Deasetilasi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/289254892

Deasetilasi Kitin secara Bertahap dan


Pengaruhnya terhadap Derajat Deasetilasi serta
Massa molekul Kitosan
Article January 2010

CITATIONS

READS

731

6 authors, including:
Cynthia L. Radiman

Deana Wahyuningrum

Bandung Institute of Technology

Bandung Institute of Technology

18 PUBLICATIONS 28 CITATIONS

38 PUBLICATIONS 50 CITATIONS

SEE PROFILE

SEE PROFILE

Veinardi Suendo

La Ode Ahmad

Bandung Institute of Technology

Kanazawa University

46 PUBLICATIONS 265 CITATIONS

5 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate,


letting you access and read them immediately.

SEE PROFILE

Available from: La Ode Ahmad Nur Ramadhan


Retrieved on: 27 September 2016

Jurnal Kimia Indonesia


Vol. 5 (1), 2010, h. 17-21

Deasetilasi Kitin secara Bertahap dan Pengaruhnya terhadap Derajat


Deasetilasi serta Massa molekul Kitosan
L.O.A.N. Ramadhan,1,2 C. L. Radiman,1 D.Wahyuningrum,1
V. Suendo,1 L. O. Ahmad,2 S. Valiyaveetiil3
1
Kelompok Penelitian Kimia Fisik dan Anorganik, Institut Teknologi Bandung
2
Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Haluoleo
3
Material Research Laboratory, Department of Chemistry, National University of Singapore
E-mail: dhanyramadhan@yahoo.com
Abstrak. Polimer alam saat ini menjadi perhatian peneliti untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
berbagai keperluan industri. Kitosan merupakan suatu senyawa poli (N-amino-2 deoksi -Dglukopiranosa) yang banyak terdapat di alam. Preparasi kitosan secara bertahap telah dilakukan.

Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh proses deasetilasi kitin secara
bertahap terhadap derajat deasetilasi dan massa molekul kitosan. Kitosan dikarakterisasi
untuk mengetahui gugus fungsi dan derajat deasetilasi secara spektroskopi Fourier
Transform Infrared (FTIR) dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR 1H), massa molekul
dengan kromatografi permeasi gel (GPC). Hasil analisis menunjukan bahwa kitin mengalami
deasetilasi menjadi kitosan secara bertahap. Kitosan dengan derajat deasetilasi dan massa
molekul yang berbeda dihasilkan dari proses deasetilasi kitin secara bertahap. Peningkatan waktu
deasetilasi kitin selama 3 x 3 jam dengan penghilangan warna menggunakan aseton menghasilkan
kitosan dengan derajat deasetilasi (DD = 99%) dan massa molekul 407,38 kDa. Peningkatan waktu
deasetilasi kitin selama 3 x 3 jam dengan penghilangan warna menggunakan natrium hipoklorit
menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi (DD = 100%), namun demikian menurunkan massa
molekul sebesar 161,99 kDa. Kitosan hasil deasetilasi kitin secara bertahap dari limbah kulit udang
putih (Litopenaeus vannamei) berpotensi untuk berbagai aplikasi yang memerlukan bahan dasar
kitosan dengan derajat deasetilasi dan massa molekul yang tinggi.
Kata kunci: Kitosan, deasetilasi bertahap, derajat deasetilasi, massa molekul.

Pendahuluan
Polimer alam saat ini menjadi perhatian peneliti
untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku berbagai
keperluan industri. Kitosan adalah polisakarida
yang banyak terdapat di alam setelah selulosa.
Kitosan merupakan suatu senyawa poli (N-amino-2
deoksi -D-glukopiranosa) atau glukosamin hasil
deasetilasi kitin/poli (N-asetil-2 amino-2-deoksi D-glukopiranosa) yang diproduksi dalam jumlah
besar di alam, yaitu terdapat pada limbah udang
dan kepiting yang cukup banyak terdapat di
Indonesia. Pemanfaatan limbah kulit udang sebagai
kitosan selain dapat mengatasi masalah lingkungan
juga dapat menaikan nilai tambah bagi petani
udang.
Hasil isolasi kulit udang akan menghasilkan
senyawa kitin yang merupakan polimer dari
glukosamin yaitu polisakarida yang mengandung
gugus asetatamida, sedangkan kitosan merupakan
hasil proses hidrolisa kitin dengan alkali sehingga

terjadi proses deasetilasi dari gugus asetamida


menjadi gugus amina. Pada prinsipnya, proses
transformasi kitin menjadi kitosan dapat melalui
hidrolisis dengan asam dan basa.5 Hidrolisis dalam
suasana basa terdiri atas dua metode, secara
homogen dan heterogen. Perlakuan secara
heterogen dalam suasana basa kuat merupakan
metode yang umum dilakukan dalam proses
deasetilasi kitin menjadi kitosan dan menghasilkan
kitosan dengan derajat deasetilasi dan massa
molekul yang bervariasi, namun sampai saat ini
belum ada metode baku untuk proses deasetilasi
kitin.
Kitosan mempunyai sifat spesifik yaitu adanya
sifat bioaktif, biokompatibel, pengkelat, anti
bakteri dan dapat terbiodegrasi.2,4 Kualitas kitosan
dapat dilihat dari sifat intrinsiknya, yaitu
kemurniannya, massa molekul, dan derajat
deasetilasi. Umumnya kitosan mempunyai derajat
deasetilasi 75-100%.1 Massa molekul kitosan dan

Dapat dibaca di journal.kimiawan.org/jki

L.O.A.N. Ramadhan, C. L. Radiman, D. Wahyuningrum, V. Suendo, L. O. Ahmad, S. Valiyaveetiil

distribusinya berpengaruh terhadap sifat-sifat


fisiko-kimia polisakarida, seperti sifat reologi
kitosan, fleksibilitas rantai.1 Derajat deasetilasi dan
massa molekul kitosan hasil deasetilasi kitin pada
dasarnya dipengaruhi oleh konsentrasi alkali/basa,
rasio larutan terhadap padatan, suhu dan waktu
reaksi,
lingkungan/kondisi
reaksi
selama
deasetilasi.7 Konsentrasi alkali, rasio padatan dan
larutan yang tinggi dapat menfasilitasi proses
deasetilasi menghasilkan kitosan yang memiliki
sifat fisiko-kimia yang memenuhi syarat untuk
berbagai aplikasi.
Oleh karena itu, untuk memperoleh informasi
tentang metode deasetilasi kitin menjadi kitosan,
telah dilakukan studi tentang proses deasetilasi
kitin menjadi kitosan secara bertahap dan
pengaruhnya terhadap derajat deasetilasi dan
massa molekul kitosan. Tujuan penelitian adalah
mendapatkan informasi yang berguna tentang
pengaruh proses deasetilasi kitin secara bertahap
terhadap derajat deasetilasi dan massa molekul
kitosan hasil deasetilasi.
Metode Penelitian
Bahan. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain : kulit udang putih
(Litopenaeus vannamei), natrium hidroksida teknis,
asam klorida, asam asetat, natrium asetat, kalium
bromida, deuterium oksida, asam trifluoroasetat,
dekstran standar.
Metode. Preparasi kitosan dari kulit udang
dilakukan melalui beberapa proses antara lain
penghilangan protein, penghilangan mineral, dan
deasetilasi merujuk pada metode No dkk dan
Tolaimate dkk dengan sedikit modifikasi.3,6 Kitin
diisolasi dari kulit udang (Litopenaeus vannamei)
dengan proses deproteinasi dalam NaOH 3,5%
(b/v) dengan rasio massa kulit uang terhadap
larutan 1: 10 selama 2 jam pada suhu 650C,
kemudian dilanjutkan demineralisasi dengan HCl
1 N (rasio 1:15 b/v) selama 1 jam pada suhu kamar.
Proses deasetilasi kitin menjadi kitosan dilakukan
dengan pengerjaan secara bertahap dalam larutan
NaOH 50% tingkat spesifikasi teknik (technical
grade) rasio massa kitin dan larutan 1:20 (b/v),
pada suhu 1200C, dengan variasi waktu deasetilasi
2 x 3 jam, 3 x 3 jam (penghilangan warna dengan
natrium hipoklorit/NaOCl), dan
3 x 3 jam
(penghilangan warna dengan aseton).
Karakterisasi. Untuk memastikan hasil
transformasi kitin menjadi kitosan, hasil deasetilasi
dikarakterisasi melalui analisis gugus fungsi secara
spektrometri infra merah (FTIR) dan resonansi
magnetik inti (RMI) atau nuclear magnetic

18

resonance
(1H-NMR),
penentuan
derajat
deasetilasi (DD) dengan metode 1H-NMR, serta
penentuan massa molekul dengan Kromatografi
Permeasi Gel (GPC).
Analisis struktur dengan FTIR dan NMR1
H. Spektrofotometer FTIR Shimadzu 8400
digunakan untuk merekam spektra FTIR kitosan
untuk menentukan struktur kimia. Cuplikan padat
berbentuk butiran diukur spektranya dengan cara
dibuat dalam bentuk pellet KBr. Pengukuran
1
spektra
H-NMR
dilakukan
dengan
spektrofotometer NMR Bruker 300 MHz untuk
analisis struktur kimia dan penentuan derajat
deasetilasi kitosan.
Penentuan massa molekul polimer kitosan.
Massa molekul dihitung berdasarkan data hasil
analisis dengan kromatografi permeasi gel (GPC)
dengan dekstran sebagai senyawa standar
menggunakan alat instrumentasi kromatografi cair
tekanan tinggi (HPLC) 515 Water, detektor
indeks refraktif 2414 Water. Suhu detektor 33 0C,
sensitivitas 128, tekanan 1035 Psi, laju alir 1
ml/menit, running time 42 menit. Kolom yang
digunakan adalah PL-Aquagel 30, PL-Aquagel 40,
PL-Aquagel 50.
Hasil dan Pembahasan
Preparasi dan Identifikasi Kitosan dari
Limbah Kulit Udang. Untuk ketersediaan kitosan,
telah dilakukan isolasi kitin dan preparasi 3 (tiga)
jenis kitosan dengan sifat fisiko-kimia yang
berbeda. Rerata kulit udang sebanyak 600 g
menghasilkan 95,32 g kitosan, rincian berat tiap
proses dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rincian Berat Tiap Proses Pembuatan Kitosan*
Material

Proses

Kulit

Penghilang

udang

an Protein

Kitin

Penghilang
an Mineral

Berat
(gram)

Rendemen

260,00

43,33%

110,40

18,40%

95,32

15,88%

Hasil
Pengamatan
Visual
Kuning
Kecoklatan
Putih
Kecoklatan
Putih

Kitosan

Deasetilasi

kekuningan
(off-white)

*Berat limbah udang : 600 g

Proses transformasi kitin menjadi kitosan


dilakukan dengan proses penghilangan gugus asetil
dari kitin menjadi amina pada kitosan yang dikenal
dengan proses deasetilasi. Proses ini dilakukan
dengan cara hidrolisis gugus asetoamida oleh basa
kuat yaitu NaOH 50% spesifikasi teknis. Kitosan
yang dihasilkan mempunyai warna putih

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5(1), 2010

Deasetilasi Kitin secara Bertahap dan Pengaruhnya terhadap Derajat Deasetilasi serta Massa Molekul Kitosan

kekuningan (off-white). Struktur kimia kitosan


terlihat pada Gambar 1.
NHCOCH3
HO
O

HOH2C
HO

O
NH2

CH2OH

O
n

(a)
CH2OH
H

O
OH

NH2

(b)
Gambar 1 Struktur molekul (a) kitosan terasetilasi
parsial dan (b) kitosan unit pengulangan poli Dglukosamin

Identifikasi struktur kimia kitosan dilakukan


menggunakan FTIR dan 1H-NMR. Hasil
pembacaan dari kitosan tersebut ditunjukan dalam
Gambar 2 Spektrum infra merah kitosan

menunjukkan adanya gugus OH, NH2, C=O amida,


dan CH3.
Pada spektrum FTIR dapat dilihat adanya
puncak pada daerah 3000-3500 cm-1 yang
menunjukkan adanya gugus OH dan NH2. Puncak
lainnya adalah CO amida yang terdapat pada 1656
cm-1 (Amida I) , vibrasi C-N-H (Amida II) pada
1566 cm-1, deformasi NH2 pada 1195 cm-1, vibrasi
C-O-C pada 1159 cm-1, deformasi CH3 simetri
pada 1379 cm-1, dan vibrasi regang C-H pada 2920
cm-1.
Spektrum FTIR hasil deasetilasi kitin
menunjukan perubahan selama proses deasetilasi
yang ditunjukan oleh variasi serapan inframerah
kitosan. Pada daerah bilangan gelombang 1566 cm1
yang merupakan daerah serapan amina yang
meningkat ketika waktu proses deasetilasi
ditingkatkan.selama 3 x 3 jam. Perubahan serapan
pada bilangan gelombang 1665 cm-1 yang semakin
lemah. Spektra FTIR menunjukan bahwa
deasetilasi kitosan secara bertahap dengan waktu 2
x 3 jam dan 3 x 3 jam dapat menghasilkan kitosan
dengan spektrum serapan infra merah yang
berbeda.

(a)
% Transmitans

(b)

4000

(c)
(d)

3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

-1

Bilangan gelombang (cm )


Gambar 2 Spektrum Infra Merah (a) Kitin (b) Kitosan hasil deasetilasi 3 x 3 jam penghilangan warna dengan
NaOCl, (c) Kitosan hasil deasetilasi 2 x 3 jam (d) Kitosan hasil deasetilasi 3 x 3 jam penghilangan warna dengan
aseton

19

L.O.A.N. Ramadhan, C. L. Radiman, D. Wahyuningrum, V. Suendo, L. O. Ahmad, S. Valiyaveetiil

1H NMR CS

0 .0 1 9 5

3 .0 8 0 3

3 .6 0 5 7

3 .7 9 4 2

4 .7 6 3 3

6 .0 8 7 5
6 .0 2 0 6
5 .9 5 3 2
5 .8 8 7 5

Bruker
*** Current Data Parameters ***
NAME

ma27dp

EXPNO

PROCNO

*** Acquisition Parameters ***


DATE_t

DATE_d

NS

SFO1

SOLVENT

23:53:06
Mar 26 2009
8
300.1318534 MHz
D2O

*** Processing Parameters ***


SF

XDIM

300.1297360 MHz
8192

7.0

6.5

6.0

5.5

5.0

4.5

4.0

3.5

3.0

2.5

Start

Stop

YScale

100.00 %

7.50 ppm

SR

-264.47 Hz

Hz_cm

-0.50 ppm

115.44

0 .0 4 5 3

0 .1 0 8 2

6 .0 6 1 6

2 7 .0 0 5

4 .0 4 8 8

In te g r a l

*** 1D NMR Plot Parameters ***

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

(ppm)

Gambar 3 Spektrum 1H-NMR Kitosan (pelarut D2O+trifluoroasetat)


Karakterisasi Kitosan dengan NMR.
Sebagai pendukung hasil yang sudah ditunjukan
oleh data-data FTIR, juga dilakukan pengukuran
spektra 1H-NMR Hasil karakterisasi kitosan
secara spektrometri resonansi magnetik inti
proton (1H-NMR) terlihat pada Gambar 2.
Spektrum 1H-NMR menunjukkan pergeseran
kimia () proton gugus fungsi yang terdapat
pada kitosan hasil sintesis adalah sebagai
berikut: = 1,9 ppm merupakan spektra asetil,
= 3,0 ppm, spektra H-2 dari unit GlcN
(glukosamin), = 3,5-4,0 ppm spektra H-3,H4,H-5,H-6 dari unit GlcN, = 4,8 ppm spektra
H-1 dari unit GlcN. Spektrum 1H-NMR juga
digunakan untuk menentukan derajat deasetilasi
kitosan.
Derajat Deasetilasi dan Massa molekul
Kitosan. Derajat deasetilasi (DD) kitosan hasil
sintesa variasi waktu deasetilasi dihitung melalui
perbandingan nilai integral/jumlah proton pada
pergeseran kimia = 1,9 ppm (gugus asetil) dan
= 3,5-4,0 ppm spektra H-3,H-4,H-5,H-6 dari
unit glukosamin. Massa molekul kitosan
dianalisis menggunakan kromatografi permeasi
gel dengan larutan standar polimer dekstran.
Hasil penentuan derajat deasetilasi dan massa
molekul pada waktu deasetilasi yang berbeda
terlihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pada
waktu deasetilasi kitin yang lebih lama
dihasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi dan

20

massa molekul yang bervariasi. Hal ini


menunjukan
bahwa
peningkatan
waktu
deasetilasi secara bertahap berpengaruh terhadap
sifat fisiko-kimia kitosan. Waktu deasetilasi
kitin selama 2 x 3 jam dengan penghilangan
warna menggunakan
natrium hipoklorit
menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi
(DD = 88 %) dan massa molekul 501,19 kDa.
Peningkatan waktu deasetilasi kitin selama 3 x 3
jam dengan penghilangan warna menggunakan
aseton menghasilkan kitosan dengan derajat
deasetilasi (DD = 99%) dan massa molekul
407,38 kDa. Peningkatan waktu deasetilasi kitin
selama 3 x 3 jam dengan penghilangan warna
menggunakan natrium hipoklorit menghasilkan
kitosan dengan derajat deasetilasi (DD = 100%),
namun demikian menurunkan massa molekul
yang cukup berarti sebesar 161,99 kDa.
Penurunan massa molekul kitosan ini diduga
disebabkan kitosan mengalami degradasi pada
saat penghilangan warna dengan natrium
hipoklorit.
Dari proses deasetilasi kitin secara bertahap,
faktor pendorong terjadinya peningkatan derajat
deasetilasi kitosan adalah faktor morfologi rantai
kitin yang gugus asetamidanya semakin
berkurang pada saat waktu deasetilasi meningkat.
Pada setiap tahap perlakuan deasetilasi, kitin
dengan gugus asetamida yang berkurang
mengalami perubahan morfologi, sehingga
memungkinkan proses hidrolisis oleh basa kuat.

Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5(1), 2010

Deasetilasi Kitin secara Bertahap dan Pengaruhnya terhadap Derajat Deasetilasi serta Massa Molekul Kitosan

Selain itu, proses pencucian secara bertahap


dapat mempengaruhi sifat penggembungan kitin
dengan alkali, oleh karena itu efektivitas proses
hidrolisis basa terhadap gusus asetamida pada
rantai kitin semakin baik.6
Tabel 2 Derajat deasetilasi dan Massa molekul
Kitosan
Kode
Kitosan

Waktu
Deasetilasi

CS-23

2x3 jam

Derajat
Deasetilasi
(%DD)
88

Massa
molekul
(kDa)
501,19

CS-33

3x3 jam

100

161,99

CS-33A

3x3 jam

99

407,38

Keterangan: CS-23 dan CS33 = kitosan hasil


deasetilasi kitin dengan penghilangan warna
menggunakan NaOCl, CS-33a= kitosan hasil
deasetilasi kitin dengan penghilangan warna
menggunakan aseton

Keunggulan dari penelitian ini adalah hanya


dengan natrium hidroksida 50% spesifikasi
teknis yang harganya relatif murah, dapat
menghasilkan kitosan dengan DD yang cukup
tinggi, tanpa mengalami penurunan massa
molekul yang cukup berarti. Kitosan hasil
deasetilasi kitin bertahap secara heterogen dalam
suasana basah kuat dari limbah kulit udang putih
(Litopenaeus vannamei) pada penelitian ini
berpotensi untuk berbagai aplikasi yang
memerlukan bahan dasar kitosan dengan derajat
deasetilasi dan massa molekul yang tinggi.

Pustaka
1. Kurita, K., Controlled Functionalization of
Polysaccharides Chitin, Progress in Polymer
Science, 2001, 26, 1921-19715.
2. Muzzarelli, R. A. A., Chitin and Its Derivatives:
New Trends of Applied Research, Carbohydrate
Polymers, 1983, 3, 53-75.
3. No, H. K., Meyers, S. P., Lee, K. S., Isolation and
Characterization of Chitin from Crawfish Shell
Waste, Journal of Agricultural and Food
Chemistry, 1989, 37(3), 575-579.
4. Ravi Kumar, M. N. V., A Review of Chitin and
Chitosan Application, Reactive and Functional
Polymers, 2000, 46, 1-27.
5. Rinaudo, M., Chitin and Chitosan: Properties and
Application, Progress in Polymer Science, 2006,
31, 603-632.
6. Tolaimate, A., Desbrieres, J., Rhazi, M., Alagui,
A., Contribution to the Preparation of Chitins and
Chitosans with Controlled Physico-chemical
Properties, Polymer, 2003, 44, 7939-7952.
7. Tolamaite, A., Desbrieres, J., Rhazi, M., Alagui,
A., Vincendon, M., Vottero, P., On Influence of
Deacetilation Process on Physicochemical
Characteristics of Chitosan from Squid Chitin,
Polymer, 2000, 41, 2463-2469.

Kesimpulan
Kitosan dengan derajat deasetilasi dan massa
molekul yang berbeda telah dihasilkan dari
proses deasetilasi kitin secara bertahap. Proses
deasetilasi selama 2 x 3 jam menghasilkan
derajat deasetilsasi sebesar 88% dan massa
molekul sebesar
501,19 kDa. Peningkatan
waktu deasetilasi kitin selama 3 x 3 jam dengan
penghilangan warna menggunakan aseton
menghasilkan kitosan dengan derajat deasetilasi
(DD = 99%) dan massa molekul 407,38 kDa.
Peningkatan waktu deasetilasi kitin selama 3 x 3
jam dengan penghilangan warna menggunakan
natrium hipoklorit menghasilkan kitosan dengan
derajat deasetilasi (DD = 100%), namun
demikian menurunkan massa molekul sebesar
161,99 kDa.
Penghargaan. Terima kasih kepada pihak
Islamic
Development
Bank-Universitas
Haluoleo (IDB-UNHALU) atas beasiswa S3 dan
Dirjen DIKTI atas dana Hibah Bersaing.
Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5(1), 2010

21

You might also like