Challenge-Based Learning

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 42

F T ra n sf o F T ra n sf o

PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
1
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH

Makalah Seminar Biologi Berjudul:


IMPLEMENTASI CHALLENGE-BASED LEARNING DALAM
PEMBELAJARAN SAINS BIOLOGI

Yang ditulis oleh:

SAPARUDDIN
NIM. 0705121042

Telah memperoleh persetujuan dari pembimbing pada tanggal .


untuk diseminarkan

Pembimbing,

Prof. Dr. Firdaus, L.N., M.Si


NIP.

Makalah ini telah diseminarkan pada tanggal


Koordinator Seminar Biologi,

Prof. Dr. Firdaus, L.N., M.Si


NIP.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
2
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

IMPLEMENTASI CHALLENGE-BASED LEARNING DALAM


PEMBELAJARAN SAINS BIOLOGI

MAKALAH SEMINAR BIOLOGI


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
mata kuliah seminar biologi
Semester genap tahun akademik 2009/2010

OLEH:
SAPARUDDIN
NIM. 0705121042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
3
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
dan kemampuan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul Implementasi Challenge-Based Learning dalam Pembelajaran Sains
Biologi dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
mata kuliah Seminar Biologi pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.
Adapun kajian dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
sesungguhnya penerapan Challenge-Based Learning dalam pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran sains biologi sehingga pendekatan Challenge-
Based Learning ini dapat mengoptimalkan pengembangan keterampilan yang
harus dimiliki siswa pada abad pengetahuan atau abad ke-21 ini.
Di dalam makalah ini, dipaparkan tentang karakteristik dan konsep
Challenge-Based Learning sehingga pendekatan ini mempunyai banyak
keunggulan dari model atau pendekatan pembelajaran yang telah ada. Disamping
itu, penulis juga memaparkan tahapan dan penerapan praktis dari Challenge-
Based Learning di dalam pembelajaran khususnya di dalam pembelajaran sains
biologi.
Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi
tambahan referensi bagi pendidik atau calon pendidik dalam menerapkan
Challenge-Based Learning dalam pembelajaran sehingga dunia pendidikan benar-
benar bereformasi dari pembelajaran yang masih berorientasi kepada
pembelajaran tradisional yang saat ini masih membelenggu guru-guru di
Indonesia.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
4
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Selanjutnya, kepada Dosen pembimbing Prof. Dr. Firdaus, L.N., M.Si,


penulis ucapkan terima kasih atas bimbingan dan masukannya selama penulisan
makalah ini.
Akhirnya, masukan dan kritikan yang membangun demi menyempurnakan
makalah ini sangat diharapkan dari semua pihak. Semoga buah pikir dalam bentuk
makalah ini dapat memberikan kontribusi dan bermanfaat bagi yang
membutuhkan khususnya dalam dunia pendidikan.

Pekanbaru, April 2010

Penulis
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
5
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
ABSTRAK vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Karakteristik Challenge-Based Learning 4
2.2.1Tahap-Tahap Challenge-Based Learning 9
2.2.2 Keuntungan Pembelajaran melalui pendekatan Challenge-
Based Learning 12
2.2.2.1 Perbandingan Challenge-Based Learning dengan
pembelajaran tradisional 15
2.2.2.2 Challenge-Based Learning dan Pengembangan
keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran 19
2.2 Setting pembelajaran melalui pendekatan Challenge-Based
Learning 23
2.3 Penerapan pendekatan Challenge-Based Learning dalam
pembelajaran sains Biologi 26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 32
3.2 Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
6
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Perbedaan pembelajaran berbasis tantangan (Challenge-


Based Learning) dan pembelajaran tradisional 16

Tabel 2. Deskripsi estimasi alokasi waktu dalam tiap tahapan


pembelajaran Challenge-Based Learning pada submateri
makanan 26
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
7
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. STAR. Legacy Cycle dalam Challenge-Based Learning 9

Gambar 2. Langkah-langkah atau tahapan dari Challenge-Based


Learning. 10

Gambar 3. Perbandingan nilai inovasi dan efisiensi antara Challenge-


Based Learning dan pembelajaran tradisional. 15

Gambar 4. Laporan pengembangan keterampilan abad ke-21 pada


siswa dalam pembelajaran Challenge-Based Learning 22
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
8
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

IMPLEMENTASI CHALLENGE-BASED LEARNING DALAM


PEMBELAJARAN SAINS BIOLOGI

RINGKASAN

Challenge-Based Learning merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan


menjadi model pembelajaran yang berdasarkan atas kesuksesan dari model
pembelajaran Problem-Based Learning dan Project-Based Learning. Challenge-
Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan pendekatan
multidisiplin ilmu untuk mencapai tujuan pembelajaran, dengan mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi yang berkembang saat ini semaksimal mungkin. Orientasi
dari hasil belajar melalui penerapan Challenge-Based Learning adalah
optimalisasi pengembangan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa abad ke-
21. Esensi dari pembelajaran Chalenge-Based Learning adalah bagaimana siswa
dapat mengkontruksikan ilmunya dengan berfikir kritis, kreatif dan inovatif untuk
memecahkan permasalahan yang terdapat di dunia nyata. Dimana siswa akan
menciptakan solusi aplikatif secara berkolaboratif untuk memperdalam
pemahaman terhadap pembelajarannya dan mampu menghubungkan apa yang ia
pelajari dengan apa yang terjadi di dunia nyata. Tahapan pembelajaran dengan
menerapkan Challenge-Based Learning dimulai dengan adanya gagasan utama
(Big Idea), pertanyaan penting (Essential Question) dan tantangan (Challenge).
Selanjutnya siswa dibawah bimbingan guru akan merancang tahapan selanjutnya
yaitu Guiding Question (pertanyaan-pertanyaan pemandu), Guiding Activities
(aktivitas pembelajaran pemandu), Guiding Resources (sumber belajar pemandu),
merumuskan solusi dan bertindak (Solution-Action). Kemudian dilakukan
penilaian dari kesuksesan solusi (Assessment), refleksi dan dokumentasi dalam
rangka menyusun laporan kegiatan pembelajaran. Terakhir adalah
mempublikasikan dan melakukan penilaian secara keseluruhan dari kegiatan
pembelajaran.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
9
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat pada
saat ini membawa dampak yang begitu signifikan terhadap dunia pendidikan.
Dimana proses peralihan dari abad industrialisasi keabad pengetahuan menuntut
setiap bidang dalam kehidupan berubah sangat cepat dan dapat beradaptasi
dengan cepat (Saripudin, 2009). Keberadaan teknologi tersebut juga
memungkinkan semua orang dapat memperoleh informasi apa saja, dari mana
saja, dimana saja dan kapan saja. Ini artinya, semua orang dapat belajar apa saja,
kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja dan dengan cara apa saja sehingga
pembelajaran akan lebih bersifat terbuka, fleksibel dan terdistribusi (Anonimous,
2009).
Banyak praktik pendidikan yang dianggap menguntungkan pada abad
industrial, seperti belajar fakta, praktik, kaidah dan prosedur digantikan dengan
belajar dalam konteks dunia nyata dan otentik melalui problem dan proyek,
inkuiri, discovery, dan invensi dalam praktik abad pengetahuan. Akan tetapi pola
belajar yang diterapkan pada masa industrialisasi sudah dianggap tidak cocok lagi
di abad pengetahuan, dimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
berkembang begitu pesat, dan teknologi tersebut merupakan katalis penting untuk
gerakan menuju metode pembelajaran di abad pengetahuan (Saripudin, 2009).
Tidak adanya batasan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan
kebutuhan melalui teknologi, mengandung dampak positif terhadap proses
pembelajaran. Namun tentunya, hal ini harus menggunakan formula atau model
pembelajaran yang tepat, agar hasil yang ingin dicapai dapat sesuai dengan tujuan
dari proses pembelajaran.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
10
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa untuk belajar.


Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara
efektif dan efisien (Muhaimin dalam Yatim Riyanto, 2009). Menurut Laurence
Johnson et.al. (2009), selama bertahun-tahun, banyak pendekatan-pendekatan
pembelajaran yang telah diterapkan, dievaluasi dan disukai oleh guru dan siswa.
Sebagai contoh pendekatan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Base
Learning), pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) sampai
ke pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-Base Learning) tetapi tetap
saja pendekatan pembalajaran tersebut berorientasi kepada penilaian pembelajaran
berbasis ceramah (Lecture-Base Instruction).
Untuk itu, diperlukan adanya sebuah strategi pembelajaran yang lebih
memberdayakan siswa, yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang mengandung
aspek-aspek terbaik dari pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis
proyek dan pembelajaran kontekstual yang lebih berfokus kepada permasalahan
yang terjadi di dunia nyata tetapi tetap berpusat kepada kurikulum yang berlaku.
Pendekatan pembelajaran yang memaksimalkan peran lingkungan belajar siswa
untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang pembelajaran
yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengaitkan pembelajaran dengan
konteks dunia nyata tetapi mampu mengembangkan pengetahuan untuk
melakukan pemecahan permasalahan yang terjadi di dunia nyata tersebut dengan
mengoptimalkan penggunaan peramgkat teknologi yang tersedia. Model
pembelajaran tersebut harus mendorong keinginan dan keingintahuan siswa untuk
belajar, mampu bekerja secara berkolaborasi dan mengatur waktu belajar mereka
sendiri serta meningkatkan peran guru dalam mendukung dan memandu aktivitas
belajar.
Challeng-Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
dikembangkan menjadi model pembelajaran yang sesuai dengan latar belakang
tersebut. Menurut Laurence Johnson et.al. (2009), didalam Challenge-Based
Learning guru dan siswa terlibat bersama di dalam suatu proyek pembelajaran.
Challenge-Based Learning memberikan peluang kepada siswa untuk fokus
berfikir terhadap suatu tantangan permasalahan global kemudian
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
11
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

menguembangkan solusi-solusi yang bersifat local pada kehidupan sehari-hari.


Challenge-Based Learning memberikan peluang kepada siswa untuk
mengarahkan dirinya sendiri dalam melakukan penelitian terhadap permasalahan
yang terjadi di dunia nyata dan berfikir kritis bagaimana menerapkan apa yang
mereka pelajari. Hasilnya adalah peningkatan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, meluangkan lebih banyak waktunya dalam pembelajaran, kreatif
dalam mengaplikasikan teknologi, dan meningkatkan kepuasan siswa dalam
mengerjakan tugasnya pembelajarannya. Secara otomatis siswa juga menguasai
materi lain yang berhubungan dengan materi yang ia pelajari dan
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang penting bagi pelajar abad ke 21.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
suatu pemasalahan yaitu, Bagaimanakah implementasi Challenge-Based
Learning dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sains
biologi?.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Memahami konsep dan karakteristik pendekatan Challenge-Based
Learning dalam pembelajaran.
2. Mengkaji intervensi pendekatan Challenge-Based Learning dalam
pembelajaran.
3. Mendesains pembelajaran sains biologi dengan menerapkan pendekatan
Challenge-Based Learning.

1.4 Manfaat Penulisan


Pembahasan melalui makalah ini diharapkan mampu memberikan
informasi mengenai implementasi pendekatan Challenge-Based Learning
dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran sains biologi.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
12
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Karakteristik Challenge-Based Learning


Challenge-Based Learning atau disebut juga dengan pembelajaran
berbasis tantangan adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
diperkenalkan secara terbuka oleh Apple Inc. pada tahun 2008 yang mana disebut
juga dengan Apple Classroom of Tomorrow-Today (ACOT2). Walaupun telah
diperkenalkan dan diterapkan pada beberapa universitas pada tahun 2001,
pendekatan Challenge-Based Learning ini baru diterapkan dan dilakukan
penelitian pada beberapa sekolah menengah di California oleh Laurence Johnson
dan timnya pada tahun 2009 sehingga dibakukanlah tahap-tahap Challenge-Based
Learning dalam pembelajaran sehingga mudah diaplikasikan.
Challenge-Based Learning merupakan salah satu pendekatan yang
kemudian dikembangkan menjadi model dalam pembelajaran, dimana guru dan
siswa bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dari proses pembelajaran.
Challenge-Based Learning dibangun dari kesuksesan model pembelajaran
berbasis masalah (Problem-Based Learning) dimana siswa mengarahkan diri
mereka sendiri dalam membuat skenario pembelajaran untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi di dunia nyata dan bekerja dalam suatu kelompok
kolaboratif (Laurence Johnson et.al., 2009). Menurut Nelson Baloian (2001),
Challenge-Based Learning dapat digambarkan sebagai bentuk khusus dari model
pembelaran berbasis masalah dimana masalah tersebut lebih nyata dan alami.
Tambahannya, Challenge-Based Learning mengandung kegiatan-kegiatan
experimental sehingga merupakan kolaborasi dari pendekatan Problem-Based
Learning dan Project-based learning.
Di dalam Challenge-Based Learning, sebagaimana Problem-Based
Lerning, peran guru bergeser dari hanya berperan sebagai penyaji informasi
menjadi pemandu pembelajaran untuk mengkontruksikan pengetahuan siswa
terhadap suatu masalah. Siswa mengidentifikasi masalah, mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan riset, menyelidiki suatu permasalahan atau topik dengan
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
13
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

menggunakan sumber-sumber secara luas dan memprediksi beberapa


kemungkinan pemecahan masalah sebelum siswa tersebut mengidentifikasi satu
pemecahan permasalahan yang paling layak. Mendokumentasikan proses
pembelajarannya dan penemuan yang mempunyai kualitas baik dapat memberikan
proses keterkaitan kepada banyak sekali pekerjaan atau permasalahan nyata.
Suatu komponen yang menarik dari pendekatan Challenge-Based
Learning adalah bahwa permasalahan dalam pembelajaran tersebut dimulai dari
gagasan untuk suatu kepentingan global. Menurut Laurence Johnson et.al. (2009),
pada pembelajaran berbasis tantangan, para siswa mampu melakukan riset
berdasarkan area tantangan pada kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar
mereka sehingga mampu menguatkan keterkaitan antara apa yang mereka pelajari
disekolah dengan apa yang terjadi dilingkungan luar. Pembelajaran yang
dilakukan dalam suatu tim atau kelompok akan meningkatkan ketertarikan siswa
pada proses pembelajaran dan memberikan pengalaman pada pekerjaan kelompok
dan pembelajaran kolaboratif. Dalam pembelajaran ini, peran guru adalah sebagai
pemandu aktivitas siswa dalam kelompoknya, memberikan perhatian dan
pertanyaan-pertanyaan individual serta membimbing para siswa untuk tetap fokus
pada permasalahan jika dilihat permasalahan itu terlalu luas. Tambahannya,
menurut Ann McKenna et.al. (2002), lingkungan belajar dalam Challenge-Based
Learning dikonstruksikan untuk mendukung pembelajaran kolaboratif dan
reflektif serta menyediakan peluang bagi siswa untuk melatih kemampuan-
kemampuan yang dimilikinya.
Dikarenakan Challenge-Based Learning menekankan gagasan dari
permasalahan dunia nyata dan kemudian siswa diharuskan menemukan solusi-
solusi aplikatif yang bersifat lokal, suatu cakupan yang luas dari kurikulum dapat
ditujukan. Artinya, Challenge-Based Learning mampu mengintegrasikan
komponen-komponen kurikulum dan membimbing siswa untuk mengaitkan
proses penemuannya terhadap banyak materi pembelajaran lain yang mendukung.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
14
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Akses kepada teknologi adalah bagian integral dan tidak terpisahkan dari
Challenge-Based Learning, dimana dapat membantu para guru menelaah
masalah-masalah yang ada. Adanya jaringan internet yang tidak terbatas
membuka peluang kepada siswa untuk membangun pengetahuannya dan dapat
bekerja secara komunikatif dan kolaboratif. Sehingga siswa mempunyai akses
kepada sumber-sumber yang luas termasuk artikel-artikel baru, penelitian, bahkan
para ahli di seluruh dunia (Laurence Johnson et.al., 2009).
Kunci utama dari Challenge-Based Learning adalah bahwa pembelajaran
ini mengoptimalkan penggunaan teknologi yang sehari-hari digunakan oleh
pelajar abad ke-21. Didalam mempersiapkan laporan akhir dari proses
pembelajaran siswa, maka siswa diwajibkan mempresentasikan hasil
pekerjaannya yang meliputi foto-foto, video, rekaman, dan kemampuan menulis
yang mereka miliki. Jika seandainya mereka belum pernah melakukan hal tesebut,
maka pembelajaran dengan pendekatan Challenge-Based Learning menyediakan
peluang bagi siswa untuk mengasah kemampuan dan keahlian siswa dalam
penguasaan teknologi dan berkomunikasi (Laurence Johnson et.al., 2009).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pembelajaran dengan
pendekatan Challenge-Based Learning dapat memotivasi siswa untuk melakukan
pembelajaran dengan lebih baik serta mampu menerapkan solusi-solusi yang
mereka temukan di komunitas masyarakat. Menurut Laurence Johnson et.al.
(2009), Challenge-Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang potensial untuk siswa-siswa yang memiliki kemampuan mengingat yang
rendah, mempunyai nilai yang rendah dan tidak mempunyai ketertarikan dan
keinginan dalam belajar sehingga pendekatan pembelajran ini dapat menciptakan
pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna sebagaimana yang diharapkan.
Menurut Anonymous (2008), Challenge-Based Learning melibatkan
pendekatan multidisiplin ilmu dalam mencapai tujuan proses pembelajaran
dengan mendorong siswa untuk memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin
dikehidupan sehari-harinya untuk memecahkan permasalahan dikehidupan nyata.
Challenge-Based Learning adalah pembelajaran yang kolaboratif, meminta siswa
bekerja secara berkelompok dengan sesama siswa yang lain, guru mereka dan
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
15
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

para ahli dikehidupan mereka untuk memperdalam pemahaman siswa terhadap


apa yang mereka pelajari, menerima dan menjawab tantangan, melakukan
tindakan, berbagi pengalaman, serta membahas permasalahan-permasalahan yang
terjadi secara global.
Dikutip dari Anonimous (2008), Challenge-Based Learning memiliki
karakteristik seperti dibawah ini:
1. Mempunyai masukan permasalahan yang beragam sehingga
memungkinkan pemecahan permasalahan yang beragam pula.
2. Berkaitan nyata dengan berbagai disiplin ilmu
3. Berfokus kepada pengembangan keterampilan-keterampilan abad ke-
21
4. Mengoptimalisasikan penggunaan teknologi untuk mendukung dan
mencari sumber-sumber pembelajaran.
5. Memaksimalkan penggunaan internet untuk pengorganisasian,
pengkolaborasian dan berbagi.
6. Berfokus kepada tantangan-tantangan yang bersifat umum (global)
untuk mendapatkan pemecahan masalah / solusi-solusi yang bersifat
lokal.
7. Menekankan kepada siswa untuk melakukan sesuatu daripada hanya
belajar tentang sesuatu.
8. Mendokumentasikan pengalaman belajar dari tantangan yang
diberikan, kepada solusi-solusi yang didapatkan.

Karakteristik tersebut meyakinkan bahwa Challenge-Based Learning lebih


melibatkan aktivitas siswa, memberikan mereka peluang untuk mendapatkan
pengalaman dan keterampilan yang berharga, menyeimbangkan antara
pembelajaran formal dengan pembelajran informal, serta sesuai dengan kehidupan
siswa yang serba.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
16
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Pembelajaran dengan menerapkan Challenge-Based Learning berdasarkan


prinsip yang dijelaskan didalam laporan U.S. National Research Council yaitu
yang disebut dengan prinsip "How People Learn". Prinsip ini berdasarkan
berbagai pendekatan pembelajran yang berusaha meningkatkan lebih banyak
komponen inovatif. Prisip "How People Learn" dalam lingkungan pembelajaran
yaitu:
1. Student Centered : menggunakan kapabilitas yang ada pada diri siswa
sebagai pemulai dari pembelajaran.
2. Knowledge Centered : fokus pembelajaran kepada penguasaan dari
subtansi pokok hasil belajar.
3. Assessment Centered : menyediakan peluang bagi siswa dan guru
untuk melakukan umpan balik terhadap proses pembelajaran siswa.
4. Community Centered : harus mengaitkan disiplin ilmu yang dipelajari
dengan konteks lingkungan masyarakat. (Taylor Martin et.al., 2007)

Menurut Giorgio TD. dan Brophy SP. (2001), dalam penelitiannya


melaporkan bahwa lingkungan pembelajaran yang efektif harus berdasarkan
empat dimensi dari prinsip "How People Learn" ini. Dan prinsip ini
dideskripsikan secara jelas dalam tahapan umum Challenge-Based Learning
sebagaimana yang tergambar dalam STAR. (Software Technology for Action and
Reflection) Legacy Cycle. Tambahannya, berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Taylor Martin et.al. (2007), implementasi empat prinsip How People Learn
menggunakan tahapan umum pendekatan pembelajaran Challenge-Based
Learning digambarkan dalam STAR. Legacy Cycle sebagai berikut:
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
17
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Gambar 1. STAR. Legacy Cycle dalam Challenge-Based Learning


Sumber: Taylor Martin et.al. (2007).

Tahapan pertama yaitu tantangan. Siswa memulai memikirkan


permasalahan nyata berdasarkan berbagai perspektif. Kemudian mereka
mencetuskan ide tentang bagaimana memecahkan dan menjawab tantangan
tersebut. Selanjutnya siswa akan melakukan eksplorasi terhadap aspek-aspek yang
mendukung dalam menjawab tantangan, kemudian mereka melakukan tindakan
terhadap ide dan solusi mereka tersebut. Keseluruhan proses akan dinilai dan
akhirnya siswa akan mempublikasikan solusi mereka kepada komunitas dunia
luar.

2.2.1 Tahap-tahap Challenge-Based Learning


Menurut Anonimous (2008), pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan Challenge-Based Learning mempunyai beberapa tahap atau proses
yang dimulai dari dibentuknya gagasan utama, kemudian diikuti dengan beberapa
langkah berikutnya yaitu: pertanyaan-pertanyaan penting, tantangan, pertanyaan-
pertanyaan pemandu, aktivitas-aktivitas pemandu, serta sumber-sumber belajar
pemandu dalam menentukan dan memperkirakan solusi-solusi pemecahan
permasalahan, menerapkan solusi-solusi yang didapatkan siswa, merefleksi,
penilaian serta publikasi.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
18
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Gambar 2. Langkah-langkah atau tahapan dari Challenge-Based Learning


Sumber : Laurence Johnson et.al. (2009).

1. Gagasan utama (Big Idea).


Gagasan utama adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat dieksplorasi
dengan berbagai cara dan berkaitan dengan topik permasalahan di dunia
nyata. Gagasan utama ini dikembangkan oleh guru dengan melihat
tingkatan pendidikan / keadaan siswa dan kepentingan masyarakat. Contoh
dari gagasan utama adalah identitas, kelestarian / keberlanjutan,
kreativitas, kekerasan, perdamaian, dan kekuasaan.
2. Pertanyaan penting (Essential Question).
Gagasan utama yang masih bersifat umum akan dikhususkan lagi suatu
pertanyaan penting oleh guru. Pertanyaan penting ini harus direfleksikan
dari keadaan siswa dan kepentingan atau permasalahan di lingkungan
masyarakat. Pertanyaan penting ini mendeskripsikan bentuk kontekstual
dari gagasan.
3. Tantangan (The Challenge).
Dari pertanyaan penting, guru membuat suatu tantangan yang mana
meminta siswa untuk menciptakan jawaban yang spesifik atau
menghasilkan solusi aplikatif yang konkret dan bermakna.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
19
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan pemandu (Guiding Questions).


Pertanyaan-pertanyan pendukung untuk menjawab tantangan akan dibuat
oleh siswa dimana pertanyaan-pertanyaan ini menggambarkan
pengetahuan yang dibutuhkan siswa sehingga tantangan dapat dipecahkan
dengan sukses.
5. Aktivitas pembelajaran pemandu (Guiding Activities).
Pembelajaran, simulasi dan aktivitas lain yang membantu siswa untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan pemandu dan
membangun dasar untuk mengembangkan solusi yang inovatif dan
realistik.
6. Sumber-sumber belajar pemandu (Guiding Resources).
Sumber-sumber untuk mendukung aktivitas dan mendapatkan solusi
difokuskan untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi yang terdiri dari
berbagai situs web, video, rekaman, photo dan para ahli selain dari
sumber-sumber referensi.
7. Solusi dan tindakan (Solutions-Actions).
Tantangan yang dibuat akan memungkinkan pemecahan masalah / solusi
yang beragam oleh siswa. Solusi-solusi yang dirumuskan harus nyata,
jelas, mudah diterapkan, bermakna dan dapat disajikan dalam bentuk
publikasi multimedia.
8. Penilaian (Assessment)
Solusi-solusi yang dirumuskan oleh siswa dapat dinilai dari segi
kesesuaiannya dari tantangan, keakuratan isi, mudah dikomunikasikan,
mudah diterapkan, dan ketajaman ide serta banyak lagi penilaian lain yang
dapat dilakukan. Selain penilaian solusi, aktivitas kelompok dan
individual dalam proses perumusan solusi juga dinilai oleh guru sehingga
pengembangan keterampilan abad ke-21 dapat ditujukan.
9. Mempublikasikan (Publishing).
Mendokumentasi pengalaman belajar pada proses menjawab tantangan
akan dipublikasikan kepada khalayak umum. Pelajar diberi peluang untuk
mempublikasikan hasil mereka dalam berbagai cara termasuk secara
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
20
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

online dan meminta umpan balik. Publikasi ini dapat mendorong


keterlibatan masyarakat atau berbagai pihak untuk membantu memberikan
masukan tenang solusi-solusi yang mereka lakukan.

2.2.2 Keuntungan Pembelajaran melalui pendekatan Challenge-Based


Learning
Dilihat dari konsep dan karakteristik Challenge-Based Learning serta
tahapannya, maka Challenge-Based Learning memiliki keuntungan sebagai
berikut:
Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang pembelajaran
berbasis proyek seperti Challenge-Based Learning ini banyak mengatakan bahwa
siswa tekun dalam belajar sampai tidak mengenal waktu. Guru juga melaporkan
pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa juga
melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan dari pada
komponen kurikulum yang lain (Waras Kamdi, 2008).
Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang terjadi didunia
nyata. Berangkat dari gagasan utama tentang permasalahan konkret yang terjadi di
dunia nyata, siswa dituntut mampu memecahkan permasalahan dan menciptakan
solusi untuk ditindak lanjuti sebagai tindakan yang konkret di lingkungungan
masyarakat sekitarnya. Proses ini secara langsung dapat meningkatkan
kemampuan siswa kreatif dan inovatif dalam melakukan dan merumuskan solusi
yang bersifat aplikatif. Hal ini bagian yang terpenting dalam proses
pembelalajaran berbasis tantangan yang tujuannya agar siswa mampu mengaitkan
tentang substansi apa sebenarnya yang terdapat pada pembelajarannya yang
menjadi kebutuhan pada dunia nyata. Menurut Waras Kamdi (2008), lingkungan
belajar yang berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem kompleks. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Laurence Johnson et.al. (2009), yang mengemukakan bahwa
dengan penerapan Challenge-Based Learning dalam pembelajaran maka siswa
mampu melakukan tindakan yang berupa penelitian di lingkungan nyatanya untuk
menjawab tantangan yang diberikan.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
21
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Meningkatkan kecakapan kolaboratif. Pentingnya kerja sama kelompok


dalam menyelesaikan tantangan dalam bentuk proyek-proyek langsung menuntut
siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok
kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek
kolaboratif dari sebuah proses. Menurut Vygotsky (1978) dan Davydov (1995)
dalam Waras Kamdi (2008), menyatakan bahwa teori-teori kognitif yang baru dan
kontruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa
siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan yang kolaboratif.
Meningkatkan kemampuan mengelola sumber. Menjadi siswa yang
independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Pembelajaran berbasis tantangan yang diimplementasikan secara baik akan
melatih kemampuan siswa dalam mengorganisasikan proyek dalam proses
menjawab tantangan, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Tambahannya, siswa akan mampu
mengelola sumber dari mana saja tetapi tidak terlepas dari peran guru dalam
membimbing mendapatkan sumber belajar melalui sumber-sumber online.
Mengoptimalkan internalisasi metode ilmiah pada diri siswa. Melihat
tahapan-tahapan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran Challenge-Based
Learning, maka secara kajian teoritik dengan menganalisa proses Scientifik
Method disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran Challenge-Based Learning
memiliki tahapan yang selaras dengan proses Scientific Method. Oleh karena itu
secara teoritis, Challenge-Based Learning dapat digunakan sebagai sarana
internalisasi nilai dan semangat Scientific Method pada diri siswa.
Ketika siswa bekerja di dalam tim, mereka menemukan keterampilan
merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-
isu yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan
bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-
keterampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan
yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya dalam menapaki dunia kerja
kelak (Waras Kamdi, 2008). Karena hakikat kerja Challenge-Based Learning
adalah masalah dan proyek yang bersifat kolaboratif, maka pengembangan
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
22
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

keterampilan tersebut berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu


proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu, memperkuat kerja tim
sebagai suatu keseluruhan.

2.2.2.1 Perbandingan Challenge Based Learning dengan pembelajaran


tradisional
Taylor Martin et.al. (2007), telah melakukan studi perbandingan antara
Challenge-Based Learning dan pembelajaran tradisional yang intinya dalam studi
yang dilakukannya membandingkan efisiensi dan inovasi dari kedua pembelajaran
ini. Efisiensi adalah kemampuan untuk menggunakan materi pengetahuan secara
sepenuhnya dan tepat untuk menyelesaikan masalah inti dari kegiatan, sedangkan
inovasi adalah kemampuan untuk berfikir inovatif dan kreatif pada konteks yang
baru untuk menghadapi suatu permasalahan di dunia nyata. Tambahannya, inovasi
disini ditekankan pada kemampuan mempertimbangkan masalah dari segala
perspektif, melihat tantangan baru, akurat dalam menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya serta melihat pengetahuan yang ada sebagai suatu hal yang dinamik.
Berikut adalah hasil penelitian Taylor Martin et.al. (2007), dalam studinya
membandingkan pembelajaran tradisional dan Challenge-Based Learning yang
ditinjau dari hasil pretest dan posttest dari dimensi inovasi dan dimensi efisiensi
dalam pembelajaran.

Gambar 3. Perbandingan nilai inovasi dan efisiensi antara Challenge-


Based Learning dan pembelajaran tradisional.
Sumber: Taylor Martin et.al. (2007).
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
23
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Pembelajaran tradisional lebih didominankan oleh peran guru dalam


pembelajaran, bersifat teksbook, tes, dan latihan permasalahan. Selama
pembelajaran tradisional mempunyai keuntungan, ia juga mempunyai kerugian.
Satu permasalahannya adalah bahwa siswa belajar pada waktu yang singkat dan
tingkatan luar dari pengetahuan saja. Di lingkungan ini, siswa mungkin sering
memfokuskan pada stategi belajar yang dapat membuat mereka sukses pada
waktu yang singkat dari pada membimbing dalam pembelajaran yang bermakna
sepanjang hayat. Salah satu contohnya adalah strategi membuat pemecahan
masalah tanpa pengembangan pengertian yang mendalam terhadap materi
pembelajaran, serta melakukan ujian yang bersifat kuantitas (Taylor Martin et.al.,
2007).
Masalah lain dari pembelajaran tradisional adalah lingkungan
pembelajaran tradisional ternyata sulit untuk mengembangkan sifat inovatif pada
diri siswa. Siswa yang belajar sebuah topik melalui pembelajaran tradisional
memperlihatkan kurangnya inovasi dilingkungan yang baru dari pada ia harus
menguasai topik tersebut sebagai sesuatu yang lebih dari pembelajaran
berorientasikan penemuan. Secara keseluruhan mungkin siswa menyenangkan
pembelajaran berbasis penemuan seperti pembelajaran berdasarkan masalah
karena pada pembelajaran tersebut mereka diberikan peluang untuk berinovasi.
Pada lingkungan pembelajaran tradisional, mereka mempunyai sedikit peluang
atau arah untuk mengembangkan kemampuan inovasi mereka. Artinya,
lingkungan pembelajaran tradisional hanya berfokus kepada dimensi efisiensi dari
pembelajaran saja tetapi kurang dari segi dimensi inovasi siswa. Dengan
menerapkan Challenge-Based Learning, maka pengembangan dimensi inovasi
dan efisiensi dapat diarahkan.

Beberapa aspek yang membedakan pembelajaran Challenge-Based


Learning yang berasaskan proyek dan masalah dengan pembelajaran tradisional
dideskripsikan oleh Thomas, Mergendoller & Michaelson (1999) dalam Waras
Kamdi (2008), sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
24
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Tabel 1. Perbedaan pembelajaran berbasis tantangan (Challenge-Based Learning)


dan pembelajaran tradisional.

ASPEK PENDIDIKAN PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN


BERBASIS TANTANGAN
TRADISIONAL
Fokus kurikulum Cakupan isi Kedalaan pemahaman
Pengetahuan tentang Penguasaan konsep-konsep
fakta-fakta dan prinsip-prinsip
Belajar keterampilan Pengembangan
building-block dalam keterampilan pemecahan
isolasi masalah kompleks
Lingkup dan Urutan Mengikuti urutan Mengikuti minat pebelajar
kurikulum secara ketat
Berjalan dari blok ke blok Unit-unit besar terbentuk
atau unit ke unit dari problem Dan isu yang
kompleks
Memusat, fokus berbasis Meluas, fokus interdisipliner
disiplin
Peranan guru Penceramah dan direktur Penyedia sumber belajar dan
pembelajaran partisipan di dalam kegiatan
belajar
Ahli Pembimbing / partner
Fokus pengukuran Produk Proses dan produk
Skor tes Pencapaian yang nyata
Membandingkan dengan Unjuk kerja standard dan
yang lain kemajuan dari waktu ke
waktu
Reproduksi informasi Demonstrasi pemahaman
Bahan-bahan Teks, ceramah, Dan Langsung sumber-sumber
Pembelajaran presentasi asli:, interview, dokumen,
sumber online, para ahli, dll.

Kegiatan dan lembar Data dan bahan


latihan dikembangkan dikembangkan oleh
guru pebelajar
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
25
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Penggunaan teknologi Penyokong, peripheral Utama, integral


Dijalankan guru Diarahkan pebelajar
Kegunaan untuk Kegunaan untuk
perluasan presentasi guru memperluas presentasi
pebelajar atau penguatan
kemampuan pebelajar
Konteks kelas Pebelajar bekerja sendiri Pebelajar bekerja dalam
kelompok
Pebelajar kompetisi satu Pebelajar kolaboratif satu
dengan lainnya dengan lainnya
Pebelajar menerima Pebelajar mengkonstruksi,
informasi dari guru berkontribusi, dan
melakukan sintesis
informasi
Peranan pebelajar Menjalankan perintah Melakukan kegiatan belajar
guru yang diarahkan oleh diri
sendiri
Pengingat dan pengulang Pengkaji, integrator, dan
fakta penyaji ide
Pembelajar menerima dan Pebelajar menentukan tugas
menyelesaikan tugas- mereka sendiri dan bekerja
tugas laporan pendek secara independen dalam
waktu yang besar
Tujuan jangka pendek Pengetahuan tentang Pemahaman dan aplikasi ide
fakta, istilah, dan isi dan proses yang kompleks
Tujuan jangka panjang Luas pengetahuan Dalam pengetahuan
Lulusan yang memiliki Lulusan yang berwatak dan
pengetahuan yang terampil mengembangkan
berhasil pada tes standard diri, mandiri, dan belajar
pencapaian belajar sepanjang hanyat.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
26
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

2.2.2.2 Challenge-Based Learning dan pengembangan keterampilan abad ke-21


dalam pembelajaran
Terdapat hubungan yang sangat kuat antara penerapan Challenge-Based
Learning dan pengembangan keterampilan abad ke-21 pada diri siswa. Hal ini
berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terbukti Challenge-Based
Learning dapat meningkatkan dan mengoptimalisasikan pengembangan
keterampilan yang harus ada pada pelajar abad ke-21. Menurut hasil analisis yang
dirangkum dalam Partnership for 21th century skills yang secara rinci terdapat
dalam www.21thcenturyskills.com, berikut adalah keterampilan-keterampilan
yang harus ada pada siswa abad ke-21:

Subjek utama dan tema dari abad ke-21. Elemen penting dalam subjek
utama pelajar abad ke-21 termasuk:
1. Bahasa dan sastra inggris
2. Bahasa dunia
3. Seni
4. Matematika
5. Ekonomi
6. Science
7. Geografi
8. Sejarah
9. Hukum dan kepemerintahan

Tambahan dari subjek tersebut, sekolah harus bereformasi sehingga harus


mengintegrasikan subtansi akademik yang berdasarkan subjek utama
diatas sehingga sesuai dengan 21th century interdisciplinary themes yang
mencakup:
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
27
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

1. Global awareness
2. Keuangan, ekonomi, bisnis dan kemampuan kewirausahaan
3. Civic literacy
4. Health literacy
5. Environmental literacy

Kemampuan belajar dan berinovasi. Belajar dan berinovasi merupakan


suatu kemampuan yang harus ditingkatkan dalam keterampilan-
keterampilan abad ke-21. hal ini terdiri dari beberapa aspek yaitu:
1. Inovatif dan kreatif. Termasuk didalamnya yaitu kemampuan
berfikir kreatif, bekerja kreatif dengan orang lain, dan menerapkan
inovasi.
2. Berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Terdiri dari
kemampuan mengutarakan alasan yang efektif, menggunakan
system berfikir, membuat keputusan dan pertimbangan
memecahkan permasalahan
3. Kemampuan berkolaboratif dan berkomunikasi. Terdiri dari
kemampuan berkomunikasi dengan lancar dan jelas, kemampuan
berkolaborasi dengan orang lain.

Kemampuan menguasai media, teknologi informasi dan komunikasi.


Orang-orang atau siswa pada abad ke-21 ini hidup semuanya didukung
dengan teknologi. Karakteristiknya yaitu: akses kepada informasi yang
melimpah, perubahan yang drastis terhadap perkembangan teknologi, dan
kemampuan untuk berkolaborasi dan memberikan kontribusi individu
pada skala yang tidak tebatas. Oleh karena itu, kemampuan ini di bagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Information literacy. Terdiri dari kemampuan mengakses dan
mengevaluasi informasi serta meggunakan dan mengatur
informasi.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
28
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

2. Media literacy. Termasuk didalamnya yaitu: kemampuan


menganalisis media dan membuat produk media.
3. ICT Literacy yang terdiri dari kemampuan menerapkan teknologi
dengan efektif

Kecakapan dalam hidup dan pekerjaan (karir). Dunia kehidupan dan


lingkungan pekerjaan sekarang menuntut lebih dari kemampuan berfikir
dan pengetahuan terhadap materi. Kemampuan untuk mengarahkan diri
pada kehidupan yang kompleks dan lingkungan pekerjaan didalam
kompetisi global sangat menuntut siswa untuk memperhatikan dan
mengembangkan kecakapan dalam hidup dan pekerjaannya. Dalam
kecakapan ini dibagi menjadi lima bagian yaitu:
1. Kemampuan penyesuaian diri dan fleksibelitas. Terdiri dari
kemampuan penyesuaian diri dari perubahan dan memiliki
fleksibelitas diri yang tinggi.
2. Kemampuan mengarahkan diri sendiri dan berinisiatif. Termasuk
didalamnya yaitu kemampuan mengatur waktu dan tujuan / target,
bekerja secara mandiri dan kemampuan mengarahkan diri sendiri
dalam belajar.
3. Kecakapan sosial dan silang kebudayaan. Terdiri dari berinteraksi
dengan efektif kepada siapa saja dan bekerja secara efektif pada
tim yang beragam.
4. Produktifitas dan akuntabilitas. Termasuk didalamnya yaitu
kemampuan mengatur pekerjaan / proyek, kemampuan
menghasilkan sesuatu yang berdaya guna.
5. Kemampuan memimpin dan bertanggungjawab. Terdiri dari
kemampuan memandu dan memimpin orang lain dan mempunyai
tanggungjawab yang besar dalam segala hal.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
29
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Menurut penelitian yang dilakukan Laurence Johnson et.al. (2009), dengan


penerapan Challenge-Based Learning siswa dengan sendirinya memperlihatkan
peningkatan keterampilan yang sesuai dengan apa yang diidentifikasikan dalam
keterampilan dan kecakapan abad ke-21, walaupun mereka tidak menyadari hal
tersebut.
Gambar tabel berikut memperlihatkan laporan pengembangan kemampuan
dan keterampilan siswa berdasarkan keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran
Challenge-Based Learning pada penelitian yang dilakukan oleh Laurence Johnson
beserta timnya pada beberapa sekolah menengah di California pada tahun 2009.

Gambar 4. Laporan pengembangan keterampilan abad ke-21 pada siswa


dalam pembelajaran Challenge-Based Learning.
Sumber: Laurence Johnson et.al. (2009).
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
30
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Dari tabel diatas dapat diperhatikan bahwa pengembangan keterampilan


abad ke-21 dalam pembelajaran berbasis tantangan (Challenge-Based Learning)
benar-benar menjadi hal yang diorientasikan. Hanya ada beberapa hal yang tidak
menjadi titik fokus pengembangan keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran
berbasis tantangan seperti Financial, Economic dan Entrepreneurial Literacy
tetapi hal tersebut dapat dikembangkan dalam materi yang berkaitan.
Sesuai laporan yang dituliskan oleh Laurence Johnson et.al. (2009),
mengatakan bahwa siswa sangat bersemangat dan bekerja keras dalam
menyelesaikan tantangan yang diberikan. Siswa juga memperlihatkan hal yang
tidak terduga seperti kemampuan berinovasi, berfikir kritis terhadap suatu
masalah dan kemampuan kolaboratif. Hubungan pembelajaran dengan komunitas
global dan masyarakat juga menjadi suatu hasil yang sangat memuaskan dalam
mengaitkan apa yang siswa pelajari dengan apa yang terjadi di dunia nyata.
Dari analisis teoritik yang dilakukan, maka dapat diketahui setiap tahapan
dari Challenge-Based Learning akan berorientasi pada pengembangan
keterampilan siswa abad ke-21. Hal ini akan dibahas selanjutnya pada setting
pembelajaran melalui pendekatan Challenge-Based Learning.

2.2 Setting pembelajaran melalui pendekatan Challenge-Based Learning


Pembelajaran melalui pendekatan Challenge-Based Learning disetting
sesuai tahapan atau langkah-langkah yang ada. Secara rinci proses pembelajaran
menggunakan model Challenge-Based Learning dapat diuraikan seperti dibawah
ini dengan merujuk kepada Anonimous (2008):
1. Pendahuluan
Setelah gagasan utama dipilih, langkah pertama yaitu mengembangkan
gagasan utama tersebut menjadi pertanyaan penting yang
berhububungan. Hal ini akan memungkinkan pembelajaran menjadi
lebih fokus kepada permasalahan nyata, kemudian baru diperkenalkan
dengan tantangan. Dari gagasan utama yang dibuat, cakupan yang luas
dari komponen dapat ditujukan dalam proses siswa menjawab
tantangan. Tujuan umum dari tahapan ini adalah agar siswa mampu
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
31
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

mengaitkan pembelajaran yang sedang dilakukan oleh siswa dengan


banyak sekali materi lain yang mendukung sehingga subjek utama dari
keterampilan abad ke-21 dapat ditujukan. Selain itu, pertanyaan
penting dan tantangan yang dibuat akan lebih mengarahkan kepada
solusi nyata yang akan dirumuskan siswa.
2. Pembentukan kelompok
Siswa yang mempunyai berbagai kemampuan yang bervariasi akan
dijadikan sebagai satu kelompok belajar. Dalam arti kata pembentukan
kelompok harus mempertimbangkan heterogenitas dari anggota
kelompok yang ada. Selain itu, peran dan tanggungjawab dari anggota
kelompok sangat dipertimbangkan supaya pembelajaran kolaboratif
dapat terjadi secara maksimal.
3. Kriteria penilaian
Guru dan siswa akan menyepakati mengenai apa yang menjadi kriteria
kesuksesan dari solusi-solusi yang nantinya akan siswa kembangkan.
Disinilah berbagai bentuk penilaian dapat dirancang termasuk
penilaian aktivitas, hasil, performance, sampai peer-assesment.
4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan pemandu
Setelah kelompok dibentuk dan diberi pengarahan singkat, siswa
memulai proses pembelajarannya dengan mengidentifikasi dan
menentukan pertanyaan yang akan memandu mereka untuk
menganalisis tantangan yang ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
menggambarkan pengetahuan apa yang dibutuhkan siswa dalam
mengembangkan solusi dan menjawab tantangan. Pada tahapan ini,
pemikiran siswa dituntut lebih kreatif dan inovatif sehingga dapat
berfikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan nyata.
5. Merancang aktivitas pembelajaran pemandu
Selama tahapan ini, masing-masing kelompok mencari dan
menemukan jawaban atas pertanyaan yang dirumuskan. Kegiatan
pembelajaran, riset, percobaan, observasi, wawancara dan menjelajahi
berbagai tempat peristiwa untuk menemukan solusi yang terbaik juga
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
32
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

akan dilakukan siswa pada tahapan ini. Tujuan dari tahap ini adalah
agar siswa dapat mematangkan dasar-dasar untuk mengembangkan
solusi yang akan dirumuskan serta dapat memperdalam konsep yang
mereka pelajari. Pada kegiatan pembelajaran seperti inilah siswa
dituntut untuk mampu bekerja secara kolaboratif sehingga pada
akhirnya siswa mampu menghubungkan apa yang ia pelajari dengan
banyak sekali kebutuhan dunia nyatanya.
6. Mencoba
Begitu para siswa sudah menemukan suatu solusi, mereka dapat
mencoba solusi yang mereka rumuskan tersebut pada kelompok-
kelompok kecil dari komunitas target. Proses ini sangat penting bagi
kelompok untuk memantapkan solusi yang mereka rumuskan.
7. Penerapan
Langkah berikutnya yaitu mengembangkan rencana implementasi atau
penerapan solusi mereka dalam bentuk tindakan. Lingkup
implementasi tergantung dari waktu dan sumberdaya yang ada tetapi
yang paling penting adalah bagaimana menerapkan solusi tersebut
menjadi suatu tindakan yang real.
8. Penilaian
Tiap kelompok dan guru akan menyepakati pada awal proses
pembelajaran untuk mengukur kesuksesan implementasi dari solusi
yang mereka lakukan.
9. Refleksi dan dokumentasi
Sepanjang proses pembelajaran, siswa diharuskan mendokumentasikan
pekerjaan mereka dan melakukan refleksi dari hasil pekerjaan yang
mereka lakukan. Pemahaman yang mendalam berlangsung selama
proses pembelajaran terjadi dengan menganalisis hubungan yang
berkelanjutan antara isi dan konsep-konsep pelajaran, interaksi dengan
orang lain serta dalam mengembangkan solusi. Blog, video, photo dan
perangkat teknologi yang mendukung dapat digunakan oleh siswa
untuk mendokumentasikan dan membantu melakukan refleksi proses
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
33
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

pembelajarannya. Sehingga teknologi yang digunakan oleh siswa


secara langsung dapat dioptimalkan untuk menunjang proses
pembelajarannya.
10. Mempublikasikan
Publikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantara dengan
membuat video singkat tentang solusi mereka dan melakukan publikasi
keberbagai ruang lingkup yang luas.
11. Penilaian yang berkelanjutan
Penilaian informal akan membantu para siswa bergerak lebih semangat
dalam menyelesaikan pembelajaran yang bersifat proyek. Penilaian
formal dapat dilakukan pada poin-poin spesifik pada suatu proyek.
Tiga poin yang menjadi hal penting dalam penilaian yaitu
pengembangan dan perancangan solusi (kualitas solusi), penilaian atas
dokumentasi proses aktivitas pembelajaran, dan hasil dari tindakan
yang dilakukannya. Dengan adanya evaluasi ini maka pembelajaran
yang dilakukan di luar sekolah menjadi lebih optimal.

2.3 Penerapan Pendekatan Challenge-Based Learning dalam


Pembelajaran Sains Biologi
Challenge-Based Learning sangat tepat sekali diterapkan pada
pembelajaran yang berkaitan dengan sains. Dalam sains, sangat jelas bahwa
hakikatnya kita sedang mempelajari gejala dan peristiwa yang terjadi di alam
nyata dan lingkungan kita sehari-hari. Khususnya pada pembelajaran sains
biologi, banyak sekali topik dan materi pembelajaran yang dapat diterapkan
melalui pembelajaran berbasis tantangan (Challenge-Based Learning) ini. Berikut
akan diberikan contoh desain pembelajaran berbasis tantangan dalam
pembelajaran biologi yang terdapat di Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan
estimasi alokasi waktu 1 minggu berjumlah 5 jam pelajaran.
Secara garis besar kegiatan pembelajaran siswa dapat dideskripsikan pada
tabel dibawah ini dengan mengambil contoh materi makanan dan sistem
pencernaan makanan, submateri makanan.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
34
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Tabel 2. Deskripsi estimasi alokasi waktu dalam tiap tahapan pembelajaran


Challenge-Based Learning pada submateri makanan.
Tahapan Challenge-Based
No Alokasi Waktu Jadwal
Learning
1. a. Gagasan utama (Big Idea) 1 jam pelajaran Minggu pertama
b. Pertanyaan Penting (45 Menit)
(Essential Question)
c. Tantangan (Challenge)
d. Membimbing pertanyaan
(Guiding Question)

2. a. Membimbing aktivitas 2 jam pelajaran Minggu pertama


(Guiding Activities) (2x45 menit) dan
b. Membimbing Sumber Informal Learning
belajar (Guiding
Resources)
c. Menciptakan Solusi
(Solution)
3. Tindakan (Action) Informal Learning -
4. Penilaian solusi (Assessment) 2 jam pelajaran Minggu pertama
(2x45 menit)
5. Refleksi dan dokumentasi Informal Learning -
(Menyusun Laporan)
6. Mempublikasikan (Publishing) 2 jam pelajaran Minggu kedua
(2x45 menit) dan
publikasi mandiri
(website, video, blog)
7. Penilaian keseluruhan kegiatan / 2 jam pelajaran Minggu kedua
Ongoing Informative (2x45 menit)
Assessment
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
35
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Skenario tiap tahapan pembelajaran pada submateri makanan dengan


penerapan Challenge-Based Learning berdasarkan tabel 2 diatas adalah:
Materi : Makanan dan Sistem Pencernaan Makanan
Sub Materi : Makanan
a. Guru memberikan tahapan awal pembelajaran dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran beserta ikhtisar singkat
tentang pembelajaran, gagasan utama, pertanyaan penting dan
tantangan yang akan dikerjakan siswa dalam proses
pembelajarannya. Yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah
guru harus mampu menciptakan tantangan yang konkret dan
bersifat aplikatif tetapi harus sesuai dengan materi pembelajaran.
Gagasan utama
Keberlanjutan Makanan
Pertanyaan Penting
Bagaimana makanan yang saya konsumsi sehari-hari dapat
merusak dunia saya?
Ikhtisar/ ringkasan
Kamu adalah apa yang kamu makan. Jadi apakah / siapakah
kamu?. Mungkin ini adalah waktu untuk mempertimbangkan dan
memikirkan bagaimana makanan tersebut berpengaruh terhadap
tubuh kita dan dunia disekeliling kita. Pengaruh tersebut terjadi
ketika kita memutuskan apa yang kita makan sehingga hal tersebut
berpengaruh signifikan terhadap kesehatan pribadi, kemampuan
untuk eksis dalam kegiatan sehari-hari dan terhadap lingkungan
kita.
Tantangan
Perbaiki apa dan bagaimana kamu makan!
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
36
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

b. Siswa dibawah bimbingan guru akan menjawab tantangan dan


merumuskan solusi yang bersifat aplikatif. Pada tahap ini guru
membimbing siswa untuk melakukan pembelajaran mandirinya
dan mengkonstruksi ide untuk memecahkan tantangan dalam
bentuk solusi-solusi real.
Pertanyaan-pertanyaan pemandu
Guru memandu siswa dalam membuat pertanyaan yang
mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian terhadap topik
tantangan tersebut. Contohnya:
a. Apa yang saya makan?
b. Dari mana makanan saya berasal?
c. Bagaimana biaya untuk mendapatkan makanan tersebut?
d. Bagaimana makanan merusak saya?
e. Bagaima makanan yang saya makan dapat berpengaruh kepada
dunia?
f. Apa yang terdapat dalam makanan saya?
g. Mengapa saya makan?
h. Mengapa saya makan yang saya makan?
i. Bagaimana artinya makanan bagi saya?
Aktivitas-aktivitas pemandu
Aktivitas ini mengarahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukannya dan membangun dasar untuk
mengembangkan solusi yang realistik. Aktivitas ini dapat
diarahkan oleh siswa atau guru tetapi guru disini bukan bertindak
sebagai manunjukkan solusi tetapi memberikan bimbingan ketika
siswa membutuhkan. Contoh dari kegiatan ini adalah:
a. Apa permasalahannya?
b. Menganalisis menu
c. Peta makanan
d. Apa yang seharusnya kita makan?
e. Bagaimana dengan makanan yang cepat saji/paket instant?
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
37
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

f. Menganalisis kandungan gizi makanan yang terdapat pada


label makanan
Memandu sumber belajar
Hal ini berfokus kepada subtansi yang mendukung aktivitas siswa
dalam mengembangkan solusinya. Sumber-sumber belajar terdiri
dari website, video, para ahli, dan sumber-sumber lain secara luas.
Contoh dari sumber-sumber belajar ini adalah:
a. Dinas kesehatan (makanan dan gizi) dan dokter.
b. http://Foodroutes.org
c. www.localharvest.com
d. Video mengenai minyak yang terdapat pada Oatmeal
(www.youtube.com/watch?v=KsOipWacG0)
e. Dari mana makanan kamu berasal?
(http://deimos3.apple.com/WebObjects/Core.woa/Browse/amer
icanpublicmedia.org.1353684204.01353684211.1351757528?i
=1620428009)
f. Referensi laindan buku-buku teks yang mendukung
Solusi dan tindakan
Tantangan yang ada, kemungkinan mempunyai beberapa solusi
yang bervariasi. Masing-masing kelompok siswa harus
merumuskan solusi berdasarkan apa yang siswa pelajari dan dari
aktivitas-aktivitas siswa. Solusi yang dirumuskan harus konkret
dan dapat dilakukan. Contohnya:
Siswa melakukan penelitian tentang makanan yang sering dimakan
pada waktu jam istirahat siang disekolah, kemudian melihat
campuran bahannya, nilai gizinya, produknya dan biayanya.
Kemudian siswa meneliti kemungkinan jika komposisi tersebut
diganti dengan bahan makanan lokal yang mempunyai nilai gizi
tinggi dan biaya yang efektif kemudian membandingkan keduanya.
Solusi yang siswa dapatkan akan menjadi bahan untuk merubah
dunianya secara tidak langsung. Kemudian siswa menyusun
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
38
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

laporan pembelajaran dengan menambahkan pendapat dari ahli


nutrisi makanan.
Penilaian
Penilaian pada tahap ini adalah bertujuan untuk mengevaluasi
ketercapaian solusi dan tindakan yang dilakukan, bagaimana
kesepakan mengenai kriteria kesuksesan solusi dapat dievalusi oleh
guru terhadap kegiatan pembelajaran siswa.
Refleksi, dokumentasi (penyusunan laporan) dan publikasi
Pada tahap ini, siswa mengumpulkan semua bentuk bahan yang
didapatkannya dari pembelajaran dan penelitian yang
dilakukannya. Bahan tersebut bisa dalam bentuk photo, video,
rekaman, hasil wawancara, pendapat dan pernyataan para ahli dan
sebagainya. Siswa diharapkan mampu menarik kesimpulan
terhadap apa yang telah ia lakukan dalam proses menjawab
tantangan. Setelah penyusunan laporan kegiatan selesai, siswa
menyampaikan hasil proses pembelajarannya melalui presentasi
atau seminar kelas. Selain itu siswa dapat mengoptimalisasikan
peran teknologi dalam mempublikasikan pembelajaran dan solusi
mereka, contohnya mempublikasikan lewat blog, website, artikel
dan sebagainya.
Penilaian keseluruhan/ Ongoing Informative Assessment
Sesuai setting pembelajaran Challenge-Based Lerning yang telah
dijelaskan pada pembahasan terdahulu, maka kegiatan akhir dari
pembelajaran ini adalah penilaian secara keseluruahan dan
berkelanjutan. Guru mengevaluasi siswa berdasarkan tiga poin
penting, yaitu pengembangan dari perancangan solusi (kualitas
solusi), penilaian atas dokumentasi proses pembelajarannya, dan
hasil dari tindakan yang dilakukannya. Penilaian tersebut harus di
dukung oleh penilaian aktivitas, penilaian performance dan
penilaian lain yang dilakukan tetapi kesemua penilaian ini harus
mengacu pada pengembangan materi pembelajaran.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
39
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Challenge-Based Learning merupakan suatu pendekatan yang
dikembangkan menjadi model pembelajaran yang berdasarkan atas
kesuksesan dari model pembelajaran Problem-Based Learning dan
Project-Based Learning. Challenge-Based Learning merupakan model
pembelajaran yang melibatkan pendekatan multidisiplin ilmu untuk
mencapai tujuan dari proses pembelajaran dengan mengoptimalkan
pemanfaatan teknologi yang berkembang saat ini semaksimal mungkin.
Inti dari pembelajaran Chalenge-Based Learning adalah bagaimana siswa
dapat mengkontruksikan ilmunya dengan berfikir kritis, kreatif dan
inovatif untuk memecahkan permasalahan yang terdapat di dunia nyata.
Dimana pembelajaran ini akan menuntut siswa belajar secara kolaboratif
untuk memperdalam pemahaman terhadap apa yang siswa pelajari.
Dengan menciptakan solusi dari permasalahan dan mengimplementasikan
solusi tersebut dalam tindakan nyata, maka siswa mampu menghubungkan
apa yang ia pelajari dengan apa yang terjadi.
2. Tahapan pembelajaran dengan menerapkan Challenge-Based Learning
adalah dimulai dengan adanya gagasan utama (Big Idea) yang dilanjutkan
dengan mengajukan pertanyaan penting (Essential Question) dan
tantangan (Challenge) yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa
dibimbing oleh guru dalam merancang tahapan selanjutnya yaitu Guiding
Question (pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan untuk menjawab
tantangan), Guiding Activities (kegiatan pembelajaran), Guiding Resources
(sumber belajar), merumuskan solusi dan melakukan tindakan (Solution-
Action). Selanjutnya baru dilakukan penilaian kesuksesan solusi
(Assessment), refleksi dan dokumentasi dalam rangka menyusun laporan
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
40
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

kegiatan pembelajaran. Terakhir adalah mempublikasikan dan melakukan


penilaian secara keseluruhan dari kegiatan pembelajaran.
3. Terdapat beberapa keunggulan dari pembelajaran dengan menerapkan
Challenge-Based Learning yang semuanya terangkum dalam keterampilan
yang dibutuhkan seorang siswa pada abad ke-21 (21th Century Skills).
4. Challenge-Based Learning sangat tepat sekali diterapkan dalam
pembelajaran yang berkaitan dengan sains. Dalam sains, sangat jelas
bahwa hakikatnya kita sedang mempelajari gejala dan peristiwa yang
terjadi di alam nyata dan lingkungan kita sehari-hari. Khususnya pada
pembelajaran sains biologi, banyak sekali topik dan materi yang dapat
diterapkan melalui pembelajaran berbasis tantangan (Challenge-Based
Learning) tentunya secara aplikatif harus mengikuti kaidah dan tahap-
tahap dari Challenge-Based Leaning.
3.2. Saran
Dari penulisan makalah ini dapat diberikan beberapa saran yaitu:
1. Pendekatan Challenge-Based Learning sangat perlu diterapkan dalam
pembelajaran sains biologi yang berorientasi kepada pengembangan
ketetampilan yang harus dimiliki siswa pada abad ke-21
2. Dibutuhkan suatu pengenalan terhadap Challenge-Based Learning
terhadap guru dalam kegiatan-kegiatan seperti workshop untuk
memahami implementasi Challenge-Based Learning dalam
pembelajaran.
3. Dibutuhkan kreatifitas guru dalam membuat tantangan yang bersifat
nyata dan konkret sehingga pengembangan keterampilan siswa abad
ke-21 dapat terbentuk melalui pembelajaran.
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
41
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. (2008). Challenge Based Learning: Take Action and Make A


Difference. Retrived January 31 , 2009, from http://www.
images.apple.com/.../Apple-ChallengedBasedLearning.pdf

Anonymous. (2009). P21 Framework Definitions: 21st Century Student Outcomes.


Retrived February 27,2009, from http://www.21thcenturyskills.com.

Baloian, Nelson., Henning Breuer, Kay Hoeksema, Ulrich Hopee, Marcelo


Milrad. (2009). Implementing the Challenge Based Learing in Classroom
Scenarios. Retrived February 20, 2009, from http://www.
collide.info/Members/.../Implementing_CBL_in_Classroom.pdf

Georgio T.D., Brophy S.P. (2001). Challenge-Based Learning in Biomedical


Engineering:A Legacy Cycle for Biotechnology in Proceeding of The 2001
American Society for Engineering Education Annual Conference &
Exposition Session 1609. Vanderblit University: American Society for
Engineering Education. Retrieved February 27, 2009, from http://www.
vanth.org/mmedia/vanth0103/vanth0103cd/papers/Giorgio01.pdf

Johnson, Laurence F., Smith, Rachel S., Smythe, J. Troy., & Rachel K. (2009).
Challenge Based Learning: An Approach for Our Time. The New Media
Consortium. Austin, Texas. Retrived January 31 , 2009, from http://www.
nmc.org/pdf/Challenge-Based-Learning.pdf

Kamdi, Waras. (2008). Project-Based Learning: Pendekatan Pembelajaran


Inovatif. Retrived February 20, 2009, from http://www.waraskamdi.com

Martin, Taylor., Stephanie D. Rivale., Kenneth R. Diller. (2007). Comparing


Challenge-Based and Traditional Instruction in Biomedical Engineering
in International Conference on Engineering Education 2007 Coimbra
Portugal. Retrived February 20, 2009, from
http://www.icee2007.dei.uc.pt/proceedings/papers/97.pdf

McKenna, Ann., Joseph T. Walsh, Jr., Matthew Parsek, Glnur Birol. (2002).
Assessing Challenge-Based Instruction in Biomedical Engineering in
Proceeding of The 2002 American Society for Engineering Education
Annual Conference & Exposition Session 2218. Northwestern University:
American Society for Engineering Education. Retrieved February 27,
2009,fromhttp://www.vanth.org/mmedia/vanth0103/.../papers/McKennaAs
sessChall02.pdf
F T ra n sf o F T ra n sf o
PD rm PD rm
Y Y
Y

Y
er

er
ABB

ABB
y

y
bu

bu
2.0

2.0
to

to
42
re

re
he

he
k

k
lic

lic
C

C
w om w om
w

w
w. w.
A B B Y Y.c A B B Y Y.c

Riyanto, Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana


Prenada Media Group.

Saripudin. 2009. Pengenbangan Model Pembelajaran abad 21 dengan


Menggunakan Web 2.0.: Konferensi dan Temu Nasional Teknologi
Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia. Bandung. e-Indonesia
Initiative 2009. Retrived January 31 , 2009, from
http://www.pltik.undip.ac.id/image/download/e-service/dunlud.php?id=17

You might also like