Professional Documents
Culture Documents
JURNAL TI VOL. 3 No. 1 April 2014 1 18
JURNAL TI VOL. 3 No. 1 April 2014 1 18
ABSTRACT
This researh explained about how to reduce the defects or failure in the end product
power cable NFA2X 2x10 mm 0.6 / 1 kV which include : " Defect Appearance" ie, defect or
damage is visible on the surface or physical appearance of the cable, such as insulation
thickness , color insulation and defect marking , with this type of defect by 4 % and " defect
function " ie, defects or damage cause a malfunction of the cable as well, breaking the cable
conductor of 0.5 %, conductor resitance > standard of 1% and a breakdown voltage of 34 %.
Defect or failure is the most dominant breakdown voltage test " caused by insulation failure at
one point on the cable to withstand the test voltage of 3.5 kV given / AC for 5 minutes in
accordance with the standards SPLN 42-10 1993 .
Improved results of the analysis conducted on the electrical wiring NFA2X 2x10 mm
0.6 / 1 kV using PDCA 8 ( Eight ) steps and aids statistics, the results obtained from the two
different methods were carried out, ie the percentage decrease in the level of failed test
breakdown voltage of 19.7 % in getting from before improvement by 34 % with the total cost
of repairs Rp 3,405,888, - and after repair using the first method was 14.3 % with a total
repair cost of Rp 1,376,352, - so the reduction in repair costs incurred by the company
amounted to Rp 2,029,536, - with the percentage decrease costs by 60 %. Improvements to
the second method in getting a decrease of 11.8 % from the prior percentage improvement
of 34% with a total repair cost of Rp 3,405,888, - and after improvement of 22.2 % with a
total repair cost of Rp 1,516,320 , - and a reduction in repair costs incurred by the company
amounted to Rp 1,889,568, - the percentage rate of cost reduction by 65 % . From these
results it is known that the factors causing the failure of the test comes from the 5 factors,
namely : humans, machines, methods, materials and the environment, with the most
dominant cause of the factors derived from the method used, ie high temperature in zone 5,6
and 7 801 extrusion machines .
Keywords : PDCA 8 steps, breakdown voltage, saving cost.
PENDAHULUAN
Salah
satu
aktivitas
dalam
menciptakan kualitas agar sesuai standar
adalah dengan menerapkan sistem
pengendalian
kualitas
yang
tepat,
mempunyai tujuan dan tahapan yang
jelas, serta memberikan inovasi dalam
melakukan pencegahan dan penyelesaian
masalah-masalah
yang
dihadapi
perusahaan.
Kegiatan
pengendalian
kualitas dapat membantu perusahaan
mempertahankan
dan
meningkatkan
kualitas produknya dengan melakukan
METODE
Kabel listrik adalah alat atau media
yang digunakan untuk mentransmisikan
sinyal atau energi listrik dari satu tempat
ke tempat lainnya.Kabel listrik merupakan
kawat penghantar listrik berinti tunggal,
dua atau lebih kawat berisolasi.Kabel
listrik biasanya terdiri dari isolator dan
konduktor. Isolator di sini adalah bahan
pembungkus kabel yang terbuat dari
bahan thermoplastik atau thermosetting,
sedangkan konduktornya terbuat dari
bahan tembaga ( Copper ) ataupun
aluminium ( Aluminum ).
Metodologi Penelitian
Metodologi
penelitian
yang
digunakan dalam penyusunan penelitian
ini dilakukan dengan tahapan tahapan
sebagai berikut.
Penerapan
Metode
PDCA
8
(Delapan)
Langkah
dalam
Mengurangi Gagal Uji (Defect) Pada
Kabel Listrik Pilin Udara NFA2X
2x10 mm 0.6/ 1 kV
Langkah Pertama : Menentukan Tema
dan Analisis Situasi
Menentukan Tema dan Analisis Situasi
adalah mengumpulkan data sehingga
didapatkan histogram untuk masingmasing defect atau kegagalan yang
disajikan agar dapat terlihat jelas.
Tabel 2. Stratifikasi Hasil Uji Kabel NFA2X 2x10 mm 0.6/1 kV Sebelum Perbaikan
Sumber : Data Primer Hasil Pengujian QC Department Periode April - Juni 2013.
2)
Method
a. Tidak adanya alat spark tester
(rusak) yang dapat berfungsi
sebagai indikator kebocoran isolasi
pada saat proses dimesin ektrusi
801.
b. Tingginya
temperature
zone
pressured di zone 5, 6 dan 7 yang
dapat mengakibatkan material XLPE
mengalami pre X-link sebelum
material keluar x-head sehingga
dapat menimbulkan kerak atau
gumpalan pada isolasi setelah
proses ektrusi.
c. Dosage pewarna hitam (PE Black
Master Batch) yang terlalu besar
(1,6%) sehingga dimungkinkan bisa
mengakibatkan cepat timbulnya
kerak dipermukaan kabel.
d. Terlalu besarnya pengapian burner,
sehingga
dapat
memungkinkan
cepat timbul kerak dipermukaan
kabel setelah keluar dari proses
ekstrusi.
3)
5)
Environment
Penyebab
dari
faktor
lingkungan
(Environment)
adalah
tercampurnya
material dengan debu atau kotoran pada
saat material digunakan proses ektrusi.
1)
Man
a. Cleaning screw X-head tidak
konsisten dilakukan, jadwal tidak
teratur, yang dalam hal ini adalah
menjadi tanggung jawab dari
Production Department.
b. Tidak dilakukan sistem pendinginan
screw oleh operator produksi
sebelum mesin beroperasi dan saat
mesin beroperasi.
c. Drying bin tidak difungsikan pada
saat proses berlangsung, sehingga
banyak material dengan kondisi
lembab yang ikut mengalami proses
sehingga menimbulkan bintik lubang
/ pin hole pada kabel.
d. Keterampilan
dan
kepedulian
operator
yang
minim,
tidak
menjalankan
tahapan
proses
dengan baik dan benar.
Material
Penyebab dari faktor Material
(Material) adalah material yang dipakai
lembab, baik material XLPE Natural
maupun pewarna hitam atau PE MB Black
Machine
4)
Dari
kelima
faktor
penyebab
permasalahan yang didapatkan tersebut,
selanjutnya dituangkan didalam suatu
bentuk kuesioner, dimana hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui penyebab
paling
dominan
dari
faktor-faktor
penyebab terjadinya defect (kegagalan /
kerusakan) pada kabel listrik pilin udara
NFA2X 2x10 mm 0.6/1 kV.
diusulkan
ide
perbaikan
dalam
menanggulangi permasalahan yang terjadi
pada kabel listrik pilin udara NFA2X 2x10
mm 0.6/1 kV, seperti yang dituangkan
dalam tabel Root Cause Analysis dengan
5W2H (What, Why, Who, Where, When
dan How)
10
Man
a. Diterbitkannya Publish Document
oleh Process Engineer Department
(PE) yang ditanda tangani oleh
masing-masing kepala Departemen
Produksi, QC, Design, QA, Manager
Plant dan GM Operation dengan
hasil diputuskannya jadwal cleaning
screw X-head maksimum 4 hari.
Diputuskannya cleaning screw Xhead maksimum 4 hari, karena
kemungkinan banyaknya material
yang menempel atau meninggalkan
sisa pada screw setelah diproses
secara terus menerus, sehingga jika
dibiarkan melebihi dari 4 hari akan
menimbulkan kerak pada hasil
ekstrusi
b. Melakukan
pengecekan
sistem
pendinginan screw yang terdapat di
mesin, seperti halnya : cek
temperature control, cek pressure
control, dll
Hal ini dimaksudkan, agar sebelum
proses berjalan dan mesin dalam
kondisi ON sistem pendinginan
pada screw sudah berjalan dengan
baik.
c. Memfungsikan drying bin ( proses
pengeringan / pemberian uap panas
sebelum
material
masuk
ke
cerobong / hopper mesin ) untuk
material yang akan diproses pada
temperatur 60C selama 3 jam. Hal
ini dilakukan agar material menjadi
kering atau tidak lembab pada saat
material mulai diproses sehingga
tidak menimbulkan bintik lubang (pin
hole ).
d. Sosialisasi dan Pelatihan Operator.
Hal ini dilakukan agar operator dapat
lebih memahami proses yang baik
dan benar, sekaligus transfer ilmu
kepada
operator-operator
baru
khususnya. Misalnya : Internal
Training oleh operator senior yang
berpengalaman pada mesin ekstrusi
801,
Briefing
oleh
kepala
Departemen atau kepala regu
sebelum memulai pekerjaan dengan
Material
Disimpan ditempat dengan resiko
kerusakan atau kelembaban lebih
kecil, seperti : Gudang bahan baku
yang steril dan terjaga temperatur
ruangnya, hal ini dilakukan agar
material XLPE maupun PE MB Black
yang akan dipakai untuk proses
isolasi tidak rusak, gumpal atau
lembab yang diakibatkan kemasan
material
tersebut
rusak
dan
terkontaminasi air.
Machine
a. Untuk mengatasi kotoran atau
gumpalan material yang terbawa
proses dikarenakan mesin tidak
mempunyai mesh screen yang
berfungsi sebagai penyaring (filter)
dari kotoran atau gumpalan material,
maka hal yang harus dilakukan
adalah menggunakan mesin ekstrusi
lain yang mempunyai mesh screen
untuk proses kabel jenis ini.
b. Mengganti monitor (display) mesin
801 yang rusak dengan monitor baru
untuk menghindari pembacaan yang
salah pada saat setting awal proses
mesin.
Method.
a. Memperbaiki alat spark tester dan
memasangnya di mesin ekstrusi 801
sehingga kebocoran proses isolasi
pada saat proses dilakukan dapat
terdeteksi sejak awal.
Fungsi spark tester : Mendeteksi
logam ( jika terjadi kebocoran pada
isolasi, penghantar logam aluminum
dapat langsung terdeteksi) yang
ditandai dengan bunyi atau alarm.
c. Menurunkan
temperatur
zone
pressured sebesar 5C pada zone 5,
6 dan zone 7, karena pada zone ini
temperatur
yang
digunakan
dimungkinkan masih terlalu tinggi,
diturunkannya temperatur pada zone
ini agar tidak terjadi panas yang
berlebih (over heating) terhadap
material yang diproses, sehingga
11
Perbaikan
dengan
Metode
Pertama ( 1 )
Dari
hasil
Brainstorming
pertama
selanjutnya dilakukan perbaikan dengan
metode : Menurunkan temperature zone
pressured sebesar 5C di zone 5, 6 dan 7
dan juga melaksanakan cleaning screw Xhead pada mesin 801 sebelum mesin
digunakan kembali untuk proses isolasi
kabel yang sama, yaitu proses isolasi
untuk kabel listrik pilin udara NFA2X 2x10
mm 0.6/1 kV. Dari Check Sheet data hasil
pengujian di dapatkan hasil startifikasi
sebagai berikut.
12
berikut.
Dari
hasil
perbaikan
yang
dilakukan dengan kedua metode tersebut
(kesatu dan kedua), dapat disimpulkan
bahwa metode yang dilakukan pada tahap
pertama
lebih
efektif
dibandingkan
perbaikan dengan menggunakan metode
kedua. Hal ini sekaligus mengindikasikan
bahwa faktor dominan penyebab defect
(kegagalan / kerusakan) pada kabel listrik
pilin udara NFA2X 2x10 mm 0.6/1 kV
adalah benar diakibatkan karena tingginya
temperature zone pressured pada zone 5,
6 dan 7 dan juga sistem cleaning screw
yang selama ini tidak berjalan dengan
baik.
Evaluasi
Repair
Hasil
Ditinjau
dari
Biaya
14
15
KESIMPULAN
a. Faktor-faktor penyebab terjadinya gagal
uji tegangan tembus (breakdown
voltage) pada kabel listrik pilin udara
NFA2X 2x10 mm 0.6/1 kV berasal dari
faktor :
- Manusia (Man), yaitu cleaning screw
X-head tidak konsisten, tidak
dilakukan
pengecekan
sistem
pendinginan screw, drying bin tidak
difungsikan dan keterampilan serta
kepedulian operator yang minim.
- Bahan baku (Material), yaitu material
lembab.
- Mesin (Machine), yaitu mesin yang
dipakai tidak mempunyai mesh
screen dan kondisi monitor yang
sudah tidak terbaca/rusak.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Juita. 2005. Evaluasi
Pengendalian Kualitas Total Produk
Pakaian Wanita Pada Perusahaan
Konveksi. Jurnal Ventura, Vol. 8, No.
1, April 2005.
Al Fakhri, Faiz. 2010 Analisis
Pengendalian Kualitas Produksi di
PT.
Masscom
Graphy
dalam
Mengendalikan Tingkat Kerusakan
Produk Menggunakan Alat Bantu
Statistik Diakses tanggal 21 Februari
2013. dari www.google.com Fak.
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality
Management. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Handayani,
Poppy.
2012.
MENURUNKAN
BIAYA
REPAIR
DENGAN MENGURANGI DEFECT
UNIT
PROSES
PAINTING
MENGGUNAKAN METODA PDCA 8
LANGKAH
PADA
PT.
ASTRA
DAIHATSU MOTOR Diakses tanggal
8 Mei 2013.
Hatani,
La.
2008.
Manajemen
Pengendalian Mutu Produksi Roti
Melalui
Pendekatan
Statistical
Quality Control (SQC). Diakses 21
Februari
2013,
dari
www.google.com/Jurusan Manajemen
FE Unhalu.
Kuswadi Erna Mutiara ( 2004 ), Delta
Delapan Langkah & Tujuh Alat
17
tools-yang-digunakan-untukpengendalian-kualitas-quality-control/
Diakses tanggal 4 Maret 2013.
http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?optio
n=com_content&view=article&id=972:p
engendaliankualitas&catid=25:industri&Itemid=14En
siklopedia/ Pengendalian Kualitas /
Tuesday, 28 February 2012 /sumber
Diakses tanggal 4 Maret 2013
http://eskampiun.wordpress.com/2012/06/
18/siklus-pdca/SUMBER : PDCA Cycle
Model
mencari
Akar
MasalahIkhtisar.com_Manajemen,
Kepemimpinan,
Pengembangan
Diri.htm. Diakses tanggal 20 Maret
2013
http://qccindonesia.files.wordpress.com/20
09/10/pdca.jpg?w=460 Diakses tanggal
20 Maret 2013
www.google.com : PDCA /Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Diakses 4 April 2013
18