Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

SUBTITUSI TEPUNG PISANG AWAK (Musa paradisiaca var Awak) DAN

IKAN LELE DUMBO (Clariasis garipinus) DALAM PEMBUATAN BISKUIT


SERTA UJI DAYA TERIMANYA
Rini Puspa Sari 1, Jumirah 2, Fitri Ardiani 2
1
Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,
Medan
2
Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU, Medan

ABSTRAK
Banana awak ripe flour (Musa paradisiaca var. Awak) and dumbo catfish
(Clarias Garapinus) can be processed into biscuit. Biscuit is one of additional food that
can full fill the needs of toddler nutrient. Biscuits had sweet taste and interesting shape.
This research purpose to determine the acceptability test and nutritional content of
biscuits substitution banana awak flour and dumbo catfish.
The type of research was an experiment conducted by completely randomized
design using two factors and with three treatments, the treatmens are the addition of
banana awak flour and dumbo catfish with treatments 25%:35%,35%:25%,and
30%:30%. The acceptability biscuit substitution banana awak and dumbo catfish by
30 mothers and toddler in Posyandu Perumnas Simalingkar district of Medan
Tuntungan, nutrient analysis was tested in laboratory of industrial research and
standarization Agency Medan.
The results organoleptic test based on color, aroma, flavor, and texture biscuit
by thirty mothers panelist showed the most preferred are biscuit mixture of banana
awak flour 30% and dumbo catfish 30%. Acceptability of toddler showed that three
treatments have been preferred by toddlers. The result of nutrional content analysis
showed that three treatments has content of carbohydrates 67,74%, 71,77%, 69,69%,
content of protein 12,00%, 9,01%, 10,25% and fat 14,15%, 13,00%, 13,70%.
It is recommended for people to take subtitution of banana awak ripe flour and
african catfish biscuit as alternative additional food for todder.
Keywords : Banana Awak African Catfish, Biscuit, Acceptability

PENDAHULUAN
Mutu gizi makanan seseorang
dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi
makanan beranekaragam yang dapat
memberikan sumber zat gizi yang
cukup bagi tubuh, dengan adanya
program penganekaragaman pangan
merupakan cara yang penting untuk

meningkatkan komsumsi zat gizi yang


mencukupi pada tingkat daerah
pedesaan, regional dan nasional.
Salah satu masalah gizi di
Indonesi adalah gizi kurang yang
disebabkan rendahnya asupan energi
dan protein dalam makanan sehari hari

sehingga tidak memenuhi angka


kecukupan gizi (AKG). Peningkatan
masalah gizi kemungkinan disebabkan
oleh asupan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan balita baik zat gizi makro
maupun zat gizi mikro. Semakin
meningkat usia balita maka semakin
meningkat pula kebutuhan zat-zat
gizinya.
Salah
satu
upaya
untuk
memperbaiki asupan zat gizi pada balita
melalui pemberian makanan tambahan
yaitu biskuit yang merupakan makanan
yang disenangi balita karena memiliki
variasi bentuk yang menarik dan rasa
yang manis. Jajanan sehat seperti
biskuit dengan penambahan beberapa
jenis bahan makanan yang mengandung
zat gizi yang tinggi sangat tepat
dijadikan sebagai tambahan makanan.
Pertimbangannya
balita
telah
dikategorikan mampu mengkonsumsi
makanan padat yang memiliki tekstur
renyah dan memiliki varian rasa.
Disamping itu sistem pencernaan yang
telah mampu mencerna makanan padat
dan gigi yang mulai tumbuh.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Rohimah (2013), aplikasi penggunaan
tepung labu kuning dan ikan lele dalam
pembuatan biskuit dengan penambahan
tepung labu kuning 20%,30%,40% dan
tepung ikan lele 20%,30%,40% mampu
meningkatkan
kandungan
protein,
vitamin C dan mineral dalam biskuit.
Hasil
penelitian Febrina (2012),
penambahan tepung wortel dalam
pembuatan biskuit sebanyak 5%, 15%,
dan 25% terbukti dapat meningkatkan
kandungan vitamin A. Selain itu, hasil
penelitian Melisa (2013), pembuatan
biskuit dengan penambahan tepung bit
merah dan hasil parutan bit merah
dengan perbandingan 20% dapat
menigkatkan kandungan zat gizi seperti
vitamin A, B, C dan zat besi.
Pisang awak (Musa paradisiacal
var. Awak) merupakan salah satu buah

yang memiliki banyak manfaat dan


mudah dikenali karena bentuknya yang
khas dan memiliki warna cerah. Pisang
awak yang matang memiliki tekstur
yang lembut dan berasa manis.
Kandungan gizinya yang baik terutama
karbohidrat dalam bentuk gula, kalium,
vitamin A, dan vitamin B6. Pisang
Awak yang telah dibuat menjadi tepung
dapat dijadikan bahan tambahan dalam
pembuatan
biskuit.
Untuk
meningkatkan kandungan zat gizi pada
biskuit dapat ditambahkan ikan lele
dumbo pada proses pembuatannya.
Tujuan menggunakan pisang awak dan
ikan lele dumbo sebagai bahan
tambahan pembuatan biskuit adalalah
karena pisang awak dan ikan lele
dumbo merupakan pangan lokal yang
mudah didapat dan harnganya yang
murah.
Ikan lele adalah salah satu ikan air
tawar yang paling banyak diminati serta
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
dari berbagai lapisan. Harganya yang
terjangkau
membuat
ikan
lele
terdistribusi secara merata hampir di
seluruh pelosok tanah air. Salah satu
jenis ikan lele yang populer di
masyarakat adalah lele dumbo (Clarias
gariepinus). Menurut Azhar (2006),
ikan lele adalah salah satu ikan air tawar
yang paling banyak diminati serta
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
dari berbagai lapisan. Harganya yang
terjangkau
membuat
ikan
lele
terdistribusi secara merata hampir di
seluruh pelosok tanah air. Salah satu
jenis ikan lele yang populer di
masyarakat adalah lele dumbo (Clarias
gariepinus). Lele dumbo memiliki
berbagai kelebihan sehingga lele dumbo
termasuk ikan yang paling mudah
diterima masyarakat. Kelebihan tersebut
diantaranya adalah pertumbuhannya
cepat, memiliki kemampuan beradaptasi
terhadap lingkungan yang tinggi,

rasanya enak dan kandungan gizinya


cukup tinggi.
Ikan lele mempunyai nilai protein
yang sangat tinggi. Protein ikan adalah
protein yang istimewa karena bukan
hanya berfungsi sebagai penambah
jumlah protein yang dikonsumsi, tetapi
juga sebagai pelengkap mutu protein
dalam menu makanan. Ikan lele
mempunyai kandungan protein sekitar
17,7%, lemak 4,8%, air 1,2%, dan
karbohidrat sebanyak 76% (Astawan,
2008).
Menurut SNI (1992), biskuit
merupakan jenis kue kering yang dibuat
dari adonan keras, berbentuk pipih, bila
dipatahkan penampang potongannya
bertekstur padat, dapat berkadar lemak
tinggi atau rendah. Konsumsi rata-rata
kue kering di kota dan di pedesaan di
Indonesia 0,40 kg/kapita/tahun. Secara
umum bahan pembuatan biskuit
biasanya dibuat dari tepung terigu.
Biskuit mengandung zat gizi makro
seperti karbohidrat, protein dan lemak
dan sedikit mengandung zat gizi lainnya
seperti zat fosfor, kalsium dan zat besi.
Oleh karena itu, melalui penambahan
tepung pisang awak dan ikan lele dalam
pembuatan biskuit dapat mengurangi
pemakaian
tepung
terigu
dan
meningkatkan kandungan gizi.
Proses produksi makanan seperti
biskuit cukup sederhana dengan bahan
baku yang terdapat di Indonesia. Pada
penelitian ini akan dilakukan pembuatan
biskuit dengan penambahan tepung
pisang awak dan ikan lele dumbo
dengan tiga perbandingan sebesar
30%:30%, 35%:20%, 25%:35% dari
berat tepung terigu dimana biskuit akan
menghasilkan
kepadatan
dan
kerenyahan yang baik. Pengenalan
penggunaan tepung pisang awak dan
ikan lele dumbo kepada masyarakat
akan lebih efektif bila diterapkan
sebagai bahan baku atau tambahan
dalam pembuatan makanan yang sudah

dikenal oleh masyarakat, salah satunya


adalah
biskuit.
Dalam hal
ini,
penambahan tepung pisang awak dan ikan
lele dumbo merupakan salah satu bentuk
pengolahan makanan tambahan atau
jajanan yang dimana dapat memberi
sumbangan zat gizi yang dibutuhkan.
Biskuit merupakan salah satu
makanan pendamping yang dapat
mencukupi kebutuhan gizi balita.
Dengan alasan tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan
judul Subtitusi Tepung Pisang Awak
(Musa Paradisiaca Var Awak) dan Ikan
Lele Dumbo (Clarias Garipinus) Dalam
Pembuatan Biskuit Serta Uji Daya
Terima.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalalah
eksperimen, dengan menggunakan
rancangan penelitian acak lengkap yang
terdiri dua faktor yaitu tepung pisang
awak dan tepung ikan lele dumbo
dengan menggunakan 3 perlakuan,
dengan perbandingan tepung pisang
awak dan ikan lele dumbo 25% : 35%,
tepung pisang awak dan ikan lele
dumbo 35%:25%, dan tepung pisang
awak dan ikan lele dumbo 30%:30%.
Penelitian pembuatan biskuit
dilakukan di Laboratoriun FKM USU.
Pengujian zat gizi dilakukan di Balai
Riset dan Standarisasi Industri Medan.
Sedangkan pelaksanaan uji daya terima
dilakukan di posyandu Perumnas
Simalingkar
Kecamatan
Medan
Tuntungan. Penelitian ini dilakukan
pada bulan April sampai Agustus 2015.
Data yang dikumpulkan, diolah
secara manual. Hasil nilai rata-rata
dianalisis untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak dengan
menggunakan Uji Kesamaan Varians
(Uji Bartlet). Apabila data berdistribusi
normal maka dilanjutkan dengan
menggunakan Analisa Sidik Ragam.
Apabila data tidak berdistribusi normal

maka dilanjutkan dengan Uji Kruskal


Wallis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari ketiga perlakuan yang
berbeda
terhadap
biskuit
maka
dihasilkan biskuit yang berbeda. Biskuit
tepung pisang awak dan
kan lele
dumbo A1 berwarna coklat, aroma
pisang, rasa khas pisang dan ikan lele
dumbo, dan memiliki tekstur renyah.
Biskuit tepung pisang awak dan ikan
lele dumbo A2 berwarna colat, beraroma
pisang, rasa khas pisang, dan tekstur
sedikit keras. Biskuit dengan campuran
tepung pisang awak dan ikan lele
dumbo A3 berwarna coklat, beraroma
pisang, rasa khas pisang, dan memiliki
tekstur renyah.
Hasil Analisis Uji Organoleptik
Terhadap Warna Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
Hasil
analisis
organoleptik
warna biskuit dapat dilihat pada Tabel 1
berikut ini
Tabel 1.Hasil Analisis Uji Organoleptik Terha
dap Warna Biskuit Substitusi Tepung
Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo
A1
A2
A3
Kriteria
Warna
Panelis Skor Panelis Skor Panelis Skor
Suka
14 42
17 51
17 51
Kurang
15 30
12 24
12 24
suka
Tidak suka
1
1
1
1
1
1
Total
30 73
30 76
30 76
%
81,1
84,5
84,5

Berdasarkan tabel diatas dapat


dilihat total skor biskuit pada perlakuan
A2 dan A3 memiliki skor tertinggi 76
(84,5%). Berdasarkan uji Barlett maka
dapat diketahui bahwa varians data
populasi dimana sampel ditarik adalah
seragam (homogen) yaitu bh (0,999) >
bc (0,93) sehingga dapat dilanjutkan ke
Analisis Sidik Ragam

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam


Terhadap
Warna
Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan
Lele Dumbo
Sumber
perlakuan Galat
Total
Keragaman
Db
2
87
89
JK
0,2
26,3
26,5
KT
0,1
0,30
0,33
Fhitung
3,15
Ftabel
=0,05)
(
Keterangan Tidak Ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis uji


sidik ragam pada Tabel diatas dapat
dilihat bahwa nilai Fhitung (0,33) < Ftabel
(3,15). Hal ini berarti bahwa tidak ada
perbedaan terhadap rasa pada setiap
biskuit yang dihasilkan pada perlakuan
A1, A2 dan A3.
Hasil Analisis Uji Organoleptik
Terhadap Aroma Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
Hasil analisis organoleptik aroma
biskuit tepung pisang awak dan ikan
lele dumbo dapat dilihat pada Tabel 3
berikut ini
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Organoleptik
Terhadap Aroma Biskuit Substitus
TepungPisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
Kriteria
Warna

A1
A2
A3
Panelis Skor Panelis Skor Panelis Skor

Suka

18

54

Kurang
12
24
suka
Tidak suka 0
0
Total 30
78
%
86,7

2
2

66

20

60

16

10

20

0
30 82
91,1

0
30
80
88,9

Berdasarkan tabel diatas dapat


dilihat total skor biskuit pada perlakuan
A2 memiliki skor tertinggi yaitu 82
(91,1%). Dari uji Barlett maka dapat
diketahui bahwa varians data populasi
dimana sampel ditarik adalah seragam
(homogen) yaitu bh (0,994) < bc (0,93)

sehingga dapat dilanjutkan ke Analisis


Sidik Ragam.
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam
Terhadap
Aroma
Biskuit
Substitusi Tepung Pisang Awak
dan Ikan Lele Dumbo
Sumber
perlakuan Galat
Total
Keragaman
Db
2
87
89
JK
0,26
19,74
20
KT
0,13
0,23
0,56
Fhitung
3,15
Ftabel
(=0,05)
Keterangan Tidak Ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis uji sidik


ragam pada tabel diatas dapat dilihat
bahwa nilai Fhitung (0,56) < Ftabel (3,15).
Hal ini berarti bahwa tidak ada
perbedaan rasa pada setiap biskuit yang
dihasilkan pada perlakuan A1, A2 dan
A3.
Hasil Analisis Uji Organoleptik
Terhadap Rasa Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
Hasil analisis organoleptik rasa
biskuit tepung pisang awak dan ikan
lele dumbo dapat dilihat pada Tabel 5
berikut ini
Tabel 5. Hasil Analisis Uji Organoleptik
Terhadap Rasa Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan
Lele Dumbo
A1
A2
A3
Panelis SkorPanelis Skor Panelis Skor

Kriteria
Rasa
Suka
Kurang suka
Tidak suka
Total
%

10 30
18 36
2
2
30 68
75,5

23 69
7 14
0
0
30 83
92,3

22 66
8 16
0
0
30 82
91,1

Berdasarkan tabel diatas dapat


dilihat total skor biskuit pada perlakuan
A2 memiliki skor tertinggi 83(92,3%).
Dari uji Barlett maka dapat diketahui
bahwa varians data populasi dimana
sampel
ditarik
adalah
seragam

(homogen) yaitu
bh (0,966) > bc
(0,93) sehingga dapat dilanjutkan ke
Analisis Sidik Ragam.
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam
Terhadap Rasa Substitusi Tepung
Pisang Awak dan Ikan Lele Dumbo
Sumber
perlakuan Galat
Total
Keragaman
Db
2
87
89
JK
4,69
21,1
25,79
KT
2,345
0,24
9,77
Fhitung
3,15
Ftabel
=0,05)
(
Keterangan Ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis uji


sidik ragam pada tabel diatas dapat
dilihat bahwa nilai Fhitung (9,77) > Ftabel
(3,15). Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan rasa pada setiap biskuit yang
dihasilkan pada perlakuan A1, A2 dan
A3. Maka dapat dilanjutkan uji Ganda
Duncan.
Tabel

7. Hasil Uji Ganda Duncan


terhadap Rasa Biskuit

Perlakuan
Rata-rata
A2 A3= 2,8 2,7 =
0,1 < 0,25
A2 A1 = 2,8 2,3
= 0,5 > 0,27
A3 A1 = 2,7 2,3 =
0,4 > 0,25

A1
2,3

A3
2,7

A2
2,8
Jadi A2 =
A3
Jadi A2
A1
Jadi A3
A1

Berdasarkan Uji Duncan seperti


pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa tingkat kesukaan panelis
terhadap rasa biskuit A2 sama dengan
A3, namun biskuit A1 berbeda dengan
kedua biskuit lainnya. Hal ini berarti
bahwa rasa biskuit A2 dan A3 lebih
disukai daripada rasa biskuit A1 karena
biskuit A1 mempunyai penilaian yang
paling rendah (2,3) dimana semakin
rendah tingkat penilaian maka biskuit
akan kurang disukai.

Hasil Analisis Uji Organoleptik


Terhadap Tekstur Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo.
Hasil
analisis
organoleptik
tekstur biskuit tepung pisang awak dan
ikan lele dumbo dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Hasil
Analisis
Organoleptik
Terhadap Tekstur Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
A1
A2
A3
Kriteria
Warna
Panelis SkorPanelis Skor Panelis Skor
Suka
13 39 14 42 19 57
Kurang suka 17
34 15 30 11 22
Tidak suka
0
0
1
1
0
0
Total
30 73
30 73
30 79
%
81,1
81,1
87,7

Berdasarkan Tabel diatas dapat


dilihat total skor biskuit pada perlakuan
A3 memiliki skor tertinggi 79 (87,7%).
Dari uji Barlett maka dapat diketahui
bahwa varians data populasi dimana
sampel
ditarik
adalah
seragam
(homogen) yaitu
bh (0,99) > bc (0,93)
sehingga dapat dilanjutkan ke Analisis
Sidik Ragam.
Tabel 9. Hasil Analisis Uji Sidik Ragam
Terhadap Tekstur Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
Sumber
perlakuan Galat
Total
keragaman
Db
2
87
89
JK
0,8
23,7
24,5
KT
0,4
0,27
1,48
Fhitung
3,15
Ftabel
(=0,05)
Keterangan Tidak ada perbedaan

Berdasarkan hasil analisis uji


sidik ragam pada tabel diatas dapat
dilihat bahwa nilai Fhitung (1,48) < Ftabel
(3,15). Hal ini berarti bahwa tidak ada
perbedaan tekstur pada setiap biskuit

yang dihasilkan pada perlakuan A1, A2


dan A3.
Hasil Analisis Uji Kandungan
Karbohidrat, Protein, Lemak, Abu
dan Air pada Biskuit Substitusi
Tepung Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
Hasil
analisis
kandungan
karbohidrat, protein, lemak, abu dan air
pada biskuit tepung pisang awak dengan
tiga perlakuan dapat dilihat pada tabel
11 berikut ini.
Tabel 10. Kandungan Zat Gizi dalam 100
gram Biskuit Substitusi Tepung
Pisang Awak dan Ikan Lele
Dumbo
Zat Gizi
A1
A2
A3
Karbohidrat (gr) 67,74
71,77 69,69
Protein (gr)
12,00
9,01 10,25
Lemak (gr)
14,15
13,00 13,70
Kadar Air (gr)
4,51
4,44
4,52
Kadar Abu (gr)
1,96
1,78
1,84

Berdasarkan tabel diatas dapat


dilihat hasil dari kandungan gizi biskuit
menunjukkan kandungan karbohidrat
paling tinggi terdapat pada A2 yaitu
biskuit dengan substitusi tepung pisang
awak dan ikan lele dumbo 35%;25%
sebesar 71,77%. Kandungan protein
paling tinggi terdapat pada A1 yaitu
biskuit dengan substitusi tepung pisang
awak dan ikan lele dumbo 25% :35%
yaitu sebesar 12,00%. Kandungan
lemak paling tinggi terdapat pada A1
yaitu sebesar 14,15%.
Biskuit dengan tiga perlakuan
yaitu tepung pisang awak dan ikan lele
dumb A1, A2 dan A3 memiliki hasil
dari kandungan gizi yang menunjukkan
kandungan karbohidrat pada masingmasing perlakuan yaitu A1 (67,74), A2
(71,77) dan A3 (69,69). Kandungan
proteinnya
pada
masing-masing
perlakuan A1 (12,00), A2 (9,01) dan A3
(10,25). Kandungan lemak pada
masing-masing perlakuan A1 (14,15),

A2 (13,00), dan A3 (13,70). Kandungan


air pada masing-masing perlakuan A1
(4,51), A2 (4,44), dan A3 (4,52).
Sedangkan kandungan abunya A1
(1,96), A2 (1,78), dan A3 (1,84)
Kandungan karbohidrat paling
tinggi terdapat pada A3 yaitu dengan
kulit pisang raja dan gula pasir halus
(50%:50%)
sebesar
41,86%.
Kandungan kadar air paling tinggi
terdapat pada A1 yaitu selai kulit pisang
raja dan gula pasir (70%:30%) yaitu
sebesar 13,7%. Sedangkan pada A2
(60%:40%) terdapat kandungan gizi
diantara keduanya.
Balita dianjurkan mengkonsumsi
protein perharinya yaitu sebesar 35
gram perhari, karbohidrat sebesar 220
gram perhari, dan lemak sebesar 62
gram perhari
menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No.75 tentang
Angka
Kecukupan
Gizi
Yang
Dianjurkan Untuk Bangsa Indonesia.
Jika balita mengkonsumsi biskuit
sebanyak 24 gram perharinya, maka
diperkirakan
dapat
menyumbang
karbohidrat sebanyak 7,9%, 7,6% dan
7,4% dari kebutuhan karbohidrat yaitu
220 gram dan protein sebanyak 6,2%,
7% dan 8,2% dari kebutuhan protein
yaitu 35 gram per hari.
Dengan demikian biskuit dapat
dijadikan makanan selingan atau
cemilan pada balita karena telah
diperkaya akan protein yang baik bagi
tumbuh kembang pada anak.
KESIMPULAN
1.

2.

Penambahan tepung pisang awak


dan ikan lele dumbo pada biskuit
menunjukkan adanya perbedaan
berdasarkan
rasa,
sedangkan
indikator
berdasarkan
warna,
aroma, dan tektur tidak ada
perbedaan.
Berdasarkan uji daya terima panelis
ibu balita menunjukkan biskuit

3.

4.

campuran tepung pisang awak dan


ikan
lele
dumbo
dengan
perbandingan
35%:25%
yang
paling disukai.
Berdasarkan uji daya terima panelis
balita menunjukkan biskuit tepung
pisang awak dan ikan lele dumbo
disukai balita.
Kandungan gizi pada biskuit
substitusi tepung pisang awak dan
ikan lele dumbo memberikan
kontribusi karbohidrat sebesar
67,74%, 71,77%, 69,69%. Protein
sebesar 12,00%, 9,01%, 10,25%,
lemak sebesar 14,15%, 13,00%,
13,70%.

SARAN
1.

2.

Diharapkan ibu-ibu balita dapat


memanfaatkan biskuit berbahan
dasar tepung pisang awak dan ikan
lele dumbo ini sebagai alternatif
makanan tambahan untuk anak
balita sebagai upaya pencegahan
dan penanggulangan gizi kurang.
Jika ditinjau dari kandungan protein
biskuit tepung pisang awak dan
ikan lele dumbo, biskuit yang
memiliki komposisi ikan lele yang
lebih tinggi yaitu sebesar 35% lebih
disarankan agar dapat dikonsumsi
balita sebagai makanan tambahan
pencegahan terjadinya kejadian gizi
kurang karena memiliki kandunga
protein paling tinggi .

DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2008. Lele Bantu
Pertumbuhan
Janin.
http://wilystra2007.multiply.com
/62/Lele Pertumbuhan Janin (13
September 2008).

Azhar, TN, 2006. Rekayasa kadar


omega-3 pada ikan lele melalui
modifikasipakan.http://animaldi
versity.ummz.umich.edu/site/acc
ounts/information/Clarias_gariep
inus [13 September 2008].
Febrina,
Y,.
2012.
Pengaruh
Penambahan Tepung Wortel
Terhadap Daya Terima Dan
Kadar Vitamin A Pada Biskuit.
Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra
Utara, Medan.

Melisa,
W,.
2013.
Pengaruh
Penambahan Tepung Bit Merah
dan Hasil Parutan Bit Merah
dalam
Pembuatan
Biskuit
Terhadap Kandungan Gizi dan
Cita Rasanya. Skripsi Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatra Utara,
Medan
Rohimah, I., 2013. Analisis Energi
Protein Serta Uji Daya Terima
Tepung Labu Kuning dan Ikan
Lele. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra
Utara, Medan.

You might also like