Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

GIZI BURUK

A. Pengertian
Gizi buruk merupakan Sebuah keadaan dimana terjadi defisiensi energi,
protein dan / atau nutrisi lain yang akan berdampak pada keadaan tubuh dan
fungsi tubuh. Seseorang dikatakan kekurangan gizi apabila telah memenuhi
kriteria sebagai berikut memiliki berat badan kurang dari 18,5 kg / m2, atau
penurunan berat badan yang tidak disengaja lebih dari 10% dalam 3-6 bulan
sebelumnya.
Data dari UNICEF menunjukkan bahwa pada tahun 2013 di Indonesia
kejadian gizi buruk mencapai 10-12 juta (50-69,7%) anak balita. Setiap tahun
diperkirakan sebanyak 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal
dan hal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita, dimana
sebanyak 170.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buruk. Seluruh anak usia 4-
24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempatnya sekarang
berada dalam kondisi kurang gizi.

Hasil survey dari Kesehatan Rumah Tangga menyatakan data pada tahun
2010 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Status gizi ditinjau dari tinggi badan, sebanyak
25,8% anak balita Indonesia pendek. Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan
tanda kurang gizi yang berkepanjangan.
Jika gizi balita tidak terpenuhi dengan baik akan mengakibatkan buruknya
pertumbuhan dan perkembangan bayi, tergangggunya perkembangan mental,
bahkan dapat berujung pada kematian.

B. Faktor-faktor penyebab terjadinya gizi buruk


1. Kemiskinan
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada
kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan
ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi
pangan Status gizi yang buruk mencerminkan ketidakseimbangan dalam
asupan makanan dan/atau penyakit menular. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dan sosial ekonomi, seperti status ekonomi rumah tangga,
pendidikan ibu, kebersihan rumah tangga, dan akses dalam pelayanan
kesehatan
2. Tingkat pengetahuan keluarga yang rendah
Pengetahuan merupakan salah satu hal penting dalam membentuk
perilaku seseorang. Pengetahuan ibu mengenai gizi sangat berpengaruh
terhadap pencegahan gizi buruk pada balita. Untuk mencegah gizi buruk ibu
harus memperhatikan bahan makanan dan cara pengolahan makanan bergizi.
Tidak hanya pada ibu, pengetahuan juga harus diterapkan kepada keluarga
karena menurut departemen kesehatan RI taun 2007 sebagian keluarga belum
mengetahui bahan-bahan makanan yang berkualitas dan tidak memiliki
keterampilan dalam penyiapannya, selain itu juga sebagian keluarga
menganggap bahwa sebagian program kesehatan seperti halnya penimbangan
balita di posyandu hanya sebagai kegiatan rutin yang tidak terlalu penting
untuk diikuti. Hal inilah yang menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat
pengetahuan keluarga tentang gizi.
Kurangnya pengetahuan disebabkan karena kurangnya informasi dari
madia masa dan petugas kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang
tua maka semakin tinggi pula pengetahuan dan pengalamanya dalam merawat
anaknya khususnya dalam pola pemberian makannya. Bila ibu rumah tangga
memiliki pengetahuan gizi yang baik maka ibu akan mampu untuk memilih
makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi.

3. Jumlah anak dalam keluarga


Memiliki anak terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang tua pada
anak terbagi. Kondisi ini akan memburuk jika status ekonomi keluarga
tergolong rendah. Sumber daya yang terbatas, termasuk bahan makanan harus
dibagi rata kepada semua anak, perbedaan makanan, dan waktu perawatan
anak berkurang. Didapatkan bahwa jumlah anak yang banyak akan
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi makanan, yaitu jumlah dan distribusi
makanan dalam rumah tangga. Dengan jumlah anak yang banyak diikuti
dengan distribusi makanan yang tidak merata akan menyebabkan anak balita
dalam keluarga tersebut menderita kurang gizi. Jumlah anak yang banyak pada
keluarga meskipun dengan keadaan ekonomi yang cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua yang di terima anaknya,
terutama jika jarak kelahitan anak yang terlalu dekat, dan dalam hal memenuhi
kebutuhan makanan, ibu akan bingung dalam memberikan makanan jika
anaknya banyak karena fokus perhatiannya akan terbagi-bagi karena pasti
anak balita mempunyai masalah dalam makan mungkin anak yang satunya
nafsu makannya baik, tetapi yang lainnya tidak, maka ibu akan bingung
mencari cara untuk memberi makan anak. Hal ini dapat berakibat turunnya
nafsu makan anak sehingga pemenuhan kebutuhan primer anak seperti
konsumsi makanannya akan terganggu dan hal tersebut akan berdampak
terhadap status gizi anaknya.

4. Nutrisi pada ibu hamil


Berbagai masalah yang timbul akibat malnutrisi atau gizi buruk antara lain
tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
yang disebabkan jika ibu hamil menderita KEP (Kurang Energi Protein) akan
berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasan anak, juga
meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi. Bayi yang kurang
zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak, yang
dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak hingga 10%.

5. Lingkungan dan budaya


Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh
terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Aspek
sosio-budaya pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat yang
berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan dan
pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan juga menentukan kapan
seseorang boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan (tabu), walaupun
tidak semua tabu rasional bahkan banyak jenis tabu yang tidak masuk akal.
Oleh karena itu, kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi
pangan yang menyangkut pemilihan jenis pangan, pengolahan serta persiapan
dan penyajiannya. Tiga kelompok masyarakat yang biasanya mempunyai
pantangan makan yaitu anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui.
Pangan yang menjadi pantangan (tabu) bagi anak kecil adalah ikan,
terutama ikan asin karena dapat menyebabkan cacingan, sakit mata atau sakit
kulit. Kacang-kacangan juga tidak diberikan pada anak-anak karena khawatir
perut anak akan kembung. Bayi diberikan minum hanya dengan air putih,
memberikan makanan padat terlalu dini, berpantang pada makanan tertentu
(misalnya tidak memberikan pada anak makanan dari daging, telur dan santan)
dapat menghilangkan kesempatan anak untuk mendapat asupan lemak, protein
maupun kalori yang cukup.

6. Penyakit penyerta
Balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan
terhadap penyakit penyakit seperti tuberculosis (TBC), diare persisten
(berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau lebih dan dimulai dari suatu
diare cair akut atau berdarah/disentri) dan HIV/AIDS. Penyakit tersebut dapat
memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan dan
meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Terdapat hubungan
timbal balik antara kejadian penyakit dan gizi kurang maupun gizi buruk.
Anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami penurunan
daya tahan, sehingga rentan terhadap penyakit. Di sisi lain anak yang
menderita sakit akan cenderung menderita gizi buruk

C. Klasifikasi Gizi Buruk


1. Marasmus
Marasmus adalah keadaan gizi buruk karena kekurangan karbohidrat
atau kalori
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk karena kehilangan protein
yang lebih besar diabanding dengan kehilangan kalori.
3. Marasmus-Kwashiorkor:
Marasmus-kwashiorkor adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda
gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.

D. Tanda dan gejala gizi buruk


1. Marasmus
Pertumbuhan yang terhambat
Berat badan dibawah 60% dari standar
Tampak kurus karena sedikitnya lapisan lemak di bawah kulit
Wajah seperti orang tua (monkey face)
Bengkak
Otot paha dan lengan atas menyusut dan lembek
pantat kendur dan keriput (baggy pant) serta iga gambang
cengeng dan rewel meskipun setelah makan
perut cekung
Rambut hitam

2. Kwashiorkor
Penuruna berat badan
Otot daging menyusut dan lembek namun masih terdapat lapisan
lemak di bawah kulit (tidak seperti marasmus)
Bengkak pada kaki, lengan bawah dan perut
Wajah bulan (moon face)
Rambut rontok dan bewarna coklat kemerah-merahan atau abu-abu
(rambur jagung)
Cengeng dan rewel
Pandangan mata anak tampak sayu
Pembesaran hati
Perut buncit

3. Marasmus-kwashiorkor
Tanda dan gejala dapat berupa gabungan dari keduanya.

E. Komplikasi Gizi Buruk


1. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar glukosa plasma yang kurang dari 44
mg/dL pada bayi atau anak anak, dengan atau tanpa gejala. Untuk
neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar glukosa
plasma 35 mg/dL. Sedangkan untuk neonatus premature dan KMK (Kecil
Masa Kehamilan) yang berusia kurang dari 1 minggu disebut mengalami
hipoglikemia bila kadar glukosa plasma kurang dari 25 mg/dL. Pada balita
atau anak yang lebih besar, hipoglikemia dapat terjadi akibat starvasi
terutama bila cadangan glikogen rendah, prediabetes,obat-obatan misalnya
insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1, penyakit sistemik berat dan
pada gangguan endokrin atau metabolism.
2. Hipothermia
Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam
tubuh,sehingga mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak
mampu memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh yang hilang
dengan cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air,
angin, dan pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik.
3. Infeksi
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi adalah infeksi,
distribusi zat gizi pada anggota keluarga, ketersediaan pangan serta
penghasilan rumah tangga. Anak-anak dengan gizi buruk daya tahannya
menurun sehingga mudah terserang infeksi. Penyakit infeksi yang sering
diderita oleh anak dengan gizi buruk adalah diare dan ISPA. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa anak gizi buruk dengan gejala klinis
umumnya disertai dengan penyakit infeksi seperti diare, ISPA,
tuberkulosis (TB) serta penyakit infeksi.
4. Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada
tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan air (misalnya minum). Salah satu penyakit penyebab dehidrasi
yaitu diare.
Diare merupakan defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau
tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja. Pada bayi berumur kurang dari
satu bulan, dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari
empat kali sehari, sedangkan untuk bayi diatas satu bulan (balita), bila
frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali. Hingga saat ini penyakit
diare pada balita di Indonesai merupakan masalah kesehatan yang perlu
penanganan yang serius, karena bisa menyebabkan dehidrasi.

F. Pencegahan gizi buruk


KADARZI (keluarga sadar gizi)

Kadarzi merupakan suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah


dan mengatasi masalah gizi setiap anggota nya. Suatu keluarga disebut
Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik dengan ciri-ciri :

1. Menimbang berat badan secara teratur


Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan
mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak
sesuai dengan standar. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal
itu ke dokter.
2. Memberikan ASI ekslusif
Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak
berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan
makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun
3. Makan beraneka ragam
Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
4. Konsumsi protein
Konsumsi protein sangat penting untuk perbaikan gizi buruk
pada anak misalnya telur. Telur mengandung zat gizi yang dibutuhkan
untuk makhluk hidup seperti protein, lemak, vitamin dan mineral dalam
jumlah cukup. Manfaat dari telur antara lain : kaya vitamin A, D, E, B;
sangat baik untuk kesehatan mata, memiliki protein tinggi memperbaiki
organ tubuh antara lain otot, kulit, dan organ-organ tubuh. Selain kaya
dengan manfaat, telur mudah didapatkan serta terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan bahwa dengan
diberikan konsumsi telur pada anak selama 30 hari dapat meningkatkan
berat badan anak balita secara signifikan.
Oleh karena itu kita sebagai orang tua maupun sebagai tenaga
kesehatan sebaiknya dapat memenuhi kebutuhan gizi pada anak balita,
terutama kebutuhan protein hewani khususnya telur yang bermanfaat
untuk memelihara dan memperbaiki organ-organ tubuh anak balita yang
masih dalam masa pertumbuhan. Protein dari telur sangat bermanfaat
bagi pertumbuhan anak balita.
5. Mengkonsumsi garam beryodium
Yodium sanggat dibutuhkan tubuh karena yodium
merupakan mineral esensial yang menjadi bagian dari struktur
kimia hormon tiroid. Kelenjar tiroid merupakan hormon yang
berbentuk kupu-kupu tepatnya berada di bagian leher. Kelenjar ini
memproduksi dua hormon yaitu Tiroksin (T4) dan Triodotrionin
(T3). Hormon tiroid sendiri berperan dalam berbagai reaksi kimia
di dalam tubuh dalam proses metabolisme.
Yodium, selain di dapat dari garam beryodium, dapat
diperoleh juga dari sumber makanan dan minuman yang di
konsumsi. Makanan laut merupakan sumber yang baik, akan tetapi
sumber protein hewani, produk susu maupun sayuran dan buahan
dapat menjadi sumber yodium yang baik jika tersedia cukup
yodium dalam sumber makanan pada hewan ternak dan tanah.
Selain itu produk makanan dan minuman yang di fortifikasi dengan
yodium dapat menjadi sumber yodium bagi tubuh. Dalam masa
kehamilan, masa menyusui hingga anak berusia 2 tahun. Jika
terjadi kekurangan yodium pada saat tersebut dapat menyebabkan
kelainan kehamilan dan infertilitas. Pada saat masa kehamilan
terjadi gangguan pada perkembangan janin hingga abortus. Pada
bayi terjadi kreatinisme atau kekerdilan, kerusakan otak, begitu
juga pada anak-anak dapat terjadi hipotiroid, goiter, dan retardasi
mental. Pada orang dewasa dapat terjadi penurunan produktivitas,
gangguan neurologis, goiter (gondok).
6. Minum suplemen gizi (kapsul vitamin A dosis tinggi) sesuai
anjuran.
Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat diperlukan bagi
manusia, karena zat gizi ini sangat penting agar proses-proses
fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal, termasuk
pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan
imunologis dan pertumbuhan badan. Pemberian vitamin A dosis
tinggi selain diberikan pada anak balita, ibu nifas tapi diberikan
juga pada kasus dengan keadaan tertentu seperti anak menderita
xeroptalmia, campak dan gizi buruk.
Vitamin A yang dibagikan adalah vitamin A dosis tinggi.
Ada 2 jenis vit A yang diberikan yaitu yang biru (100.000 IU)
untuk bayi usia 6 sd 11 bulan, dan yang merah (200.000 IU) untuk
usia 12 sd 59 bulan.
Kurang Vitamin A pada anak biasanya terjadi pada anak
yang menderita Kurang Energi Protein (KEP) atau gizi buruk
sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi
mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita kurang
vitamin A mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut,campak,cacar air,diare dan infeksi lain karena daya
tahan anak menurun. Namun masalah kekurangan vitamin A dapat
juga terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini
terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu
tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat
menyebabkan kekurangan vitamin A

F. Pengobatan
Pengobatan pada penderita gizi buruk tentu saja harus disesuaikan dengan
tingkatannya. Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-
anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan
100-150 Kkal. Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks
karena masing-masing penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun
sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat perhatian medis secara
penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya,
status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh.
Referensi

Liansyah,Tita Menawati.(2015).ISSN 2355-102X. Malnutrisi Pada Anak


Balita.,2(1),1-12.
Labada, Agesti., Ismanto, AmatusYudi., Kundre, Rina.(2016).eJournal
Keperawatan.Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Gizi Balita Yang Berkunjung
Di Puskesma Bahu Manado.4(1),1-8.
Purwani, Erni., Mariyam.(2013).Jurnal Keperawatan Anak. Pola
Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1Sampai 5
Tahun Di Kabunan Taman Pemalang.1(1),30-36.
Kusniawati,Iyus.(2016).Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
MEDISINA AKPER YPIB Majalengka.Hubungan Pengetahuan Ibu
Balita Tentang Gizi Dengan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Pada Balita Di Desa Pantauan Wilayah Kerja Uptd Puskesmas
Leuwimunding Kabupaten Majalengka Tahun 2016.2(3),1-12.
Setyaningsih, Pujiati.(2016). science journal. The Effectiveness Of Egg Protein
To Malnutrition Recovery In Toddler, 3(4), 209-215.

You might also like