Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 9

STATUS KUALITAS PERAIRAN

SITU CISANTI GUNUNG WAYANG, SUBDAS CIRASEA


CITARUM HULU
Wage Komarawidjaja1, Agung Riyadi1, Titiresmi2
Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan1
Peneliti Balai Teknologi Lingkungan2
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
wkwidjaja@scientist.com
Abstracts
Cisanti reservoir or Situ Cisanti is a first place of the ancient Citarum river flowed water
from from the forest of Mount Wayang in Southern Bandung. Currently, the area of Situ Cisanti
is 6.5 ha and depth of water body is 2.5 meters with a volume of 162 000 m3.where the activities
of intensive farming is done. This activities have impact on increased sedimentation and
decreased water quality in the Reservoir. Based on the above reason, this study aims to
determine the status of environmental quality of Situ Cisanti and surrounding areas.
Data of water quality parameters were measured including total suspended particles
(TSS), total dissolved particles (TDS), pH, phosphate (P), ammonia (NH 3-N), nitrite (NO2-N) and
nitrate (NO3-N). Laboratotium analysis results showed that: (a) the concentration of TDS and P
respectively at 132 mg / l and 0.528 mg / L, indicating that the parameters of TDS and P Situ
Cisanti has exceeded the threshold of water quality standard PP 82 in 2001. (b) while for the
parameter N, although the concentration is still below the quality standards, but for the aquatic
life, total N concentration of 2.257 mg/L could disrupt aquatic life.
Furthermore, based on the Plancton Diversity Index, the status of water quality in Situ
Cisanti, in general, shown by the poor status in Situ Cisanti upstream, but in Situ Cisanti
downstream parts become better. It indicated that Situ Cisanti has the ability for self purification.
However, the parameters of N and P content of Situ Cisanti exceeds the quality standard for
waters organism life. Therefore, it is classified that Situ Cisanti is eutrophic waters.
Keywords: Situ Cisanti, Cisanti Reservoir, environmental pollution, water quality.
1.
1.1.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Situ Cisanti yang terletak di hulu sungai
Citarum, berada di lingkungan Kawasan Hutan
Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung
Selatan yang didominasi oleh Kawasan Hutan
Lindung yang sebagian besar kawasan tersebut
masuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS)
Citarum Hulu. Secara geologi, situ Cisanti ini
merupakan tempat pertama kali sungai purba
Citarum mengalirkan air dari Kawasan Hutan
Gunung Wayang di Bandung Selatan.
Situ ini (peta Gambar 1) secara
administrasi termasuk kedalam wilayah Desa
Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten
Bandung.

Pada awalnya, Situ ini memiliki daya


tampung air sebesar 42.800 m3, dengan luas
areal 4 ha, dan kedalaman rerata 1.07 meter,
namun setelah direhabilitasi, luasnya menjadi
6.5 ha, kedalaman 2.5 meter dengan volume
tampungan air mencapai 162.000 m3 (PSDA
Provinsi Jawa Barat, 2010).
Sumber air Situ Cisanti berasal dari 7
mata air sebagai pemasok, seperti mata air
Pangsiraman,
Cikoleberes,
Cikawedukan,
Cikahuripan, Cisadane, Cihaniwung dan Cisanti
dan sungai sungai kecil dari Gunung Wayang.
Namun saat ini, beberapa mata air tidak
mengalirkan airnya lagi, sehingga pada saat
musim kemarau, tinggi muka air Situ Cisanti

cenderung turun dan airnya berwarna hijau tua


(PSDA Provinsi Jawa Barat, 2010).
Selanjutnya, selain Situ Cisanti sebagai
salah satu sumber air yang masuk ke Sungai
Citarum, air dari Situ tersebut juga digunakan
masyarakat sebagai sumber air domestik dan
kegiatan budidaya pertanian di sekitarnya.

perambahan yang menimpa daerah hulu Situ


Cisanti tersebut, dikawatirkan akan berdampak
lebih parah baik terhadap lingkungan sekitar
Situ tersebut maupun bagi kondisi lingkungan di
bagian hilir DASnya.
1.2.

Tujuan
Kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui status kualitas lingkungan Situ
Cisanti
melalui
pengamatan
beberapa
parameter kualitas perairan.
2.

METODOLOGI
Data yang dikumpulkan dalam studi ini
meliputi data sekunder dan primer. Data
sekunder yang diperlukan antara lain tatus
lahan dan pemanfaatannya.
Data primer diperoleh melalui analisis
kualitas air situ Cisanti dan sekitarnya, meliputi
parameter fisik, kimia dan biologi yaitu total
partikel tersuspensi (TSS), total partikel terlarut
(TDS), pH, total Posfat, NH3-N, NO3-N, NO2-N dan
fitoplankton.
Sampel air Situ Cisanti diambil secara
komposit, sedangkan sampel fitoplankton di
Situ Cisanti diambil 3 titik dan 1 titik diambil
dibagian hilir Situ, dekat dengan Pemukiman,
sebagaimana disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Lokasi Situ Cisanti, di SubDas


Cirasea, Hulu Sungai Citarum
Areal disekitar Situ Cisanti merupakan
tanah milik masyarakat yang dijadikan areal
pertanian sayuran, karena tanahnya relatif
subur. Di areal ini komoditas pertanian yang
diproduksi antara lain kentang, kubis, sawi dan
wortel. Selain aktivitas pertanian, perambahan di
sekitar Situ Cisanti juga meningkat sangat
cepat, padahal daerah tersebut merupakan
hutan lindung sumber air Situ Cisanti.
Kerusakan lahan hutan lindung akibat

Gambar 2 Kondisi Lingkungan Situ Cisanti,


di sebelah Timur Laut kaki Gunung
Wayang Windu

Sampel kualitas air dan fitoplankton


dianalisis di Laboratorium Proling IPB Bogor.
Untuk mengetahui gambaran status
kualitas perairan Situ Cisanti, selanjutnya
parameter fisik kimia perairan tersebut
dibandingkan dengan baku mutu kualitas air
dan standar kesuburan perairan. Sedangkan
untuk parameter biologi dilakukan telaah
kepadatan, keanekaragman dan keseragaman
fitoplankton.
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.

Kondisi Lahan di Sekitar Situ Cisanti

Jenis tanah di sekitar Gunung Wayang


adalah Andosol, campuran Andosol & Regosol,
yang merupakan meterial induk abu vulkanik
tersebar di sekitar 57% total area, terutama di
daerah-daerah yang lebih tinggi. Karakteristik
dari Andosol dan Regosol ialah berdaya erosi
tinggi, kekenyalan rendah, dan beragam
sensitif. Usaha tani sayuran benyak dilakukan di
daerah daerah yang mengandung Andosol dan
Regosol. Jenis tanah penting yang kedua ialah
Latosol (Latosol, Latosol Association dan
Latosol complek) yang berasal dari berbagai
jenis produk vulkanik dan mendominasi sekitar
14% total area.
Tingkat pengurangan luas tutupan hutan
dan permukiman di DAS Citarum semakin lama
semakin cepat. Tabel 2 di bawah ini
memperlihatkan degradasi lahan dan tingkat
pertumbuhan permukiman. Terlihat dari tabel
penurunan yang sangat significant terhadap
luas tutupan hutan dan terjadi peningkatan
permukiman. Hal ini berakibat kepada exploitasi
lahan yang berlebihan terutama berubahnya
penggunaan lahan berupa hutan menjadi kebun
kebun sayuran.
Selanjutnya, pada Tabel 3 di bawah ini
diperlihatkan kondisi Subdas yang berada di
Citarum Hulu. Pencemaran dan sedimentasi
merupakan masalah utama sungai Citarum.
Menurut data Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Jawa Barat, di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Citarum tidak satu lokasi pun yang
kualitas airnya memenuhi kriteria mutu air, baik
untuk minum maupun kegiatan perikanan
atupun pertanian.
DAS ini telah banyak mengalami tekanan
dari pemanfaatan lahan yang melebihi daya

dukungnya, seperti terjadinya ekstensifikasi dan


intensifikasi pertanian, kepadatan penduduk
pertumbuhan pemukiman, perikanan bahkan
industri. 1,2,3).
Tabel 2. Luas Tutupan Hutan dan Permukiman
di DAS Citarum (Ha)

Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Citarum.

Tabel 3. Kondisi Lingkungan DAS Citarum Hulu

Pencemaran air sungai disebabkan


banyaknya air limbah yang masuk ke dalam
sungai yang berasal dari berbagai sumber
pencemaran, yaitu dari domestik, peternakan,
pertanian dan sebagainya.
Tingkat sedimentasi masing masing
Subdas cukup tinggi. Dari beberapa Subdas
tersebut, Subdas Cirasea dan Subdas
Cisangkuy merupakan subdas yang paling
banyak aktivitas pertanian seperti budidaya
tanaman sayuran yang berakibat kepada tingkat
sedimentasi yang sangat tinggi hingga
mencapai 1.755.520 ton/tahun untuk DAS
Cirasea dan 1.332.690 untuk DAS Cisangkuy.
Sedimentasi tersebut akan menimbulkan
pendangkalan sungai dan berakibat banjir.
Tekanan aktifitas pertanian tersebut tidak
hanya menimbulkan pencemaran organik yang

berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida,


tetapi juga mengakibatkan terjadinya erosidi
sekitar Situ Cisanti yang akhirnya berdampak
terhadap
peningkatan
sedimentasi
dan
penurunan kualitas perairan di DAS Citarum
Cirasea.4)
3.2.

Kualitas Perairan Situ Cisanti

3.2.1. Parameter Fisik-Kimia Perairan


Hasil analisa laboratorium parameter
kualitas air Situ Cisanti disajikan pada Tabel 4
berikut :
Tabel 4. Data Hasil Analisa Sampel air
Komposit Situ Cisanti.
Parameter
TSS
TDS
pH
Total Posfat
Amonia (NH3-N)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)

Unit
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Hasil
24
132
7.04
0.528
1.836
0.285
0.136

BM
1000
50
6-9
0.200
10.000
0.060

Partikel Tersuspensi Total (TSS). TSS


adalah jumlah bahan-bahan tersuspensi
dengan diameter lebih dari 1 mm yang tertahan
oleh saringan berdiameter 0,45 mm. Padatan
tersuspensi mempengaruhi
kekeruhan dan
kecerahan
air
sehingga
karenanya
mempengaruhi
proses
fotosintesa
(APHA,1992).
Ditinjau dari kondisi lingkungan sekitar
Situ Cisanti, penyebab utama dari TSS adalah
kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke
badan air yang kemungkinan merupakan
bagian dari lumpur dan pasir halus serta jasad
renik.
Dalam hubungan dengan kehidupan ikan,
Alabaster dan Lloyd (1980) mengemukakan
bahwa badan air dengan konsentrasi TSS < 25
mg/l tidak berpengaruh pada kehidupan ikan;
konsentrasi TSS 25-80 mg/l berpengaruh sedikit
pada kehidupan ikan, konsentrasi TSS 80-400
berpengaruh nyata dan dengan konsentrasi

TSS > 400 mg/l, maka kualitas perairan


tersebut tidak menunjang kehidupan ikan.
Selanjutnya, hasil pengukuran kandungan
TSS di Situ Cisanti pada Tabel 4, menunjukkan
konsentrasi TSS < 25 mg/l. Dengan nilai
tersebut ternyata kandungan TSS Situ Cisanti
belum melebihi ambang batas baku mutu PP 82
tahun 2001 yang mengindikasikan bahwa air
Situ Cisanti masih layak untuk kehidupan biota
perairan.
Namun demikian, kandungan TSS yang
mendekati konsetrasi 25 mg/L tersebut,
dikawatirkan suatu saat akan melebihi
konsentrasi yang diperlukan oleh kehidupan
perairan, sejalan dengan kegiatan budidaya
pertanian yang terus meningkat, baik secara
ektensif maupun intensif.
Partikel Terlarut Total (TDS).
TDS
adalah bahan-bahan terlarut baik organik
maupun anorganik dengan diameter < 10-6 dan
koloid dengan diameter 10-3-10-6 . Padatan ini
terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan
organik yang larut dalam air, mineral dan
garam-garamnya.
Ditinjau dari aktifitas disekitar Situ Cisanti
yang didominasi oleh aktifitas pertanian seperti
tanaman padi dan sayuran, dengan pemupukan
dan pemberian pestisida yang intensif,
sehingga kandungan TDS di Situ Cisanti
merupakan hasil akumulasi dari pemberian
pupuk dan pestisida di lahan pertanian disekitar
Situ tersebut.
Pengukuran kandungan TDS di Situ
Cisanti pada Tabel 4, menunjukkan konsentrasi
TDS sebesar 132 mg/l.
Dengan kandungan
TDS tersebut mengindikasikan bahwa TDS Situ
Cisanti telah melebihi ambang batas baku mutu
kualitas air PP 82 tahun 2001.
Tingginya
kandungan
TDS
tersebut
diduga
ada
hubungannya dengan (1) aktifitas pembukaan
lahan pertanian yang menimbulkan erosi
terbawa aliran air ke Situ Cisanti, (2) aktifitas
pemupukan serta penyemprotan pestisida,
kemudian terbawa oleh aliran air menuju ke Situ
tersebut.
Derajat Keasaman (pH).
Pada
kehidupan sehari hari, pH merupakan angka
derajat keasaman dan/atau kebasaan air, yang
merefleksikan keberadaan kandungan karbon
dioksida (CO2) maupun keberadaan asam
organik dan pencemaran.

Dalam beberapa kepustakaan, besaran


pH akan mempengaruhi proses biologi dan
kimia. Nilai pH pada badan air dapat menekan
kemampuan reproduksi organisme tententu dan
dapat menyebabkan subtansi beracun menjadi
lebih siap diambil tanaman dan hewan air. Hal
ini bisa menyebabkan terjadinya gangguan
pada rantai makanan yang pada gilirannya
dapat menyebabkan hilangnya spesies lain.
Lebih jauh diketahui pula bahwa peningkatan
nilai pH dapat meningkatkan daya racun
ammonia pada organisme perairan.
Sebagaimana disajikan pada Tabel-4,
kondisi derajat keasaman perairan Situ Cisanti
adalah 7,04. Kondisi ini masih dalam kisaran
pH normal atau berada dalam kisaran ambang
batas yang ditentukan baku mutu PP 82 tahun
2001.
Fosfor (P).
Di perairan fosfor tidak
ditemukan dalam bentuk bebas sebagai
elemen, tetapi umumnya dalam bentuk
anorganik yang terlarut dan partikulat. Sebagai
bahan anorganik terlarut fosfor ditemukan
sebagai ortofosfat dan polifosfat. Pada kondisi
aerobik, fosfor yang membentuk kompleks
dengan ion besi dan kalsium bersifat tidak larut
dan mengendap pada sedimen sehingga tidak
dapat dimanfaatkan oleh alga akuatik (Jeffries
and Mills 1996). Keberadaan fosfor di perairan
Situ Cisanti diduga lebih dominan berasal dari
hanyutan pupuk dan kegiatan pertanians ecara
umum serta hancuran bahan organik.
Sebagai nutrien, fosfor sangat penting
namun dalam konsentrasi tinggi dapat
merangsang terjadinya blooming algae yang
dapat menimbulkan bau tak sedap dari
senyawa 2-methyl-isoborneal; bahan beracun
yg diproduksi oleh blue green algae
(mycrocystis) yang dapat membunuh ikan.
Selain mati karena racun, pada kondisi
blooming alga; ikan dan organisme lain juga
dapat mati karena kekurangan atau kehabisan
oksigen. Kekurangan oksigen terlarut tersebut
terjadi karena bersamaan dengan blooming
alga terjadi pula peningkatan organik; yang
untuk dekomposisinya memerlukan banyak
oksigen.
Hasil pengukuran kandungan fosfor (P)
dalam bentuk ortho posphat di Situ Cisanti pada
Tabel 4, menunjukkan konsentrasi 0,528 mg/l.
Kandungan P Situ Cisanti tesebut telah melebihi
standar baku mutu kualitas air PP 82 tahun

2001 (0,200 mg/L). Tingginya nilai P ini dapat


merangsang terjadinya blooming pada perairan
Situ Cisanti.
Nitrogen (N).
Nitrogen merupakan
nutrien penting bagi perkembangan tumbuhan
dan hewan. Di perairan, nitrogen diperlukan
dalam proses metabolisme organisme bagi
kelangsungan hidupnya.
Jumlah nitrogen di perairan Situ Cisanti
diduga terus meningkat sejalan dengan
pertambahan input (pupuk dan pestisida) dari
aktifitas budaya pertanian pada lahan
disekitarnya. Telah diketahui bahwa kandungan
utama dari pupuk pertanian adalah nitrogen
dan fosfor, yang dalam proses penggunaannya
sebagian besar tercuci masuk kedalam sungai.
Hasil pengukuran kandungan Nitrogen
(N) di Situ Cisanti pada Tabel 4, menunjukkan
konsentrasi NH3-N NO3-N dan NO2-N berturut
turut 1,836 mg/L, 0,285 mg/L dan 0,136 mg/L.
Ditinjau dari ketentuan standar baku mutu,
hanya NO2-N yang melebihi nilai ambang batas,
namun nitrit merupakan senyawa kimia yang
labil mudah berubah menjadi bentuk lain
tergantung kepada suasana lingkungannya.
Kandungan NO3-N masih lebih rendah
dibandingkan dengan standar baku mutu PP 82
tahun 2001, sedangkan nilai NH3-N dinilai
cukup tinggi untuk lingkungan kehidupan biota
khususnya ikan, bisa mengganggu kehidupan
perairan.
3.2.2. Parameter Biologi Perairan
Plankton merupakan biota perairan yang
keberadaannya dapat menunjukkan kualitas
lingkungan
suatu
perairan.
Keberadaan
plankton tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan seperti kandungan silikat,
fosfat, nitrat, dan penetrasi cahaya matahari.
Keanekaragaman plankton dapat dipakai
sebagai parameter dan bioindikator kualitas
perairan. Untuk itu, penentuan kualitas perairan
Situ Cisanti dapat ditentukan berdasarkan
Kriteria kualitas air menurut Indeks Diversitas
Plankton (Canter and Hill, 1981) dapat dilihat
pada Tabel 5.
Hasil perhitungan sampel plankton di Situ
Cisanti, mengungkapkan bahwa Situ ini dihuni
oleh plankton lebih dari 20 jenis yang berasal
dari beberapa Kelas seperti dari kelas
Chlorophyceae
yaitu:
Spirogyra
sp,

Sphaerocystis
sp,
Ankistrodesmus
sp,
Scenedesmus sp dan Mougeotia sp.
Sedangkan dari kelas Bacillariophyceae
meliputi jenis Fragilaria sp, Navicula sp,
Nitzshia sp, Gomphonema sp, Amphora sp,
Cocconeis sp, Frustulia sp, Rhopalodia sp,
Eunotia sp, Stauroneis sp, Pleurosigma sp dan
Surirella sp.

Tabel 6. Hasil Identifikasi Fitoplankton Situ


Cisanti di DAS Citarum Hulu

Tabel 5 Indeks Diversitas Plankton


Indeks Diversitas
Kualitas Air
Phyto plankton
Sangat Baik
Baik
Sedang
Buruk
Sangat Buruk

> 2.0
1.6 2.0
1.0 1.6
0.7 1.0
< 0.7

Zoo
plankton
> 2.0
1.6 2.0
1.4 1.6
1.0 1.4
< 1.0

Selanjutnya,
hasil
identifikasi
dan
perhitungan diversitas plankton Situ Cisanti
disajikan pada Tabel 6.
Pada Tabel 6 diperlihatkan hasil
identifikasi plankton di perairan sekitar Situ
Cisanti. Tabel tersebut menunjukkan bahwa
bagian hulu Situ Cisanti memiliki nilai indeks
diversitas
Shannon
&
Weaver
(keanekaragaman) 0.18, bagian tengah Situ
memiliki nilai indeks diversitas 1.79, di Situ
Cisanti bagian hilir memiliki nilai indeks
diversitas 1.90 dan aliran air dari Situ Cisanti
menuju pemukiman memiliki nilai indeks
diversitas 0.83.
Menurut Indeks Diversitas Plankton, nilai
Indeks Diversitas Shannon & Weaver Situ
Cisanti termasuk kedalam kategori kualitas
perairan buruk, sedangkan di bagian tengah
dan hilir Situ termasuk kedalam kategori
kualitas perairan baik, dengan jumlah jenis
plankton berkisar antara 12-14 jenis.
Sebaliknya, kualitas air sungai di
pemukiman sebelah hilir Situi Cisanti, meskipun
termasuk kategori kualitas perairan sedang,
tetapi jumlah jenis plankton yang teridentifikasi
hanya 6 jenis. Sedikitnya jumlah jenis plankton
tersebut dimungkinkan oleh aliran air yang
deras atau karena semakin banyaknya imbuhan
penggunaan pestisida yang pada akhirnya
masuk ke perairan tersebut dan mengganggu
kehidupan organisma perairan khususnya
plankton.

3.3.

Kesuburan Perairan Situ Cisanti

Menurut Novotny dan Olem (1994) dan


Effendi (2000) Untuk mengetahui tingkat
kesuburan perairan Situi Cisanti secara
kuantitatif,
dapat
berpedoman
kepada
perubahan beberapa parameter kualitas
perairan, sebagaimana disajikan pada Tabel-7.
Tabel-7. Tingkat Kesuburan Perairan
Berdasarkan Parameter Kualitas Air
Parameter
Fosfor Total (g/l)
Nitrogen Total (g/l)
Klorofil-a (g/l)

Klasifikasi kesuburan
Oligotrof
Mesotrof
Eutrof
< 10
10 - 20
> 20
< 200
200 - 500
> 500
<4
4 - 10
> 10

Dari hasil analisa laboratorium kimia air,


beberapa parameter penting kualitas air Situ
Cisant, kandungan total N adalah 2,257 mg/L
dan kandungan total P adalah 0,528 mg/L,

sedangkan kandungan klorofil-a tidak diukur.


Kedua kandungan parameter kualitas air
tersebut (N dan P) ternyata sudah melebihi
kriteria tingkat kesuburan perairan berdasarkan
parameter kualitas air dari Novotny (1994),
dimana P>20g/L dan N>500g/L
Dari
kandungan N dan P sampel air sebagaimana
tersaji pada Tabel 4, Situ Cisanti dapat
diklasifikasikan kedalam Situ yang memiliki
perairan yang Yutrof.
4.
4.1.

PENUTUP
Kesimpulan

a)

Tekanan aktifitas pertanian di sekitar Situ


Cisanti
telah
berdampak terhadap
peningkatan sedimentasi dan penurunan
kualitas perairan di Situ Cisanti DAS
Cirasea.
Konsentrasi TDS dan P berturut-turut
sebesar 132 mg/l dan 0,528 mg/L,
mengindikasikan bahwa parameter TDS
dan P Situ Cisanti telah melebihi ambang
batas baku mutu kualitas air PP 82 tahun
2001. Sedangkan untuk parameter N,
meskipun masih dibawah standar baku
mutu, namun untuk kelayakan kehidupan
perairan konsentrasi total N 2,257 mg/L ,
bisa mengganggu kehidupan perairan.
Menurut Indeks Diversitas Plankton, Situ
Cisanti, secara umum termasuk pada
kategori perairan yang mampu melakukan
self purification, yang ditunjukkan oleh
status buruk di hulu Situ Cisanti dan
menjadi baik.di hilir Situ tersebut.
Namun dari kandungan parameter N dan
P, Situ Cisanti terindikasi sudah melebihi
baku mutu kriteria tingkat kesuburan
perairan. Oleh karena itu, Situ Cisanti
diklasifikasikan kedalam Situ dengan
perairan yang Yutrof.

b)

c)

d)

4.2.

Saran

a)

Untuk memulihkan perairan Situ Cisanti,


perlu diupayakan beberapa kegiatan di
sekitar DAS Cirasea, yang meliputi
menata lingkungan sehingga erosi yang
terjadi dapat dikurangi.
Proses
budidaya
pertanian
perlu
ditingkatkan
kualitasnya,
sehingga
mampu mengurangi lolosnya kelebihan

b)

pupuk dan pestisida dan masuk kedalam


perairan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Komarawidjaja, W. 2009. Status Kualitas
Perairan Kolam Sangatta North, Bekas |
Kolam Sedimentasi Tambang Batubara di
Kalimantan Timur. JHI Vol. 4 No.1: 29-35
2. Komarawidjaja, W. 2008. Penentuan
Konsentrasi Klorofil-a sebagai Indikator
Kualitas Perairan Waduk Saguling. Jurnal
Hidrosfir Indonesia (JHI) Vol 3 No.3 : 149158. :
3. Wangsaatmaja S. 2004. Perubahan Tata
Guna Lahan terhadap Rezim Aliran Air dan
Sanitasi Lingkungan (Land Use Change
impacts on Surface Water Regime and
Environmental Sanitation: Case Analysis of
the Upper Citarum Watershed).
PhD
Thesis.
Institut
Teknologi
Bandung.
(www.ehu.es/europeanclass2003/biological
_aspect_of_metal_accu.htm)
4. Komarawidjaja, W. 200?. Status Makro
Invertebrata pada Perairan DAS Ctarum
Hulu yang Tercemar. Jurnal Teknologi
Lingkungan (JTL) Vol No. :
5. Garno Y S. 2002. Dinamika dan Status
Kualitas Air Waduk Multi Guna Cirata.
Jurnal SAins dan Teknologi Indonesia
(JSTI) Vol 4 No.4 :1-8
6. Garno Y S. 2001. Status dan Karakteristik
Pencemaran di Waduk Kaskade Citarum.
JTL Vol 2 No.2 : 207-213. ISSN 1441318X.
7. Anonimus. 2011. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran. Jakarta.
8. APHA. 1995.
Standard Methods. 19 th
Edition. American Public Health Assiciation.
Washington DC.
9. Alabaster J S, and R Loyd. 1982. Water
Quality: Criteria for Fresh Water Fish. 2nd
Edition. Food and Agriculture Organization.
United Nation. Butterworth.

10. Novotny V and H Olem. 1994. Water


Quality: Prevention, Identification, and
Management of Diffuse Pollution. Van
Nostrand Reinhold, New York. 1054pgs.

11. Effendi H. 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi


Pengelolaan SUmberdaya dan Lingkungan
Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

STATUS KUALITAS PERAIRAN


SITU CISANTI GUNUNG WAYANG, SUBDAS CIRASEA
CITARUM HULU
Wage Komarawidjaja1, Agung Riyadi1, Titiresmi2
Peneliti Pusat Teknologi Lingkungan1
Peneliti Balai Teknologi Lingkungan2
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
wkwidjaja@scientist.com
Abstract
Situ Cisanti merupakan tempat pertama kali sungai purba Citarum mengalirkan air dari Kawasan
Hutan Gunung Wayang di Bandung Selatan. Saat ini, luas Situ Cisanti adalah 6.5 ha, kedalaman 2.5
meter dengan volume tampungan air mencapai 162.000 m3, dikelilingi oelh aktiifitas masyarakat
petani yang intensif, sehingga tekanan aktifitas pertanian di sekitar Situ Cisanti telah berdampak
terhadap peningkatan sedimentasi dan penurunan kualitas perairan di Situ tersebut. Berdasaekan
alasan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status kualitas lingkungan Situ Cisanti dan
sekitarnya,
Data parameter kualitas air yang diukur adalah meliputi partikel tersuspensi total (TSS), partikel
terlarut total (TDS), pH, posfat (P), ammonia (NH 3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N). Hasil analisa
laboratotium menunjukkan bahwa : (a) konsentrasi TDS dan P berturut-turut sebesar 132 mg/l dan
0,528 mg/L, mengindikasikan bahwa parameter TDS dan P Situ Cisanti telah melebihi ambang batas
baku mutu kualitas air PP 82 tahun 2001. (b) Sedangkan untuk parameter N, meskipun masih dibawah
standar baku mutu, namun untuk kelayakan kehidupan perairan konsentrasi total N 2,257 mg/L , bisa
mengganggu kehidupan perairan.
Ditinjau dari Indeks Diversitas Shanon dan Waver, status kualitas perairan di Situ Cisanti,
secara umum termasuk pada kategori perairan yang mampu melakukan self purification, yang
ditunjukkan oleh status buruk di hulu Situ Cisanti dan menjadi lebih baik.di bagian hilir Situ tersebut.
Namun dari kandungan parameter N dan P, Situ Cisanti terindikasi sudah melebihi baku mutu kriteria
tingkat kesuburan perairan. Oleh karena itu, Situ Cisanti diklasifikasikan kedalam Situ dengan
perairan yang Yutrof.
Keywords:cisanti, pencemaran lingkungan, kualitas air.
Abstracts
Cisanti reservoir or Situ Cisanti is a first place of the ancient Citarum river flowed water from
from the forest of Mount Wayang in Southern Bandung. Currently, the area of Situ Cisanti is 6.5 ha
and depth of water body is 2.5 meters with a volume of 162 000 m3.where the activities of intensive
farming is done. This activities have impact on increased sedimentation and decreased water quality
in the Reservoir. Based on the above reason, this study aims to determine the status of environmental
quality of Situ Cisanti and surrounding areas.
Data of water quality parameters were measured including total suspended particles (TSS), total
dissolved particles (TDS), pH, phosphate (P), ammonia (NH3-N), nitrite (NO2-N) and nitrate (NO3-N).
Laboratotium analysis results showed that: (a) the concentration of TDS and P respectively at 132 mg /
l and 0.528 mg / L, indicating that the parameters of TDS and P Situ Cisanti has exceeded the
threshold of water quality standard PP 82 in 2001. (b) while for the parameter N, although the
concentration is still below the quality standards, but for the aquatic life, total N concentration of 2.257
mg/L could disrupt aquatic life.
Furthermore, based on the Plancton Diversity Index, the status of water quality in Situ Cisanti, in
general, shown by the poor status in Situ Cisanti upstream, but in Situ Cisanti downstream parts
become better. It indicated that Situ Cisanti has the ability for self purification.
However, the
parameters of N and P content of Situ Cisanti exceeds the quality standard for waters organism life.
Therefore, it is classified that Situ Cisanti is eutrophic waters.
Keywords: Situ Cisanti, Cisanti Reservoir, environmental pollution, water quality.

You might also like