Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Tingkat Pemberian Uang Saku
Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Tingkat Pemberian Uang Saku
UANG SAKU
19:28 aidy90 No comments
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesaehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
Generasi muda merupakan factor yang penting untuk pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan. Meningkatkan kesehatan pada anak-anak akan sangat membantu berhasilnya upaya
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui pendidikan yang dimulai dari tingkat dasar
dan menengah secara keseluruhan diharapkan dapat dilaksanakan melalui usaha kesehatan
sekolah, sehingga penduduk usia sekolah keatas telah mengerti dan melaksanakan dasar-dasar
kebersihan dan makanan sehat. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan diharapkan
lembaga-lembaga pendidikan tenaga kesehatan dapat menghasilkan jumlah dan jenis tenaga yang
Awal masa sekolah merupakan periode dimana anak memasuki lingkungan baru, berubah dari
yang hanya bermain ke tahap belajar, perubahan ini sedikit banyak akan berakibat pada nafsu
makan yang berkurang Karena anak mungkin mengalami depresi. Belum lagi kebiasaan anak
yang sering mengkonsumsi makanan secara sembarangan disekitar lingkungan sekolah seperti
snack/makanan ringan, permen dan berbagai jenis makanan lainnya. Di sekolah, pengawasan
orang tua terhadap anak sedikit longgar, sehingga salah satu pemecahannya yakni dengan
mengurangi uang jajan pada anak, karena pada masa ini anak belum bias memikul tanggung
jawab sehingga apabila uang jajan terlampau banyak, maka si anak akan menggunakan uang
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas
bangsa dimasa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas
dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi
atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul
masalah terutama dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan
ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ-organ dan system tubuh anak. Foodbone
diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama
di banyak Negara. Penyakit ini dianggap bukan termasuk penyakit yang serius untuk jangka
pendek, sehinga seringkali kurang diperhatikan baik oleh orang tua, masyarakat atau institusi
Menurut Sampurno (2005), masalah keracunan makanan sudah menjadi langganan di Indonesia.
Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada dan angka kejadiannya pun cukup tinggi. Dari
seluruh kasus keracunan makanan yang ada, semua bersumber pada pengolahan makanan tidak
higienis. Ironisnya makanan tidak higienis ini banyak dijual di kantin sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bogor, terbukti bahwa makanan jajanan yang
terkena cemaran mikrobiologis dan cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada jajanan kaki
lima, yang disebabkan oleh penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) illegal seperti boraks
(pengenyal yang mengandung logam berat boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk
mayat), rhodamin B (pewarna merah untuk tekstil) dan methanol yellow (pewarna kuning untuk
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan gizi adalah kebiasaan makan. Anak usia
sekolah mempunyai kebiasaan jajan. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian dari budaya dari
keluarga. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam
kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada
Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan
anak dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal
yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan
secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak
Salah satu sikap penting dan mendasar sebagai sebab timbulnya masalah gizi kurang adalah
adanya sikap pemilihan makanan jajanan individu yang tidak sesuai dengan kaidah gizi, oleh
karena itu upaya penyadaran akan gizi pada anak SD perlu ditingkatkan sehingga anak SD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sumbangan energi yang diberikan oleh jajanan
yang dikonsumsi di sekolah sebesar 17,13% dan rata-rata sumbangan protein jajanan sebesar
11.14%. Sedangkan 82,87% energi dan 88,86% protein diperoleh dari konsumsi makan sehari-
hari baik makan pagi, makan siang, makan malam maupun makanan selingan yang disediakan di
rumah.(Nurhayati,2005).
Berdasarkan pengamatan yang penulis temukan dari 10 anak yang penulis beri pertanyaan ada 6
anak yang pengetahuan gizinya rendah dan uang saku perharinya > Rp.7000, dan 4 anak sisanya
pengetahuan gizi sedang dan uang saku perharinya < Rp.7000. Jadi, jika anak diberi uang saku
yang tinggi maka anak akan membelanjakan setengah dari uang sakunya untuk membeli
makanan jajanan, itu disebabkan karena pengetahuan gizi anak masih kurang.
Untuk mengetahui hubungan Pengetahuan gizi, tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan
jajanan.
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan gizi anak pada anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8
Banjarbaru.
2. Mengidentifikasi tingkat pemberian uang saku anak pada anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8
Banjarbaru.
4. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan gizi anak dengan pemilihan jajanan anak
5. Menganalisis hubungan antara pemberian uang saku anak dengan pemilihan jajanan anak
1.4.1 Ada hubungan pengetahuan gizi dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai
1.4.2 Ada hubungan tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada siswa akan pentingnya kesadaran dan
mengkonsumsi makanan jajanan yang sehat dan bergizi, agar siswa dapat mengantisipasi dirinya
sendiri untuk memilih makanan jajanan yang aman dan sehat,sehingga kebutuhan zat gizinya
Dapat memberikan informasi pada Orang Tua yang berkaitan dengan pengetahuan anak terhadap
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru dalam menghimbau dan menetapkan
peraturan mengenai makanan jajanan yang sehat bagi para anak didiknya dalam rangka
mengantisipasi munculnya masalah gizi khususnya kejadian infeksi atau angka kesakitan pada
anak sekolah, karena pada dasarnya, penindak lanjutan masalah keamanan jajanan anak sekolah
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam pelaksanaan penelitian serta dapat dijadikan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Menurut Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan nasional kita. Pengetahuan adalah merupakan
hasil TAHU dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Dimana hal itu dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan Rogers (1974) yang mengungkapkan
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (ovent behavior) dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu;
(Notoadmodjo,2003)
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehention)
Artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
Suatu kemampuan untuk menyatakanm meteri atau suatu objek kedalam komponen-
komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk menunjukkan atau
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
Pengetahuan Gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan
kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil
pengetahuan dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa
manusia, apa alam dan sebagainya. Pengetahuan secara perorangan maupun bersama ternyata
langsung dalam dua bentuk dasar yang sulit ditentukan mana kiranya yang paling asli atau
mana yang paling berharga dan yang paling manusiawi. Bentuk satu adalah mengetahui saja dan
untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia (Notoatmojo, 2003).
Menurut kamus bahasa Indonesia tahun 1995 pengertian pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui adalah kepandaian, jadi pengertian pengatahuan gizi adalah segala
tentang gizi atau kemampuan menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
(Suhardjo,dkk,1989).
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada
tiga kenyataan :
1. Status gizi yang cukup adalah yang penting bagi kehidupan dan kesejahteraan.
2. Setiap orang hanya akan cukup gizi makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,pemeliharaan dan energi.
3. Ilmu gizi merupakan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar merupakan
Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap masalah gizi. Pada
akhirnya pengetahuan akan mendorong untuk menyediakan makanan sehari-hari daam jumlah
empat sehat lima sempurna dan kecukupan gizi keluarga diperlukan sebagai pedoman untuk
menyusun pola konsumsi terutama di tingkat keluarga. (Direktorat Bina Gizi Masyarakat,1991).
Namun, sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas
dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi Depkes telah
mengeluarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Pedoman ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu rekomendasi konferensi gizi internasional di Roma pada tahun 1992 untuk
mencapai dan memelihara kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua
penduduk yang merupakan prasyarat untuk pembangunan sumberdaya manusia. PUGS
merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 semprna yang memuat pesan-pesan
yang berkaitan dengan pencegahan masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama
Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan
Zat-zat gizi.hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari.Tiap
makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.Pengelompokkan bahan
makanan disederhanakan,yaitu didasarkan pada tiga fungsi zat gizi,yaitu sebagai sumber energi
Dari tiap kelompok dipilih satu atau lebih jenis makanan sesuai dengan
makanan.PUGS diharapkan dapat digunakan masyarakat luas sebagai pedoman praktis untuk
mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Solihin, 2005) bahwa ada 2 faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu, faktor internal dan faktor eksternal yaitu:
a) Kesehatan
Status kesehatan sangat mempengaruhi status gizi seseorang. Infeksi dan demam dapat
menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencernakan
makanan. Parasit dalam usus, seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing dalam tubuh dalam
memperoleh makan dan dengan demikian menghalangi zat gizi ke dalam arus darah. Keadaan
gizi yang demikian membantu terjadinya kurang gizi. Sehat berarti keadaan fisik, mental dan
sosial anak berfungsi secara optimal dan seimbang, keseimbangan ini akan terganggu jika
seseorang anak berada dalam keadaan yang tidak optimal baik fisik, mental maupun sosial.
b) Intelegensi
Intelegensi sangat besar sekali pengaruh terhadap pengetahuan anak yang mempunyai intelegensi
yang lebih tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi rendah.
c) Perhatian
Keaktifan jika yang tinggi yang semata-mata setuju pada suatu obyek. Jika perhatian anak
kurang terhadap suatu materi, maka pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang dan
menurun.
d) Minat
Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan yang
diminati anak, diperhatikan 12 terus-menerus disertai rasa senang berbeda dengan perhatian
e) Bakat
Kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah
belajar/ berlatih.
a) Keluarga
Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan anak karena keluarga adalah lembaga pendidikan
yang utama dan pertama. Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan
jenis makanan tertentu dalam keluarga, dan justru golongan yang rawan terhadap masalah gizi
mempunyai prioritas paling akhir yaitu wanita dan anak-anak. Jika kebiasaan budaya pembagian
kebiasaan budaya pembagian pangan yang tidak merata dalam unit keluarga terus diterapkan,
b) Metode pembelajaran
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui didalam mengajar, untuk menghindari
pelaksanaan cara belajar yang salah perlu suatu pembinaan. Dengan metode belajar yang tepat
c) Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi belajar anak. Pengaruh ini
terjadi karena keberadaannya dalam masyarakat adalah berhubungan dengan media massa,
mengelola keuangannya secara mandiri.Untuk itu orang tua perlu mendidik anak mulai dari hal
Menurut konsultan keuangan dari safir senduk dan rekan, Ahmad Gozali
jawab,komitmen, dan matematika sederhana. Tanggung jawab untuk membuat keputusan sendiri
penggunaan uangnya. Agar tujuan tersebut tercapai, anak harus memberikan pengertian terlebih
dahulu bahwa uang yang diterima memiliki jangka waktu tertentu (mingguan/bulanan).Dengan
demikian ia harus berkomitmen untuk tidak meminta uang lagi sebelum waktunya tiba, meski
Tingkat jumlah uang saku yang diberikan orang tua kepada anak tentu saja
Pada umumnya ,jika tingkat pendapatan keluarga naik, jumlah dan jenis makanan
cenderung membaik juga. Tingkat pendapatan menentukan pola makanan apa saja yang dibeli
dengan uang tersebut. Orang yang penghasilannya rendah, biasanya akan membelanjakan
pendapatannya untuk makan, sedang yang penghasilannya tinggi sudah tentu akan lebih dari itu.
Bentuk makan-makanan padi akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan
bertambah jika keluarga beranjak kependapatan tingkat menengah. Semakin tinggi pendapatan,
Pengertian Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam
bahasa Inggris disebut street food menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman
yang dipersiapkan dan atau dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat
keramaian umum lain yang langsung dimakan tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut
dalam memilih makanan apa saja yang disukainya. Pemiihan makanan jajanan tidak lagi
didasarkan pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekedar bersosialisasi untuk
1) Makanan utama, seperti rames, nasi pecel, bakso, mie ayam, dan sebagainya.
2) Snack atau penganan seperti kue-kue, onde-onde, pisang goreng, dan sebagainya.
3) Golongan minuman seperti cendol, es krim, es teler, es buah, es teh, dawet dan sebagainya.
4) Buah-buahan segar.
**********************************************************
sukrosa. Bedanya dengan sakarin, siklamat menimbulkan rasa manis tanpa rasa ikutan (after
taste-nya lebih sedikit dari pada sakarin). Sifat siklamat sangat mudah larut dalam air dan
phenylalanine-1-methyl ester, atau merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam amino
yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanina.
Sakarin adalah : pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat. Karena tidak
strukturnya berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih
manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa.
Pemanis buatan diatas banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia, jika
di konsumsi setiap hari pada jangka panjang akan menyebabkan kanker kandung kemih, tremor,
kehilangan daya ingat, bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi,
(http://en.wikipwdia.org/wiki/cyclamate, http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0507/24/keluarga/1918365.htm)
Jajanan bagi anak sekolah dapat berfungsi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena
aktivitas fisik di sekolah yang tinggi (apalagi bagi anak yang tidak sarapan pagi). Pengenalan
berbagai jenis makanan jajanan akan menumbuhkan penganekaragaman pangan sejak kecil (Ali
Khomsan, 2003:16).
Berikut adalah contoh kandungan energi dan protein beberapa bahan makanan.
Dari segi gizi sebenarnya makanan jajanan belum tentu jelek, karena ternyata makanan jajanan
kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat
besi 52%, tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih
dipertanyakan (Anonim, 2007). Makanan jajanan umumnya mengandung zat tepung, gula,
garam, lemak dan kolesterol, hal ini menyebabkan risiko tinggi terjadinya hipertensi, Diabetes
Militus ataupun penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit jantung (Didinkaem, 2006).
Boraks, zat pengawet, dan pewarna berbahya, merupakan bahan aditif (tambahan)
makanan. Sementara bahan aditif terutama yang terbuat dari bahan kimia harus dibatasi
penggunaannya. Jika tidak dikendalikan, dalam jangka panjang, bahan-bahan aditif tersebut bisa
Sedikitnya 19.465 jenis makanan yang dijadikan sampel pengujian dalam penelitian BPOM
tahun 2006, ditemukan 5,6% sampel tidak layak diedarkan. Sebanyak 185 item mengandung
pewarna berbahaya, 94 item mengandung boraks, 74 item mengandung formalin, dan 52 item
mengandung benzoate atau pengawet dalam kadar berlebih. Badan POM kemudian menariknya
dari peredaran untuk dimusnahkan. Disamping itu, Badan POM juga memeriksa sebanyak 36
dari 267 industri yang terdaftar produknya, belum memenuhi persyaratan. Dari 927 unit industri
rumah tangga berizin SP (Sertifikat Penyuluhan) yang diperiksa, ternyata ditemukan sebanyak
Jajanan bagi anak sekolah merupakan fenomena yang menarik untuk ditelah karena beberapa
kelebihan yaitu:
1) Merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik di sekolah yang
sejak kecil.
3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temannya di sekolah. Adapun kekurangan atau
aspek negatif dari makanan jajanan yaitu bahwa jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu
makan anak di rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan,
sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak (Ali Khomsan, 2003:16).
Sebagian besar makanan jajanan hanya mengandung karbohidrat yang membuat anak cepat kenyang.
Hal ini dapat mengganggu nafsu makan, sehingga apabila dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan
tubuh anak. Apabila keseimbangan gizi tidak dipenuhi, dan ini berjalan terus-menerus menjadi
kebiasaan, anak akan kekurangan zat gizi seperti zat besi yang dapat mengakibatkan anemia serta
berbagai penyakit lain akibat kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain hal tersebut di atas,
makanan jajanan juga masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya yang tidak higienis,
yang mengakibatkan keracunan karena terkontaminasinya makanan jajanan oleh mikroba beracun
Tabel 2
Kandungan Gizi Berbagai Jenis Jajanan
Anak sekolah rata-rata memilih makanan jajanan dengan kandungan energi dan protein rendah
sehingga sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan terhadap total konsumsi sehari masih
rendah. Berpedoman pada PMT-AS, makanan jajanan diharapkan mempunyai mutu gizi kurang leih
200-300 kkal untuk menyumbangkan kurang lebih 15-20% terhadap total konsumsi energi.
= diteliti
(Ditjeng Bina
Kesehatan
Masyarakat
Direktorat Gizi
Masyarakat,
2001;10).
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis explanatory research (penelitian penjelasan) dengan pendekatan
cross sectional yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel
terikat pada suatu saat yang bersamaan atau penelitian penjelasan karena menjelaskan hubungan
Variebel bebas yaitu pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku. Variabel terikat yaitu
pemilihan makanan jajanan dan berdasarkan jenis penelitian termasuk penelitian observasional
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi, tingkat pemberian uang
saku dengan pemilihan jajanan anak kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
3.2.1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru untuk mengambil sampel.
3.2.2. Waktu
Penilaian ini dimulai dari survey pendahuluan sampai analisis data yang dimulai bulan Februari
N
1+N (d2)
Sampel yang diambil adalah sebagian dari populasi yang besarnya dihitung berdasarkan
rumus :
N=
Keterangan : N = Besar Populasi
N = Besar Sampel
64
1 + 64 (0.12)
Maka n=
=
= 40 siswa
Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
sebanyak 40 siswa.
.n
N1
N
.40
32
64
Ni =
.40
32
64
Kelas 6 A : Ni = = 20 orang
Kelas 6 B : Ni = = 20 orang
Keterangan :
(Notoatmojo,2005)
a. Data primer
2) Data mengenai pengetahuan gizi dan tingkat pemberian uang saku anak Sekolah Dasar
b. Data sekunder
a. Data Primer
Data pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku, pemilihan makanan jajanan yang
b. Data Sekunder
Data gambaran umum sekolah yang meliputi profil sekolah, jumlah pengajar serta jumlah
1. Pengolahan Data
( satu ) untuk jawaban yang benar dan 0 ( nol ) untuk jawaban yang salah dengan perhitungan
sebagai berikut :
Nilai = = x 100%
1. Analisa Univariat
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui gambaran identitas anak sekolah dasar, Tingkat
pengetahuan gizi anak, tingkat pemberian uang saku anak dengan pemilihan jajanan. Data
ditampilkan dengan menggunakan tabel frekuensi dua kolom, angka disajikan dalam tabel
2. Analisa Bivariate
(0 E)2
E
Analisa ini bertujuan untuk menilai hubungan antara, tingkat pengetahuan gizi anak, tingkat
pemberian uang saku dengan pemilihan makanan jajanan anak-anak kelas 6 SDN Sungai besar 8
Banjarbaru. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan menggunakan program
komputer.
Keterangan :
X = Chi Square
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Uji Chi-Square mensyaratkan bahwa frekuensi yang diharapkan dalam masing-masing sel tidak
boleh terlampau kecil (kurang dari 5). Untuk tabel kontigensi 2 x 2, pengujian uji Chi-Square,
disarankan :
a. Bila n > 40 gunakan x2 dengan koreksi kontinyutas (gunakan rumus untuk tabel
kontigensi 2 x 2).
b. Bila n berada diantara 20 dan 40, uji x2 dengan rumus untuk tabel kontigensi 2 x 2 boleh
digunakan billa semua frekuensi diharapkan adalah 5 atau lebih. Jika frekuensi diharapkan yang
c. Bila n < 20, pakailah uji Fisher Exact untuk kasus apapun. Untuk tabel kontigensi r x k,
berarti db lebih besar dari 1, uji x2 dapat digunakan jika kurang dari 20% diantara sel-sel itu
mempunyai frekuensi diharapkan yang kurang dari 5 dan jika ada satu sel pun memiliki
frekuensi diharapkan yang kurang dari satu. Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi peneliti
(Djarwanto, 2011).
a. Apabila p < , maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang bermakna antara kedua
variabel.
b. Apabila p > , maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kedua
variabel.
BAB IV
besar 8 telah mengalami 3 kali pergantian kepala sekolah. Saat ini jabatan kepala sekolah di
SDN sungai besar 8 terletak di jalan Sagitarius Raya Perumnas Cahaya Bintang Sungai
Kondisi guru
Jumlah
Ijazah terakhir
Guru tetap Guru tidak tetap
S2 / S3 - -
S1 8 -
D3 - -
D2 / D1 / SLTA 7 2
Jumlah tenaga pengajar (Guru) di SDN Sungai besar 8 banjarbaru adalah 17 orang
terdiri dari 8 orang guru tetap dengan ijazah S1, dan 7 orang guru tetap dan 2 guru tidak tetap
buah kantor kepala sekolah, 13 ruang kelas, 2 perpustakaan, 1 buah wc guru dan 2 buah wc
siswa.
Sebagian besar pekerjaan orang tua murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru adalah
buruh, dan sisanya pegawai negeri sipil dan pegawai swasta, dan oleh sebab itu dari hasil
penelitian didapatkan sebagian besar uang saku murid kelas 6 kurang dari Rp.7000 itu
Murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru sebagian besar membelanjakan uang
sakunya untuk jajan di sekolah, karena sebagian besar murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 tidak
sarapan pagi di rumah di karenakan kesibukan orang tua anak dan oleh sebab itu orang tua
memberikan uang saku yang berlebih untuk anak membeli jajanan di sekolah.
penting untuk dapat membuat manusia hidup sehat dan berkualitas, semakin tinggi
pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kuantum makanan yang dipiih
Tabel 3. Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Gizi.
Jumlah
No Tingkat Pengetahuan Gizi
n %
1 Baik 12 30,0
2 Sedang 23 57,5
3 Kurang 5 12,5
Jumlah 40 100
disajikan pada tabel 7 yang menggambarkan tingkat pengetahuan gizi murid. Ternyata
30,0% murid memiliki tingkat pengetahuan yang Baik, 57,5% murid memiliki tingkat
pengetahuan gizi yang Sedang dan 12,5% murid memiliki tingkat pengetahuan yang
kurang.
Dari penelitian diatas diketahui ternyata anak lebih banyak memiliki pengetahuan
sedang atau belum begitu mengetahui bagaimana jajanan yang sehat atau tidak itu. Oleh
karena itu orang tua dan guru anak disekolah perlu memberikan pengetahuan kepada
anak bagaimana makanan yan sehat atau tidak, dan membiasakan anak untuk membawa
ekal dari rumah, karena bekal dari rumah dapat terjaga kebersihan dan kesehatannya.
Betul Salah
No Soal
n % n %
1. Apakah yang dimaksud makanan 38 95 2 5
bergizi ?
2. Makanan yang dihidangkan 39 97.5 1 2.5
sehari-hari sebaiknya ?
3. Sumber bahan makanan yang 28 70 12 30
mengandung karbohidrat ?
4. Sumber bahan makanan yang 32 80 8 20
mengandung protein ?
5. Sumber bahan makanan yang 30 75 10 25
mengandung vitamin dan
mineral ?
6. 34 85 6 15
Menurut adik, apa saja sumber
vitamin A itu ?
7. 32 80 8 20
Menurut adik, bagaimana
sebaiknya tekstur makanan yang
di masak ?
8. Menurut adik, bagaimana 9 22.5 31 77.5
sebaiknya warna sayuran yang
telah dimasak ?
Berdasarkan tabel kuesioner diatas ternyata murid yang menjawab soal nomor 8 (Menurut
adik, bagaimana sebaiknya warna sayuran yang telah dimasak) lebih banyak menjawab salah
yaitu 77.5%, itu dikarenakan anak tidak mengetahui tentang cara pengolahan makanan
khususnya sayur, bagaimana cara memasak sayur yang benar, dan juga kandungan di dalam
sayur tersebut.
Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan
pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap sekolah. Salah satu penyebab munculnya
gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan
untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003)
Pentingnya pengetahuan gizi, didasarkan pada 3 kenyataan yaitu: 1) Status gizi yang
cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) Setiap orang hanya akan
cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan
untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,, pemeliharaan dan energi. 3) Ilmu gizi
memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga anak sekoah dapat belajar menggunakan
Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan
makanan bagi kesehatan dapat membantu memilih bahan makanan yang harganya tidak
berangkat sekolaah yang tidak sarapan pagi tetapi di bekali uang jajan (Munandar, 1999)
Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang
tesebut digunakan untuk transportasi atau tabungan anak. Sedangkan uang jajan adalah
uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajanan berupa makanan dan minuman
selama berada diluar rumah. Tetapi kebanyakan anak menggunakan uang saku tersebut
untuk membeli makanan yang tidak bergizi atau hal yang tidak berguna. (Elly, 2009)
Jumlah
No Uang Saku
n %
1 >Rp.7000 15 37,5
2 <Rp.7000 25 62.5
Jumlah 40 100
Hasil penelitian mengenai uang saku anak sekolah, dapat dilihat dari tebel 9. Yang
menggambarkan jumlah uang saku murid, ternyata 37,5% murid yang mendapat uang saku
sebesar > Rp.7000 dan 62,5% murid mendapat uang saku sebesar < Rp.7000
Sebagaian besar pekerjaan orang tua murid adalah buruh dan sisanya pegawai negeri sipil
sehingga mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima di dekat sekolah mereka,
dan mereka mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut dengan uang saku
yang diberikan orang tua anak sekolah tersebut, karena kebiasaan anak sekolah yang
Dalam memilih makanan, anak memasuki masa indepedensi, yaitu kebebasan dalam
memilih makanan apa saja yang disukainya. Pemilihan makanan jajanan tidak lagi didasarkan
pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekedar bersosialisasi untuk kesenangan dan
Tabel 6 : Distribusi murid kelas 6 SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru berdasarkan pemilihan
makanan jajanan
Jumlah
No Pemilihan makanan jajanan
n %
1 Aman 12 30,0
2 Kurang Aman 23 57,5
3 Tidak aman 5 12,5
Jumlah 40 100
Hasil penelitian mengenai pemilihan makanan jajanan murid sekolah, dapat dilihat
pada tabel 10 yang menggambarkan pemilihan makan jajanan murid, ternyata 30,0% murid
yang mengkonsumsi jajanan yang aman, 57,5% murid mengkonsumsi jajanan yang kurang
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagian besar anak lebih suka mengkonsumsi
makanan yang kurang aman, karena makanan yang kurang aman bentuk dan warnanya
Makanan jajanan umumnya digemari oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh
anak sekolah. Jajanan memberikan konstribusi energi yang cukup tinggi bagi anak sekolah,
karena itu dapat dipahami peran penting makanan jajanan sekolah pada pertumbuhan dan
prestasi belajar anak di sekolah (Suryani, 2008). Makanan jajanan yang dikonsumsi anak
sekolah perlu mendapat perhatian dari aspek gizi dan keamanannya mengingat anak
sekolah masih dalam masa tumbuh kembang, maka keseimbangan gizi dalam tubuh harus
diperhatikan supaya tetap sehat (Soenardi, 1999 dalam Damayanti, 2005). Aspek keamanan
7 tahun 1996 tentang pangan, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
merupakan hak asasi konsumen, jadi keamanan pangan harus selalu menjadi pertimbangan
4.2.4 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada murid
kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru.
Hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan murid kelas 6 di
SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru Tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :
Hasil uji statistik fisher exact, setelah dilakukan penggabungan data makanan jajanan
yang tidak aman dan kurang aman, dan juga tingkat pengetahuan gizi kurang dan sedang
juga digabung dengan sig = 0,05, ternyata ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan
pemilihan makanan jajanan pada siswa tersebut yang ditandai dengan p:0,021 maka (p <
), Menurut hasil penelitian di atas 800% murid yang memiliki pengetahuan yang kurang
anak tidak mengetahui bagaimana jajanan yang sehat dan aman itu, sehingga anak memilih
makanan jajanan yang tidak baik bagi kesehatannya, karena makanan jajanan yang tidak
aman warnanya lebih cerah dan rasanya lebih manis, sehingga anak tertarik untuk
mengkonsumsinya.
pemilihan bahan makanan dan konsumsi bahan makanan, meskipun makanan tersebut
Adanya pengetahuan yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan sifat dan prilaku seseorang terhadap makanan selain itu pengetahuan
mempunyai peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sejahtera dan
berkualitas. Semakin banyak pengetahuan gizi atau makanan semakin di perhitungkan jenis
dan berkualitas makanan yang akan di pilih dan di konsumsinya (sediaotomo, 2000)
Pentingnya pengetahuan gizi, didasarkan pada 3 kenyataan : 1) status gizi yang cukup
adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2) setiap orang hanya akan cukup gizi
jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi. 3) ilmu gizi memberikan
fakta-fakta yang perlu sehingga seseorang dapat belajar menggunakan pangan yang baik
bagi kebutuhan gizi. Salah satu penyebab munculnya gangguan gizi adalah kerangnya
pengetahuan tentang gizi atau kurangnya kemampuan untuk menerapka informasi tentang
gizi dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003). Pengetahuan tentang kandungan zat
gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan dapat membentu
memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi
(Moehji,2002:6)
2.2.5. Hubungan antara tingkat pemberian uang saku dengan pemilihan makanan
jajanan pada murid kelas 6 di SDN Sungai Besar 8 banjarbaru
Hubungan antara jumlah uang saku dengan pemilihan makanan jajanan murid kelas 6 di
SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru Tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel dibawah ini :
Hasil uji statistik fisher exact, setelah dilakukan penggabungan data makanan jajanan yang
tidak aman menjadi kurang aman dengan sig = 0,05, ternyata ada hubungan antara
pengetahuan gizi dengan pemilihan makanan jajanan pada siswa tersebut yang ditandai dengan
p:0,736 maka (p < ), Menurut hasil penelitian di atas 64,0% anak yang uang sakunya kurang
dari Rp.7000 lebih banyak memilih makanan jajanan yang kurang aman.
Antara uang saku dengan pemilihan makanan jajanan tidak ada hubungan. Adapun hal ini
dikarenakan faktor perhatian orang tua, bagaimana cara orang tua untuk memberikan
pengetahuan kepada anak dalam memilih makanan jajanan meskipun uang saku yang diberikan
orang tua termasuk tinggi, dan juga membiasakan anak membawa bekal dari rumah, jenis-jenis
makanan jajanan yang dijual di sekolah juga mempengaruhi pemberian uang saku dengan
Literatur menyatakan bahwa banyak pula orang tua yang kurang acuh terhadap anaknya,
atau membiarkan anaknya menturuti kemaunya sendiri. Jika anak tidak mau makan di rumah,
diberinya saja bekal uang agar dapat jajan. Membiarkan anak tidak makan di rumah dan
memberinya uang untuk jajan sebenarya kebiasaan yang tidak baik (Tarwotjo, 1975)
Ada juga orang tua yang membiarkan anaknya makan jajanan kaki lima dan kue-kue
tradisional dengan keyakinan bahwa jajanan tersebut lebih aman buat anaknya (Soenardi. T ;
1999)
Suka jajan sebernarnya merupakan suatu sifat yang diperoleh. Mungkin orang tuanya suka
jajan, dan anak sering dibawa makan diluar. Banyak pula keluarga yang lebih suka membeli
makanan dari pada membuatnya sendiri. Hal hal ini menumbuhkan sifat suka jajan pada dari
anak. Anak-anak yang jajan di sekolah malakukan karena bermacam sebab. Ada yang karena
suka jajan. Ada yang karena tidak makan sebelum berangkat sekolah. (Tarwotjo, 1975 ; 16-17)
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Sungai Besar 8 Banjarbaru
tahun 2011 mengenai Hubungan Pengetahuan Gizi, Tingkat Pemberian Uang Saku dengan
responden memiliki tinkat pengetahuan kurang dan sebanyak 12,5 % responden memiliki tinkat
pengetahuan kurang.
2. Sebanyak 37,5 % responden mendapat uang saku sebesar > Rp.7000 dan sebanyak 62,5 %
3. Sebanyak 30,0 % responden memilih makanan jajanan yang aman, sebanyak 57,5 %
responden memilih makanan jajanan yang kurang aman, dan sebanyak 12,5 % rsponden memilih
4. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pemilihan
makanan jajanan.
5. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pemberian uang saku
5.2 Saran
1. Agar anak sekolah tidak terpapar lagi pada makanan jajanan kaki lima didekat sekolah
mereka maka orang tuanya perlu membiasakan anaknya untuk sarapan pagi dengan makanan
yang bergizi sebelum kesekolah karena hal ini penting untuk persiapan anak melakukan aktifitas
di sekolah. Anak yang sarapan biasanya akan lebih menahan keinginannya untuk jajan.
2. Anak perlu diberikan bekal makanan dari rumah karena lebih terjamin kebersihan dan
keamanannya.
3. Diharapkan pada keluarga anak sekolah dapat memperhatikan masalah gizi anaknya
dengan memberi pengarahan kepada anak bagaimana memilih makanan yang sehat/aman itu, dan
membiasakan anak membwa bekal dari rumah, sehingga anak malas untuk jajan di sekolah.
4. Pihak sekolah juga perlu memberi penyuluhan terhadap siswanya untuk memilih dan
mengkonsumsi makan makanan jajanan yang higienis dan aman dan juga peranan guru dan
kebijaksanaan sekolah sangat berarti sekali di sini. Misalnya bagaimana seorang guru mmotivasi
bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik dari pada jajan, kemudian memberi penerangan
bekal mana yang baik dan sehat untuk dibawa, Hal lain yang dapat dilakukan sekolah , misanya
membatasi dan menyeleksi jajanan yang disodorkan penjual di sekolah. Selain itu para gurupun
harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan kebiasaan makan, misalnya tidak turut pula
jajan di luar.