Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Kurikulum Program Studi D Iii Kebidanan, Kompetensi Dosen, Dan Sarana Prasarana Pendidikan Dengan Mutu Lulusan
Hubungan Kurikulum Program Studi D Iii Kebidanan, Kompetensi Dosen, Dan Sarana Prasarana Pendidikan Dengan Mutu Lulusan
Abstract
Background: Skilled and competent midwives play major role in improving
mother and child welfare. A large number of Midwifery Diploma III institutions, lack
of qualified lecturers, and the threat of midwives surplus in 2016, require Midwifery
Diploma III institutions to generate competent graduates who are according with
the ever-evolving needs of stakeholders.
Aim (s) : This study aims to analyze the correlation between D III midwifery
education curriculum, lecturers competence, education facilities and quality of
graduates; analyze the opinion of alumni due to the implementation of the D III
midwifery education curriculum, the availability of educational facilities, and the
lecturers competence; and analyze the graduates competence according to the
users.
Methods : The study design was a mixed method with sequential explanatory
design approach. Subjects were Alumni of Panti Wilasa Semarang Midwifery
Academy graduated from 2008 until 2010 and the employer with 53 respondents
for each groups. Data were analyzed using Spearman Rank correlation and
multiple linear regression.
Results : The results showed that simultaneously, there was no correlation
between D III midwifery education curriculum, lecturers competence, educational
facilities and quality of graduates. There was no correlation between D III
midwifery education curriculum with the quality of graduates (rs=-0.114, p=0.414),
there was fairly strong positive correlation between the quality of graduates and
lecturers competence (B coefficient=0.433, p=0.005), there was no correlation
between educational facilities and quality of graduates (rs=0.241, p=0.082). The
analysis of concept map on the implementation of Midwifery Diploma curriculum
consisted of educational programs,relevance midwifery curriculum to the field of
work, development of science and technology, and ability of the students in timemanagement and adaptation. Education facilities required improvement in
facilities management. There was diversity lecturers competence. The most
excellent graduates competence based on the employer were skill-management
and integrity.
Conclusion: The study concludes that the better D III midwifery education
curriculum does not guarantee better quality of graduates. The better lecturerss
competence, the better quality of graduates. Educational facilities and
infrastructure do not guarantee better quality of graduates. Alumni found that
educational programs, midwifery curriculum relevance to the field of work, science
and technology development, and the ability of students in time-management and
adaptation influence the implementation of Midwifery Diploma curriculum. The
education facilities required improvement in management. There was diversity in
Kerangka Pemikiran
Angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia sampai dengan saat ini
belum mengalami penurunan yang
signifikan.
Survai
Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 menunjukkan bahwa AKI masih
tinggi yaitu sebesar 228/100.000
kelahiran hidup dan AKB sebesar
34/1000 kelahiran hidup.1 Kondisi
tersebut secara tidak langsung
memengaruhi rendahnya Human
Development Index (HDI) Indonesia
pada
bidang
kesehatan
yang
menduduki peringkat 118 dari 187
negara di dunia. Data HDI tersebut
menjadi perhatian khusus bagi
pemerintah untuk lebih menajamkan
program-program
kesejahteraan
rakyat khususnya kesehatan, dengan
memacu peningkatan dalam segi
kualitas dan kuantitas.2
Bidan
merupakan
tenaga
kesehatan
yang
memiliki
andil
terdepan dalam peningkatan derajat
kesehatan ibu dan anak yang sampai
saat ini menjadi perhatian pemerintah
dalam upaya pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs).3 Oleh
karena itu institusi pendidikan D III
kebidanan memiliki peran penting
dalam menghasilkan ahli madya
kebidanan
yang
terampil
dan
kompeten
dalam
melaksanakan
tugasnya di tengah masyarakat.
Program pendidikan D III Kebidanan
termasuk ke dalam pendidikan vokasi
yang mengarahkan mahasiswa pada
kesiapan
penerapan
dan
pengembangan keahlian tertentu,
serta mengupayakan penggunaannya
Hasil Penelitian
Sebagian besar IPK kelulusan
subjek antara
3,00-3,50 (79,2%).
Lama waktu yang diperlukan untuk
penyelesaian studi yang ditempuh
oleh seluruh subjek yaitu 6 semester
(100%). Lama waktu yang diperlukan
untuk
menunggu
mendapatkan
pekerjaan setelah lulus pendidikan
sebagian besar kurang dari 6 bulan
(84,9%).
Sedangkan
kesesuaian
bidang kerja dengan pendidikan yang
ditempuh sebagian besar bekerja di
rumah sakit/klinik swasta (56,6%).
Pad
variabel
kurikulum
pendidikan D III kebidanan memiliki
nilai rata-rata yang lebih tinggi bila
dibandingkan
dengan
variabel
kompetensi dosen dan sarana
prasarana pendidikan ( x =79,24).
Skor kurikulum pendidikan D III
Kebidanan
dari
segi
rata-rata
tergolong kategori tinggi, sedangkan
kompetensi dosen ( x =71,16) dan
sarana
prasarana
pendidikan
( x =74,44)
7
berada
pada
kategori
Berdasarkan
analisis
statistik
tersebut dapat ditentukan persamaan
regresinya yaitu :
Mutu lulusan = 75,231 (0,446 x
Kurikulum Pendidikan) + (0,443 x
Kompetensi Dosen)
Hasil
analisis
multivariabel
menunjukkan bahwa model awal yang
didapatkan bukanlah model yang fit,
sehingga analisis dilanjutkan dengan
membuang variabel yang paling tidak
bermakna yaitu sarana prasarana
pendidikan.
Pada
model
akhir
didapatkan bahwa hanya terdapat
dua variabel yang secara simultan
memengaruhi mutu lulusan, yaitu
variabel kurikulum pendidikan D III
kebidanan dan kompetensi dosen (r
multipel = 0,391; p = 0,016). Variabel
kompetensi dosen memiliki pengaruh
paling besar terhadap mutu lulusan
(koefisien B=0,433)
Pembahasan
Penelitian Chang 63 mengenai
efektivitas
kurikulum
yang
dilaksanakan di Taiwan, menyatakan
bahwa tidak terdapat korelasi yang
signifikan
antara
keberadaan
kurikulum dengan kompetensi yang
dicapai oleh lulusan. Penyusunan
kurikulum dengan langkah yang tidak
tepat, yaitu tidak melaksanakan survai
terhadap
kebutuhan
industri/pengguna dan penyusunan
profil lulusan membuat kurikulum
yang disusun kurang mengenai
sasaran. Sebelum membuat desain
awal kurikulum, harus didahului
dengan membangun profil lulusan
yang akan dihasilkan dan disertai
dengan kompetensi inti yang harus
dicapai oleh mahasiswa. Hasil in
depth interview kepada partisipan
alumni menunjukkan bahwa partisipan
masih belum cukup puas dengan
pelaksanaan kurikulum pendidikan D
III Kebidanan yang pernah mereka
terima. Terdapat beberapa mata
8
Kesimpulan
1. Semakin baik kurikulum pendidikan
tidak dapat menjamin bahwa mutu
lulusan akan menjadi lebih baik
2. Semakin baik kompetensi dosen
maka semakin baik mutu lulusan
3. Semakin baik sarana prasarana
pendidikan tidak dapat menjamin
bahwa mutu lulusan akan menjadi
lebih baik
4. Kurikulum program studi D III
kebidanan, kompetensi dosen, dan
sarana
prasarana
pendidikan
secara simultan tidak memiliki
hubungan dengan terhadap mutu
lulusan. Hanya terdapat dua
variabel yang berhubungan secara
simultan terhadap mutu lulusan,
yaitu kurikulum pendidikan D III
kebidanan dan kompetensi dosen
9
4. Pemimpin
istitusi
dan
unit
penjaminan mutu perlu untuk
melaksanakan
audit
internal
secara berkala untuk menilai
pelaksanaan sistem pendidikan
yang berjalan dari segi input,
proses, dan output, terutama pada
aspek
kurikulum
pendidikan,
kompetensi dosen, dan sarana
prasarana pendidikan.
Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. Profil kesehatan
Indonesia tahun 2011. Jakarta;
2011.
2. United
Nation
Development
Programme. Human development
report 2011 sustainability and
equity : a better future for all.
2011.
3. Kemenkes RI. Kurikulum inti
pendidikan
Diploma
III
Kebidanan. Jakarta: Kemenkes
RI; 2011.
4. Kepmendiknas RI. Kepmendiknas
RI No. 232/U/2000 tentang
pedoman penyusunan kurikulum
pendidikan tinggi dan penilaian
hasil belajar. In: Mendiknas,
editor. Jakarta: Mendiknas RI;
2000.
5. Kemdiknas
RI.
Moratorium
program-program studi bidang
kesehatan tahun 2011. Jakarta:
Kemdiknas RI; 2011.
6. Pengurus Ikatan Bidan Indonesia.
Peningkatan hard skill dan soft
skill dalam menghadapi surplus
Bidan tahun 2015. Bandung: IBI;
2012.
7. Sumitri. Tracer study lulusan
Program
Studi
Kebidanan
Bukittinggi periode 2002-2012.
Padang: Poltekkes Kemenkes RI
Padang; 2012.
8. Afzar P, et.all. Pre-service
midwifery education program in
Afganistan. Final phase one
Saran
1. Institusi
perlu
melaksanakan
peninjauan
dan
perubahan
kurikulum
dengan
melibatkan
stakeholder sebagai pengguna
lulusan
dalam
penyusunan
kurikulum.
2. Institusi perlu menyetarakan dan
meningkatkan kompetensi dosen
(dosen tetap maupun dosen tidak
tetap) melalui penyelenggaraan
berbagai
pelatihan
yang
menunjang
peningkatan
kompetensi dosen
3. Institusi
perlu
melaksanakan
perbaikan
manajemen
sarana
prasarana pendidikan, dari segi
pengadaan yaitu penambahan
jumlah
dan
kualitas
sarana
prasarana
dengan
mempertimbangkan
rasio
mahasiswa.
Pelaksanaan
pengelolaan sarana prasarana
dengan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) yang
berlaku
dengan
menerapkan
pengawasan
dan
pemberian
reward/punishment. Pelaksanaan
pemeliharaan sarana prasarana
pendidikan dilaksanakan berkala
sesuai
dengan
prosedur
pemeliharaan yang seharusnya.
10
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
11
penyelenggaraan
pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press; 2010.
Sallis E. Manajemen Mutu
Terpadu Pendidikan. Yogyakarta:
IRCiSoD; 2010.
Wahab AA. Anatomi Organisasi
dan Kepemimpinan Pendidikan.
Bandung: Alfabeta; 2011.
Menkes
RI.
Kurikulum
inti
pendidikan diploma III kebidanan.
Jakarta: Kemenkes RI BPPSDM
Pusdiknakes; 2002.
Menkes RI. Kepmenkes RI No.
369/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar profesi bidan. Jakarta:
Kemenkes RI; 2007.
World
Health
Organization.
Quality
assurance
and
accreditation of nursing and
midwifery
educational
institustions. India: WHO; 2008.
Mudjiono, Dimyati. Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta; 2009.
Nasution S. Asas-asas kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara; 2009.
Dikti.
Pengelolaan
jurusan/departemen pendidikan
tinggi.
Jakarta:
Dewan
Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti;
2005.
Kemdiknas RI. Kepmendiknas RI
No.
045/U/2002
tentang
Kurikulum Inti Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kemdiknas; 2002.
Dikti. Draft Standar Nasional
Pendidikan Kebidanan Indonesia.
Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan; 2011.
Hasan H. Evaluasi kurikulum.
Bandung:
UPI
dan
PT
Rosdakarya; 2008.
Oemar
H.
Dasar-dasar
Pengembangan
Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya;
2008.
Kemdikbud. Kerangka dasar dan
struktur
kurikulum.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
Pengembangan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
2011.
Mulyasa E. Manajemen berbasis
sekolah : konsep, strategi, dan
implementasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya; 2011.
Akubuilo F. Holistic Assessment
of Student's Learning Outcome.
Journal
of
Education
and
Practice. 2012;3.
Muslich M. Sertifikasi guru
menuju profesionalisme pendidik.
Jakarta: Bumi Aksara; 2007.
Mulyasa E. Standar kompetensi
dan sertifikasi guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya; 2008.
Sagala
S.
Kemampuan
profesional guru dan tenaga
kependidikan. Bandung: Alfabeta;
2009.
Kunandar. Guru Profesional.
Jakarta: Rajawali Press; 2009.
Bunoti S. The Quality of Higher
Education
in
Developing
Countries Needs Professional
Support. Journal of Kyambogo
University. 2010.
Soetjipto, Kosasi R. Profesi
keguruan. Jakarta: PT Rineka
Cipta dan Pusat Perbukuan
Depdiknas; 2009.
Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan. Uji publik draft
standar sarana dan prasarana
pendidikan
tinggi
program
sarjana.
diakses tanggal 3
Agustus 2012 melalui http://bsnpindonesia.
Prayitno. Dasar teori dan praktik
pendidikan. Jakarta: Grasindo;
2010.
Komalasari K. Pembelajaran
kontekstual konsep dan aplikasi.
Bandung: Refika Aditama; 2010.
Mulyasa
E.
Menjadi
guru
profesional
menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
12
menyenangkan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya; 2008.
Rohani
A.
Pengelolaan
pengajaran; sebagai pengantar
menuju
guru
professional.
Jakarta: Rineka Cipta; 2008.
Ekundayo, Timilehin H. School
Facilities
As
Correlates
of
Student's Achievement In The
Affective
and
Psychomotor
Domains of Learning. European
Scientific Journal. 2010;6:208-15.
Kemdikbud.
Panduan
penyusunan proposal program
hibah tracer study tahun 2012.
Jakarta: Kemdiknas Ditjen Dikti;
2012.
BAN PT. Buku 1 Naskah
akademik akreditasi program
diploma. Jakarta: BAN PT; 2009.
Schomburg H. Handbook for
graduate tracer studies. Kassel,
Germany: University of Kassel
Press; 2003.
Murniasih
E.
Buku
pintar
beasiswa di dalam dan di luar
negeri. Jakarta: Gagas Media;
2009.
BAN PT. Buku VI matriks
penilaian instrumen akreditasi.
Jakarta: BAN PT; 2009.
International Confederation of
Midwives. Global standars for
midwifery education.
melalui
http://wwwinternationalmidwiveso
rg; 2010.
Zhang S. Analysis on the
Concepts and Theories of the
Quality of Graduate Education.
Asian Social Science Journal.
2010.
Khalid GKI, Tunus Y. The Quality
Assurance of Teaching and
Learning in faculty of bussines
and economic in University
Pendidikan
Sultan
Idris.
International
business
Educational Journal. 2009.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
13
14