Proses Pemurnian Streptomisin

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/287640601

Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk


Fermentasi

Article December 2015

CITATIONS READS

0 473

1 author:

Riky Lim
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Riky Lim on 21 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi
Riky*

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung


Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia
*Corresponding Author: rikylim@students.itb.ac.id

Abstrak
Streptomyces griceus merupakan salah satu bakteri penghasil antibiotik jenis streptomisin.
Streptomisin merupakan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif maupun bakteri Gram negatif. Streptomisin memiliki peranan yang penting dalam
dunia medis. Oleh karena itu, upaya untuk memperoleh streptomisin menjadi hal yang vital
untuk dipelajari. Namun hasil fermentasi bakteri Streptomyces griceus tidak hanya
mengandung streptomisin, dapat juga mengandung beragam enzim ekstraseluler dan
inhibitor. Untuk mendapatkan streptomisin dari larutan hasil fermentasi perlu dilakukan
berbagai upaya pemurnian. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan
karbon aktif sebagai adsorben, resin penukar ion, kolom kromatografi, dan ekstraksi
pelarut.. Penggunaan karbon aktif pada suasana asam ataupun basa dapat meningkatkan
perolehan streptomisin sebesar 50 60% dibandingkan penggunaan adsorben pada kondisi
netral. Resin penukar ion dapat digunakan untuk memurnikan streptomisin dalam bentuk
menara yang berisi resin penukar kation. Keunggulan dari penggunaan resin penukar ion
adalah dapat digunakan pada proses berulang kali. Kolom kromatografi juga dapat
digunakan untuk memurnikan streptomisin, namun terdapat kesulitan untuk memprediksi
kapan eluat yang diinginkan keluar dari kolom kromatografi. Pemurnian streptomisin
secara kontinu dapat dilakukan dengan ekstraksi pelarut.
Kata kunci : streptomisin, pemurnian, karbon aktif, resin penukar ion, kromatografi,

ekstraksi

1. Pendahuluan griceus maupun bakteri Streptomyces


bikiniensis yang tergolong dalam
Antibiotik merupakan produk metabolit
kelompok Actinomycetes [3]. Bakteri ini
sekunder yang dihasilkan pada fasa
memiliki bentuk seperti filamen, bersifat
pertumbuhan stasioner oleh beberapa
aerobik, gram positif, dan banyak
kelompok mikroorganisme [1]. Antibiotik
ditemukan dalam tanah. Streptomisin
tidak diperlukan untuk pertumbuhan
dapat dihasilkan melalui proses
mikroba, tetapi memiliki peranan penting
fermentasi dengan menggunakan beragam
di alam, terutama di bidang kesehatan.
substrat seperti tebu, bagas, kulit jeruk
Streptomisin merupakan salah satu contoh dan kulit nenas.
antibiotik yang dikelompokkan ke dalam
[1] Streptomisin merupakan antibiotik yang
golongan aminoglycosides .
menghambat pertumbuhan bakteri gram
Streptomisin dapat diperoleh dengan
positif dan bakteri gram negatif.
menginokulasi mikroorganisme pada
Streptomisin terbagi atas dua jenis, yaitu
medium yang steril dan membiarkan
Streptomisin A dan Streptomisin B [4].
proses fermentasi terjadi secara aerobik
Streptomisin yang digunakan untuk
selama 48 96 jam[2]. Streptomisin dapat
pengobatan adalah Streptomisin A.
dihasilkan oleh bakteri Streptomyces
Pengunaan antibiotik ini dilakukan
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 2

melalui sistem injeksi. Streptomisin Selain menggunakan karbon aktif,


memiliki tingkat toksisitas yang rendah pemurnian streptomisin dapat juga
dan dapat digunakan untuk mengatasi dilakukan dengan menggunakan bantuan
infeksi yang resisten terhadap penisilin [5]
[6] resin penukar ion. Resin penukar ion
. Akumulasi streptomisin dalam tubuh
manusia dapat menyebabkan serangkaian terdiri dari sebuah matriks tak mudah
reaksi alergi seperti bercak-bercak merah larut yang terbuat dari polimer organik.
pada kulit [7]. Umumnya resin penukar ion memiliki
Hasil fermentasi bakteri Streptomyces bentuk bulat dan memiliki poros yang
griceus tidak hanya menghasilkan banyak. Resin penukar ion memiliki sisi
streptomisin, tetapi juga mnghasilkan zat aktif pada permukaannya yang dapat
lain seperti mannosidostreptomisin membentuk kesetimbangan dengan ion
(Streptomisin B), serta beberapa enzim yang ada dalam larutan [10]. Sisi aktif ini
ekstraseluler dan inhibitor. Oleh karena memiliki ion yang dapat ditukar seperti
itu, untuk memperoleh streptomisin dari H+, OH-, Na+, atau Cl-. Ketika
kaldu hasil fermentsai diperlukan beragam ditempatkan dalam larutan yang memiliki
proses pemisahan dan pemurnian. ion dengan afinitas yang tinggi terhadap
sisi aktif dari resin, terjadi pertukaran ion
pada sisi aktif dari resin. Sama seperti
karbon aktif, resin penukar ion dapat
digunakan untuk menghilangkan pengotor
yang tidak diinginkan.

Gambar 1. Poros karbon aktif [8]

Proses pemurnian streptomisin banyak


menggunakan bantuan karbon aktif
sebagai adsorben. Karbon aktif
merupakan suatu material dengan Gambar 2. Resin penukar ion [11]
porositas yang tinggi. Karena memiliki
jumlah pori yang sangat besar, karbon
aktif sering digunakan sebagai adsorben Cara lain yang dapat digunakan untuk
untuk menghilangkan pengotor. memurnikan streptomisin adalah
Penggunan karbon aktif akan diikuti menggunakan proses ekstraksi pelarut.
dengan proses elusi dan presipitasi untuk Selain itu, pemurnian streptomisin dapat
mendapatkan endapan streptomisin. Zat
juga dilakukan dengan prinsip
yang biasa digunakan untuk
mengendapkan streptomisin adalah aseton kromatografi [12].
ataupun eter. Selain kedua zat tersebut, zat
pewarna Naphthol Blue-Black juga
diketahui dapat menghasilkan garam 2. Pemurnian dengan Karbon Aktif
streptomisin yang sukar larut [9].
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 3

Streptomisin dapat diperoleh dari kaldu adsorpsi streptomisin dapat dilihat pada
hasil fermentasi setelah melalui berbagai Tabel 1.
tahap pemisahan dan pemurnian. Salah
Adsorpsi streptomisin dapat dilakukan
satu cara yang dapat digunakan untuk
dengan mengalirkan kaldu hasil
mendapatkan streptomisin dari kaldu hasil
fermentasi ke dalam static charcoal beds
fermentasi adalah dengan menggunakan
maupun dengan charcoal suspensions.
bantuan karbon aktif. Proses pemurnian
Efisiensi adsoprsi melalui kedua metode
yang digunakan adalah sebagi berikut [13] :
tersebut tidak jauh berbeda. Static
1. Adsorpsi dengan karbon aktif charcoal beds dapat digunakan untuk
dilakukan pada pH 6 8 dengan proses adsorpsi yang berulang tanpa
penambahan 1 2 % (v/v) asam adanya akumulasi padatan yang berarti.
fosfat Satu bed dapat digunakan untuk tujuh kali
2. Readsorpsi eluat dari karbon aktif proses adsorpsi.
pada pH 7
Setelah tersuspensi selama 30 menit,
3. Elusi dengan acidified methanol
dilakukan filtrasi dengan membilas bed
4. Evaporasi pada tekanan rendah
dengan air yang dilanjutkan dengan
5. Presipitasi streptomisin dengan
pembilasan dengan metanol netral. Tujuan
penambahan aseton pada eluat
pembilasan dengan metanol netral adalah
untuk menghilangkan material tak aktif
dan menurunkan kadar air dalam charcoal
Tabel 1. Efek pH Terhadap Efisiensi
bed. Kegagalan dalam menghilangkan air
Adsorpsi Streptomisin [13]
pada charcoal bed akan menghasilkan
endapan streptomisin hidroklorida yang
Streptomisin lengket.
Efisiensi
pH dalam kultur Elusi dipengaruhi oleh suspensi dari
adsorpsi
adsorpsi filtrat setelah karbon aktif yang telah dibilas dalam
(%)
adsoprsi (g/ml) metanol yang mengandung 2% (v/v) HCl
(pH 1,5 2,0) dengan pengadukan selama
4 67 53
30 menit. pH larutan dicek setelah diaduk
5 30 80 selama 15 menit, usahakan agar pH
6 < 11 > 93 mencapai 1,5 (tambahkan asam bila
perlu). Karbon aktif yang telah terpakai
7 < 11 > 93 kemudian dipisahkan dengan filtrasi dan
8 < 11 > 93 charcoal bed dibilas 3 kali dengan 5
volume acid-methanol. pH eluat dibuat
mencapai 6 dengan menambahkan 80%
Jenis karbon aktif yang paling cocok (w/v) soda kaustik. Kalsium fosfat yang
digunakan untuk adsorpsi streptomisin terbentuk kemudian diendapkan.
dari filtrat kultur adalah Farnell 14 [13]. Eluat yang telah difiltrasi dan dinetralkan
Perbandingan jumlah arang dan filtrat kemudian dipekatkan hingga mencapai
kultur yang digunakan adalah 1 % (w/v) . 1/8 volume awal melalui proses evaporasi
Filtrat kultur yang digunakan adalah 148 tekanan rendah pada 30 - 40 oC yang
g/ml. Pada pH kurang dari 6, pigmen dilanjutkan dengan proses filtrasi.
adsorpsi meningkat sementara total Material tak aktif seperti natrium klorida
padatan dan streptomisin yang teradsorpsi dibuang pada saar pemekatan.
berkurang. Pada pH 2, diperoleh filtrat Penambahan aseton sebanyak 5 kali
bebas pigmen tanpa adanya adsorpsi volume konsentrat akan menghasilkan
streptomisin yang signifikan. Efek dari endapan putih berupa streptomisin
pH kultur filtrat terhadap efisiensi
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 4

hidroklorida. Endapan ini kemudian etanol untuk membentuk slurry dan


disaring dan dikeringkan pada tekanan dilanjutkan dengan filtrasi.
rendah. Kehilangan streptomisin pada
Streptomisin kemudian dielusi dari
proses pemurnian tidak lebih dari 1% .
karbon aktif dengan menambahkan air
Efisiensi keseluruhan proses ini dimulai
dan asam organik atau mineral
dari filtrat kultur hingga menjadi endapan
nonoksidatif yang kuat sampai pH
sebesar 40%.
mencapai 1 4 ( diharapkan mencapai pH
2,2 ). Hasil elusi kemudian difiltrasi .
3. Pemurnian dengan Karbon Aktif Filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan
pada Asam proses pemanasan pada 50 oC.
Streptomisin kemudian diperoleh dari
konsentrat dengan presipitasi.
Pada metode ini, larutan streptomisin
yang ingin dimurnikan diproses pada Melalui metode ini, produk yang
kondisi asam (pH 1 4) dengan karbon dihasilkan 50 60% lebih besar dari
aktif. Dengan metode ini, pengotor seperti produk yang dihasilkan dengan metode
pirogen akan teradsorp ke permukaan pemurnian konvensional.
karbon aktif sementara streptomisin tetap
tertinggal di dalam larutan [14]. Jika pH
yang digunakan lebih dari 4, akan terjadi 4. Pemurnian dengan Karbon Aktif
sedikit kehilangan streptomisin akibat pada Basa
teradsorp oleh karbon aktif[15].
Pemisahan pengotor dari filtrat kultur Proses ini dilaksanakan pada pH 8 -11
streptomisin dengan karbon aktif dalam dengan bantuan karbon aktif [16]. Proses
kondisi asam sebaiknya diikuti oleh selanjutnya adalah menyaring adsorbat
proses adsorpsi oleh karbon aktif pada karbon aktif-streptomisin, membilas cake
kondisi netral. Kemudian proses ini sampai netral, lalu mengelusi streptomisin
dilanjutkan dengan elusi oleh larutan dari karbon aktif menggunakan asam
alcoholic-acid. Asam yang digunakan mineral maupun asam alifatik lemah.
pada proses ini dapat berupa mineral Kondisi basa bertujuan agar streptomisin
nonoksidatif atau asam karboksilat dapat teradsorp dengan lebih cepat
organik. dibandingkan dengan kondisi netral.
Selain itu kondisi basa juga mengurangi
Pada larutan yang telah diasamkan, jumlah pengotor teradsorp ke dalam
ditambahkan sebanyak 1 5% (% berat) karbon aktif.
karbon aktif dan dilakukan pengadukan
selama 15 menit. Karbon aktif kemudian Untuk hasil yang lebih baik, sebaiknya
difiltrasi dan dibilas dengan air (sebanyak larutan hasil fermentasi diproses dengan
volume larutan awal). Cake yang kondisi pH asam agar pengotor yang
terbentuk lalu dibuang. terdapat dalam larutan teradsorp ke dalam
karbon aktif dan menyisakan streptomisin
Filtrat yang terbentuk diatur hingga di dalam larutan. Agar larutan memiliki
mencapai pH 6,6 dengan menambahkan pH antara 8 11, dilakukan penambahan
30% natrium hidroksida. Segala endapan basa seperti KOH, NaOH, Ba(OH)2,
yang terbentuk pada proses ini dipisahkan maupun Ca(OH)2.
dengan filtrasi. Kemudian ditambahkan
sebanyak 1 5% karbon aktif ke dalam Sebanyak 1- 5% (% berat) karbon aktif
filtrat yang dihasilkan. Streptomisin akan ditambahkan ke dalam larutan dan
teradsorp ke dalam karbon aktif. Karbon dilakukan pengadukan. Kemudian
aktif selanjutnya dibilas dengan air atau adsorbat dibilas dengan air sampai
alkohol dan ditambahkan metanol atau mencapai pH 7 -7,5. Volume air yang
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 5

digunakan sekitar volume filtrat. Secara ringkas, proses pemurnian


Karbon aktif kemudian direaksikan streptomisin berlangsung sebagai berikut.
dengan alkohol alifatik lemah (asam Streptomisin dipisahkan dari kaldu
format, asam propionat), difiltrasi, dan fermentasi dengan mengalirkan kaldu
dielusi dengan mengatur pH mencapai 2 - fermentasi melewati resin penukar ion.
3 melalui penambahan mineral Kemudian resin dicuci dengan asam dan
nonoksidatif yang kuat seperti HCl. diregenerasi dengan basa untuk digunakan
kembali pada proses selanjutnya. Oleh
Karbon aktif kemudian difiltrasi dan
karena itu tidak diperlukan pelarut
filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan
organik dan resin penukar ion dapat
pemanasan pada temperatur 50oC. Jika
digunakan secara berulang.
pada proses elusi digunakan asam mineral
maka sebelum dipekatkan larutan harus Dalam praktek industri, pemurnian
dinetralkan terlebih dahulu. Hal ini dapat streptomisin menggunakan resin penukar
dilakukan dengan penambahan asam ion dapat dilakukan dengan
maupun melewatkan larutan pada resin memanfaatkan menara adsorpsi [20].
penukar ion. Jumlah menara adsorpsi yang dibutuhkan
minimal berjumlah dua untuk memastikan
Konsentrat yang dihasilkan kemudian
proses adsorpsi berlangsung dengan lebih
dilarutkan dalam metanol dan
baik. Sebelum diumpankan ke dalam
ditambahkan aseton untuk memebentuk
menara adsorpsi, pH kaldu hasil
endapan streptomisin. Rasio aseton
fermentasi terlebih dahulu agar berada
terhadap metanol yang digunakan adalah
pada kisaran 7 8. Menara pertama
10 : 1 (perbandingan volume).
mengandung resin penukar kation
Streptomisin yang dihasilkan pada metode terkarboksilasi dalam bentuk garam dan
ini 50 - 60% lebih banyak dibandingkan menara kedua mengandung resin penukar
dengan metode konvensional. kation dalam bentuk asam bebas. Kaldu
hasil ferementasi dialirkan terus sampai
resin dalam menara pertama mengadsorp
5. Resin Penukar Ion streptomisin sebesar 50 100%. Pada
proses ini, kemungkinan terdapat 2-15%
Selain memanfaatkan karbon aktif, streptomisin yang tidak terserap oleh
pemurnian streptomisin dapat juga menara pertama. Streptomisin yang tidak
dilakukan dengan memanfaatkan resin terserap ini akan diserap pada menara
penukar ion [17] [18] . Resin penukar ion kedua. Akibatnya sebagian resin pada
yang digunakan memiliki gugus asam menara kedua akan terkonversi menjadi
karboksilat. Resin jenis ini dapat resin garam.
menghasilkan streptomisin dengan tingkat
kemurnian yang cukup tinggi. Resin ini Setelah proses adsorpsi berakhir, menara
juga memiliki selektivitas yang tinggi pertama akan dilepaskan dari aliran dan
terhadap streptomisin dibandingkan streptomisin dielusi dari resin
dengan zat lain yang terdapat dalam kaldu mengunakan asam (larutan HCl). Resin
fermentasi [19]. Adsorpsi streptomisin penukar ion terkarboksilasi memiliki
pada resin penukar kation terkarboksilasi afinitas yang tinggi terhadap ion H+
dapat terjadi secara maksimum pada pH 7 sehingga streptomisin dapat dipisahkan
-8. Adsorpsi maksimum dapat juga terjadi secara langsung pada keadaan asam.
bila pH larutan awal berkisar antara 7 8 Proses elusi ini menyebabkan resin dalam
dan resin yang digunakan telah menara pertama akan terkonversi menjadi
terkonversi sebagian dalam bentuk garam resin asam bebas yang dapat digunakan
yang mudah melepas kation seperti ion pada menara kedua.
natrium, kalium, maupun amonium.
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 6

Proses ini akan menguntungkan jika keberadaan padatan. Jika telah terbentuk
dilaksanakan dengan tiga menara resin padatan, maka eluat akan ditampung tiap
penukar kation. Ketiga menara ini diisi selang waktu tertentu.
dengan resin penukar kation dengan
jumlah yang sama. Larutan hasil Pengambilan eluat dapat dilakukan
fermentasi kemudian dialirkan ke dalam dengan mudah jika terbentuk pita warna
menara. Setelah proses adsorpsi selesai, dalam kolom kromatografi. Jika tidak
menara pertama akan dilepas dari aliran terbentuk pita warna, maka perlu
dan menara kedua akan berfungsi sebagai
dilakukan beberapa run dengan
menara pertama dan menara ketiga akan
berfungsi sebagai menara kedua. mengambil eluat pada selang waktu
Streptomisin kemudian dielusi dari resin tertentu dan menentukan jumlah produk
pada menara pertama dan yang diinginkan pada tiap fraksi eluat.
akanmenghasilkan resin asam bebas. Antibiotik kemudian diisolasi dari eluat
Resin asam bebas ini akan berfungsi dengan menambahkan aseton atau eter
sebagai menara kedua yang selanjutnya sehingga terbentuk endapan antibiotik.
akan dipasang dengan menar ketiga.
Proses ini dapat dilakukan secara Endapan yang terbentuk kemudian
berulang. dipisahkan dari pelarut dan dimurnikan
dengan prosedur konvensional

6. Kolom Kromatografi
7. Ekstraksi Pelarut
Metode yang digunakan untuk pemurnian
Metode pemurnian menggunakan karbon
streptomisin adalah menggunakan prinsip
aktif memiliki beberapa kekurangan,
kolom kromatografi [21]. Proses adsorpsi
diantaranya adalah kesulitan dalam
dilakukan dalam kolom kromatografi.
mengelusi semua streptomisin yang
Adsorben yang dapat digunakan cukup
teradsorp oleh karbon aktif. Pada proses
beragam, dimulai dari karbon aktif, acid-
presipitasi, terdapat streptomisin yang
washed charcoal, alumina, dan acid-
hilang karena terlalu terlarut ataupun
washed alumina [22]. Adsorben kemudian
mengandung terlalu banyak pengotor
disusun dalam kolom kromatografi
untuk dimurnikan kembali.
dengan jumlah sekitar 10 30 gram
adsorben untuk setiap gram garam Streptomisin dapat dipisahkan dari
antibiotik yang akan diproses. Pelarut komponen lain dalam hasil fermentasi
yang hendak digunakan untuk proses elusi dengan mengubah bentuknya menjadi
dimasukkan ke dalam kolom dan garam karboksilat [23]. Hal ini dilakukan
dibiarkan sampai tersisa sekitar 1 2 mm dengan menambahkan natrium, kalium,
lapisan pelarut. maupun amonium ke dalam kaldu hasil
fermentasi. Larutan yang dihasilkan
Garam antibiotik lalu dilarutkan dalam
kemudian diekstraksi dengan pelarut
pelarut yang cocok dan kemudian
organik seperti alkohol beratom karbon 4
dialirkan ke dalam kolom dari bagian atas
6.
kolom. Ketika larutan antibiotik telah
berada dalam adsorben, ke dalam kolom Ekstrak alkohol kemudian dibilas dengan
ditambahkan pelarut baru. Eluat yang air atau larutan logam alkali halida untuk
dihasilkan kemudian ditambahkan dengan menghasilkan garam streptomisin yang
5cc aseton atau eter untuk menguji terlarut dalam alkohol. Garam
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 7

streptomisin dapat dipisahkan dari larutan dengan tingkat kemurnian yang lebih
dengan menambahkan asam sulfat atau tinggi dalam bentuk streptomisin benzoat.
asam klorida.
Proses pemurnian streptomisin dengan
ekstraksi pelarut dapat juga dilakukan
sesuai dengan mengikuti skema pada
Gambar 6. Larutan hasil fermentasi
Streptomyces griceus dimasukkan ke
dalam kolom A bersamaan dengan larutan
natrium stearat pada aliran 2 yang
berpapasan secara counter current. Sisa
feed dibuang melalui aliran 14 dan
menghasilkan larutan yang mengandung

Gambar 5. Solvent Extraction of


Streptomycin [23]

Proses ekstraksi pelarut dari streptomisin


dapat dilihat pada Gambar 5. Aliran 1
menyatakan aliran hasil fermentasi beserta
natrium benzoat yang mengalir ke bagian
bawah kolom A. n-butanol (aliran 7)
dialirkan secara counter current terhadap
aliran 1. Sebagian besar streptomisin akan
terekstraksi ke dalam pelarut beserta
sebagian kecil pengotor. Larutan pelarut
akan keluar dari kolom A pada bagian
atas (aliran 2) dan masuk ke kolom B Gambar 6. Solvent Extraction of
melalui bagian bawah. Streptomycin [23]
Aliran 2 akan mengalami kontak dengan
aliran 4 (berupa air maupun larutan
ekstrak streptomisin dan pengotor organik
garam) yang akan mengekstraksi pengotor
pada aliran 3. Pada aliran 3 jga terdapat
(termasuk natrium benzoat) yang masih
kelebihan natrium stearat . Aliran 3
terkandung dalam aliran 2. Hasil ekstraksi
kemudian diumpankan ke dalam kolom B
keluar dari kolom B melalui aliran 5 dan
pada bagian bawah dan mengalir ke atas
dialirkan kembali ke kolom A dari bagian
secara counter current terhadap aliran 4
atas.
yang mengandung natrium klorida. Aliran
Dengan mengatur jumlah natrium 5 mengandung banyak pengotor seperti
benzoat, laju alir butanol, aliran 1 dan streptomisin B serta sebagain kecil
aliran 4, sebagian besar pengotor dapat streptomisin dan streptidin memasuki
dipisahkan dan dikeluarkan melalui aliran kolom C pada bagian atas. Aliran 5 ini
3. Aliran 6 akan mengandung ekstrak bersifat counter current terhadap larutan 6
pelarut yang mengandung streptomisin yang mengandung natrium stearat dalam
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 8

pelarut. Aliran 7 yang mengandung 8. Kesimpulan


streptomisin dalam jumlah yang besar
Metode yang paling umum digunakan
diumpankan kembali ke dalam kolom B.
dalam permurnian streptomisin adalah
Aliran 8 yang keluar dari kolom C
pemanfaatan karbon aktif sebagai
mengandung banyak pengotor dan
adsorben. Untuk meningkatkan perolehan
sebagian kecil streptomisin.
streptomisin, maka penggunaan karbon
Aliran 9 yang meninggalkan kolom B aktif dapat dilakukan pada suasana asam
mengandung streptomisin dalam bentuk maupun basa sehingga diperoleh
streptomisin stearat dan sedikit natrium pengingkatan perolehan streptomisin
stearat serta streptidin. Pada kolom D dan sebesar 50 60% dari metode
E, sebagian besar dari natrium stearat konvensional. Namun penggunaan karbon
dihilangkan dengan meminimalkan aktif sebagai adsorben memiliki
kehilangan streptomisin. Air digunakan kekurangan diantaranya harga yang relatif
sebagai larutan pengekstrak pada kolom mahal. Setelah digunakan, karbon aktif
D. Pada kolom E digunakan pelarut sulit untuk digunakan kembali sebagai
berupa alkohol alifatik. adsorben pada operasi selanjutnya karena
proses regenerasi yang lumayan
Pada kolom D, sebagian besar natrium
kompleks. Selain itu proses ini juga
stearat terkestraksi ke dalam air. Aliran 10
cenderung mahal karena kapasitas
kemudian diumpakan ke dalam kolom E
adsorpsi karbon aktif yang rendah.
untuk mengekstrak streptomisin ke dalam
pelarut menghasilkan aliran 11 yang Untuk mengatasi kekurangan dari proses
diumpankan kembali ke dalam kolom D. pemurnian menggunakan karbon aktif,
Aliran 13 membawa natrium stearat yang digunakan resin penukar ion
terekstraksi pada kolom D dan kolom E. terkarboksilasi sebagai adsorben.
Penggunan resin penukar ion dapat
Aliran 12 yang keluar dari kolom D akan
diaplikasikan ke dalam dua sampai 3
terbebas dari natrium stearat serta
kolom menara yang berisi resin penukar
pengotor organik seperti streptomisin B
ion.. Resin penukar ion dapat dielusi
dan mengandung streptomisin stearat
dengan asam dan dibersihkan dengan basa
yang memiliki tingkat kemurnian tinggi.
sehingga dapat digunakan untuk proses
Penambahan 1/10 volume air dan asam
selanjutnya. Metode ini memiliki
sulfida yang cukup akan menghasilkan pH
keunggulan karena dapat digunakan untuk
sekitar 3 6. Hal ini menyebabkan
proses adsorpsi secara terus-menerus.
streptomisin dan streptidin terekstraksi ke
Selain itu, resin penukar ion
dalam larutan. Streptidin dapat dipisahkan
terkarboksilasi juga memiliki selektivitas
sebagai garam sulfat yang tak larut dalam
yang tinggi terhadap streptomisin
air. Streptomisin sulfat dapat diisolasi.
sehingga tingkat perolehan streptomisin
Untuk produksi eluat streptomisin pada dari kaldu fermentasi akan lebih besar jika
konsentrasi konstan secara kontinu, dapat dibandingkan dengan penggunaan karbon
digunakan tujuh kolom adsorpsi yang aktif sebagai adsorben.
melibatkan kontak langsung antara dua
Pemurnian streptomisin dapat juga
aliran serta resirkulasi penukar ion dalam
dilakukan dengan prinsip kromatografi.
setiap kolom [24].
Adsorben yang digunakan dapat berupa
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 9

karbon aktif maupun alumina. Namun [4] H. Val and R. Jeff. Determination of
metode ini memiliki kelamahan. Streptomycin and Impurities Using
Kelemahan dari metode ini adalah HPAE-PAD
kesulitan dalam menentukan kapan eluat [5] E.C. Charter, R.K. Clark Jr., S.R.
yang diinginkan keluar dari kolom Dickman, Y.H. Loo, P.S. Skell, W.A.
kromatografi (jika tidak ada perubahan Strong, Isolation and Purification of
yang dapat diamati). Streptomycin. University of Illinois
(1945)
Ekstraksi pelarut dapat digunakan untuk
[6] Jr.H.W. Rhodehamel, W.B. Fortune
memisahkan streptomisin dari pengotor
and Jr.S.L. McCormick. A Solvent
yang ada pada larutan. Keunggulan dari
Extraction for Purifying
proses ekstraksi streptomisin dari pelarut
Streptomycin. 1951
adalah dapat dilaksanakan secara kontinu.
[7] J.J. Li, M. Yang, D.Q. Huo, C.J.
Oleh karena itu, jika proses pemurnian Hou, X.L. Li, G.M. Wang and D.
streptomisin dilakukan secara batch, maka Feng. Molecularly Imprinted
proses pemurnian yang paling Polymers on the Surface of Silic
menguntungkan adalah pemanfaatan resin Microspheres via Sol-Gel Method for
penukar ion terkarboksilasi sebagai the Selective Extraction of
adsorben. Jika ingin dilakukan proses Streptomycin in Aqueous Samples.
pemurnian secara kontinu, maka metode College of Bioengineering,
pemurnian yang paling tepat adalah Chongqing University. Chongqing.
dengan ekstraksi pelarut. 2012
[8] Planet Power. Biochar from Biomass
Gasification (Pyrolysis) Available :
Daftar Pustaka http://www.treepower.org/biochar/m
[1] J. Mamatha, B. Sudipa, M. Mahesh, ain.html , diakses pada & November
Production of Streptomycin From 2015 pukul 21.09 WIB
Streptomyces Griceus Under Solid [9] P.R. Peter, A.S. Isaiah, and H.
State Fermentation, & Its Production Jackson. Recovery of Streptomycin
Enhancement by Mutation and from Fermentation Broths. U.S.
Analysis by HPLC, World Journal of Patent (1951) 2,538,847
Pharmacy and Pharmaceutical [10] C. Zaharia, D. Suteu, D.Bilba. The
Sciences. (2014) 907-922. Recovery of Streptomycin From
[2] R.C. Daniel, M. Kalamsoo. Process Industrial Effluents. Transilvania
for Production of Streptomycin University of Brasov. 2009.
Using Fermentation Solubles. U.S. [11] Aquamart. Cat Ion Exchanged Resin
Patent (1946) 2,504,067. Available :
[3] R.G. Benedict, L.A. Lindenfelser, http://www.aquamart.com.pk/product
F.H. Stodola, and D.H. Traufler. /cat-ion-exchanged-resin/ , diakses
Studies on Streptomyces pada 7 November 2015 pukul 21.23
Griseocarneus and the Production of WIB
Hydroxystreptomycin. Northern [12] J.V.B. Milton, N.W. Arne, H.D.
Regional Research Laboratory, William, H. Roberta and F.C.
Illinois. 1951 George. Extraction and Purification
Riky, Proses Pemurnian Streptomisin Dari Produk Fermentasi, 2015, 1-10 10

of Streptomycin With a Note on [22] P.M. George. Purification of


Streptothricin. The Upjohn Company Streptomycin Salts by Means of
Research Laboratories. Kalamazoo. Alumina. Wellcomb Research
1946 Laboratories. 1946
[13] T.J. Woodthorpe and D.M. Ireland, A [23] E.J. Goet, Bronx, and J.T. Roy.
Method for Extracting and Purifying Solvent Extraction of Streptomycin
Streptomycin Suitable for Large- (1954) U.S. Patent 2,676,960
Scale Production. The Wellcome [24] N.I. Gelperin, L.M. Klyueva, and
Physiological Research Laboratories, L.L Stremovskii. Investigation of the
Beckenham, Kent (1947) Continuous Extraction of
[14] E.H. Eugene, Linden, and T. Max. Streptomycin in a Multisection
Pyrogen Removal from Streptomycin Column with a Semiliquid Layer of
Salts. U.S. Patent (1950) 2,532,403 Ion Exchanger.
[15] D.B. Robert and T. Max. Selective
Carbon Adsoprtion of Impurities
from Acidic Streptomycin Solutions.
U.S. Patent (1946) 2,521,770
[16] A.B. William, Plainfield and D.B.
Robert. Purification and Recovery of
Streptomycin. U.S. Patent (1951)
2,540,238
[17] B.F. Oliver, Liverpool and A.K.
Murray. Purification of
Streptomycin. U.S. Patent (1956)
2,754,295
[18] R.B. Charles, B. Bernard, Westfield,
L.B Wilbur, and B. New. Process for
the Purification of Streptomycin.
U.S. Patent (1956) 2,765,302
[19] E.H. Eugene, B.N.J. Brook, P. Irvin.
Purification of Streptomycin by
Carboxylic Acid Type Ion Exchange
Resins. U.S. Patent (1951) 2,541,420
[20] J.T. Roy, G.H. Key. Two Tower
Process for Recovery of
Streptomycin Employing Cation-
Exchange Resins. U.S. Patent (1950)
2,528,188
[21] L.P. Robert, N.J. Plainfield.
Chromatographic Purification of
Streptomycin and Streptothricin
Hydrochloride. U.S.Patent (1951)
2,540,284

View publication stats

You might also like