit untuk dipulihkan lagi.
Disarankan
agar
pemahaman
masyarakat kota tentang pengolahan dan
pembuangan limbah rumah tangga perlu
ditingkatkan dengan cara membuat
kegiatan
kampanye
kampanye
lingkungan hidup. Agar kesadaran
lingkungan dapat tertanam dalam pikiran
dan tindakan setiap masyarakat. Dengan
demikian pola hidup membuang sampah
sembarangan dapat berkurang atau hilang,
akhirnya kebersihan lingkungan khususnya
lingkungan DAS Acai, S. Thomas dan S.
Anyaan bisa dikatakan bebas sampah. Hal
ini akan memberikan dampak positif bagi
kelestarian alam Teluk Youtefa, Kota
Jayapura.
Pemerintah
propinsi,
melalui
gubernur Papua harus mengeluarkan
peraturan gubernur tentang baku mutu air
laut, sehingga keputusan ini menjadi dasar
hukum
dalam
upaya
melestarikan
lingkungan perairan pesisir pantai dan laut
di Papua, khususnya kota Jayapura.

Beruat.
2007.
Analisis
Beberapa
Parameter
Kualitas
Perairan
Kecamatan Kei Besar Utara Timur
Bagi Peruntukan Lola (Trochus
niloticus). Ichthyos. Januari 2008.
Binpa. 2011. Teluk Youtefa diisukan
tercemar. Harian Umum Bintang
Papua.
Dewi. D. F. 2003. Phosphate Removal by
Crystallization in Fluidized Bed
Reactor Using Silica Sand. Jurnal
Purifikasi, Vol.4, No.4, : 151-156.
Djenar. N. S. 2008. Absorbdi Pulutan
Ammoniak di Dalam Air Tanah
dengan Memanfaatkan Tanaman
Eceng
Gondok
(Eichhornia
crassipes).
Politeknik
Negeri
Bandung.
Erari, S. S., Jubhar M., Karina L. 2011.
Pelestarian Hutan Mangrove Solusi
Pencegahan Pencemaran Logam
Berat di Perairan Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional VIII
biologi Sains lingkungan dan
pembelajarannya,
Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Hardayanti. 2007. Fitoremediasi Phospat
dengan
Pemanfaatan
Enceng
Gondok (eichhornia crassipes) (studi
kasus pada limbah cair Industri kecil
laundry). Jurnal Presipitasi Vol. 2
No.1
http://bksdapapua.net. 2011. Diakses 20
juli. 2011
Irianto. 2002. Fenomena Hubungan Debit
Air Dan Kadar Zat Pencemar Dalam
Air Sungai (Studi Kasus :SUB DPS)
Citarum hulu). Peneliti Utama Bid.
Lingkungan Keairan.
Ishartanto. W. A. 2009. Pengaruh Aerasi
dan Penambahan Bakteri Bacillus
sp. dalam Mereduksi
Bahan
Pencemar Air Limbah Domestic.
Institut Pertanian Bogor.
Iszati. M. ___________. Perubahan
Oksigen Terlarut dan pH Perairan
Tambak
Setelah
Penambahan
Rumput
Laut
Sargassum
Plagyophillum dan Ekstraknya.

Daftar Pustaka
Amin. B. 2001. Akumulasi dan Distribusi
Logam Berat Pb dan Cu Pada
Mangrove (Avicennia marina) di
Perairan Pantai Dumai, Riau.
Laboratorium
Kimia
Faperika
Universitas Riau.
Abubar. M. 2008. Memancing Sampah di
Teluk Youtefa. Tabloid Jubi. Com.
C - 339

Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : 978-979-028-550-7


Surabaya, 25 Pebruari 2012

Laboratorium Biologi Struktur dan


Fungsi Tumbuhan. FMIPA, UNDIP.
Jenie. B. S. L. 1993. Penanganan Limbah
Industri Pangan. Kanisius.
Linsley. R. K. 1991. Teknik Sumberdaya
Air. Penerbit Erlangga.
Marasabessy. 2002. Kondisi Oseonografi
dan Keanekaragaman Ikan di
Perairan Raha, Pulau Muna,
Sulawesi
Tenggara.
Seminar
Nasional Perikanan, Sekolah Tinggi
Perikanan, Jakarta.
Mampioper. D.A. 2011. Hutan Bakau
Teluk Youtefa di Libas Jalan
Lingkar. Tabloid jubi. Com.
Pandiangan.
S.
L.
2009.
Studi
Keanekaragaman Ikan di Kawasan
Perairan Bagian Barat Pulau
Rubiah,
Nanggroe
Aceh
Darussalam. Universitas Sumatra
Utara. Medan.
Rosariawari. Effektifitas Multivalen Metal
Ions Dalam Penurunan Kadar
Phospat Sebagai Bahan Pembentuk
Deterjen. Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan Vol.2 No. 1

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan


Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indicator Untuk
Menentukan Kualitas Perairan.
Oseana, Volume XXX, Nomor 3.
Slamet. B. 2007. Studi Kualitas
Lingkungan Perairan di Daerah
Budidaya Perikanan Laut di Teluk
Kaping dan Pegametan Bali. Balai
Besar Riset perikanan laut, Gondol,
Bali.
Siradz. 2008. Kualitas Air Sungai Code,
Winongo dan Gajahwong, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan.
Satria. A. 2009. Pesisir dan Laut untuk
Rakyat. Penerbit IPB Press. Bogor.
Tarigan., M. S. dan Edward. 2003.
Kandungan Total Zat Padat
Tersuspensi di Perairan Raha,
Sulawesi Tenggara. Pusat Penelitian
Oseonografi,
Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Warlina. L. 2004. Pencemaran Air,
Sumber
Dampak
dan
Penanggulangannya. Sekolah Pasca
sarjana Institut Pertanian Bogor.

C - 340

You might also like