Professional Documents
Culture Documents
Modul Skills Lab Blok 8
Modul Skills Lab Blok 8
Modul Skills Lab Blok 8
TEAM BLOCK 8
CARDIOVASCULAR SYSTEM
FACULTY OF MEDICINE
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PURWOKERTO
2016
BLOCK 8
CARDIOVASCULAR SYSTEM
CONTRIBUTORS
Curiculum Coordinator
dr. Anis Kusumawati, M.Sc
Block Coordinator
dr. Susiyadi, Sp. An
PREFACE
System cardiovascular is one of the body system as homeostasis. In this part will be discuss
about system cardiovascular from anatomy, physiology, pathology, definition, clinical symtoms,
suppoting investigations, diagnosis and management of heart disease.
For supporting learning on this block besides learning expert, laboratory skill and practicum,
will be other method that discuss system cardiovascular.
On this purpose expected that the students will understand of system cardiovascular, and will
be result good competence on the future.
Purwokerto,
Block Coordinator
2016
INTRODUCTION
The learning process in block Cardiology is to guide the medical student the medical
competence related to the disorder of cardiology.
The planning of this block correspond to the 7 area of competence : efective communication,
clinical skills, scientific medicine, management of health problem, management of information,
self-awareness and self development, ethics, moral, medicolegal and profesionalism, patient
safety.
The end goal of this block is after the medical student completed the learning process they
will be able to explain the pathogenesis, pathophysiology, clinical appearance, and how to
diagnose and the treatment for cardiology disorder in human with a family medicine approach.
Tutor will hold an important role in the learning activity. Tutor act as a facilitator is expected
to be able to guide the medical student to think globally and complex so we can produce the next
generation of doctor ready to serve the society.
The activity in this block corespond to the SPICES strategy (Student centered, Problem
Based, Integrated, Community Based, Early clinical expossure, Systematic), which will be
implemented during the six weeks of block. Five weeks of efective learning process and one week
of evaluation.
KETERAMPILAN KLINIS
PEMERIKSAAN FISIK KARDIOVASKULAR
A.
Tujuan Pembelajaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskular
1.
2.
3.
Mahasiswa melakukan pemeriksaan rutin yang meliputi semua aspek penting sistem
kardiovaskular. Pemeriksaan secara seksama, efisien dan urut, sehingga tidak ada yang
terlupa.
Perhatikan hal-hal pokok yang utama untuk menentukan diagnosis kerja berdasarkan
pada anamnesis.
Pada saat pemeriksaan fisik sering didapatkan gejala yang tidak diduga sebelumnya,
seperti adanya bising jantung, sehingga harus dibuat diagnosis banding.
Pada waktu anamnesis, perhatikan wajah pasien, apakah terlihat cemas, tertekan,sesak
napas atau tanda-tanda khas penyakit tertentu.
2.
Periksalah tangan pasien, apakah terasa hangat, berkeringat atau cyanosis perifer;
periksalah adanya clubbing atau splinter haemorrhages pada kuku.
3.
B.
4.
Tentukan lokasi dan palpasi arteri brachialis, tentukan sifatnya. Ukur tekanan darah.
Bila ada kecurigaan ada masalah pada arcus aorta, maka bandingkan denyutnya pada
kedua lengan.
5.
Pasien berbaring 45, tentukan tekanan vena jugularis dan bentuk denyut-nya.
6.
7.
8.
Perhatikan dada pasien, inspeksi pericardium dan tentukan jenis pernapasannya, serta
perhatikan apakah ada pulsasi yang abnormal
9.
Palpasi precordium, tentukan lokasi denyut apex dan sifatnya. Perhatikan precordium
saat istirahat, apakah ada vibrilasi atau trill yang abnormal.
10.
Dengarkan dengan stethoschope dan periksalah suara jantung, apakah ada murmur.
Bila memungkinkan, dengarkan arteri carotis untuk mencari radiasi murmur atau bruit.
11.
Perkusi dan auskultasi dada di depan dan belakang, carilah apakah ada efusi pleura.
Dengarkan, apakah ada krepitasi pada dasar paru.
12.
Baringkan pasien di tempat datar dan lakukan palpasi pada abdomen, apakah liver
teraba ? Apakah ada dilatasi aorta abdomen ?
13.
Periksalah denyut femoralis, popliteal dan kaki. Apakah ada edema sakral ?
14.
INSPEKSI DADA
Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan dengan anatomi dan faal jantung.
Disamping itu juga mempengaruhi faal pernafasan yang kemudian secara tidak langsung
mempengaruhi faal sirkulasi darah yang akan menjadi beban kerja jantung. Kelainan bentuk
dada tidak selalu disertai atau mengakibatkan gangguan faal jantung. Kelainan bentuk dada
dapat dibedakan antara kelainan kongenital atau kelainan yang didapat selama pertumbuhan
badan. Deformitas dada dapat juga terjadi karena trauma yang menyebabkan gangguan
ventilasi pernafasan berupa beban sirkulasi terutama bagi ventrikel kanan.
bentuk prekordium
denyut pada apeks jantung
denyut nadi pada dada
denyut vena
Bentuk prekordium :
1.
2.
3.
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus terlihat
di dalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis sinistra
Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV
Sifat iktus :
Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya local.
Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.
o Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya gelombang
yang asalnya dari systole.
o
Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan pada
aorta
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II kanan,
sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya
dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta descenden
Denyut vena
1.
2.
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan
Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna
C.
PALPASI PRECORDIUM
Palpasi precordium dilakukan dengan cara meletakkan telapak tangan pada dinding
dadadi sebelah kiri sternum. Pertama kali, tentukan letak apex. Yaitu tempat pulsasi yang
paling luar dan paling bawah. Biasanya tempatnya ditentukan dari intercostal, clavicula dan
axilla. Apex orang dewasa normal yang berbaring 45, berada diantara intercostal ke 5 dan
6, di midclavicular line. Kadang-kadang jantung dapat bergeser, bila pasien miring ke kiri,
maka apex akan bergeser keluar. Pada pasien obesitas atau pasien emfisema, pasien diminta
miring ke kiri pada saat pemeriksaan prekordium. Pada pasien ini posisi apex tidak dapat
ditentukan, jadi hanya untuk memeriksa kualitas denyut apex. Kualitas denyut apex yang
normal dan yang tidak, hanya bisa didapatkan dengan banyak latihan. Apex yang berdenyut
keras menunjukkan adanya peningkatan cardiac output (misalnya pada pasien yang demam
atau setelah olah raga). Apex yang difus menandakan adanya kerusakan muskulus ventrikel,
yang biasanya disebabkan karena inkark myocard atau cardiomyopathy. Impuls difus ini
dapat dilihat dengan inspeksi precordium. Sifat impuls jantung pada hipertrofi ventrikel kiri
sangat khas, yaitu sangat kuat dan menetap, bukan impuls tajam dan pendek. Pada stenosis
mitral, apex jantung berupa tepukan (tapping). Hal ini disebabkan ventrikel kiri membesar
sehingga bergeser menjadi lebih dekat ke dinding dada. Selain itu suara jantung pertama
menjadi keras, sehingga dapat dipalpasi. Hipertrofi ventrikel kanan atau dilatasi, dirasakan
dekat dengan garis sternal kiri.
Palpasi precordium. Untuk menentukan letak apex, pasien berbaring terlentang, sedangkan
untuk memeriksa kualitas impuls, pasien miring ke kiri
Selain palpasi jantung, pemeriksaan dengan tangan juga dapat digunakan untuk
menentukan suatu vibralation atau thrill. Thrills adalah murmur yang dapat dipalpasi dan
selalu dapat dengan mudah didengarkan waktu auskultasi. Diastolic thrill (yang bunyinya
seperti stroking a purring cat) kadang-kadang didapatkan pada pasien mitral stenosis.
Systolic thrills didapatkan pada aortic stenosis, ventricular septal defect atau mitral reflux.
D.
diantara pubic tubical dan anterior superior iliac spine. Metode pemeriksaan denyut popliteal
dan kaki digunakan untuk pemeriksaan penyakit arterial perifer.
anaesthesia atau recovery. Denyut arteri dorsalis pedis dapat dirasakan dengan jari-jari
menekan dorsum kaki lateral terhadap tendon extensor hallucis longus; arteri tibialis
posterior dapat dirasakan dengan jari-jari melingkupi pergelangan kaki di sebelah posterior
menuju malleolus medialis.
E.
Frekuensi nadi
Frekuensi nadi adalah jumlah denyut nadi selama 1 menit. Frekuensi nadi yang
normal pada orang dewasa adalah antara 60 90, biasanya 70 75.Pada anak-anak
dan wanita frekuensi sedilikt lebih cepat.Demikin juga halnya pada waktu berdiri,
sedang makan, mengeluarkan tenaga, atau waktu mengalami emosi.
Frekuensi nadi yang dianggap abnormal adalah lebih dari 100 dan kurang dari
60.Nadi yang cepat dikenal dengan takikardi atau pulsus frekuens sedangkan nadi yang
lambat dikenal dengan bradikardi atau pulsus rarus. Takikardi dijumpai pada demam
tinggi, tirotoksikosis, infeksi streptokokus, difteri dan berbagai jenis penyakit jantung
sepert supraventrikuler takikardia paroksismal. Bradikardi terdapt pada penyakit
miksudema, penyakit kuning, demam enteritis, dan tifoid.
2.
Tegangan
Tegangan nadi tergantung dari desakan darah.
Cara memeriksa :
Tangan kanan penderita diletakkan dengan telapak tangan menghadap ke atas
dan disandarkan pada ibu jari pemeriksa. Di atas a. radialis diletakkan berjajar jari
telunjuk, tari tengah, dan jari manis. Telunjuk menekan a. radialis sehingga a. radialis
menutup, setelah itu dengan jari manis kita tekan a. radialis perlahan-lahan sampai jari
tengah tak merasakan adanya pulsasi lagi. Jadi kesan besarnya desakan darah diperoleh
dari jari manis yang menghil;angkan pulsasi. Untuk ini, kita harus melatih diri supaya
dapat mengetahui tegangan nadi.
3.
Irama nadi
Irama nadi dibedakan menjadi reguler/teratur dan irreguler/tidak teratur.Pada
orang sehat denyut nadi biasanya teratur, tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu
abnormal.Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi
cepat pada waktu inspirasi dan melambat pada wkatu ekspirasi. Hal demikian adalah
normal dan mudah dijumpai pada anak-anak.
Jenis nadi tak teratur lainnya adalah abnormal,Pada gangguan hantaran jantung dapat
terjadi keadaan dimana tiap-tiap dua denyut jantung dipisahkan oleh waktu yang lama,
karena satu diantara tiap-tiap dua denyut menghilang. Nadi semacam ini dinamakan
pulsus bigeminus.Kalau tiap 2-3 denyut diceraikan oleh waktu yang lama dinamakan
pulsus trigeminus. Masa antara denyutan nadi (interval) yang memanjang dapat
ditemukan juga jika terdapat satu denyutan tambahan yang tibul lebih dini daripada
denyutan-denyutan lain yang menyusulnya. Denyutan ini dinamakan denyutan ekstrasistolik. Nadi yang sama sekali tak teratur dikenal sebagai pulsus iregularis totalis dan
nadi ini merupakan gejala dari fibrilasi atrium.
4.
meningkat tinggi dan menurun secara cepat sekali,adalah khas untuk insufisiensi aorta,
nadi semacam ini dinamakan pulsus seler.
Ada juga denyut nadi yang dinamakan pulsus paradoksus, yaitu denyut nadi
yang menjadi semakin lemah selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada
bagian akhir inspirasi untuk timbul kembali pada saat ekspirasi. Nadi semacam ini
menunjukkan adanya pericarditis konstriktiva dan efusi perikardium. Pulsus alternans
adalah nadi yang mempunyai denyut yang kuat dan lemah berganti-ganti. Hali ini
menandakan adanya kerusakan pada otot jantung.
5.
Isi nadi
Isi nadi ditentukan oleh faktor dari dalam jantung dan faktor dari dalam
pembuluh darah. Dibedakan menjadi isi nadi normal, isi nadi kurang/pulsus parvus,
isi nadi besar/pulsus magnus. Pada tiap denyut nadi sejumlah darah melewati bagian
tertentu dari arteri. Banyaknya jumlah darah ini dicerminkan oleh tingginya puncak
gelombang nadi. Jika suatu denyutan terasa mendorong jari yang malakukan palpasi,
maka dikatakan bahwa nadi itu besar disebut dengan pulsus magnus. Sebaliknya pada
gelombang nadi yang kecil, jumlah darah yang melalui arteri kecil, disebut dengan
pulsus parvus.
Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika ada
demam tinggi yang akut. Pada pulsus seler didapati denyut yang besar, akan tetapi
datang dan hilangnya denyutan pada pulsus seler cepat sekali. Pulsus parvus dijumpai
pada perdarahan, infark cordis, dan stenosis aorta. Isi nadi juga mencerminkan
perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik yang dikenal sebagai tekanan nadi.
6.
7.
F.
PERKUSI JANTUNG
Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV
pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk
menentukan gambaran besarnya jantung.
Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri
menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang jantung merupakan batas
pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri.
Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi tricuspid,
insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, tirotoksikosis, Hipertrofi atrium kiri
menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol kearah lateral. Pada hipertrofi
ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri atas. Pada
perikarditis pekat jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak
jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas
jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
Cara Pemeriksaan
1.
2.
Bawah : SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( tempat iktus)
Batas kanan jantung
1. Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
2. Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding
depan thorak
3. Normal :
Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV kanan,di
linea parasternalis kanan
o Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan
o
G.
AUSKULTASI JANTUNG
Auskultasi jantung yang baik adalah dengan menggunakan stethoscope yang mutunya
baik pula. Ada 2 fungsi utama stethoscope. Pertama, mengantarkan suara dari dada pasien
dan membantu mengurangi suara dari luar. Kedua, secara selektif mengantarkan suara pada
frekwensi tertentu.
Stethoscope terdiri dari dua bagian telinga yang disambungkan dengan selang ke dada
dan mempunyai bagian diaphragma dan bell. Bell dan diaphragma memperkuat suara dari
berbagai frekwensi. Bell digunakan untuk mendengarkan low-pitched sound seperti middiastolic murmur pada mitral stenosis atau suara jantung ketiga pada payah jantung.
Sebaliknya, filter diaphragma meniadakan low pithched sound dan memperjelas high
pitched sound. Diaphragma baik untuk menganalisa suara jantung kedua, untuk ejeksi dan
mid-systolic click dan untuk early diastolic murmur pada aortic regurgitation yang high
pitched sound tetapi pelan.
Daerah tempat auskultasi jantung antara lain : pada apex, dasar (bagian jantung antara
apex dan sternum) dan pada daerah aortic dan pulmonary di sebelah kiri dan kanan sternum.
Apabila mendengar suara yang abnormal, maka pindahkan stethoscope sehingga suara
tersebut terdengar dengan jelas. Dengarkan suara tersebut bersamaan dengan palpasi arteri
carotis.
2.
2.
3.
2.
3.
Bising jantung
1.
2.
3.
4.
5.
H.
Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising yang
meniup, bising yang melagu
Pemeriksaan JVP. Pasien berbaring supinasi 45, pulsasi jugularis terlihat tepat di atas
clavicula
Bila denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi di atas level
atrial dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena tidak mungkin dapat melihat
atrium kanan, maka dianggap sama dengan tinggi pulsasi vena jugularis di atas sudut
manubriosternal. Tinggi sudut manubriosternal di atas mid-right atrium selalu konstan,
walaupun pasien dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. JVP yang normal adalah
kurang dari 4 cm di atas sudut manubriosternal.
Pada pasien dengan JVP yang sangat tinggi (misal pada pericardial tamponade atau
constrictive pericarditis), vena jugularis interna dapat terisi penuh saat pasien berbaring 45,
sehingga pasien perlu didudukkan untuk dapat melihat ujung pulsasi. Bila JVP terlihat diatas
clavicula pada saat pasien duduk tegak, maka artinya tekanan JVP meningkat. Pada saat
pasien duduk tegak, kadang-kadang tidak adekuat untuk memeriksa tekanan vena yang
sangat tinggi. Maka pasien diminta untuk menaikkan tangan sampai vena di belakang tangan
kolaps dan periksalah perbedaan tinggi tangan dengan atrium kanan atau sudut sternum.
Cara Pemeriksaan:
I.
Capillary Refill adalah pengukuran pengisian darah pada kapiler yang kosong. Hal ini
dapat diukur dengan memegang tangan lebih tinggi dari jantung (mencegah refluks vena),
menekan lembut jari atau jari kaki sampai ternyata putih dan mencatat waktu yang
dibutuhkan hingga warna kulit kembali setelah tekanan dilepaskan. Waktu isi ulang yang
normal adalah kurang dari 2 detik. Pada bayi baru lahir, pengisian kapiler dapat diukur
dengan menekan sternum selama lima detik dengan jari atau ibu jari, dan mencatat waktu
yang dibutuhkan hingga warna kulit kembali sekali tekanan dilepaskan. Batas normal atas
untuk pengisian kapiler pada bayi baru lahir adalah 3 detik. Capillary Refill Time (CRT)
adalah indikasi umum dari dehidrasi dan penurunan perfusi perifer. Pada umumnya tes ini
dapat sangat bervariasi antara pasien beberapa pasien, oleh karenanya tidak boleh diandalkan
sebagai ukuran diagnostik universal. Meskipun demikian, pemeriksaan ini sangat berguna
sebagai bukti pendukung untuk tanda positif penurunan perfusi ke ekstremitas. Tes CRT
(juga kadang disebut sebagai CFT dalam Pediatrik) sering disebut sebagai tes kuku pucat.
Penilaian :
1 - 2 detik adalah normal
2 - 4 detik adalah sedang sampai miskin
Lebih dari 4 detik darurat
Kurang dari 1 detik darurat
J.
DETEKSI BRUITS
Auskultasi pada daerah leher diatas tiroid dapat mengidentifikasi bunyi "bruit. Bunyi
yg dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Normalnya tidak ada
bunyi.
Nama :
NIK :
bobot
No
SKOR
ASPEK PENILAIAN
0
MEMBUKA PEMBICARAAN
Menanyakan keluhan
Informed concent
10
PERKUSI
11
12
13
14
15
16
17
18
19
* : Critical point
Keterangan :
0
Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).
Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor
x 100% =
44
Purwokerto, ..
(dr. )
KETERAMPILAN KLINIS
ELEKTROKARDIOGRAFI
A.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
B. ELEKTROGRAFI
Elektrokardiografi adalah representasi aktivitas listrik jantung yang direkam oleh elektrode
pada permukaan tubuh.
2.
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1.
Persiapan alat
Siapkan alat di dekat tempat tidur penderita. hubungkan arder/ ground ke lantai
atau tempat arder. Nyalakan EKG, cek kaliberasi.
2.
Persiapan penderita
Berikan penjelasan kepada penderita tentang prosedur pemeriksaan. Baringkan
penderita pada alas yang rata, tidak berhubungan langsung dengan tanah/ lantai
tidak menyentuh logam, orang lain.
3.
Pasang elektrode pada kulit penderita yang sebelumnya telah diberi jelly.
Kabel merah
/R
: tangan kanan
Kabel kuning
/L
: tangan kiri
Kabel hijau
/F
: kaki kiri
Kabel hitam
/N
: kaki kanan
Kabel merah
/C1
Kabel kuning
/C2
Kabel hijau
/C3
Kabel coklat
/C4
Kabel hitam
/C5
Kabel violet
/C6
4.
5.
6.
Atrial Fibrilasi
Pada EKG terlihat gelombang yang sangat tidak teratur dan cepat sekali , mencapai 300 500 kali permenit dan sering kali ditemukan pulsus deficit.
Pada atrial fibrillation beberapa signal listrik yang cepat dan kacau "menyala" dari daerahdaerah yang berbeda di atria, dari pada hanya dari satu daerah pemacu jantung di SA node. Signalsignal ini pada gilirannya menyebabkan kontraksi ventricle yang cepat dan tidak beraturan.
Penyebab-penyebab dari atrial fibrillation termasuk serangan jantung, tekanan darah tinggi, gagal
jantung, penyakit klep mitral (seperti mitral valve prolapse), tiroid yang aktif berlebihan, gumpalan
darah di paru (pulmonary embolism), alkohol yang berlebihan, emphysema, dan radang dari
lapisan jantung (pericarditis).
Adanya daerah miokard iskemik menyebabkan putaran balik konduksi impuls sehingga
terjadi depolarisasi ventrikel berulang secara cepat. Takikardi ventrikel mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
3.
4.
5.
Nama :
NIK
:
B
No
SKOR
ASPEK PENILAIAN
0
Bertanya apakah pasien memakai alat inplan dari besi di dalam tubuhnya
?
Inform concent*
/R
: tangan kanan
Kabel kuning
/L
: tangan kiri
Kabel hijau
/F
: kaki kiri
Kabel hitam
/N
: kaki kanan
Kabel merah
/C1
Kabel kuning
/C2
10
Kabel hijau
/C3
Kabel coklat
/C4
Kabel hitam
/C5
Kabel violet
/C6
11
12
13
JUMLAH SKOR
* : critical point
Keterangan :
0
Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa
karena situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario
yang sedang dilaksanakan).
x 100% =
36
Purwokerto, ..
dr. ..
KETERAMPILAN KLINIS
RONTGEN JANTUNG
A.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
Perhatikan identitas pasien dan nomer rekam medis apakah sesuai atau tidak.
2.
Perhatikan tanda R (right) dan L (left) apakah posisi foto rontgen sudah benar.
3.
Apakah eksposure sinar X-ray cukup atau berlebih atau kurang. Eksposure yang cukup
ditandai dengan os vertebralis torakalis tampak terlihat sampai torakalis ke-5. Eksposure
yang berlebih akan menyebabkan hilangnya gambaran dari paru sehingga tidak bisa terbaca.
eksposure yang kurang akan menyebabkan paru tampak putih (radiolusen) sehingga tidak
bisa dibaca atau misdiagnosis.
4.
Perhatikan posisi foto rontgen apakah berdiri atau berbaring. Bisa dilihat dari letak os
scapula. Jika os scapula di lateral maka posisi pasien berdiri. Posisi berdiri biasanya dengan
proyeksi posterior-anterior (PA). Posisi berbaring dengan proyeksi anterior-posterior (AP)
5.
Perhatikan apakah foto toraks cukup inspirasi atau tidak. Inspirasi yang cukup bisa dilihat
dari batas diafragma di antara sela iga 5 dan 6.
6.
Lihat posisi diafragma apakah simetris. Lihat sudut diafragma dengan sela iga (sudut
costophrenicus) kanan dan kiri. Normalnya kedua sudut costophrenicus tampak tajam. Jika
tumpul mungkin terdapat efusi pleura.
7.
B.
Lihat udara di lambung. Normal terdapat di sebelah kiri bawah foto rontgen toraks.
KARDIOMEGALI
Kardiomegali adalah sebuah keadaan anatomis (struktur organ) di mana besarnya jantung
lebih besar dari ukuran jantung normal, yakni lebih besar dari 55% besar rongga dada. Pada
kardiomegali salah satu atau lebih dari 4 ruangan jantung membesar. Namun umumnya
kardiomegali diakibatkan oleh pembesaran bilik jantung kiri (ventrikel kardia sinistra).
Jika tampak tertanam (grounded) dengan sudut yang tumpul dapat dikatakan pembesaran
ventrikel kiri. Jika tampak membulat (rounded) dengan sudut yang tajam dapat dikatakan
pembesaran ventrikel kanan. Kardiomegali berbentuk sepatu boot (Boot shape) merupakan
gambaran khas penyakit jantung hipertensi, kardiomegali berbentuk tabung enlemeyer bisa jadi
gambaran kardiomiopati atau efusi perikard massif.
Gambaran kalsifikasi (gambaran radioopak pada aorta) bisa menjadi suatu tanda adanya
Aorta Sclerotic Heart Disease (ASHD). Pada mitral stenosis juga bisa didapatkan gambaran double
countur yang khas.
Tetralogi Of Fallot
Left ventricle enlarges to lower left side; apex towards lower side, heart waist narrows.
aorta widens and lengthens (coartasio aorta), aortic knob bumps in the form of semilunar
No abnormalities on
musculoskeletal System
Impression: left ventricular hypertrophy
Pulmo is normal
Image: Oedem pulmo due to decompensation cordis (CTR > 0,5, left ventricle
enlargement: heart apex sunk. Vascular characteristics looks increasing, blurring
on both lung fields with kerley line (white arrow)
Aortosclerosis
-
marked by the presence of atherom that experiences calcification, the size looks like crescent
(crescent calcification)
C.
Buat garis lurus dari pertengahan toraks (mediastinum) mulai dari atas sampai ke bawah
toraks.
2.
Tentukan titik A, yaitu titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan.
3.
Tentukan titik B, yaitu titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri.
4.
5.
6.
Buat garis lurus yang menghubungkan antara titik C dengan garis mediastinum.
7.
Contoh :
Pada sebuah foto toraks, setelah dibuat garis-garis untuk menghitung Cardiothoracic Ratio, di
dapat nilai-nilai sebagai berikut :
Panjang garis A = 6 cm
Panjang garis B = 13 cm
Panjang garis C = 30 cm
Dari nilai-nilai di atas, apakah jantung pada pasien tersebut dapat dikategorikan sebagai
Cardiomegally atau tidak?
Jawab :
Sesuai dengan rumus perbandingan yang telah dijelaskan, maka kita masukan nilai-nilai tersebut
di atas.
6+13/30x 100% = 63
Karena nilai ratio nya melebihi 50%, maka jantung pasien tersebut dapat dikategorikan
Cardiomegali (terjadi pembesaran jantung).
NIM
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
ASPEK PENILAIAN
Bobot
PEMBUKAAN
Mengucapkan salam, membaca basmallah, memperkenalkan diri.
Menanyakan identitas penderita dan sesuaikan dengan identitas rontgen dan No.
RM*.
Menjelaskan gambaran rontgen dan fungsinya (rontgen dada dapat melihat paruparu dan jantung).
Tentukan Rontgen PA atau AP.
PERHITUNGAN CTR
Buat garis lurus dari pertengahan toraks (mediastinum) mulai dari atas sampai
ke bawah toraks.
Tentukan titik A, yaitu titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan dan buat
garis lurus titik A sampai garis mediastinum.
Tentukan titik B, yaitu titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri dan buat garis
lurus titik B sampai garis mediastinum
Tentukan titik C, yaitu titik terluar bayangan paru kanan dan kiri dan buat garis
lurus
Lakukan perhitungan CTR dengan menggunakan rumus dan tentukan hasilnya
*
Menilai atrium dektra, ventrikel dektra, atrium sinistra, ventrikel sinistra, aota
Menilai adanya elongatio aorta dan kalsifikasi aorta/tidak.
Menilai adanya RVH dan atau LVH
PENUTUP
Tanyakan apakah ada yang ingin disampaikan atau ada hal yang terlewat
Mengakhiri pembicaraan, mengucapkan alhamdulillah dan berjabat tangan.
JUMLAH SKOR
SKOR
1 2
1
1
1
1
1
1
1
1
5
10
5
5
1
1
.............
Keterangan :
* = critical point
Keterangan :
0
Tidak dilakukan mahasiswa
1
Dilakukan, tapi belum sempurna
2
Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena
situasi yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang
dilaksanakan).
Nilai Mahasiswa = Jumlah Skor x 100% =
70
Purwokerto, ..
(dr. .)
KETERAMPILAN KLINIS
RESUSITASI JANTUNG PARU
A.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi penderita henti napas dan henti jantung
2.
Mahasiswa mampu melakukan tindakan untuk membebaskan jalan napas
3.
Mahasiswa mampu melakukan pertolongan pertama pada henti napas dan henti
jantung
B.
Persiapan
Triase
Survey primer
Sesusitasi
Tambahan dari survey primer dan resusitasi
Survey sekunder ( head to toe dan anamnesa )
Tambahan dari survey sekunder
Pemantauan dan re-evaluasi lanjut
Penanganan definitive
adalah pemeriksaan dari ujung kepala sampai kaki dengan pemeriksaan penunjang untuk
melakukan terapi selanjutnya.
Prioritas penanganan penderita gawat darurat harus dilandaskan kenyataan bahwa
terdapat urutan system yang dapat menyebabkan kematian lebih cepat, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Identifikasi masalah
Gangguan pernapasan dapat timbul spontan oleh obstruksi tiba-tiba atau perlahan-lahan
karena mekanisme lain. Napas cepat meupakan tanda awal terhadap kebutuhan tubuh akan
oksigen. Ketakutan atau gelisah pada pasien tidak sadar harus dievaluasi berulang , apakah
ini berhubungan dengan proses sakitnya atau beban psikologi. Kasus dengan melibatkan
cedera kepala, pemakaian obat-obatan, alcohol, cedera thorac dapat menyebabkan gangguan
airway.
2.
3.
Managemen
Harus diingat bahwa penangana terhadap masalah airway harus senantiasa disertai dengan
pengamanan terhadap cervical spine terutama pada penderita trauma. Pada penderita dengan
masalah airway harus secara cepat diketahui apakah ada benda asing, cairan lambung, darah,
di saluran cerna bagian atas., fraktur mandibula, fraktur laring atau.fraktur tulang wajah.Jika
karena benda asing maka harus segera dicoba untuk dikeluarkan baik secara manual, dengan
jari atau dengan bantuan suction. Jika sumbatan diakibatkan oleh makanan, maka dapat
dilakukan abdominal thrust.
Dalam kecurigaan adanya fraktur servical harus dilakukan imobilisasi segaris (inline
mobilitation). Pada penderita dengan obstruksi total karena benda asing, maka langkah yang
harus diperhatikan adalah :
a. Jika pasien sadar meminta untuk membatukkannya, jika gagal minta untuk membuka
mulut dan lakukan secara manual
b. Jika gagal, maka lakukan pukulan punggung 3-5 kali , diikuti hentakan pada bagian
abdomennya, dan ulangi sampai keluar,.
c. Pada penderita tidak sadar, letakan paien pada posisi horizontal dan usahakan ventilai
paru. Jika gagal, lakukan hentakan punggung, abdomen atau dada, dan penyapuan benda
asing dengan jari, sambil menunggu perlatan langsung tiba. Selama melakukan hentakan,
denyut nadi harus diperhatikan, jika tidak teraba, lakukan tindakan resusitasi jantung
paru.
d. Tindakan terakhir adalah dengan cricotirotomi.
e. Jika terjadi pada anak, peganglah anak dengan muka menghadap ke bawah, topanglah
dagu dan leher dengan satu tangan penolong.kemudian lakukan hentakan pada punggung
secara lembut. Pada hentakan dada dilakukan dengan terlentang dan merendahkan kepala
bayi, lakukan dengan dua atau tiga jari dengan lembut.tindakan hentakan perut jangan
dilakukan pada anak atau bayi.
Pada pasien-pasien dengan gangguan kesadaran akan tetapi dapat bernapas spontan dan
adequate serta tidak ada sianosis maka sebaiknya diletakan dalam posisi mantap untuk
mencegah aspirasi.
2. Jaw thrust
Mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga
gigi bawah berada di depan gigi atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan
menempel pada kedua pipi penderita untuk imobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust, buka mulut
dan head tilt disebut triple airway manuver.
Dilakukan dengan bantuan laryngoskop, harus dilakukan oleh orang yang sudah ahli dengan
cara :
- pilihlah pipa sesuai dengan ukuran penderita, gunakan pelicin kjika diperlukan.
- Penderita terlentang dengan kepala ekstensi sehingga trachea dan daun laryngoskop berada
dalam garis lurus.
- Oksigenasi penderita, 2-3 menit
- Bukalah mulut pnederita dengan gerakan jari menyilang dengan tangan kanan.Pegang gagang
laringoskop denagn tangan kiri dari sudut kanan mulut penderita, dorong lidahnya ke kiri
sehinggalapang pandang tidak tertututpi, lindungi bibir dari cedera antar gigi dan laryngoskop
- Masukan pipa endotrache dengan tangan kanan sambil melihat melalui daun laringoskop, dan
pastikan balon pipa di bawah laring.
- Minta asisten untuk mmegang pipa dari sudit bibir penderita, dan segera kembangkan balon
untuk cegah aspirasi.
- Keluarkan daun laringoskop, dan masukan pipa orofaing, atau penahan gigitan.
- Lakukan asukultasi di kedua paru untuk memastikan lpipa tidak masuk ke salah satu
parusaja.Kemudian plester.
- Oksigenasi
Pemberian oksigen merupakan salah satu prioritas utamadengan tujuan menghioangkan
hipoksemiayang terjadi. Fase awal sebaiknya dilakukan dengan oksigen murni 100 %.
Dengan alat bag valve mask dengan aliran 12-15 lietr kadar O2 hawa inspirasi mendekati 100
%. Untuk menilai pemberian oksigenasi dapat dilakukan dengan melihat saturasi Sa O2 lebih
besar 95 % dan Pa )2 lebih besar 80 mmHg.
2. Terapi causal
Sambil dilakukan resusitasi diupayakan mencari penyebab gawat napasnya.
Circulation
Problem sirkulasi meliputi keadaann disaritmia kordis, krisis hipertensi, syok dan henti jantung.
Disaritmia kordis merupakan perubahan abnormal dari denyut jantung, baik berupa gangguan
dnyut, keteraturan, sumber asal, cara penjalaran. Krisis hipertensi merupakan kedaruratan
kardiovasculer, akibat peninggian tekanan darah secara tiba-tiba dan cepat menggangu fungsi
tanda vital. Syok adalah kegagalan organ kadiovaculer menyediakan perfusi untuk metabolisme
sel.
Penderita dengan henti jantung
Penting pertama kali harus tahu keadaan dan tanda-tanda dari seorang yang henti jantung, seorang
penolong harus mengenal tanda-tanda henti jantung ini. Tanda-tandanaya meliputi :
1. Pasien tidak sadar, dengan detak jantung (-)
2. Tidak teraba denyut nadi besar, seperti arteri karotis, arteri femoralis
3. Pasien henti napas atau gasping
4. Pupil melebar
5. Death like appearance
6. Gambaran EKG dapat berupa : fibrilasi ventrikel, asistol, disosiasi.
Penanganan yang harus dilakukan adalah resusitai dengan segera, tindakannya meliputi ;
1. Bebaskan dan bersihkan jalan napas.
2. Bantuan napas ( breathing support ).
3. Bantuan sirkulasi ( circulationsuuport)
a. Lakukan ventilasi cepat dengan bantuan napas buatan 2 kali, kemudian lakukan pijat jantung
luar.
b. RJP 1 orang operator :
- Lakukan ventilasi cepat dengan mempertahankan ekstensi kepal, jika pelu ganjal leher
dengan bantal, atau suatu benda.perhatikan kemungkinan fraktur leher.kemudian raba
denyut karotis, jika tidak ada segera lakukan PJL.
- Kompresikan dada dengan titik di atas proc xhypoideus 2 jari (sternum bagian bawah)
dengan pangkal tangan pd sternum. Lakukan penekanan dengan berta badan dan posisi
tangan lurus .
- Lakukan 15 kali kompresi sternum dengan kecepatan 80 x / menit
- Diselingi dengan 2 kali ventilasi paru
Merupakan usaha untuk memepertahankan dan mengembalikan sirkulasi spontan, dan stabilitas
system kardiovasculer
a. dengan obat-obatan dan terapi cairan
- adrenalin
- natrium bikarbonat
- lidokain
- atropin
- dopamine, dlll
b. pemberian cairan
Sesuai dengan penyebab dan tujuan pemberian terapi ( terapi caian )
:
SKOR
NO
Melakukan pijat jantung luar dengan kecepatan 100120x/menit, 30x kompresi dengan kedalaman 5-6 cm
dan recoil sempurna *
10
11
12
13
* Critical point
Keterangan
0
dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi
yang tidak memungkinkan (misal tidak diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan)
Purwokerto, ..
dr. ..
Skenario :
Seorang keluarga pasien yang sedang menunggu pasien dibangsal tiba-tiba jatuh tergeletak di saksikan
oleh keluarga yang lain. Apakah yang anda lakukan sebagai dokter jaga bangsal !
Leader (ventilasi)
RJP (kompresi)
Pemasangan IV line
Pencatat obat
Pemegang defibrilator
RESUSITASI NEONATUS
Definisi
Suatu tindakan yang dilakukan saat baru lahir untuk menyokong penetapan
pernafasan dan sirkulasi bayi baru lahir.
Tujuan Resusitasi
1.
2.
3.
Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke organorgan vital
4.
Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan
selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan,
misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50
x/menit dan menangis, melangkah ke penilaian selanjutnya.
2.
tidak
teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat
adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria
mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus
menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 = frekuensi denyut jantung selama
1 menit)
Hasil penilaian apabila frekuensi >100x/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan
dengan menilai warna kulit. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas
spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3.
Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi
kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis
perifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih
lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.
Persiapan keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh
penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2.
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan
yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya
meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur
posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu
sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan
lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan
lampu menjelang kelahiran bayi.
3.
c.
d.
e.
f.
Langkah-langkah resusitasi
Sebelum bayi lahir, harus mengetahui informasi:
Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup bulan, air ketuban tidak bercampur mekonium, bayi
menangis, tnus otot baik. Maka lakukan perawatan rutin yaitu beri kehangatan, bersihkan jalan
nafas, mengeringkan bayi.
Bila hasil penilaian tidak baik, maka lakukan
A.
1.
2.
3.
Isap lendir.
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
a.
Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
b.
Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
c.
Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung pengisap terlalu
dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat
menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.
4.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
b.
2)
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan
Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan
dapat membahayakan bayi.
5.
Reposisi.
a.
b.
Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan).
Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar
c.
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
BREATHING (VTP)
2.
b.
Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30
detik.
b.
Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi
napas.
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan lakukan PERAWATAN LANJUT
C.
CIRCULATION
Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit VTP dan kompresi dada
Kompresi Dada
Kompresi
dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan kedua
tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan menahan
punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari telunjuk dan jari
tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum.
Tehnik
penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman
diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman 1,5 cm dan dengan
frekuensi 100x/menit.
Dalam
ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi yang
dianjurkan adalah 3 : 1.
Evaluasi
denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon,
kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu adalah
penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan.
D.
DRUG
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
KETERAMPILAN
Persiapan keluarga, tempat dan alat resusitasi
Ketahui informasi usia kehamilan, keadaan air ketuban
Menilai bayi bernafas atau menangis dan tonus otot
Jaga bayi tetap hangat
Atur posisi bayi
Isap lendir/bersihkan jalan napas
Keringkan dan rangsang taktil
Reposisi/posisikan kembali
Menilai bayi bernapas spontan/tidak, frekuensi jantung
dan tonus otot
Bila tidak bernapas dan atau LDJ <100 x/menit lakukan
VTP 5x dan amati gerakan dada bayi
Bila setelah dilakukan VTP : *
Frekuensi jantung > 100x/menit lakukan perawatan
suportif
Frekuensi jantung < 100 x/menit, cek pengembangan
dada
Frekuensi jantung < 60 x/menit lakukan VTP dan
kompresi
Bila bayi bernapas spontan tetapi distress pernapasan,
lakukan pemasangan CPAP
Bila bayi bernapas spontan tetapi sianosis sentral berikan
oksigen dan pemasangan alat saturasi.
TOTAL
BOBOT
*Critical Point
Nilai = total x 100 =
34
Purwokerto,
Penguji,
dr..