Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
101
Pendahuluan
Provinsi Bengkulu merupakan salah
satu daerah di Pulau Sumatra bagian selatan
yang
rawan
terhadap
goncangan
gempabumi. Kondisi ini disebabkan karena
Provinsi Bengkulu merupakan jalur
pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia
dan Eurasia. Selain itu, Provinsi Bengkulu
juga merupakan daerah yang dilalui jalur
Sesar Sumatra. Menurut Murjaya [1],
energi tektonik kumulatif dan nilai strain
rate paling besar terjadi di zona selatan
yaitu di sekitar wilayah Provinsi Bengkulu.
Energi tektonik dan nilai strain rate yang
besar berimpilikasi pada gerakan tenaga
luncuran slab menjadi mudah memicu
terjadinya patahan (fracture). Keadaan ini
menyebabkan material menjadi lebih
mudah fracture dan menyebabkan material
menjadi relatif kurang elastis. Hal ini
berimplikasi juga pada aktivitas kegempaan
yang tinggi dibandingkan dengan daerah
lain di Pulau Sumatra. Lempeng tektonik
Indo-Australia bergerak ke arah utara dan
lempeng Eurasia bergerak ke arah selatan
[2]. Pergerakan lempeng tektonik IndoAustralia di Pulau Sumatra ini sebesar 50
60 mm/tahun [3]. Diduga sistem sesar ini
terjadi akibat gaya kompresi yang berarah
utara selatan [4]. Konsekuensi dari
pergerakan lempeng tersebut menyebabkan
Sesar Sumatra terbagi menjadi 19 segmen
utama dengan panjang tiap segmen 35
200 km [5].
Salah satu segmen Sesar Sumatra
yang ada di Provinsi Bengkulu adalah
Segmen Musi yang melintasi Kabupaten
Kepahiang. Berdasarkan data kegempaan
tahun 1971 s.d. 2011 pada koordinat 20 LS
30 LS dan 1020 BT 1030 BT di sekitar
Sesar Sumatra Segmen Musi telah terjadi
gempa dangkal yang merusak dengan Mw
5 sebanyak 12 kali kejadian [6]. Daerah di
sekitar sesar umumnya dekat permukiman
penduduk, sehingga dalam perancangan
bangunan dan infrastruktur di daerah ini
sangat perlu memperhatikan beban gempa
dan akan memberikan biaya pembangunan
jauh lebih tinggi dari daerah lainnya [7].
P Y y * P Y y * m, r
f M m f R r dmdr
(1)
merupakan
P Y y m, r
probabilitas gempa dengan magnitudo m
pada jarak r yang memberikan percepatan
maksimum Y di lokasi lebih tinggi dari y ,
dengan
102
Berkala Fisika
Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 101 - 112
(4)
M w 0,787M E 1,537 ,
(5)
(6)
M L 0,717M D 1,003 ,
(7)
2
L
dengan
Ms
(magnitudo
gelombang
M E (magnitudo energi), M L
(magnitudo lokal/(Richter) dan M D
badan),
(magnitudo displacement).
Sortir Gempa Utama
Sortir gempa dalam analisis sesimik
hazard merupakan proses pemisahan antara
gempa utama (mainshock) dari gempagempa ikutan (foreshock dan aftershock)
[19].
Kriteria
empiris
untuk
mengidentifikasi kejadian gempa utama
berdasarkan suatu rentang waktu dan jarak
tertentu dari satu kejadian gempa besar
[10]. Pada penelitian ini menggunakan
103
log10 e
,
(9)
M Mi
dengan M merupakan nilai tengah dari
data magnitudo yang lebih besar dari M i ,
b
104
Berkala Fisika
Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 101 - 112
Gambar 1. Distribusi gempa di sekitar lokasi penelitian dengan Mw 5 dengan kedalaman 0- 300
km dari katalog gempa BMKG, ISC dan USGS
(a)
(b)
Gambar 2. Magnitudo (Mw) sebagai fungsi waktu kejadian dari katalog gempa BMKG, ISC dan
USGS untuk gempa dangkal (a) dan untuk gempa menengah (b)
105
gempa
Benioff
(deep
106
Berkala Fisika
Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 101 - 112
107
108
Berkala Fisika
Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 101 - 112
109
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan bahwa nilai percepatan getaran
tanah maksimum di daerah Kabupaten
Kepahiang untuk probabilitas terlampaui
10% dan 2% dalam 50 tahun umur rencana
bangunan (periode ulang gempa 475 tahun
dan 2475 tahun) adalah 0,15 0,8 g dan
0,25 1,3 g. Daerah-daerah yang
merupakan zona merah adalah Kecamatan
Ujan
Mas,
Kecamatan
Kepahiang,
Kecamatan Tebat Karai, Kecamatan
Bermani Ilir dan Kecamatan Seberang
Musi, sedangkan daerah-daerah yang relatif
aman dari zona merah adalah Kecamatan
Merigi, Kecamatan Kabawetan, dan
Kecamatan Muara Kemumu. Zona merah
merupakan daerah yang berdekatan dengan
Sesar Sumatra Segmen Musi.
Untuk meminimalisir kerusakan
bangunan dan korban jiwa, bagi instansi
terkait dan masyarakat disarankan dalam
merencanakan
bangunan
harus
memperhatikan beban gempa serta
menempatkan bangunan pada daerah yang
mempunyai potensi percepatan getaran
tanahnya rendah.
110
Berkala Fisika
Vol. 18, No. 3, Juli 2015, hal 101 - 112
Kementerian
Pekerjaan
Umum,
Bandung, 2010.
[11] Kramer,
S.L.,
Geotechnical
Earthquake Engineering, PrenticeHall, USA, 1996.
[12] Gupta, I.D., Probabilistic Seismic
Hazard Analysis Method for Mapping
of Spectral Amplitudes and Other
Design Specific Quantities to Estimate
the Earthquake Effects on Man-Made
Structures,
ISET
Journal
of
Earthquake Technology, 44: 127167,
2007.
[13] Hutapea, B.M. dan Mangape, I.,
Analisis Hazard Gempa dan Usulan
Ground Motion pada Batuan Dasar
untuk Kota Jakarta, Jurnal Teknik Sipil
(Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang
Rekayasa Sipil, 16 (3): 121132, 2009.
[14] BMKG,
http://inatews.bmkg.go.id/
new/query_gempa_isu.php. Diakses
tanggal 20 Agustus 2015, 2015.
[15] ISC,
http://www.isc.ac.uk/iscgem/
download.php. Diakses tanggal 9 Juli
2015, 2015.
[16] USGS,
http://earthquake.usgs.gov/
earthquaks/search/. Diakses tanggal 9
Juli 2015, 2015.
[17] Hanks, T.C. and Kanamori, H. A.,
Moment Magnitude Scale. Journal of
Geophysical Research, 82: 2981-2987,
1979.
[18] Asrurifak, M., Irsyam, M., Budiono,
B., Triyoso, W. and Hendriyawan,
Development of Spectral Hazard Map
for Indonesia with Return Period of
2500 Years using Probalistic Mehod,
J. Civil Engineering Dimension, 12
(1): 5262, 2010.
[19] Pasau, G. dan Tanauma, A.,
Pemodelan Sumber Gempa di Wilayah
Sulawesi Utara sebagai Upaya
Mitigasi Bencana Gempa Bumi.
Jurnal Ilmiah Sains, 11 (2): 203209,
2011.
[20] Gardner, J.K. dan Knopoff, L., Is the
Sequence of Earthquakes in Southern
California,
with
Aftershocks
Removed, Poissonian?. Bulletin of the
Seismological Society of America, 64:
13631367, 1974.
[21] Wiemer, S. A., Software Package to
Analyze
Seismicity:
ZMAP,
Seismological Research Letters, 72
(2): 373382, 2001.
[22] Gutenberg, B. and Richter, C.F.,
Frequency
of
Earthquakes
in
California.
Bulletin
of
the
Seismological Society of America, 34
(4): 19851988, 1944.
[23] Thant, M., Delineation of Strong
Ground Motion by Using Aftershocks
Data, Seismicity and Geological
Information for Southern Yogyakarta
Depression Area, Indonesia. Ph.D.
Thesis, Faculty of Engineering, Gadjah
Mada University, Yogyakarta, 2008.
[24] Asrurifak, M., Peta Respon Spektra
Indonesia untuk Perencanaan Struktur
Bangunan Tahan Gempa Berdasarkan
Model Sumber Gempa Tiga Dimensi
dalam Analasis Probabilitas. Disertasi
S3, Institut Teknologi Bandung,
Bandung, 2010.
[25] Aki, K., Maximum Likelihood
Estimate of b in the formula N = a
bm and its Confidence Limits. Bulletin
Earthquake Research Institute, 43:
237239, 1965.
[26] Harmsen, S., USGS Software for
Probabilistic Seismic Hazard Analysis
(PSHA), United States of Geological
Surveys, Reston, Virginia, 2007.
[27] Irsyam,
M.,
Dangkua,
D.T.,
Hendriyawan,
Hoedajanto,
D.,
Huapea, B.M., Kertapati, E.K., Boen,
T and Petersen, M.D., Proposed
Seismic Hazard Maps of Sumatra and
Java Islands and Microzonation Study
of Jakarta City, Indonesia, J. Earth
Syst. Sci., 117 (S2): 865 878, 2008.
[28] Petersen, M.D., Dewey, J. and Hartzel,
S., Probabilistic Seismic Hazard
Analysis for Sumatra, Indonesia and
111
Conference
on
Earthquake
Engineering, October 12 17, 2008,
Beijing, China, 2008.
[30] Sukmono, S., Analisis Fraktal
Mekanika Kegempaan Sistem Sesar
Sumatra, Disertasi S3, Institut
Teknologi Bandung, Bandung, 1997.
112