Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Dengan Kepuasan Pasien Di RS Baptis Batu: Peran Kepesertaan Asuransi
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Dengan Kepuasan Pasien Di RS Baptis Batu: Peran Kepesertaan Asuransi
JAM
14, 1
Diterima, Juni 2015
Direvisi, September 2015
Januari 2016
Disetujui, Februari 2016
Megawati
Tatong Hariyanto
Asih Tri Rachmi
Program Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang
Abstract: This study aims to determine whether the level of user satisfaction pharmacy services in the Baptist Hospital. It is related to the users perception on the quality dimension of
pharmaceutical ministry. Moreover, to determine whether the level of users satisfaction in
installation services Outpatient Pharmacy (IFRJ) RSBB is influenced by insurance membership status. This study uses cross-sectional study approach. The instrument uses a questionnaire with Likert scale. Validity and reliability testing uses Cronbach Alpha and non additivity Tuckey testing. Normality testing uses One-sample chi-square. The correlation analysis uses Spearman rho, while the differences between the two groups use Two Way ANOVA
analysis. There is no significant difference in gender, marital status, educational background,
and employment status unless the age characteristics in which BPJS-K respondents age
were older than un-insured patients. The results show the seven dimensions of pharmaceutical care outpatient quality can be used to measure patients satisfaction un-insured or BPJSK. However, if look closely at the component dimensions turned out to be no difference
between the dimensions of information provision and waiting times services in which a
group of un-insured higher scores than insured BPJS-K group. While the level of respondents satisfaction on each quality dimension of outpatient pharmacy services is not the same
between the two groups. It can be seen that the dimensions of satisfaction with lounge
facilities and dimensions of satisfaction with the speed waiting time drug services in uninsured group, higher than the insured group BPJS-K.
Keywords: quality of care, outpatient pharmacy, patient satisfaction, un-insured, insured
BPJS-K
Jurnal Aplikasi
Manajemen (JAM)
Vol 14 No 1, 2016
Terindeks dalam
Google Scholar
Alamat Korespondensi:
Megawati, Program Magister
Manajemen Rumah Sakit
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat kepuasan pengguna jasa
pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS Baptis Batu, berkorelasi dengan persepsi
pengguna jasa tentang dimensi mutu pelayaan farmasi. Juga untuk mengetahui apakah tingkat
kepuasan pengguna jasa di Instalasi Farmasi Rawat Jalan (IFRJ) RSBB, dipengaruhi oleh status kepesertaan asuransi. Penelitian ini menggunakanpendekatan studi potong lintang.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dengan skala likert. Uji validitas dan reliabilitas
dengan Cronbach Alpha dan test non additivity Tuckey. Uji normalitas menggunakan uji Onesample chi-square. Analisis korelasi menggunakan Sperman rho sedangkan perbedaan korelasi
antara dua kelompok menggunakan analisis Two Way ANOVA. Tidak ada perbedaan yang
signifikan pada jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan yang ditamatkan dan status bekerja
kecuali karakteristik umur di mana umur responden BPJS-K lebih tua dibanding responden
pasien yang un-insured. Hasil penelitian menunjukkan ketujuh dimensi mutu pelayanan farmasi
ISSN: 1693-5241
147
rawat jalan terbukti dapat dipakai untuk mengukur kepuasan pasien un-insured maupun BPJS-K tetapi kalau melihat
komponen dimensinya ternyata ada perbedaan pada dimensi pemberian informasi obat dan waktu tunggu pelayanan
obat di mana kelompok yang un-insured lebih tinggi skornya daripada kelompok yang terasuransi BPJS-K. Sedangkan
tingkat kepuasan responden terhadap masing-masing dimensi mutu pelayanan farmasi rawat jalan tidak sama antara
kedua kelompok responden. Terlihat bahwa dimensi kepuasan terhadap fasilitas ruang tunggu dan dimensi kepuasan
terhadap kecepatan waktu tunggu pelayanan obat pada kelompok un-insured, lebih tinggi dibanding kelompok yang
terasuransi BPJS-K.
Kata Kunci: mutu pelayanan, farmasi rawat jalan, kepuasan pasien,un-insured, terasuransi BPJS-K
148
Hasil survei sebelum dan sesudah intervensi, menunjukkan sudah ada pemendekan masa tunggu obat
yang bermakna. Namun demikian, masih ada 18,5%
pengambil obat yang belum puas. Keluhan mereka
ini meliputi: ketidakpuasan pada: sikap petugas, fasilitas
ruang tunggu, ketersediaan obat dan penambahan
biaya obat (cost sharing). Perlu diadakan penelitian
lebih lanjut untuk mencari faktor lain selain waktu
tunggu yang mempengaruhi kepuasanpasien terhadap
pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi Rawat jalan
RS Baptis Batu.
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah seluruh
aspek kefarmasian yang dilakukan di rumahsakit (5).
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau
serta pelayanan farmasi klinik. Peningkatan mutu
pelayanan farmasi harus dilakukan dengan mengubah
orientasi pada produk menjadi orientasi pada pasien
(patient oriented) (6). Instalasi Farmasi RS Baptis
Batu merupakan sumber pendapatan ketiga terbesar
di rumah sakit setelah rawat inap dan kamar operasi,
karena itu kepuasan pengguna layanan farmasi sangat
penting untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit
(7).
Pengukuran kepuasan pelayanan farmasi, ternyata tidaklah sederhana. Banyak peneliti telah
mengembangkan pengukuran kepuasan pengguna
jasa pelayanan farmasi. Kepuasan pelayanan farmasi
bersifat multi dimensi meliputi (1) sikap petugas farmasi; (2) pemberian informasi obat;(3) ketersediaan
obat; (4) fasilitas; (5) lokasi; (6) waktu tunggu pelayanan obat; dan (7) harga obat (1, 816).Seiring
dengan berlakunya Undang-Undang Jaminan Kesehatan Nasional, maka RS Baptis Batu, sejak Januari
2014 mulai menerima pasien yang terasuransi BPJS
Kesehatan (BPJS-K).
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien di RS Baptis Batu
METODE
Desain penelitian adalah penelitian deskriptif
analitik observasional denganpendekatan studi potong
lintang terhadap pasien un-insured dan yang terasuransi BPJS-K yang mengambil obat di Instalasi
Farmasi Rawat Jalan RSBB tentang dimensi mutu
pelayanan farmasi terhadap kepuasan pasien.Uji
variabilitas dan reliabilitas dengan Cronbach Alpha
dan test non additivity Tuckey. Uji distribusi normalitas dengan uji One sample chi square . Analisis
korelasi menggunakan Sperman rho sedangkan
perbedaan korelasi antara dua kelompok menggunakan analisis Two Way ANOVA. Variabel independennya terdiri dari tujuh variabel yaitu: sikap petugas/
staf farmasi, pemberian informasi obat,ketersediaan
obat,fasilitas, lokasi, waktu tunggu pelayanan obat dan
harga obat.Variabel dependennya adalah kepuasan
pasien (un-insured dan pasien terasuransi BPJS-K).
HASIL
Karateristik Responden
Secara umum, distribusi karakteristik sampel kelompok pasien rawat jalan un-insured dan yang terasuransi BPJS- K hampir sama. Tidak ada perbedaan
yang signifikan pada jenis kelamin, status pernikahan,
pendidikan yang ditamatkan dan status bekerja kecuali
karakteristik umur, dimana umur responden BPJS-K
rata- rata berumur 42, 8 13.265 tahun yang lebih
tua dibanding responden pasien yang tidak terasuransi
yang rata-rata umurnya 32,7 9.916 tahun ( beda
signifikan dengan t = 5,497, p < 0,001). (tabel 1)
ISSN: 1693-5241
149
Pasien
un-insured
N=80
jum
%
l
Jenis Kelamin:
Laki-laki
Perempuan
Ju mlah
53
27
80
Pasien BPJSK
N=90
Juml
%
66,3
33,8
100.0
53
37
90
58,9
41,1
100,0
Total Pasien
N=170
Juml
106
64
170
62,4
37,6
100,0
Fischers
Exact Test
p 0,345 (NS)
Indep t-test,
Unequal
variance,
t= 5,497**
(df 163,3;
p <0.001)
Umur
Keterangan
4.
Karakteristik
Pasien
un-insured
N=80
Jum
%
Pendidik an yg ditamatkan
1. Td k Tamat SD
1
2. Tamat SD
2
3. Tamat SLTP
8
4. Tamat SLTA
44
5. Tamat Diploma
16
6. Tamat Sarjana
9
7. Tamat Pasca
0
Sarjana
Jumlah
80
Status Bekerja
Tidak Bekerja
Bekerja
Jumlah
33
47
80
Pasien BPJSK
N=90
Juml
%
Total Pasien
N=170
Juml
1,2
2,5
10,0
55,0
20,0
11,2
0,0
3
13
17
36
10
8
3
3,3
14,4
18,9
40,0
11,1
8,9
3,3
4
15
25
80
26
17
3
100,0
90
100,0
170
41,2
58,8
100,0
38
52
90
42,2
57,8
100,0
71
99
170
Keterangan
%
2,4
8,8
14,7
47,1
15,3
10,0
1,8
41,8
58,2
100,0
Fischers
Exact Test
p 1,000 (NS)
721. Dalam penelitian ini ke 7 dimensi mutu pelayanan farmasi rawat jalan terbukti dapat dipakai untuk
mengukur kepuasan pasien un-insured maupun
pasien yang terasuransi BPJS-K tetapi kalau melihat
komponen dimensinya ternyata ada perbedaan pada
dimensi pemberian informasi obat dan waktu tunggu
pelayanan obat dimana kelompok un-insured lebih
tinggi skornya daripada yang BPJS-K (lihat tabel 4).
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien di RS Baptis Batu
Total responden
170
BPJS-K
90
Un-insured
80
Tabel 4. Nilai Statistik Skor masing-masing Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan di RS Baptis Batu
Dimensi & kepesertaan
BPJS-K
Sikap petugas
un-insured
Total
N
90
80
170
Pemberian
informasi obat
BPJS-K
un-insured
Total
90
80
170
15.43
18.35
16.81
1.438
3.288
2.877
10
11
10
20
25
25
t= - 7,334, df 105,4;
p < 0.01*
Ketersediaan obat
BPJS-K
un-insured
Total
90
80
170
8.02
8.36
8.18
.821
1.469
1.180
4
6
4
10
10
10
T= - 1,833, df 120,7;
p 0,069
BPJS-K
un-insured
Total
90
80
170
15.29
15.30
15.29
1.368
2.785
2.147
12
11
11
20
20
20
T= - 0,032, df 111,9;
p 0,974
Lokasi
BPJS-K
un-insured
Total
90
80
170
3.31
3.43
3.36
1.035
1.209
1.118
1
1
1
5
5
5
T= - 0,656, df 156,4;
p 0,513
Waktu tunggu
pelayanan obat
BPJS-K
un-insured
Total
90
80
170
2.54
3.35
2.92
1.172
1.406
1.346
1
1
1
5
5
5
T= - 4,028, df 154,4;
p < 0,01*
Harga obat
BPJS-K
un-insured
Total
90
80
170
3.94
3.74
3.85
.483
1.040
.799
2
1
1
5
5
5
T= -1,630, df 108,6,
p 0,106
Persepsi Total
BPJS-K
un-insured
Total
80
90
170
60,53
64,56
62,43
3,439
8,437
6,601
51
47
47
73
85
85
T= - 3,987, df 102,1; p
< 0.01*
Fasilitas
penelitian mengenai kepuasan terhadap masingmasing dimensi. Setiap dimensi ditanyakan apakah
puas dengan........(sikap petugas, pemberian informasi
obat dst...). Hasilnya tidak semua dimensi mutu,
tingkat kepuasannya sama antara kedua kelompok
ISSN: 1693-5241
151
responden. Pada tabel 5 terlihat bahwa dimensi kepuasan terhadap fasilitas ruang tunggu dan dimensi
kepuasan terhadap kecepatan waktu tunggu pelayanan obat pada kelompok un-insured, lebih tinggi
dibanding kelompok yang terasuransi BPJS-K.
mana umur responden yang terasuransi BPJS-K ratarata berumur 42, 8 13.265 tahun , lebih tua dibanding
responden pasien un-insured yang rata-rata umurnya
32,7 9.916.Hal ini dapat dijelaskan karena pasien
yang terasuransi BPJS-K yang berobat di RS sebagian
Tabel 5. Tingkat Kepuasan Responden terhadap Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan menurut
Dimensi Mutu
Kepesertaan
N
Mean Std. Dev
Uji-t
K_Pelayanan
BPJS-K
90 11.32
1.015
T= -3,683 (df 106.5)
farmasi
un-insured
80 12.34
2.272
p < 0.01
K_Sikap petugas
BPJS-K
un-insured
90
80
1.00
1.09
.260
.482
K_Pemberian
Informasi obat
BPJS-K
un-insured
90
80
.96
1.03
.207
.317
K_Ketersediaan
obat
BPJS-K
un-insured
90
80
.99
1.08
.280
.309
K_Fasilitas
BPJS-K
un-insured
90
80
.99
1.13
.183
.369
K_Lokasi
BPJS-K
un-insured
90
80
.68
.78
.493
.449
K_Waktu tunggu
BPJS-K
un-insured
90
80
.37
.76
.589
.661
K_Harga obat
BPJS-K
un-insured
90
80
.93
.96
.292
.371
DISKUSI
Secara umum, distribusi karakteristik sampel
kelompok pasien un-insured dan yang terasuransi
BPJS- K hampir sama, kecuali karakteristik umur, di
152
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien di RS Baptis Batu
BPJS-K
Jumlah
Un-insured
Jumlah
Total
7
9
5
8
11
15
20
5
2
6
2
2
2
7
1
3
1
1
5
1
5
1
3
5
2
1
2
1
BPJS-K
Jumlah
Ketersediaan Obat
Obatnya dilengkapi supaya tidak perlu beli di apotek luar
Sikap Petugas
Peningkatan pelayanan petugas farmasi
Petugas ramah
Pelayanan sudah memuaskan tapi ditingkatkan
3
1
12
Lain-lain
Dokternya tepat waktu
Jumlah Saran
52
Un-insured
Jumlah
Total
3
18
3
4
30
58
110
ISSN: 1693-5241
153
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien di RS Baptis Batu
Hasan, et al. ( 2013) mengembangkan dan memvalidasi alat untuk menilai kepuasan pasien dengan
pelayanan farmasi komunitas di Uni Emirat Arab
dengan menggunakan alat yang sudah divalidasi.
Instrumen terdiri dari empat dimensi yaitu informasi,
hubungan, aksesibilitas dan ketersediaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta memerlukan informasi lebih lanjut tentang obat-obatan dan manajemen
pribadi dan peningkatan kompetensi petugas. Ketersediaan obat relatif mempengaruhi kepuasan sedangkan kepuasan terendah pada aksesibilitas yang disebabkan oleh karakteristik fisika potek seperti ruang
tunggu dan kurangnya area pribadi.
Malewski, el al. (2014) meneliti kepuasan pasien
terhadap apotek komunitas didaerah perkotaan
(Detroit) dan pinggiran kota (Ann Arbor) di USA.
Tujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan
kepuasan pasien yang berhubungan dengan pelayanan
farmasi. Ada 30 pertanyaan yang terdiri dari 15 pertanyaan mengenai hubungan dengan apoteker, 10
pertanyaan tentang kepuasan dan aksesibilitas apotek
dan 5 pertanyaan mengenai biaya. Hasil penelitian
didapatkan kepuasan yang tinggi tanpa perbedaan
yang signifikan di kedua lokasi dalam hal hubungan
dan pelayanan apoteker. Sedangkan dalam hal aksesibilitas layanan farmasi, layanan pelanggan dan beberapa masalah kepercayaan pasien/apoteker ada
perbedaan kepuasan yang signifikan antara apotek
perkotaan dan pedesaan.
Walaupun ketujuh dimensi semuanya berpengaruh pada kepuasan pasien un-insured maupun yang
terasuransi BPJS-K, tetapi dari penelitian didapatkan
adanya perbedaan pada komponen dimensi pemberian
informasi obat dan waktu tunggu pelayanan obat di
mana kelompok pasien un-insured lebih tinggi skornya
daripada pasien yang terasuransi BPJS-K.
Dari beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan kepuasan tertinggi pada pemberian informasi
obat (kompetensi apoteker) adalah penelitian yang
dilakukan oleh Mac Keigan dan Larson (1989), Kamei,
et al. (2001), Larson, et al. (2002), oparah dan Kikanme
(2006), Marques-Piero dan Perez Piero (2010),
Malewski, et al. (2014). Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya kompetensi teknis apoteker dalam hal pemberian informasi obat dan ketrampilan personal (teliti,
hati-hati, tidak ada kesalahan pemberian obat).
ISSN: 1693-5241
155
dilakukan oleh Oparah dan Kikanme (2006), MarquesPiero dan PerezPiero( 2008) serta Hasan, et al.
(2013).
Pada penelitian ini dimensi fasilitas yang dipersepsikan baik oleh pasien adalah ruang tunggu pelayanan obat yang bersih, kursi ruang tunggu yang nyaman, kamar kecil yang mudah dijangkau dan bersih.
Sedangkan Handayani, dkk. (2009) yang melakukan
penelitian mengenai persepsi konsumen apotek terhadap pelayanan apotek di tiga kota di Indonesia menemukan bahwa kebersihan ruang tunggu,kenyamanan
ruangtunggu, serta kelengkapan danmutu merupakan
dimensi tangible yang dipersepsikan baik oleh sebagian besar konsumen.
Menurut Engel (1993) kenyamanan dalam menunggu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat pasien dalam membeli obat di apotek
RS. Pasien datang ke rumah sakit membutuhkan
waktu cukup lama untuk antre pendaftaran, diperiksa
dokter, selanjutnya pada proses pengambilan obat
mulai dari resep masuk ke instalasi farmasi sampai
pasien menerima obat yang sudah selesai diracik
diharapkan tidak terlalu lama supayapasienmerasa
nyaman menunggu. Dan salah satu usaha untuk memberikan kenyamanan pada pasien adalah penampilan
fisik yang menarik dan tersedianya sarana penunjang.
Dari hasil wawancara dengan pertanyaan terbuka terlihat banyak usulan responden untuk penambahan fasilitas ruang tunggu pelayanan obat di IFRS
rawat jalan antara lain adanya mushola, ruang tunggu
khusus pasien bayi yang terpisah dari pasien dewasa,
mainan anak-anak serta adanya colokan listrik untuk
men-charge HP. Sedangkan meningkatan fasilitas
meliputi penggantian kursi dengan yang lebih nyaman,
peningkatan kebersihan ruang tunggu dan kamar kecil
serta penambahan penerangan pada toilet. Fasilitas
yang nyaman dapat membuat waktu tunggu menjadi
lebih menyenangkan.
Hasil penelitian terhadap waktu tunggu pelayanan
obat ternyata mempengaruhi kepuasan pasien secara
umum maupun secara khusus dan ada perbedaan yang
signifikan antara pasien un-insured dengan yang
terasuransi BPJS-K. Selain karena alur yang berbeda,
hal ini dapat disebabkan oleh adanya persepsi yang
berbeda terhadap waktu tunggu.
Penelitian terdahulu yang mendukung pengaruh
waktu tunggu pelayanan obat terhadap kepuasan
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien di RS Baptis Batu
Implikasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara dimensi mutu pelayanan farmasi rawat jalan
dengan kepuasan pasien baik bagi pasien un-insured
maupun yang terasuransi BPJS-K. Pasien un-insured
lebih puas terhadap dimensi pemberian informasi obat,
fasilitas dan waktu tunggu dibandingkan dengan pasien
yang terasuransi BPJS-K. Manajemen RS Baptis
Batu harus berusaha meningkatkan kepuasan pasien
yang terasuransi BPJS-K mengingat bahwa di tahun
2014 jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang terasuransi BPJS-K sudah dua kali lipat dari pasien uninsured dan akan bertambah terus seiring road map
ISSN: 1693-5241
157
Keterbatasan
Hasil Penelitian ini belum tentu sama untuk semua
rumah sakit karena kemungkinan ada perbedaan latar
belakang rumah sakit (RS berbasis agama), perbedaan
karakteristik responden dan perbedaan budaya. Tetapi
kuesioner tentang tujuh dimensi mutu pelayanan farmasi rawat jalan ini dapat digunakan sebagai referensi.
Keunikan penelitian ini adalah dilakukannya kajian
perbedaan kepuasan antara pasien un-insured dan
yang terasuransi BPJS-K, yang meski sama-sama
puas terhadap pelayanan farmasi, tetapi ada perbedaan tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan pengguna
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Hubungan Dimensi Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dengan Kepuasan Pasien di RS Baptis Batu
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan, hasil uji hipotesis dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
ketujuh dimensi mutu pelayanan farmasi rawat jalan
terbukti dapat dipakai untuk mengukur kepuasan
pasien un-insured maupun pasien yang terasuransi
BPJS-K tetapi kalau melihat komponen dimensinya
ternyata ada perbedaan pada dimensi pemberian
informasi obat dan waktu tunggu pelayanan obat di
mana kelompok un-insured lebih tinggi skornya
daripada yang BPJS-K. Sedangkan tingkat kepuasan
responden terhadap masing-masing dimensi mutu
pelayanan farmasi rawat jalan tidak sama antara
kedua kelompok responden. Terlihat bahwa dimensi
kepuasan terhadap fasilitas ruang tunggu dan dimensi
kepuasan terhadap kecepatan waktu tunggu pelayanan obat pada kelompok un-insured, lebih tinggi dibanding kelompok yang terasuransi BPJS-K.
Saran
Penelitian mengenai kepuasan pasien terhadap
pelayanan farmasi rawat jalan dapat terus dilakukan
minimal 6 bulan sekali dengan memakai kuesioner
yang sudah diuji. Perlu adanya penambahan fasilitas
(ruang tunggu yang terpisah untuk bayi, mushola,
colokan listrik dan mainan anak) dan peningkatan
fasilitas (kursi ruang tunggu yang nyaman, peningkatan kebersihan ruang tunggu dan kamar kecil serta
penambahan penerangan pada toilet) ruang tunggu
pelayanan obat di RS Baptis Batu. Untuk memberi
kepastian antrian pasien dapat digunakan sistem antrian dengan memakai mesin antrian. Untuk memberi
rasa adil dapat dilakukan pemisahan loket antara pasien un-insured dengan yang terasuransi BPJS-K.
Tetapi bila masih belum ada anggaran untuk pembelian mesin antrian ataupun pemisahan loket dapat
menambah masalah SDM maka disarankan adanya
petugas khusus ruang tunggu instalasi farmasi rawat
jalan yang bertugas memberi informasi pada pasien
yang menunggu. Petugas ini dapat berganti-ganti personilnya sesuai jadwal penugasan dan petugas tidak
harus dari Instalasi Farmasi. Di era permulaan pelaksanaan BPJS-K belum banyak penelitian mengenai
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan bagi
peserta BPJS-K, jadi terbuka kesempatan untuk melakukan penelitian-penelitian yang akhirnya dapat menyempurnakan sistem BPJS-K di Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Aditama, T.Y. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. 2
ed. Jakarta Penerbit Universitas Indonesia 2010. 111
p.
Blalock, S.J., Keller, S., Nau, D., Frentzel, E.M. Development of the Consumer Assessment of Pharmacy Services survey. Journal of The American Pharmacists
Association: Japha. 2012;52(3):32432.
Briesacher, B., Corey, R. Patient satisfaction with pharmaceutical services at independent and chain pharmacies. American Journal Of Health-System Pharmacy:
AJHP: Official Journal Of The American Society of
Health-System Pharmacists. 1997;54(5):5316.
Choi, B.J., Kim, H.S. The impact of outcome quality, interaction quality, and peer-to-peer quality on customer
satisfaction with a hospital service. Managing Service Quality. 2013;23(3):188204.
Eriksson, H., Ing-Marie, B., Berrum, I., Mrck, B. Reducing
queues: demand and capacity variations. International
Journal of Health Care Quality Assurance. 2011;24
(8):592-600.
Hasan, S., Sulieman, H., Stewart, K., Chapman, C.B., Hasan,
M.Y., Kong, D.C.M. Assessing patient satisfaction
with community pharmacy in the UAE using a newlyvalidated tool. Research in Social and Administrative Pharmacy. 2013;9(6):84150.
Handayani, R.S., Raharni, G.R. Persepsi Konsumen Apotek
terhadap Pelayanan Apotek di Tiga Kota di Indonesia.
Makara, Kesehatan. 2009;13(1):226.
Hong Choon, O., Wai Leng, C., Jane, Ai, W., Mui Chai T.
Evaluation of manpower scheduling strategies at outpatient pharmacy with discrete-event simulation. OR
Insight. 2013;26(1):7184.
Jones, P., Peppiatt, E. Managing perceptions of waiting
times in service queues. International Journal of Service Industry Management. 1996;7(5):4761.
Kamei, M., Teshima, K., Fukushima, N., Nakamura, T. Investigation of patients demand for community pharmacies: relationship between pharmacy services and
patient satisfaction. Yakugaku zasshi. 2001;121(3):
21520.
Khudair, I.F., Raza, S.A. Measuring patients satisfaction
with pharmaceutical services at a public hospital in
ISSN: 1693-5241
159
160
JURNAL APLIKASI
Nama Orang
MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016