Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu Teknik Sipil

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

9 Pages

ISSN 2302-0253
pp. 10- 18

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN SIMPANG SURABAYA


SETELAH BEROPERASINYA JEMBATAN SANTAN

Lutfi1, Sofyan M. Saleh2, Renni Anggraini3


1) Magister

Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala


Email: bianglala234i@gmail.com
2,3)Fakultas Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email : mtsunsyiah@yahoo.co.id

Abstract:One of the problems point to the center of traffic in Banda Aceh is Simpang
Surabaya. In this region there is a Simpang Surabaya meeting knot four primary arterial road
which brought Jl. Teuku Hasan Dek- Jl. Tgk. Imum Lueng Bata - Jl. Teuku Muhammad Hasan
- Jl. Tgk. Chik Ditiro. At the intersection at rush hours increased traffic flow resulting in
congestion. The condition is characterized by poor performance of Simpang Surabaya with the
level of service F by a high degree of saturation value of 1.296 in 2009. Then in 2012 when the
Santan Bridge coconut already operates the degree of saturation of 0.995 and 0.951. This
study aims to determine the level of service and structuring Simpang Surabaya Santan Bridge
after the operation. Processing and analysis of data is done with the method of calculating the
performance of signalized intersections using Indonesian Highway Capacity Manual (MKJI
1997). Value of the volume of traffic flow, degree of saturation, and the average intersection
delay in 2009 was 309.12 seconds/pcu; in 2013 amounted to 95.14 and 80.23; in 2014
amounted to 246.32 seconds/pcu, and estimates in 2019 amounted to 605.25 seconds/pcu.
Performance Simpang Surabaya is at level of service F (very bad) things will get worse as
time delays continue to increase for a period of 5 years increased to 145.72%, with long cycle
times setup lights at the intersection of 155 seconds.
Keywords : Level of Service, Surabaya Intersection Management, Bridge of Santan

Abstrak: Salah satu titik masalah lalu lintas masuk ke Pusat Kota Banda Aceh adalah Simpang
Surabaya. Pada kawasan Simpang Surabaya ini terdapat sebuah simpul pertemuan empat jalan arteri
primer yang mempertemukan Lengan Jl. Teuku Hasan Dek Jl. Tgk. Imum Lueng Bata Jl. Teuku
Muhammad Hasan Jl. Tgk. Chik Ditiro. Di persimpangan tersebut pada jam-jam sibuk terjadi
peningkatan arus lalu lintas sehingga mengakibatkan kemacetan. Buruknya kondisi tersebut ditandai
dengan nilai kinerja Simpang Surabaya pada keadaan eksisting yang berada pada tingkat pelayanan F
dengan nilai derajat kejenuhan yang tinggi sebesar 1,296 pada tahun 2009. Kemudian tahun 2012 saat
jembatan santan sudah beroperasi nilai derajat kejenuhan sebesar 0,995 dan 0,951. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat pelayanan dan penataan Simpang Surabaya setelah beroperasinya
Jembatan Santan. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan metoda perhitungan kinerja simpang
bersinyal dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997). Nilai volume arus
lalu-lintas, derajat kejenuhan, dan tundaan simpang rata-rata pada tahun 2009 adalah 309,12 detik/smp;
tahun 2013 sebesar 95,14 dan 80,23; tahun 2014 sebesar 246,32 detik/smp, dan perkiraan pada tahun
2019 sebesar 605,25 detik/smp. Kinerja Simpang Surabaya berada pada tingkat pelayanan F (sangat
buruk) keadaan akan bertambah buruk karena waktu tundaan terus meningkat untuk kurun waktu 5
tahun kedepan meningkat hingga 145,72%, dengan lama waktu siklus lampu pengaturan persimpangan
sebesar 155 detik..
Kata Kunci : Tingkat Pelayanan, Penataan Simpang Surabaya, Jembatan Santan

Volume 3, No. 4, November 2014

- 10

Jurnal Ilmu Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
PENDAHULUAN
Kota Banda Aceh kini sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini
menyebabkan pergerakan semakin besar dan
menimbulkan permasalahan transportasi kota yang
mengarah pada kompleksitas yang mempengaruhi
kinerja jalan. Permasalahan kelancaran pergerakan

Utara
Lokasi
Penelitian

sering terhambat pada pertemuan antara satu ruas


jalan

dengan

ruas

jalan

lainnya,

yaitu

Barat
Timur

persimpangan. Ada beberapa persimpangan utama

Selatan

memasuki Pusat Kota Banda Aceh dari berbagai


penjuru kota yang sering mengalami kemacetan
walaupun sudah diatur dengan lampu lalu lintas.

Gambar 1. Photo udara lokasi penelitian di Simpang


Surabaya

Salah satu titik masalah lalu lintas masuk ke Pusat

Pada kawasan Simpang Surabaya ini

Kota Banda Aceh adalah Simpang Surabaya. Jika

terdapat sebuah simpul pertemuan empat jalan

terus dibiarkan tanpa adanya perbaikan maka akan

arteri primer yang mempertemukan Lengan Jl.

mempengaruhi

serta

Teuku Hasan Dek Jl. Tgk. Imum Lueng Bata

kehidupan sosial dan ekonomi masyarakatnya

Jl. Teuku Muhammad Hasan Jl. Tgk. Chik

secara langsung.

Ditiro. Oleh sebab itu pada jam-jam sibuk terjadi

kelancaran

lalu

lintas

Simpang Surabaya merupakan salah satu

peningkatan arus lalu lintas hingga mengakibatkan

persimpangan dengan tingkat kepadatan dan

kemacetan pada lengan persimpangan tersebut.

keramaian lalu lintas yang cukup besar. Hal ini

Buruknya kondisi tersebut ditandai dengan nilai

sebagai dampak dari tarikan dan bangkitan

Kinerja Simpang Surabaya pada keadaan eksisting

perjalanan ke pusat kegiatan yang ada di Kota

yang berada pada tingkat pelayanan F dengan nilai

Banda Aceh yang melalui Simpang Surabaya

tundaan simpang rata-rata yang tinggi sebesar

sebagai titik temu dan distribusi pergerakannya.

80,2323 detik/smp (Yusrawati 2013).

Tarikan yang muncul pada Simpang Surabaya

Sebelumnya

berdasarkan

penelitian

antara lain disebabkan akses keluar dan masuk kota

terdahulu berkenaan dengan kinerja Simpang

Banda Aceh, akses menuju CBD yaitu kawasan

Surabaya, Syahputra (2009) menyatakan nilai

daerah Mesjid Raya dan Pasar Aceh, akses menuju

tundaan simpang rata-rata di Simpang Surabaya

terminal dan ada daerah pemukiman seperti Lueng

mencapai angka 309,123 detik/smp dengan tingkat

Bata, Lambaro yang melakukan aktivitas yang

pelayanan

melalui Simpang Surabaya dan akses menuju salah

meringankan beban volume di Simpang Surabaya,

satu pusat pendidikan Darussalam. Kondisi seperti

Pemerintah Provinsi Aceh pada tahun 2008

ini menyebabkan konsentrasi pergerakan yang

mengambil kebijakan pembangunan jalan tembus

tinggi ke kawasan Simpang Surabaya.

baru yaitu Terusan Jalan T. P. Nyak Makam

11 -

Volume 3, No. 4, November 2014

F.

Sebagai

salah

satu

upaya

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Santan yang dihubungkan dengan sebuah jembatan

lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui

yang kemudian dalam penelitian ini kita namakan

suatu titik pada jalan persatuan waktu tertentu,

Jembatan Santan.

dinyatakan dalam kend/jam, smp/jam, atau LHRT


(Lalu

lintas

Harian

Rata-rata

Tahunan).

Berdasarkan definisi volume, volume lalu lintas

Utara
Lokasi
Penelitian

dapat juga dinyatakan dengan persamaan:

V n .............................................(1)
T
Dimana:

Selatan

V= Volume lalu lintas yang melewati suatu pias


(kend/jam/lajur);
n =Jumlah kendaraan yang melintasi tampang
Gambar 2. Photo udara lokasi penelitian di Jembatan
Santan

Berdasarkan uraian permasalahan di atas,


maka dilakukan sebuah studi yang betujuan
mengevaluasi kinerja simpang surabaya dan
bagaimana

pengaruhnya

setelah

mulai

beroperasinya jembatan santan.

dalam interval waktu T (kend/lajur);


T= Interval waktu pengamatan (jam).
Volume lalu lintas tidak merata sepanjang
waktu dalam sehari, sebulan, atau setahun, karena
itu dikenal adanya waktu sibuk dan waktu sepi.
Untuk mengetahui kapan waktu sibuk dan waktu
sepi yang terjadi dapat dilihat berdasarkan grafik
fluktuasi lalu lintas. Grafik fluktuasi lalu lintas

KAJIAN KEPUSTAKAAN
Lalu lintas pada masing-masing lengan
persimpangan yang menggunakan ruang jalan
secara bersamaan akan memicu terjadinya konflik
aliran lalu lintas yang akan menyebabkan
kemacetan atau bahkan mungkin kecelakaan.

dapat diperoleh dengan memplotkan data volume


lalu lintas yang telah dikonversikan ke dalam
satuan mobil penumpang berdasarkan waktu
(Bukhari & Saleh 2002).
Derajat Kejenuhan

Secara garis besar pendekatan dilakukan dengan

Menurut MKJI (1997), derajat kejenuhan

meninjau aspek volume lalu lintas, kapasitas,

adalah rasio dari arus lalu lintas terhadap kapasitas

waktu siklus, panjang antrian, dan tundaan.

untuk suatu pendekat. Untuk menghitung derajat

Cara

perhitungan

dan

analisa

yang

kejenuhan dari masing-masing pendekat digunakan

digunakan dalam MKJI 1997 adalah melalui

rumus:

langkah demi langkah yang berurutan. Prosedur ini

DS Q C ..................(2)

menjadi acuan untuk perhitungan waktu sinyal,

Dimana:

kapasitas dan tingkat kinerja.

Q = Arus lalu-lintas (smp/jam)

Volume Lalu-Lintas
MKJI (1997) menyebutkan bahwa volume

C = Kapasitas (smp/jam)
Jika

penentuan

waktu

sinyal

Volume 3, No. 4, November 2014

sudah
- 12

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dikerjakan secara benar, DS akan hampir sama

DTOT DxQ .........(7)

dalam semua pendekat-pendekat kritis.

Dan tundaan rata-rata untuk seluruh simpang (DI)

Tundaan

dengan rumus:

Untuk setiap pendekat tundaan lalu lintas

DI

QxD .........(8)
QTOT

rata-rata (DT) akibat pengaruh timbal balik dengan


gerakan-gerakan lainnya pada simpang dihitung

Tundaan rata-rata dapat digunakan sebagai

dengan rumus sebagai berikut (berdasarkan

indikator kinerja dari masing-masing pendekat

Akcelik 1989):

demikian

DT cxA

NQ1 x3600
.......................(3)
C

Dimana:

juga

dari

suatu

simpang

secara

keseluruhan.
Penelitian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang

DT = tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp)


c

= waktu siklus yang disesuaikan (det)

= 0,5 x1 GR ...................... (4)


1 GRxDS

berkenaan dengan kinerja Simpang Surabaya,


diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Dimana:

(2013). Syahputra mengambil data penelitian di


tahun 2009 sebelum dioperasikannya Jembatan

GR = rasio hijau (g/c)


DS = derajat kejenuhan
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya
C

Syahputra (2009), Shaleha (2013), dan Yusrawati

= kapasitas (smp/jam)

Santan,

sedangkan

Shaleha

dan

Yusrawati

mengambil data penelitian di tahun 2012 setelah


dioperasikannya Jembatan Santan.
Data hasil survei Syahputra (2009) yang
mengevaluasi

kapasitas

dan

tingkat

kinerja

Simpang Surabaya menyebutkan puncak arus lalu


Kemudian ditentukan geometri rata-rata
(DT) akibat perlambatan dan percepatan ketika
menunggu giliran pada suatu simpang dan atau
ketika dihentikan oleh lampu merah untuk masingmasing pendekat, dengan rumus:
DG j 1 Psv xPT x6 PSV x4 .............(5)

lintas yang melewati Simpang Surabaya sebesar


4877 smp/jam dengan nilai derajat kejenuhan ratarata sebesar 1,296; nilai tundaan persimpangan
sebesar 309,123 detik/smp dan menghasilkan
tingkat pelayanan simpang F.
Shaleha (2013) yang melakukan penelitian

Dimana:

terhadap pengaruh pembangunan Jembatan Santan

DGj = tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j

terhadap waktu siklus pada Simpang Surabaya

(det/smp)

menyebutkan puncak arus lalu lintas yang

PSV = rasio kendaraan terhenti pada pendekat

melewati Simpang Surabaya sebesar 4703 smp/jam

PT

dengan nilai derajat kejenuhan rata-rata sebesar

= rasio kendaraan berbelok pada pendekat

Kemudian tundaan rata-rata (D) dihitung:


D DT DG ........................(6)

Tundaan total dihitung dengan rumus:


13 -

Volume 3, No. 4, November 2014

0,995; nilai tundaan persimpangan sebesar 95,135


detik/smp dan menghasilkan tingkat pelayanan
simpang F.

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Selanjutnya

Yusrawati

(2013)

yang

melakukan penelitian terhadap analisis kinerja


simpang

bersinyal

(studi

kasus:

Simpang

Surabaya) menyebutkan puncak arus lalu lintas


yang melewati Simpang Surabaya sebesar 4976
smp/jam dengan nilai derajat kejenuhan rata-rata
sebesar 0,951; dengan nilai tundaan persimpangan
sebesar 80,232 detik/smp dan menghasilkan tingkat
pelayanan simpang F.

sekunder. Kedua jenis data tersebut digunakan


untuk mendapatkan hasil dan tujuan penelitian.
Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
secara langsung di lapangan. Data primer ini
digunakan sebagai data masukan pada formulir
perhitungan MKJI (1997) sebagaimana terlampir.
Data masukan yang dibutuhkan meliputi: data
geometrik, pengaturan lalu-lintas dan kondisi
lingkungan dan data kondisi arus lalu lintas.

METODE PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan mengenai metode
pengumpulan data dan pengolahan data untuk
mendapatkan hasil penelitian. Penelitian ini
dilakukan terhadap dua objek lokasi, yaitu
Simpang Surabaya dan Jembatan Santan.
Untuk memahami proses penelitian ini
dapat dilihat bagan alir penelitian atau flowchart
penelitian yang diperlihatkan pada Gambar 3.

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh
dalam bentuk yang telah jadi dari peneliti terdahulu
berkenaan dengan Kinerja Simpang Surabaya dan
dari instansi terkait sebagai data penunjang, data ini
meliputi: Peta Provinsi Aceh, Peta Kotamadya
Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, dan Peta
Lokasi Studi.
Metode Pengolahan Data
Dari data primer dan data sekunder
selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan volume
sinyal lalu lintas, derajat kapasitas jalan, dan
tingkat kinerja persimpangan. Data ini meliputi
penentuan prilaku lalu lintas dan perhitungan
tingkat kinerja. Untuk mendapatkan derajat
kejenuhan diperlukan perhitungan pada jam
puncak.Untuk

memudahkan

perhitungan,

perhitungan dikerjakan dengan menggunakan


formulir dan dilakukan untuk masing-masing
pendekat.
Untuk memberi gambaran terhadap lokasi
survey dilakukan pendekat pada tiap lengan
Gambar 3. Bagan alir penelitian

Untuk mendukung penelitian ini dibutuhkan


data-data yang berupa data primer dan data

simpang

denganmembagi

4 pendekat

yaitu

pendekat utara (U) jalan T. Hasan Dek, timur (T)


jalan Tgk. Imum Lueng Bata, selatan (S) jalan
Volume 3, No. 4, November 2014

- 14

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
T.Mohd Hasan dan barat (B) jalan Tgk. Chik Ditiro

menggunakan metode MKJI 1997.


Sementara untuk data hasil volume arus

HASIL PEMBAHASAN

lalu-lintas yang memperlihatkan kondisi arus di

Hasil Pengolahan Data

Simpang Surabaya seandainya Jembatan Santan

4653
4402
4892
4908

5145

3500

5489
5309
5840
5911

4293

5000

4834

5843
5874
5521
5967
5776

5500

4500
4000
3500
3000
2500
2000
Senin

Rabu

Sabtu

3944

Hari dan waktu survey


07.00 - 08.00
13.00 - 14.00

3300

3639

4000

4054

4500

4671

4844
4869
4530
4944
4748

5000

3714

Volume Lalu Lintas (smp/jam)

5500

5149
4994

smp/jam yaitu sore pukul 17.00-18.00 WIB.

6000
4726

lalu lintas pada hari Senin adalah sebesar 4944

Volume Lalu Lintas (smp/jam)

6500

Dari Gambar 4 terlihat bahwa puncak arus

5669
6124

diperlihatkan pada Gambar 4.

6186
6028

Gambar 5.

4989

survei selama tiga hari adalah sebagaimana

belum dioperasikan adalah sebagaimana pada

4674

Arus lalu-lintas yang diperoleh dari hasil

08.00 - 09.00
17.00 - 18.00

12.00 - 13.00
18.00 - 19.00

Gambar 5. Volume lalu lintas Simpang Surabaya per jam


jika Jembatan Santan belum dioperasikan

3000

2500
2000
Senin

Rabu

Dari Gambar5 terlihat puncak arus lalu

Sabtu

Hari dan waktu survey


07.00 - 08.00
13.00 - 14.00

08.00 - 09.00
17.00 - 18.00

lintas pada hari Senin adalah 5967 smp/jam yaitu

12.00 - 13.00
18.00 - 19.00

pada jam pukul 17.00-18.00 WIB. Pada hari Rabu

Gambar 4. Volume lalu lintas simpang surabaya per jam

Pada hari Rabu arus lalu lintas puncak yang


terjadi sebesar 5149smp/jam pada sore pukul
17.00-18.00 WIB. Dan pada hari Sabtu arus lalu
lintas puncak terjadi pada sore pukul 18.00-19.00
WIB yaitu sebesar 4908 smp/jam. Dari Gambar 4
dapat disimpulkan puncak arus lalu lintas terbesar

sebesar 6186smp/jam yaitu pada pukul 17.00-18.00


WIB. Kemudian pada hari Sabtu arus lalu lintas
puncak juga terjadi pada sore pukul 18.00-19.00
WIB sebesar 5911 smp/jam. Dari Gambar 5 dapat
disimpulkan puncak arus lalu lintas terbesar terjadi
pada hari Kamis sebesar 6186 smp/jam pada pukul
17.00-18.00 WIB.
Dari arus lalu lintas tahun 2009 dan 2014

terjadi pada hari Kamis sebesar 5149 smp/jam pada


pukul 17.00-18.00 WIB. Arus lalu lintas ini yang
digunakan selanjutnya sebagai acuan dasar untuk
menghitung derajat kejenuhan dan parameter
perilaku lalu lintas; diantaranya jumlah kendaraan
antri, panjang antrian, jumlah rata-rata berhenti
perkendaraan, jumlah kendaraan terhenti, tundaan
lalu-lintas, tundaan geometrik, dan tundaan
simpang rata-rata di Simpang Surabaya setelah
pembangunan
15 -

Jembatan

Santan

dengan

Volume 3, No. 4, November 2014

sebagaimana telah diuraikan di atas maka


didapatkan angka pertumbuhan volume lalulintas pertahun di Simpang Surabaya sebesar
4,870%.

Nilai

tersebut

perhitungan berikut ini:


2014 = (1 + )5 2009
5

2014
1
2009

diperoleh

dari

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
5

Derajat kejenuhan rata-rata dari semua

6186
1
4877

lengan tersebut diperoleh sebesar 1,303.


Kemudian

= 1,04870 1

nilai

arus

jenuh

yang

= 0,04870

diprediksikan lima tahun kedepan tahun2019 yaitu:

= 4,870%

Tabel. 3. Nilai derajat kejenuhan prediksi 2019

Kemudian angka persentase tersebut


digunakan untuk memprediksi nilai arus lalu
lintas pada jam puncak yang terjadi di Simpang
Surabaya untuk lima tahun 2019, yaitu sebesar

Lengan
simpang

2019 = (1 + ) 2014

940
751
645
967

1.532
1.503
1.473
1.152
1.415

diperoleh sebagai berikut:

2014 pada simpang surabaya pendekatlengan

Tabel 4. Nilai tundaaan simpangtahun 2014


Lengan
Simpang

simpang surabaya, yaitu


Tabel. 1. Nilai Derajat Kejenuhan 2014
Arus Lalu
Lintas (Q)

Kapasitas
aktual (C)

smp/jam

smp/jam

940
751
645
967

Derajat
kejenuhan
(Ds)
1.208
1.185
1.161
0.908
1.116

lengan tersebut diperoleh sebesar 1,116.


seandainya

sebagai berikut:
Tabel. 2. Nilai Derajat Kejenuhan 2014 (tanpa jembatan
santan)
Kapasitas
aktual (C)

smp/jam

smp/jam

940
751
645
967

Tundaan
lalu lintas
rata-rata
(DT)

smp/jam

det/smp

1135
890
749
878
1496
LTOR
Total (det/jam)

451.0
416.0
380.8
73.1
0.0

Tundaan
tundaan Ratageometrik
Tundaan
rata
rata-rata
total (DxQ)
(D=DT+DG)
(DG)
det/smp

7.8
9.2
9.2
4.0
6.0

det/smp

det/jam

458.9
425.2
390.0
77.0
6.0

521005.6
378585.7
292158.0
67614.5
8978.4
1268342.2

Qtot (smp/jam)
Tundaan simpang rata-rata (det/smp)

5149.2
246.3

Nilai tundaan simpang rata-rata pada


persimpangan tersebut sebesar 246,3 det/smp.
Pada

kondisi

ini

seandainya

belum

dioperasikannya Jembatan Santan maka untuk nilai


jembatan

santanbelum dioperasikannya derajat kejenuhan

Arus Lalu
Lintas (Q)

Arus Lalu
Lintas (Q)

Utara
Barat
Selatan
Timur

Derajat kejenuhan rata-rata dari semua

Utara
1135
Barat
890
Selatan
749
Timur
1603
Derajat kejenuhan rata-rata

smp/jam

Nilai tundaan dari analisi data yang ada

Nilai derajat kejenuhan kondisi exsiting

Lengan
Simpang

1440
1129
950
1114

tersebut sebesar 1,415.

2019 = 6531 smp/jam

Sedangkan

smp/jam

Derajat
kejenuhan
(Ds)

Dari gambar di atas juga dapat dilihat nilai

2019 = (1 + 0,0487)5 5149

Utara
1135
Barat
890
Selatan
749
Timur
878
Derajat kejenuhan rata-rata

smp/jam

Kapasitas
aktual (C)

derajat kejenuhan rata-rata dari semua lengan

Lengan
Simpang

Arus lalu
lintas (Q)
2019

Utara
1135
Barat
890
Selatan
749
Timur
878
Derajat kejenuhan rata-rata

6531 smp/jam, sebagaimana yang diperoleh


dari perhitungan di bawah ini:

Arus lalu
lintas (Q)
2014

Derajat
Kejenuhan
(Ds)
1.208
1.185
1.161
1.658
1.303

tundaan adalah
Tabel 5. Nilai tundaaan 2014(tanpa jembatan santan)
Lengan
Simpang

Arus Lalu
Lintas (Q)
smp/jam

Utara
Barat
Selatan
Timur

1135
890
749
1603
1809
LTOR
Total (det/jam)

Tundaan Tundaan
tundaan Ratalalu lintas geometrik
Tundaan
rata
rata-rata rata-rata
total (DxQ)
(D=DT+DG)
(DT)
(DG)
det/smp

451.0
416.0
380.8
1265.6
0.0

Qtot (smp/jam)
Tundaan simpang rata-rata (det/smp)

det/smp

8.4
9.2
9.2
3.7
6.0

det/smp

det/jam

459.4
425.2
390.0
1269.3
6.0

521648.9
378585.7
292158.0
2034566.9
10851.0
3237810.4
6186.0
523.4

Volume 3, No. 4, November 2014

- 16

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Tabel 6. Nilai tundaan simpang prediksi tahun 2019

Nilai tundaan simpang rata-rata pada


persimpangan tersebut sebesar 523,4 det/smp.

Lengan
Simpang

Tundaan
lalu lintas
rata-rata
(DT)

Arus Lalu
Lintas (Q)

Kemudian nilai tundaan pada kondisi

smp/jam

det/smp

Utara
Barat
Selatan
Timur

1440
1129
950
1114
1898
LTOR
Total (det/jam)

prediksi lima tahun kedepan (2019), dengan angkat


pertumbahan volume lalu lintas sebasar 4,87%.

Tundaan
tundaan Ratageometrik
Tundaan
rata
rata-rata
total (DxQ)
(D=DT+DG)
(DG)
det/smp

det/smp

det/jam

11.8
15.2
15.7
5.9
6.0

1047.7
1001.4
951.3
357.6
6.0

1508511.2
1131017.0
903622.3
398365.8
11388.0
3952904.3

1035.9
986.2
935.5
351.7
0.0

Qtot (smp/jam)
Tundaan simpang rata-rata (det/smp)

6531.0
605.3

Nilai tundaan simpang rata-rata pada persimpangan


tersebut sebesar 605,3 det/smp
Tabel.7 Rekap Hasil Penelitian
2009
Parameter

Volume lalu-lintas (smp/jam)


Derajat kejenuhan rata-rata
Tundaan simpang rata-rata (det/smp)
Tingkat pelayanan
Lama waktu siklus (detik)

Data Sekunder
2013

Data Primer
2014

2013

2019

Syahputra,
2009

Shaleha,
2013

Yusrawati,
2013

Real Spg.
Surabaya

Tanpa
Jembatan
Santan

Persentase
peralihan ke
Jembatan
Santan

tidak ada
jembatan

ada
jembatan

ada
jembatan

ada
jembatan

tidak ada
jembatan

ada
jembatan

4,877

4,703

4,976

5,149

6,186

16,76

6,531

26,84

1,30

1,00

0,95

1,12

1,30

14,39

1,42

26,83

309,12

95,14

80,23

246,32

523,38

52,94

605,25

145,72

148

145

145

155

155

Pembahasan
Dari tahun 2009 sampai tahun 2014

beroperasinya
menyebabkan
dari

Real Spg.
Surabaya

Perbedaan
Kinerja
Simpang

155

Jembatan
beralihnya
Simpang

Santan

yang

sebagian

volume

Surabaya

menuju

mengalami peningkatan volume arus lalu lintas

kendaraan

dari 4877 smp/jam menjadi 5149 smp/jam yaitu

Jembatan Santan. Namun pada tahun 2014 terjadi

dengan angka pertumbuhan pertahun sebesar

kenaikan menjadi 1,12.

4,870%. Pengalihan arus yang berpindah ke

Selanjutnya pada kondisi lima tahun

Jembatan Santan tersebut sebesar 16,764%.

kedepan (2019) terjadi kenaikan nilai derajat

Selanjutnya pada kondisi lima tahun kedepan

kejenuhan akibat dari meningkatnya volume lalu

terjadi peningkatan arus di Simpang Surabaya

lintas yang melewati simpang tersebut, nilai derajat

menjadi 6531 smp/jam atau 26,84%.

kejenuhannya adalah sebesar 1,415 atau meningkat

Untuk nilai derajat kejenuhan, tahun 2009

28.3%.

2012 sampai tahun 2014 mengalami penurunan

Untuk nilai tundaan simpang, pada tahun

dari 1,30;1,0 dan 0,95 yaitu sebesar 17,35%. Jika

2009 sampa 2012 mengalami penurunan yang

seandainya di tahun 2014 belum dioperasikannya

yang besar yaitu 309.12; 95.14; namun pada tahun

Jembatan Santan maka nilai derajat kejenuhan pada

2014 mengalami kenaikan menjadi 246 det/smp.

Simpang Surabaya akan lebih tinggi lagi yaitu

Besar pengalihan ke jembatan santar sebesar

sebesar 1,303, hal itu disebabkan karena telah

52,94%

17 -

Volume 3, No. 4, November 2014

Jurnal Teknik Sipil


Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Prediksi kondisi lima tahun kedepan (2019)

pergerakan di Simpang Surabaya khususnya

akan terjadi peningkatan sebesar 605,25 smp/det

untuk dapat memetakan tarikan dan bangkitan

atau sebesar 145,72% dari perbandingan tahun

yang umumnya terjadi sebagai data dalam

2014.

mengambil kebijakan dalam pengurangan


Simpang Surabaya dengan kondisi waktu

kemacetan

dan

rencana

permodelan

tundaan, derajat kejenuhan yang sangat tinggi

perkembangan kota Banda Aceh yang terhindar

maka masuk dalam tingkat pelayanan F (sangat

dari masalah transportasi kota berkelanjutan.

buruk). Selanjutnya pada kondisi lima tahun


kedepan (2019) terjadi kenaikan nilai tundaan

Perlu adanya survey terhadap perubahan

simpang rata-rata akibat dari meningkatnya volume

geometrik persimpangan seperti pembangunan

lalu lintas yang melewati simpang tersebut, nilai

fly over atau under pass, atau pembangunan

tundaan detik/smp (tingkat pelayanan F).

jembatan baru antara jembatan surabaya dan


jembatan santan .

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Pengaruh beroperasinya Jembatan Santan adalah


dapat mengurangi volume arus lalu lintas di
Simpang Surabaya sebesar 16,764%, mengurangi
angka

derajat

kejenuhan

rata-rata

sebesar

14,351%, dan juga ikut mengurangi nilai


tundaaan simpang rata-rata sebesar 52,937%.
Kinerja

Simpang Surabaya

pada

keadaan

eksisting berada pada tingkat pelayanan F (sangat


buruk) dengan nilai tundaan simpang rata-rata
yang tinggi (> 60 detik/smp).
Besarnya volume arus lalu-lintas lima tahun
kedepan (2019) menyebabkan kondisi Simpang
Surabaya menjadi terlampau jenuh ditandai

Akcelik, R., 1989. Traffic signals; capacity and timing


analisis. Australian Road Research Board.
Report No. 123, Vermont South, Victoria,
Australia.
Bukhari, RA & Saleh, SM., 2002.Rekayasa Lalu lintas I.
Bidang Studi Teknik Transportasi. Banda Aceh:
Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.
Bukhari, RA., 2004. Rekayasa Lalu lintas II, Bidang
Studi Teknik Transportasi. Banda Aceh: Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala.
Departemen Pekerjaan Umum 1997, Manual Kapasitas
Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Marga.
Syahputra, I., 2009, Evaluasi kapasitas dan tingkat
kinerja Simpang Surabaya berdasarkan MKJI
1997. Skripsi. Banda Aceh: Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala.
Yusrawati, 2013, Analisis Kinerja Simpang Bersinyal
(Studi Kasus: Simpang Surabaya, Banda Aceh).
Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala.

dengan tingginya angka tundaan simpang ratarata sebesar 605,253 detik/smp.


Saran
Perlu penanganan segera untuk mengatasi
kemacetan di Simpang Surabaya khususnya
pada jam-jam sibuk pagi, siang, dan sore
sebagai langkah awal.
Perlu dilakukan survei mendalam terhadap
Volume 3, No. 4, November 2014

- 18

You might also like