Isnaini Herawati, Wahyuni PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

MANFAAT LATIHAN PENGATURAN PERNAFASAN UNTUK MENURUNKAN


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER

Isnaini Herawati, Wahyuni


Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
isnaini.herawati@ums.ac.id, ws157@ums.ac.id.

Abstract

Hypertension is predicted as causing of worldwide diseases for 4.5%. Its prevalence is nearly as
large in developing countries and in developed countries. The raising of hypertension case is
predicted for about 80% in 2025 occurred in developing countries. Many kind of treatment for
hypertension, one of them is breathing control exercise. The aim of This study is to examine the
effect of breathing control exercise on blood pressure and heart rate among patients with
essential hypertension. 22 adult patients with range from 40 72 years old involved by this
treatment. They breath with a frequency 6 times/minute every day for 4 weeks. Blood pressure is
measured by digital spygmomanometer (Omron, SEM-1 Japan). There was lowering in systolic
blood pressure 0.91 mmHg, diastolic blood pressure 1.81 mm Hg, Heart Rate 4.08 x/min, and
pulse pressure increased 0.91 mmHg. Comparing the pre and post treatment mean value of heart
rate, revealed statistically significant. If the exercise is continued and become routine every day,
blood pressure can be decreased in stages, so that breathing control can be a non-
pharmacological treatment of patients with hypertension.

Keywords : Breathing control exercise, blood pressure, essential hypertension

1. PENDAHULUAN seperti jantung dan ginjal. Seseorang dikatakan


Hipertensi atau tekanan darah tinggi menderita hipertensi, apabila pernah
diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari didiagnosis menderita hipertensi/penyakit
beban penyakit di dunia, dan prevalensinya tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan
hampir sama besar di negara berkembang (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah
maupun di negara maju (WHO, 2003). Penyakit didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat
hipertensi telah menjadi masalah utama dalam diwawancara sedang minum obat medis untuk
kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia tekanan darah tinggi (minum obat sendiri).
maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
Kenaikan kasus hipertensi diperkirakan sekitar 2013 yang diselenggarakan Kementerian
80%, terutama di Negara berkembang terjadi di Kesehatan menunjukkan, prevalensi hipertensi
tahun 2025. Dari 639 juta kasus di tahun 2000, di Indonesia (berdasarkan pengukuran tekanan
diperkirakan menjadi 1.15 milyar kasus di darah) terjadi penurunan dari 31,7% tahun 2007
tahun 2025. Prediksi ini didasarkan angka menjadi 25.8% pada tahun 2013 dari total
penderita hipertensi dan pertambahan penduduk penduduk dewasa. Prevalensi ini masih lebih
saat ini. tinggi dibandingkan dengan Thailand (22,7
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana persen), dan Malaysia (20 persen). Prevalensi
tekanan darah dalam pembuluh darah hipertensi di Indonesia yang didapat melalui
meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat pengukuran pada umur 18 tahun sebesar 25,8
terjadi karena jantung bekerja lebih keras persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
oksigen dan nutrisi tubuh. Apabila kondisi ini Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
dibiarkan, maka dapat mengganggu fungsi (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia
organ-organ lain, terutama organ-organ vital yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis

79
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang pengobatan lain untuk menghindari efek
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang samping zat-zat kimia. Grossman et al. (2001),
minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 menyatakan bahwa latihan pernafasan yang
persen yang minum obat sendiri. Responden dilakukan dengan alunan music selama 10
yang mempunyai tekanan darah normal tetapi menit perhari dapat secara efektif dapat
sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.
persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia Sedangkan Chacko et al. (2005) melakukan
sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %). Pada penelitian pada penderita hipertensi, dan
analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 menyimpulkan bahwa slow breathing dapat
tahun menurut JNC VII 2003 didapatkan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki sensitivitas barorefleks pada penderita
6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) hipertensi. Banyak terapi alternative yang
lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). ditawarkan untuk mengatasi hipertensi, tetapi
Hipertensi dikenal sebagai the silent killer sebagian besar belum terbukti secara empiris
karena umumnya terjadi tanpa gejala. Sebagian dan belum tentu tanpa efek samping yang
orang tidak merasakan gejala apapun, meskipun merugikan kesehatan. Penelitian tentang
tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. manfaat pengaturan nafas sudah banyak diteliti
Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun di luar negeri, tetapi dalam penelitian ini
sampai akhirnya terjadi komplikasi dan responden yang diambil adalah orang Indonesia
penderita jatuh ke dalam kondisi darurat dan yang mengalami hipertensi dan pengaturan
terkena penyakit jantung, stroke, atau gangguan nafas yang digunakan adalah pernafasan
ginjal. Komplikasi ini dapat berujung pada diaphragma dengan frekuensi 2 kali sehari
kematian. Salah Satu kondisi yang erat selama 10 menit, Dengan berdasarkan beberapa
kaitannya dengan hipertensi adalah penyakit teori dan penelitian yang pernah dilakukan,
jantung koroner (PJK). Perlahan tapi pasti peneliti merumuskan masalah apakah ada
merangkak naik sebagai penyebab kematian manfaat latihan pengaturan napas terhadap
utama di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah penurunan tekanan darah pada penderita
Tangga (SKRT) yang diselenggarakan hipertensi primer
Departemen Kesehatan tahun 1972,
menyatakan bahwa hipertensi masih berada 2. KAJIAN LITERATUR
pada urutan ke-11. Pada SKRT tahun 1986
hipertensi menduduki urutan ke-3. Sejak SKRT a. Hipertensi
tahun 1992, posisinya telah mencapai urutan Hipertensi merupakan salah satu faktor
ke-1. Hanya dalam tempo 20 tahun, dari urutan risiko utama gangguan jantung. Selain
ke-11 melesat ke urutan pertama dan bertahan mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat
sampai sekarang. berakibat terjadinya gagal ginjal maupun
Salah satu terapi hipertensi adalah dengan penyakit serebrovaskular. Penyakit ini
obat-obatan. Salah satu studi menyatakan bertanggung jawab terhadap tingginya biaya
pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka
maka lima kali lebih besar kemungkinannya kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit
terkena stroke. Obat-obat yang digunakan untuk dan / atau penggunaan obat jangka panjang.
menurunkan tekanan darah yang dikonsumsi Hipertensi merupakan faktor resiko atau
dalam jangka waktu yang lama dapat penyakit-penyakit kardiovaskular yang
menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh merupakan penyebab kematian tertinggi di
manusia. Indonesia. Data penelitian Departemen
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan Kesehatan RI menunjukkan hipertensi dan
dan teknologi, semakin banyak orang yang penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan
menyadari dampak negative obat-obat yang bahkan cenderung meningkat seiring dengan
dikonsumsi dalam jangka panjang, sehingga gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih
semakin banyak pula yang mencari alternative dan sehat, misalnya biaya pengobatan

80
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

hipertensi, disertai kurangnya sarana dan Derajad II


prasarana penanggulangan hipertensi (Adre, Hipertensi 180 atau 110
2009). Di Amerika hipertensi menimpa sekitar Derajad III
65 juta dan sejumlah besar individu lainnya di Sumber : Linda Brokes, 2007
dunia. Karena penyakit ini biasanya menyerang
tanpa tanda-tanda, makanya sering disebut Menurut Linda Brookes (2007), The
sebagai silent killer. update WHO/ISH hypertension guideline, yang
Tekanan darah adalah desakan darah merupakan divisi dari National Institute of
terhadap dinding arteri ketika darah tersebut Health di AS secara berkala mengeluarkan
dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan laporan yang disebut Joint National Committee
darah merupakan gaya yang diberikan darah on Prevention, Detectioan, Evaluation, and
pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini Treatment of High Blood Pressure. Laporan
bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan terakhir diterbitkan pada bulan Mei 2003,
denyut jantung. Tekanan darah pada arteri besar memberikan resensi pembaharuan kepada
bervariasi menurut denyutan jantung. Tekanan WHO/ISH tentang kriteria hipertensi yang
ini paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi dibagi dalam empat kategori yaitu optimal,
(tekanan darah sistolik) dan paling rendah normal dan normal tinggi / prahipertensi,
ketika ventrikel berelaksasi (tekanan darah kemudian hipertensi derajat I, hipertensi derajat
diastolik) (Kaplan, 1998 dan Price, 1995). II dan hipertensi derajad III.
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan Berdasarkan penyebab, hipertensi dibagi
atas yang tidak dapat terkontrol (seperti menjadi dua golongan yaitu hipertensi esensial
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang atau hipertensi primer yang tidak diketahui
dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang penyebabnya dijumpai lebih kurang 90 % dan
olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan hipertensi sekunder yang penyebabnya
garam). Penderita hipertensi yang sangat diketahui yaitu 10 % dari seluruh
heterogen membuktikan bahwa penyakit ini hipertensi.Menurut Sunarta Ann dan peneliti
bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak lain, berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat
yang datang dari berbagai subkelompok dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu
berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor Hipertensi Primer adalah hipertensi yang belum
resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai
neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun faktor yang diduga turut berperan sebagai
yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan penyebab hipertensi primer seperti
stressor (Tierney, 2002). Bagi para penderita bertambahnya umur, stress psikologis, dan
tekanan darah tinggi, penting mengenal hereditas (keturunan). Sekitar 90 % pasien
hipertensi dengan membuat perubahan gaya hipertensi diperkirakan termasuk dalam
hidup positif. Hipertensi dapat dicegah dengan kategori ini. Pengobatan hipertensi primer
pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas sering dilakukan adalah membatasi konsumsi
fisik yang cukup. kalori bagi mereka yang kegemukan (obes),
Tabel 1 membatasi konsumsi garam, dan olahraga. Obat
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah antihipertensi mungkin pula digunakan tetapi
Kategori Sistole Diastole kadang-kadang menimbulkan efek samping
Optimal < 120 dan < 80 seperti meningkatnya kadar kolesterol,
Normal < 130 dan < 85 menurunnya kadar natrium (Na) dan kalium (K)
Normal 130 - 139 atau 85 - 89 didalam tubuh dan dehidrasi. Hipertensi
Tinggi/Pra Sekunder penyebab boleh dikatakan telah pasti
Hipertensi yaitu hipertensi yang diakibatkan oleh
Hipertensi 140 - 159 atau 90 - 99 kerusakan suatu organ. Yang termasuk
Derajad I hipertensi sekunder seperti : hipertensi jantung,
Hipertensi 160 - 179 atau 100 - 109 hipertensi penyakit ginjal, hipertensi penyakit

81
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

jantung dan ginjal, hipertensi diabetes melitus, simpatik, abnormalitas transport membrane
dan hipertensi sekunder lain yang tidak spesifik. Na/K, asupan garam berlebihan, abnormalitas
system rennin angiotensin aldosteron,
1. Patobiologi Hipertensi abnormalitas senyawa vasodilatasi (NO)
Tekanan darah diperlukan untuk (Sherwood, 2014).
memindahkan darah melalui sistem sirkulasi, Tekanan yang dibutuhkan untuk
yang melibatkan aksi jantung sebagai pompa mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi
dan irama arteri.Sistem sirkulasi berfungsi dilakukan oleh aksi memompa dari jantung
sebagai jalan untuk membawa darah dari dank e (cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri
se, yang berfungsi sebagai pengantai oksigen (peripheral esistance/PR). Fungsi kerja masing-
dan nutrisi, distribusi cairan dan elektrolit, masing penentu tekanan darah ini dipengaruhi
signaling hormone, serta eliminasi produk oleh interaksi dari berbagai faktor yang
metabolism yang tidak diperlukan tubuh. kompleks. Hipertensi sesungguhnya merupakan
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang
terjadi abnormalitas dari kedua factor utama ditandai dengan peningkatan curah jantung dan
tersebut. Beberapa mekanisme fisiologis terlibat / atau ketahanan peripheral (Kaplan, 1998).
dalam mempertahankan tekanan darah yang Brook and Julius (2000), menyatakan
normal, dan gangguan pada mekanisme ini bahwa penyebab terbesar terjadinya hipertensi
dapat menyebabkan terjadinya hipertensi adalah adanya ketidakseimbangan system
esensial. Faktor yang telah banyak diteliti ialah autonom. Ketidakseimbangan ini ditandai
: asupan garam, obesitas, resistensi terhadap dengan peningkatan aktivitas saraf simpatis
insulin, sistem renin-angiotensin dan sistem (dengan kemungkinan penurunan aktivitas saraf
saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). parasimpatis). Salah satu mekanisme yang
Dalam tubuh kita terdapat dua system yang berhubungan dengan ketidakseimbangan
terlibat dalam mempertahankan tekanan darah system autonom adalah penurunan sensitivitas
normal, yaitu system saraf simpatis dan system barorefleks.
hormonal. Sistem saraf simpatis melepaskan
zat-zat kimia seperti adrenalin dan noradrenalin 2. Pengaruh Latihan Pernafasan Terhadap
yang mengatur pembuluh darah untuk Pengaturan system Kardiovaskuler
vasodilatasi dan vasokonstriksi jika diperlukan Latihan nafas berupa slow breathing
tubuh. Pada system hormonal, rennin yang selama 6 kali/menit menyebabkan perubahan
dihasilkan oleh ginjal akan mengaktifkan enzim interval RR, dan peningkatan interval RR ini
Ang II. Ang II dapat menyebabkan konstriksi mengakibatkan peningkatan efisiensi
vascular dan menstimulasi aldosteron dari barorefleks (Bernardi et al. (2002) dan Lehrer et
korteks adrenal. Aldosteron menyebabkan al. (1999)).Peningkatan efisiensi barorefleks ini
retensi air dan natrium oleh ginjal dan selanjutnya akan dapat menyebabkan
selanjutnya akan meningkatkan tekanan darah. penurunan tekanan darah. Montano et al. (1998)
Secara umum, seorang dikatakan menderita menambahkan bahwa slow breathing dapat
hipertensi apabila tekanan darah menurunkan aktivitas saraf simpatis dengan
sistolik/diastolic lebih dari 140/90 mmHg. cara meningkatkan irama inhibitory central.
Hipertensi dapat digolongkan ke dalam dua Sebagai konsekuaensinya tekanan darah
kategori besar, yaitu hipertensi primer menurun, sedangkan sensitivitas barorefleks
(esensial) dan sekunder. Dikatakan hipertensi meningkat.
primer bila penyebabnya belum pasti, Frekuensi nafas yang lambat dapat
sedangkan hipertensi sekunder bila meningkatkan Vt. Peningkatan Vt mengaktivasi
penyebabnya sudah pasti. Walaupun hipertensi reflex Hering-Breuer yang pada gilirannya
esensial penyebabnya belum pasti tetapi dapat menurunkan sensitivitas kemorefleks dan
berbagai factor terlibat dalam terjadinya meningkatkan barorefleks. Pengaruh lainnya
hipertensi esensial, yaitu : kerentanan factor adalah menurunkan tekanan darah dan aktivitas
genetic, aktivitas berlebihan dari system saraf saraf simpatis (Francis and Ponikowski, 2000).

82
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Frekuensi napas yang diperlambat memicu obat apapun sampai dengan 3 hari sebelum
terjadinya penurunan secara umum perjalanan penelitian; 4) bersedia menjalani semua
impuls pengaturan system respirasi dan prosedur penelitian.
kardiovaskuler.Sistem respirasi dan Variabel dalam penelitian ini adalah
kardiovaskuler mempunyai mekanisme latihan pengaturan pernafasan dan tekanan
pengaturan yang sama. Perubahan pada satu darah. Latihan pengaturan pernafasan
system akan dapat mempengaruhi fungsi diberikan kepada penderita hipertensi dengan
system yang lain. Sebagai contoh, pada cara melakukan pernafasan diafragma dengan
hipertensi esensial, hiperaktivitas saraf simpatis frekuensi 6 kali/menit setiap sore hari selama
berhubungan dengan peningkatan perjalanan 10 menit dan dilakukan setiap hari selama 4
impuls yang tidak hanya mengakubatkan minggu. Tekanan darah adalah hasil
vasokonstriksi simpatis, tetapi juga aktivasi pengukuran tekanan darah menggunakan alat
kemorefleks. Wang et al. (2010), meneliti tensimeter digital (Omron, SEM-1 Model,
tentang pengaruh slow abdominal breathing Omron Healthcare Co, Jepang). Pengukuran
yang dikombinasikan dengan biofeedback pada dilakukan pada awal penelitian sebagai data
responden yang mengalai prehipertensi. Dari awal, dan setiap minggu yang diukur pada pagi
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa hari.
terdapat penurunan tekanan darah systole secara
signifikan. Pengaturan napas secara perlahan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dianggap menjadi komponen penting dalam
latihan relaksasi. Hal ini memperkuat hipotesis Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
bahwa latihan nafas yang dilakukan secara Desa Sanggrahan Kecamatan Kartasura. Dari
teratur dapat menjadi salah satu cara penelitian diperoleh 28 orang responden yang
pengobatan hipertensi, karena dapat memenuhi syarat untuk penelitian. Dari 28
menurunkan tekanan darah secara responden, tersisa 22 orang yang dapat
berkelanjutan. menyelesaikan penelitian, 6 orang lainnya harus
drop out karena tidak aktif mengikuti program
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada latihan yang telah ditetapkan. Karakteristik
manfaat pemberian latihan pengaturan subjek penelitian disajikan dalam table 1, 2 dan
pernafasan terhadap penurunan tekanan darah 3
pada penderita hipertensi primer.
Tabel 2
3. METODE PENELITIAN Karakteristik subjek penelitian berdasar umur

Penelitian ini termasuk penelitian No Umur f %


eksperimental dengan mempergunakan 1. 40 50 5 22.73
rancangan penelitian pre-post test design. 2. 51 60 8 36.36
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita 3. 61 70 7 31.82
hipertensi di Desa Sanggrahan Kartasura. Data 4. 70 2 9.09
populasi diperoleh dari Posyandu Lansia Seger Jumlah 22 100
Waras dan Aisyiyah Sanggrahan Pucangan
Kartasura. Pengambilan sampel dilakukan Usia rata-rata responden adalah 59 tahun, usia
dengan memperhatikan karakteristik subjek minimal 42 tahun dan usia maksimal 73 tahun.
yang termasuk dalam criteria inklusi, yaitu : 1) Responden yang berusia 70 tahun hanya 2
laki-laki dan perempuan berusia 25 sampai orang.
dengan 75 tahun; 2) memiliki tekanan sistolik
130 mmHg; 3) tidak sedang mengkonsumsi

83
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Tabel 3
Karakteristik subjek penelitian berdasar klasifikasi hipertensi

No f %
1. Pre hipertensi 2 9.09
2. Grade I 6 27.27
3. Grade II 14 63.64
Jumlah 22 100
grade I apabila tekanan darah sistolenya 140-
Sebagian besar responden termasuk dalam 159 mmHg/90-99 mmHg. Sedangkan disebut
hipertensi grade II, dimana tekanan darah pre hypertension apabila tekanan darahnya 130-
systole 160 mmHg/ 100 mmHg (63.64%). 139 mmHg/80-90 mmHg.
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi
Tabel 4
Tekanan darah systol, diastol, Tekanan Nadi, dan Denyut Nadi

No n Mean p value
Pre Post
1. Sistole 22 168,82 24,29 167,91 24,40 0,72
2. Diastol 22 89,86 15,78 88,05 16,22 0,53
3. Tekanan Nadi 22 78,95 16,27 79,86 17,64 0,88
4. Denyut Nadi 22 77,68 9,19 73,59 10,17 0,03
merupakan salah satu upaya untuk
Dari tabel 4 terlihat bahwa tekanan darah memodifikasi pola hidup dengan aman, tanpa
systole, diastole, dan denyut nadi mengalami efek samping. Dari penelitian ini, penurunan
penurunan setelah 4 minggu melaksanakan tekanan darah yang didapatkan hanya kecil. Hal
pengaturan nafas, sedangkan pulse pressure ini disebabkan karena waktu yang dialokasikan
mengalami kenaikan. Uji statistic menunjukkan untuk penelitian terlalu singkat, yaitu hanya 4
bahwa hanya denyut nadi yang memperlihatkan minggu. Penelitian McElroy, et.al. (2012),
perubahan yang bermakna, dengan p value pengaturan nafas dengan frekuensi 10 x/menit
sebesar 0.03. yang dilakukan 15 menit setiap hari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurunkan tekanan darah systole sebesar 11
setelah melaksanakan latihan pengaturan nafas mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 8
selama 4 minggu, diperoleh penurunan tekanan mmHg setelah 6 minggu latihan. Tang, et.al.
darah systole sebesar 0.91 mmHg, penurunan (2009), Chobanian et al. (2003), dan Whelton
tekanan darah diastole sebesar 1.81 mmHg, et.al (2002) menyatakan bahwa penurunan
peningkatan pulse pressure sebesar 0.91 mmHg, tekanan darah sebesar 5 mmHg dapat
dan penurunan denyut nadi sebesar 4.09 menurunkan risiko terjadinya penyakit jantung
x/menit. Meskipun terdapat perubahan tekanan dan stroke sebesar 7%, 9%, dan 14%.
darah dan denyut nadi, namun secara statistic Penurunan tekanan darah setelah melakukan
perubahan itu tidak bermakna. Hanya pengaturan nafas berhubungan dengan
perubahan denyut nadi yang menunjukkan peningkatan sensitivitas barorefleks atau
perubahan yang bermakna. penurunan aktivitas saraf simpatis perifer.
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang Pengaturan nafas dengan cara mengurangi
meningkatkan risiko terjadinya penyakit frekuensi pernafasan dapat meningkatkan
jantung koroner dan infark myocard. Bagi aktivitas vagal yang berakibat menurunnya
penderita hipertensi, pendekatan yang harus denyut jantung dan tekanan darah. Slow
dilakukan adalah modifikasi gaya hidup, breathing memberikan pengaruh terhadap
misalnya olah raga, berhenti merokok, dan perbaikan reaktivitas simpatis dan parasimpatis.
pengaturan pola makan. Pengaturan nafas Hal ini membuat orang menjadi relaks,

84
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

meningkatkan pembuangan gas yang tidak keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang
berguna, meningkatkan stamina dan daya tahan. dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang
Beberapa penelitian yang mengkaji manfaat olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan
pengaturan nafas, menyatakan bahwa slow garam). Penderita hipertensi yang sangat
breathing exercise yang dilaksanakan setiap heterogen membuktikan bahwa penyakit ini
hari dapat menurunkan tekanan darah dan bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak
meningkatkan sensitivitas barorefleks, sehingga yang datang dari berbagai subkelompok
metode ini dapat digunakan sebagai alternative berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga
terapi hipertensi non farmakologis. berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor
Selain tekanan darah dan denyut nadi, resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti
parameter yang lain adalah pulse pressure (PP). neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun
PP merupakan selisih antara tekanan darah yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan
systole dan systole. PP yang tinggi merupakan stressor (Mansjoer dkk, 2001).
predictor kuat untuk gangguan jantung pada 5. KESIMPULAN
lanjut usia. Secara umum PP lebih besar dari 40
mmHg adalah abnormal, sedangkan yang Dari penelitian ini dapat disimpulkan
kurang dari 40 mmHg menunjukkan lemahnya bahwa setelah diberikan perlakuan pengaturan
fungsi jantung. Pada laki-laki, PP lebih dari 70 nafas 6x/menit selama 10 menit setiap hari
mmHg mempunyai risiko mengalami serangan selama 4 minggu diperoleh hasil : 1) Terdapat
jantung 3 kali lipat. Vaccarino et al. (2000) penurunan tekanan darah systole sebesar 0.91
menyebutkan bahwa peningkatan PP 10 mmHg mmHg, 2) Terdapat penurunan tekanan darah
dihubungkan dengan peningkatan risiko diastole sebesar 1.81 mmHg, 3) Terdapat
terjadinya gagal jantung kongestif sebesar 12%. peningkatan pulse pressure sebesar 0.91 mmHg,
Peningkatan PP juga dikaitkan dengan 4) Terdapat penurunan denyut nadi sebesar 4.09
peningkatan risiko kematian sebesar 6%. Dari x/menit, 5) Uji statistic menunjukkan
hasil penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata PP perubahan yang terjadi pada tekanan darah
responden adalah 78.95 mmHg. Pada orang systole, diastole, dan pulse pressure tidak
lanjut usia ini menunjukkan adanya proses bermakna, sedangkan perubahan pada denyut
atherosclerosis, yang disertai kekakuan dinding jantung bermakna.
pembuluh darah.
Pengaturan nafas tidak akan memberikan 6. SARAN
hasil yang baik apabila tidak disertai perubahan Hipertensi dapat berakibat kerusakan
pola hidup yang lain, tertama pola makan. organ-organ tubuh yang lain, sehingga
Sebagian besar responden tidak melakukan diit pengobatan secara dini sangat diperlukan untuk
hipertensi secara ketat, sehingga penurunan mencegah kerusakan lebih lanjut. Obat dapat
tekanan darah belum dapat dilihat secara menurunkan hipertensi secara cepat, tetapi
bermakna. Sigarlaki (2006), menyatakan bahwa sifatnya sementara. Selain itu penggunaan obat
faktor yang berhubungan dengan hipertensi dalam jangka waktu lama dapat merusak organ-
yaitu: umur (28,43 %), jenis kelamin (30,39%), organ tubuh yang lain. Terapi non farmakologis
tingkat penghasilan (51,95%), tingkat yang aman dan murah, dapat dilakukan kapan
pendidikan (35,29%), pekerjaan (44,11%), dan dan dimana saja adalah pengaturan pernafasan.
jumlah anak (42,15%), serta faktor makanan Selain itu, penderita hipertensi juga harus
(29,41%). Sehingga perlunya membekali merubah gaya hidupnya dengan cara berolah
masyarakat dengan pengetahuan mengenai raga rutin, berhenti merokok, makanan
hipertensi, agar hipertensi dapat diatasi sejak seimbang, diit rendah lemak dan rendah garam.
dini dan agar masyarakat dapat menjalankan
pola hidup sehat dan mengurangi asupan garam 7. DAFTAR PUSTAKA
dalam makanan sehari-hari. Adre Mayza. 2009. Hipertensi Faktor Risiko
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan Utama Penyakit Kardiovaskular. Pers
atas yang tidak dapat terkontrol (seperti Conference The 3rd Scientific Meeting on

85
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Hypertension. Jakarta : Perhimpunan Lehrer P, Sasaki Y, Saito Y, 1999. Zazen and


Hipertensi Indonesia cardiac variability. Psychosom Med
(61):812-821
Bernardi L, Porta C, Spicuzza L, Bellwon J,
Spadacini G, Frey AW, Yeung LY, Linda Brookes. 2007. New Consensus
Sanderson JE, Pedretti R, Tramarin R. Hypertension Guidelines From the
2002. Slow breathing increases arterial European Society of
baroreflex sensitivity in patients eith Hypertension/European Society of
chronic heart failure. Circulation. 105:143- Cardiology. Medscape Cardiologi.
145.
Lumbantobing., S.M. 2008. Tekanan Darah
Brook RD and Julius S. 2000. Autonomic Tinggi. Balai Penerbit FK UI, Jakarta
imbalance, Hypertension, and
Cardiovascular Risk. Am J Hypertens. 13(6 Mansjoer A, Suprohalita, Wardhani WL,
Pt 2) : 112s 122s. Setiowulan W. 2001. Kapita Selekta
Chacko N. Joseph, Cesare Porta, Gaia Casucci, Kedokteran, Jakarta, Media Aesculapius
Nadia Casiraghi, Mara Maffeis, Marco FKUI.
Rossi, Luciano bernardi. 2005. Slow
Breathing Improves Arterial Baroreflex McElroy J, Misra S, Vasile M and Hosokawa
Sensitivity and Decrease Blood Pressure in M. 2012. Take a Deep Breath: a Pilot
Essensial Hypertension. Hypertension Study Demonstrating a Significant
(46): 714- 718. Reduction in Blood Pressure with 15
Minutes Daily Pranayama Breathing.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR et al Annals of Behavioral Science and Medical
.2003. The Seventh Report of the Joint Education Vol. 18 : 15-18.
National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation: an Treatment of Montano N, Cogliati C, Porta A, Pagani M,
High Blood Pressure. The JNC 7 Report Malliani A, Narkiewicz K, Abboud FM,
JAMA 289 : 2560-2572. Birkett C, Somers VK. 1998. Central
vagotonic effects of atropinemodulate
Francis DP, Ponikowski P, Coats AJS. 2000. spectral oscillations of symphatetic nerve
Chemoreflex-baroreflex interactions in activity. Circulation. 98:1394-1399.
cardiovascular disease. In : Bradley DT,
Floras JS. Eds Sleep Anea, implications in Price, Sylvia Anderson, dan Wilson, Lorraine
cardiovascular and cerebrovascular McCarty. 1995. Edisi 4,Hipertensi dalam
disease. New York, NY:Dekker:33-56. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Grossman E, Grossman A, MH Schein, R Kedokteran EGC ; 533-535.
Zimlichman and B Gavish. 2001.
Breathing-Control lowers Blood Pressure. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Badan
Jurnal of Human Hypertension 15 : 263- Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
269. Kementrerian Kesehatan RI . Jakarta.

Kaplan M. Norman. 1998. Hypertension in The Sherwood Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia
Population at large In Clinical dari Sel ke Sistem Edisi.8. EGC. Jakarta.
Hypertension: Seventh Edition. Baltimore,
Maryland USA: Williams & Wilkins ; 1- Sigarlaki Herke J.O. 2006. Karakteristik dan
17. Faktor berhubungan dengan hipertensi di
Desa Bocor Kecamatan Bulus Pesantren,

86
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.


Makara Kesehatan Vol.10(2):78-88

Tang, H. Harms, V. Speck, S. Vezeau, T.


Jesurum, J. (2009). Effects of audio
relaxation programs for blood pressure
reduction in older adults. European
Journal of Cardiovascular Nursing (8) :
329-336.

Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA. 2002.


Systemic Hypertension. In : Current
Medical Diagnosis & Treatment. 41st
Edition. McGraw-Hill Companies : 459-
469.

Vaccarino Viola, Theodore R, Holford, Harlan


M, and Krumholz. 2000. Pulse Pressure
and Risk for Myocardial Infarction and
Heart Failure in The Elderly. Journal of
The American College of Cardiology Vol
36(1):130-8.

Wang SZ, Li S, Xu XY, Lin GP, Shao L, Zhao


Y, Wang TH. 2010. Effect of Slow
Abdominal Breathing combined with
Bipofeedback on Blood pressure and Heart
Rate Variability in Prehypertension. J
Altern Complement Med. 16(10) : 1039
45.

Whelton PK, He J, Appel LJ, Cutler JA, Havas


S, Kotchen TA, Roccella EJ, Stout R,
Valbona C, Winston MC, Karimbakas J.
2002. National High Blood Pressure
Education Program Coordinating
Committee. Jama:288(15):1882-8

World Health Organization (WHO).2003.


International Society of Hypertension
Statement on Management of
Hypertension. J Hypertens;21:1983-1992.

87

You might also like