Professional Documents
Culture Documents
327-340-Semuel-S-Erari 45
327-340-Semuel-S-Erari 45
327-340-Semuel-S-Erari 45
Abstrak - Perairan pesisir pantai dan laut di Indonesia merupakan potensi sumberdaya alam
yang perlu di jaga dan dikelola dengan baik. Teluk Youtefa merupakan salah satu potensi
sumberdaya alam pesisir di kota Jayapura, Propinsi Papua. Teluk ini merupakan salah satu
taman wisata alam yang berada di kota Jayapura, sehingga perlu mendapat perhatian serius
untuk menjaga dan mengelolanya agar tetap lestari. Sebagai perairan pesisir terdapat muara
Sungai acai, S. Thomas dan S. Anyaan yang bermuara ke Teluk ini. Hal ini menyebabkan
terdapat ancaman kerusakan dari daratan berupa pencemaran air sebab aliran air dari ketiga
sungai tersebut secara visual kotor dan penuh sampah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September Oktober 2011, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air di perairan pesisir
Teluk Youtefa. Sampel air diambil pada muara sungai Acai, S. Thomas dan S. Anyaan serta
perairan laut. Sampel air yang diambil adalah air permukaan dengan kedalaman 1 meter,
selanjutnya sampel dianalisis di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Jayapura. Parameter
C - 327
yang dianalisis adalah Oksigen Terlarut (DO), Biochemical Oxigen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), Ammonia (NH-N), Phospate (PO4) dan Sulfat (SO).
Selanjutnya untuk titik sampling yang berjarak 186 meter sebelum muara sungai adalah jenis
air kali sehingga hasil analisis dibandingkan dengan nilai Peraturan Pemerintah No. 82.
Tahun 2001. Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Indonesia,
dan untuk sampel yang jenis airnya adalah air laut data dibandingkan dengan nilai baku mutu
air laut untuk biota laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun
2004. Hasil analisis menunjukan bahwa perairan pesisir pantai Teluk Youtefa mengandung
bahan cemaran organik yang berada diatas nilai baku mutu misalnya kadar COD tertinggi
untuk semua lokasi sampling adalah 1806 mg/l. meskipun demikian perairan ini masih
produktif karena badan air memiliki kemampuan untuk membersihkan diri (Self purification)
dari pencemaran organik tersebut.
Kata Kunci; pencemaran organik, perairan pesisir pantai Indonesia, Teluk Youtefa, Kota
Jayapura, Papua.
pemerintah
untuk
menjaga
dan
melestarikan keindahan taman wisata alam
Tersebut ? Sepertinya tidak ada perhatian
serius dari pemerintah dan masyarakat
untuk menjaga dan melestariakan alam
Youtefa yang sangat indah ini. Karena
terlihat secara visual lingkungan ini sangat
kotor dengan sampah.
Rusaknya suatu ekosistem selalu
tidak terlepas dari masyarakat yang tinggal
di dalam ekosistem tersebut. Perairan
pesisir pantai Teluk Youtefa saat ini
dikotori oleh masyarakat yang berdomisili
di sekitar wilayah Entrop, Kotaraja,
Abepura, Kamkei dan Nafri. Terdapat juga
aktifitas pelabuhan, pasar, pertokoan, bar,
perhotelan, perbengkelan serta pencucian
mobil dan motor. Aktifitas masyarakat
perkotaan seperti ini menyebabkan banyak
sampah atau limbah padat maupun cair
yang dibuang ke parit - parit dan ke sungai
di saat turun hujan (Binpa. 2011). Persepsi
masyarakat adalah limbah bersifat padat
maupun cair dibuang ke sungai atau ke
parit-parit lalu mengalir bersama air parit
dan sungai ke daerah pesisir pantai Teluk
Youtefa adalah suatu tindakan yang tidak
berbahaya. Hal ini menunjukan bahwa
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan sangat rendah.
Pada perairan pesisir Teluk
Youtefa terdapat tiga sungai yang mengalir
di tengah kota dan bermuara ke perairan
LATAR BELAKANG
Wilayah perairan pesisir Indonesia
sangat fungsional dapat digunakan sebagai
wahana tranprotasi dan pelabuhan,
pariwisata, sumber penghasil pangan laut,
kawasan pemukiman dan budidaya
perikanan (Dahuri., et.,al. 2001 dalam
Salamet., B. 2007). Salah satu perairan
pesisir Indonesia yang perlu mendapat
perhatian pemerintah dan masyarakat
untuk menjaga keberlanjutan ekologisnya
adalah perairan pesisir Teluk Youtefa di
Kota Jayapura, Propinsi Papua.
Teluk Youtefa terletak di kota
Jayapura, Propinsi Papua. Teluk ini sangat
terkenal dengan potensi pemandangan
alam laut yang indah, sehingga pada
Tahun 1996 ditetapkan sebagai Taman
wisata alam sesuai surat keputusan menteri
kehutanan Nomor : 714/Kpts/-2/1996.
Dengan
luas
1.675
Ha.
(http://bksdapapua.net. 2011). Sebagai
taman wisata alam sangat penting untuk
dijaga kelestarian alamnya. Akhir - akhir
ini banyak isu pencemaran yang
berkembang dimasyarakat tentang kualitas
perairan pesisir pantai Teluk Youtefa.
Terdapat banyak sampah yang hanyut
mengikuti aliran arus, bahkan saat
memancing pun kemungkinan besar kail
akan terkena kantong plastik (Abubar.
2008). Hal ini menimbulkan pertanyan
apakah ada perhatian dari masyarakat dan
C - 328
C - 329
Gambar 1. Peta Papua dan Lokasi Sampling di perairan pesisir pantai Teluk Youtefa.
(Google Earth, 2011)
Keterangan :
A = Lokasi sampling di muara Sungai Acai, terdapat 4 titik sampling.
B = Lokasi sampling di muara Sungai Thomas, terdapat 4 titik sampling.
C = Lokasi sampling di muara Sungai Anyaan, terdapat 4 titik sampling.
D = Lokasi sampling di daerah laut, terdapat 3 titik sampling.
A. Lokasi sampling tepat dimuara Sungai Acai, terdapat 4 titik sampel air yang
diambil.
Penyebaran titik sampling pada
muara S. Acai dapat dilihat pada
gambar 2. Berikut ini.
Keterangan gambar 2 :
Titik 1 adalah jenis air tawar,
titik 2 terdapat di tengah muara
sungai jenis airnya adalah air
laut, titik 3 dan titik 4 tepat
disamping kiri dan kanan muara
sungai jenis airnya adalah air
laut.
C - 330
B. Lokasi sampling tepat dimuara sungai Thomas terdapat 4 titik sampel air yang
diambil. Penyebaran titik sampling dapat dilihat pada gambar 3. Berikut ini.
Keterangan Gambar 3 :
Angka 1, 2, 3 dan 4
menunjukan titik-titik sampling
pada muara sungai.
Jarak antar titik sampling :
Titik 1 ke titik 2 : 154 meter
Titk 2 ke titik 3 : 186 meter
Titik 2 ke 4 : 200 meter
Gambar3.MuaraS.Thomas
(Google Earth, 2011)
C. Lokasi sampling tepat dimuara sungai Anyaan terdapat 4 titik sampel air yang
diambil.
Keterangan Gambar 3 :
Angka 1, 2, 3 dan 4
menunjukan
titik-titik
sampling pada muara
sungai.
Jarak antar titik sampling
:
Titik 1 ke titik 2 : 400
meter
Titik 2 ke titik 3 : 180
meter
Titik 2 ke titik 4 : 145
meter
Gambar. 4. Muara S.
Anyaan. (Google Earth,
2011)
D.
Lokasi
sampling tepat di laut
C - 331
Tabel. 1. Hasil analisis kadar organik terlarut pada lokasi A. (muara S. Acai).
Baku
No
Parameter
Satuan
mutu
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4
A. Pemeriksaan Fisika
Lapangan
1
Temperatur
C
Deviasi 3
27. 6
27.7
29.3
29,0
2
Zat Pat Terlarut (TDS)
mg / l
1000
2. 34
600
13010
15700
Pemeriksaan Kimia
anorganik Bukan Logam
6,0 - 9,0
7. 08
3
pH
7, 0 - 8,5
7.48
7.38
7.25
3
2.8
Biological Oxygen
4
Demand (BOD)
mg / l
20
5,0
41,0
30.3
Chemical Oxygen
5
Demand ( COD)
mg / l
10,0
32
5
262
304
mg / l
>4
0.94
6
Dissolved Oxygen (DO)
>5
22
2.46
6.11
7
Ammonia sebagai (NH4) mg / l
0. 5
3,0
1.19
4,20
10.1
0, 2
2.6
8
Phospat sebagai (POP)
mg / l
0, 015
2.4
0.37
1.29
9
Sulfat (SO)
mg / l
400
12
48
590
650
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.
C - 332
mg / l
mg / l
>4
>5
0. 5
0, 2
0, 015
400
Titik 4
28.4
11860
7.75
30.6
212
2,20
1,40
1.44
1.81
2,10
673
1.24
6.55
2.5
8
Phospat sebagai (POP)
1.38
1.21
1.17
9
Sulfat (SO)
mg / l
46
68
300
5200
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.
Muara Sungai Anyaan.
No
1
2
3
4
5
Tabel. 3. Hasil analisis kadar organik terlarut pada Lokasi C. (muara S. Anyaan).
Baku
Parameter
Satuan
mutu
Titik 1 Titik 2 Titik 3
A. Pemeriksaan Fisika
Lapangan
Deviasi
Temperatur
C
3
28.9
27.6
28.1
Zat Pat Terlarut (TDS)
mg / l
1000
9950
2550
9540
pemeriksaan Kimia anorganik Bukan
Logam
pH
7, 0 - 8,5
7,80
7.75
7,70
Biological Oxygen
Demand (BOD)
mg / l
20
42.1
35,0
27.3
Chemical Oxygen Demand
( COD)
mg / l
10,0
159
77
160
C - 333
Titik 4
27.2
1217
7.55
6,20
35
6
7
8
mg / l
mg / l
mg / l
>5
0. 5
0, 015
6.77
2, 20
0.85
5.26
2.18
1.48
8.73
1,70
0,65
3.35
2,10
2,06
9
Sulfat (SO)
mg / l
400
440
200
4400
1400
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.
Tabel. 4. Hasil analisis kadar organik terlarut pada Lokasi D. (Pertemuan arus antara muara
S. Acai dan Perairan laut Teluk Youtefa, Pertemuan arus antara Perairan Laut Teluk Youtefa
dengan perairan pasifik dan Pertemuan arus antara muara S. Thomas dan muara S. Anyaan).
Baku
No
Parameter
Satuan
mutu
Titik 1 Titik 2
Titik 3
A. Pemeriksaan Fisika
Lapangan
Deviasi
1
Temperatur
C
3
30,0
27.6
30.3
2
Zat Pat Terlarut (TDS)
mg / l
1000
33400
34400
28700
Pemeriksaan Kimia anorganik Bukan
Logam
3
pH
7, 0 - 8,5
6.28
8,70
7.95
Biological Oxygen
4
Demand (BOD)
mg / l
20
278.3
380.5
270.5
Chemical Oxygen Demand
5
(COD)
mg / l
10,0
829
1804
1806
6
Dissolved Oxygen (DO)
mg / l
>5
9.53
10.6
8.57
7
Ammonia sebagai (NH4)
mg / l
0. 5
10.7
16.1
10.8
8
Phospat sebagai (POP)
mg / l
0, 015
0.09
0.005
0,10
9
Sulfat (SO)
mg / l
400
2625
1200
1200
Data
: Penelitian September 2011
Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82
Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut.
C - 334
tercampur
dengan
air
sungai.
Akumulasinya dapat dilihat berdasarkan
nilai COD. Pada muara S. Acai, S.
Thomas, S. Anyaan dan daerah laut.
Kadar COD/mg/l
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Titik 4
COD
COD
COD
COD
M. S. Acai
M.S. Thomas
M. S. Anyaan
Daerah Laut
Lokasi Sampling
Data
: Penelitian September 2011.
Keterangan : COD pada muara S. Acai berkisar antara 5 mg/l - 304 mg/l. untuk
muara S. Thomas COD berkisar antara 30 mg/l 212 mg/l, S.
Anyaan COD berkisar antara 35 mg/l 160 mg/l. Daerah laut yang
merupakan tempat pertemuan arus antara muara - muara sungai
hasil analisis menunjukan nilai COD yang lebih tinggi yaitu 270
mg/l 380 mg/l.
Menurut Jenie (1993), nilai COD
menunjukan senyawa-senyawa organik
yang tidak dapat dipecah seperti pelarut
pembersih dan bahan yang dapat dipecah
secara biologis. Bahan organik yang
berpotensi mencemari perairan pesisir
pantai dan laut itu bersumber dari aktifitas
masyarakat di daratan, lewat aktifitas
masyarakat yang beragam didaratan
menghasilkan berbagai jenis limbah rumah
tangga yang bersifat organik. Biasanya
limbah tersebut dibuang melalui saluran
pembuangan (drainase) mengalir ke sungai
dan akan mengalir bersama aliran air
menuju muara sungai serta perairan pesisir
pantai dan laut, sehingga akumulasi beban
cemaran organik di muara sungai, di
perairan pesisir
pantai
dan laut
terpengaruhi oleh gerakan arus / aliran air
pada perairan tersebut. Berdasarkan data
penelitian terlihat bahwa S. Acai memiliki
kadar COD tertinggi terdapat pada titik
sampling ke empat (4) yaitu 304 mg/l.
Titik sampling tersebut terletak disebelah
kanan dari mulut sungai. Terkesan bahwa
beban pencemaran di sungai ini mengalir
bersama aliran air sungai dan terakumulasi
disebelah kanan sungai karena perairannya
sedikit tenang atau perputaran arus kurang
kencang sehingga bahan organik menjadi
terakumulasi di lokasi ini.
Akumulasi bahan organik di muara
S. Thomas, Nilai COD di badan sungai
titik sampling 1 adalah 30 mg/l, ke arah
C - 335
Suhu dan pH
Suhu perairan berada dalam batas
normal yaitu berkisar antara 27 30 C.
Menurut Pandiangan. S. L. (2009), suhu
merupakan salah satu sifat fisika yang
dapat mempengaruhi metabolisme dan
C - 336
Wisata
Alam,
sehingga
dalam
pembangunan perlu mendapat perhatian
yang serius. Mengacu pada Undang Undang tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (PWP3K)
atau yang dikenal dengan UU 27/2007.
UU ini sangat penting dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir, yang mengutamakan
unsur keterpaduan dan keberlanjutan baik
secara ekologis, sosial, maupun ekonomi
(Satria, 2009). Pencemaran yang terjadi ini
bila dibiarkan maka akan mengancam
kehidupan biota aquatik, berbagai jenis
ikan akan bermigrasi ke perairan lain
sehingga menyebabkan hasil tangkapan
nelayan berkurang. Bila hal ini terjadi
maka kualitas ekonomi masyarakat
nelayan dipesisir Teluk Youtefa akan
menurun karena masyarakat pesisir masih
mengandalkan hasil laut untuk menopang
ekonomi rumah tangga mereka.
Pencemaran organik merupakan
indikator terdapat kelemahan - kelemahan
pemerintah dan tokoh tokoh masyarakat
dalam menyadarkan masyarakat terhadap
pentingnya
menjaga
kelestarian
lingkungan hidup di Kota Jayapura.
Potensi alam Teluk Youtefa memang
sangat mendukung keberadaannya sebagai
Taman
Wisata
Alam
contohnya;
pemandangan alam yang sangat indah,
keragaman budaya serta hal-hal menarik
lainnya yang bisa dijumpai saat berwisata.
Satu kekurangannya adalah telah terjadi
pencemaran organik dan bibir pantainya
penuh dengan sampah. Secara perlahan lahan terdapat tekanan yang mengarah
pada kerusakan. Hal ini jika dibiarkan
maka potensi pariwisata di Kota Jayapura
akan menurun,
sedangkan potensi
pariwisata adalah salah satu komponen
penting dari perekonomian daerah yang
bisa menghasilkan devisa.
Kesimpulan
Aktifitas masyarakat perkotaan
sangat mempengaruhi kualitas air pada
sungai Acai, S. Anyaan dan S. Thomas
yang bermuara ke perairan pesisir pantai
dan laut Teluk Youtefa. Pengaruhnya
C - 338
Beruat.
2007.
Analisis
Beberapa
Parameter
Kualitas
Perairan
Kecamatan Kei Besar Utara Timur
Bagi Peruntukan Lola (Trochus
niloticus). Ichthyos. Januari 2008.
Binpa. 2011. Teluk Youtefa diisukan
tercemar. Harian Umum Bintang
Papua.
Dewi. D. F. 2003. Phosphate Removal by
Crystallization in Fluidized Bed
Reactor Using Silica Sand. Jurnal
Purifikasi, Vol.4, No.4, : 151-156.
Djenar. N. S. 2008. Absorbdi Pulutan
Ammoniak di Dalam Air Tanah
dengan Memanfaatkan Tanaman
Eceng
Gondok
(Eichhornia
crassipes).
Politeknik
Negeri
Bandung.
Erari, S. S., Jubhar M., Karina L. 2011.
Pelestarian Hutan Mangrove Solusi
Pencegahan Pencemaran Logam
Berat di Perairan Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional VIII
biologi Sains lingkungan dan
pembelajarannya,
Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Hardayanti. 2007. Fitoremediasi Phospat
dengan
Pemanfaatan
Enceng
Gondok (eichhornia crassipes) (studi
kasus pada limbah cair Industri kecil
laundry). Jurnal Presipitasi Vol. 2
No.1
http://bksdapapua.net. 2011. Diakses 20
juli. 2011
Irianto. 2002. Fenomena Hubungan Debit
Air Dan Kadar Zat Pencemar Dalam
Air Sungai (Studi Kasus :SUB DPS)
Citarum hulu). Peneliti Utama Bid.
Lingkungan Keairan.
Ishartanto. W. A. 2009. Pengaruh Aerasi
dan Penambahan Bakteri Bacillus
sp. dalam Mereduksi
Bahan
Pencemar Air Limbah Domestic.
Institut Pertanian Bogor.
Iszati. M. ___________. Perubahan
Oksigen Terlarut dan pH Perairan
Tambak
Setelah
Penambahan
Rumput
Laut
Sargassum
Plagyophillum dan Ekstraknya.
Daftar Pustaka
Amin. B. 2001. Akumulasi dan Distribusi
Logam Berat Pb dan Cu Pada
Mangrove (Avicennia marina) di
Perairan Pantai Dumai, Riau.
Laboratorium
Kimia
Faperika
Universitas Riau.
Abubar. M. 2008. Memancing Sampah di
Teluk Youtefa. Tabloid Jubi. Com.
C - 339
C - 340