Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Efektifitas Pijat Oksitosin Terhadap Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post

Partum Normal Di Bidan Praktek Swasta Rita Kota Bukittinggi


Tahun 2016
Trivhany Sagita

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi


Email : trivhanysagita@gmail.com

ABSTRACT
This research is motivatedbypost partummaternalmortalityhas increaseddue
topostpartum hemorrhage. Efforts to preventmaternalpostpartumhemorrhagecan be doneby
improving theuterine contractions, one wayoxytocinmassage. Massageoxytocinisan act
ofmassagingthe spinalnervesfrom5-6until thescapulathatwillaccelerate the work ofthe
parasympathetictoconveycommands tothe back of thebrainso thatoxytocinout. The
purposeof this studytolook at the effectivenessof massageoxytocinin the motherpost
partumnormalinprivate practicebianRitaBukittinggiin 2016.This research is a Quasi
Experiment with the study design Test Pre and Post Test Two Group Design, this design
where the experimental group compared with the control group. In this study, samples were
taken using purposive sampling method with sample number 5 to the experimental group
and 5 to the control group.Data retrieved by using observation guide for both groups,
conducted from December 2015 - January 2016. Data processing was performed using
SPSS to determine the difference in value of each variable dependent and independent T
test. From the results of this study, the average respondent groups of experimental value of
3.00, while the average value of the control group was 8.00. There is an average difference
between the experimental group and control group, while the p value = 0.007. Means there
is a high effectiveness of massage oxytocin on the uterine fundus.From the above results it
can be concluded that the implementation of oxytocin massage effect on the uterine fundus
normal post partum mothers in BPS Rita Bukittinggi. To the officer to be able to provide
information and support to mothers postpartum normal to perform a massage oxytocin.
Key Word

: OxytocinMassage, Uterine Size, Post Partum Mother

1. PENDAHULUAN

Kesehatan ibu merupakan


salah satu perhatian dari World Healt
Organization (WHO) karena angka
kematian ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator utama derajat kesehatan
suatu negara. Tahun 2012, sebanyak
99 % kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran.(WHO,
2012)
WHO
mendefinisikan
perdarahan
postpartum
sebagai
perdarahan yang melebihi 500 ml
dalam 24 jam setelah bayi lahir,
namun secara praktis hal ini tidak
dapat digunakan sebagai standar
penilaian karena sering pasien datang

dalam kondisi secara klinik presyok


atau syok. Perdarahan dapat terjadi
segera setelah bayi lahir, selama
pelepasan dan setelah plasenta lahir.
Berdasarkan
waktu
terjadinya
perdarahan
postpartum
dapat
dibedakan
menjadi
2,
yaitu
perdarahan postpartum primer (terjadi
dalam 24 jam setelah bayi lahir) dan
perdarahan postpartum sekunder
(terjadi setelah 24 jam setelah bayi
lahir) (Saifudin et al.,2007)
Berdasarkan
data
Dinas
Kesehatan Kota Bukittingi angka
kematian ibu pada tahun 2014 sebanyak 1
orang dan pada tahun 2015 angka
kematian ibu sangat meningkat yaitu 7

orang diantaranya 29% HPP, 15%


gangguan ginjal, 14% akibat inversio
uteri, 14% gangguan hepar, 14%
gangguan paru dan 14% Susp DBD.
Perdarahan
post
partum
merupakan penyebab kematian maternal
terbanyak. Walaupun angka kematian
maternal telah turun secara drastis di
Negaranegara berkembang, perdarahan
post partum tetap merupakan penyebab
kematian maternal terbanyak dimanamana (Taufan,2010). Depkes, RI (2000)
proses involusi yang tidak ada merupakan
salah satu jenis komplikasi persalinan
yang mengancam jiwa ibu atau janin,
karena merupakan gangguan sebagai
akibat langsung dari kehamilan dan
persalinan yang merupakan salah satu
terjadinya perdarahan post partum
(Hamranani, 2010).
Diperkirakan 60% kematian ibu
terjadi setelah kehamilan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalan 24 jam
pertama (Depkes Ri,2012). Berdasarkan
penyebab terjadinya perdarahan adalah
Antonia uteri (50-60%), retensio plasenta
(16-17%), sisa plasenta (23-24%),
laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah
(0,5-0,8%). Faktor predisposisi terjadinya
Antonia uteri adalah uterus tidak
berkontraksi, lembek, terlalu regang dan
besar , kelainan pada uterus seperti
mioma uteri dan selusio plasenta (Depkes
Ri,2012).
Involusi merupakan suatu proses
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan berat 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir kala 3 persalinan, uterus berada di
garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilicus dengan bagian fundus berdasar
pada promontorium sakrali. Dengan besar
uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
dengan
berat
1000
gram
(Bahiyatun,2009)
Proses pemulihan kesehatan pada
masa nifas merupakan hal yang sangat
penting bagi ibu setelah melahirkan.
Sebab selama masa kehamilan dan
persalinan telah terjadi perubahan fisik
dan pisikis. Perubahan fisik meliputi
ligament ligament bersifat lembut dan
kendor otot- otot teregang, uterus

membesar, postur tubuh berubah menjadi


kompensasi terhadap perubahan berat
badan pada masa hamil. Serta terjadi
bendungan
pada
tungkai
bawah
(Sarwono, 2002).
Upaya pencegahan perdarahan
post partum dapat dilakukan semenjak
persalinan kala 3 dan 4 dengan pemberian
oksitoksin. Hormon oksitoksin sangat
berperan dalam proses involusi uterus.
Proses involusi akan berjalan dengan
bagus jika kontraksi uterus kuat sehingga
harus
dilakukan
tindakan
untuk
memperbaiki
kontraksi
uterus
(Seminem,2009).
Upaya
untuk
mengendalikan terjadinya perdarahan dari
tempat plasenta dengan memperbaiki
kontraksi dan retraksi serat myometrium
yang kuat dengan pijatan oksitoksin. Oleh
karena itu upaya untuk mempertahankan
kontraksi uterus melalui pijatan untuk
merangsang
keluarnya
hormone
oksitoksin merupakan bagian penting dari
perawatan post partum (Bobak,Jensen
,2005 ).
Oksitosin dapat diperoleh dengan
berbagai cara baik melalui oral, intranasal, intra-muscular, maupun dengan
cara
pemijatan yang
merangsang
keluarnya
hormon
oksitosin.
Sebagaimana ditulis Lun, et al dalam
European Journal of Neuroscience,
bahwa perawatan pemijatan berulang bisa
meningkatkan produksi hormon oksitosin.
Efek dari pijat oksitosin itu sendiri bisa
dilihat reaksinya setelah 6-12 jam
pemijatan. Pijat oksitosin adalah suatu
tindakan pemijatan tulang belakang mulai
dari nervus ke 5 6 sampai scapula yang
akan mempercepat kerja saraf para
simpatis untuk menyampaikan perintah
ke otak bagian belakang sehingga
oksitoksin keluar ( Suherni, 2008) .
Melalui pijatan atau rangsangan ada
tulang belakang neuro transmitter akan
merangsang medulla oblongata langsung
mengirim pesan ke hypotahalamus di
hypofise posterior untuk mengeluarkan
oksitoksin.
2. KAJIAN LITERATUR
Pada akhir kala III persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2
cm di bawah umbilicus dengan bagian
fundus bersandar pada promontorium

sakralis. Pada saat ini besar uterus kirakira sama dengan besar uterus sewaktu
usia kehamilan 16 minggu dengan berat
1000 gram. Dalam waktu 12 jam, tinggi
fundus mencapai kurang lebih 1 cm di
atas umbilikus. Dalam beberapa hari
kemudian,
perubahan
involusi
berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam pada hari
pasca parum ke enam fundus normal akan
berada di pertengahan antara umbilikus
dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa di
palpasi pada abdomen pada hari ke 9
pascapartum. Peningkatan kadar estrogen
dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan uterus selama masa hamil.
Pertumbuhan uterus pada masa prenatal
tergantung pada hyperplasia, peningkatan
jumlah sel otot dan hipertropi, yaitu
pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada
masa post partum penurunan kadar
hormon-hormon
ini
menyebabkan
terjadinya Autolisis, perusakan secara
langsung jaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang
terbentuk selama masa hamil menetap. Ini
lah yang menyebabkan ukuran uterus
sedikit lebih besar setelah hamil
(Ambarwati & Wulandari 2010,p.73)
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
daerah tulang belakang leher, punggung
atau sepanjang tulang belakang (
vertebrae ) sampai tulang costa ke lima
sampai ke enam. Pijatan ini berfungsi
untuk meningkatkan hormon oksitosin
yang dapat menenangkan ibu, sehingga
ASI pun otomatis keluar (Depkes RI,
2007)
Manfaat dari pelaksanaan pijat
oksitoxin adalah mencegah terjadinya
perdarahan postpartum, mempercepat
involusi,
meningkatkan
ASI,
memperlancar ASI, pijatan oksitosin
dapat merangsang hipofisis anterior dan
posterior untuk mengeluarkan hormon
oksitosin. Hormon oksitosin akan
memicu kontraksi otot polos pada uterus
sehingga akan terjadi involusi uterus,
sedangkan tanda jika ada reflek oksitosin
adalah dengan adanya rasa nyeri karena
kontraksi uterus. (Cuningham 2006 ;
Khairani,p.9).
Patofisiologi
pijat
oksitoxin
terhadap proses involusi pada ibu

postpartum adalah adanya efek fisiologis


dari pijat oksitosin dengan merangsang
kontraksi otot polos uterus baik pada
proses saat persalinan maupun setelah
persalinan sehingga bisa mempercepat
proses involusi uterus
3. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian Quasi Eksperimen dengan
rancangan penelitian yang digunakan
adalah Pre Test dan Post Test Two Group
Design. Pengukuran dalam desain ini
kelompok eksperimen di beri pelakuan
dan kelompok kontrol tidak diberi
perlakuan.Penelitian initelah dilaksanakan
di Bidan Praktek Swasta Bukittinggi.
Pada bulan Desember 2015 Januari
2016. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu postpartum normal primapara,
teknik pengambilan sampel berjenis non
probability
sampling
dengan
menggunakan teknik purposive sampling
adalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti ( tujuan/masalah dalam penelitian
) sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang
telah dikenal sebelumnya. Sampel pada
penelitian ini adalah ibu yang partus di
bulan Desember 2015 di Bidan Praktek
Mandiri Rita di Bukittinggi tahun 2015.
Sampel yang akan di ambil 10 orang,
dengan 5 kelompok eksperimen dan 5
kelompok kontrol. C
Cara pengumpulan data
Kelompok Eksperimen
a. Memilih responden sesuai dengan
criteria inklusi
b. Menjelaskna maksud dan tujuan dari
penelitian
c. Meminta persetujuan responden
dengan memberikan informed
d. Melakukan pengkajian sebelum
memberikan pijat oksitosin yaitu
dengan
melihat
apakah
ada
komplikasi pasca persalinan
e. Melakukan
pengukuran
tinggi
fundus uteri sebelum dilakukan pijat
oksitosin
f. Memberikan
panduan
untuk
melakukan pijat oksitosin dan
melakukannya 2 3 menit

g. Mencatat data yang didapat dalam


lembar observasi, selama 3 hari
berturut-turut pada jam yang sama.
h. Melakukan analisa data.
Kelompok Kontrol
a. Tidak dilakukan pijat oksitosin
b. Pengukuran tinggi fundus uteri di
ukur pada hari yang sama pada
kelompok eksperimen
Data yang diperoleh dianalisa
menjadi analisa univariat untuk melihat
distribusi pada masingmasing kelompok

dan analisa bivariatuntuk melihat


perbedaan tinggi fundus uteri dengan ibu
yang diberi perlakuan dengan ibu yang
tidak diberi perlakuan. Untuk mengetahui
nilai tersebut digunakan uji dua mean (uji
T) independen dan dependendengan
tingkat kemaknaan = 0,05, uji T
dilakukan untuk melihat membedakan
dua kelompok, dimana kelompok tersebut
diberi perlakuan dan tidak diberi
perlakuan.

Tabel 1 (Defenisi Operasional)


No

Variable
Independen
Pijat
oksitosin

Tinggi
Fundus uteri

Defenisi
operasional
Jumlah tahun hidup
pasien sampai saat
melahirkan
kehamilaPijat daerah
tulang belakang
leher dari tulang
costa ke lima sampai
ke enam. Pemijatan
dilakukan 2 jam post
partum 2-3 menit
selama 3 hari dan
pada hari berikutnya
dilakukan pada jam
yang sama

Alat
Ukur
Tangan,
Oil dan
timer

Cara
Hasil
Pengukuran
ukur
Perlakuan
a. Dilak
ukan
b. Tidak
dilak
ukan

Penurunan fundus
uteri selama 3 hari
post partum setelah
dilakukan pijat
oksitosin dengan
satuan centi meter

Penguku
ran
tinggi
fundus
uteri

Centimeter

a.

1 cm
/ hari

Skala
Ordina
l

Ordina
l

b. > 1
cm /
hari

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


I.

UNIVARIAT

Tabel 2. Distribusi Rata-rata Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum

Normal Sebelum di Berikan Pijat Oksitosin


Variabel

Mean

Min

Max

Pre-test

13,20

12

15

Standar
Deviasi
1,304

Dari tabel diatas hasil analisis


minimum 12 dan nilai maximum 15
didapatkan
rata-rata
sebelum
dengan
standar
deviasi
1,304
dilakukan pijat oksitosin 13,20, nilai
.
Tabel 3. Distribusi Rata-rata Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Normal Setelah di Berikan Pijat Oksitosin
Variabel

Mean

Min

Max

Post-test

6,20

Standar
Deviasi
1,095

Dari tabel diatas hasil analisis


dan nilai maximum 8 dengan standar
didapatkan rata-rata setelah dilakukan
deviasi 1,095.
pijat oksitosin 6,20 , nilai minimum 5
.
Tabel 4. Distribusi Rata-rata Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Normal Sebelum Tanpa di Berikan Pijat Oksitosin
Variabel

Mean

Min

Max

Pre-test

12,20

11

15

Standar
Deviasi
1,643

Dari tabel diatas hasil analisis


minimum 11 dan nilai maximum 15
didapatkan rata-rata sebelum tanpa
dengan standar deviasi 1,643.
dilakukan pijat oksitosin 12,20 , nilai
.
Tabel 5. Distribusi Rata-rata Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Normal Sesudah Tanpa di Berikan Pijat Oksitosin
Variabel

Mean

Min

Max

Post-test

12,00

11

15

Dari tabel diatas hasil analisis


didapatkan rata-rata setelah tanpa
dilakukan pijat oksitosin 12,00 , nilai
minimum 11 dan nilai maximum 15
dengan standar deviasi 1,732.
Tabel 2 menunjukan hasil
tinggi fundus uteri sebelum dilakukan
pijatan
oksitoxin,
menurut
asumsipeneliti sebelum dilakukan
pijat oksitosin dalam teorinya tinggi
fundus uteri setelah post partum 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian
kembali 1 cm di atas pusat dan
menurun kira-kira turun 1cm / hari.

Standar
Deviasi
1,732

Efek dari pijat oksitosin ini adalah


merangsang kontraksi otot polos
uterus baik setelah persalinan
sehingga bisa mempercepat proses
involusi uterus.
Tabel 3 menunjukan adanya
penurunan tinggi fundus uteri yang
cukup signifikan, hal ini diasumsikan
adanya efektifitas pijat oksitosin
terhadap penurunan tinggi fundus
uteri, karena melalui pijat oksitosin
dapat merangsang hipofisis anterior
dan posterior untuk mengeluarkan
hormone
oksitosin.
Hormone

oksitosin akan memicu kontraksi otot


polos pada uterus sehingga akan
terjadi involusi. Pada teorinya tingi
fundus uteri turun kira kira 1 cm
setiap hari, setelah dilakukan pijat
oksitosin ini ternyata jauh dari teori,
yaitu 3 6 cm terjadi penurunan
tinggi fundus uterinya.

Pada tabel 4 dan 5 masing


masing dapat dilihat juga bahwa
penurunan tinggi fundus uteri yang
dapat diasumsikan bahwa tetap terjadi
penurunan fundus uteri sesuai dengan
yang terjadi pada ibu post partum
biasanya.

II. BIVARIAT
Tabel 6. Distribusi Rata-rata Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Normal Sebelum dan Sesudah di Berikan Pijat Oksitosin
Variabel

Mean

Standar
Deviasi

Pre - Post
test

7,00

1,871

Std.
Error
Mean
0,837

Dari tabel diatas didapatkan


rata-rata tinggi fundus uteri pada
kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah diberikan pijat oksitosin
adalah 7,00 dengan standar deviasi
1,871 serta nilai sig nya 0,001 berarti
p < 0,05. Artinya ada perubahan yang
bermakna antara sebelum dan sesudah
dilakukan pijat oksitosin pada
kelompok eksperimen.
Penelitian ini juga diperkuat
oleh Fauziah H. Wada pada tahun
2014 yang berjudul pengaruh pijat
oksitosin terhadap involusi uterus
pada ibu post partum primigravida
yang
dilakukan
pada
RSUP
Panembahan
Senopati
Bantul
Yogyakarta, dengan menggunakan uji
paired t-testmenunjukkan perubahan
yang bermakna pada kelompok
intervensi dengan nilai signifikan
0,000 atau (p < 0,05)

95% Confidence
Of The Difference
Lower
Upper
4,677
9,323

Df

Sig. (2Tailed)

8,367

0,001

Menurut asumsi peneliti pijat


oksitosin ini sangat bagus dan berguna
untuk membantu atau mempercepat
proses involusi uterus. Karena peneliti
sendiri sudah mencobakan efektifitas
pijat oksitosin ini terhadap proses
involusi uterus. Hasil pengamatan
Involusi uterus pada hari pertama
sampai hari ketiga didapatkan involusi
uterus normal pada sebagian besar
kelompok dengan pijat dibandingkan
dengan
kelompok
tanpa
pijat
oksitosin. Data ini menunjukkan
bahwa tindakan pijat oksitosin perlu
dilakukan pada ibu post partum,
terutama pada hari 1-3 untuk
merangsang
keluarnya
hormon
oksitosin. Dan dari berbagai peneliti
lainnya juga ada pengaruhnya involusi
uterus dengan yang dilakukan pijat
oksitosin ini dengan yang tidak
dilakukan pijat oksitosin ini.

Tabel 7. Distribusi Rata-rata Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Normal Sebelum dan Sesudah Tanpa di Berikan Pijat Oksitosin
Variabel
Pre Post test

N
1
(Negative
Ranks)

Berdasarkan
tabel
diatas
diketahui bahwa dari 5 orang
responden hanya 1 orang yang
mengalami penurunan tinggi fundus
uteri sebelum dan setelah tanpa pijat
oksitosin, dengan mean rank 1,00.
Berdasarkan hasil analisis wilcoxon
didapatkan nilai Z = -1,000 untuk
tinggi fundus uteri serta nilai p =
0,317.
Artinya
tidak
terdapat
perbedaan yang bermakna antara
tinggi fundus uteri sebelum tanpa pijat
oksitosin dan sesudah tanpa pijat
oksitosin.
Penelitian ini juga diperkuat
oleh Fauziah H. Wada pada tahun
2014 yang berjudul tentang pengaruh
pijat oksitosin terhadap involusi uterus
pada ibu post partum primigravida
yang
dilakukan
pada
RSUP
Panembahan
Senopati
Bantul
Yogyakarta, dengan menggunakan uji

Mean Rank
1,00

Z score
-1,000

P
0,317

paired t-testpada kelompok kontrol


tidak memiliki perubahan yang
bermakna dengan nilai signifikan
0,865 atau (p > 0,05)
Menurut asumsi peneliti, 5
orang responden hanya 1 orang
responden yang mengalami involusi
uterus normal tanpa dipijat oksitosin
yang turun 1 cm sehari, 4 orang
responden yang tinggi fundus uterinya
sama pada hari 1 dan hari ke 3 tidak
ada perubahan.. Kondisi pada
responden yang mengalami penurunan
ini bisa terjadi karena ibu menyusui
dini setelah melahirkan. Hal tersebut
bisa
menyebabkan
terjadinya
kontraksi uterus sehingga proses
involusi uterus berlangsung normal,
sehingga menyusui dini merupakan
salah satu faktor pendukung terjadinya
involusi uterus karena dengan
memberikan ASI pada bayi.

Tabel 8. Perbedaan Rata-rata Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Normal yang Diberi Pijat Oksitosin dan Yang Tidak Diberi Pijat Oksitosin
Variabel

Mean Rank

Pijat Oksitosin

3,00

Tanpa Pijat Oksitosin

8,00

Z
score
-2677

Dari tabel di atas terlihat ratarata tinggi fundus uteri pada


kelompok eksperimen adalah 3,0
sedangkan pada kelompok kontrol
8,00. Berdasarkan dari analisis mannwhitney di dapatkan nilai Z = -2,677.
Hasil uji statistik didapatkan
perbedaan
tinggi
fundus uteri

P
0,007

(kelompok eksperimen dan kelompok


kontrol) dengan nilai p = 0,007
dimana masing-masing (2-tailed) <
0,05, maka dapat disimpulkan ada
perbedaan antara rata-rata kelompok
eksperimen yang diberikan pijat
oksitosin dengan kelompok kontrol
tanpa diberi pijat oksitosin.

Penelitian ini juga diperkuat


oleh Andeska Lisni pada tahun 2015
yang berjudul perbandingan senam
nifas dengan pijat oksitosin terhadap
involusi uteri pada ibu post partum,
pada kelompok dengan pijat oksitosin
dengan menggunakan uji Independen
t-testdengan nilai p.value nya 0,002
yang berarti p < 0,05.
Menurut
analisa
penelitiresponden yang dilakukn pijat
oksitosin mengatakan kepada peneliti,
bahwa mereka merasa senang dan
puas dengan apa yang peneliti
lakukan. Karena, terasa manfaatnya
bagi respon. Dan kepada responden
yang tidak mau peneliti lakukan pijat
oksitosin mereka malah menyesal dan
merasa rugi karena mereka menolak
untuk dilakukan pijat oksitosin ini.
Dengan demikian semakin jelaslah
bahwa pijat oksitosin betul-betul
memberikan manfaat untuk membatu
proses involusi. Adanya perbedaan
yang signifikan hasil antara kelompok
eksperimen yang diberikan pijat
oksitosin dengan kelompok kontrol
tanpa pijat oksitosin. Secara statistic
juga terdapat perbedaan penurunan
tinggi fundus uteri pada kelompok
eksperimen
maupun
kelompok
kontrol.Penelitian ini memperkuat
bahwa pijat oksitosin secara bermakna
mempengaruhi penurunan tinggi
fundus uteri pada ibu post partum
normal di BPS Rita bukittinggi tahun
2016.
6.REFERENSI
Ambarwati,
Eny
Retna.(2010).
Asuhan
Kebidanan
nifas
.Yogyakarta : Nuha Medika.
Bahiyatum . (2009).Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas Normal.
Jakarta. Buku Kedokteran :
EGC.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004).
Buku
Ajar
Keperawatan

5. KESIMPULAN

1. Rata-rata tinggi fundus uteri


sebelum diberikan pijat oksitosin
pada
kelompok
eksperimen
dengan mean = 13,20
2. Rata-rata tinggi fundus uteri
setelah diberikan pijat oksitosin
pada
kelompok
eksperimen
dengan mean = 6,20
3. Rata-rata tinggi fundus uteri
sebelum tanpa diberikan pijat
oksitosin pada kelompok kontrol
dengan mean = 12,20
4. Rata-rata tinggi fundus uteri
setelah tanpa diberikan pijat
oksitosin pada kelompok kontrol
dengan mean = 12,00
5. Rata-rata tinggi fundus uteri
sebelum dan sesudah diberikan
pijat oksitosin pada kelompok
eksperimen dengan mean 7,00
6. Rata-rata tinggi fundus uteri
sebelum tanpa diberikan pijat
oksitosin dan setelah
tanpa
diberikan pijat oksitosin pada
kelompok kontrol, hanya 1 orang
yang mengalami penurunan tinggi
fundus uteri sebelum dan setelah
tanpa pijat oksitosin, dengan
mean rank 1,00. Berdasarkan
hasil
analisis
wilcoxon
didapatkan nilai Z = -1,000
untuk tinggi fundus uteri serta
nilai p = 0,317
Maternitas. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Coat J, Melyn D. (2010). Anatomi
fisiologi untuk bidan.Jakarta
:EGC.
Dewi, Vivian Nanny Lia dan Tri
sunarsih.
(2011).
Asuhan
Kebidanan
Ibu
Nifas.Jakarta.Salemba Medika.
Desi
Liana.Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Penurunan
Tinggi Fundus Uteri pada Post

Partum di Rumah Sakit Umum


dr.Zainoein Abidin Banda
Aceh.stikes
ubiah
Banda
Aceh.
Frase, Diane, M, dkk. (2011). Buku
Saku
Praktik
Klinik
Kebidanan. Jakarta : EGC
Fraser, Diane, M, dkk. Buku Ajar
Bidan. Edisi 14. Jakarta :
EGC.
Ismail,dkk.
(2011).
Pendidikan
Kesehatan
Dalam
Keperawatan
Maternitas.Jakarta: CV.Trans
Info Media.
Leneno, Kenneth J, dkk. (2009).
Obstetri Williams Panduan
Ringkas. Edisi 21. Jakarta :
EGC.
Leli, Maria, Wiwi. Pengaruh Pijat
Oksitoksin
Terhadap
Involusiuterus pada Ibu Post
Partum RSHSN Bandung.
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Pajajaran.
M, Leach, Richard, dan M, Wiener,
Charles. (2007). At a Glance
Sistem Endokrin. Edisi 2.
Jakarta : Erlangga.
Martin, dkk. (2002). Keperawatan
Maternitas
Kesehatan
Wanita,Bayi dan Keluarga.
Edisi 18. Vol 2. Jakarta : EGC.
Maharani. Pengaruh Pijat Oksitoksin
Terhadap Involusi Uterus Pada
Ibu Post partum dengan

Persalinan Lama Di rumah


sakit Wilayah Kelaten.
Nursalam. (2011) Konsep dan
Penerapan
Metodologi
penelitian
Ilmu
Keperawatan.Jakarta: Medika
Salemba.
Nugroho, Taufan. (2010). Buku Ajar
Obstetri untuk Mahasiswa
Kebidanan.Yogyakarta : Mutia
Medika.
Prawihardjo, Sarwono. (2010). Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo.
Rahmawati, Eni Nur. Ilmu Praktis
Kebidanan. Jakarta : Victory
Inti Cipta.
Saminem. (2009) Seri Asuhan
Kebidanan Kehamilan normal.
Jakarta : EGC.
Sulistyawati, Ari.(2009). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan dan Nifas
.Yogyakarta : C.V Andi
Offset.
Sumanti, Arif. (2011) Metodelogi
Penelitian Kesehatan.Jakarta:
Kencana.
Siti, Imas. Pengaruh pijat Oksitoksin
Terhadap
Pengeluaran
Kolostrum di Rumah Sakit
Muhammadiah
Bandung.Stikes
Jendral A.
Yani Cimahi
Varney, Helen,dkk. (2007). Buku
Ajar Sauhan Kebidanan. Edisi
4. Volume 2. Jakarta : EGC.

You might also like