Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

HUBUNGAN KURIKULUM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN,

KOMPETENSI DOSEN, DAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DENGAN


MUTU LULUSAN
Lisa Dwi Astuti, SST, M.Keb

Abstract
Background: Skilled and competent midwives play major role in improving
mother and child welfare. A large number of Midwifery Diploma III institutions, lack
of qualified lecturers, and the threat of midwives surplus in 2016, require Midwifery
Diploma III institutions to generate competent graduates who are according with
the ever-evolving needs of stakeholders.
Aim (s) : This study aims to analyze the correlation between D III midwifery
education curriculum, lecturers competence, education facilities and quality of
graduates; analyze the opinion of alumni due to the implementation of the D III
midwifery education curriculum, the availability of educational facilities, and the
lecturers competence; and analyze the graduates competence according to the
users.
Methods : The study design was a mixed method with sequential explanatory
design approach. Subjects were Alumni of Panti Wilasa Semarang Midwifery
Academy graduated from 2008 until 2010 and the employer with 53 respondents
for each groups. Data were analyzed using Spearman Rank correlation and
multiple linear regression.
Results : The results showed that simultaneously, there was no correlation
between D III midwifery education curriculum, lecturers competence, educational
facilities and quality of graduates. There was no correlation between D III
midwifery education curriculum with the quality of graduates (rs=-0.114, p=0.414),
there was fairly strong positive correlation between the quality of graduates and
lecturers competence (B coefficient=0.433, p=0.005), there was no correlation
between educational facilities and quality of graduates (rs=0.241, p=0.082). The
analysis of concept map on the implementation of Midwifery Diploma curriculum
consisted of educational programs,relevance midwifery curriculum to the field of
work, development of science and technology, and ability of the students in timemanagement and adaptation. Education facilities required improvement in
facilities management. There was diversity lecturers competence. The most
excellent graduates competence based on the employer were skill-management
and integrity.
Conclusion: The study concludes that the better D III midwifery education
curriculum does not guarantee better quality of graduates. The better lecturerss
competence, the better quality of graduates. Educational facilities and
infrastructure do not guarantee better quality of graduates. Alumni found that
educational programs, midwifery curriculum relevance to the field of work, science
and technology development, and the ability of students in time-management and
adaptation influence the implementation of Midwifery Diploma curriculum. The
education facilities required improvement in management. There was diversity in

lecturers competence. The most excellent graduates competence based on the


employer were management-skill and integrity.
Keywords:
curriculum,
lecturers
competence,
education
facilities,
quality of graduates

Kerangka Pemikiran
Angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia sampai dengan saat ini
belum mengalami penurunan yang
signifikan.
Survai
Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 menunjukkan bahwa AKI masih
tinggi yaitu sebesar 228/100.000
kelahiran hidup dan AKB sebesar
34/1000 kelahiran hidup.1 Kondisi
tersebut secara tidak langsung
memengaruhi rendahnya Human
Development Index (HDI) Indonesia
pada
bidang
kesehatan
yang
menduduki peringkat 118 dari 187
negara di dunia. Data HDI tersebut
menjadi perhatian khusus bagi
pemerintah untuk lebih menajamkan
program-program
kesejahteraan
rakyat khususnya kesehatan, dengan
memacu peningkatan dalam segi
kualitas dan kuantitas.2
Bidan
merupakan
tenaga
kesehatan
yang
memiliki
andil
terdepan dalam peningkatan derajat
kesehatan ibu dan anak yang sampai
saat ini menjadi perhatian pemerintah
dalam upaya pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs).3 Oleh
karena itu institusi pendidikan D III
kebidanan memiliki peran penting
dalam menghasilkan ahli madya
kebidanan
yang
terampil
dan
kompeten
dalam
melaksanakan
tugasnya di tengah masyarakat.
Program pendidikan D III Kebidanan
termasuk ke dalam pendidikan vokasi
yang mengarahkan mahasiswa pada
kesiapan
penerapan
dan
pengembangan keahlian tertentu,
serta mengupayakan penggunaannya

untuk meningkatkan taraf kehidupan


masyarakat.4
Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi
(DIKTI)
tahun
2011
menyatakan bahwa saat ini di
Indonesia terdapat 729 perguruan
tinggi
yang
menyelenggarakan
Program Studi Kebidanan jenjang D
III. Sampai dengan tahun 2011, baru
11% program studi kebidanan yang
telah
terakreditasi.
Banyaknya
program studi kebidanan tersebut
tidak diimbangi dengan jumlah dosen
yang memenuhi kualifikasi, baik
kualifikasi
akademik
ataupun
sertifikasi. Jumlah dosen kebidanan
yang memenuhi kualifikasi baru
mencapai 350 orang (7%) dari
standar minimal
jumlah dosen
kebidanan yang terkualifikasi di
Indonesia yaitu 5000 orang.5 Data
tersebut
mencerminkan
bahwa
terdapat tuntutan yang cukup berat
bagi insitusi pendidikan D III
Kebidanan untuk tetap menyediakan
tenaga bidan profesional yang
diharapkan oleh masyarakat di tengah
keterbatasan sumber daya yang
dimiliki. Hal tersebut juga menjadi
tantangan bagi institusi pendidikan D
III Kebidanan dalam melaksanakan
dan menyelenggarakan pengajaran
yang berkualitas sebagai salah satu
bagian pokok dalam pelaksanaan
tridarma perguruan tinggi.
Pengurus pusat Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) memperkirakan bahwa
terdapat penambahan lulusan kurang
lebih 70.000 bidan dalam satu tahun.
DIKTI memprediksikan bahwa dengan
melihat
jumlah
penyelenggara
program studi kebidanan saat ini,
2

belajar. Para lulusan menilai bahwa


perlu
penambahan
materi
keterampilan dalam pemasangan alat
kontrasepsi dalam rahim serta
pelayanan kebidanan komunitas.8
Penelitian United Nations Fund for
Population Activity (UNFPA) tahun
2010 mengenai evaluasi kinerja
lulusan bidan di Republik Sudan,
menyatakan bahwa bidan desa di
Sudan memiliki keterampilan yang
kurang dalam melaksanakan asuhan
kebidanan terutama di komunitas.
Sister midwifery programme World
Health organization (WHO) tahun
2004 di Sudan menunjukkan bahwa
bidan yang memiliki kualifikasi dan
sertifikasi
kompetensi
kebidanan
sangat
sedikit.9
Kurangnya
kompetensi
bidan
dalam
melaksanakan asuhan kebidanan
dimulai dari keberadaan institusi
pendidikan kebidanaan yang kurang
kompeten dan berkualitas dalam
melaksanakan
pendidikan.
Hal
tersebut disebabkan karena jumlah
institusi pendidikan kebidanan terlalu
sedikit sehingga tidak mencukupi
untuk memproduksi lulusan bidan
yang
diperlukan,
kebijakan
pemerintah yang belum mendukung
pelaksanaan
pendidikan
dan
pelayanan kebidanan, belum ada
tujuan pembelajaran (kurikulum) yang
mantap, keterampilan dosen yang
kurang, dan minimnya fasilitas
penunjang.9
Beberapa
data
di
atas,
menunjukkan
bahwa
institusi
penyelenggara pendidikan D III
Kebidanan perlu melaksanakan upaya
penjaminan mutu dengan tujuan untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan
(Quality Assurance). Higher Education
Longterm Strategies(HELTS) 20032010 menyatakan bahwa penjaminan
mutu di suatu perguruan tinggi adalah
proses penerapan dan pemenuhan
standar mutu secara konsisten dan

diperkirakan untuk 5 tahun ke depan


(tahun 2016) akan banyak lulusan
bidan yang tidak akan terserap.
Kedua
data
tersebut
saling
mendukung dan menguatkan bahwa
pada tahun 2016 akan terjadi surplus
bidan di Indonesia.5-6
Penelitian
Sumitri
mengenai
penilaian kinerja lulusan bidan
Poltekkes
Kemenkes
Padang
menunjukkan bahwa 71% pengguna
lulusan menilai bahwa kompetensi
lulusan baik. Namun masih banyak
terdapat keluhan pengguna lulusan
mengenai kinerja dan kompetensi
lulusan. Keluhan tersebut antara lain
masih ada lulusan yang bekerja di
luar kewenangannya sebagai bidan,
disiplin dan etika yang kurang, kurang
komunikasi, kurang percaya diri,
kurangnya
kemampuan
promosi
kesehatan dan konseling, serta
kurang mandiri dalam pengambilan
keputusan klinis.7
Penelitian United State Agency
International Development (USAID)
pada tahun 2009 mengenai program
evaluasi
pra-layanan
pendidikan
kebidanan
di
Afghanistan,
menunjukkan
bahwa
kompetensi
lulusan cukup baik dalam praktik
pelaksanaan pemeriksaan kehamilan
dan pertolongan persalinan namun
kurang dalam penatalaksanaan kasus
kegawatdaruratan
obstetri,
misal
penanganan
syok
(25%)
dan
pengeluaran plasenta secara manual
(39%). Para lulusan menyatakan
bahwa tidak semua materi dan
keterampilan yang diberikan selama
perkuliahan
dapat diaplikasikan
langsung saat bekerja, lulusan tidak
puas
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran pada saat kuliah dahulu
karena
terdapat
materi
serta
keterampilan yang dirasakan belum
maksimal dalam pelaksanaannya
dikarenakan kurikulum yang tidak
menunjang dan terbatasnya fasilitas
3

berkelanjutan, sehingga stakeholder


(mahasiswa/alumni, dosen, tenaga
penunjang, orang tua mahasiswa,
dunia kerja/pihak lain) memperoleh
kepuasan.10
Upaya penjaminan mutu yang
dilaksanakan di perguruan tinggi
dilaksanakan
dengan
mengacu
kepada pelaksanaan delapan standar
nasional pendidikan yang termuat di
dalam Sistem Penjaminan Mutu
Perguruan Tinggi (SPMPT). Standar
nasional
pendidikan
merupakan
kriteria minimal yang ditetapkan
dalam
pelaksanaan
sistem
penjaminan mutu pendidikan tinggi di
Indonesia antara lain : standar isi,
standar proses pembelajaran, standar
kompetensi lulusan, standar dosen
dan tenaga kependidikan, standar
sarana
prasarana,
standar
pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan.11-12
Suatu penelitian mengenai faktorfaktor yang memengaruhi kualitas
pendidikan yang dilaksanakan di
Surabaya
(2008),
menunjukkan
bahwa dari berbagai faktor yang diuji
menunjukkan bahwa faktor kurikulum
program studi, kompetensi dosen, dan
sarana
prasarana
pendidikan
merupakan faktor yang secara
signifikan dan dominan memengaruhi
kualitas pendidikan pada suatu
perguruan tinggi.13
Fokus aktivitas suatu institusi
pendidikan
tercermin
di
dalam
pelaksanaan
kegiatan
belajar
mengajar. Kurikulum sebuah program
studi menjadi patokan dalam segala
perencanaan
dan
pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, sekaligus
menjadi sebuah panduan untuk
menghasilkan kompetensi lulusan
yang akan di cetak.14 Kurikulum yang
dilaksanakan
oleh
Akademi
Kebidanan Panti Wilasa Semarang
sampai dengan saat ini mengacu
kepada kurikulum nasional pendidikan

Diploma III Kebidanan tahun 2002


yang disusun oleh Pusat Pendidikan
Tenaga kesehatan (Pusdiknakes)
beserta IBI, dengan penambahan
muatan lokal berupa Bahasa Inggris
dan Sistem Manajemen Kinerja Klinik
(SPMKK). Berdasarkan
Undangundang Sistem Pendidikan Nasional,
setiap perguruan tinggi berhak untuk
menentukan dan mengembangkan
kurikulum sendiri sesuai dengan
kemampuan dan tujuan yang ingin
dicapai serta menonjolkan ciri khas
masing-masing
perguruan
tinggi,
tanpa meninggalkan kurikulum inti
pendidikan yang harus tersedia di
dalamnya.15-16
Kurikulum pendidikan seharusnya
ditunjau ulang setiap 4-5 tahun, untuk
menilai relevansi kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,
serta
perkembangan
kebutuhan stakeholder. 12, 17 Sampai
dengan saat ini Akademi Kebidanan
Panti
Wilasa
belum
pernah
melaksanakan evaluasi peninjauan
kurikulum, sehingga kebutuhan untuk
pelaksanaan peninjauan kurikulum
dirasa cukup mendesak.
Sampai dengan saat ini, terdapat
64
program
studi
yang
menyelenggarakan pendidikan D III
Kebidanan di Jawa Tengah, dan 13
diantaranya ada di kota Semarang.
Kedua hal tersebut di atas, menjadi
tantangan yang cukup berat bagi
Akademi Kebidanan Panti Wilasa
agar dapat tetap bersaing. Oleh
karena itu diperlukan masukan yang
membangun dari alumni mengenai
pelaksanaan kurikulum dan pendapat
pengguna
lulusan
terhadap
kompetensi lulusan saat bekerja agar
institusi pendidikan terutama Akademi
Kebidanan Panti Wilasa dapat
berbenah diri demi meningkatkan
mutu lulusan agar dapat memenuhi
kebutuhan
stakeholder
yang
senantiasa berkembang.
4

tersedia dengan lengkap dan sesuai


dengan standar penjaminan mutu
pendidikan tinggi, akan sangat
mendukung keberlangsungan sebuah
proses pendidikan. Sarana prasarana
pendidikan yang tersedia dengan
lengkap dan dalam kondisi yang
terpelihara
diharapkan
mampu
meningkatkan kualitas pencapaian
tujuan
pembelajaran
sehingga
kompetensi yang diharapkan dapat
tercapai.12
Alumni sebagai pihak yang
memiliki pengalaman terlibat langsung
dalam pelaksanaan pembelajaran,
memiliki
peran
penting
dalam
pemberian informasi yang berharga
dan spesifik mengenai evaluasi
pelaksanaan program pendidikan di
suatu institusi pendidikan. Pengguna
lulusan merupakan pihak yang
menggunakan hasil lulusan suatu
instutusi
pendidikan,
institusi
pendidikan memiliki kewajiban untuk
dapat menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Perlu dilaksanakan studi penelusuran
alumni
untuk
mengevaluasi
pelaksanaan kurikulum yang telah
diterapkan, peran dosen dalam
proses
pembelajaran,
dan
ketersediaan
sarana
prasarana
pendidikan dalam menunjang proses
pembelajaran; serta evaluasi dari
pengguna
lulusan
terhadap
kompetensi lulusan yang dihasilkan
Akademi Kebidanan Panti Wilasa. Hal
tersebut
akan
sangat
berguna
sebagai
masukan
bagi
upaya
penjaminan
mutu
institusi
dan
pelaksanaann proses perbaikan yang
berkelanjutan.
Metode Penelitian
Subjek pada penelitian ini
adalah Alumni Akademi Kebidanan
Panti Wilasa Semarang Tahun Lulus
2008-2010 dan pengguna lulusan
yang memenuhi kriteria inklusi dan
tidak termasuk kriteria eksklusi, dan

Pelaksanaan kegiatan belajar


mengajar tidak dapat lepas dari peran
dosen yang ada dalam suatu institusi
pendidikan. Dosen berperan sebagai
agen pembelajaran, pengembang
ilmu pengetahuan, serta pengabdi
kepada
masyarakat
sehingga
meningkatkan
mutu
pendidikan
nasional. Kedudukan dosen juga
bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan
nasional
yaitu
berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan bertanggungjawab.18
Selaku
tenaga
pendidik
profesional, dosen harus memiliki
kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi sosial dan
kepribadian.
Dengan
berbekal
keempat kompetensi tersebut dosen
diharapkan
dapat
melaksanakan
proses
pembelajaran
yang
berkualitas, tidak hanya sebagai
proses transfer pengetahuan, namun
dosen juga dapat menjadi teladan dan
model
dalam
pembentukan
kepribadian dan sikap mahasiswa.15,
18
Dosen yang saat ini mengajar di
Akademi Kebidanan Panti Wilasa
memiliki latar pendidikan beragam,
dengan perbandingan jumlah dosen
dan mahasiswa yang cukup besar
yaitu
jumlah
dosen
kebidanan
sebanyak 10 orang untuk 300 orang
mahasiswa, dan dosen tidak tetap
sebanyak 22 orang. Hal tersebut
dikhawatirkan akan menjadi kendala
dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran,
sehingga
perlu
diketahui lebih lanjut peran dan
kompetensi dosen saat mengajar
sebagai
proses
evaluasi
yang
berkelanjutan untuk meningkatkan
mutu proses pembelajaran.
Ketersediaan fasilitas pendidikan
sangat diperlukan dalam interaksi
antara mahasiswa dengan dosen
dalam
proses
pembelajaran.
Keberadaan fasilitas pendidikan yang
5

wawancara pada partisipan ketiga,


peneliti telah mendapatkan data
jenuh/tidak mendapatkan informasi
baru,
sehingga
pelaksanaan
wawancara dihentikan.
Rancangan
penelitian
yang
digunakan adalah mixed methods
dengan
strategi
sequential
eksplanatory
design,
yaitu
pendekatan dalam penelitian yang
mengkombinasikan
atau
menghubungkan antara penelitian
kuantitatif
dan
kuantitatif
yang
dilakukan secara bertahap. Penelitian
kualitatif
dilaksanakan
setelah
mengetahui hasil dari penelitian
kuantitatif, dan bertujuan untuk
menggali informasi lebih dalam
berkaitan dengan hasil tersebut.57-58
Tahap
pertama
dilaksanakan
dengan
mengumpulkan
dan
menganalisis data secara kuantitatif
mengetahui
hubungan
antara
kurikulum pendidikan D III Kebidanan,
kompetensi dosen, dan sarana
prasarana pendidikan terhadap mutu
lulusan.
Tahap
kedua
yaitu
mengumpulkan dan menganalisis
data secara kualitatif. Pengumpulan
dan analisis data dilakukan untuk
mengetahui
pendapat
alumni
terhadap pelaksanaan kurikulum,
ketersediaan
sarana
prasarana
pendidikan, dan kompetensi dosen;
serta
bagaimanakah
kompetensi
lulusan
saat
bekerja
menurut
pengguna lulusan.
Pada
tahap
1
Penelitian
Kuantitatif, peneliti menggunakan
kuesioner
sebagai
instrumen
penelitian. Pada variabel kurikulum
pendidikan D III Kebidanan kuesioner
terdiri dari 16 pertanyaan dengan
menggunakan skala likert. Kuesioner
disusun oleh peneliti dengan melihat 6
aspek evaluasi kurikulum yang
terdapat pada Panduan Sistem
Penjaminan Mutu Internal Perguruan
Tinggi (SPMPT). Pada variabel

bersedia menjadi responden (mengisi


informed consent).
Populasi target
dalam penelitian ini adalah seluruh
alumni Akademi Kebidanan Panti
Wilasa Semarang dan pengguna
lulusan tersebut. Sedangkan populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah
alumni Akademi Kebidanan Panti
Wilasa Semarang tahun lulus 20082010 sebanyak 277 orang dan
pengguna lulusan tersebut. Sampel
pada penelitian ini adalah adalah
alumni Akademi Kebidanan Panti
Wilasa tahun lulus 2008-2010 dan
pengguna lulusan, yang diambil
dengan menggunakan rumus ukuran
sampel untuk koefisien korelasi .
Partisipan
pada
penelitian
dengan metode kualitatif ini adalah
alumni Akademi Kebidanan Panti
Wilasa Tahun Lulus 2008-2010
beserta pengguna lulusan, yang
diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Jumlah sampel
dalam penelitian kualitatif tidak
ditentukan, namun kejenuhan data
yang menjadi ukuran. Data dikatakan
jenuh apabila tidak ada informasi baru
yang didapat. Pada penelitian ini
wawancara dilaksanakan kepada 3
orang partisipan alumni dan 3 orang
partisipan pengguna lulusan. Dua
orang partisipan alumni diambil
berdasarkan data kuantitatif yaitu
alumni yang memiliki nilai rata-rata
rendah untuk penilaian kurikulum,
ketersediaan sarana prasarana, dan
kompetensi dosen, sedangkan satu
orang alumni dengan penilaian ratarata tinggi untuk penilaian kurikulum,
ketersediaan sarana prasarana, dan
kompetensi dosen diwawancara untuk
kepentingan
triangulasi
data.
Partisipan pengguna lulusan yang
diwawancara disesuaikan dengan
alumni yang telah diwawancara
sebelumnya.
untuk
mengetahui
kompetensi alumni tersebut saat
bekerja.
Setelah
pelaksanaan
6

Untuk keperluan analisis data


dan memudahkan pengolahan data
dilaksanakan
transformasi
data
ordinal menjadi data interval dengan
rumus skala 100. Analisis deskriptif
digunakan untuk melihat distribusi
frekuensi
responden
menurut
karakteristik kurikulum pendidikan D
III Kebidanan, kompetensi dosen,
sarana prasarana pendidikan, dan
mutu lulusan. Analisis bivariabel
digunakan untuk menguji hipotesis
yaitu hubungan variabel bebas dan
variabel terikat. Analisis dilakukan
dengan
menghitung
besarnya
korelasi. Analisis korelasi yang
digunakan untuk data interval adalah
teknik statistik parametrik dengan
menggunakan uji korelasi Pearson
Product Moment

kompetensi dosen, kuesioner terdiri


dari
28
pertanyaan
dengan
menggunakan skala likert. Kuesioner
disusun berdasarkan buku Pedoman
Sertifikasi Dosen terutama pada
bagian penilaian kompetensi dosen
oleh mahasiswa. Pada variabel
sarana
prasarana
pendidikan,
kuesioner terdiri dari 34 pertanyaan
dengan menggunakan skala likert.
Kuesioner
disusun
peneliti
berdasarkan poin pokok praktik baik
standar prasarana dan sarana dalam
Panduan Sistem Penjaminan Mutu
Internal Perguruan Tinggi (SPMPT).
Pada variabel mutu lulusan, kuesioner
terdiri dari 30 pertanyaan dengan
menggunakan skala likert. Kuesioner
disusun berdasarkan komponen inti
evaluasi kinerja lulusan sesuai
dengan Borang Akreditasi Program
Studi Diploma Badan Akreditasi
Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT)
yang meliputi 7 aspek, serta
instrumen
penelusuran
alumi
Universitas
Airlangga
yang
disesuaikan dengan dengan visi misi
institusi Akademi Kebidanan Panti
Wilasa.
Pada
tahap
2
Penelitian
Kualitatif,
peneliti
merupakan
instrumen
penelitian,
peneliti
menggunakan
bantuan
berupa
panduan
wawancara
dalam
melakukan
in
depth
interview.
Wawancara akan dihentikan apabila
telah didapatkan data jenuh, yaitu
apabila sudah tidak ada lagi informasi
baru yang didapatkan.Wawancara
dilaksanakan kepada 3 partisipan
alumni untuk mengetahui pendapat
alumni
terhadap
pelaksanaan
kurikulum,
ketersediaan
sarana
prasarana
pendidikan,
dan
kompetensi dosen; serta kepada 3
partisipan pengguna lulusan untuk
mengetahui kompetensi lulusan saat
bekerja.

Hasil Penelitian
Sebagian besar IPK kelulusan
subjek antara
3,00-3,50 (79,2%).
Lama waktu yang diperlukan untuk
penyelesaian studi yang ditempuh
oleh seluruh subjek yaitu 6 semester
(100%). Lama waktu yang diperlukan
untuk
menunggu
mendapatkan
pekerjaan setelah lulus pendidikan
sebagian besar kurang dari 6 bulan
(84,9%).
Sedangkan
kesesuaian
bidang kerja dengan pendidikan yang
ditempuh sebagian besar bekerja di
rumah sakit/klinik swasta (56,6%).
Pad
variabel
kurikulum
pendidikan D III kebidanan memiliki
nilai rata-rata yang lebih tinggi bila
dibandingkan
dengan
variabel
kompetensi dosen dan sarana
prasarana pendidikan ( x =79,24).
Skor kurikulum pendidikan D III
Kebidanan
dari
segi
rata-rata
tergolong kategori tinggi, sedangkan
kompetensi dosen ( x =71,16) dan
sarana
prasarana
pendidikan
( x =74,44)
7

berada

pada

kategori

Berdasarkan
analisis
statistik
tersebut dapat ditentukan persamaan
regresinya yaitu :
Mutu lulusan = 75,231 (0,446 x
Kurikulum Pendidikan) + (0,443 x
Kompetensi Dosen)
Hasil
analisis
multivariabel
menunjukkan bahwa model awal yang
didapatkan bukanlah model yang fit,
sehingga analisis dilanjutkan dengan
membuang variabel yang paling tidak
bermakna yaitu sarana prasarana
pendidikan.
Pada
model
akhir
didapatkan bahwa hanya terdapat
dua variabel yang secara simultan
memengaruhi mutu lulusan, yaitu
variabel kurikulum pendidikan D III
kebidanan dan kompetensi dosen (r
multipel = 0,391; p = 0,016). Variabel
kompetensi dosen memiliki pengaruh
paling besar terhadap mutu lulusan
(koefisien B=0,433)

menengah. Sedangkan skor mutu


lulusan dari segi rata-rata tergolong
kategori menengah ( x =70,66).
Hasil
analisis
statistik
menunjukkan bahwa terdapat korelasi
yang
lemah
antara
kurikulum
pendidikan D III Kebidanan (rs = 0,114), kompetensi dosen (rs = 0,218),
dan sarana prasarana pendidikan (rs =
0,241) dengan mutu lulusan. Dilihat
dari nilai p ketiga variabel memiliki
nilai p >0,05 (Kurikulum pendidikan D
III kebidanan p = 0,414, kompetensi
dosen p =0,117, dan sarana
prasarana pendidikan p = 0,082) yang
berarti tidak terdapat korelasi yang
signifikan.
Meskipun dari hasil
analisis
bivariabel
dengan
menggunakan uji Rank Spearman
terlihat bahwa kurikulum pendidikan D
III Kebidanan, kompetensi dosen, dan
sarana prasarana pendidikan tidak
memiliki hubungan yang signifikan
terhadap mutu lulusan, tetapi karena
secara teori terdapat hubungan, maka
uji statistik dilanjutkan dengan regresi
linier multiple.
Kurikulum pendidikan D III
Kebidanan dan kompetensi dosen
secara simultan berkorelasi dengan
mutu
lulusan
dengan
tingkat
hubungan lemah (r multipel = 0,391).
Berdasarkan analisis multivariabel,
variabel yang besar pengaruhnya
terhadap mutu lulusan adalah variabel
kompetensi dosen (koefisien B =
0,433). Selain itu kurikulum memiliki
pengaruh negatif terhadap mutu
lulusan (koefisien B=-0,446).
Koefisien determinasi didapatkan
sebesar 0,153 yang berarti bahwa
sebesar
15,3%
mutu
lulusan
ditentukan oleh kurikulum pendidikan
D III Kebidanan dan kompetensi
dosen sedangkan sisanya ditentukan
oleh faktor/variabel lain.

Pembahasan
Penelitian Chang 63 mengenai
efektivitas
kurikulum
yang
dilaksanakan di Taiwan, menyatakan
bahwa tidak terdapat korelasi yang
signifikan
antara
keberadaan
kurikulum dengan kompetensi yang
dicapai oleh lulusan. Penyusunan
kurikulum dengan langkah yang tidak
tepat, yaitu tidak melaksanakan survai
terhadap
kebutuhan
industri/pengguna dan penyusunan
profil lulusan membuat kurikulum
yang disusun kurang mengenai
sasaran. Sebelum membuat desain
awal kurikulum, harus didahului
dengan membangun profil lulusan
yang akan dihasilkan dan disertai
dengan kompetensi inti yang harus
dicapai oleh mahasiswa. Hasil in
depth interview kepada partisipan
alumni menunjukkan bahwa partisipan
masih belum cukup puas dengan
pelaksanaan kurikulum pendidikan D
III Kebidanan yang pernah mereka
terima. Terdapat beberapa mata
8

juga oleh karakteristik siswa dan


pendekatan
belajar
mahasiswa.
Universitas bisa memiliki infrastruktur
yang berkualitas tinggi tapi jika
mahasiswa memiliki karakteristik yang
negatif dan pendekatan belajar yang
tidak baik maka pencapaian tujuan
pembelajaran tentu tidak akan
optimal. Selain penelitian yang
berkaitan
dengan
infrastruktur,
terdapat penelitian Benjamin Doane71
yang
menjelaskan
mengenai
beberapa faktor yang tidak dapat
dikontrol
oleh
sekolah
yang
berpengaruh
terhadap
prestasi
akademik
dan
pencapaian
kompetensi siswa, yaitu keadaan
sosioekonomi siswa dan dukungan
keluarga dalam pendidikan. Faktor
sosioekonomi
mahasiswa
diperkirakan
akan
memberikan
dampak terhadap performa akademik
siswa karena kebutuhan dasar siswa
tidak terpenuhi. Menurut Steve Bain65
dukungan
keluarga
merupakan
kategori yang sangat penting dalam
mendukung siswa mencapai performa
akademik terbaiknya.

kuliah yang belum dapat ditemukan


manfaatnya secara langsung sampai
dengan saat ini, serta penyampaian
mata kuliah dasar yang terlalu dalam
dan luas.
Kompetensi
dosen
memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
mutu lulusan, dengan tingkat korelasi
yang cukup kuat. Hal ini selaras
dengan penelitian Sarah Bunoti39
yang menyebutkan bahwa dosen
yang
memiliki
pengetahuan,
kemampuan pedagogis praktis, dan
mampu
berkomunikasi
serta
berhubungan baik dengan mahasiswa
akan
dapat
memfasilitasi
pembelajaran
efektif
dan
pengembangan keterampilan melalui
metodologi yang tepat, sehingga
mencapai tujuan pendidikan berupa
pencapaian kompetensi mahasiswa.
Sedangkan
dalam
metode
mengajar, setiap dosen memiliki ciri
khas yang tidak dapat disamakan satu
dengan
yang
lain
mengingat
keberagaman jenis materi yang
diajarkan. Namun mahasiswa merasa
senang apabila dosen mengajar
dengan memberikan informasi terbaru
mengenai perkembangan penelitian
yang terjadi, pembelajaran dengan
contoh aplikasi penerapan langsung
di lapangan, serta konsep belajar aktif
yang
diberikan
dosen
dengan
mengadakan permainan.
Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian
Bhina
Patria55
yang
menyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara
faktor
infrastruktur
dengan
kompetensi lulusan. Hal ini tidak
berarti bahwa infrastruktur tidak
berarti sama sekali karena untuk
menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung, infrastruktur yang baik
juga harus tersedia. Hasil belajar
berupa kompetensi yang dicapai tidak
hanya dipengaruhi oleh dukungan
fasilitas yang ada di universitas, tetapi

Kesimpulan
1. Semakin baik kurikulum pendidikan
tidak dapat menjamin bahwa mutu
lulusan akan menjadi lebih baik
2. Semakin baik kompetensi dosen
maka semakin baik mutu lulusan
3. Semakin baik sarana prasarana
pendidikan tidak dapat menjamin
bahwa mutu lulusan akan menjadi
lebih baik
4. Kurikulum program studi D III
kebidanan, kompetensi dosen, dan
sarana
prasarana
pendidikan
secara simultan tidak memiliki
hubungan dengan terhadap mutu
lulusan. Hanya terdapat dua
variabel yang berhubungan secara
simultan terhadap mutu lulusan,
yaitu kurikulum pendidikan D III
kebidanan dan kompetensi dosen
9

4. Pemimpin
istitusi
dan
unit
penjaminan mutu perlu untuk
melaksanakan
audit
internal
secara berkala untuk menilai
pelaksanaan sistem pendidikan
yang berjalan dari segi input,
proses, dan output, terutama pada
aspek
kurikulum
pendidikan,
kompetensi dosen, dan sarana
prasarana pendidikan.

5. Pelaksanaan kurikulum pendidikan


D III Kebidanan menurut alumni
perlu ditingkatkan kembali dalam
pelaksanaan program pengajaran.
Ketersediaan sarana prasarana
perlu
perbaikan
dari
segi
manajemen,
yang
meliputi
penyediaan, pengelolaan, dan
pemeliharaan sarana prasarana.
6. Kompetensi
lulusan
menurut
pengguna lulusan berada pada
katagori
menengah,
dengan
kompetensi yang menonjol yaitu
keterampilan manajemen kerja dan
integritas lulusan yang terlihat dari
kedisiplinan dan etika yang baik.

Daftar Pustaka
1. Kemenkes RI. Profil kesehatan
Indonesia tahun 2011. Jakarta;
2011.
2. United
Nation
Development
Programme. Human development
report 2011 sustainability and
equity : a better future for all.
2011.
3. Kemenkes RI. Kurikulum inti
pendidikan
Diploma
III
Kebidanan. Jakarta: Kemenkes
RI; 2011.
4. Kepmendiknas RI. Kepmendiknas
RI No. 232/U/2000 tentang
pedoman penyusunan kurikulum
pendidikan tinggi dan penilaian
hasil belajar. In: Mendiknas,
editor. Jakarta: Mendiknas RI;
2000.
5. Kemdiknas
RI.
Moratorium
program-program studi bidang
kesehatan tahun 2011. Jakarta:
Kemdiknas RI; 2011.
6. Pengurus Ikatan Bidan Indonesia.
Peningkatan hard skill dan soft
skill dalam menghadapi surplus
Bidan tahun 2015. Bandung: IBI;
2012.
7. Sumitri. Tracer study lulusan
Program
Studi
Kebidanan
Bukittinggi periode 2002-2012.
Padang: Poltekkes Kemenkes RI
Padang; 2012.
8. Afzar P, et.all. Pre-service
midwifery education program in
Afganistan. Final phase one

Saran
1. Institusi
perlu
melaksanakan
peninjauan
dan
perubahan
kurikulum
dengan
melibatkan
stakeholder sebagai pengguna
lulusan
dalam
penyusunan
kurikulum.
2. Institusi perlu menyetarakan dan
meningkatkan kompetensi dosen
(dosen tetap maupun dosen tidak
tetap) melalui penyelenggaraan
berbagai
pelatihan
yang
menunjang
peningkatan
kompetensi dosen
3. Institusi
perlu
melaksanakan
perbaikan
manajemen
sarana
prasarana pendidikan, dari segi
pengadaan yaitu penambahan
jumlah
dan
kualitas
sarana
prasarana
dengan
mempertimbangkan
rasio
mahasiswa.
Pelaksanaan
pengelolaan sarana prasarana
dengan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) yang
berlaku
dengan
menerapkan
pengawasan
dan
pemberian
reward/punishment. Pelaksanaan
pemeliharaan sarana prasarana
pendidikan dilaksanakan berkala
sesuai
dengan
prosedur
pemeliharaan yang seharusnya.
10

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.
19.

report. United State Agency for


International
Development
(USAID). diakses tanggal 20 Juli
2012 melalui http://unfpaorg.
Afganistan. 2009.
United Nation Fund for People
Activity. Research of national
strategy for scaling-up midwifery
in the Republic of Sudan diakses
tanggal 20 Juli 2012
melalui
http://unfpaorg. Sudan. 2010.
Depdiknas RI. Buku pendukung
HELTS strategi pendidikan tinggi
jangka
panjang
2003-2010.
Jakarta: Depdiknas RI; 2003.
Peraturan Pemerintah RI No. 19
tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta.
2005.
Kemdiknas. Sistem penjaminan
mutu perguruan tinggi. Jakarta:
Kemdiknas Ditjen Dikti; 2010.
Rahmayanti MS. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas
pendidikan
pada
perguruan
tinggi. Jurnal POMITS Institut
Sepuluh November. Surabaya:
Institut Sepuluh November; 2008.
Oemar
H.
Proses
belajar
mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara; 2011.
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem
pendidikan
nasional.
Jakarta. 2003.
Dikti.
Buku
panduan
pengembangan
kurikulum
berbasis kompetensi perguruan
tinggi.
Jakarta:
Direktorat
Akademik Ditjen Dikti; 2008.
Pedoman pendidikan akademi
kebidanan
Panti
Wilasa.
Semarang: Akademi Kebidanan
Panti Wilasa.
UU RI No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan dosen. Jakarta. 2005.
Hasbullah. Otonomi pendidikan;
kebijakan otonomi daerah dan
implikasinya
terhadap

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.
27.

28.

29.

30.

31.

32.

11

penyelenggaraan
pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press; 2010.
Sallis E. Manajemen Mutu
Terpadu Pendidikan. Yogyakarta:
IRCiSoD; 2010.
Wahab AA. Anatomi Organisasi
dan Kepemimpinan Pendidikan.
Bandung: Alfabeta; 2011.
Menkes
RI.
Kurikulum
inti
pendidikan diploma III kebidanan.
Jakarta: Kemenkes RI BPPSDM
Pusdiknakes; 2002.
Menkes RI. Kepmenkes RI No.
369/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar profesi bidan. Jakarta:
Kemenkes RI; 2007.
World
Health
Organization.
Quality
assurance
and
accreditation of nursing and
midwifery
educational
institustions. India: WHO; 2008.
Mudjiono, Dimyati. Belajar dan
pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta; 2009.
Nasution S. Asas-asas kurikulum.
Jakarta: PT Bumi Aksara; 2009.
Dikti.
Pengelolaan
jurusan/departemen pendidikan
tinggi.
Jakarta:
Dewan
Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti;
2005.
Kemdiknas RI. Kepmendiknas RI
No.
045/U/2002
tentang
Kurikulum Inti Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kemdiknas; 2002.
Dikti. Draft Standar Nasional
Pendidikan Kebidanan Indonesia.
Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan; 2011.
Hasan H. Evaluasi kurikulum.
Bandung:
UPI
dan
PT
Rosdakarya; 2008.
Oemar
H.
Dasar-dasar
Pengembangan
Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya;
2008.
Kemdikbud. Kerangka dasar dan
struktur
kurikulum.
Jakarta:
Badan
Penelitian
dan

33.

34.

35.

36.

37.

38.
39.

40.

41.

42.

43.

44.

Pengembangan
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
2011.
Mulyasa E. Manajemen berbasis
sekolah : konsep, strategi, dan
implementasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya; 2011.
Akubuilo F. Holistic Assessment
of Student's Learning Outcome.
Journal
of
Education
and
Practice. 2012;3.
Muslich M. Sertifikasi guru
menuju profesionalisme pendidik.
Jakarta: Bumi Aksara; 2007.
Mulyasa E. Standar kompetensi
dan sertifikasi guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya; 2008.
Sagala
S.
Kemampuan
profesional guru dan tenaga
kependidikan. Bandung: Alfabeta;
2009.
Kunandar. Guru Profesional.
Jakarta: Rajawali Press; 2009.
Bunoti S. The Quality of Higher
Education
in
Developing
Countries Needs Professional
Support. Journal of Kyambogo
University. 2010.
Soetjipto, Kosasi R. Profesi
keguruan. Jakarta: PT Rineka
Cipta dan Pusat Perbukuan
Depdiknas; 2009.
Badan Standardisasi Nasional
Pendidikan. Uji publik draft
standar sarana dan prasarana
pendidikan
tinggi
program
sarjana.
diakses tanggal 3
Agustus 2012 melalui http://bsnpindonesia.
Prayitno. Dasar teori dan praktik
pendidikan. Jakarta: Grasindo;
2010.
Komalasari K. Pembelajaran
kontekstual konsep dan aplikasi.
Bandung: Refika Aditama; 2010.
Mulyasa
E.
Menjadi
guru
profesional
menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan

45.

46.

47.

48.

49.

50.

51.

52.

53.

54.

12

menyenangkan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya; 2008.
Rohani
A.
Pengelolaan
pengajaran; sebagai pengantar
menuju
guru
professional.
Jakarta: Rineka Cipta; 2008.
Ekundayo, Timilehin H. School
Facilities
As
Correlates
of
Student's Achievement In The
Affective
and
Psychomotor
Domains of Learning. European
Scientific Journal. 2010;6:208-15.
Kemdikbud.
Panduan
penyusunan proposal program
hibah tracer study tahun 2012.
Jakarta: Kemdiknas Ditjen Dikti;
2012.
BAN PT. Buku 1 Naskah
akademik akreditasi program
diploma. Jakarta: BAN PT; 2009.
Schomburg H. Handbook for
graduate tracer studies. Kassel,
Germany: University of Kassel
Press; 2003.
Murniasih
E.
Buku
pintar
beasiswa di dalam dan di luar
negeri. Jakarta: Gagas Media;
2009.
BAN PT. Buku VI matriks
penilaian instrumen akreditasi.
Jakarta: BAN PT; 2009.
International Confederation of
Midwives. Global standars for
midwifery education.
melalui
http://wwwinternationalmidwiveso
rg; 2010.
Zhang S. Analysis on the
Concepts and Theories of the
Quality of Graduate Education.
Asian Social Science Journal.
2010.
Khalid GKI, Tunus Y. The Quality
Assurance of Teaching and
Learning in faculty of bussines
and economic in University
Pendidikan
Sultan
Idris.
International
business
Educational Journal. 2009.

55. Patria B. Learning Environment


and Graduate's Transition Period.
International Journal of Research
Studies In Education. 2012;2:2540.
56. Satari Mieke, Wirakusumah FF.
Konsistensi Penelitian dalam
Bidang Kesehatan. Bandung:
Refika Aditama; 2010.
57. Cresswell JW. Research design;
Pendekatan kualitatif, kuantitatif
dan mixed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2010.
58. Teddie ATC. Foundations of
mixed
methods
research:
Integrating
quantitative
and
qualitative approaches in the
social and behavioral sciences.
California: SAGE Publication Inc;
2009.
59. Sugiyono.
Statistika
untuk
penelitian. Bandung: Alfabeta;
2007.
60. Mc Dowell CNI. Measuring Health
: A Guide to rating scale and
questionaires. Second edition ed.
New York: Oxford University
Press; 1996.
61. Riduwan S. Pengantar Statistika
untuk penelitian : pendidikan,
sosial, ekonomi, komunikasi, dan
bisnis. Bandung: Alfabeta; 2007.
62. Dahlan S. Regresi Linear Disertai
Praktik dengan SPSS. Jakarta:
PT
Epidemiologi
Indonesia
(Pstat-consulting); 2012.
63. Chang CC. Quality Improvement
Approach For Reviewing The
Effectiveness
of
Curricula.
diakses tanggal 12 Mei 2013
melalui
http://wwwjournalssavaporgpk:
Journals SAVAP International;
2013. p. 11-21.
64. Assante LM, Huffman Lynn, Harp
SS. A Taxonomy of Academic
Quality Indicators for US Bassed
4 Year Undergraduate Hospitality
Management Programs. diakses

65.

66.
67.

68.

69.

70.

71.

13

tanggal 19 April 2013 melalui


http://jhtsagepubcom/content/34/2
/164: Journal of Hospitality and
Tourism Research, SAGE.; 2012.
Bain S, Fedynich L, Knight M.
The
Successful
Graduate
Student: a review of the factors
for success. diakses tanggal 1
Mei
2013
melalui
http://wwwaabricom/manuscripts/
10569pdf: Journal of Academic
and Bussiness Ethics; 2010.
Djaali.
Psikologi
Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara; 2007.
Farooq
MS,
AH
Chauhry,
M.Shafiq, G.Berhanu. Factors
Affecting Student's Quality of
Academic Performance. diakses
tanggal 27 April 2013 melalui
Http://PuEduPk/Images/Journal/Iq
tm/Pdf-Files/01-FactorPdf:
Journal
of
Quality
and
Technology Manajemen; 2011. p.
1-14.
Afolakemi O, O D. Supervision
and quality of teaching personel
effects on student's academic
performance. diakses tanggal 10
Mei
2013
melalui
http://academicjournalsorg/ERR:
Educational
Research
and
Review Academic Journal; 2007.
p. 3.
Uno H. Profesi Pendidikan
(problema,
solusi,
reformasi
pendidikan di Indonesia). Jakarta:
Bumi Aksara; 2008.
Mercedes T. Comparing Teacher
and Administrator Perspective on
Multiple Dimensions of Teacher
Profesionalism. diakses tanggal
20
April
2013
melalui
http://Stratejournalorg: STRATE
Journal; 2009. p. 10.
Doane B. The Relationship
Between School Facilities and
Academic Achievement. diakses
tanggal 28 Mei 2013 melalui
http://wwwcehsohioedu/resources

Graduates of Nigeria Universities.


African
Journal
of
Social
Sciences. 2011;1:179-85.
74. Buddin Richard, Zamarro G.
Teacher Quality and Student
Achievement. diakses tanggal 15
Mei
2013
melalui
http://wwwrandorg/content/dam/ra
nd/pubs/2010: RAND Corporation;
2009

/Doane_2008pdf: Ohio University;


2008. p. 13.
72. Young Ed, Harry A Green, Patrick
L. Does School Facilities Affect
Education Outcomes? diakses
tanggal 27 Mei 2013 melalui
http://wwwstatetnus/tacir:
The
Tennesse Advisory Commision
on Intergovernmental Relation;
2003. p. 3-19.
73. Efe J. An Evaluation of the
Quality and Employability og

14

You might also like