Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 57
V. Pengelolaan Kota dan Upaya Pengurangan Risiko Bencana di Kota Palu 5.4 Kondisi Kota Palu 5.1.41 Kondisi Fisk Kota Palu secara geografis berada di sepanjang pantai Teluk Palu yang memanjang dari arah timur ke barat dan ke arah utara. Kota Palu terletak di sebelah utara garis katulistiwa pada koordinat 0,35° — 1,20° Lintang Utara dan 120° ~ 122,09° Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kota Palu dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Donggala dan Teluk Palu, yang terlihat dari batas-batas wilayah sebagai berikut: ‘+ Sebelah Utara : Teluk Palu dan Kabupaten Donggala ‘* Sebelah Timur 2 Teluk Pal ‘# sebelah Selatan + Kabupaten Donggala ‘¢ Sebelah Barat : Kabupaten Donggala Luas wilayah Kota Palu adalah 395,06 km? atau 39.506 ha, terdiri dari dataran rendah, dataran bergelombang dan dataran tinggi. Wilayah administratif pemerintahan terdiri atas 4 Kecamatan dan 43 Kelurahan, ‘Tabel 5.1 Luas Kota Palu Menurut Kecamatan No | Kecomatan/Kelurahan Tuas (hm) % |_| Kecamatan Palu Utara 89,69 22,70 TT] Kecamatan Palu Timur 186,55 47,22 | Kecamatan Pals Selatan 61,35 15,53 [iv_[Kecamatan Palu Barat 57,47 14,55 Elmore ran: ae BBE 100.00 ‘Sumber : Palu Dalam Angka,2009. Secara umum terjadi pergeseran iklim di Kota Palu antara tahun 2004 sampal 2008. Hel ini dapat terlihat dari curah hujan yang meningkat tajam dari 3,30 mm/bulan jadi 79,09 mm/bulan, suhu ludara turun dari 27,20°C menjadi 26,60°C, kelembaban udara naik dari 74,80% menjadi 79%, kecepatan angin menurun dari 6,60 knots menjadi 3,55 knots, dan penyinaran matahari mengalami va penurunan dari 74,80% menjadi 54,25 %. Dari gambaran di atas terlihat bahwa iklim di Kota Palu menjadi lebih sejuk dari sebelumnya, Dataran Kota Palu terbentuk karena adanya proses pengangkatan (graben) yang membuat beberapa permukaan tanah terangkat cukup tinggi membentuk bukit sampai pegunungan seperti yang terlihat di sepanjang pantai Teluk Palu bagian barat. Wilayah Kota Palu juga dicirikan oleh bentuk utama berupa lembah dan pusat Kota terletak di bagian tengah dari lembah tersebut. Dataran lembab ini juga dliperkiakan sesual untuk penggunaan pertarian intensif. Di sisi kiri dan kanan Kota Palu terdapat jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro, serta wilayahnya disusun oleh batuan yang lebih keras dibanding material penyusun bagian lembah, Material penyusun utama wilayah lembah Palu berupa pasir, lanau, kerikil dan kerakal. ‘Geomorfologi Kota Palu dapat dibagi ke dalam tiga satuan geomogtfologh yatu : 1. Sotuan Geomorfologi Oataran, dengan kenampakan morfologi berupa topografi tidak teratur, tema, merupakan wilayah dengan banjir musiman, dasar sungai umumnya meningsi akibat sedimentasi fluvial. Morfologi ini disusun oleh material utama berupa aluvial sungai dan pantal \Wilayah tengah Kota Palu didominasi oleh satuan geomorfologl int 2 Satuan Geomorfologi Denudasi dan Perbukitan, dengan kenampakan berupa morfotogi bergelombang lemah sampai_bergelombang kuat. Wilayah kipas aluvial(aluvial fan) termasuk dalam satuan morfologt in. Di wilayah Palu morfologi ini meluas ai wilayah Palu Timur, Palu Utara, membatasi antara wilayah morfologi dataran dengan morfologi pegunungan. 3. Satuan Geomorfologi Pegunungan Tebing Patahan, merupakan wilayah dengan elevasi yang lebih tinggl. Kenampakan umum berupa tebing-tebing terjal dan pelurusan morfologi akibat proses patahan, Arah pegunungan ini hampir utara-selatan, baik di timur maupun di barat dan enunjukkan pengaruh struktur/tektonik terhadap bentuk morfologi kota. Umumnya wilayah ini bukan merupakan wilayah hunian, Berdasarkan topografinya, wilayah Kota Palu dapat diklasifikasikan ke dalam tiga zona ketinggian yaitu : (1) Topografi dataran rendab/pantai dengan ketinggian antara 0100 m di atas permukaan laut yang memanjang dari arah Utara ke Selatan dan bagian Timur ke arah Utara; (2) Topografi perbukitan dengan ketingglan antara 100-S00 m di atas permukaan laut yang terletak di bagian Barat sisi Barat dan Selatan, kawasan bagian Timur ke arah Selatan dan bagian Utara ke arah Timur; (3) Pegunungan dengan ketinggian lebih dari 500 m sampai dengan 700 m di atas permukaan laut. ar! aspek kegempaan, sistem patahan di bagian tengah Sulawesi tempat Kota Palu terletak terdiri dari kompleks zona patahan intra-plate dari lempeng Eurasia yang didorong oleh lempeng Pasifik v2 ddan Indo-Australia. Darl perhitungan terhadap pergerakan patahan Palu-Koro int (Bellier, O. et, 2001}, diperoleh data kisaran pergerakan lempeng, yaitu 35 4 8 mm per tahun. Sejarah gempabumi ddl bagian tengah Sulawesi telah tercatat sejak abad ke-19, beberapa di antaranya mempunyal ‘magnitude yang besar, misalnya tahun 1968 (6,7 SR), 1993 (5,8 SR) dan 2005 (6,2 SR). Kegempaan di Sulawesi ini juga ditandal dengan frekuenst tsunami yang tinggi di bagian Selat Makassar, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1927 di Teluk Palu dengan ketinggian gelombang mencapai 15m, tahun 2968 di Mapaga (10m) dan tahun 1996 di Simuntu-Pangelaseang (1 - 3,4 m). Pada gambar di bawah ini diperlihatkan jalur patahan yang melalui bagian tengah P. Sulawesi, tepat berada di bagian tengah yang membelah Kota Palu bagian timur dan barat. Banda ‘Sea PKF —_; Palu Koro Fault (patahan Palu-Koro) MF —_: Matano Fault (Patahan Matano) Gambar 5.1 Patahan yang Melewati Kota Palu: Di Kota Palu secara geologis dimungkinkan terbentuk, terproses dan tersebarnya bahan galian golongan C. Batuan yang menyusun Kota Palu terdiri balk dari batuan induk dari batuan beku, sedimen dan metamorf maupun rombakan batuan asal yang tersebar luas hampir di seluruh kota alu. Material hasil rombakan ini yang nantinya menjadi primacona dan sumber Pendapaan Asti Daerah (PAD) bagi kota Palu dalam menunjang kelangsungan perekonomian, Material ini dalam peritilahan unum dan industri lebih dikenal sebagai Pasir Batu Kerikil (Sirtukil). Bahan galian lainnya vyang juga terdapat di Kota Palu adalah batuan granit, andesit, lempung dan gipsum. v3 ‘abel 5.2 Tabulasi Lokas! dan Potensi Bahan Galian di Kota Palu. wo. | Smazaken oka Potenal/Sebaran veterangan | Pasta kewl [% Labi, Tapa, 5. | Svaitbepoteat | Banos sat nT (seu PaboyerS-Kawatuna,s. | dengsncadangan | aatuians Tawaeh Pali, S. Tawaell, S. yang sangat besar, (46,65 Ha), S.Watusampu_ Pontlcons-tambagu,S. [tertarm suanure, | 2434), Lambagu GO Uajana,SSembeLewas, | Sip, Tewac | Ho, Buk Wotampu Sap, State, S| dans (25, S.ngol () Nggoor Poke 5. | Watwarp dn BUKE Nya 4) etary Uatusomp dan Bk Nt | enae aia abaya, Pal Tnur | Tarapataagal | Ueto ooh Uroturetdsm | Cra Pats Minerals int a] wt Siva, Wits, bur, | atop Tae, | Sebaran gant Kabonena Oona Kod, | wetusampu un, | merupatan betas Mol dan Watt Donen Ked, | balan tmurdan nts Kaorena dan anya | smpa way Kb, setompa ones, weet pH) a ara Tak den baglan tart] Sedan a ara ea Pal dina apisan peiputan netuktan, Kacal areal sepanang tings dja, Sebaron tela ngs wine rete fab, Dengan | 3 ampune Ra Yat aa dn] Sedan Sebagan lah SST Broil Selatan a areal pemknan Settar dan avatune (eaten) | om Bun Watt, Tondo | Tabatae Dp ara Kec Pal Timur tctompat dar Formos batuan mole Garam (KCL): dijadikan usaha oleh masyarakat Kota Palu di sepanjang Pantai Talise. Sumberdaya air di Kota Palu terdiri dari air permukaan, alr tanah dan mata air di berbagai lokasi yang tersebar di Kota Palu. Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena air merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan balk manusia, hewan maupun tumbuhan, Potensi aliran rata-rata per detik alr permukaan/sungai-sungai di Kota Palu mempunyai kapasitas relatif cukup besar yaitu 296.038 m*, Potensi air permukaan untuk sepanjang tahun hanya ada pada Sungai Palu, sementara sungai lainnya relatif kering. Beberapa mata alr yang ada di Kota Palu seperti mata alr pria dan wanita, yoega, koeloe, watutela, dan owo sudah dimanfaatkan oleh PDAM sebagai sumber air bersih kota. v4 5.1.2 Kondisi Sostal Berdasarkan hasil proyeksi SUPAS tahun 2008, jumlah penduduk Kota Palu mencapat 309.032 jiwa yang tersebar di 4 wilayah kecamatan dan 43 Kelurahan. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Palu Selatan sebesar 110.218 jiwa atau 35,339 dari jumlah penduduk Kota Palu, atkuti oleh Kecamatan Palu Barat sebesar 92,644 jlwa (29,70%), dan Kecamatan Palu Timur sebesar 69,651 jiwa (22,62%). Jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Palu Utara, yakni sebesar 36,518 jiwa atau sebesar 12,35% dari total penduduk di Kota Palu. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kota Palu tahun 2008 dapat cilihat pada Tabel 5.3. Serdasarkan jumlah penduduknya, Kota Palu dapat digolongkan kepada Kelas Kota Menengah dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa. ‘abel 5.3 Jumlah Penduduk Kota Palu Tahun 2008 No] Kecamatan/Kélurahan | Pendudak Oiwa) |. {_| Kecamatan Palu Utara 36.515 1238 TT_[ Kecamatan Patu Timur 69.651 22,62 il [ Kecamatan Patu Selatan 110.218 35,33 1V__| Kecarnatan Palu Barat 92.644 23,70. Kota Pal eso, 0825] 100,00 ‘Sumber : Palu Dalam Angko, 2009. Jumlah penduduk Kota Palu setiap tahunnya rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 1,75% dari hasil sensus penduduk 2000 sampai survey penduduk antar sensus (SUPAS) tahun 2008, Sementara menurut sensus penduduk tahun 2000, laju pertumbuhan penduduk mencapai 3,15% per tahun. Berarti pertumbuhan penduduk Kota Palu mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini Sumber: Abdullah, 2009, Gambar 5.10 Aktivitas Penambangan di Kelurahan Poboya, Kota Palu Dari aspek kerentanan demografi m kui kepadatan penduduk di Kota Palu (Gambar $.11). Berdasarkan peta kepadatan penduduk tahun 2005, penduduk Kota Palu banyak terkonsentrasi di Kecamatan Palu Selatan dan Palu Barat yang dilalui oleh sesar aktif Palu Koro. v.36 @ Sumber: Bappeda Kota Palu, 2009 Gambar 5.11 Peta Kepadatan Penduduk Tahun 2005 Aspek kerentanan fisik meliputi penggunaan lahan eksisting, termasuk jaringan transportasi, dan kkondlsi topografi Kota Palu. Penggunaan lahan eksisting perumahan di Kota Palu sebagian besar terdapat di Kecamatan Palu Selatan dengan ivas kawasan 854,32 He. Kemudian dikuti oleh Kecamatan Palu Barat seluas 593,50 Ha, Kecamatan Palu Utara seluas 538,76 Ha dan terakhir Kecamatan Palu Timur dengan vas 518,47 Ha. Kawasan perumahan memiliki pola linier yang mengikuti jeringan jalan yang ada (Gambar 5.12). Sementara ity, untuk jaringan jalan dan transportasi di Kota Palu banyak terkonsentrasi di Palu Selatan dan Palu Barat (Gambar 5.13), hal inl va7 kemungkinan disebabkan di kedua kecamatan tersebut banyak terdapat pusat perkantoran dan nigga. Kawasan industri di Kota Palu hampir terdapat di setiop kecamatan dan luas total keseluruhan kawasan industri adatah 94,56 ha. Di Kecamatan Palu Barat total kawasan industri yang ada seluas 5,408 ha, Kawasan industri terdapat di Kelurahan Balaroa selvas 0,052 ha, Kelurahan Baru seluas 10,083 ha, Kelurahan Boyaoge seluas 0,125 ha, Kelurahan Kamonji dengan luas 0,334 ha, Kelurahan ‘Nunu dengen Iuas 0,241 ha, Kelurahan Silae dengan luas 0,977 ha, Kelurahan Siranindi dengan luas 0,049 ha, Kelurahan Ujuna seluas 0,236 ha dan Kelurahan Watusampu dengan luas 3,311 ha Kawasan industri yang terdapat di Kecamatan Pal Timur total luasnya adelah 17,095 ha yang terdapat ei Kelurahan Besusu Tengah, Lasoani, Layana Indah, tase dan Tondo. Oi Kecamatan Pal Selatan, kawasan industri masing-masing terdapat di Kelurahan irobuli Utara, Lolu Selatan, Pengawu, Petobo, Tatura Utara, Tatura Selatan dan Tawanjuka yang luas keseluruhannya adalah 2,914 ha, Kawasan industri di Kecamatan Palu Utara terdapat hampir di semua kelurahan kecuali Kelurahan Lambara dan Panau dengan total luasnya 69,147 ha, Hal inl menunjukkan kawasan Industri yang ada di Kota Palu terkonsentrasi di Kecamatan Palu Utara. (Sumber: 2009), jappeda Kota Palu, v.38 Legenca [Ihering BB mem [tegen (a shomtton Sms tore ns's00"e sso" Lorber Sumber: Bappeda Kota Palu, 2009 Gambar 5.12 Peta Penggunaan Lahan Eksisting Tahun 2006 v39 Legenda ‘Sumber: Bappeda Kota Pal, 2009 ‘Gambar 5.13 Peta Jaringan Transportasi Kota Palu. Secara topografi, Kota Palu memiliki kerentanan fisik eksisting berdasarkan lokasinya yang berada di Teluk Palu dan juga kontur Kota Palu yang cenderung berbukit-bukit. Hal menyebabkan Kota Palu rawan terhadap bahaya tsunami dan juga tanah longsor apabila terjadi gempabumi dengan magnitude yang cukup besar dan juga Gambar 5.16 menunjukkan kontur Kota Palu: vo ‘Sumber: Bappeda Kota Palu, 2009 Gambar 5.14 Peta Kontur Kota Palu Jika ailihat secara Keseluruhan peranan sektor-sektor terhadap PDRB Kota Palu didominasi oleh kitar 67,30% (BPS Kota Palu, 2009) yang bersumber dari sektor jasa, sektor tersier yang mencapz perdagangan, angkutan, dan keuangan. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan yang berkembang di Kota Palu merupakan kegiatan turunan yang sangat bersifat perkotaan. Dari sudut pandang kerawanan terhadap bencana, kondisi ini sangat rentan. Sektor-sektor tersier merupakan sektor ‘yang terkena imbas paling besar jika terjadi bencana, dan menyebabkan kelumpuhan petekonomian kota, Selain kerentanan, terdapat pula beberapa kapasitas yang dapat mengurangi isiko bencana, diantaranya adalah: ‘© Kapasitas pada individu atau keluarga: © Mempunyai kemampuan untuk menyelamatkan aset kehidupan © Mempunyai pengalaman atas kejadian bencana yang pernah ada © Kapasitas pada masyarakat © Memi orga si sostal kemasyarakatan (© Memiliki pengetahuan tentang bencana yang pernah ada (© Memilikifokasi dan sarana prasarana untuk evakuasi (© Memilii jejaring antar masyarakat va * Kapasitas pada pemerintah: © Memiliki sistern hirarki dan SKPD © Memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (8P8D) ° ‘Memiliki Protap PB di Tingkat Propinsi Sulawesi Tenggara Memiliki infrastruktur dan sarana °° Memiliki dukungan dana dan fasii ° Memiliki peta rawan bencana ‘© Memiliki SDM yang dapat digerakkan, © Memiliki dasar hukum untuk melakukan peneyelenggaraan PB, meski demikian, Untuk mencapai penanggulangan bencana yang ideal masih dibutubkan banyak kegiatan, baik individu, masyarakat maupun pemerintah 5.3.4 Gambaran Risiko Bencana Kota Palu Gambaran risiko bencana Kota Palu secara kualitatif dilihat dari aspek kerentanan berdasarkan jumlah penduduk, pusat kegiatan masyarakat, yang dilihat dari seboran tata ruang eksisting, serta ‘sebaran jaringan jalan yang merupakan salah satu elemen berisiko apabila terjadi bencana, ‘Ancaman Bahaya terhadap Jumiah Penduduk di Kota Paluy Penduduk di Kota Palu terkonsentrasi di Kecamatan Palu Selatan dan Paly Barat. Kedua kecamatan tersebut rawan terhadap bahaya banjir, tanah longsor, dan tsunami untuk daerah bagian depan Kota Palu, yaitu daerah yang berada dekat dengan teluk, Sahaya kebakaran dan konflik lebih banyak terpusat di Kecamatan Palu Selatan (Gambar 5.15). Berdasarkan hasil anelisis tersebut, Kota Palu rmemiliki risiko yang tinggi terhadap bahaya banjir dari segi aspek sebaran penduduk terutama di Kecamatan Palu Selatan dan sebagian Kecamatan Palu Barat, Sedangkan untuk bahaya kebakaran ‘dan konfik,risiko yang tinggi adalah di Kecamatan Patu Selatan, Apabila terjadi gempabumi, maka daerah yang memiliki risiko tinggi dari segi aspek sebaron penduduk, adalah di Kecamatan Palu Selatan. Hal ini disebabkan banyak penduduk terkonsentrasi di daerah tersebut, sehingga diasumsikan akan banyak timbul korban jiwa, apabila masyarakatnya tidak disiapkan untuk menghadapi ancaman bahaya tersebut. v2 Keterangan Teen Cy l CSSD Jeet es ‘Gambar 5.15 Tingkat Risiko Kota Palu untuk Berbagal Ancaman Bahaya dari segi Aspek Kepadatan Penduduk vas ‘Ancaman Bahaya terhadap Pusat Kegiatan Masyarakat di Kota Palu Berdasarkan peta eksisting penggunaan lahan, pusat kegiatan industri dan permukiman serta jasa terkorsentrasi di Kecamatan Palu Selatan dan Palu Barat. Sementara itu, kawasan industri berada di Kecamatan Palu Utara. Risiko tsunami tinggi di Kota Palu berada di Kecamatan Palu Utara, karena terdapat kawasan industri. Apabila terjadi tsunami, maka perindustrian di Kota Palu dapat terkena dampaknya. Apabila perindustrian terganggu, maka bukan tidak mungkin perekonomian di Kota Palu pun akan ‘terganggu. Selain itu, risiko tinggi terhadap tsunami juga berada fi wilayah depan Kecamatan Palu Selatan dan Palu Barat, mengingat konsentrasi kegiatan, baik perumahan, perdagangan, jasa, dan pemerintahan sebagian besar berada di Kecamatan Palu Selatan dan sebagian Kecamatan Palu Barat. ‘Apabila terjadi goncangan gempabumi, maka yang memilik risiko paling tinggi adalah di Kecamatan Palu Selatan. Pusat kegiatan yang terkonsentra Kecamatan Palu Selatan menyebabkan apablla terjadi gempabumi, maka kegiatan di Kota Palu akan tergangeu. vag Legends tore Keterangan: Tenant oO aaa ermigane Gambar 5.16 Tingkat Risiko Kota Palu untuk Berbagal Ancaman Bahaya dari segi Aspek Pusat Kegiatan Kota Palu Ancaman Bahaya terhadap Jaringan Jalan di Kota Palu Jaringan jalan banyak terdapat di Kecamatan Palu Selatan dan Palu Barat. Jika terjadi ancaman ahaya, balk banjir maupun gempabumi maka jaringan jalan yang paling berisiko tinggi terganggu adalah jaringan jalan di Kecamatan Palu Selatan dan Palu Barat. Di kedua kecamatan tersebut banyak terdapat jaingan jalan yang clsebabkan terpusatnya keglatan ai kedlua kecamatan tersebut. Keterangan: mf Gambar 5.17 Tingkat Ristko Kota Palu untuk Berbagai Ancaman Bahaya dari segi Aspek Jaringan Jalan Untuk ancaman multibahaya, make risiko bencana yang tinggi di Kota Palu berada di Kecamatan Palu Selatan dan Palu Barat, hal ini disebabkan di kedua kecamatan tersebut terpusat berbagai macam kegiatan perekonomian yang apabila terganggu oleh bencana makan akan dapat melumpuhkan v-a6 sebagian besar kegiatan perekonomian Kata Palu dan menimbulkan kerusakan yang paling besar serta kemungkinan korban jiwa yang tinggi. 5.4 Analisis Spasial terhadap Revisi RTRW Kota Palu terkait Mitigasi Bencana Narasi revisl RTRW Kota Palu sudah memberikan gambaran mengenai kondisi ancaman bahaya di Kota Palu, di antaranya adalah gempabumi, tsunami, tanah longsor, sedimentasi, abrasi, bani, dan €erosi, Informasi ini merupakan bagian dari sub bab mengenai potensi dan permasalahan kawasan lindung, yaltu kawasan cagar budaya (sub bab 3.7.7 Revisi RTRW Kota Palu 2006-2025). Dalam uraian tersebut, selain dijelaskan mengenai potensi bahaya juga disebutkan lokas| yang terancam oleh jenis bahaya tersebut. Akan tetapi revisi RTRW tersebut tidak memberikan informasi dalam bentuk peta vyang menunjukkan secara spasial kawasan yang rawan terhadap berbagal jenls bahaya alam (natural hazards). Informasi mengenai kawasan rawan bencana dalam rencana arahan pemanfastan ruang dan penggunaan lahan masih menjadi suatu hal yang terpisah, Dalam Bab V narasi revisi RTRW Kota Palu, disebutkan bahwa perlindungan Kota Palu terhadap bencana diwujudkan dalam rencana penggunaan Kawasan lindung, dalam arti kawasan rawan bencana menjadi kawasan lindung dan ‘agar budaya, Padahal, dalam kenyataannya di Kota Palu banyak terdapat kawasan yang berpotensi terhadap bencana yang sudah menjadi pusat kegiatan manusia, seperti kawasan permukiman, kawasan perdagangan, dl. Sementara itu, penyusunan arahan pemanfaatan lahan dengan aktivitas yang cukup tinggi, seperti permukiman, industri, perdagangan, infrastruktur jalan, dan sebagainya, masih berdasarkan pada pusat pergerakan, kemungkinan perkembangan kegiatan atau aktivitas, serta fungsi penggunaan lohan tersebut, dan belum memperhatikan aspek ancaman bencana yang ada. Seperti misalnya perumahan dikembangkan ke arah utara mengikuti perkembangan kegiatan industri, sementara itu untuk perdagangan dan perkantoran mempertahankan kondisi eksisting. Dari hasil gambaran mengenai risiko bencara di Kota Palu (seperti telah dijelaskan dalam sub bab 5.3.4), wilayah utara Kota Palu rawan terhadap bahaya banjir, tsunami, dan abrasi pantal, serta seluruh wlayah di Kote Palu terancam oleh bahaya gempabumi, Karena adanya patahan Palu Koro yang melintasi Kota Palu tersebut. v.47 Datam revisi RTRW, metode yang digunakan untuk menentukan wilayah-wilayah yang potensial dikembangkan untuk kegiatan fungsional adalah penumpangan (superimpose) peta-peta dasar (topografi, geologi, hidrologi, skim mikro, vegetasi lingkungan) serta keadaan sosial budaya dan sosial ekonomi. Namun, penumpangan peta potensi bahaya belum dilakukan untuk metihat sejauh ‘mana potensi pengembangan wilayah untuk kegiatan potensial tersebut dapat menerima risiko bencana yang mungkin ada, ataupun agar dalam pengembangan wilayah untuk kegiatan fungsional Gisertakon upaya untuk pengurangan risiko bencana. Misalnya saja, pengembangen kawasan permukiman ke arah utara yang mengikuti perkembangan industri, sementara itu hasil analissrsiko {sub bab 5.3.4), kawasan utara memiliki ancaman bahaya tsunami, abrasi pantai dan bani, selain ‘gempabumi, Dengan penumpangan peta bahaya, maka pengembangan kawasen permukiman dan industri di wilayah utara Kota Palu haruslah mengikuti kaldah perumahan yang aman terhadap tsunami dan menyediakan jalur evakuasi serta tempat evakuasi yang aman dari ancaman tsunami (daerah terbuka di tempat tinggi, bangunan evakuasi, dsb) serta masyarakat memilki mekanisme memantau dan merespons peringatan dini secara benar, isiko Bencana di Kota Palu (eks Upaya Peng sting) Propinsi Sulawesi Tengah yang termasuk salah satu propinsi paling rawan bencana dari 7 propinsi yang ada menurut Depdagri dan apenas, oleh karenanya Kota Palu sebagai ibu kota Propinsl ‘Sulawesi Tengah, juga merupakan kota yang rawan terhadap bencana. Oleh karena itu Kota Palu dijadikan sebagai kota percontohan untuk pelaksanaan upaya pengurangan risiko. Berdasarkan hal tersebut, maka sudah banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Kota Palu terkait dengan Lupaya pengurangan riko bencana. Kota Palu memilki kerangka Penanggulangon BSencana sebagat berikut (Gunawan, 2010); 1. Memperkuat kapasitas penanggulangan bencana dengan penyusunan Rencana penanggulangan bencana secara komprehensif di tingkat kota, 2. Mendukung keberadaan dan fungsi BPBD Kota Palu sebagal leading sector penanggulangan bencana yang tangguh 3. Mengadakan dan menyiapkan sarana dan prasarana penanggulangan bencana 4, Memperkuat jejaring antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana, baik di tingkat Kota, Provinsi maupun Nasional v8 Beberapa upaya pengurangan risiko hencana di Kota Palu diantaranya adalah: 2 3. ‘Mendirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BP8D) BPBO Kota palu idirikan sebagai wujud pelaksanaan amanat Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menyebutkan bahwa di daerah yang rawan terhadap bencana sebaiknya dibentuk sebuah badan penanggulangan bencana di daerah yang disebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). 8°80 Kota Palu terbentuk pada tanggal 24 April 2009 dan diresmikan dengan peraturan daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Selama masa berdirinya, BPBD Kota Palu sudah mengalami dua kali penggantian kepala badannya, Hal ini membuat 8PBD Kota Palu belum dapat dapat memahami upaya-upaya ppengurangan risiko bencana yang akan diselenggarakan di Kota Palu. Berdasarkan hasil kallan risiko bencana di Kota Palu yang dilaksanakan oleh Bapeda Kota alu, Bapenas, dan SC-ORR UNDP, terdapat Protap Penanggulangan Bencana Provins! Sulawesi Tengah. Meskipun belum dapat cianggap sebagai salah satu kapasitas dalam menghadapi bencana, namun dengan adanya Protap PB merupakan salah satu upaya untuk ‘meningkatkan kesiapan pemerintah dalam menghadapi bencana. ‘Memiliki Protap Penanggulangan Bencana Protap Penanggulangan Bencana yang terdapat di Kota Palu masih menggunakan Protap Bencana Provinsi Sulawesi Tengah. Pengkajian risiko bencana di Kota Palu Kota Palu melalui Bapeda Kota Palu sebagai Project Management Unit bekerja sama dengan Bappenas-SCDRR dan UNDP meleksanakan kajian risiko bencana di Kota Palu pada tahun 2009, Tujuan anaisis risiko ini diantaranya adalah (Palu, 2003): a. Memberi gambaran kepada semua pihak tentang ancaman yang ada di Kotaadya Palu Sulawesi Tengah b. Memberi gambaran potensirisiko bencana yang bisa terjadl di Kotamadya Palu © Memberi_gambaran tentang kondisi (kerentanan dan kapasitas), balk individu, ‘masyarakat maupun pemerintah vag 4. Rekomendasi pengurangan risiko bencana yang terpadu, terarah dan pattisipatif pada semua level (masyarakat, pemerintah dan non-pemerintah) di daerah Kota Palu. Berdasarkan hasil kajian risiko di Kota Palu tersebut diperoleh bahwa profil bahaya yang mengancam Kota Palu adalah banjir dan tanah longsor, gempabumi, tsunami dan konflik. allan risiko bencana untuk Kota Palu tersebut dilaksanakan untuk setiap kelurahan dan kecamatan yang ada di Kota Palu. Berdasarkan kajian risiko kebencanaan tersebut, beberapa rekomendasi diberikan untuk ‘mengatasi setiap bahaya yang mengancam kota Palu, diantaranya adalah: a, Rekomendasi untuk bahaya banjir dan tanah longsor \Melaksanakan sejumiah Kegiatan yang dapat meningkatkan kapasitas masyarakat, PEMDA, dan Ormas untuk membangun kesiapsiagaan bencona ‘Ada standar operasional prosedur dan contingency plan dalam managemen tanggap darurat ‘Membuat peta rsiko rawan bencana banjir tanah longsor sebagai abgian dari upaya mitigasi Melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana (mitigasi dan pencegahan) di lokasi DAS Palu, Kawatuna, Poboya, Layana, Vatueja, dll. b. Gempabumi COptimalisasi fungsi 8PBD dan pembuatan Perda Mengintegrasikan manajemen tanggap darurat pada tingkat wilayah terkecil melalui pembentukan kelompok P8 pada tingkat kelurahan dan kecamatan Program peningkatan kapasitas untuk membangun kesiapsiagaan bencana di kat individu, masyarakat, ormas, ornop, dan pemerintah Desiminast informasi respon tanggap darurat bencana Tsunami ‘Optimalisast fungsi BPBD dan pembuatan Perda Pembentukan kelompok focal PB Program peningkatan kapasitas kesiapsiagaan bencana di tingkat individu, ‘masyarakat, ormas, ornop dan pemerintah Disemit 131 informasi respon anceman tsunami v-so Satu kelemahan dalam dokumen kajian risiko ini adalah tidak semua potensi bahaya tergali dalam hasil kajian ini, namun hanya bahay gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor dan konflik. Ketika ditanya febih jauh, mengapa tidak semua potensi bahaya masuk dalam kajian risiko Ini, hal ini disebabkan oleh permintaan donor yang membiayai pelaksanaan kajian ‘isiko tersebut, bahwa jenis bahaya yang tercakup adalah bahaya-bahaya tersebut di atas ‘Memasukkan unsur pengurangan risiko bencana ke dalam rencana tata ruang Kota Palu saat ini sedang menyusun revisi Rencana Tata Ruang dan dalam Rencana Tata Ruang tersebut sudah coba memasukkan unsur mitigasi bencana, Hal ini terlihat dari arahan ‘matra rang Propinsi Sulawesi Tengah yang sudah memasukkan mengenai kriteria Kawasan rawan bencana alam. Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang dlidentifikasikan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, {gempa bumi, dan tanah longsor, serta gelombang pasang dan banjir. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindung! manusia dan Kegiatannya dari bbencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Kawasan rawan bencana alam meliputi antara lain kawasan rawan letusan gunung berapi, gempa bur, tanah fongsor, serta gelombang pasang dan banjir. Untuk mendukung tujuan ppenetapan kawasan rawan bencane, maka arahan pengelolaan kawasan yang dilakukan vyaitu : ‘= Penetapan kawasan rawan bencana, kawasan waspada, dan kawasan potensial bencana; ‘+ Peningkatan rehabilitasi kawasan yang telah mengalami kerusakan; ‘+ Pengendalian keglatan budidaya agar tidak merambah ke kawasan lindung; + Peningkatan koordinast pengelolaan kawasan antar pihak pemerintan, swasta, dan masyarakat serta LSM; ‘+ Pengelotaan kawasan yang meliputi febih dari satu wilayah administrasi Kebupaten/Kota, dibawah koordinasi pemerintahan propinsi; ‘+ Kerjasame antar daerah Kabupaten/Kota dalam pengelolaen kawasan yang meliputi lebih dari satu witayah administrasi. Selain itu dalam dokumen tersebut juga disebutkan salah satu arah pembangunan daerah Kota Palu adalah pembangunan berwawasan lingkungan dapat dilakukan dengan memberikan diseminasi dan sosialisasi informasi peringatan dini terhadap ancaman vst kerawanan bencana alam kepada masyarakat, mengingat kondisi geologi Kota Palu berada pada lempengan Palu-Koro, yang secara geografis berada di kawasan pertemuan tiga Fempeng tektonik. Intinya adalah dalam evatuasi RTRW mulal diperkenalkan bagaimana menata kawasan yang rawan bencana, seperti kawasan sungai dengan menerapkan mitigasi bencana, ‘mengendalikan pemanfaatan lahan pada area patahan, serta mempertahankan hutan linduny Salah satu contoh Kegiatan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan tata ruang adalah pengembangen hutan kota yang dapat mengendalikan potensi bencana atau bahaya lingkungan (landscape hazard) pada kawasan-kawasan tertentu (Gunawan, 2010). Seperti ppada kawasan cawan bahaya banji, erosi dan longsor yang umumnya dapat diiumpai pada wilayah kota Pal. Kawasan potensial yang telah ditetapkan menjadi lokasi hutan kota adalah kawasan kota Palu yang secara kumulatif menghadapi potensi ancaman bahaya lingkungan paling banyak atau lebih dari dua jenis bahaya. Adapun rencana ruang pengembangan hutan kote di Kote Palu adalah sebagai berikut (Gunawan, 2010}: a. Ruang terbuka kota yang diperuntukkan sebagai taman kota dan areal rekreasi kota (city ‘parks and recreation parks). b. Kawasan permukiman (baik yang padat, sedang, maupun rendah) dengan potensi ruang- ruang terbuka betbentuk taman lingkungan, pekarangan, jalur sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki, serta jalur utiita. c. Kawasan perkantoran, perdagangan, dan daerah industri yang sangat memerlukan adanya RTH, d, Kawasan konservasi perkotaan, seperti jalur riparian (bantaran sungal, muara sungai, pesisir/pantal) serta lereng curam pada wilayah perbukitan di kota Pelu. fe. Lahatlahan sisa yang memungkinkan untuk dapat dikembangkan secara efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas ingkungan kota. f. tahan-lahan produktif pada daerah pinggir kota (country side) seperti areal pertanian, hhutan, greenbelt, 8. Pada lahan ci kawasan perkotaen yang tidak dimanfaatkan atau ditelantarkan, baik dikuasai oleh badan hukum atau perorangan. Gambar 5.18 berikut menunjukken rencana pengembangan hutan kota di Kota Palu. vs2 Sumber: Gunawan, 2010 Gambar 5.20 Lokasi Pengembangan Hutan Kota dalam Upaya Penguarangan Risiko bencana Banjit pada bantaran S.Palu dan Muara Sungai di Kota Palu Draft RTRW Kota Palu juga sudah memasukkan pembagian wilayah/Kawasan dalam mengurang Kerentanan dan peningkatan kapasitas telah masuk dalam Draft RTRW Koto Palu yaitu: ‘+ Kewasan Depan (pantal] dengan potensi ancoman Gempe, Tsunari, ‘+ Kawasan Tengah (Sungat Palu) dengan Potersi ancaman Gempa dan Banjir ‘© Kawasan Belakang (Pinggiran Gunung dengan Potensi Ancaman Gempa , Banjir dan Tanah Longsor Penyusunan Rencana Pengurangan Bencana (RPB) untuk Kata Palu Untuk melaksanakan amanat Undang-undang No, 24 Tahun 2007, Pemerintah Kota Palu menyusun Rencana Penanggulangan Bencana (RPS) Kota Palu. Penyusunan ini melalui tahapan-tahapan, seperti identifikast data (kuesioner, interview, lokakarya, diskusi grup), Ve53 analisis data, dan penulisan draft. Konsultasi publik juga dilakukan untuk mengujl apakah RPB telah sesuai dengan kebutuhan masyaraket, Penyusunan RPB Kota Palu ini juga ‘melibatkan partisipast dari semua pemnangku kepentingan yang terkait dengan kebencanaan. ‘Mereka terdiri dari Akademisi, LSM, dinas-dinas yang ada di Provinsi dan Kebupaten/Kota, Perusahaan Swasta, Media Massa, Tokoh-tokoh Masyarakat, dan lain-lain, RPB ini iharapkan dapat menjadi panduan bagi semua pihak dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah Kota Palu dengan mempertimbangkan aspek pengurangan risiko bencana. RPB ini

You might also like