Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 14

1

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
LAPORAN RESMI
PENENTUAN JUMLAH SEL MIKROORGANISME
I. Tujuan
I.1 Metode Turbidimetri
Mengetahui perkiraan keberadaan sel mikroorganisme dengan menggunakan metode turbidimetri.
I.2 Metode Counting Chamber
Mempelajari cara menghitung jumlah sel mikroorganisme menggunakan metode counting chamber.
II.Pengamatan
II.1 Metode Turbidimetri
Bakteri yang digunakan dalam metode ini adalah Escherichia coli dan media yang digunakan
adalah Nutrient Broth cair (NB cair).
Tabel II.1.1 Hasil Pengamatan Metode Turbidimetri
Faktor Pengenceran

%T

Optical Density (OD)

1:1

98,9

0,004803708

1:2

95,9

0,018181393

1:4

93,833333

0,027642856

1:8

95,167777

0,021515142

1:16

93,433333

0,029498257

II.2 Metode Counting Chamber


Massa ragi = 1 gram
Total perbesaran mikroskop = 400 x

Tabel II.2.1 Data Pengamatan Pengenceran 10.000 kali


KOTAK

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

SEL/

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
RUN
A
6
9
9

1
2
3

B
12
8
7

Jumlah sel ragi rata-rata =

C
9
7
6
JUMLAH
22,2
3

D
6
7
5

TOTAL

KOTAK

38
36
37

7,6
7,2
7,4
22,2

E
5
5
10

= 7,4 sel / kotak

Jumlah sel ragi = 7,4 sel / kotak x 25 kotak / mm2 = 185 sel / mm2
= 185 sel / mm2 x 10 mm2 / mm3 = 1850 sel / mm3
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 10.000 kali :
= 1850 sel / mm3 x 1000 mm3 / ml sampel
= 1.850.000 sel / ml sampel
Tabel II.2.2 Data Pengamatan Pengenceran 100.000 kali
KOTAK

SEL/

RU
N
1
2
3

2
2
3

5
4
1

Jumlah sel ragi rata-rata =

C
5
3
6
JUMLAH

4
2
6

6
1
3

TOTAL

KOTAK

22
12
17

4,4
2,4
3,4
10.2

10,2
3
= 3,4 sel / kotak

Jumlah sel ragi = 3,4 sel / kotak x 25 kotak / mm2 = 85 sel / mm2
= 85 sel / mm2 x 10 mm2 / mm3 = 850 sel / mm3
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 100.000 kali :
= 850 sel / mm3 x 1000 mm3 / ml sampel
= 850.000 sel / ml sampel
Tabel II.2.3 Data Pengamatan Pengenceran 1.000.000 kali
KOTAK

SEL/

RU
N

TOTAL
A

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

KOTAK

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
1
2
3

2
0
1

0
2
2

Jumlah sel ragi rata-rata =

1
3
0
JUMLAH
2,8
3

1
0
0

0
1
1

4
6
4

0,8
1,2
0,8
2,8

= 0,933333 sel / kotak

Jumlah sel ragi = 0,933333 sel / kotak x 25 kotak / mm2 = 23,33333 sel / mm2
= 23,33333 sel / mm2 x 10 mm2 / mm3 = 233,3333 sel / mm3
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 1.000.000 kali :
= 233,3333 sel / mm3 x 1000 mm3 / ml sampel
= 233.333,33 sel / ml sampel
III.

Pembahasan

III.1 Metode Turbidimetri


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui perkiraan keberadaan sel mikroorganisme
dengan menggunakan metode turbidimetri.
Dalam meteode turbidimetri keberadaan mikroorganisme dapat diketahui dengan mengukur
kerapatan optik (optical density) suatu suspensi. Metode ini didasarkan pada intensitas kekeruhan
(turbiditas) suspensi sel.

(Schlegel, 1994)

Metode ini menggunakan alat spektrofotometer untuk mengetahui intensitas kekeruhan suatu
suspensi sel. Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang digunakan untuk mengukur transmitans
atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.

(Underwood, 2002)

Prinsip utama metode turbidimetri adalah bahwa ketika seberkas cahaya ditransmisikan pada
suatu sampel berisi mikroorganisme maka sampel tersebut akan memancarkan cahaya tersebut. Di
mana cahaya tersebut akan diserap oleh mikroorganisme yang berada dalam sampel, hal ini disebut
dengan absorbansi. Sedangkan untuk %T (transmittan persen) adalah persen fraksi cahaya masuk
yang diteruskan oleh sampel. Semakin banyak mikroorganisme yang terkandung dalam suatu
sampel maka cahaya yang diteruskan akan semakin sedikit. Setidaknya dibutuhkan lebih dari
100.000.000 sel per mililiter agar kekeruhan suatu sampel dapat teramati dengan baik. Sekitar 10
juta 100 juta sel per mililiter sampel dibutuhkan untuk membuat suatu suspensi cukup keruh agar
dapat dibaca oleh spektrofotometer. Oleh karena itu kekurangan metode ini adalah tidak bisa

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
digunakan untuk menghitung kontaminasi cairan oleh mikroorganisme yang berjumlah relatif kecil.
(Tortora, 178, 2010)
Langkah pertama yang dilakukan adalah menyalakan spektrofotometer dan membiarkannya
sampai 15 menit dengan tujuan agar alat tersebut mencapai kesetimbangan thermalnya dan stabil.
Kemudian mengatur agar indikator menunjuk angka 0 pada %T dan panjang gelombang pada 686
nm dengan tujuan menghapus arus gelap yang disebabkan oleh hanyutan (drift). Hanyutan adalah
radiasi dengan panjang gelombang tak tentu yang dipantulkan di dalam monokromator yang dapat
menemukan celah keluar.

(Underwood, 2002)

Panjang gelombang yang dipasang pada 686 nm karena 686 nm adalah panjang gelombang
maksimum untuk pembacaan secara empiris. Kemudian langkah selanjutnya adalah menyiapkan 2
kuvet yang masing-masing untuk blanko dan suspensi. Untuk blanko, kuvet diisi dengan media NB
cair. Hal ini dikarenakan media yang digunakan pada suspensi bakteri adalah NB cair. Kedua
blanko ini digunakan untuk mengkalibrasi spektrofotometer. Kalibrasi bertujuan untuk memeriksa
ketepatan dari sumber cahaya. Proses ini sangat penting untuk memastikan bahwa spektrofotometer
berfungsi

dengan

baik

dan

pengukurannya

sudah

benar.

Setelah

mengkalibrasi

alat

spektrofotometer, tiap larutan pada kelima tabung diukur persen transmittannya. Setiap pergantian
larutan suspensi dengan tingkat pengenceran yang berbeda harus selalu melakukan kalibrasi.
(Underwood, 2002)
Media yang digunakan dalam percobaan ini adalah NB (Nutrien Broth) cair. NB (Nutrient
Broth) merupakan suatu ekstrak cair jaringan daging sapi yang empuk, dikonsentrasikan menjadi
pasta. Kandungan dalam NB ini adalah substansi jaringan hewan yang dapat larut dalam air,
meliputi karbohidrat, senyawa nitrogen organik, vitamin yang larut dalam air, dan garam-garaman
yang baik bagi untuk berkembangbiaknya bakteri.

(Pelczar, 1986)

Setelah melakukan kalibrasi spektrofotometer, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan


larutan sampel yang akan diamati. 5 buah tabung reaksi dipersiapkan untuk percobaan ini dan
masing-masing diberi label 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, dan 1:16. Tabung reaksi berlabel 1:1 diisi dengan 8 ml
media NB cair dan keempat tabung lainnya diisi masing-masing 4 ml media NB cair. Kemudian
bakteri Escherichia coli diinokulasikan ke dalam tabung reaksi yang berlabel 1:1 secara aseptic dan
mengocok tabung reaksi di antara kedua telapak tangan hingga tercampur rata. Setelah itu
mengambil 4 ml dari suspensi tersebut dengan pipet ukur dan memasukkannya ke dalam tabung
reaksi

berlabel 1:2 sehingga volumenya menjadi 8 ml dan mengocok tabung reaksi hingga

tercampur rata. Sisanya dibiarkan tetap berada di dalam tabung berlabel 1:1. Kemudian mengambil

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
4 ml suspensi dari tabung reaksi berlabel 1:2 dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi 1:4 dan
mengocok tabung reaksi hingga tercampur rata. Kemudian melakukan hal yang sama untuk tabung
reaksi 1:8 dan 1:16. Hingga di akhir terdapat 8 ml suspense dalam tabung reaksi berlabel 1:16.
Kemudian mengkalibrasi spektrofotometer dengan kuvet blanko sehingga nilai %T
menunjukkan angka 100. Setelah itu mengeluarkan kuvet dan memasukkan kuvet berisi suspensi
bakteri kemudian mencatat %T dari tiap-tiap suspensi bateri. Setiap pengukuran suspensi bakteri
dilakukan kalibrasi agar penyimpangan pengukuran tidak terjadi. Tiap variabel suspensi dilakukan 3
kali pengukuran dan diambil rata-rata dari hasil ketiga percobaan. Setelah didapatkan %T kemudian
menghitung OD dari masing masing suspensi bakteri. Optical density (OD) adalah jumlah cahaya
yang dihamburkan dan diserap oleh sel dalam suatu larutan. Semakin banyak mikroorganisme
dalam suatu larutan maka nilai dari absorbansi (A) juga akan semakin besar karena kekeruhan dari
larutan juga akan semakin tinggi, oleh karena itu nilai dari %T akan semakin kecil, karena terdapat
hubungan A= Log (1/T) dengan nilai %T yang semakin kecil.

(Torotora, 2010)

Setelah mendapat seluruh nilai %T, kemudian menghitung nilai OD (Optical Density) pada
masing-masing suspensi. Optical density (OD) adalah jumlah cahaya yang dihamburkan dan diserap
oleh sel dalam suatu larutan. Penurunan rumus OD adalah sebagai berikut:
OD = Absorbansi sampel Absorbansi blangko
= log 1/(%T) sampel - log 1/(%T) blanko
Dimana %T = T/100 , maka:
OD = log 1/(T100) log 1/(100100)
= log 100/T 0
= log 100 log T
= 2 log% T
Sehingga nilai OD didapatkan sebagai:
OD = 2 log %T
(Malhotra, 2003)
Setelah mendapatkan nilai OD, langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara nilai OD vs
Faktor Pengenceran sehingga didapatkan grafik berikut:

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)

Optical Density vs Faktor pengenceran


12
10
8

Optical Density

6
4
2
0
0

10

12

Faktor Pengenceran

Grafik III.1.1 Grafik Optical Density vs Pengenceran


Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai optical density berbanding terbalik dengan
faktor pengenceran. Hal ini terjadi karena semakin besar faktor pengenceran nilai %T semakin
meningkat sebab semakin encer suatu larutan, larutan tersebut lebih mudah mentransmisikan
cahaya. Karena nilai optical density bertambah besar seiring dengan semakin kecilnya nilai %T dan

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
sebalikny, maka semakin encer suatu larutan nilai optical densitynya akan semakin kecil. Hal ini
sesuai dengan literatur dimana ketika jumlah sel semakin besar, maka cahaya yang mencapai
detektor dalam hal ini %T nya semakin kecil.

(Tortora, 2010)

Tetapi terjadi pengecualian pada faktor pengenceran 1:4 dimana nilai %T yang diperoleh lebih
besar daripada nilai %T pada pengenceran 1:8 yang menyebabkan nilai optical densitynya menjadi
lebih kecil. Hal iini terjadi karena kurang teliti dalam melaksanakan percobaan, yaitu tidak
mengaduk sampel secara merata sebelum dimasukkan ke dalam kuvet sehingga dapat
memungkinkan sedikitnya kandungan bakteri dalam media yang dipindahkan ke dalam kuvet
shingga cahaya yang mencapai detektor lebih besar jumlahnya.
III.2 Metode Counting Chamber
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari cara menghitung jumlah sel
mikroorganisme dengan menggunakan metode counting chamber.
Metode Counting Chamber adalah suatu metode perhitungan jumlah sel mikroorganisme
secara langsung dengan menggunakan Petroff Hausser cell counter, atau yang disebut juga
hemasitometer. Hemasitometer ditemukan oleh Louis-Charls Malassez dan terdiri dari kaca
mikroskop yang tipis dengan lekukan persegi panjang sehingga membentuk ruang. Ruang ini
terbentuk dari barisan goresan cahaya dari arah garis tegak lurusnya. Alat ini memiliki luasan yang
dibatasi oleh garis yang diketahui dan kedalaman ruang juga diketahui. Maka dengan ini dapat
dihitung banyak sel atau partikel pada spesifik volume dari suatu cairan sampel, dan menghitung
konsentrasi sel pada cairan. Biasanya alat ini digunakan untuk menghitung konsentrasi dari sel
darah (dari asal kata hemo).

(Tortora, 2010)

Kaca penutup yang diletakkan di atas sampel, tidak mengapung di cairan tetapi ditahan pada
tinggi spesifik biasanya 0,1 mm. Pada metode ini sampel sejumlah beberapa ml diteteskan ke atas
bagian hemasitometer yang berkotak-kotak, kemudian dilihat melalui mikroskop. Kemudian jumlah
sel mikroorganisme pada beberapa kotak yang berbeda dihitung, lalu didapatkan rata-rata jumlah
sel tiap kotak. Kemudian melalui luas tiap kotak, didapatkan jumlah sel mikroorganisme tiap satuan
luas (mm2). Dan dari jumlah sel yang diteteskan, dapat diperoleh jumlah sel mikroorganisme tiap
satuan volume (ml).

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

(www.microbehunter.com)

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)

Gambar III.2.1 Hemasitometer

Gambar III.2.2 Tampak samping Hemasitometer


(www.microbehunter.com)
Pada percobaan ini langkah awal yang dilakukan adalah mengambil dan menimbang 1 gram
ragi dan melarutkannya ke dalam 10 ml aquades. Larutan ini berfungsi sebagai larutan biakan
murni. Kemudian langkah selanjutnya menyiapkan 6 buah tabung reaksi sebagai tempat
pengenceran. Tabung-tabung tersebut diberi label 10x, 100x, 1.000x, 10.000x, 100.000x, dan
1.000.000x yang merupakan faktor pengenceran yang nantinya akan dilakukan. Lalu memasukkan 9
ml aquadest ke dalam tabung-tabung tersebut. Untuk melakukan pengenceran yang pertama yaitu
dengan mengambil 1 ml dari biakan murni dan memindahkannya ke dalam tabung 10x lalu aduk
hingga homogen. Untuk melakukan pengenceran yang kedua kita ambil lagi sebanyak 1 ml dari
tabung pengenceran 10x dan memindahkannya ke dalam tabung 100x lalu aduk hingga homogen.
Begitu seterusnya dilakukan sampai tabung pengenceran 1.000.000x. Proses ini perlu dilakukan

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
pada perhitungan sel, agar didapatkan jumlah sel yang lebih tepat. Sampel yang diamati adalah
sampel dari suspensi ragi dengan pengenceran 10.000x, 100.000x, dan 1.000.000x, variabel ini
digunakan karena pada variabel ini jumlah sel raginya lebih sedikit dari pada jumlah sel ragi pada
pengenceran 10x, 100x, maupun 1.000x sehingga lebih mudah dihitung, jika dilakukan
perhintungan pada pengenceran 10x, 100x, atau 1.000x maka ketika diamati sel ragi akan terkihat
betumpuk satu sama lain sehingga sulit untuk menghitung jumlah sel raginya.
Setelah mendapatkan suspensi ragi yang sesuai dengan variabel pengeceran tertentu,
kemudian melakukan perhitungan jumlah sel ragi dengan menggunakan alat hemasitometer dan
mikroskop. Untuk mengitung jumlah sel ragi, pertama meneteskan beberapa tetes sampel suspensi
pada bagian hemasitometer yang terdapat grid-nya. Gambar grid dari alat hemasitometer dan cara
menggunakan alat hemasitometer adalah sebagai berikut:

Gambar III.2.3 Cara menggunakan Hemasitometer


(Madigan, 2011)

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

10

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)

Gambar III.2.4 Grid pada alat Hemasitometer


(www.abcam.com)
Setelah meneteskan sampel suspensi ragi, kemudian menutupnya dengan menggunakan deck glass.
Lalu meletakkan hemasitometer diatas meja mikroskop kemudian mengamati dan menghitung
jumlah sel ragi syang berada pada kotak A, B, C, D, dan E. Perhitungan dilakukan sebanyak 3 kali
kemudian hasilnya dirata-ratakan.
Pada variabel pengeceran 10.000x didapatkan jumlah sel ragi sebanyak 1.850.000 sel / ml
sampel, untuk pengenceran 100.000x didapatkan jumlah sel ragi sebanyak 850.000 sel / ml sampel
dan pada pengenceran 1.000.000x didapatkan jumlah sel ragi sebanyak 233.333,33 sel / ml sampel.
Berikut adalah grafik perbandingan antara jumlah sel/ml sampel dan faktor pengenceran:

Grafik III.2.1 Grafik Jumlah sel/ml sampel vs Faktor Pengenceran


Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah sel ragi berlawanan dengan pengenceran,
dimana semakin besar pengenceran maka semakin sedikit jumlah sel ragi dalam suatu sampel. Hasil
percobaan ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa semakin besar pengenceran pada
suatu sampel maka semakin kecil jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalamnya.
(Tortora, 2010)

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

11

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
IV. Jawaban Pertanyaan
1.

Apakah hubungan antar Optical Density (OD) dengan jumlah sel pada kultur saudara?
Jawab:
Hubungan antara OD dengan jumlah sel mikroorganisme dapat ditentukan dengan membuat
kurva standar yang menyatakan hubungan antara OD dengan jumlah sel mikroorganisme
tersebut. Kurva standar atau kurva kalibrasi dapat dibuat berdasarkan perhitungan jumlah sel
dengan metode plate counts atau counting chamber. Sedangkan pada percobaan ini,
mikroorganisme yang digunakan pada metode turbidimetri tidak sama dengan mikroorganisme
yang digunakan pada metode counting chamber sehingga kurva standar tidak dapat dibuat dan
perhitungan jumlah sel pada metode turbidimetri tidak dapat dilakukan.

2.

Apakah diperlukan untuk membuat suatu hubungan antara perhitungan jumlah sel

antara

metode I (dilution) dan metode II (turbidimetri)?


Jawab:
Tidak, dari percobaan ini tidak perlu dibandingkan, karena faktor pengenceran sampelnya
berbeda. Jika faktor pengenceran sampelnya sama, hubungan antara perhitungan jumlah sel
antara metode I (dilution) dan metode II (turbidimetri) dapat dilakukan.
V. Kesimpulan
V.1 Metode Turbidimetri
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa semakin rendah konsentrasi suspensi,
nilai %T-nya semakin besar sehingga nilai Optical Density (OD)-nya akan semakin kecil.
V.2 Metode Counting Chamber
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh semakin besar faktor pengenceran maka jumlah
sel ragi yang terdapat di dalam sampel akan semakin sedikit.
Daftar Pustaka
Day, R.A dan Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Madigan, Michael T, et all. 2011. Biology of Microorganism 13th Edition. San Fransisco: Pearson
Education Inc.
Malhotra, VK. 2003. Practical Biochemistry for Student. New Delhi: Jaypee.
Pelczar, Michael J., dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

12

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
Schlegel, Hans G., dan Karin Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tortora, Gerard J. and Berdell R. Funke. 2010. Microbiology An Introduction 10th Edition. San
Fransisco: Pearson Education Inc.
http://www.abcam.com/protocols/counting-cells-using-a-haemocytometer diakses pada 7 April
2015
http://www.microbehunter.com/the-hemocytometer-counting-chamber/ diakses pada 7 April 2015

Appendix
1. Metode Turbidimetri
Faktor Pengenceran
1:1
1:2
1:4
1:8
1:16
Pengenceran 1:1
OD

2 log %Tterukur

2 log 98,8

0,004803708

Pengenceran 1:2
OD

2 log %Tterukur

2 log 95,9

0,018181393

Pengenceran 1:4
OD

2 log %Tterukur

2 log 93,83333

0,027642856

Pengenceran 1:8
OD

2 log %Tterukur

2 log 95,16777

0,021515142

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

%T
98,9
95,9
93.83333
95,16777
93,43333

13

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)
Pengenceran 1:16
OD

2 log %Tterukur

2 log 93,43333

0,02948157

2. Metode Counting Chamber


Pengenceran 10.000x
Jumlah sel ragi rata-rata = 22,2/3 = 7,4 sel/kotak
Jumlah sel ragi = 7,4 sel/ kotak x 25 kotak / mm2 = 185 sel / mm2
Jumlah sel ragi =1855 sel / mm2x 10 /mm = 1850 sel / mm3
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 10.000x
= 1850 sel/mm3 x 1000 = 1.850.000 sel/mL sampel
Pengenceran 100.000x
Jumlah sel ragi rata-rata = 10,2/3 = 3,4 sel/kotak
Jumlah sel ragi = 3,4 sel/ kotak x 25 kotak / mm2 = 85 sel / mm2
Jumlah sel ragi = 85 sel / mm2x 10 /mm = 850 sel / mm3
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 100.000x
= 850/mm3 x 1000 = 850.000 sel/mL sampel
Pengenceran 1.000.000x
Jumlah sel ragi rata-rata = 2,8/3 = 0,93333 sel/kotak
Jumlah sel ragi = 0,93333 sel/ kotak x 25 kotak / mm2= 23,3333 sel / mm2
Jumlah sel ragi = 23,3333 sel / mm2 x 10 /mm = 233,333 / mm3
Jadi jumlah sel ragi pada pengenceran 1.000.000x
= 233,333 sel/mm3 x 103 = 233.333,33 sel/mL sampel

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

14

Laporan Resmi Praktikum Mikrobiologi


Industri (2015)

Laboratorium Mikrobiologi
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS

You might also like