Professional Documents
Culture Documents
Ka Sulis (Ekstrak Daun Widuri Sebagai Larvasida Aedes Albopictus)
Ka Sulis (Ekstrak Daun Widuri Sebagai Larvasida Aedes Albopictus)
SULISTYAWATI
N 101 10 036
AGUSTUS 2014
Judul
: EFEK
EKSTRAK
DAUN
WIDURI
(Calotropis
: SULISTYAWATI
Stambuk
: N 101 10 036
DEWAN PENGUJI
Ketua
........................
........................
Penguji I
........................
Penguji II
........................
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Tadulako
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
SULISTYAWATI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin,
dengan
segala
kerendahan
hati
penulis
panjatkan puji dan syukur yang setinggi-tingginya kepada Allah SWT atas
berbagai anugrah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul EFEK EKSTRAK DAUN WIDURI (Calotropis gigantea)
SEBAGAI LARVASIDA PADA LARVA NYAMUK Aedes albopictus.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Tadulako.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada kedua
orang tua terkasih, tersayang dan teramat penulis cintai. Untuk Ayahanda Ismail
dan Ibunda Aspiah yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih, cinta
dan rasa sayang yang begitu berlimpah serta tak henti-hentinya memberi semangat
dan wejangan-wejangannya selama proses pembuatan tugas akhir ini. Tak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara tercinta
Iswahyudi dan Annisa Sri Rahayu yang selalu memberi keceriaan di sela-sela
kelelahan dan kejenuhan penulis.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat yang
setinggi-tingginya
kepada
dr.
Nyoman
Widajandja, M.Kes
selaku
Pada penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu perkenankan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1.
Rektor Universitas Tadulako, Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE., MS.
2.
3.
4.
5.
8.
9.
10. Bapak/ibu dosen FKIK UNTAD yang telah mengajar dan membimbing
penulis sejak awal kuliah hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
11. Segenap pegawai Tata Usaha dan Akademik FKIK UNTAD.
12. Dosen pembina departemen Biokimia PSPD FKIK UNTAD, dr. Nur
Syamsi yang selalu menyemangati, serta rekan-rekan Asisten Biokimia.
13. Kepala kantor Balai Litbang P2B2 Donggala, Bapak Jastal, SKM, M.Si dan
Ibu Hayani Anastasia, SKM, MPH selaku kepala bagian pelayanan
penelitian serta pegawai Balai Litbang P2B2 Donggala bagian Sumber Daya
Hayati, bagian Hewan Uji, dan bagian Pelayanan Penelitian yang telah
menerima dan menyambut dengan baik penulis dimulai saat permintaan izin
penelitian hingga terselesaikannya penelitian.
14. Kak Ludia Rustin Palondongan, S.Si yang senantiasa membantu penulis
dimulai saat pencarian judul hingga terselesaikannya penelitian.
15. Indra Firmansyah yang selalu mendampingi, memberi nasehat, dukungan
dan motivasi selama perkuliahan dan penyusunan tugas akhir ini.
16. Sahabat-sahabat penulis yang juga berperan penting selama perkuliahan dan
penyusunan tugas akhir ini, Nurkhalidah, Lestari Irawan, Windy
Mentari, Ayu puspita, Nurul Afriani, Nanda Hikmah, Nursafitri dan
Nurafni Oktavia.
17. My beloved family Card10 atas kekompakan dan kebersamaannya selama
ini, kakak-kakakku 01factorius dan Oste09en, serta adik-adikku Achi11es,
Arth12on dan Pl13xus.
18. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter (HMPD),
AMSA Untad, dan FKI-Assyifa Untad.
19. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah membantu dan tak bisa disebutkan satu-persatu namanya,
semoga kebaikan kalian semua mendapatkan hal yang setimpal pula.
SULISTYAWATI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
Anova
Analysis of varians
BPO
Piperonyl butoxide
cc
Cubical centimeter
CDC
CO
Karbon monoksida
DBD
Gram
LC50
ml
Mililiter
mm
Milimeter
O2
Oksigen
Celcius
P2B2
pH
Power of Hydrogen
POM RI
ppm
RR
Homozigot
RS
Heterozigot
SG
Sand granula
SPSS
ABSTRACT
Background : The Aedes albopictus mosquito is a vector of dengue hemorrhagic
fever (DHF), which is still a health problem in Indonesia, especially in Central
Sulawesi. One of the dengue vector control efforts are larvacides. Eradication of
larvae using chemical insecticides often causes problems such as resistance,
adverse effects on human health. One of the plants that have the potential of being
larvicides are thistle (Calotropis gigantea).
Objective : The purpose of this study was to determine the effectiveness of
larvicides thistle leaf extract (Calotropis gigantea) against larvae of Aedes
albopictus.
Method : This study was an experimental study with a post-test only control
group design. The samples used were Aedes albopictus 750 third instar larvae
which consists of 6 treatment groups (150 ppm, 300 ppm, 600 ppm, 1200 ppm, a
positive control (Abate 1 ppm) and negative control (water without treatment).
Each group contains 25 larvae with 5 repetitions. Observations of larvae were
performed at 1 hour, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, 8 hours and 24
hours, then continued statistical analysis.
Result : The results showed thistle leaf extract (Calotropis gigantea) has the effect
of larvicides against Aedes albopictus. Friedman test results and post-hoc MannWhitney showed a significance value <0.05 which indicated that there were
differences in the number of larval mortality significantly between treatment
groups. Spearman correlation test showed a significant value <0.05 at the time of
observation of 2 hours to 24 hours, meaning that there is a correlation between
the concentration and the large number of larval mortality. Probit test showed
LC50 values in 1117.530 ppm.
ABSTRAK
Latar belakang : Nyamuk Aedes albopictus merupakan salah satu vektor dari
penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia, khususnya Sulawesi tengah. Salah satu upaya pengendalian vektor
DBD adalah larvasidasi. Pembasmian larva dengan insektisida kimia sering
menimbulkan masalah misalnya resistensi, efek samping pada kesehatan manusia.
Salah satu tanaman yang memiliki potensi menjadi larvasida adalah widuri
(Calotropis gigantea).
Tujuan : Mengetahui efektifitas larvasida ekstrak daun widuri (Calotropis
gigantea) terhadap larva nyamuk Aedes albopictus.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only
control group design. Sampel yang digunakan adalah Aedes albopictus instar III
sebanyak 750 larva yang terdiri dari 6 kelompok perlakuan (150 ppm, 300 ppm,
600 ppm, 1200 ppm, kontrol positif (Abate 1 ppm) dan kontrol negatif (air tanpa
perlakuan). Setiap kelompok berisi 25 larva dengan 5 kali pengulangan.
Pengamatan larva dilakukan pada 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 8 jam
dan 24 jam, kemudian dilanjutkan analisis statistik.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun widuri (Calotropis gigantea)
memiliki efek larvasida terhadap Aedes albopictus. Hasil uji Friedman dan Posthoc Mann-Whitney menunjukkan nilai signifikansi < 0,05 yang menunjukkan
terdapat perbedaan jumlah mortalitas larva secara bermakna antara kelompok
perlakuan. Uji korelasi Spearman menunjukan nilai signifikansi < 0,05 pada
waktu pengamatan 2 jam hingga 24 jam, artinya terdapat korelasi antara besar
konsentrasi dan jumlah mortalitas larva. Uji probit menunjukkan nilai LC50 pada
1117,530 ppm.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan di
Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
semakin luas. Di Indonesia demam berdarah dengue masih merupakan masalah
kesehatan karena masih banyak daerah endemik (Widoyono, 2011).
Pada tahun 2011 tercatat kasus DBD yang ditemukan di Sulawesi Tengah
sebanyak 2.037 kasus dan terbanyak berada di Kota Palu yaitu 1.061 kasus.
Jumlah kasus tersebut tidak berbeda jauh dengan tahun 2010 yaitu sebanyak 2.092
kasus. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan di Sulawesi Tengah potensial dalam
penularan DBD (Dinkes, 2012). Daerah endemik DBD pada umumnya
bertahap insektisida itu akan menekan dan menyeleksi serangga (nyamuk vektor)
sasaran untuk menjadi toleran (heterozigot resisten; RS) sampai resisten
(homozigot resisten; RR) terhadapnya (Lidia et al., 2008).
Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubungkan dengan penggunaan
insektisida kimia diantaranya iritasi mata dan kulit, kanker, cacat pada bayi, serta
gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan. Kejadian anemia dapat terjadi pada
penderita keracunan organofosfat adalah karena terbentuknya sulfhemoglobin dan
methemoglobin di dalam sel darah merah. Hal ini menyebabkan hemoglobin
menjadi tidak normal dan tidak dapat
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah ekstrak daun Widuri (Calotropis gigantea) efektif dalam membunuh
larva nyamuk Aedes albopictus?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas larvasida ekstrak daun
Widuri (Calotropis gigantea) terhadap larva nyamuk Aedes albopictus.
2. Tujuan Khusus
Membuktikan hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun Widuri
(Calotropis gigantea) dengan jumlah larva nyamuk Aedes albopictus yang mati
persatuan waktu.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi tentang
efektivitas ekstrak daun Widuri (Calotropis gigantea) sebagai larvasida, dan dapat
diaplikasikan oleh masyarakat untuk membasmi nyamuk Aedes albopictus sebagai
vektor penyakit demam berdarah dengue di Indonesia, khususnya di Sulawesi
Tengah. Serta menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan
perbandingan bagi penelitian yang lebih luas dan lebih dalam.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian seperti ini pernah dilakukan sebelumnya oleh Shreya et al. (2012)
yang berjudul Aktivitas larvasida Calotropis gigantea pada vektor Aedes aegypti
penyebab dengue dan chikungunya. Variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah soxhlet ekstrak ethanol daun Calotropis gigantea terhadap
efek larvasida pada larva nyamuk Aedes aegypti dengan range konsentrasi 1001000 ppm.
Penelitian seperti ini pernah pula dilakukan sebelumnya oleh Kumar et al.
(2012) dengan judul Aktivitas larvasida, repellant dan ovisidal Calotropis
gigantea pada Culex gelidus, Culex tritaeniorhynchus. Variabel yang di gunakan
adalah efek ekstrak air daun Calotropis gigantea pada Culex gelidus, Culex
tritaeniorhynchus dengan konsentrasi 62,5, 125, 250, 500, 1000 ppm.
Penelitian larvasida Calotropis gigantea juga telah dilakukan oleh Kabir et al.
(2010) dengan judul penelitian Efek larvasida latex dari Calotropis gigantea
terhadap larva nyamuk Culex quinguesfasciatus. Penelitian ini menggunakan
A. Telaah Pustaka
1.
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Gentianales
Family
: Asclepiadaceae
Genus
: Calotropis R.Br
Spesies
Tunggang,
bercabang,
bulat,
putih
kekuningan,
neurosekresi
otak
(racun
saraf) dari
serangga,
menghambat
saponin
diduga
mengandung
hormon
steroid
yang
biasanya
berkisar
dari
2-14
hari.
Pengocokkan
Perkolasi
Percolare berasal dari kata colare yang artinya menyerkai dan per
artinya menembus. Dengan demikian, perkolasi adalah suatu cara
penarikan memakai alat yang disebut perkolator yang simplisianya
terendam dalam cairan penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut
akan menetes secara beraturan sampai memenuhi syarat yang telah
ditetapkan (Syamsuni, 2006). Proses ini menggunakan sebuah wadah
penapis (sempit, berbentuk kerucut terbuka pada kedua ujungnya). Bahanbahan ekstraksi dibasahi dengan sejumlah cairan penyari dan didiamkan
selama sekitar 4-24 jam dalam wadah tertutup rapat, setelah itu massa
dikemas dan bagian atas perkolator ditutup (Sukhdev et al., 2008)
c. Sokslet
Dalam metode ini, simplisia ditumbuk halus ditempatkan dalam
kantong berpori yang dibuat dari kertas filter yang kuat dan di letakkan
dalam sebuah gelas ekstraksi yang bekerja secara kontinu. Gelas ekstraksi
yang mengandung kantung diletakkan di antara labu suling dan suatu
kondensor yang dihubungkan dengan pipa. Labu tersebut berisi bahan
pelarut, yang menguap dan mencapai ke dalam kondensor melalui pipet,
berkondensasi dan akan membawa keluar bahan yang diekstraksi
(Sukhdev et al., 2008).
d. Infus
Bahan ekstrak yang telah dihaluskan dicampurkan dengan sejumlah air
O
piretrum
(Crysanthenum
dan
piretrin
cinerariaetolium)
bersumber
yang
telah
dari
bunga
dikeringkan.
krisan
Piretrin
2. Aedes albopictus
a. Taksonomi Aedes albopictus
Klasifikasi Aedes albopictus sebagai berikut:
Domain
: Eukaryota
Kingdom
: Animal
Phylum
: Artropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Diptera
Subordo
: Nematocera
Famili
: Culicidae
Subfamili
: Culicinae
Genus
: Aedes
Subgenus
: Stegomyia
Species
Pupa
putih
pada
notum
dan
abdomen,
antena
Aedes
sampai 27 C. Larva akan mati pada suhu kurang dari 10 C atau lebih dari
O
3. Kerangka Teori
Daun Widuri
(Calotropis gigantea)
Ekstraksi Maserasi
dengan pelarut
ethanol
Saponin
Alkaloid
Efek larvasida
Kematian Larva
Aedes Albopictus
4. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel bebas
: Variabel terikat
Gambar 5. Kerangka konsep
B. Landasan Teori
Pengendalian vektor DBD dilakukan dengan cara memutuskan rantai
penularan. Salah satu cara yang dilakukan adalah penggunaan insektisida dengan
cara penyemprotan dan larvasidasi (Kemenkes RI, 2010).
Penelitian sebelumnya telah menemukan beberapa kandungan senyawa aktif
yang terdapat pada daun widuri (Calotropis gigantea), diantaranya adalah
alkaloida, saponin, flavonoida, tanin , saponin, glikosida (Seniya et al., 2011).
Senyawa alkaloid dapat berfungsi sebagai insektisida alami karena perannya
dalam merusak sel neurosekretori otak (racun saraf) pada serangga, sehingga
menghambat pembentukan pupa dan sekresi hormon pertumbuhan. Senyawa
alkaloid selain bekerja dengan cara menganggu sistem kerja saraf (neuromuscular
toxic) larva, juga memiliki efek larvasida dengan menghambat daya makan larva
dan bertindak sebagai racun perut. Senyawa ini bersifat basa dan merupakan
senyawa polar (Wiryowidagdo, 2007).
Senyawa saponin diduga mengandung hormon steroid yang berpengaruh
dalam pertumbuhan larva nyamuk. Senyawa ini akan menurunkan tegangan
permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus
digestivus menjadi korosif. Kerusakan salah satu organ nyamuk dapat
menurunkan proses metabolisme dan gangguan dalam proses fisiologinya (Fuadzy
et al., 2012).
C. Hipotesis
1. Ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) efektif sebagai larvasida pada larva
nyamuk Aedes albopictus.
2. Terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun Widuri
(Calotropis gigantea) dengan jumlah larva nyamuk Aedes albopictus yang mati
per satuan waktu.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control
group design. Desain penelitian ini dipilih karena tidak dilakukan pretes terhadap
sampel sebelum perlakuan. Dengan cara ini memungkinkan dilakukan
pengukuran pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok eksperimen yang satu
dengan cara membandingkannya dengan kelompok eksperimen yang lain dan
kelompok kontrol.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi penelitian ini adalah larva instar III nyamuk Aedes albopictus
yang didapat dari Laboraturium Penelitian Balai Litbang P2B2 Donggala.
2.
Sampel
a. Kriteria Inklusi
1. Larva nyamuk Aedes albopictus sehat dan telah mencapai instar III.
2. Larva bergerak aktif.
b. Kriteria Eksklusi
1. Larva yang telah berubah menjadi pupa ataupun nyamuk dewasa.
2. Larva yang mati sebelum perlakuan.
c. Besar Sampel
Besar sampel 25 ekor larva instar III. Diletakkan dalam 6 kontainer,
yang masing-masing kontainer berisi 25 ekor larva. Dilakukan replikasi
sebanyak 5 kali pada tiap bahan uji. Jumlah seluruh sampel yang dibutuhkan
sebanyak 750 Larva Aedes albopictus.
d. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan purposive
sampling terhadap larva nyamuk Aedes albopictus.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau independent variable penelitian ini adalah yaitu
ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) dengan berbagai konsentrasi.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat atau dependent variable dalam penelitian ini adalah
Konsentrasi ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) yang paling efektif
sebagai larvasida larva nyamuk Aedes albopictus.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : ekstrak daun widuri
(Calotropis gigantea); larutan ekstrak daun widuri dengan konsentrasi 150
ppm, 300 ppm, 600 ppm, 1200 ppm; air bersih atau aquadest; larva nyamuk
Aedes albopictus instar III; Fish food unutk makanan larva. Serta Abate
sebagai kontrol positif.
F. Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahap yang kami lakukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Pembuatan Larvasida Esktrak Daun Widuri (Calotropis gigantea)
1) Menimbang daun widuri (Calotropis gigantea) seberat 2 kg.
2) Mencuci daun widuri (Calotropis gigantea) sampai bersih kemudian
mengeringkannya dibawah sinar matahari.
3) Mengolah daun widuri (Calotropis gigantea) yang sudah kering sampai
menjadi serbuk kering dengan menggunakan blender.
4) Maserasi serbuk bahan dengan etanol 96% selama 3 x 24 jam.
5) Saring larutan ekstrasi dengan menggunakan kertas saring sehingga
mendapatkan ekstrak cair.
6) Menguapkan maserat yang sudah didapatkan dengan menggunakan
menggunakan rotary evaporator.
7) Ekstrak kental di dapatkan dan dapat disimpan di dalam lemari es.
b. Uji Fitokimia
1. Uji alkaloid
saring larutan.
gigantea),
dipindahkan
kedalam
kontainer
yang
telah
taraf
t (r 1) 15
4 (r 1) 15
4 r 4 15
r 4,75
Perhitungan
diatas
didapatkan dengan
menggunakan
empat
taraf
No
Variabel
Definisi Operasional
Skala
1. Ekstrak daun
widuri
(Calotropis
gigantea)
2. Larva Aedes
albopictus
instar III
3. Mortalitas
Larva Aedes
albopictus
4. LC50
Merupakan
konsentrasi
larvasida
yang Rasio
menyebabkan terjadinya kematian pada 50%
hewan coba
(Lethal
Consentration
50%)
I. Alur Penelitian
Purposive sampling
J. Analisis Data
kadar
konsentrasi
efektive
larvasida
ditentukan
dengan
LC50
dengan
menggunakan analisis data yaitu Regresi linear atau Probit. Semua perangkat
analisis statistik menggunakan fasilitas SPSS dari Windows.
K. Keterbatasan penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Uji Larvasida
Pada penelitian ini menggunakan empat konsentrasi ekstrak daun widuri
(Calotropis gigantea) untuk menentukan efektifitas larvasida dengan waktu
pengamatan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 8 jam dan 24 jam. Adapun
empat konsentrasi tersebut adalah 150 ppm, 300 ppm, 600 ppm, 1200 ppm. Pada
penelitian ini juga menggunakan kontrol positif (Abate 1 ppm) dan kontrol negatif
(air tanpa perlakuan). Berikut hasil pengamatan mortalitas larva Aedes albopictus
yang didapatkan:
Tabel 4.1 Hasil pengamatan mortalitas larva Aedes albopictus pada kelompok
perlakuan.
Perlakuan
150 ppm
Perlakuan
300 ppm
600 ppm
Waktu
Pengamatan
1
(jam)
Jumlah larva
25
awal
1
0
2
0
3
0
4
0
5
0
6
0
8
0
24
2
Waktu Pengamatan
(Jam)
1
Jumlah larva awal
1
2
3
4
5
6
8
24
1
2
3
4
25
0
0
0
0
0
2
3
5
0
0
0
1
Replikasi
2
25
25
25
25
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
Replikasi
2
3
4
25
0
0
0
0
0
0
3
4
0
0
0
0
25
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
25
0
0
0
0
0
0
2
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
4
5
25
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
Total
MSd
0
0
0
0
0
1
2
9
0
0
0
0
0
0,20,44
0,40,54
1,81,48
Total
MSd
0
0
0
0
0
2
8
12
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0,40,89
1,61,51
2,42,07
0
0
0
0,40,54
5
6
8
24
1
2
3
1200 ppm
4
5
6
8
24
Sumber : Data Primer, 2014.
2
4
5
6
1
2
3
4
5
5
5
23
0
0
0
4
1
2
3
4
4
5
7
11
0
0
1
4
0
1
2
3
4
5
5
15
0
0
2
2
1
2
3
5
6
8
9
15
2
2
2
2
0
0
0
0
0
3
4
19
4
6
10
18
3
7
11
16
19
26
30
83
0,81,09
1,21,78
2,01,87
3,61,67
0,60,54
1,40,89
2,21,30
3,21,92
3,82,28
5,21,78
6,02,00
16,64,56
Kontrol
(+) (Abate
1 ppm)
Waktu Pengamatan
(Jam)
Jumlah larva awal
1
2
3
4
5
1
25
10
16
17
25
25
Replikasi
2
3
4
25 25 25
18 10
9
19 19 17
22 25 20
25 25 25
25 25 25
5
25
10
16
20
25
25
Total
MSd
57
87
104
125
125
11,43,71
17,41,51
20,82,95
2525-
6
8
24
1
2
Kontrol (-)
3
(air tanpa
4
perlakuan)
5
6
8
24
Sumber : Data Primer, 2014.
25
25
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
25
25
0
0
0
0
0
0
0
4
25
25
25
0
0
0
0
0
0
0
0
25
25
25
0
0
0
0
0
0
0
4
25
25
25
0
0
0
0
0
0
0
0
125
125
125
0
0
0
0
0
0
0
8
2525250
0
0
0
0
0
0
1,62,19
Pada tabel 4.2 menunjukkan pada kelompok kontrol positif kematian pertama
larva terjadi pada waktu pengamatan 1 jam yaitu sebanyak 57 larva mati,
sedangkan pada kontrol negatif kematian larva terjadi pada waktu pengamatan 24
jam yaitu sebanyak 8 larva. Adapun persentase rerata kematian larva Aedes
albopictus dalam 24 jam ditunjukkan pada tabel berikut:
Jumlah
Larva
Awal
25 (100%)
25 (100%)
25 (100%)
25 (100%)
25 (100%)
25 (100%)
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa kelompok perlakuan 150 ppm hanya
dapat memberikan persentase mortalitas larva sebesar 7,2%. Pada kelompok
perlakukan 300 ppm memberikan persentase mortalitas larva 9,6%. Sedangkan
pada kelompok perlakuan 600 ppm terdapat mortalitas larva
perlakuan 1200 ppm
150 ppm
300 ppm
Replikasi Jumlah
Larva
Awal
1
2
3
4
5
1
2
3
25
25
25
25
25
25
25
25
Jumlah
Mortalitas
Larva
Setelah 24
jam
2
2
1
0
4
5
4
0
Koreksi
Mortalitas
(%)
1,16 %
1,16 %
-2,84 %
-6,84 %
9,16 %
13,16 %
9,16 %
-6,84 %
4
5
1
2
600 ppm
3
4
5
1
2
1200 ppm
3
4
5
Sumber : Data Primer, 2014.
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
2
1
6
4
4
2
2
23
11
15
15
29
1,16 %
-2,84 %
17,16 %
9,16 %
9,16 %
1,16 %
1,16 %
85,16 %
37,16 %
53,16 %
53,16 %
69,16 %
Keterangan :
MU
MK
namun nilai P pada beberapa data masih <0,05 (lampiran 1). Sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa distribusi data tidak normal. Karena syarat pertama uji
repeted Anova tidak terpenuhi, maka tidak dilanjutkan uji homogenitas.
Selanjutnya sebagai uji alternatif repeted Anova maka dilakukan non
parametrics test yaitu Friedman test. Hasil yang didapatkan adalah:
Tabel 4.5 Friedman test
Friedman test
Nilai
N
20
Asymp. Sig
0,000
Sumber : Data Primer, 2014.
Dari hasil analisis Friedman test didapatkan nilai signifikansi sebesar p =
0.000. karena nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan nilai rata-rata kematian larva pada kelompok setiap perlakuan.
Untuk mengetahui perbandingan hasil mortalitas larva antara kelompok
perlakuan, maka digunakan uji statistik Post-hoc Mann-Whitney. Hasil yang
didapatkan adalah:
Tabel 4. 6 Uji statistik perbandingan antar kelompok/konsentrasi (analisis Posthoc Mann-Whitney)
Perlakuan
150 ppm
300 ppm
600 ppm
1200 ppm
Abate 1 ppm
150 ppm
0,66
0,1
0,009*
0,005*
300 ppm
0,66
0,33
0,009*
0,005*
600 ppm
0,1
0,33
0,008*
0,005*
1200 ppm
0,009*
0,009*
0,008*
0,005*
Abate 1 ppm
0,005*
0,005*
0,005*
0,005*
-
24
0,75
8
0,0
jam dan 24 jam semua nilai p < 0,05. Nilai ini menunjukkan arah korelasi positif
atau terdapat korelasi bermakna antara variabel yang diteliti. Kekuatan korelasi
pada waktu pengamatan 2 jam dan 3 jam adalah 0,668 artinya kekuatan korelasi
kuat. Pada waktu pengamatan 4 jam nilai kekuatan korelasi dalah 0,708 dan pada
waktu pengamatan 6 jam adalah 0,719. Kedua nilai ini menunjukkan kekuatan
korelasi kuat. Sedangkan nilai kekuatan korelasi pada waktu pengamatan 8 jam
adalah 0,675 dan pada waktu pengamatan 24 jam adalah 0,758. Kedua nilai ini
juga menunjukkan kekuatan korelasi kuat antara variabel konsentrasi dan
mortalitas larva per satuan waktu. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara
peningkatan konsentrasi terhadap mortalitas larva Aedes albopictus.
Analisis data selanjutnya adalah regresi Probit untuk menentukan efektivitas
konsentrasi daun widuri (Calotropis gigantea) yang membuat mortalitas larva
50% atau lethal consentration 50% (LC50). Adapun nilai LC50 yang didapatkan
adalah:
Tabel 4.8 Nilai analisis Probit LC50 ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea)
Nilai
LC50 (ppm)
1117,530
Sumber : Data Primer, 2014.
Batas atas
979,449
Batas bawah
1326,201
pada ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea). Adapun hasil uji fitokimia yang
didapatkan menunjukkan hasil positif pada alkaloid dan saponin. Hasil positif
alkaloid ditunjukkan dengan terdapatnya endapan dan saponin hasil positifnya
ditunjukkan dengan adanya busa, sedangka flavonoid dan tanin menunjukkan
hasil negatif.
Tabel 4.9 Uji fitokimia ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea)
No
Nama senyawa
1.
Alkaloid
2.
Saponin
3.
Flavonoid
4.
Tanin
Sumber : Data Primer, 2014.
Hasil
+
+
-
Keterangan
Ada endapan
Ada Busa
Larutan tetap hijau
Tidak ada endapan
Gambar 7. Hasil Uji Identifikasi Fitokimia, (a) Alkaloid positif (b) Saponin
positif (c) Tanin negatif (d) Flavonoid negatif
B. PEMBAHASAN
Aedes albopictus adalah vektor penular demam berdarah dengue. Jika
Aedes aegypti menempati habitat domestik terutama penampungan air di dalam
rumah yang tidak berhubungan dengan tanah, Aedes albopictus berkembang biak
di lubang-lubang pohon, drum, dan ban bekas yang terdapat di luar rumah (Hadi,
2012).
Salah satu upaya pengendalian vektor DBD dilakukan dengan cara
memutuskan rantai penularan yaitu dengan penggunaan insektisida, baik dengan
cara penyemprotan atau larvasida (Sukowati, 2010). Widuri (Calotropis gigantea)
merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi menjadi larvasida alami
karena adanya kandungan alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, saponin (Seniya et
al., 2011).
Dalam penelitian Shreya et al. (2012) melaporkan efek larvasida daun widuri
(Calotropis gigantea) terhadap larva nyamuk Aedes aegepty dan dapat digunakan
dalam program pengendalian vektor nyamuk DBD. Pada penelitian lainnya oleh
Kumar et al. (2012) juga melaporkan bahwa daun widuri (Calotropis gigantea)
dapat memberikan efek larvasida terhadap larva nyamuk Culex sp.
Penelitian ini dimulai dengan membuat simplisia kering daun widuri dengan
cara melakukan penjemuran pada daun widuri hingga kadar air berkurang 90%.
Kemudian simplisia kering dijadikan serbuk kering untuk memudahkan proses
penarikan senyawa kimia yang berada didalam daun widuri. Proses selanjutnya
adalah pembuatan ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) dengan metode
maserasi. Metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96% merupakan metode
ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam simplisia kering dengan
cairan penyari (etanol 96%) selama 3x24 jam, setelah itu akan dilakukan
penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan dilakukan proses pengentalan
untuk hasil positif saponin ditunjukkan dengan adanya busa pada saat larutan
ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) dikocok beberapa kali.
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian tanin dan flavonoid. Pengujian
tanin dilakukan dengan cara mereaksikan ekstrak daun widuri (Calotropis
gigantea) dengan gelatin, hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
dan pada uji fitokimia yang dilakukan menunjukkan hasil negatif (tidak terbentuk
endapan). Pengujian flavonoid, dilakukan dengan cara mereaksikan ekstrak daun
widuri (Calotropis gigantea) dengan HCL pekat, hasil positif ditunjukkan dengan
terjadinya perubahan warna larutan menjadi violet. Namun pada pengujian
fitokimia pada penelitian ini memberikan hasil negatif (warna larutan tetap hijau).
Hasil negatif untuk senyawa tanin dan flavonoid dipengaruhi oleh teknik ekstraksi
yang digunakan dan kandungan senyawa kimia dalam bagian tanaman yang
diambil. Teknik ekstraksi maserasi merupakan teknik ekstraksi yang paling
sederhana dan kekurangan dari teknik maserasi adalah ekstraksi kurang sempurna
sehingga beberapa senyawa seperti tanin dan flavonoid tidak seluruhnya tertarik
keluar dari sel tanaman, karena jumlah pelarut pada teknik ini jauh lebih sedikit
dibandingkan teknik lainnya (Pratiwi, 2010).
Pengujian larvasida pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyiapkan
konsentrasi uji yaitu 150 ppm, 300 ppm, 600 ppm dan 1200 ppm serta kontrol
negatif
menyiapkan larva nyamuk Aedes albopictus sebanyak 25 larva instar tiga yang
dimasukkan ke dalam wadah pengujian menggunakan screen loops atau alat
penapis. Wadah pengujian merupakan wadah gelas transparan yang berisi 100200 ml air dengan kedalam air 5cm atau 10 cm, jika lebih dari 10 cm akan
menyebabkan kematian larva (WHO, 2004).
Waktu pengamatan efek larvasida dilakukan pada 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam,
5 jam, 6 jam, 8 jam dan 24 jam. Waktu pengamatan 24 jam merupakan standar
yang ditetapkan WHO untuk pengujian larvasida, dimana pengujian larvasida
harus melalui sebuah photoperiod yaitu 12 jam terang diikuti 12 jam gelap
(WHO,2004). Pada waktu pengamatan, larva yang mati dicatat dan setelah 24
jam dihitung persentase mortalitas. Larva dikatakan mati bila tidak bergerak dan
tidak memberikan respon ketika di stimulus dengan pipet.
Pada penelitian ini hasil pengamatan mortalitas larva Aedes albopictus seperti
yang terlihat pada Tabel 4.1 dan 4.3. Pada konsentrasi 150 ppm jumlah mortalitas
larva setelah 24 jam adalah 9 larva (7,2%). Konsentrasi 300 ppm jumlah
mortalitas larva sebanyak 12 larvas (9,6%). Pada konsentrasi 600 ppm jumlah
Dari beberapa uji statistik diatas dapat disimpulkan bahwa daun widuri
(Calotropis gigantea) terbukti memiliki efek larvasida dan hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seniya et al. (2011) dan Kumar et al.
(2012).
Efek larvasida daun widuri pada penelitian ini karena adanya senyawa
alkaloid dan saponin. Senyawa alkaloid dapat berfungsi sebagai insektisida alami
karena perannya dalam merusak sel neurosekretori otak (racun saraf) pada
serangga sehingga menghambat pembentukan pupa dan sekresi hormon
pertumbuhan. Senyawa alkaloid selain bekerja dengan cara menganggu sistem
kerja saraf (neuromuscular toxic) larva, juga memiliki efek larvasida dengan
menghambat daya makan larva dan bertindak sebagai racun perut (Wiryowidagdo,
2007).
Senyawa saponin diduga mengandung hormon steroid yang berpengaruh
dalam pertumbuhan larva nyamuk. Senyawa ini akan menurunkan tegangan
permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus
digestivus menjadi korosif. Kerusakan salah satu organ nyamuk dapat
menurunkan proses metabolisme dan gangguan dalam proses fisiologinya (Fuadzy
et al., 2012).
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shreya et al. (2012)
menggunakan ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) sebagai larvasida pada
larva Aedes aegypti, didapatkan hasil analisis Probit untuk LC50 berada pada
konsentrasi 351,43 ppm. Perbedaan hasil penelitian ini dipengaruhi oleh teknik
ekstraksi yang digunakan, dimana pada penelitian yang dilakukan Shreya et al.
(2012) menggunakan teknik Sokhlet untuk mengekstraksi daun widuri.
Selain itu beberapa faktor yang juga mempengaruhi perbedaan hasil penelitian
yang didapatkan diantaranya adalah faktor biologi seperti lokasi tumbuhan asal,
cara penyimpanan bahan, umur tumbuhan, dan bagian tumbuhan yang digunakan.
Faktor kimia yang dapat mempengaruhi diantaranya jenis senyawa aktif, serta
kualitas dan kuantitas senyawa aktif yang terkandung di dalam bahan. Perbedaan
alat yang digunakan, kekeringan bahan, pelarut yang digunakan juga dapat
mempengaruhi hasil ekstraksi bahan. Perbedaan spesies objek penelitian juga
dapat mempengaruhi hasil penelitian karena daya racun suatu insektisida
umumnya berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya (Adhli et al., 2011).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak daun widuri (Calotropis gigantea) memiliki efek larvasida
pada larva nyamuk Aedes albopictus dengan LC50 pada konsentrasi
1117,530 ppm.
2. Terdapat hubungan antara peningkatan konsentrasi ekstrak daun
widuri (Calotropis gigantea) terhadap peningkatan mortalitas larva
Aedes albopictus per satuan waktu.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
pharmacy research. 02(1): 7-17. [cited 2014 Mar 5]. Available from:
http://www.ijprsonline.com/ijprsonlineVol2-007.pdf.
Seniya, C.,Trivedia, S., dan Verna, S. 2011. Antibacterial efficacy and
Phytochemical analysis of organic solvent extracts of Calotropis gigantea.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 3(6): 330-336. [cited
2014 Mar 5]. Available from: http://jocpr.com/vol3-iss6-2011/JCPR-2011-36-330-336.pdf.
Shreya.N., Raghavendra, N.P., Mukherji, V., Vincy, M., Namratha., Pradeep.,et
all. 2012. Larvicidal activity of Calotropis gigantea (L.) R.Br. on dengue and
chikungunya vector Aedes aegypti. Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Sciences. 3(3): 118-121. [cited 2014 Mar 5].
Available from: www.rjpbcs.com/pdf/2012_3(3)/[16].pdf.
Sukhdev, S., Khanuja, S., Longo, G. dan Rakesh, D. 2008. Extraction
technologies for medicinal and aromatic plants. International centre for
science and high technology. 19(2): 137. [cited 2013 Feb 26]. Available
from:http://mptmt.sums.ac.ir/word/extraction_technologies_for_medicinal_an
d_aromatic_plants.pdf.
Sukowati, S. 2010. Masalah vektor demam berdarah dengue (DBD) dan
Pengendaliannya di Indonesia. Publishing Litbang Ekologi. Puslitbang Ekologi
dan status kesehatan. Kementerian kesehatan Indonesia.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta:EGC, pp.249-250.
United States Department of Agriculture (editorial). 2014. Classification for
Kingdom Plantae Down to Species Calostropis gigantea. Natural Resources
Conservation Service (NRCS). USDA. [cited 2014 Jan 18]. Available from:
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CAGI11.
Utama, H. 2008. Buku Ajar Parasitologi kedokteran. FKUI. Jakarta: Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.pp.281-282.
Wang, Z., Wang, M., Mei, W., Han, Z. dan Dai, H. 2008. A New Cytotoxic
Pregnanone from Calotropis gigantea. Journal Tropical Agricultural
Sciences. 13: 3033-3039. .[cited 2014 Mar 5]. Available from:
www.mdpi.com/journal/molecules.
WHO. 2004. Dengue alert in South East Asia Region. New Delhi. World Health
Organisation. Regional Office for South East Asia. [cited 2014 Jan 18].
Available from: http://repository.searo.who.int/bitstream/123456789/15.pdf.
Lampiran 1
Output Hasil Analisis SPSS
Tests of Normality(b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l,m,n)
Kolmogorov-Smirnov(a)
waktu1jam
waktu2jam
waktu3jam
waktu4jam
konsentrasi
1200
1200
1200
600
waktu6jam
1200
600
1200
150
waktu8jam
300
600
1200
150
waktu5jam
Statistic
,367
,349
,330
,367
,261
,367
,335
,473
,473
,349
,345
,318
df
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Sig.
,026
,046
,079
,026
,200(*)
,026
,069
,001
,001
,046
,053
,109
Shapiro-Wilk
Statistic
,684
,771
,735
,684
,859
,684
,860
,552
,552
,771
,863
,701
df
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Sig.
,006
,046
,021
,006
,223
,006
,228
,000
,000
,046
,238
,010
24 jam
300
600
1200
,254
,300
,291
5
5
5
,200(*)
,161
,191
,803
,908
,905
5
5
5
,086
,453
,440
150
,246
,180
,231
5
5
5
,200(*)
,200(*)
,200(*)
,956
,952
,881
5
5
5
,777
,754
,314
,237
,200(*)
,961
,814
300
600
1200
Tests of Normality(b,c,d,e,f,g,h,i,j,k,l)
Kolmogorov-Smirnov(a)
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
konsentrasi
t_4jam
1200
,385
3
.
,750
3
,000
t_5jam
1200
,193
3
.
,997
3
,889
t_6jam
1200
,385
3
.
,750
3
,000
t_8jam
1200
,205
3
.
,993
3
,841
t_24jam
1200
,209
3
.
,992
3
,825
a Lilliefors Significance Correction
b There are no valid cases for t_1jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be
computed for this level.
c t_1jam is constant when konsentrasi = 1200. It has been omitted.
d There are no valid cases for t_2jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be
computed for this level.
e t_2jam is constant when konsentrasi = 1200. It has been omitted.
f There are no valid cases for t_3jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be
computed for this level.
g t_3jam is constant when konsentrasi = 1200. It has been omitted.
h There are no valid cases for t_4jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be
computed for this level.
i There are no valid cases for t_5jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be computed
for this level.
j There are no valid cases for t_6jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be
computed for this level.
k There are no valid cases for t_8jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be computed
for this level.
l There are no valid cases for t_24jam when konsentrasi = 150,000. Statistics cannot be
computed for this level.
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
waktu1jam
2,98
waktu2jam
waktu3jam
3,18
waktu4jam
waktu5jam
3,80
waktu6jam
waktu8jam
4,88
24 jam
7,48
3,38
4,18
6,15
Test Statistics(a)
N
Chi-Square
20
96,463
df
Asymp. Sig.
,000
a Friedman Test
Correlations
konsentrasi
Spearman'
s rho
konsentrasi
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
waktu1jam
waktu2jam
waktu3jam
waktu4jam
waktu5jam
waktu6jam
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
waktu1jam
waktu2jam
1,000
,564(**)
,668(**)
,010
,001
20
20
20
,564(**)
1,000
,889(**)
,010
,000
20
20
20
,668(**)
,889(**)
1,000
,001
,000
20
20
20
,668(**)
,889(**)
1,000(**)
,001
20
,000
20
.
20
,708(**)
,764(**)
,860(**)
,000
,000
,000
20
20
20
,708(**)
,749(**)
,858(**)
,000
20
,000
20
,000
20
,719(**)
,653(**)
,760(**)
,000
,002
,000
N
waktu8jam
abbot
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
20
20
20
,675(**)
,606(**)
,686(**)
,001
,005
,001
20
20
20
,758(**)
,541(*)
,635(**)
,000
20
,014
20
,003
20
waktu4jam
Spearman'
s rho
konsentrasi
waktu1jam
waktu2jam
waktu3jam
waktu4jam
waktu5jam
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
waktu8jam
abbot
waktu6jam
waktu8jam
abbot
,708(**)
,708(**)
,719(**)
,675(**)
,758(**)
,000
,000
,000
,001
,000
20
20
20
20
20
,764(**)
,749(**)
,653(**)
,606(**)
,541(*)
,000
,000
,002
,005
,014
20
20
20
20
20
,860(**)
,858(**)
,760(**)
,686(**)
,635(**)
,000
,000
,000
,001
,003
20
20
20
20
20
,860(**)
,858(**)
,760(**)
,686(**)
,635(**)
,000
20
,000
20
,000
20
,001
20
,003
20
1,000
,998(**)
,861(**)
,743(**)
,615(**)
,000
,000
,000
,004
20
20
20
20
20
,998(**)
1,000
,861(**)
,740(**)
,620(**)
,000
20
.
20
,000
20
,000
20
,004
20
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
,861(**)
,861(**)
1,000
,885(**)
,818(**)
,000
20
,000
20
.
20
,000
20
,000
20
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
,743(**)
,740(**)
,885(**)
1,000
,832(**)
,000
,000
,000
,000
20
20
20
20
20
,615(**)
,620(**)
,818(**)
,832(**)
1,000
,004
,004
,000
,000
20
20
20
20
20
N
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
waktu6jam
waktu5jam
Probit Analysis
Data Information
N of Cases
16
Valid
Rejected
Missing
Number of Responses >
Number of Subjects
4
0
Control Group
Convergence Information
Number of
Iterations
PROBIT
Optimal
Solution
Found
9 Yes
Parameter Estimates
Estimate
Lower
Bound
Parameter
PROBIT(
a)
konsentrasi
,002
Std. Error
Upper
Bound
Z
Lower
Bound
Sig.
Upper
Bound
Upper Bound
,000
20,067
,000
,002
,002
-2,351
,097
a PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX
-24,174
,000
-2,448
-2,253
Intercept
PROBIT
Number
1
konsentrasi
Number of
Subjects
Observed
Responses
Expected
Responses
150,000
100
2,092
150,000
100
150,000
100
300,000
100
300,000
100
300,000
7
8
9
10
Residual
Probability
-,930
,021
2,092
-,930
,021
2,092
7,070
,021
13
4,275
8,887
,043
4,275
4,887
,043
100
4,275
-3,113
,043
600,000
100
17
13,817
3,345
,138
600,000
100
13,817
-4,655
,138
600,000
100
13,817
-4,655
,138
600,000
100
13,817
-12,655
,138
11
600,000
100
13,817
12
1200,000
100
85
13
1200,000
100
37
14
1200,000
100
15
1200,000
16
-12,655
,138
56,886
28,277
,569
56,886
-19,723
,569
53
56,886
-3,723
,569
100
53
56,886
-3,723
,569
1200,000
100
Chi-Square Tests
69
56,886
12,277
,569
Chi-Square
PROBIT
139,965
df(a)
Sig.
14
,000(b)
a Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases.
b Since the significance level is less than ,150, a heterogeneity factor is used in the calculation
of confidence limits.
Confidence Limits
95% Confidence Limits for konsentrasi
PROBIT(
a)
Probability
,010
Estimate
Lower Bound
Upper Bound
11,535
-442,151
250,603
,020
,030
,040
141,135
223,361
-251,162
-130,835
352,232
417,562
285,217
-40,909
467,300
,050
335,532
31,764
508,232
,060
378,358
93,211
543,480
,070
,080
415,908
146,721
574,753
449,530
194,294
603,094
,090
480,107
237,240
629,187
,100
508,254
276,467
653,512
,150
,200
624,788
434,890
758,210
717,406
554,557
847,661
,250
796,864
651,267
930,357
,300
868,219
732,663
1010,073
,350
934,341
803,377
1088,654
,400
997,084
866,607
1167,090
,450
1057,788
924,700
1246,060
,500
,550
1117,530
1177,272
979,449
1032,281
1326,201
1408,259
,600
1237,977
1084,425
1493,178
,650
1300,720
1137,052
1582,217
,700
,750
1366,841
1438,197
1191,434
1249,166
1677,129
1780,510
,800
1517,655
1312,564
1896,517
,850
1610,273
1385,575
2032,626
,900
,910
1726,807
1754,954
1476,451
1498,271
2204,870
2246,602
,920
1785,531
1521,928
2291,985
,930
1819,152
1547,887
2341,938
,940
1856,702
1576,821
2397,788
,950
,960
1899,528
1949,843
1609,750
1648,354
2461,554
2536,555
,970
2011,699
1695,703
2628,869
,980
2093,926
1758,485
2751,745
2223,525
a A heterogeneity factor is used.
1857,133
2945,716
,990
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
waktu2jam waktu1jam
-2,000(a)
waktu3jam waktu1jam
-2,000(a)
waktu4jam waktu1jam
-2,232(a)
waktu5jam waktu1jam
-2,214(a)
waktu6jam waktu1jam
-2,677(a)
waktu8ja m
waktu1ja
-3,305
,046
,046
,026
,027
,007
,0
waktu3jam waktu2jam
-2,000(a)
waktu4jam waktu2jam
-2,232(a)
waktu5jam waktu2jam
-2,232(a)
waktu6jam waktu2jam
-2,680(a)
waktu8jam waktu2jam
-3,307(a)
24 jam waktu2ja
-3,737
,046
,026
,026
,007
,001
,0
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
waktu4jam waktu3jam
waktu5jam waktu3jam
waktu6jam waktu3jam
waktu8jam waktu3jam
24 jam waktu3jam
waktu5jam waktu4jam
-2,333(a)
-2,264(a)
-2,692(a)
-3,311(a)
-3,737(a)
-2,236(a)
,020
,024
,007
,001
,000
,025
waktu6jam waktu4jam
-2,701(a)
waktu8jam waktu4jam
24 jam waktu4jam
waktu6jam waktu5jam
waktu8jam waktu5jam
24 jam waktu5jam
waktu8jam waktu6jam
-3,319(a)
-3,735(a)
-2,401(a)
-3,090(a)
-3,637(a)
-2,994(a)
,007
,001
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test
,000
,016
,002
,000
,003
Lampiran 2
Dokumentasi Penelitian
Pengoleksian simplisia daun widuri
2
w
widuri
Pengujian larvasida
Pengujian Fitokimia
Lampiran 3
Surat keterangan penelitian
Lampiran 4
Hasil ekstraksi daun Widuri dan perhitungan konsentrasi
a. Hasil ekstraksi daun Widuri
Berat basah daun Widuri
: 4000 gram
: 2000 mL
: 1500 gram
b. Perhitungan konsentrasi
Diketahui bahwa:
1 ppm = 1 mg/1000 ml
Maka, 1200 ppm = 1,2 gr/1000 ml
Sehingga dengan menggunakan rumus dapat ditentukan 600 ppm, 300 ppm dan
150 ppm.
-
Keterangan:
V1 : Volume pengenceran.
M1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan digunakan.
M2 : Konsentrasi akhir
Lampiran 5
Surat keterangan identifikasi tumbuhan