Professional Documents
Culture Documents
New Nefro
New Nefro
New Nefro
RISET KUANTITATIF
Oleh :
FIORA LADESVITA
1406522954
Makalah ini adalah hasil karya sendiri berdasarkan dari literatur yang saya pelajari
dan bukan dari bagian makalah lain yang pernah saya kumpulkan. Bila
dikemudian hari ternyata terdapat unsur ketidakjujuran akademik, saya bersedia
menanggung sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Fiora Ladesvita
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri mini proposal
pada mata ajar Riset Kuantitatif. Makalah ini membahas tentang Pengaruh Latihan
Aerobik Intradialisis Terhadap Adekuasi Hemodialisa Pada Pasien Yang Mendapat
Terapi Hemodialisis di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
dukungan, dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Nani Nurhaeni, SKp., MN selaku
Koordinator Mata Ajar Riset Kuantitatif dan seluruh Dosen pengajar Riset
Kuantitaf atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis dalam menyusun mini
proposal ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan
saran yang sifatnya membangun akan sangat penulis hargai dalam upaya
penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini akan
memberikan wawasan baru serta dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
(dua) jenis terapi penggantian ginjal yaitu dialisis dan transplantasi ginjal. Terapi
penggantian ginjal jenis dialisis terdiri dari terapi hemodialisis (HD) dan terapi
peritoneal dialisis. Pada hemodialisis, darah klien yang mengandung toksin dialihkan
ke dialiser, dibersihkan, dan kemudian dikembalikan ke tubuh klien. Sedangkan
peritoneal dyalisis adalah metode cuci darah dengan bantuan membran peritoneum
(selaput rongga perut), dan darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan
dan disaring oleh mesin dialysis. (Black & Hawk, 2014). Terapi penggantian ginjal
jenis HD lebih banyak dipilih dibandingkan dengan terapi peritoneal dialisis karena
proses yang lebih cepat dan lebih efisien terhadap pengeluaran zat-zat racun.
Prevalensi penggunaan terapi hemodialisis di dunia menurut The United States Renal
Data System (USRDDS) pada tahun 2012 yaitu berkisar 25%-50% antara tahun 20052012 dan di Amerika Serikat, angka penggunaan terapi hemodialisis pada pasien
ESRD sebanyak 102.277 juta jiwa/tahun, dan terapi peritoneal dialisis sebanyak 9.451
juta jiwa/tahun. Di Indonesia, berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun
2013, jumlah pasien yang mendapat terapi hemodialisa sebanyak 6.951 jiwa.
Sedangkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru,
berdasarkan data Rekam Medik, sampai bulan Oktober tahun 2012 terdapat 200 orang
pasien gagal ginjal yang menjalani pengobatan hemodialisa secara rutin.
Pengaruh hemodialisis dapat dilihat dari penurunan kadar ureum dan kreatinin pasca
hemodialisis. Ureum merupakan produk akhir dari metabolisme protein, sebagai hasil
akhir pemecahan asam amino. Sedangkan kreatinin merupakan hasil metabolisme
protein otot. Secara normal ureum dan kreatinin diekskresikan oleh ginjal. Pada pasien
dengan CKD akan terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin dalam darah.
Penumpukan ureum dan kreatinin dalam darah dapat dikurangi dengan hemodialisis
(Black & Hawk, 2014). Klien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa, membutuhkan
waktu 12-15 jam untuk dialisa setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali
terapi. Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Bare &
Smeltzer, 2002).
Keberhasilan dalam terapi hemodialisis dapat dinilai dari adekuasi atau kecukupan
hemodialisis yang dicapai pasien HD. Adekuasi hemodialisis adalah kecukupan
dialisis untuk menilai keberhasilan pelaksanaan hemodialisis. Dalam hemodialisis
adekuasi dilihat dari formula Kt/V dan URR. Kt/V adalah penilaian keberhasilan cuci
darah dengan melibatkan faktor-faktor kemampuan dari ginjal buatan, lamanya cuci
darah dan volume tubuh pasien. Angka idealnya 1,8 untuk cuci darah 2X/minggu
selama 4-5 jam tiap dialisis. URR (ureum ratio rate) adalah rasio ureum sebelum dan
sesudah hemodialisis. Target ideal URR adalah 65%.
Adekuasi hemodialisis dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lama waktu
pelaksanaan dialisis, waktu interval atau frekuensi pelaksanaan hemodialisis, Quick of
Blood (Qb), Quick of Dialysate (Qd), Clearance of dialyzer, tipe akses vaskuler, dan
trans membrane pressure. Keefektifan proses hemodialisis juga dapat diperoleh
dengan melakukan latihan fisik selama proses hemodialisis. Latihan fisik didefinisikan
sebagai pergerakan terencana, terstruktur yang dilakukan untuk memperbaiki atau
memelihara satu atau lebih aspek kebugaran fisik (Orti, 2010). Latihan fisik dapat
terbagi dalam berbagai macam bentuk. Salah satu pembagian tersebut adalah
berdasarkan pemakaian oksigen atau sistem energi dominan yang digunakan dalam
suatu latihan, yaitu latihan aerobik dan anaerobic (Wadud, 2010). Latihan aerobik
adalah latihan yang menggunakan energi yang berasal dari pembakaran dengan
oksigen, dan membutuhkan oksigen tanpa menimbulkan hutang oksigen yang tidak
terbayar (Suhartono, 2012). Latihan fisik yang dilakukan pada saat pasien menjalani
terapi hemodialisis berupa latihan aerobik intensitas rendah. Latihan aerobik dilakukan
3 kali seminggu selama 8 minggu dengan intensitas rendah <50% MHR (Maksimum
Heart Rate). MHR dihitung dengan rumus 220-umur(tahun). Latihan aerobik
dilakukan 15 menit sehari pada 2 jam pertama proses hemodialisis (Mohseni, 2013).
Latihan aerobik yang dilakukan selama dialisis dapat meningkatkan aliran darah pada
otot dan memperbesar jumlah kapiler serta memperbesar luas permukaan kapiler
sehingga meningkatkan perpindahan urea dan toksin dari jaringan ke vaskuler
kemudian dialirkan ke dializer atau mesin hemodialisis (Parson et al, 2006). Mohseni,
et.all (2013), dalam penelitiannya dengan judul The Effect of Intradialytic Aerobic
Exercise on Dialysis Efficacy in Hemodialysis Patients: A Randomized Controlled
Trial, didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan sebanyak 11% pada URR and 38%
pada spKt/V setelah 8 minggu diberikan program terapi latihan aerobik intradialisis.
Terapi latihan intradialisis juga dapat menurunkan kadar pospat dan pottasium pasien
HD, sesuai dengan penelitian Makhlough, et.all (2012) dengan judul Effect of
dalam darah. Jika pembersihan urea optimal, maka dapat meningkatkan adekuasi
hemodialisa.
Di ruang hemodialisis RSUD Arifin Achmad, belum pernah dilakukan upaya ataupun
terapi komplementer lainnya terhadap keefektifan proses hemodialisa. Pada saat
proses hemodialisa banyak pasien mengisi waktu hemodialisis dengan tidur, membaca
buku, ataupun bercerita dengan pasien lain. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh latihan aerobik intradialisis terhadap adekuasi hemodialisa pada
pasien dengan GGK yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisis RSUD
Arifin Achmad.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh latihan aerobik intradialisis
terhadap adekuasi hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi karakteristik responden (umur, jenis kelamin, dan
berat badan interdialisis) yang menjalani terapi hemodialisis.
1.3.2.2 Mengidentifikasi adekuasi hemodialisis responden pada kelompok
kontrol
1.3.2.3 Mengidentifikasi adekuasi hemodialisis responden sebelum dan setelah
melakukan latihan aerobik intradialisis pada kelompok intervensi
1.3.2.4 Mengidentifikasi perbedaan adekuasi hemodialisis responden sebelum
dan setelah melakukan latihan aerobik intradialisis pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep dan teori yang berkaitan dengan aspek yang akan diteliti sangat penting untuk
dijelaskan sebagai dasar dan landasan dalam melaksanakan penelitian. Pada bab ini akan
dibahas teori dan konsep mengenai Chronic Kidney Diseases (CKD), hemodialisa, adekuasi
hemodialisa, latihan aerobik, dan peran perawat hemodialisa.
2.1 CRHONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
Proses terjadinya CKD hingga membutuhkan terapi pengganti ginjal diperlukan pemahaman
yang jelas dimulai dari pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan dari CKD.
2.1.1 Definisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Klasifikasi
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Manifestasi Klinis
2.1.3 Penatalaksanaan
2.2 HEMODIALISA
2.2.1 Definisi
2.2.2 Tujuan
2.2.3 Komponen Hemodialisa
2.2.4 Komplikasi
10
2.4.2 Manfaat
2.4.3 Jenis Latihan Aerobik
2.4.4 Prosedur Latihan Aerobik
2.4.5 Pengaruh Latihan Aerobik terhadap Adekuasi Hemodialisa
11
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
12
BAB IV
METODE PENELITIAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Bare, B.G. & Smeltzer, S.C. (2002). Buku ajar:Keperawatan medikal bedah. Brunner &
Suddarth . Edisi ke-8, (H.Y.Kuncara., dkk, Terj.). Jakarta: EGC. (Naskah asli
dipublikasikan tahun 1996).
Black, JM., & Hawk, JH. (2014). Medical Surgical Nursing, Clinical Management for
Continuity of Care.8th ed. JB. Lipincott.co
Dharmeizar. (2012). Naskah Lengkap Simposium Nasional Peningkata Pelayanan Penyakit
Ginjal Kronik dan Indonesia Renal Registry.Yogyakarta: Pernefri Wilayah
Yogyakarta.
Indonesian Renal Registry (IRR). (2013). Simposium Dialisis. Jakarta: tidak dipublikasikan.
Makhlough A, et,all.(2012). Effect Of Intradialytic Aerobic Exercise On Serum Electrolytes
Levels In Hemodialysis Patients. Iran J Kidney Dis 2012 Mar;6(2):119-123.
Mohseni, R.et,all. (2013). The Effect Of Intradialytic Aerobic Exercise On Dialysis Efficacy
In Hemodialysis Patient: A Randomized Controlled Trial. Oman Medical Journal.
Vol.28, No. 5:345-349.
Orti. E.S., ( 2010). Exercise In Hemodyalisis Patients : A Literature Systematic Review.
Nefrologia 2010: 30(2) : 236. Diperoleh dari http://revistanefrologia.com pada
tanggal 10 April 2015.
Parsons, T.K., Tosselmire E.D., King-VanVlack C.E.(2006). Exercise Training During
Hemodialysis Improves Dyalisis Efficacy And Physical Performance. Exercise Arch
phys med rehabil: 2006; 87:680-7, diperoleh dari http;//www.Interscience.com.
Prince, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Rekam Medik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. (2012). Data Pasien Hemodialisa. Tidak
dipublikasikan.
Sudarmo E. (2010). Perbandingan kliren-n dan Rasio Penurunan Urea-n antara ginjal
buatan (dializer) Baru dan pakai berulang. Repository Universitas Diponegoro.
Suhartono,T.P.dkk. (2012). Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Kesegaran Jasmani dan
Respon Imun. Dokumen Artikel Penelitian. Universitas Airlangga Surabaya.
Sukardi. (2013). Pemakaian Dializer Reuse yang Layak Digunakan pada Pasien dengan
Hemodialisa. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah. Vol.1, no.1, Mei 2013, Hal.8-14.
The United States Renal Data System (USRDS).(2012). Prevalence of reported CKD on
2012. Diperoleh dari http://usrds.org pada tanggal 10 April 2015.
14
Wadud, M.A. (2010). Pengaruh Aktifitas Fisik Aerobik dan Anaerobik Terhadap Kadar Anti
Diuretik Hormon (ADH) dan Elektrolit Darah.
246.
diperoleh dari
16