Professional Documents
Culture Documents
RENI HARIANI - ProdiEkoSyar PDF
RENI HARIANI - ProdiEkoSyar PDF
RENI HARIANI - ProdiEkoSyar PDF
Oleh
RENI HARIANI
NIM: 1386 165
Oleh
Amrina Rosyada
NIM: 130206151
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama :Dr. Muhammad Adil, MA
NIP : 19730604 199903 1 006
2. Nama : Dr. Listiawati, M.H.I
NIP : 19600112 200603 2 001
Dengan ini menyetujui bahwa tesis berjudul PENGARUH LIKUIDITAS DAN
PEMBIAYAAN TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERBANKAN SYARIAH
DI INDONESIA PERIODE 2009-2012 yang ditulis oleh:
Nama
: Reni Hariani
Nim
: 1386165
Program studi : Ekonomi Syariah
Konsentrasi : Ekonomi Syariah
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah tertutup pada Program Pascasarjana UIN Raden
Fatah palembang.
Pembimbing I,
: 1386165
1.
Telah dikoreksi dengan seksama dan dapat disetujui untuk diajukan dalam sidang
munaqasyah terbuka pada program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI:
Nama : Prof. Dr. Romli. SA, M.Ag
..............................................................
NIP
2.
: Ekonomi Syariah
: 195712101986031004
Tgl
.................................................................
:197509282006042001
Tgl
................................................................
Ketua,
: 1386165
: Ekonomi Syariah
Telah dimunaqasyahkan dalam sidang terbuka pada tanggal 01 April 2016 dan dapat
disetujui sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi Syariah
(M.E.Sy) pada program Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang.
TIM PENGUJI:
Ketua
: Dr. Muh. Misdar, M. Ag
..........................................................
NIP. 19630502 199403 1003
Sekretaris
Penguji I
Penguji II
Tanggal.............................................
..........................................................
Tanggal.............................................
..........................................................
Tanggal.............................................
..........................................................
Tanggal.............................................
Direktur,
Palembang,
April 2016
Ketua Program Studi,
KATA PENGANTAR
m9$# uq9$#!$#0
.
.
! #
. % ' .
( * )
! )
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam dan dzat yang menuntun umat manusia untuk selalu dijalan-Nya.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis
bersyukur kepada Ilahi Rabbi yang telah memberikan ridho, rahmat, hidayah, dan taufikNya serta memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis sehingga dapat
menyusun dan menyelesaikan tesis ini yang berjudul Pengaruh Likuiditas dan
Pembiayaan Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 20092012.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak, penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dari
penulis, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca.
Akhirnya setelah begitu panjang penulis menempuh ilmu, dengan segala lika-liku,
penulis dapat menyelesaikan proses akhir studi. Kenyataan semua ini tentunya tidak
terlepas dari keikutsertaan banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan syukur, terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Aflatun Muchtar, M.A, selaku Rektor UIN Raden Fatah Palembang
2. Bapak Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ag, selaku Direktur Pasca Sarjana UIN Raden Fatah
Palembang.
3. Ibu Dr. Listiawati selaku ketua Prodi Ekonomi Syariah dan pembimbing II Tesis saya.
RENI HARIANI
13 86 165
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Reni Hariani
: 1386 165
Pekerjaan
: Dosen
Alamat
Reni Hariani
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
PERNYATAAN KEASLIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
xiii
ABSTRAK
xvi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Batasan Masalah
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian
Desain Variabel
Tinjauan Pustaka
Kerangka Teori
Metodologi Penelitian
Langkah-Langkah Analisa Data
Sistematika Penulisan
1
9
10
10
11
12
12
19
25
30
31
A. Likuiditas
1. Pengelolaan likuiditas dalam perankan syariah
32
34
35
36
38
43
45
52
53
57
58
58
11
2.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
D.
59
66
67
70
75
76
87
92
Analisa Data
95
Likuiditas Perbankan Syariah di IndonesiaTahun 2009-2012
95
Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2009-2012
98
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2009-2012
100
Hasil Uji Statistik Pengaruh Likuiditas dan Pembiayaan Terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah di Indonesia
103
1. Uji Asumsi Klasik
103
2. Pengujian Hipotesis
107
3. Analisis Regresi Linier Berganda
109
4. Pembahasan Pengujian Hipotesis
111
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
114
12
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
37
45
53
55
96
98
101
103
104
106
107
108
108
110
110
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar. I.1 Desain Variabel Penelitian
12
30
71
105
14
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB KE LATIN
A. Konsonan Tunggal
Huruf
1
Nama
Keterangan
Huruf Arab
Latin
Tdk
2
Alif
Tidak dilambang
dilambang
ba
Be
Ta
Te
sa
Es (dengantitikdiatas)
Jim
Je
Ha (dengan titik di
ha
bawah)
Kha
Kh
Kadan Ha
Dal
De
Zet (dengan titik di
10
Zal
atas)
11
ra
Er
12
Zai
Zet
13
Sin
Es
14
Syin
Sy
es dan ye
15
Es (dengan titik di
15
Shad
bawah)
De (dengan titik di
16
Dhad
bawah)
Te (dengan titik di
17
ta
bawah)
Zet (dengan titik di
18
za
bawah)
19
ain
koma di atas
20
Gayn
Ge
21
fa
Ef
22
Qaf
qi
23
Kaf
ka
24
Lam
el
25
Mim
em
26
Nun
en
27 Wau
we
28 ha
ha
29 Hamzah '
Apostrof
Apostrof
30 ya
ye
16
Ditulis
iddah
C. Ta Marbutah
1.Bila mati maka ditulis h
$%
Ditulis
hibah
$'()
Ditulis
jizyah
D. Vokal pendek
E.
Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama
----- ----
fathah
---------
kasroh
---------
ammah
Vokal Panjang
Nama
TulisanArab
Tulisan latinn
Fathah + alif + ya
$./0)
123'
yas
kasrah + ya mati
4'56
karm
ammah+wawu mati
58
fur
jhiliyyah
F.Vokal Rangkap
Tanda
huruf
9
Nama
gabungan
Nama
Contoh
ai
a dan i (ai)
4<=.>
au
a dan u (au)
?;
G.Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrop
4@A
ditulis
aantum
"#
ditulis
uiddat
45<D EF
di tulis
la,in syakartum
17
Ditulis
al-Qurn
Ditulis
al-Qiys
2. bila dikuti oleh huruf syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf syamsiyah
yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf (el) nya.
0J3
Ditulis
As-sam
KJL
Ditulis
Asy-syams
ditulis
Ahl as-sunnah
="O
ditulis
Ahl an-nadwah
18
ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai pengaruh likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas
perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2012, dengan tiga rumusan masalah yaitu: pertama,
bagaimana likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
periode 2009-2012? kedua, bagaimana likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan
syariah di Indonesia periode 2009-2012? dan yang ketiga, bagaimana likuiditas dan pembiayaan
terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia periode 2009-2012? Selaras dengan
permasalahan yang dikemukakan makatujuan penelitian ini adalah yang pertama untuk
19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara.
Semakin baik kondisi perbankan suatu negara, semakin baik pula kondisi perekonomian
suatu negara. Efektivitas dan efisiensi sistem perbankan di suatu negara akan
memperlancar perekonomian negara tersebut.1 Selain itu, perbankan juga dapat berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan penyaluran dana yang baik, para pelaku
ekonomi dapat terbantu dalam pengalokasian dana serta pengaturan dana.2
Awal kelahiran sistem perbankan syariah dilatarbelakangi oleh pembentukan sistem
berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut
pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi
pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Upaya awal penerapan sistem profit and
loss sharing (untung dan rugi ditanggung bersama) tercatat di Pakistan dan Malaysia
sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah haji secara nonkonvensional.3
Di Indonesia sistem perbankan yang digunakan adalah dual banking sistem yang
berarti beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan bank konvensional. Dengan
begitu, kebijakan yang diambil pemerintah melalui Bank Indonesia tentu berbeda untuk
kedua jenis bank tersebut. Pada bank syariah tidak mengenal sistem bunga, sehingga
M. Sulhan dan Ely, Manajemen Bank Konvensional dan Syariah, (Malang : UIN-Malang Press,
2008), hlm. 3
2
M. Sulhan dan Ely, Manajemen, hlm. 9
3
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press,
2001), hlm. 30
20
keuntungan yang di dapat bersumber dari bagi hasil dengan pelaku usaha yang
menggunakan dana dari bank syariah serta investasi dari bank syariah sendiri.4
Kondisi perbankan ini mendorong banyak pihak yang terlibat didalamnya untuk
melakukan penilaian atas kesehatan bank. Salah satu pihak yang perlu mengetahui kinerja
dari sebuah bank adalah investor sebab semakin baik kinerja bank tersebut maka jaminan
keamanan atas dana yang diinvestasikan juga semakin besar. Kinerja bank dapat dilihat
melalui profitabilitas yang dihasilkan. Profitabilitas merupakan salah satu pengukur kinerja
keuangan sebuah perbankan. Jika sebuah bank mempunyai profitabilitas yang baik maka
kelangsungan hidup bank tersebut akan terjamin. Namun sebaliknya, jika bank mempunyai
profitabilitas buruk maka kelangsungan hidup bank tidak akan bertahan lama karena bank
tersebut tidak mampu untuk memenuhi biaya-biaya operasional. Untuk mengukur tingkat
keuntungan yang diperoleh suatu bank digunakan rasio profitabilitas.
Berkembangnya pertumbuhan perekonomian di tanah air tidak terlepas dari peran
vital yang diperlihatkan oleh sektor perbankan. Perbankan menurut UU No. 10/1998
adalah segala sesuatu yang menyangkut bank: mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,
serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.5
Bank
syariah
yang
berfungsi
sebagai
lembaga
intermediasi
keuangan,
21
dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu
prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap.6
Pembiayaan merupakan aktiva produktif dari perbankan syariah, sebagai aktiva
produktif, pembiayaan harus dikelola dengan memperhatikan beberapa hal, antara lain
yaitu prinsip kehati-hatian, berdasarkan pada peraturan-peraturan yang membatasinya,
analisis terhadap risiko usaha, mempertahankan kepercayaan masyarakat dan investor
kepada perbankan syariah, dan mempertimbangkan aspek likuiditas.
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam
persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan
laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam
angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba
penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan.
Sedangkan return on asset (ROA) menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva yang tersedia untuk mendapatkan net income. ROA merupakan rasio
yang memberikan informasi seberapa efisien suatu bank dalam melakukan kegiatan
usahanya, karena rasio ini mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat
diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. Alasan meneliti rasio keuangan adalah
karena rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan.
Pemicu
utama
kebangkrutan
yang
dialami
oleh
bank,
terletak
pada
Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 85
22
likuiditas disebut juga rasio modal kerja. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuidnya
sebuah bank, yaitu dengan membandingkan seluruh komponen aktiva lancar dengan
komponen pasiva lancar. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi
kebutuhan transaksi pada saat nasabah melakukan penarikan. Jika sebuah bank tidak bisa
memenuhi kebutuhan nasabah, berarti bank tersebut mengalami risiko likuiditas, artinya
bank tidak bisa memenuhi kewajibannya atau sudah tidak mampu membiayai.7 Besar
kecilnya risiko likuiditas banyak ditentukan beberapa indikator yaitu:8
a. Kecermatan perencanaan arus kas atau arus dana berdasarkan prediksi pembiayaan dan
prediksi pertumbuhan dana, termasuk mencermati tingkat fluktuasi dana.
b. Ketepatan dalam mengatur struktur dana, termasuk kecukupan dana-dana non profit and
loss sharing.
c. Ketersediaan asset yang siap dikonversikan menjadi kas.
d. Kemampuan menciptakan akses ke pasar antar bank atau sumber dana lainnya, termasuk
fasilitas lender of last resort.
Tingkat likuiditas dengan profitabilitas terdapat trade-off, hal ini didasarkan pada
argumen bahwa investasi pada pendanaan jangka pendek memberi efek yang berlawanan
terhadap likuiditas dan profitabilitas. Investasi pada aset lancar walaupun akan
meningkatkan likuiditas, namun tidak dapat menghasilkan keuntungan sebanyak investasi
pada aset tetap. Pendanaan yang berasal dari kewajiban lancar walaupun lebih murah dan
lebih menjanjikan dari segi laba, namun lebih berisiko karena waktu pengembaliannya
lebih pendek.9
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 182
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Cet ke-4 Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006),
hlm. 227
9
Riki Antariksa, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Muamalat
Indonesia, (Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami vol. 2 no. 2 April-Juni 2006).
8
23
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Edisi ke-1, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007),
hlm. 246
11
12
Juli 2015
24
pada perkembangan pasar surat-surat berharga, pada sektor perbankan dan lebih jauh lagi
pada sektor riil.13
Dalam likuiditas terdapat dua risiko yaitu risiko ketika kelebihan dana dimana dana
yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat
bunga yang tinggi. Kedua risiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia
untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada, dan juga akan mendapat
pinalti dari bank sentral. Kedua keadaan ini tidak diharapkan oleh bank karena akan
mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ketika bank mengharapkan keuntungan yang maksimal akan
berisiko pada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika likuiditas tinggi berarti tingkat
keuntungan tidak maksimal, disini terjadi konflik kepentingan antara mempertahankan
likuiditas yang tinggi dan mencari keuntungan yang tinggi.14
Secara umum efektivitas fungsi intermediasi perbankan syariah tetap terjaga seiring
pertumbuhan dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang relatif tinggi dibandingkan
perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang meningkat dan menjangkau
kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki fundamental yang cukup
kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian nasional.15
Penilaian atas kinerja bank senantiasa perlu di-review secara periodik untuk
mengetahui keadaan, dan perkembangan kondisi terkini, tujuannya adalah agar lebih
mencerminkan kondisi bank saat ini dan di waktu yang akan datang. Dalam konteks inilah
Bank Indonesia senantiasa melakukan perbaikan kembali terhadap sistem penilaian tingkat
13
14
2015
15
Agus Faisal, Skripsi Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Aktivitas, Efisiensi, Manajemen, dan
Risiko Pembiayaan Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia, (Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012).
25
Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (UU di Bidang Perbankan,
Fatwa DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia) (Yogyakarta: UII Press, 1007), hlm. 472
17
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 268
26
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dibatasi masalah sebagai
berikut: Likuiditas dapat diukur dengan financing to deposit ratio (FDR, cash ratio, loan to
deposit ratio, loan to assets ratio dan rasio call money. Profitabilitas dapat diukur dengan
menggunakan gross profit margin, net profit margin, ROE dan ROA. Peneliti memberi
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu hanya menggunakan rasio likuiditas yang
diukur dengan financing to deposit ratio (FDR), dan jumlah total pembiayaan, sementara
profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut: (1) Bank syariah menilai bahwa pembiayaan dengan sistem bagi hasil memiliki
risiko tinggi dalam hal kerugian yang dapat terjadi dalam kurun waktu pembiayaan
tersebut sehingga dapat menurunkan laba perusahaan karena pembiayaan bagi hasil tidak
18
27
hanya bersifat berbagi untung tetapi juga berbagi rugi. (2) Selain jumlah total pembiayaan,
kinerja operasional yang juga ikut berpengaruh adalah perputaran permodalan, efisiensi
kinerja operasional bank dan likuiditas bank tersebut. Likuiditas pada bank syariah bisa
mencerminkan dari kemampuan bank dalam menyalurkan sumber dana yang berasal dari
pihak ketiga baik dari tabungan maupun deposito. (3) ROA menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva yang tersedia untuk mendapatkan net income.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
periode 2009-2012?
2. Bagaimana pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia
periode 2009-2012?
3. Bagaimana pengaruh likuiditas dan pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah
di Indonesia periode 2009-2012?
28
F. Desain Variabel
Desain variabel dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini:
Gambar 1. Desain Variabel Penelitian
X1 > Y
Variabel X1
Likuiditas
Perbankan Syariah di
Indonesia
Variabel Y
X1 + X2 > Y
Profitabilitas
Perbankan Syariah di
Indonesia
Variabel X2
Pembiayaan
Perbankan Syariah di
Indonesia
X2 > Y
29
variabel Y yang merupakan variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi. Untuk
melihat pengaruh antar variabel ini digunakan alat analisis ekonometrik regresi linier
berganda.
G. Tinjauan Pustaka
Adi Stiawan dalam Tesis, tahun 2010 dengan judul Analisis Pengaruh Faktor
Makroekonomi, Pangsa Pasar dan Karakteristik Bank Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah (Studi pada Bank Syariah Periode 2005-2008), penelitiannya menjelaskan
selama periode pengamatan menunjukan bahwa data penelitian berdistribusi normal.
Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi tidak ditemukan variabel yang menyimpang dari asumsi klasik. Hal ini
menunjukkan data yang tersedia telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan
regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
inflasi dan pertumbuhan GDP tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA.
Variabel FDR, pangsa pasar, CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA,
sedangkan variabel NPF, BOPO, dan SIZE berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Kemampuan prediksi dari ke delapan variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini
sebesar 12, 9%, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model penelitian.
Vera Susanti dalam Tesis, tahun 2013 dengan penelitian yang berjudul Pengaruh
Equivalent Rate dan Tingkat Keuntungan Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perbankan Syariah di Indonesia, Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data dokumentasi dan sumber data
sekunder yang diambil dari laporan statistik perbankan syariah dari Bank Indonesia pada
tahun 2009-2013. Teknik analisis yang digunakan adalah uji regresi linier berganda.
30
Sebelum menjelaskan hasil dari model regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi klasik diantaranya multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi serta
uji hipotesis yang terdiri dari uji f, uji t dan koefisien determinasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Equivalent Rate (ER) dan Tingkat Keuntungan (TK) berpengaruh
secara signifikan terhadap penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum dan unit
usaha syariah di Indonesia dari tahun 2009-2013. Hal ini terbukti dari uji parsial dimana t
hitung (4,018) > t Tabel (2,004) untuk variabel Equivalent Rate dan t hitung (6,156) > t
Tabel untuk variabel Tingkat Keuntungan. Demikian juga dengan uji simultan dimana F
hitung (50,109) > F Tabel 2,790.
William, Molyneux dan Thornton dalam Tesis (1994) meneliti dengan judul,
Dampak Struktur Pasar (Market Structure) dan Pangsa Pasar (Market Share)
Terhadap Profitabilitas Perbankan di Spanyol. Dasar penelitian ini adalah ingin
mengetahui apakah peningkatan ukuran bank berpengaruh terhadap profitabilitas
perbankan di Spanyol. Penelitian William et. al (1994) dilandasi hipotesis strukturperilaku-kinerja (SCP) dan hipotesis efisiensi. Paradigma SCP didasari oleh preposisi
bahwa dengan adanya konsentrasi pasar akan mendukung kerjasama antar perusahaan
(market collusion) dalam hal penentuan harga, produk, dan lain-lain. Makin
terkonsentrasinya pasar akan menurunkan tingkat kompetisi. Hipotesis efisiensi
menekankan pada efisiensi operasi yang dapat meningkatkan profitabilitas. Penelitian
menggunakan pooling data tahun 1986-1988. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio
konsentrasi adalah positif dan signifikan tetapi variabel pangsa pasar adalah negatif dan
tidak signifikan. Ini mendukung paradigma SCP, yaitu makin terkonsentrasinya perbankan
di Spanyol akan menurunkan tingkat kompetisi yang akhirnya meningkatkan profitabilitas.
Konsentrasi yang lebih jauh pada perbankan di Spanyol didorong oleh kebijakan
31
pemerintah dan bank sentral yang akan menurunkan tingkat kompetisi. Tidak ada bukti
yang mendukung hipotesis efisiensi. Dalam kedua regresi rasio kapital terhadap aset adalah
positif dan secara statistik signifikan. Variabel aset adalah positif dan signifikan
membuktikan ukuran bank dapat meningkatkan profitabilitas. Koefisiensi variabel
kepemilikan adalah negatif, artinya bank swasta mempunyai profitabilitas lebih rendah dari
bank campuran. Koefisiensi variabel 7 bank besar adalah positif, artinya ketujuh bank
besar tersebut lebih menguntungkan dibanding lain.
Hasan dan Bashir dalam Jurnal (2002) meneliti Tentang Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah. Data yang digunakan adalah data dari bank
syariah di 21 negara termasuk Indonesia. Variabel yang digunakan hampir sama dengan
penelitian Kunt dan Huizinga (1997). Untuk kinerja bank diukur dengan profitabilitas
dengan indikator NIM (Non Interest Margin), ROA, ROE. Variabel independen yang
digunakan adalah karakteristik bank, meliputi asset, serta faktor internal bank lain seperti
pembiayaan, financial structure, kondisi makro ekonomi negara bersangkutan yang
diproksi dengan GDP. Hasil penelitiannnya menunjukkan bahwa untuk karakteristik bank
yang diukur dengan pembiayaan dan asset berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Makroekonomi yang diukur dengan GDP menunjukkan pengaruh yang positif signifikan
terhadap NIM, namun tidak signifikan terhadap ROA dan ROE. Pada financial structure,
konsentrasi pasar mempengaruhi profitabilitas secara signifikan.
Agus Faisal dalam Skripsi (2012) dengan judul Pengaruh Permodalan,
Likuiditas, Aktivitas, Efisiensi, Manajemen, dan Risiko Pembiayaan Terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia, Penelitian ini mencoba menganalisis
beberapa rasio keuangan diantaranya permodalan yang diukur dengan rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR), likuiditas yang diukur dengan Financing to Deposit Ratio (FDR),
32
aktivitas yang diukur dengan Total Asset Trunover (TAT), efisiensi yang diukur dengan
Operating Expense to Operation Income (OEOI), manajemen yang diukur dengan Net
Interest Margin (NIM), risiko pembiayaan yang diukur dengan Non Performing Financing
(NPF) terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan Return On Asset (ROA) pada bank
umum syariah di Indonesia. Penelitian ini termasuk kategori penelitian terapan (applied
research), teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria
bank umum syariah di Indonesia yang menyajikan laporan keuangan periode 2007 sampai
dengan 2011. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan uji hipotesis
menggunakan t-statistik untuk uji parsial serta f-statistik untuk uji simultan (bersamasama) dengan level of significance 5%. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang
meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
Selama periode pengamatan, penyimpangan dapat diatasi sehingga data menunjukan
berdistribusi normal. Berdasarkan uji asumsi klasik tidak ditemukan variabel yang
menyimpang dari asumsi klasik, yang menunjukkan data telah memenuhi syarat
menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan
bahwa FDR, NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, selain itu OEOI
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Sedangkan CAR, TAT, dan NPF
berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA pada
bank umum syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan bahwa variabel FDR,
NIM, dan OEOI dapat dijadikan pedoman, baik oleh pihak manajemen perusahaan dalam
pengelolaan perusahaan, maupun oleh para investor dalam menentukan strategi investasi.
Demirguic-Kunt dan Huizinga dalam Skripsi (1997, 2001) meneliti dengan judul,
Menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank, Secara garis
besar variabel yang digunakan adalah makroekonomi, financial struktur, karakteristik
33
34
35
H. Kerangka Teori
Pengertian bank yang tertulis pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
perbankan syariah, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut
ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 2/8/PBI/2000, Pasal I,
tertulis bank syariah adalah bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998, yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariat Islam, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariat Islam.20
Muhammad21 menyebutkan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Atau dengan kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariah.
Rivai dan Arifin22 mengatakan, fungsi bank syariah secara garis besar tidak berbeda
dengan bank konvensional, yakni sama-sama sebagai lembaga intermediasi yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Perbedaan pokoknya
terletak dalam perlakuan dan jenis keuntungan yang diambil oleh bank dari transaksitransaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari
20
Rivai dan Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Azkia Publisher, 2009), hlm. 32
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPM, 2005), hlm. 13
22
Rivai dan Arifin, Dasar-dasar, hlm. 32
21
36
pengambilan bunga, maka bank syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa
jasa maupun mark-up atau margin, serta bagi hasil.
Disamping dilibatkannya hukum Islam dan pembebasan transaksi dari mekanisme
bunga, posisi unik lainnya dari bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional
adalah diperbolehkannya bank syariah melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat
multi-finance dan perdagangan. Hal ini berkenaan dengan sifat dasar transaksi bank syariah
yang merupakan investasi dan jual beli serta sangat beragamnya pelaksanaan pembiayaan
yang dapat dilakukan bank syariah, seperti pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
(mudarabah), pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan (musyarakah), jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa (ijarah). Sehingga masyarakat yang membutuhkan pendanaan
dapat memilih pembiayaan yang prinsipnya sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dan
tujuannya.23
Likuiditas bank adalah kemampuan sebuah bank untuk menyediakan alat-alat
lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo serta memberikan pinjaman
kepada masyarakat yang membutuhkan. Likuiditas merupakan jantung utama bagi bank
karena menyangkut kepercayaan masyarakat, mengingat dana bank sebagai alat operasinya
lebih didominasi oleh dana yang berasal dari masyarakat. Apabila masyarakat penyandang
dana tidak dapat mengambil uang yang disimpan dalam bank akan menyebabkan
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank. Jika ini diketahui oleh penyandang dana
lainnya kemungkinan rush (penarikan dana besar-besaran) akan terjadi yang tentunya akan
mengganggu kegiatan operasional bank.24
23
24
37
25
hlm. 122
29
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, (Edisi Kedua, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
30
hlm. 118
31
38
profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total
aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh
bank yang bersangkutan, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
ROA =
EBIT
100%
Total aset
32
Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga, Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006), hlm. 156
33
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, hlm. 118
34
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, hlm. 119
39
40
kolektif atau berkelompok dengan utilitas tinggi dari pada individualnya dan selalu
bersedia untuk melayani.
I. Metodologi Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
a. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh
nasabah deposan, kewajiban jatuh tempo, dan memenuhi permintaan pembiayaan tanpa
ada penundaan. Likuiditas dapat diukur dengan financing to deposit ratio (FDR), cash
ratio, loan to deposit ratio, loan to assets ratio dan rasio call money. Likuiditas juga
berarti kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam
waktu yang singkat, sebuah perusahaan dikatakan likuid, apabila mempunyai alat
pembayaran berupa harta lancar yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh
kewajibannya. Dalam penelitian ini likuiditas yang digunakan adalah likuiditas (FDR)
yang ada di bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia dari tahun 2009-2012.
b. Pembiayaan
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dalam penelitian ini yang
digunakan adalah jumlah nominal pembiayaan yang diperoleh oleh perbankan syariah
setiap bulannya yang ada di bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia dari
tahun 2009-2012.
41
c. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu
periode tertentu, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik
dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun modal sendiri. Profitabilitas dapat
diukur dengan menggunakan gross profit margin, net profit margin, ROE dan ROA. Hasil
profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolok ukur ataupun gambaran tentang efektifitas
kinerja manajemen ditinjau dari keuntungan yang diperoleh dibandingkan dengan hasil
penjualan dan investasi perusahan.37 Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan rasio
ROA yang ada di bank umum syariah dan unit usaha syariah di perbankan syariah
Indonesia dihitung dari tahun 2009-2012.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yakni metode penelitian
yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya
untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat
menganalisis keterangan mengenai apa yang kita ketahui.38
Jenis penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengolah data likuiditas,
pembiayaan dan profitabilitas periode 2009-2012, Kemudian menggunakan jenis penelitian
kualitatif yaitu mengambil kesimpulan dari hasil analisis data-data tersebut.
37
38
Warren Reeve, Fess Acounting: Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hlm. 315
Soemanto Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.15
42
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data
likuiditas, data pembiayaan dan data profitabilitas periode 2009-2012 perbankan syariah di
Indonesia.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan
diolah oleh pihak lain.39 Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari BI (Bank
Indonesia) Statistik Perbankan Indonesia selama periode 2009 sampai dengan 2012.
Bentuk data dari variabel yang digunakan yaitu laporan satistik likuiditas, pembiayaan dan
profitabilitas periode 2009-2012.
39
Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 31
43
regresi linier berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan
antara variabel satu dengan variabel lain.
Variabel dependen yang digunakan adalah profitabilitas dan variabel independen
adalah likuiditas dan pembiayaan pada perbankan syariah Indonesia. Untuk mengetahui
apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel
dependen maka digunakan model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai
berikut:
Y = a + b X1 + b X2 +
Y adalah variabel dependen (terikat), X adalah variabel independen (bebas).
Dimana:
Y = Profitabilitas
a = konstanta
b = koefisien
X1 = Likuiditas
X2 = Pembiayaan
44
Analisis Regresi
Berganda
K. Sistematika Penulisan
Terdapat
Masalah
Perbaiki
Data
Data OK
Tidak Terdapat
Masalah
Uji
Hipotesis
Data Tidak OK
Uji t, R2 , Uji F
Analisis Regresi
Sederhana
Model OK
ProsesModel
Interpretasi Model
Finish
45
: PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, desain variabel, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metodologi penelitian, langkah-langkah analisis data dan sistematika
penulisan.
BAB II
Bab ini berisi tentang profil dan peran perbankan syariah terhadap perekonomian di
Indonesia.
BAB III
Bab ini teori-teori tentang variabel yang digunakan dalam penelitian yakni likuiditas
perbankan syariah, pembiayaan perbankan syariah dan profitabilitas perbankan syariah.
BAB IV
Bab ini merupakan inti penelitian berisi tentang analisis data dan pengaruh likuiditas dan
pembiayaan terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.
BAB V
: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
46
BAB II
MENGENAL BANK SYARIAH
Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk
jumlah nominal yang besarnya tidak kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.
b.
c.
d.
Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan
dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang
diamanatkan sebagai pernyataan dana pada proyek yang dibiayai oleh bank sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah hingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.
40
47
Bentuk yang lain yaitu giro dianggap sebagai titipan murni (al-wadiah) karena sewaktuwaktu dapat ditarik kembali dan dapat dikenai biaya penitipan.
e.
Bank syariah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang
sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang itu dalam
memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk
pembiayaan pengadaan barang selama pembiayaan, barang tersebut milik bank.
f.
Adanya dewan syariah yang bertugas mengawasi bank dari sudut syariah.
g.
Bank syariah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab dimana istilah tersebut
tercantum dalam fiqih Islam.
h.
Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni yang bersifat sosial, dimana
nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan (al-qordhul hasan).
i.
Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah yang artinya berkewajiban menjaga
dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan siap sewaktu-waktu
apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.
j.
Dalam bank syariah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad)
antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola dana (mudharib)
bekerja sama untuk melakukan kerjasama yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi
secara adil. Dengan demikian dapat terhindar hubungan eskploitatif antara bank dengan
nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank.
k.
Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh bank syariah yang bertujuan untuk
menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif larangan menumpuk harta benda
(sumber daya alam) yang dikuasai sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif,
menciptakan perekonomian yang adil (konsep usaha bagi hasil dan bagi risiko) serta
menjaga lingkungan dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak
48
lingkungan dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti minuman keras, sarana judi dan
lain-lain).
l.
Kegiatan usaha bank syariah lebih variatif dibanding bank konvensional, yaitu bagi hasil
sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai dan prinsip-prinsip syariah.41
2.
4.
5.
6.
7.
Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil (dapat melakukan transaksi
2 sektor riil).
41
42
49
1.
Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan
oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan
kebijakan investasi bank.
2.
Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana/sahibul mal sesuai
dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak
sebagai manajer investasi).
3.
Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
4.
Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta
penyaluran dana kebajikan (fungsi opsional). Selain itu konsep perbankan syariah
mengharuskan bank-bank syariah untuk memainkan peran penting didalam pengembangan
sumber daya manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial.
Mengingat begitu pentingnya fungsi dan peranan perbankan syariah di Indonesia,
maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan dengan
prinsip syariah yang sehat dan efisien. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat
untuk mengukur kinerja suatu bank.43 Menurut Karya dan Rakhman, tingkat profitabilitas
bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia diukur dari rasio laba terhadap
aset (ROA), baik untuk kategori bank yang full fledge maupun untuk kategori Unit Usaha
Syariah.44
43
Harahap, Sofyan, Syafri, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002), hlm. 10
44
Aristya Hesti, Diah, Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva
Produktif (KAP), dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Bank Syariah di Indonesia Periode
2005- 2006), (Progaram S1 UNDIP, Semarang, 2010), hlm. 8
50
1.
Keistimewaan bank syariah adalah dengan penerapan sistem bagi hasil berarti tidak
membebani biaya di luar kemampuan nasabah dan akan terjamin adanya keterbukaan.
2.
Di dalam bank syariah, tersedia fasilitas pembiayaan kebaikan (al-qardhul hasan) yang
diberikan secara cuma-cuma.
3.
Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat antara pemegang saham, pengelola bank
dan nasabahnya.
4.
Melekat pada konsep berorentasi pada kebersamaan dalam hal mendorong kegiatan
investasi dan menghambat simpanan yang tidak produktif, memerangi kemiskinan dengan
membina
golongan
ekonomi
lemah
dan
tertindas,
mengembangkan
produksi,
Adanya keterikatan secara religi, maka semua pihak yang terlibat dalam bank syariah
adalah berusaha sebaik-baiknya dengan pengalaman ajaran agamanya sehingga berapa pun
hasil yang diperoleh diyakini membawa berkah.
6.
7.
Penerapan sistem bagi hasil dan ditanggalkannya sistem bunga menjadikan bank syariah
lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun dari luar.45
Tabel. II.1
Perbedaan bank syariah dengan bank konvensional
No
Perbedaan
Bank Konvensional
Bank Syariah
Berbasis revenue/profit loss
1
Bunga
Berbasis bunga
sharing
2
Risiko
Anti risk
Risk sharing
Operasional
Beroperasi dengan
pendekatan sektor
Beroperasi dengan
pendekatan sektor riil
45
http://ofanklahut.blogspot.com/2011/04/tujuan-ciri-ciri-serta-keistimewaan-dan.html
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
diakses
51
Produk
Pendapatan
Dasar Hukum
Falsafah
Operasional
Aspek sosial
10
Organisasi
11
Uang
52
berbeda dengan bank konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam proses
pengembangan sosial ekonomi negara-negara Islam yang dikemukakan dalam buku itu,
perbankan syariah bukan ditujukan terutama untuk memaksimalkan keuntungannya
sebagaimana halnya sistem perbankan yang berdasarkan bunga, melainkan untuk
memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim.47
Muhammad Umer Chapra mengemukakan bahwa suatu dimensi kesejahteraan
sosial dapat dikenal pada suatu pembiayaan bank. Pembiayaan bank syariah harus
disediakan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Usaha yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan untuk
memastikan bahwa pembiayaan yang dilakukan bank-bank syariah tidak akan
meningkatkan konsentrasi kekayaan atau meningkatkan konsumsi meskipun sistem Islam
telah memiliki pencegahan untuk menangani masalah ini. Pembiayaan tersebut harus dapat
dinikmati oleh pengusaha sebanyak-banyaknya yang bergerak dibidang industri pertanian
dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan
distribusi barang-barang dan jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor.48
Para banker Muslim beranggapan bahwa peranan bank syariah semata-mata
komersial berdasarkan pada instrumen-instrumen keuangan yang bebas bunga dan
ditujukkan untuk menghasilkan keuangan finansial. Dengan kata lain para banker muslim
tidak beranggapan bahwa suatu bank syariah adalah suatu lembaga sosial, dalam suatu
wawancara yang dilakukan oleh Kazarian, Dr Abdul Halim Ismail, manajer bank syariah
Malaysia berhaj, mengemukakan:
47
Chapra, M. Umer, Challenges Facing the Islamic Financial Industry, Handbook of Islamic
Banking, (Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited, 2007), hlm. 25
48
Chapra, Umer, Sistem Moneter Islam, (Terj. oleh, Ikhwan Abidin Basri. Jakarta: Gema Insani
Press, 2000), hlm. 40
53
sebagaimana bisnis muslim yang patuh, tujuan saya sebagai manajer dari bank tersebut
(bank Malaysia Berhaj)49 adalah semata-mata mengupayakan setinggi mungkin
keuntungan tanpa menggunakan instrumen-instrumen yang berdasarkan bunga.
Perbankan syariah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 UU Perbankan Syariah,
bertujuan Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, perbankan syariah tetap berpegang pada
prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah), (Pasal 3 UU
Perbankan Syariah dan Penjelasannya).
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan
demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang
dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa
belakangan ini para ekonom muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan
cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model
teori ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan
distribusi pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang
biasa disebut dengan bank syariah didirikan. Tujuan perbankan syariah didirikan
dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan.50 Dimana
terdapat dalam QS. Al-Baqarah 2 : 275.
r'/ y79s 4 by9$# z s9$# 6ytFt %!$# )t $yx. ) t)t (#4t/h9$# t=2't %!$#
$t &s#s 4ytF$$s n/ i st u!%y` ys 4 (#4t/h9$# tymu yt79$# !$# ymr&u 3 (#4t/h9$# W t79$# $y) (#9$s%
$#yz $p ( $9$# =ysr& y7s9''s y$t tu ( !$# n<) r&u y#n=y
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
49
50
54
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila
ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga.51 Setelah di dalam
perjalanan sejarah bank-bank yang telah ada (bank konvesional) dirasakan mengalami
kegagalan menjalankan fungsi utamanya menjembatani antara pemilik modal atau
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, maka dibentuklah bank-bank
syariah dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
a.
b.
c.
Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan
yang sah menurut Islam.
d.
e.
Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis, berperilaku bisnis
dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
f.
Menghindari al iktinaz yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur dan
tidak berputar.
g.
55
h.
Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi.
i.
j.
Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan
keadilan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga menggalakkan usahausaha ekonomi masyarakat banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembagalembaga keuangan perbankan.
k.
Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan syariah menurut syariat Islam dapat
beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank dengan sistem lain.52
Bank syariah didasarkan pada Al Quran dan Hadist sebagai pedoman hidup umat
Islam. Filosofi dan dasar perbankan syariah meliputi 3 aspek, yaitu produktif, adil, dan
memiliki akhlak atau moralitas usaha. Produktif berarti harta yang dipergunakan untuk
kemaslahatan dan kesejahteraan. Karenanya harta juga tidak boleh menganggur dan
diperkenankan memperoleh laba, sedangkan adil berarti dilarangnya riba dan diharuskan
melakukan pembagian hasil dan risiko.
56
c. Memberikan zakat.53
Apabila bunga di bank dihapuskan agar semua umat yang terkait terbebas dari
persoalan riba, maka perlu ditentukan alternatif lain untuk mengatasi persoalan-persoalan
yang timbul, antara lain dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Musyarakah
Aplikasinya dalam perbankan adalah pada pembiayaan proyek oleh bank bersama
nasabahnya atau bank dengan lembaga keuangan lainnya, dimana bagian dari bank atau
lembaga keuangan diambil alih oleh pihak lainnya dengan cara mengangsur. Akad ini juga
dapat dilaksanakan pada mudarabah yang modal pokoknya di cicil, sedangkan usahanya
berjalan terus dengan modal yang tetap.
b. Mudarabah
Pada mudarabah, hubungan kontrak antara penyedia dana (shahibul maal) dengan
entrepreneur (mudharib). Mudharib dalam kontrak ini menjadi trustee atas modal tersebut.
Ada dua tipe mudarabah, yaitu mutlaqah (tidak terikat) dan muqayyadah (terikat).
c. Wadiah
Wadiah yaitu titipan uang, barang dan surat-surat berharga, dalam operasinya bank
syariah menghimpun dari masyarakat dengan cara menerima deposito berupa uang, benda,
dan surat-surat berharga sebagai amanat yang wajib dijaga keselamatannya oleh bank
syariah, bank berhak menggunakan dana yang didepositokan tanpa harus membayar
imbalannya.54
53
57
Tabel II.2
Adapun perbedaan prinsip antara sistem konvensional dan sistem syariah:
Pokok-pokok
No.
Sistem Konvensional
Sistem Syariah
Perbedaan
Dasar perjanjian
Tidak berdasarkan
Berdasarkan
1.
penentuan
keuntungan/kerugian
keuntungan/kerugian
bunga/imbalan
Besarnya nisbah (bagi
Persentase tertentu dari
hasil) didasarkan atas
Dasar perhitungan
2.
total dana yang
jumlah keuntungan
bunga/imbalan
dipinjamkan
yang diperoleh
nasabah
Harus terus dilakukan
meskipun usaha nasabah
Kewajiban
rugi.
3.
pembayaran
Besarnya pembayaran
bunga
bunga tetap, meskipun
keuntungan nasabah
lebih besar.
Persyartan
Berupa barang/harta
4.
Tidak mutlak
jaminan
nasabah
Jenis usaha tidak
Jenis usaha yang
5.
Objek pembiayaan dibedakan asal memenuhi
dibiayai harus sesuai
persyaratan
syariah
Pandangan sistem
Pembayaran imbalan
Pengenaan bunga kepada
6.
syariah terhadap
berdasarkan bagi hasil
debitur dianggap haram
sistem bunga
sifatnya
G. Prinsip Dasar Kegiatan Usaha Bank Syariah
1. Prinsip Titipan (al-wadiah)
a. Wadiah yad amanah, barang titipan tidak dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan atau
tidak diberikan izin oleh pemilik barang.
b. Wadiah yad dhomanah, barang titipan dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan.
Dasar hukum al-Wadiah adalah:
$ !$# ) 4 y9$$/ (#3trB r& $9$# tt/ Fs3ym #s)u $y=r& #n<) MutF{$# (#x? r& .'t !$# ) *
#Zt/ $Jx t%x. !$# ) 3 / /3t
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
58
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat55
Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan bahwa ayat itu berbicara mengenai dua
komponen utama. Pertama firman-Nya;
menyuruh kamu menyampaikan amanat. Ini merupakan salah satu ayat penting yang
mencakup seluruh agama dan syariat.
Ada perbedaan pendapat mengenai siapa yang ditujukan dalam ayat tersebut. Ali
bin Abi Thalib, Zaid bin Aslam, Syahr bin Hausyab dan ibnu zaid berkata: Ini ditujukan
secara khusus bagi pemimpin-pemimpin kaum Muslimin, yaitu Nabi Saw dan para
pemimpin-pemimpin lalu orang-orang setelah itu. Ibnu Juraij dan lainnya berkata Ayat ini
secara khusus ditujukan untuk Nabi Saw perihal kunci kabah sebagaimana dalam
asbabun Nuzul.56
Barra Bin Azib, Ibnu Masud, Ibnu Abbas, dan Ubay bin Kaab berpendapat
bahwa ayat ini bersifat umum, sehingga amanah itu dalam setiap hal. Dalam hal wudhu
shalat, zakat, janabah, puasa, timbangan, takaran, dan titipan. Ibnu Abbas berkata, Allah
tidak memberi keringanan bagi orang yang susah maupun senang, (hendaklah) mereka
memegang amanah. Imam Al-Qurthubi mengatakan ini merupakan ijma, mereka juga
sepakat bahwa amanat kembali kepada baik dan mereka yang jahat.57
Kedua,
Firman-Nya;
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Adh-dhahak berkata: Dengan bukti bagi yang mengaku dan sumpah bagi yang
55
Q.S Al-Nisaa: 58
Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi bagian 5 (Terjemah Al-Jami Li Ahkami Al-Quran), (cet
ke-1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm. 606
57
Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, hlm. 608
56
59
mengingkari, ini ditujukan untuk wali, pemimpin dan para hakim dan termasuk kategori
ini setiap orang yang memegang amanat.58
2. Prinsip Bagi Hasil
a. Al Mudarabah, merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib).
a)
b)
58
60
kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S AlMuzammil: 20).60
Mudarabah berasal dari kata dharb yang artinya melakukan perjalanan yang
umumnya untuk berniaga dan berperang. Ada juga yang mengatakan diambil dari kata:
dharb (mengambil) keuntungan dengan saham yang dimiliki. Menurut Slamet Wiyono
mudarabah ialah akad kerja sama usaha antara shahibul mal (pemilik dana) dan mudharib
(pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka, jika usaha
mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika
ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana, seperti penyelewengan,
kecurangan, dan penyalahgunaan.61
Sedangkan dalam istilah para ulama Mudarabah memiliki pengertian : Pihak
pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk
diperdagangkan, dan berhak mendapat bagian tertentu dari keuntungan. Dengan kata lain
al Mudarabah adalah akad (transaksi) antara dua pihak dimana salah satu pihak
menyerahkan harta kepada yang lain agar diperdagangkan dengan pembagian keuntungan
diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan. Sehingga al mudarabah adalah bentuk kerja
sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (investor) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi 100% modal dari
investor dan keahlian dari mudharib.
b. Al Musyarakah, menurut fiqih ada 2 (dua) bentuk musyarakah, yaitu:
a) Terjadinya secara otomatis disebut syarikah Amlak.
b) Terjadinya atas dasar kontrak disebut syarikah Uqud.
60
61
62
62
2) Salam, merupakan prinsip jual beli suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli
sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang disepakati, dimana waktu penyerahan
barang dilakukan dikemudian hari sementara penyerahan uang dilakukan dimuka (secara
tunai).63
3) Isthisna, menyerupai salam, tetapi dalam isthisna pembayarannya dapat dilakukan dalam
beberapa kali (cicilan).64 Sementara untuk penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.65
Ijarah al muntahiya bit tamlik (penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa).
Ada juga instrumen lain juga yang merupakan bagian dari sewa, yakni:
a. al-tajiri, Dimana dalam perjanjian ini setelah berakhir masa sewa, pemilik barang menjual
barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.
63
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003),
64
hlm. 41
65
63
4) al rahn, dimana menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya.
5) al qardh, dimana pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.66
2. Transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang dengan cara jual beli (murabahah).
3. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dengan cara sewa (ijarah).
4. Transaksi yang ditujukan untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bagi hasil
(mudarabah).
5. Transaksi deposito, tabungan, giro yang imbalannya adalah bagi hasil (mudarabah) dan
transaksi titipan (wadiah).
I. Sumber Dana Bank Syariah
Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi
tabungan dengan cara yang adil sehingga keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua
66
64
pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal yang penting karena Islam secara tegas
mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif
dalam rangka mencapai tujuan sosial-ekonomi Islam.
Berkaitan dengan hal diatas, maka prinsip yang dianut bank syariah dalam
penghimpunan dana adalah, sebagai berikut:
Tabel II.3 Prinsip Produk Dana
No Produk
1
Giro
Prinsip
Wadiah (titipan)
Deposito
Mudarabah Muthlaqah,
Mudarabah Muqayyadah
Dalam hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba),
melainkan
dengan
prinsip-prinsip
yang
sesuai
dengan
syariat
Islam,
terutama mudarabah (bagi hasil) dan wadiah (titipan). Sumber dana bank syariah selain
dari kegiatan penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehingga secara
keseluruhan sumber dana bank syariah dapat dibagi menjadi:67
a) Modal
Bagian besar dari sumber dana bank syariah berasal dari modal karena bank syariah
pada dasarnya adalah sistem Islam yang berorientasi modal. Rasio yang kecil dari modal
terhadap total sumber dana terbukti bukan merupakan praktik yang baik dari bank. Bank
syariah lebih menghindar dari masalah kurangnya kecukupan modal sejak awal. Hal ini
merupakan hal yang tidak sehat yang terjadi di perbankan konvensional. Modal merupakan
dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner) sebagai bagian keikutsertaannya dalam
67
Veithazal Rivai, Andria Permata Veithzal, Ferry Novindra Idroes, Bank and Financial Institution
Management Conventional & Sharia System, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 769-770
65
usaha bank syariah. Sebagai buktinya, pemilik akan menerima sejumlah saham sesuai
dengan porsi keikutsertaannya. Setiap tahun pemegang saham akan mendapatkan bagian
bagi hasil usaha dalam bentuk dividen. Bentuk penyertaan modal dapat dilakukan
dengan musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation.
b) Rekening Giro
Adapun yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan
prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, DSN telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan
bahwa giro yang dibenarkan secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan
prinsip wadiah dan mudarabah.68
Bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk
keamanan dan kemudahan pemakaiannya dengan prinsip al-wadiah atau titipan. Wadiah
merupakan perjanjian perwakilan untuk tujuan melindungi harta seseorang. Dalam hal ini,
bank dapat mempergunakan dana nasabah selama tidak ditarik, sementara bank
memberikan garansi bahwa nasabah dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan
menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti cek, kartu ATM, dan
sebagainya tanpa biaya. Dana yang terhimpun dalam rekening giro tidak dapat digunakan
bank untuk pembiayaan bagi hasil karena sifatnya yang jangka pendek, tetapi dapat
digunakan bank untuk kebutuhan likuiditas bank dan untuk transaksi jangka pendek.
Keuntungan yang diperoleh bank dari penggunaan dana ini menjadi milik bank.
c) Rekening Tabungan
Bank syariah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan untuk
keamanan dan kemudahan pemakaian, seperti rekening giro tetapi tidak sefleksibel
rekening giro karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Prinsip yang
68
66
digunakan dapat berupa: a. wadiah atau titipan, b. qardh atau pinjaman kebajikan, c.
mudarabah atau bagi hasil.
Dalam praktiknya, tabungan wadiah dan mudarabah yang biasa digunakan secara
luas oleh bank syariah. Perbedaan tabungan wadiah dan tabungan mudarabah dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel II.4 Perbandingan Tabungan Mudarabah dan Tabungan Wadiah
No
Tabungan Mudarabah
Tabungan Wadiah
Sifat Dana
Investasi
Titipan
Penarikan
Insentif
Bagi hasil
Pengembalian
modal
yang
dilaksanakan
oleh
bank
dengan
muqayyadah. Investasi khusus ini sering disebut juga sebagai investasi terikat.
f) Obligasi Syariah
67
Bank syariah dapat pula melakukan pengerahan dana dengan menerbitkan obligasi
syariah. Dengan obligasi syariah, bank mendapatkan alternative sumber dana berjangka
panjang (lima tahun atau lebih) sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan
berjangka panjang. Obligasi syariah ini dapat menggunakan beberapa prinsip yang
dibolehkan syariah. Seperti mudarabah (prinsip bagi hasil) dan ijarah (prinsip sewa).
Diluar penghimpunan dana, kegiatan usaha bank syariah dapat digolongkan ke
dalam transaksi untuk mencari keuntungan (tijarah), dan transaksi tidak untuk mencari
keuntungan (tabaru). Transaksi untuk mencari keuntungan dapat dibagi lagi menjadi dua,
yaitu transaksi yang mengandung kepastian (natural certainy contract/NCC), yaitu kontrak
dengan prinsip non bagi hasil (jual beli dan sewa), dan transaksi yang mengandung
ketidakpastian (natural uncertainy contracts/NUC), yaitu kontrak dengan prinsip bagi
hasil. Transaksi NCC berlandaskan pada teori pertukaran, sedangkan NUC berlandaskan
pada teori pencampuran.69
69
68
BAB III
LIKUIDITAS, PEMBIAYAAN DAN PROFITABILITAS
A. Likuiditas
Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana yang
memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo, atau
dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat
ditagih baik yang dapat diduga ataupun yang tidak terduga.70
1. Pengelolaan Likuiditas dalam Perbankan Syariah
Fungsi dari manajemen likuiditas salah satunya adalah untuk memberikan keyakinan
kepada para penyimpan dana bahwa deposan dapat menarik sewaktu-waktu dananya atau
pada saat jatuh tempo dana tersebut dapat ditarik. Oleh karena itu bank wajib
mempertahankan sejumlah dana likuid agar bank dapat memenuhi kewajibannya tersebut.
Dalam bank syariah manajemen likuiditas secara konsep tidak jauh berbeda dengan
manajemen bank konvensional. Baik itu dari segi tujuan dan risiko yang akan dihadapi
oleh bank syariah, yang membedakan hanyalah pada akad yang digunakan ketika
melakukan kontrak. Selama ini alat untuk manajemen likuiditas dalam bank syariah adalah
PUAS (pasar uang antar bank syariah) dengan akad wadiah, SIMA (sertifikat mudarabah
antar bank syariah) dan SWBI (surat wadiah Bank Indonesia) juga dengan akad wadiah.
Apabila suatu bank kekurangan likuiditas, maka bank tersebut akan meminjam kepada
bank lain berupa PUAS, SWBI atau menerbitkan SIMA, dan sebaliknya. Jadi pada
prinsipnya manajemen bank baik konvensional maupun syariah tidak jauh berbeda, yang
70
hlm. 15
Bambang Djinarto, Banking asset liability management, (Jakarta: Gramedia Pustaka utama, 2000),
69
membedakan dan yang ditekankan adalah bagaimana cara mendapatkan dana tersebut
haruslah sesuai dengan syariah.71
http://ephieali.blogspot.com/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_27.html diakses
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
70
c) yang memiliki DPK > Rp 50 triliun wajib memelihara GWM tambahan dalam rupiah
sebesar 3% dari DPK dalam rupiah. Sedangkan bagi yang memiliki rasio pembiayaan
dalam rupiah terhadap DPK sebesar 80% atau lebih; dan /atau yang memiliki DPK dalam
rupiah sampai dengan Rp 1 triliun tidak dikenakan tambahan GWM.
i.
Kas pada valuta, alat likuid ini berisi uang tunai yang dipelihara oleh bank untuk
memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari.
ii.
Giro pada bank lain, rekening giro pada bank lain bertujuan untuk melancarkan transaksi
antar bank (transfer, inkaso, transaksi L/C, dan lain-lain).
iii.
Item-item uang tunai yang masih dalam proses inkaso, alat likuid ini terdiri dari cek bank
sentral atau bank koresponden yang belum secara efektif dikreditkan pada rekening bank
pada bank sentral atau bank koresponden.72
Tujuan dari alat likuid yang termasuk ke dalam kategori primary reserve (cadangan
primer) adalah:
a) Memenuhi reserve requirement yang ditempatkan dalam bentuk Giro Wajib Minimum di
Bank Indonesia.
b) Memenuhi keperluan operasional bank sehari-hari.
c) Penyelesaian kliring antar bank.
d) Memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.
Dapat di katakan likuid apabila bank syariah dapat memelihara GWB di Bank
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dapat memelihara giro di bank
koresponden dengan besarnya berdasarkan saldo minimum, dapat memelihara sejumlah
kas secukupnya untuk memenuhi pengambilan uang tunai.
71
Yaitu cadangan yang berfungsi sebagai penyangga Primary Reserve, ditanam dalam
bentuk investasi jangka pendek. Kalau merujuk pada bank-bank syariah yang berada di
Bahrain ataupun di kawasan Timur Tengah, maka kita akan melihat bahwa secondary
reserve yang mereka gunakan adalah berupa pembiayaan perdagangan seperti mudarabah,
dan kebanyakan menggunakan jenjang waktu yang pendek (short term), berkisar antara 7
hari sampai dengan 12 bulan.73 Adapun cadangan sekunder berupa surat-surat berharga
bisa berupa:
a. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Peraturan Bank Indonesia no 2/9/PBI/2000 mengatur tentang Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah. Adapun
ketentuan SWBI sebagai berikut :
i. Jumlah dana yang dititipkan sekurang-kurangnya Rp 500.000.000; dan selebihnya dengan
kelipatan Rp 50.000.000; jangka waktu SWBI satu minggu, dua minggu, dan satu bulan
yang dinyatakan dalam jumlah hari.
ii. Imbalan yang diterima pada saat jatuh tempo adalah berupa bonus. Besarnya bonus akan
dihitung dengan menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan PUAS, yaitu rata-rata
tertimbang dari tingkat indikasi imbalan sertifikat IMA yang terjadi di PUAS pada tanggal
penitipan.
Peran SWBI dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek bagi bank syariah atau Unit
Usaha Syariah yang memilikinya adalah bisa digunakan pada saat terjadi kekurangan
likuiditas ketika tidak tersedianya dana dari Pasar Uang ataupun dari Bank Pusat untuk
UUS. Sebagai the lender of last resort, Bank Indonesia dapat memberikan pembiayaan
73
Imam Rusyamsi, Asset Liability Management : Strategi pengelolaan Aktiva Pasiva Bank,
(Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1999), hlm. 39
72
dalam bentuk Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi bank syariah dan SWBI tersebut
dapat dijadikan agunan bagi fasilitas pembiayaan tersebut.
b. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Berdasarkan Undang-Undang SBSN yang diterbitkan pada Mei 2008, Surat Berharga
Syariah Negara atau dapat disebut Sukuk Negara adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset
SBSN, baik dalam mata uang rupiah ataupun mata uang asing.74 Sedangkan jenis-jenis
sukuk yang banyak beredar di pasaran meliputi:
i. Sukuk ijarah yakni sukuk yang berdasarkan akad ijarah dimana satu pihak bertindak
sendiri atau dapat diwakili dalam menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset
kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
ii. Sukuk mudarabah, yakni sukuk yang berdasarkan akad mudarabah dimana satu pihak
menyediakan modal dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian dan keuntungan dari
kerjasama tersebut akan dibagikan berdasarkan perjanjian sebelumnya.
iii. Sukuk musyarakah, yakni sukuk berdasarkan akad musyarakah dimana dua pihak atau
lebih
bekerjasama
menggabungkan
modal
untuk
membangun
proyek
baru,
mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan
maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing pihak.
iv. Sukuk isthisna, yakni sukuk berdasarkan akad isthisna dimana pihak menyepakati jual
beli dalam pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan
spesifikasi barang atau proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
74
http://risaariani6.blogspot.com/2012/06/manajemen-likuiditas-perbankan-syariah.html
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
diakses
73
1.3 Mempunyai akses ke pasar uang, pasar uang yang dimaksudkan di sini adalah pasar uang
antar bank syariah dan pasar modal syariah.75
1) Pasar Uang Antar Bank Syariah (PUAS)
Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah transaksi keuangan
jangka pendek antar bank berdasarkan prinsip syariah baik dalam rupiah maupun valuta
asing. Untuk saat ini, instrumen keuangan untuk Pasar Uang Syariah yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia yakni berupa: Sertifikat Investasi Mudarabah Antar Bank (SIMA).
Tujuan diberlakukannya Sertifikat IMA ini adalah untuk sarana investasi bagi bank syariah
atau Unit Usaha Syariah, terutama untuk mengatur kebutuhan likuiditasnya. Sertifikat
Investasi Mudarabah Antar Bank (sertifikat IMA) didefinisikan sebagai sertifikat yang
diterbitkan oleh bank syariah atau Unit Usaha Syariah yang digunakan sebagai sarana
investasi jangka pendek di PUAS dengan akad mudarabah. Adapun karakteristik Sertifikat
IMA :
a) Diterbitkan dengan akad mudarabah.
b) Dapat diterbitkan baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing.
c) Dapat diterbitkan dengan atau tanpa warkat.
d)
Mencantumkan informasi sedikitnya: nilai nominal investasi, nisbah bagi hasil, jangka
waktu investasi, indikasi tingkat imbalan Sertifikat IMA sebelum didistribusikan pada
bulan terakhir.
75
http://risaariani6.blogspot.com/2012/06/manajemen-likuiditas-perbankan-syariah.html
kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
diakses
74
Instrumen di pasar modal syariah saat ini meliputi saham yang masuk kategori
jakarta islamic index, sukuk, dan reksadana syariah, karena bank tidak diperbolehkan
berinvestasi pada saham, maka sukuk dan reksadana syariahlah menjadi secondary reserve
dimana instrumen ini dapat dijual di secondary market untuk sukuk dan dicairkan untuk
reksadana syariah jika bank syariah atau Unit Usaha Syariah membutuhkan dana jangka
pendek.
3) Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek bagi Bank Syariah (FPJPS)
FPJPS merupakan instrumen terakhir untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bagi
Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah setelah terjadinya saldo giro negative dan tidak
berhasilnya akses pasar uang syariah untuk menutup kewajiban jangka pendek. Fasilitas
Pembiayaan Jangka Pendek ini, diberikan hanya kepada Bank Syariah atau Unit Usaha
Syariah yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek, namun masih memenuhi
persyaratan tingkat kesehatan dan permodalan.
4) LPS Sebagai Sarana Penunjang Likuiditas Perbankan
Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib
menjadi peserta Penjaminan LPS. Jenis Bank tersebut meliputi bank umum dan BPR,
termasuk bank nasional, bank campuran dan bank asing, serta bank konvensional dan bank
syariah. LPS adalah badan hukum yang independen yang dibentuk berdasarkan UndangUndang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS) yang
ditetapkan tanggal 22 September 2004. Pendirian dan operasional LPS dimulai sejak UU
LPS berlaku efektif yakni tanggal 22 September 2005. LPS menjamin simpanan nasabah
bank yang berbentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito dan bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu. LPS juga menjamin simpanan di bank syariah yang berbentuk
giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudarabah dan deposito mudarabah. LPS
75
hanya akan menjamin pembayaran simpanan nasabah tersebut sampai dengan jumlah Rp 2
milyar sedangkan sisanya akan dibayarkan dari hasil likuiditasi bank.76
B. Pembiayaan
Pembiayaan diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian fasilitas keuangan yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung kelancaran usaha maupun untuk
investasi yang telah direncanakan.77 Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit.78
Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga.
Dengan
kata
lain,
pembiayaan
adalah
pendanaan
76
76
80
77
e. Bank, bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan bank
dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluaskan
jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.
Ada bebarapa fungsi pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada
masyarakat penerima diantaranya:81
1) Meningkatkan daya guna uang, para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk
giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam prosentase tertentu ditingkatkan
kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas.
2) Meningkatkan daya guna barang, produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat
memprodusir bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut
meningkat.
3) Meningkatkan peredaran uang, melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral
akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha
sehingga penggunaan uang akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif.
4) Menimbulkan kegairahan berusaha, bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari
bank inilah kemudian yang digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitas.
5) Stabilitas ekonomi, dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitasi pada
dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:
a. Pengendalian inflasi
b. Peningkatan ekspor
c. Rehabilitasi prasarana
d. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat
81
78
Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 168
79
Konsumtif
Produktif
Modal Kerja
Investasi
Unsur-unsur modal kerja terdiri dari atas komponen-komponen alat likuid, piutang
dagang, dan persediaan yang umumnya terdiri atas persediaan bahan baku, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang jadi. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja
merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas, pembiayaan piutang, dan
pembiayaan persediaan.
83
84
80
b. PMK Isthisna, isthisna adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan
penjual.85
c. PMK Salam, salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dahulu.86
d. PMK Murabahah, murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana
bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya
kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan keuntungan
yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.87
e. PMK Ijarah, ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa.88
85
81
c. Badan-badan usaha yang mendapat pembiayaan investasi dari bank harus mampu
memperoleh keuntungan financial agar dapat hidup dan berkembang serta memenuhi
kewajiban kepada bank.
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan penambahan modal
guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri
pembiayaan investasi adalah:
a) Untuk pengadaan barang-barang modal
b) Mempunyai perencanaan yang matang dan terarah
c) Berjangka waktu menengah dan panjang
Melihat luas aspek yang dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi di
bank syariah menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank
memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan
penyertaannya, dan pemilik perusahaan nasabah akan mengambil alih kembali porsi
penyertaan bank, baik dengan menggunakan dana sendiri sebagai penambahan setoran
modal. Skema lain yang dapat digunakan adalah ijarah muntahia bi tamlik, yaitu
menyewakan barang modal dengan opsi kepemilikan setelah masa sewa berakhir.90
82
secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer,
baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah,
kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,
pariwisata, hiburan, dan sebagainya.
Dalam menetapkan akad pembiayaan
91
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 168
83
84
94
95
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 168
Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, hlm. 17
85
memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang
disediakan dalam fasilitas tersebut.
Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk qardh timbal
balik atau yang disebut compensating balance. Melalui fasilitas ini nasabah harus
membuka rekening giro, dan bank tidak memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah
mengalami situasi mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia
sehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam akad. Atas
fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun, kecuali sebatas biaya
administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.
3. Pembiayaan Piutang
Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual barangnya
dengan kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya melebihi kapasitas modal kerja
yang dimilikinya. Bank konvensional biasanya memberikan fasilitas berupa:96
a) Pembiayaan Piutang
Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk mengatasi kekurangan dana
karena masih tertanam dalam piutang, atas pinjaman itu bank meminta cessie atas tagihan
nasabah tersebut. Pada dasarnya nasabah berkewajiban untuk menagih sendiri piutangnya.
Tetapi, bila bank merasa perlu, dengan menggunakan cessie tersebut bank berhak untuk
menagih langsung kepada pihak yang berhutang. Hasil penagihan tersebut pertama-tama
digunakan untuk membayar kembali pinjaman nasabah berikut bunganya, dan selebihnya
dikreditkan ke rekening nasabah. Bila ternyata piutang tersebut tidak tertagih, maka
nasabah wajib membayar kembali pinjaman tersebut berikut bunganya kepada bank.97
b) Anjak Piutang
96
97
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 288-289
Muhammad SyafiI Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 163
86
Fasilitas ini diberikan oleh bank dalam bentuk pengambilalihan piutang nasabah.
Untuk keperluan tersebut nasabah mengeluarkan draf (wesel tagih) yang diakses oleh
pihak yang berhutang, atau promissory notes (promes) yang diterbitkan oleh pihak yang
berhutang, kemudian di-endors oleh nasabah. Draf atau promes tersebut lalu dibeli oleh
bank dengan diskon sebesar tingkat bunga yang berlaku atau disepakati untuk jangka
waktu yang tertera pada draf atau promes tersebut. Bila pada saat jatuh tempo draf atau
promes tersebut ternyata tidak tertagih, maka nasabah wajib membayar kepada bank
sebesar nilai nominal draf tersebut.98
Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang seperti tersebut di atas hanya
dapat dilakukan dalam bentuk al qardh di mana bank tidak boleh meminta imbalan,
kecuali biaya administrasi. Untuk kasus anjak piutang, bank dapat memberikan fasilitas
pengambilalihan piutang, yaitu yang disebut hiwalah. Tetapi untuk fasilitas ini pun bank
tidak dibenarkan meminta imbalan kecuali biaya layanan atau biaya administrasi dan biaya
penagihan. Dengan demikian, bank syariah meminjamkan uang (qardh) sebesar piutang
yang tertera dalam dokumen piutang (wesel tagih atau promes) yang diserahkan kepada
bank tanpa potongan. Hal itu adalah bila ternyata pada saat jatuh tempo hasil tagihan itu
digunakan untuk melunasi hutang nasabah kepada bank. Tetapi bila ternyata piutang
tersebut tidak ditagih, maka nasabah harus membayar kembali hutangnya itu kepada bank.
Selain itu, sebagian ulama memberikan jalan keluar berupa pembelian surat hutang (bai al
dayn), tetapi sebagian ulama melarangnya.
4. Pembiayaan Persediaan
Pada bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal kerja yang
dipergunakan untuk mendanai pengadaan persediaan. Pola pembiayaan ini pada prinsipnya
98
Warkum Sumitro,
Persada,1996), hlm. 33
87
sama dengan kredit untuk mendanai komponen modal kerja lainnya, yaitu memberikan
pinjaman dengan bunga.
Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan menggunakan prinsip jual-beli (al
bai) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan (membeli dari suplier secara
tunai) barang-barang yang dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada
nasabah pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang
disepakati bersama, antara bank dengan nasabah. Ada beberapa skema jual-beli yang
dipergunakan untuk meng-approach kebutuhan tersebut yaitu:99
a. BaiaalaMurabahah
Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri dari biaya pengadaan bahan baku
dan penolong. Melalui proses produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah
jadi, kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Bila barang jadi itu dijual
dengan kredit, ia berubah menjadi piutang, dan melalui proses collection akan berubah
menjadi kas kembali. Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya
membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong. Sementara itu,
biaya proses produksi dan penjualan, seperti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya
distribusi, serta biaya-biaya lainnya dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai dengan
lamanya perputaran modal kerja tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku,
sampai terjualnya hasil produksi, dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai.100
b. BaiaalaIsthisna
Bila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk proses produksi sampai
menghasilkan barang jadi, bank dapat memberikan fasilitas bai al isthisna. Melalui
99
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 164
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 165
100
88
fasilitas ini bank melakukan pemesanan barang dengan harga yang disepakati kedua belah
pihak (biasanya sebesar biaya produksi ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi lebih
rendah dari harga jual) dan dengan pembayaran di muka secara bertahap, sesuai dengan
tahap-tahap proses produksi. Setiap selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi dan
kualitas work in process tersebut, kemudian melakukan pembayaran untuk proses tahap
berikutnya, sampai tahap akhir dari proses produksi tersebut hingga berupa bahan jadi.
Dengan demikian, kewajiban dan tanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan proses
produksi tersebut sampai menghasilkan barang jadi sesuai dengan kuantitas dan kualitas
yang telah diperjanjikan.101
Bila produksi gagal, pengusaha berkewajiban menggantinya, apakah dengan cara
memproduksi lagi ataupun dengan cara membeli dari pihak lain, setelah barang selesai,
maka produk tersebut statusnya menjadi milik bank. Tentu saja bank tidak bermaksud
membeli barang itu untuk dimiliki, melainkan untuk segera dijual kembali dengan
mengambil keuntungan. Pada saat yang kurang lebih bersamaan dengan proses pemberian
fasilitas bai al isthisna tersebut, bank juga telah mencari potential purchaser dari produk
yang dipesan oleh bank tersebut. Dalam praktiknya, potential buyer tersebut telah
diperoleh nasabah. Kombinasi pembelian dari nasabah produsen dan penjualan kepada
pihak pembeli itu menghasilkan skema pembiayaan berupa isthisna paralel atau
isthisnawal murabahah, dan bila hasil produksi tersebut disewakan, skemanya menjadi
isthisna wal ijarah. Bank memperoleh keuntungan dari selisih harga beli (isthisna)
dengan harga jual (murabahah atau dari hasil sewa (ijarah).
c. BaiaasaSalam
101
http://syafaatmuhari.wordpress.com/2011/07/03/bai%E2%80%99istishn%E2%80%99/
kembali pada tanggal 10 Agustus 2015
diakses
89
Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti produksi pertanian, bank
dapat memberikan fasilitas bai al salam. Melalui fasilitas ini bank melakukan pemesanan
barang kepada nasabah dengan pembayaran di muka secara sekaligus, dan nasabah
berkewajiban men-deliver barang tersebut pada tanggal yang disepakati dalam kontrak.
Pada waktu yang bersamaan bank dapat mencari pembeli atas produk tersebut. Kombinasi
ini disebut salam paralel. Bila produksi itu dilakukan secara terus-menerus dan perputaran
modal kerja tersebut telah sedemikian secepatnya sehingga nasabah memerlukan
pembiayaan modal kerja secara evergreen, maka skema pembiayaan yang paling tepat
adalah al mudarabah.102
5. Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan
a. PerdaganganaUmum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan dengan target pembeli
siapa saja yang datang membeli barang-barang yang telah disediakan di tempat penjual,
baik pedagang eceran maupun pedagang besar. Pada umumnya perputaran modal kerja
perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi pedagang harus mempertahankan sejumlah
persediaan yang cukup, karena barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah persediaan
yang ada atau telah dikuasai penjual. Untuk pembiayaan modal kerja perdagangan jenis ini
skema yang paling tepat adalah skema mudarabah.
b. PerdaganganaBerdasarkanaPesanan
Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau diselesaikan di tempat penjual, yaitu
seperti perdagangan antarkota, perdagangan antarpulau, atau perdagangan antarnegara.
Pembeli terlebih dulu memesan barang-barang yang dibutuhkan kepada penjual
berdasarkan contoh barang atau daftar barang serta harga yang ditawarkan. Biasanya
102
90
pembeli hanya akan membayar apabila barang-barang yang dipesan telah diterimanya. Hal
ini untuk menghindari kemungkinan risiko akibat ketidakmampuan penjual memenuhi
pesanan, atau ketidaksesuaian jumlah dan kualitas barang yang dikirimkan dengan
spesifikasi yang dimaksud dalam surat penawaran atau pemesanan. Berdasarkan pesanan
itu penjual lalu mengumpulkan barang-barang yang diminta, dengan cara membeli atau
memesan, baik dari produsen maupun dari pedagang lainnya. Setelah terkumpul, barulah
dikirimkan kepada pembeli sesuai pesanan. Apabila barang telah dikirim, maka penjual
juga menghadapi kemungkinan risiko tidak dibayarnya barang yang dikirimnya itu. Untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi kedua belah pihak, bank konvensional telah
memberikan jalan keluarnya, yaitu fasilitas letter of credit (L/C). Bank syariah telah dapat
mengadopsi mekanisme L/C itu dengan menggunakan skema al wakalah, al musyarakah,
al mudarabah, ataupun al murabahah. Dalam hal al wakalah, bank syariah hanya
memperoleh pendapatan berupa fee atas jasa yang diberikannya.
6. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi, yaitu
keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha, ataupun
pendirian proyek baru.103 Ciri-ciriapembiayaanainvestasiaadalah:
a. Untukapengadaanabarang-barangamodal;
b. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah;
c. Berjangka waktu menengah dan panjang
Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan
pengendapannya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas yang
mencakup semua komponen biaya dan pendapatan sehingga akan dapat diketahui berapa
103
Yusak laksamana, Tanya Jawab Cara Mudah Mendapatkan Pembiayaan di Bank Syariah,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), hlm. 40
91
dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi. Kemudian, barulah disusun jadwal
amortisasi yang merupakan angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan.104
Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan perkiraan keadaankeadaan pada masa yang akan datang, mengingat pembiayaan investasi memerlukan waktu
yang cukup panjang. Untuk memperkirakannya perlu diadakan perhitungan dan
penyusunan proyeksi neraca dan rugi laba selama jangka waktu pembiayaan. Dari
perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Melihat luasnya aspek yang harus
dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi bank syariah menggunakan
skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank memberikan pembiayaan dengan
prinsip penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan penyertaannya, dan pemilik
perusahaan akan mengambil alih kembali, baik dengan menggunakan surplus cash flow
yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang berasal dari setoran pemegang
saham yang ada ataupun dengan mengundang pemegang saham baru.
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al ijarah al muntahia
bittamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri dengan pemilikan.
Sumber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah amortisasi atas barang modal yang
bersangkutan, surplus, dan sumber-sumber lain yang dapat diperoleh perusahaan.
7. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan
konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan
104
92
sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok, baik berupa barang, seperti
makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, maupun berupa jasa, seperti pendidikan
dasar dan pengobatan. Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang
secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer,
baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah,
kendaraan, dan sebagainya, maupun berupa jasa seperti pendidikan, pelayanan kesehatan,
pariwisata, hiburan, dan sebagainya.105
Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk pemenuhan
barang tertentu yang dapat disertai dengan bukti kepemilikan yang sah, seperti rumah dan
kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan utama. Sedangkan untuk
pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta jaminan berupa barang lain yang dapat diikat
sebagai collateral. Sumber pembayaran kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari
sumber pendapatan lain, dan bukan dari eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas
ini.106
Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersil untuk pemenuhan kebutuhan
barang konsumsi dengan menggunakan skema:
a. al bai bi tsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual-beli denganaangsuran.
b. al ijarah al muntahia bit tamlik atau sewa beli.
c. al musyarakah mutanaqhishah, di mana secara bertahap bank menurunkan jumlah
partisipasinya.
d. ar rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.
Pembiayaan konsumsi tersebut di atas lazim digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
sekunder, sedangkan kebutuhan primer pada umumnya tidak dapat dipenuhi dengan
105
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, hlm. 168
BPRS PNM Al-Masoem, Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Bandung: BPRS
PNM Al-Masoem, 2004), hlm. 3
106
93
C. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu
periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari
laporan neraca dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut
akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini digunakan
untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.108
Hadad dkk, mendefinisikan profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan
antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank.
Profitabilitas adalah ukuran spesifik dari performance sebuah bank, dimana ia merupakan
tujuan dari manajemen perusahaan dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang
saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi risiko yang ada.109
Profitabilitas (rentabilitas)110 menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva,
atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba setinggi-tingginya.
107
94
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada
masalah laba, karena laba yang besar jumlahnya belum tentu merupakan ukuran bahwa
perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Efisien bisa dilihat dengan
membandingkan antara laba tersebut atau menghitung rentabilitasnya terlebih dulu.
Dengan demikian yang harus diperhatikan oleh perusahaan tidak hanya bagaimana
memperbesar laba, melainkan usaha mempertinggi tingkat profitabilitas atau rentabilitas.
Selanjutnya, tingkat keuntungan bersih yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor yang dapat dikendalikan dan faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh
manajemen, misalnya segmentasi bisnis, pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil dan
pendapatan atas fee) dan pengendalian biaya-biaya, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor yang tidak dapat dikendalikan atau faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja bank, misalnya kondisi ekonomi secara umum dan situasi
persaingan dilingkungan wilayahnya.
Guna mencapai profitabilitas yang tinggi maka bank akan berusaha menggunakannya
ke aset yang menghasilkan bunga yang tinggi, aset jangka panjang, dengan harapan bahwa
operasi harian akan tertutup dengan dana baru. Namun tindakan seperti ini sangat berisiko.
Apabila dana yang terlanjur digunakan tidak dapat ditarik, sedangkan dana baru yang
diharapkan tidak tersedia, maka likuiditas sebuah bank akan tergangggu. Jadi semakin
likuid suatu bank, akan semakin kecil profitabilitasnya.111 Supaya memperoleh laba yang
maksimal, bank syariah dituntut untuk melakukan pengelolaan dananya secara efektif dan
efisien, baik dana dari masyarakat (DPK) maupun dana dari pemegang saham di bank
111
Imam Rusyansi, Asset Liability Manajemen Strategi Pengelolaan Aktiva dan Pasiva Bank,
(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1999), hlm. 38
95
tersebut. Selain itu, bank juga perlu memperhatikan mengenai tingkat likuiditas112 dan
kecukupan modal yang dimiliki.113 Dengan kata lain jika likuiditas tinggi, maka
profitabilitas akan menurun. Namun, sebaliknya jika likuiditas menurun, maka
profitabilitas bank akan meningkat.114
Analisis profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi, serta sumber daya yang
tersedia. Oleh karena itu, analisis profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan
antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, sumber daya yang
tersedia bagi perusahaan, seperti yang dilaporkan dalam neraca. Analisis utama yang
digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan adalah:115 a. rasio penjualan bersih
terhadap aktiva, b. tingkat laba atas total aktiva, c. tingkat laba atas ekuitas pemegang
saham, d. tingkat laba atas ekuitas pemegang saham biasa, e. laba per lembar saham biasa,
f. rasio harga saham terhadap laba atau price-earning rasio (P/E), g. dividen per saham, h.
hasil dividen.
Rasio merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan perusahaan
berdasarkan
perhitungan-perhitungan
rasio
atas
dasar analisis
kuantitatif,
yang
menunjukkan hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan rugilaba dan neraca. Di samping itu juga, dipergunakan rasio-rasio finansial perusahaan yang
memungkinkan untuk membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain
yang sejenis atau dengan rasio rata-rata industri.
112
Hubungan antara tingkat profitabilitas dengan tingkat likuiditas adalah hubungan yang saling
mempengaruhi dan biasanya terjadi talik ulur (trade off). Dengan kata lain, jika likuiditas tinggi, maka
profitabilitas akan menurun. Tetapi, jika likuiditas rendah, maka profitabilitas akan meningkat. Baca
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 64-65. Di sisi lain, tingkat
likuiditas yang rendah juga memberikan indikasi bahwa bank tersebut kesulitan dalam menyalurkan dananya
(DPK+Ekuitas).
113
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, hlm. 228
114
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, hlm. 228
115
Warren Reeve, Fess Acounting Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hlm. 315
96
x 100%
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, (Edisi Kelima,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), hlm. 74
117
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, Dasar-Dasar, hlm. 74
97
118
Riki Antariksa, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Muamalat
Indonesia, Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami vol. 2 no. 2 April-Juni 2006.
119
Ainu Amri Tanjung, Masalah Perbankan, Renten dan Fee Dalam Pandangan Islam 03/14/2002arsip fiqih www.alislam.or.id- www.pakdenono.com
120
Riki Antariksa, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank Muamalat
Indonesia, Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami vol. 2 no. 2 April-Juni 2006.
98
Al-kharaj bi ad-daman menyebutkan bahwa keuntungan secara moral dapat diterima hanya
dengan mengambil risiko kerugiannya (gain accompanies liability for lost). Dengan
demikian, jika keuntungan diperoleh tanpa risiko, maka dinilai tindakan tersebut tidak adil.
b. Al-ghunm bi al-ghurm yang berbasis risiko
Sebagaimana dengan firman Allah Surat An-Nisaa ayat 12.
4 ]=W9$# !%2u s
Al-ghunm bi al-ghurm yang berbasis risiko merupakan rasionalisasi dan prinsip dari bagi
hasil dalam syirkah, dimana keuntungan diperbolehkan, dengan cara berserikat atau
berbagi risiko. Sehingga dapat berkontribusi terhadap ekonomi.
Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan dan menambahkan variabel
independen lain yang secara teoritis berpengaruh terhadap ROA bank syariah dengan
variabel yang mengukur kinerja bank menggunakan variabel syariah dikarenakan variabel
pada penelitian ini masih bersifat ekonomis. Hal ini terbukti masih rendahnya nilai
koefisien determinasinya. Kemudian memperbanyak jumlah sampel yang digunakan dan
menambah periode pengamatan sampel agar tidak menimbulkan hasil yang bias dan lebih
menggambarkan kondisi bank umum syariah yang lebih nyata. Untuk bank umum syariah
diharapkan lebih efektif, efisien dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan kepada
nasabah, mengingat pembiayaan yang diberikan bank syariah mulai diminati oleh para
masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai asas Islam.
99
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
1. Pembiayaan Periode 2009-2012
Pembiayaan merupakan bagian dari kegiatan utama dalam perbankan syariah.
Kegiatan pembiayaan ini adalah sebagai wujud dalam kegiatan penyaluran dana yang
berhasil dihimpun oleh bank syariah untuk disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa pembiayaan merupakan bagian
dari sisi likuiditas perbankan syariah, yaitu sebagai gambaran keadaan arus lalu lintas
keuangan yang terjadi pada bank syariah tersebut. Selain itu pembiayaan juga merupakan
suatu kegiatan untuk menciptakan aktiva yang produktif dan mendapatkan keuntungan atau
earning asset bagi bank syariah itu sendiri serta untuk mengurangi risiko idle.121
Pembiayaan industri perbankan syariah hingga Desember 2012 tumbuh lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, berdasarkan data Statistik Perbankan
Indonesia. Adapun perkembangan pembiayaan perbankan syariah secara keseluruhan di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.1
Pembiayaan Periode 2009-2012
(Rp Milyar)
Tahun
2009
121
hlm. 227
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Pembiayaan
38,201
38,843
39.308
39.726
40.715
42.195
42.828
43.890
Ali, H.Masyhud, Asset Liability Management, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2004),
100
September
44.523
Oktober
45.246
November
45.726
Desember
46.886
Januari
47.140
2010
Februari
48.479
Maret
50.206
April
51.651
Mei
53.223
Juni
55.801
Juli
57.633
Agustus
60.275
September
60.970
Oktober
62.995
November
65.942
Desember
68.181
Januari
69.124
2011
Februari
71.449
Maret
74.253
April
75.726
Mei
78.619
Juni
82.616
Juli
84.556
Agustus
90.540
September
92.839
Oktober
96.805
November
99.427
Desember
102.655
Januari
101.689
2012
Februari
103.713
Maret
104.239
April
108.767
Mei
112.844
Juni
117.592
Juli
120.910
Agustus
124.946
September
130.357
Oktober
135.581
November
140.318
Desember
147.505
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia (2012)
101
102
Tabel IV.2
Profitabilitas (ROA) Periode 2009-2012
Tahun
2009
2010
2011
2012
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
ROA (%)
2.11
2.15
2.44
2.29
2.22
2.16
2.12
2.08
1.38
1.46
1.48
1.48
1.65
1.76
2.13
2.06
1.25
1.66
1.67
1.63
1.77
1.79
1.83
1.67
2.26
1.81
1.97
1.90
1.84
1.84
1.86
1.81
1.80
1.75
1.78
1.79
1.36
1.79
103
Maret
1.83
April
1.79
Mei
1.99
Juni
2.05
Juli
2.05
Agustus
2.04
September
2.07
Oktober
2.11
November
2.09
Desember
2.14
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia (2012)
Berdasarkan Tabel IV.2 diketahui bahwa profitabilitas (ROA) di perbankan Indonesia
Tahun 2009-2012 selalu bersifat fluktuatif, yang terlihat dari menurunya profitabilitas dari
bulan September tahun 2009 dengan nilai 1,38 bahkan menurun hingga pertengahan Mei
2012 menjadi 1.99, kemudian angka tersebut kembali meningkat di bulan Juni tahun 2012
dan kembali menurun kembali walaupun tidak terlalu signifikan begitu juga dengan bulan
berikutnya dimana tingkat profitabilitas (ROA) masih fluktuatif, hal ini menunjukkan
kinerja dan potensi perbankan syariah mengalami perkembangan yang baik.
Pertumbuhan yang lebih tinggi ini didukung oleh meningkatnya pelaku bisnis di
industri perbankan syariah, yang berjumlah 10 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 145 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), serta 1388 jumlah
kantor BUS dan UUS (Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2010).122
122
104
Tahun
2009
2010
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
FDR (%)
100.02
100.50
103.33
101.36
101.06
100.22
99.59
99.71
98.11
97.30
95.49
89.70
88.67
90.96
105
95.07
Maret
95.57
April
96.65
Mei
96.08
Juni
95.32
Juli
98.86
Agustus
95.40
September
94.76
Oktober
95.45
November
89.67
Desember
91.97
Januari
2011
95.16
Februari
93.22
Maret
95.17
April
94.88
Mei
94.93
Juni
94.18
Juli
98.39
Agustus
94.97
September
95.24
Oktober
94.40
November
88.94
Desember
87.27
Januari
2012
90.49
Februari
87.13
Maret
95.39
April
97.95
Mei
98.59
Juni
99.91
Juli
101.03
Agustus
102.10
September
100.84
Oktober
101.19
November
100.00
Desember
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Indonesia (2012)
Berdasarkan tabel IV.3 diketahui bahwa perkembangan likuiditas perbankan
syariah Tahun 2009 sampai dengan awal tahun 2010 rasio likuiditas (FDR) beberapa
triwulan tersebut sempat mencapai posisi rasio likuiditas berada pada posisi 89.70 pada
bulan Januari 2010 berada posisi dibawah 89.70 yaitu 88.67. Walaupun Januari 2010 FDR
106
123
107
Tabel IV.4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
48
Mean
Normal Parameters(a,b)
Most Extreme Differences
,0000000
Std. Deviation
,21699260
Absolute
,128
Positive
,055
Negative
-,128
Kolmogorov-Smirnov Z
,886
,412
Dari tabel diatas nilai Asymp. Sig (2-tailled) sebesar 0,412. Karena nilai Asymp. Sig (2tailled) sebesar 0,412 > dari 0,05
dikatakan data
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Pengujian adanya multikolonier ini
dapat dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) pada masing-masing
variabel bebasnya. Jika nilai VIF-nya lebih kecil dari 10 tidak ada kecenderungan terjadi
gejala multikolinier. Dari hasil pengujian SPSS diperoleh nilai korelasi antar variabel FDR,
Pembiayaan dan ROA sebagai berikut:
Tabel IV.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
Standardized
Coefficients
B
-1,528
Std. Error
,757
7,84E-007
,000
,035
a Dependent Variable: ROA
,008
(Constant)
PMBY
FDR
Beta
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance
-2,020
VIF
,049
Std. Error
,095
,771
,445
,999
1,001
,548
4,432
,000
,999
1,001
108
Berdasarkan tabel IV.5 di atas nilai Tolerance dan VIF variabel PMBY sebesar 0,771
dan 0,445, dan nilai Tolerance dan VIF variabel FDR sebesar 4.432 dan 0.000 dari nilai
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih dari 10 dan tidak ada satu nilai Tolerance variabel independen yang memenuhi nilai
Tolerance yaitu kurang dari 0,10. Hal ini berarti bahwa dalam model regresi yang
dihasilkan tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastis atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mengetahui apakah terjadi heteroskedastisitas antar nilai residual dari observasi dapat
dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titiknya menyebar di atas dan
di bawah sumbu 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada suatu
model regresi. Berdasarkan Hasil perhitungan dengan SPSS untuk variabel Pembiayaan,
FDR dan ROA sebagai berikut:
Gambar IV.1
Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas
Dependent Variable: ROA
3
c.
-1
-2
-3
-2
-1
109
Dari grafik scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak
membentuk suatu pola tertentu yang jelas dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka
0 (nol) pada sumbu Y. Sehingga dapat disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan tidak
mengandung heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi atau tidak dalam
suatu model regresi dilakukan dengan melakukan run test. Untuk melihat ada tidaknya
autokorelasi dengan ketentuan jika hasil run test sig > 0,05maka tidak terjadi autokorelasi.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis data dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil uji
autokorelasi sebagai berikut:
Tabel IV.6
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Value(a)
,01519
24
24
Total Cases
48
Number of Runs
19
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-1,605
,109
a Median
Pada tabel diatas, didasarkan hasil angka Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,109 > 0,05
maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah autokorelasi.
110
2. Pengujian Hipotesis
a.
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas
dengan variabel terikat secara parsial. Hasil analisis uji hipotesis antara variabel Likuiditas
(FDR) dan Pembiayaan (PMBY) terhadap Profitabilitas (ROA) diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel IV.7
Hasil Analisis Uji t (Uji Parsial)
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
PMBY
FDR
Standardized
Coefficients
Sig.
Beta
Tolerance
VIF
Std. Error
-1,528
,757
7,84E-007
,000
,035
,008
Collinearity Statistics
B
Std. Error
-2,020
,049
,095
,771
,445
,999
1,001
,548
4,432
,000
,999
1,001
Hasil uji t pada penelitian ini untuk variabel Pembiayaan (PMBY) diperoleh hasil nilai
sig 0.445>0,05 maka dengan demikian tidak tolak Ho. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara pembiayaan (PMBY) terhadap Profitabilitas
(ROA).
Hasil uji t pada penelitian ini untuk variabel Likuiditas (FDR) diperoleh hasil nilai sig
0.000<0,05 maka dengan demikian Tolak Ho dan Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara Likuiditas (FDR) terhadap Profitabilitas (ROA).
b.
Uji hipotesis secara serentak atau simultan (Uji F) antara Likuiditas (FDR) dan
Pembiayaan (PMBY) terhadap Profitabilitas (ROA). Hasil analisis uji F dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
111
Tabel IV.8
Hasil Analisis Uji F (Uji Simultan)
ANOVA(b)
Model
1
Sum of
Squares
Df
Mean Square
Regression
1,005
,502
Residual
2,213
45
,049
Total
3,218
47
10,215
Sig.
,000(a)
Hasil perhitungan dengan menggunakan progam SPSS diketahui bahwa hasil nilai
sig 0.000<0,05 maka dengan demikian tolak Ho. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara Pembiayaan (PMBY) dan Likuiditas (FDR) secara
bersama-sama terhadap Profitabilitas (ROA).
c.
prosentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil perhitungan
didapatkan nilai koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel IV.9
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary(b)
Model
1
R
,559(a)
R Square
,312
Adjusted R
Square
,282
Std. Error of
the Estimate
,22176
Durbin-Watson
1,257
Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,312, hal itu berarti bahwa variasi
perubahan ROA dipengaruhi oleh perubahan Pembiayaan dan FDR sebesar 31,2 %, jadi
variabel Pembiayaan dan FDR
sedangkan sisanya sebesar 68,8 % diterangkan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
112
Model
1
a Predictors: (Constant), FDR
R
,551(a)
R Square
,303
Adjusted R
Square
,288
Std. Error of
the Estimate
,22078
113
Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,303, hal itu berarti bahwa variasi
perubahan ROA dipengaruhi oleh perubahan FDR sebesar 30,3 %, jadi variabel FDR
mampu menerangkan variabel ROA sebesar 30,3 %, sedangkan sisanya sebesar 69,7 %
diterangkan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Selanjutnya adalah uji t, yang dipergunkan untuk melihat apakah terdapat pengaruh
dan seberapa besar pengaruh FDR terhadap ROA, berdasarkan program SPSS maka
didapat hasil uji t sebagai berikut:
Tabel IV.11
Hasil Analisis Uji t (Uji Parsial)
Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
FDR
Standardized
Coefficients
B
-1,484
Std. Error
,751
,035
,008
Beta
,551
Sig.
B
-1,975
Std. Error
,054
4,474
,000
Hasil uji t pada penelitian ini untuk variabel Likuiditas (FDR) diperoleh hasil nilai sig
0.000<0,05 maka dengan demikian Tolak Ho dan Ha diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara Likuiditas (FDR) terhadap Profitabilitas (ROA).
Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana pada tabel di atas diperoleh
koefisien untuk variabel bebas FDR = 0,035, konstanta sebesar -1,484 sehingga model
persamaan regresi yang diperoleh adalah:
114
setiap ada peningkatan FDR sebesar 1 satuan, maka nilai ROA juga akan meningkat
sebesar 0,035 satuan, selanjutnya lambang (+), hal ini berarti apabila likuiditas (FDR) naik
maka Profitabilitas (ROA) akan ikut naik.
115
116
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Variabel Likuiditas (FDR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap
Profitabilitas (ROA) pada periode 2009 hingga 2012. Artinya apabila Likuiditas (FDR)
perbankan syariah naik maka Profitabilitas (ROA) perbankan syariah juga akan ikut naik.
Besarnya kenaikan pada Profitabilitas (ROA) ini adalah apabila Likuiditas (FDR) naik
sebesar satu satuan, maka Profitabilitas (ROA) akan naik sebesar 0,035 satuan.
2. Variabel Pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) pada
periode 2009 hingga 2012, artinya apabila pembiayaan naik atau turun maka tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah di Indonesia pada periode
2009 hingga 2012.
3. Variabel Pembiayaan dan Likuiditas (FDR) secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah di Indonesia pada periode
2009-2012. Artinya apabila Pembiayaan dan Likuiditas (FDR) perbankan syariah naik
maka Protabilitas (ROA) perbankan syariah juga akan ikut naik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian di atas maka terdapat beberapa saran bagi
perbankan syariah di Indonesia:
1. Perbankan syariah harus terus meningkatkan besarnya persentase FDR nya, meningkatnya
FDR berarti meningkatkan pembiayaan dan simpanan secara proporsional, FDR yang
tinggi mencerminkan berjalannya fungsi bank sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat.
117
Hendaknya bank dapat memelihara dan mempertahankan alat likuid guna memastikan
bahwa bank sewaktu-waktu dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Setiap bank
bertujuan mendapat income yang maksimal, namun harus dipertimbangkan dahulu risiko
yang mungkin dihadapi seperti risiko likuiditas, karena risiko likuiditas merupakan risiko
yang rentang pada bank syariah.
2. Jika Perbankan syariah menginginkan tingkat ROA yang tinggi maka perbankan syariah
tidak perlu melakukan secara agresif penambahan pembiayaan, karena pembiayaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan pengaruh ketiga variebel dalam
penelitian ini. Penelitian dapat dikembangkan dengan meneliti variabel-variabel lain yang
mempengaruhi Profitabilitas perbankan syariah di Indonesia, guna melihat secara lebih
komprehensif variabel apa saja yang mampu mempengaruhi profitabilitas di perbankan
syariah.
118
DAFTAR PUSTAKA
Agama, Departemen RI, Al Quran dan Terjemahan. Jumanatul Ali Art, Bandung,
2004.
Ade Arthesa dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,
Indeks, 2006.
Jakarta:
Ainu Amri Tanjung, Masalah Perbankan, Renten dan Fee Dalam Pandangan
03/14/2002- arsip fiqih www.alislam.or.id- www.pakdenono.com
Islam
Anshori, Abdul Ghofur, Payung Hukum Perbankan Syariah di Indonesia (UU di Bidanag
Perbankan, Fatwa DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia)
Yogyakarta: UII Press,
1007.
Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Antariksa, Riki, Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada PT Bank
Muamalat Indonesia, Eksis Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Bisnis Islami vol.
2
no. 2 April-Juni 2006.
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Cet ke-4 Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Edisi ke-1 Jakarta: PT. RajaGrafindo
2007.
Persada,
1992.
Bandung
Manajemen
Perbankan,
Edisi
Kedua,
Bogor:
Insani
Ghalia
119
Pustaka
Diah, Aristya Hesti, Analisa Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas
Aktiva Produktif (KAP), Dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Bank
Syariah Di Indonesia Periode 2005- 2006), Progaram S1 UNDIP, Semarang, 2010.
Faisal,
2006.
Karim, Adiwarman Azwar, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, Jakarta:
Grafindo Persada, 2008.
Raja
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi), Edisi
Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2002.
Pertama,
syariah,
120
Publisher, 2009.
Riyadi, Slamet, Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
,Accounting Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj
Rusyamsi, Imam, Asset Liability Managemen : Strategi pengelolaan Aktiva
Bank, Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 1999.
Pasiva
Malang
BMI
&
Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta: Liberty, 1998.
Taswan, Manajemen Perbankan, Penerbit : UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2010.
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, ayat 1 pasal 12.
Veithazal Rivai, Dkk, Bank and Financial Institution Management Conventional &
Sharia System, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Wasty, Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
Windriya, Anafil, Analisis Pengaruh Faktor Eksternal Dan Faktor Internal Bank
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia (Periode 2008
2013),
Universitas Diponegoro, 2014.
Wiyono, Slamet, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah berdasarkan
PSAK dan PAPSI, Jakarta: PT Grasindo, 2005.
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim,
2003.
Internet:
www.bi.go.id
Republika.co.id
http://www.antaranews.com
121
http://irham-anas.blogspot.com
http://merapikancatatan.blogspot.com
http://makalah-update.blogspot.com/2013/02/prinsip-prinsip-syariah-sebuah-bank.html
www.bankberhaj.com/index.php/artcl?=5
http://ofanklahut.blogspot.com/2011/04/tujuan-ciri-ciri-serta-keistimewaan-dan.html jumat
27/09/13, 10:23
http://risaariani6.blogspot.com/2012/06/manajemen-likuiditas-perbankan-syariah.html
http://ephieali.blogspot.com/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_27.html
http://nanangbudianas.blogspot.com/2013/02/pengertian-profitabilitas.htmldiakses kembali
pada tanggal 05 Agustus 2015
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-profitabilitas-syariah.
html diakses kembali pada tanggal 14 Agustus 2015
http://alimudasimanjuntak.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas-banksyariah.html
diakses kembali pada tanggal 29 Juli 2015. Pukul. 08. 47 Wib.
http://nurulchaeriah.blogspot.com/2013/12/manajemen-likuiditas.html
diakses
kembali
Dian
Hariyadi;
Safrudin
blogsport:
https://nainah93.
wordpress.com