Professional Documents
Culture Documents
E
E
The work-horse of the container handling industry is the Rubber Tired Gantry (RTG) crane. For over 50 years,
these heavy duty cranes have been a staple at ports worldwide. Typically powered by diesel engines, these
cranes require constant maintenance and fuel management to remain operational. In addition to costs, ports
have begun to feel the pressure to become more Green by local authorities and governments.
Significant additional weight and possibly mechanical structural modifications on the RTG
Cable alignment between RTG and container stack and additional cable protection to avoid damage
Additional measures have to be taken if a number of RTGs are to operate in any one lane
In response to these and other concerns, VAHLE engineers have developed our E-RTG program. This program
combines proven VAHLE electrification, data & positioning systems to offer ports a complete alternative to
traditional diesel generators. The key focus points of this program include safety and security, operational costs,
reliability, and environmental aspects.
Seamless synchronisation
Auto-steering system
Anti-collision system
Positioning system
TEMPO.CO, Surabaya: Program Tol Laut Presiden Joko Widodo selangkah lebih maju
usai terminal Teluk Lamong yang terletak di Surabaya, Jawa Timur resmi dioperasikan.
Teluk Lamong merupakan pelabuhan semiotomatis pertama dan ramah lingkungan di
Indonesia yang merupakan perluasan dari Pelabuhan Tanjung Perak yang mengalami
kelebihan kapasitas 2,1 juta TEUs. Nilai investasi pembangunannya mencapai Rp
4,1 triliun.
Pada tahap pertama pembangunan Terminal Teluk Lamong memiliki luas 40 hektar yang
dibangun sejak tahun 2010 dan selesai pada tahun 2014. Nantinya terminal ini akan
digunakan untuk melayani petikemas domestik, petikemas internasional, dan curah
kering dengan standar pangan. Teluk Lamong ditargetkan memiliki kapasitas 500 ribu
TEUs petikemas domestik dan 1 juta TEUs petikemas internasional.
Terminal Teluk Lamong disebut sebagai terminal tercanggih karena menggunakan
sistem operasi otomatis. Teluk Lamong tidak menggunakan Rubber Tyred Gantry
sebagai alat pemindah kontainer. Penggantinya adalah Automatic Stacking Crane yang
dapat mengefisiensi biaya dan tenaga kerja.
Selain ramah lingkungan, kapal-kapal yang akan merapat di Teluk Lamong dijanjikan tak
perlu antre alias zero waiting time karena telah didukung oleh Terminal Operating
System. Pelayanan yang diberikan di Teluk Lamong pun semakin didukung oleh
selesainya revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya. Hal ini diprediksi akan semakin
meningkatkan daya saing Indonesia sebagai negara maritim sekaligus menekan biaya
logistik dan transportasi.