Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Profil Penelitian
a. Judul Penelitian
Efektifitas terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran.
b. Pengarang
Januarti Isnaeni, 2008
c. Major/ Minor subject (Key Words)
Anxiety, auditory hallucination, group activity therapy of
perception stimulation of hallucination.
d. Abstract
Schizophrenia is a common health problem in around the world,
around 70% of people suffering from schizophrenia experience
hallucination. Auditory hallucinations client feel that they can hear the
voices without source of sound. That situation will cause toward anxiety
level patient. One of the nursing interventions that nurses do to the
auditory hallucinations client is that making group activity therapy of
perception stimulation of hallucination.
The aim of study was to find out the affectivity group activity
therapy of perception stimulation of hallucination in decrease auditory
hallucinations client at Sakura ward RSUD Banyumas. This research
used comparative with quasi experimental design: non equivalent
control group design. The samples used purposive sampling with 30
auditory hallucinations client as respondents. Data analyzed was using
distribution of frequency and paired t test.
Based on paired t test show that t value at: 6,859 with p value
0,000 which was smaller than alpha: 0,05 which mean that the research
hypothesis was received. Group activity therapy of perception
stimulation of hallucination was influenced with decrease of auditory
hallucinations client anxiety at RSUD Banyumas.

10

e. Tanggal Publikasi
01 Maret 2008
3.2 Deskripsi penelitian berdasarkan metode PICO:
a. Tujuan penelitian
untuk mengetahui efektifitas terapi aktivitas kelompok

stimulasi

persepsi halusinasi menurunkan kecemasan klien halusinasi pendengaran.


b. Desain penelitian
quasi eksperimental design : non equivalent control group design
c. Analisis PICO dan Critical Thingking
Analisis PICO
Populasi :
Sampel
yang
digunakan
purposive sampling dengan 30
responden dengan halusinasi
pendengaran.
Kriteria populasi
umur klien 15-50 tahun
klien kooperatif
Klien
dengan
halusinasi
pendengaran
klien mau menjadi responden
penelitian.

Critical Thinking
Halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (WHO, 2006).
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis,
dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
a) Halusinasi
pendengaran
(akustik,
audiotorik)
b) Halusinasi penglihatan (visual)
c) Halusinasi penciuman (olfaktori)
d) Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik)
e) Halusinasi pengecap (gustatorik)
f) Halusinasi sinestetik
(Yosep Iyus, 2007)
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) klien
dengan halusinasi mengalami kecemasan
dari kecemasan sedang sampai panic
tergantung dari tahap halusinasi yang
dialaminya.
Kecemasan adalah suatu keadaan dimana
individu / kelompok mengalami perasaan
yang sulit (ketakutan) dan aktivitas sistem
saraf otonom dalam berespon terhadap
ketidakjelasan, ancaman tidak spesifik
(Carpenito, 2000).
Kecemasan

sangat

berkaitan

dengan
11

perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.


Menurut Peplau ( Suliswati, 2005) ada
empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang
dialami sehari-hari. Individu masih waspada
serta
lapang
persepsinya
meluas,
menajamkan indra. Dapat memotifasi
individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang
menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan
lapangan persepsi, masih dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang lain.
3. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit.
Pusat perhatiannya pada detil yang kecil
(spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang
hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan
untuk mengurangi kecemasan dan perlu
banyak perintah / arahan untuk terfokus
pada area lain.
4. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil
perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol,
maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun
dengan
perintah.Terjadi
peningkatan
aktivitas
motorik,
berkurangnya kemampuan berhubungan
dengan orang lain, penyimpagan persepsi
dan hilangnya pikiran rasional, tidak
mampu berfungsi secara efektif. Biasanya
disertai dengan disorganisasi kepribadian.
Intervensi :
Intervensi keperawatan yang
dilakukan adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi
halusinasi. Pretest
diadakan
sebelum diberikan terapi dan
post test dilakukan setelah
dilakukan terapi. Pengaruh terapi
adalah nilai pre test dikurangi
post test.

Terapi kelompok merupakan suatu


psikoterapi yang dilakukan sekelompok
klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi
satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist (Yosep,
2009). Pengertian TAK stimulasi persepsi
menurut Purwaningsih dan Karlina (2009)
adalah terapi yang bertujuan untuk
membantu
klien
yang
mengalami
kemunduruan
orientasi,
menstimulasi
persepsi dalam upaya memotivasi proses

12

Compare :
--------------------------------------Outcome :
Sebelum
dialakukan
TAK
stimulasi
persepsi
halusinasi
tingkat kecemasan yang paling
banyak adalah tingkat kecemasan
sedang diikuti kecemasan ringan.
Setelah dilakukan TAK stimulasi
persepsi
halusinasi
tingkat
kecemasan yang paling banyak
adalah kecemasan ringan.Dari
hasil uji statistik menunjukkan
adanya perbedaan antara tingkat
kecemasan sebelum
dilakukan
TAK stimulasi persepsi halusinasi
dengan tingkat kecemasan setelah
dilakukan TAK stimulasi persepsi
halusinasi,
dimana
nilai
signifikansinya 0,000 yang berarti
lebih kecil dari alpha. Dari hasil
uji statistik menunjukkan tidak
ada perbedaan tingkat kecemasan
pada
klien
yang
tidak
dilakukan
TAK
stimulasi
persepsi halusinasi, dimana nilai
signifikansinya 1,000
yang
berarti lebih besar dari alpha.
TAK stimulasi persepsi halusinasi
dapat
menurunkan
tingkat
kecemasan
klien
halusinasi
pendengaran di ruang Sakura
RSUD Banyumas.

berpikir dan afektif serta mengurangi


perilaku maladaptif.
----------------------------------------------------Dengan mengikuti TAK stimulasi persepsi
halusinasi frekuensi halusinasi akan
menurun, hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Veronika dkk
(2007) bahwa frekuensi halusinasi sesudah
pelaksanaan TAK stimulasi persepsi
halusinasi lebih rendah dibandingkan
dengan frekuensi halusinasi sebelum
pelaksanaan TAK stimulasi persepsi
halusinasi. Dengan menurunnya frekuensi
halusinasi, kecemasan klien menurun
karena klien tidak mendengar suara-suara
yang mengganggu. Melalui kegiatan TAK
stimulasi persepsi halusinasi, responden
akan mendapatkan berbagai tranferensi
(Kaplan dan Saddock 1997). Klien
akan bertukar pengalaman satu dengan
yang lain. Dengan berbagi pengalaman
klien akan lebih banyak mendapatkan
informasi dan akan segera mendapatkan
umpan balik dari anggota kelompok yang
lain.
Penurunan kecemasan pada responden
setelah dilakukan TAK stimulasi persepsi
halusinasi dapat terjadi karena responden
sudah mampu
mengenal
halusinasi,
mengenal waktu dan situasi terjadinya
halusinasi dan mengenal perasaannya pada
saat terjadi halusinasi. Dari pelaksanaan T
AK
stimulasi
persepsi halusinasi,
responden
juga
telah mampu
memperagakan
cara mengontrol dan
mencegah halusinasi yaitu dengan cara
menghardik, melakukan kegiatan harian
terjadwal, melakukan percakapan dengan
orang lain dan mampu menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar serta mampu
mengenal keuntungan minum obat dan
kerugian akibat tidak minum obat.

13

c. Kelebihan - Kelemahan penelitian


1. Kelebihan
a. Penelitian ini menjadi salah satu tempat untuk berdiskusi antara pasien
yang satu dengan yang lain mengenai perasaan yang tidak menyenangkan.
b. Penelitian ini merupakan metode baru untuk menurunkan kecemasan pada
px dengan halusinasi pendengaran yang mudah, efektif dan efisien.
2. Kelemahan
Terlalu sedikitnya responden yang ada sehingga mempersulit penelitian
d. Manfaat Hasil Penelitian bagi Keperawatan
1) Manfaat Praktis
Bisa digunakan oleh perawat-perawat di Indonesia apabila ingin
melakukan perawatan klinis pada pasien dengan Halusinasi pendengaran,
karena mudahnya mendapatkan sumber daya yang diperlukan.
2) Manfaat Teoritis
Perawat dapat menggunakan teori penelitian ini sebagai pedoman
perawatan untuk pasien dengan halusinasi pendengaran, khususnya untuk
perawatan klinisnya.

14

You might also like