Professional Documents
Culture Documents
Kemampuan Psikologis Anak Dengan Tulisan Tangan Buruk: Budi Andayani
Kemampuan Psikologis Anak Dengan Tulisan Tangan Buruk: Budi Andayani
Kemampuan Psikologis Anak Dengan Tulisan Tangan Buruk: Budi Andayani
2001, NO. 2, 77 - 96
ABSTRACT
Keterampilan menulis adalah keteram- mencapai tujuan belajar yang sudah cukup
pilan yang sekarang ini harus dikuasai oleh padat sejak di kelas satu. Tulisan tangan
anak begitu masuk sekolah dasar. Siswa menjadi suatu tolok ukur prestasi, di
kelas satu dituntut untuk mampu membaca samping kenyataan bahwa kejelasan tulisan
dan menulis karena sekolah berusaha akan memudahkan orang lain (dalam hal
ini guru) mengetahui kedalaman penguasa- Bagi siswa yang selalu mendapat teguran
an siswa terhadap ilmu. Bagi siswa kelas karena tulisan tangannya dapat saja
enam tulisan tangan termasuk poin nilai kemudian tidak termotivasi belajar karena
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. selalu dihadapkan pada kenyataan bahwa ia
Oleh karena itu tuntutan agar anak dapat tidak sempurna. Ketidak-sempurnaan ini,
menulis dengan baik menjadi semakin jika mendapat perhatian yang cukup besar
tinggi. Hal ini pulalah yang akan porsinya dari guru maupun orangtua, akan
menyebabkan siswa yang tulisan tangannya menyebabkan siswa juga lebih terfokus
tidak jelas akan selalu mendapat teguran pada masalah tulisan tangan dan tidak
guru, terutama pada rapor, untuk selalu memperhatikan kemampuan-kemampuan
berlatih menulis. lainnya. Akibatnya, siswa dengan tulisan
Siswa sekolah dasar pada awalnya tangan buruk akan semakin tampak buruk
belajar menulis dengan huruf cetak, sebagai penampilannya pada berbagai mata-
dasar dari kemampuan menulis. Setelah itu, pelajaran, dan selanjutnya, sebagaimana
pada kelas tiga anak mulai diajari untuk sebuah lingkaran yang tiada bermula dan
menulis dengan metode tegak- berakhir, buruknya prestasi akan semakin
bersambung yang merupakan bentuk menurunkan motivasi belajarnya.
tulisan halus. Satu kelebihan metode Kasus anak-anak di Biro Konsultasi
tegak-bersambung ini, di samping lebih Psikologi Fakultas Psikologi UGM yang
indah daripada huruf cetak, metode ini menjadi perhatian peneliti, tidak jarang
sebenarnya juga lebih ringan dilakukan yang mempunyai keluhan masalah tulisan
karena seseorang tidak perlu selalu anak yang buruk. Memang keluhan ini
mengangkat alat tulisnya setelah menulis bukan merupakan keluhan utama, karena di
satu huruf dalam satu kata. Masalahnya, samping itu orangtua mengeluhkan
banyak anak yang mengalami kesulitan masalah konsentrasi anak, motivasi belajar
ketika harus menulis dengan metode ini. anak, dan tentunya prestasi belajarnya.
Bahkan peneliti pernah menjumpai seorang Berdasarkan kasus-kasus semacam ini,
peserta tes tertulis UMPTN di tahun 1996 timbul suatu pertanyaan. Apakah
menyatakan tidak dapat menulis dengan keterampilan menulis tangan anak yang
metode tegak-bersambung ketika menyalin buruk ada kaitannya dengan kemampuan
pernyataan pada lembar jawaban tes. anak di bidang yang lain? Apakah tulisan
Beberapa mahasiswa (dalam komunikasi tangan yang buruk dapat digunakan sebagai
pribadi, 2001) mengatakan bahwa mereka prediktor hambatan pada kemampuan-
tidak terampil menulis dengan metode kemampuan psikologis seorang anak?
tegak-bersambung, dan merasa tulisan
tangan mereka tidak bagus jika harus Penelitian yang mengeksplorasi potensi
dengan tegak-bersambung. anak dan prestasi belajarnya sudah banyak
dilakukan. Demikian pula penelitian
Dari kasus-kasus di atas, tampak bahwa tentang tulisan anak yang berkaitan dengan
menulis dengan tangan, terutama dengan masalah agraphia atau kesalahan mengeja
metode tegak-bersambung, merupakan kata ketika menulis juga telah banyak
pekerjaan yang tidak disukai oleh beberapa, dilakukan. Namun demikian, sejauh
jika tidak dapat dikatakan banyak, siswa. pengetahuan peneliti, penelitian yang
anak harus tahu di mana untuk memulai, Koordinasi mata-tangan adalah kemam-
tahu arah gerakan, di mana harus berhenti puan lain yang dibutuhkan dalam menulis.
dan mengubah arah. Kemampuan kognitif Ketika seorang anak sudah mempunyai
ini akan sangat ditunjang oleh kemampuan bayangan yang jelas mengenai huruf yang
membaca. Dengan kemampuan ini seorang akan ditulisnya, mata dan otot tangan perlu
anak akan menyadari arti penting dari bekerja dengan serasi untuk mewujudkan
elemen huruf (bentuk, orientasi, hubungan bayangan tersebut. Otak, dalam usaha
dengan garis, titik awal, dan arah formasi), mewujudkan bayangan dalam bentuk
dari kata-kata (arah dari kiri ke kanan, tulisan, harus merespon pada bayangan
penyusunan huruf-huruf, dan kombinasi yang dikirimkan lewat mata dan kemudian
kembali huruf-huruf untuk membentuk kata mempersiapkan otot-otot yang sesuai untuk
baru), dan dari kalimat (urutan kata, bergerak. Koordinasi ini bagi seorang anak
kesinambungan garis tulisan, dan peng- kecil yang belajar menulis merupakan
gunaan tanda baca). kemampuan yang sulit sebagaimana orang
Kemampuan perseptual adalah dewasa belajar mengendalikan otot-ototnya
kemampuan lain yang dibutuhkan dalam untuk melakukan gerakan memukul bola
keterampilan menulis. Seorang anak harus tenis dengan tepat.
melakukan pengamatan yang jeli pada Menulis tangan terdiri dari dua bentuk
bentuk dan pembentukan huruf-huruf. tulisan (DeHaven, 1988), tulisan cetak
Melalui pengamatan ini anak harus dapat (manuscript) dan tulisan tegak-ber-
menemukan rincian-rincian yang sambung, atau dahulu dikenal sebagai
membawa perbedaan dan kesamaan antar tulisan latin (cursive). Tulisan cetak
huruf-huruf, dan menemukan urutan cara merupakan bentuk tulisan yang diajarkan
membuat huruf. Anak juga harus dapat pada awal seorang anak belajar menulis.
mempersepsi pentingnya jarak antar huruf Bentuk tulisan ini lebih mudah karena
dan kata-kata, dan posisi huruf di dalam melibatkan garis-garis dan lengkungan
garis. pendek, mirip dengan tulisan cetak yang
Kemampuan lain adalah ingatan visual dibaca oleh anak, dan bentuk hurufnya
dan kinestetik. Seorang anak perlu jelas berbeda satu dengan yang lain
mengingat tampilan huruf, mempertahan- sehingga kesalahan menulis mudah
kan bayangan visual tersebut di otaknya dideteksi.
sementara jari dan tangan mewujudkan Tulisan tangan tegak-bersambung
bayangan tersebut di atas kertas. Otak, biasanya diajarkan pada akhir kelas 2 atau
sembari membuat bayangan bentuk huruf, awal kelas 3. Menurut DeHaven (1988)
mengirimkan perintah pada otot-otot jari tidak ada alasan edukatif yang mendasar
dan tangan untuk bergerak dengan cara mengapa siswa diajar untuk menulis
tertentu. Pada awalnya gerakan menulis dengan metode tegak-bersambung. Namun
akan lamban. Secara perlahan, ketika demikian masih banyak orangtua yang
ingatan visual dan kinestetik menjadi menganggap menulis tegak-bersambung
berkembang dengan baik, menulis akan adalah menulis yang sesungguhnya.
menjadi suatu respon yang otomatik.
Masalah dalam menulis dapat muncul Tes Inteligensi Wechsler untuk anak-
dalam berbagai bentuk (Carlson, 1995). anak (WISC) mengukur kecerdasan anak-
Salah satu bentuk masalah adalah kesulitan anak usia 6,5 sampai dengan 15 tahun
melakukan kendali motorik, yaitu kesulitan (Groth-Marnat, 1984). Tes ini mengukur
mengarahkan gerakan alat tulis untuk beberapa kemampuan yang dikelompokkan
membentuk huruf atau kata. Beberapa menjadi dua kelompok yaitu kelompok tes
contoh adalah, ada orang yang dapat verbal dan kelompok tes performance. Tes
menulis angka tetapi tidak dapat menulis verbal mencakup subtes-subtes informasi,
huruf, ada yang hanya dapat menulis huruf operasi angka, perbendaharaan kata,
besar dan tidak dapat menulis huruf kecil, rentang angka, pemahaman, dan
hanya dapat menulis konsonan dan tidak persamaan. Sementara itu kelompok tes
dapat menulis huruf hidup, dan ada yang performance mencakup subtes-subtes
dapat menulis dengan normal tetapi melengkapi gambar, mengatur gambar,
kesulitan meletakkannya secara tepat di rancangan balok, mengatur objek, maze,
halaman kertas. Masalah-masalah menulis dan koding atau simbol digit.
tersebut disimpulkan berkaitan dengan Salah satu kekuatan tes ini adalah
kerusakan otak. bahwa tes ini dapat mengukur kemampuan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kognitif seseorang dengan melihat pola-
bahwa keterampilan menulis adalah pola respon pada tiap-tiap subtes. Dengan
keterampilan yang membutuhkan beberapa demikian dari tes ini dapat dibuat suatu
kemampuan yaitu kemampuan kognitif profil kekuatan dan kelemahan dalam
seperti kemampuan perseptual dan ingatan, fungsi kognitifnya. Kemampuan yang
dan kemampuan motorik disertai diukur oleh masing-masing subtes (untuk
koordinasi mata dan tangan. lengkapnya dapat diperiksa Glasser &
Pengalaman-pengalaman baru akan Zimmerman, 1967) adalah antara lain:
mengembangkan syaraf dengan cara pem- operasi ingatan jangka-panjang,
bentukan sinapsis-sinapsis baru. Demikian kemampuan untuk memahami, kapasitas
pula halnya dengan perkembangan otot. berpikir asosiatif dan juga minat dan
Dengan demikian perkembangan bacaan anak; kemampuan anak untuk
neuromuscular berkaitan pula dengan menggunakan pemikiran praktis dalam
kecerdasan (Hurlock, 1972). Dari kegiatan sosial sehari-hari, seberapa jauh
kenyataan ini, dapat diduga bahwa akulturasi sosial terjadi, dan perkembangan
kemampuan neuromuskular seorang anak conscience atau moralitasnya; kemampuan
akan berkaitan pula dengan kemampuan- anak untuk menggunakan konsep abstrak
kemampuan psikologis lainnya. dari angka dan operasi angka, yang
merupakan pengukuran perkembangan
Beberapa kemampuan psikologis yang kognitif, fungsi non-kognitif yaitu
akan diungkap dalam penelitian ini adalah konsentrasi dan perhatian, kemampuan
beberapa kemampuan yang diukur oleh tes menghubungkan faktor kognitif dan non-
inteligensi Wechsler Intelligence Scale for kognitif dalam bentuk berpikir dan
Children (WISC). bertindak; kemampuan untuk menterjemah-
kan masalah dalam bentuk kata-kata ke
dalam operasi aritmatika; penyerapan fakta kemudian dinilai derajat ketepatan relatif
dan gagasan dari lingkungan dan dan integrasi keseluruhannya.
kemampuan melihat hubungan penting Tes ini dapat dipandang mengukur
yang mendasar dari hal-hal tersebut; beberapa hal yang berbeda. Tes ini
kemampuan belajar anak, banyaknya dianggap mengukur persepsi visual, dan
informasi, kekayaan ide, jenis dan kualitas ada pula yang menganggapnya mengukur
bahasa, tingkat berpikir abstrak, dan ciri koordinasi motorik. Koppitz (1975)
proses berpikirnya; identifikasi visual dari melihatnya sebagai alat pengukur integrasi
objek-objek yang dikenal, bentuk-bentuk, visual-motor. Meski ditujukan untuk
dan makhluk hidup, dan lebih jauh lagi mendiagnosis kerusakan otak, alat ini juga
kemampuan untuk menemukan dan dapat digunakan untuk mengetahui
memisah-kan ciri-ciri yang esensial dari kesiapan sekolah, memperkirakan prestasi
yang tidak esensial. belajar, mendiagnosis masalah membaca
Selanjutnya, dari skor masing-masing dan belajar, mengevaluasi kesulitan
subtes akan dibuat profil berdasarkan skala emosional, dan memeriksa retardasi
Bannatyne. Profil ini menunjuk pada empat mental, serta merupakan suatu tes
kelompok kemampuan yaitu (1) Ke- inteligensi non-verbal (Groth-Marnat,
mampuan spatial yang mencakup skor 1984). Data dari tes ini dapat memberikan
pada subtes-subtes Melengkapi Gambar, informasi, di samping mengenai adanya
Rancangan Balok, dan Merakit Objek; (2) kerusakan otak, juga tentang organisitas,
Kemampuan Konsep meliputi skor pada kesulitan persepsi visual motor,
subtes-subtes Pengertian, Persamaan, dan kematangan perkembangan, dan indikator
Perbendaharaan Kata; (3) Pengetahuan emosional.
Serapan yang meliputi skor pada subtes-
subtes Informasi, Hitungan, dan
CARA PENELITIAN
Perbendahara-an Kata; dan (4) Kemampuan
Mengurutkan yang mencakup skor pada A. Subjek Penelitian
subtes-subtes Rentang Angka, Mengatur
Data penelitian diperoleh dari tiga
Gambar, dan Koding (Bannatyne, 1971).
siswa SDN Percobaan 2 Depok kelas 3
Profil ini akan memberikan gambaran yang dinyatakan oleh beberapa guru
secara umum kemampuan seorang anak mempunyai tulisan tangan buruk. Di sam-
dalam kelompok kemampuan di atas dan ping itu, data dari satu anak yang dinya-
dapat digunakan untuk mendeteksi takan oleh guru mempunyai tulisan tangan
kesulitan belajar anak. baik juga diambil sebagai pembanding.
Di samping tes WISC digunakan pula
tes Bender-Gestalt yang dapat digunakan B. Alat
untuk mendiagnosis adanya kerusakan otak
(Groth-Marnat, 1984). Tes ini terdiri atas Alat yang digunakan dalam penelitian
sembilan bentuk yang secara berurutan ini adalah tes inteligensi Wechsler
disajikan pada subjek dengan perintah Intelligence Scale for Children, dan tes
subjek harus menggambarnya pada lembar Bender-Gestalt. Karena dalam penelitian
kosong 8,5 x 11 inci. Gambar subjek ini siswa sudah berusia di atas 7 tahun
sementara untuk tes Bender-Gestalt norma Selanjutnya akan dibuat interpretasi secara
hanya tersedia hingga usia 7 tahun maka deskriptif terhadap keseluruhan data yang
data dari tes Bender-Gestalt hanya akan ada.
dilihat secara kualitatif untuk mendeteksi
adanya kerusakan otak dan gangguan
HASIL PENELITIAN
koordinasi visual-motorik.
A. Deskripsi data penelitian
C. Analisis Data Pada bagian ini dipaparkan rangkuman
Data akan dibuat profil berdasarkan data yang diperoleh dari keempat subjek
interpretasi dari masing-masing alat tes. penelitian.
1. Subjek A.A.
b. Tes Performance
Angka skala/ Mlngkp. Mngtr. Ranc. Mrkt.
Kod. Maze
Faktor Gbr. Gbr. Blk. Obj.
19 . . . . . .
18 . . . . . .
17 . . . . . .
16 . . . . . .
15 . . . . . .
14 . . . . . .
13 . . . . . .
12 . . . . . .
11 . . . . . .
10 . . . . . .
9 . . . . . .
8 . . . . . .
7 . . . . . .
6 . . . . . .
5 . . . . . .
4 . . . . . .
3 . . . . . .
2 . . . . . .
1 . . . . . .
Tes Bender-Gestalt
Dari gambar subjek muncul perseveration atau kelebihan jumlah titik pada gambar 1
(kelebihan 4 titik) dan 2 (kelebihan 2 kolom).
2. Subjek B.B.
Jenis kelamin: Laki-laki
Usia : 8 th 11 bln
Hasil tes WISC
b. Tes Performance
Angka skala/ Mlngkp. Mngtr. Ranc. Mrkt.
Kod. Maze
Faktor Gbr. Gbr. Blk. Obj.
19 . . . . . .
18 . . . . . .
17 . . . . . .
16 . . . . . .
15 . . . . . .
14 . . . . . .
13 . . . . . .
12 . . . . . .
11 . . . . . .
10 . . . . . .
9 . . . . . .
8 . . . . . .
7 . . . . . .
6 . . . . . .
5 . . . . . .
4 . . . . . .
3 . . . . . .
2 . . . . . .
1 . . . . . .
Tes Bender-Gestalt
Dari gambar subjek terdapat rotasi pada gambar A, 1, 2, dan 3; dan penempatan gambar
yang tidak urut nomor di kertas.
3. Subjek C.C.
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 8 th 6 bl
Hasil tes WISC
b. Tes Performance
Angka skala/ Mlngkp. Mngtr. Ranc. Mrkt.
Kod. Maze
Faktor Gbr. Gbr. Blk. Obj.
19 . . . . . .
18 . . . . . .
17 . . . . . .
16 . . . . . .
15 . . . . . .
14 . . . . . .
13 . . . . . .
12 . . . . . .
11 . . . . . .
10 . . . . . .
9 . . . . . .
8 . . . . . .
7 . . . . . .
6 . . . . . .
5 . . . . . .
4 . . . . . .
3 . . . . . .
2 . . . . . .
1 . . . . . .
Tes Bender-Gestalt
Dari gambar subjek tampak terdapat perservation pada gambar 1 (kelebihan 6 titik),
gambar 2 (kelebihan 2 kolom). Ekspansi tampak pada penggunaan dua lembar kertas untuk
menggambar 9 gambar.
b. Tes Performance
Angka skala/ Mlngkp. Mngtr. Ranc. Mrkt.
Kod. Maze
Faktor Gbr. Gbr. Blk. Obj.
19 . . . . . .
18 . . . . . .
17 . . . . . .
16 . . . . . .
15 . . . . . .
14 . . . . . .
13 . . . . . .
12 . . . . . .
11 . . . . . .
10 . . . . . .
9 . . . . . .
8 . . . . . .
7 . . . . . .
6 . . . . . .
5 . . . . . .
4 . . . . . .
3 . . . . . .
2 . . . . . .
1 . . . . . .
Tes Bender-Gestalt
Dari gambar subjek tampak ada integrasi pada gambar 3 (bentuk panah tidak tampak),
distorsi bentuk pada gambar 5 (lima titik digambar sebagai lingkaran).
Gambar, dan Merakit Objek tergolong rata- Profil kemampuan verbal C.C.
rata. menunjukkan taraf rata-rata pada subtes
Jika dibandingkan dengan kemampuan Informasi dan Hitungan, dan subtes
performancenya, kemampuan verbal B.B. Persamaan dengan taraf di atas rata-rata.
lebih rendah. Bila diperiksa dari profil Namun, hal yang kontradiktif adalah hasil
angka skalanya tampak pada subtes pada subtes Perbendaharaan Kata dan
Perbendaharaan Katanya sangat rendah, Pengertiannya tergolong di bawah rata-rata.
demikian pula subtes-subtes Informasi dan Hal ini tampaknya lebih banyak berkaitan
Pengertian, semuanya tergolong di bawah dengan kemampuan ingatan jangka-
rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa panjang daripada kemampuan memahami
pengetahuan serapan B.B. sangat rendah, informasi.
demikian pula kemampuan dalam Kemampuan performance C.C. secara
memahami konsep angka dan operasi umum lebih baik karena hasil subtes-subtes
angka, serta kemampuan memahami yang performance berada di kategori rata-rata
banyak membutuhkan kemampuan dan di atas rata-rata. Kemampuan yang
berbahasa. Namun demikian, dalam subtes menonjol adalah pada subtes Rancangan
Persamaan dan Rentang Angka, yang Balok dan Merakit Objek.
mengukur antara lain kemampuan berpikir Gambar C.C. pada tes Bender-Gestalt
asosiatif justru paling baik. menunjukkan adanya perseverasi pada
Dari profil kemampuan verbalnya, gambar 1 dan 2, yang mana merupakan
diduga B.B. kurang mendapat stimulasi indikator cidera otak. Indikator lain yang
maupun kurang memadai masukan tampak pada gambar adalah adanya
informasinya dari bacaan. ekspansi yang menurut Koppitz (1963)
Kinerja B.B. pada tes Bender-Gestalt menunjukkan adanya gangguan emosi.
menunjukkan adanya rotasi pada gambar
A, 1, 2, dan 3. Menurut Koppitz (1963) hal 4. Subjek D.D. (subjek pembanding)
ini merupakan indikasi yang cukup
signifikan (dalam arti cukup banyak terjadi D.D. mempunyai taraf kecerdasan rata-
tetapi tidak secara eksklusif pada kelompok rata bawah, dengan kemampuan verbal
penderita cidera otak saja) akan adanya yang termasuk kategori di bawah rata-rata
cidera otak. Di samping itu, adanya dan kemampuan performance termasuk
penempatan gambar yang tidak urut pada rata-rata normal.
kertas, untuk anak seusia B.B. merupakan Pada subtes-subtes verbal D.D. menun-
pertanda adanya gangguan emosi. jukkan kemampuan yang termasuk rata-rata
dalam subtes Informasi dan Perben-
daharaan Kata. Didukung oleh kemampuan
3. Subjek C.C.
hitung di atas rata-rata, pengetahuan
Hasil tes WISC menunjukkan bahwa serapan D.D. dapat dikatakan baik. Namun
taraf kecerdasan Subjek 3 adalah rata-rata demikian, tampaknya ia mengandalkan
normal, dengan kemampuan verbal dan ingatannya karena hasil pada subtes
performance dalam kategori yang sama Persamaan dan Pengertian ada di bawah
pula.
D. Kesimpulan
3. Profil Bannatyne
Profil dari keempat subjek di atas
menunjukkan beberapa hal antara lain Apabila dilihat dari profil Bannatyne
seputar taraf kecerdasan, perbandingan dengan membandingkan antara kelompok
antara kecerdasan verbal dan performance, Kemampuan Spatial, Kemampuan Konsep,
profil Bannatyne (diagnosis kesulitan dan Pengetahuan Serapan (Kemampuan
belajar), indikasi cidera otak, dan indikasi Mengurutkan tidak dapat dibandingkan
gangguan emosi. karena tidak semua subtes diberikan) ada
dua hal yang dapat dilaporkan: (a) Pada
ketiga subjek uji ada kecenderungan
1. Taraf kecerdasan umum Kemampuan Spatial lebih baik daripada
Data dari tiga subjek yang mempunyai dua kemampuan lainnya, sementara pada
tulisan tangan buruk (A.A., B.B., dan C.C.) subjek pembanding Kemampuan Spatial
dan satu subjek pembanding (D.D.) sedikit di bawah Pengetahuan Serapan; (b)
menunjukkan tidak ada perbedaan yang pada dua subjek uji dan subjek pembanding
spesifik karena dua dari tiga subjek dan ada kecenderungan Kemampuan Konsep
subjek pembanding mempunyai taraf lebih rendah dari dua kemampuan yang
kecerdasan kategori rata-rata normal ke lain, sementara pada kasus B.B. kemam-
atas. Hanya satu subjek saja (B.B.) yang puan ini lebih baik daripada Pengetahuan
menunjukkan taraf kecerdasan borderline Serapan.
defective. Informasi ini menunjukkan Selain kedua hal tersebut di atas tidak
bahwa secara umum tulisan tangan tidak tampak suatu kecenderungan yang sama
dapat menjadi indikasi taraf kecerdasan antar masing-masing subjek uji dan antara
siswa kelas 3. subjek uji dan subjek pembanding.
(Huffman, Vernoy, Williams & Vernoy, kecuali jika untuk menilai tulisan itu
1991). Sementara itu hemisfer kanan, sendiri, adalah suatu tindakan yang tidak
selain berkaitan dengan gerak bagian tubuh mendasar.
sebelah kiri, merupakan pusat pengolahan Penelitian ini dilakukan berdasarkan
informasi nonverbal (visual dan auditoris tulisan tangan tegak-bersambung. Apabila
nonverbal), kreativitas, apresiasi musik dan dibandingkan dengan tulisan cetak anak,
seni. Lateralisasi membawa dugaan bahwa memang tampak sekali jauh bedanya.
orang-orang bertangan-kanan akan Tulisan cetak anak pada umumnya lebih
mempunyai otak kiri yang lebih dominan jelas terbaca daripada tulisan tegak-
daripada otak kanan dan orang-orang kidal bersambung. Sebagaimana dikatakan
(sinestrals) lebih didominasi oleh otak DeHaven (1988) tidak ada alasan yang
kanan. mendasar mengapa anak harus menulis
Hasil tes WISC pada profil Bannatyne dengan tulisan tegak-bersambung. Oleh
menunjukkan bahwa pada ketiga subjek uji karena itu seandainya menulis dengan
kelompok Kemampuan Spatial lebih kuat tulisan tegak-bersambung tidak memung-
daripada kelompok Pengetahuan Serapan kinkan bagi anak (karena tidak terbaca)
mau pun Kemampuan Konsep. Namun maka lebih disarankan untuk memberi
apabila dilihat dari perbandingan antara kesempatan pada anak untuk mengerjakan
taraf kecerdasan verbal dan performance pekerjaan akademisnya dengan tulisan
kecenderungan ini menjadi tidak tampak. cetak.
Dengan demikian, sehubungan dengan Penelitian masih merupakan eksplorasi
proses lateralisasi, tidak dapat dikatakan awal yang masih mempunyai banyak
bahwa pada subjek yang bertulisan tangan keterbatasan. Jumlah subjek yang sedikit
buruk lebih mengembangkan otak kanan- (dalam kenyataannya dari 60 siswa kelas 3
nya daripada otak kiri. hanya ada enam anak yang dinilai tulisan
Hasil penelitian ini tidak memberikan tangannya buruk) belum dapat memberikan
bukti mengenai kelemahan psikologis anak suatu gambaran yang lebih jelas mengenai
dalam kaitannya dengan prestasi belajar. topik yang diteliti.
Hal ini diperkuat pula oleh hasil belajar
anak, kecuali pada subjek B.B. yang diduga
KESIMPULAN DAN SARAN
mengalami masalah belajar karena taraf
kecerdasannya yang rendah. Meski A. Kesimpulan
mempunyai masalah belajar, rata-rata siswa
Penelitian ini meski belum dapat mem-
mem-punyai nilai yang baik pada
berikan gambaran yang kuat, menunjuk-
matapelajaran pokok. Peneliti mencoba
kan bahwa tidak ada kecenderungan yang
membandingkan dengan nilai rapor siswa
jelas mengenai kemampuan psikologis
yang tidak dieksplorasi tetapi dinilai oleh
anak dengan tulisan tangan buruk. Tidak
guru mempunyai tulisan tangan buruk.
ada kecenderungan yang dapat dikaitkan
Ternyata dari nilai rapor mereka juga
dengan tulisan tangan buruk dalam hal
menunjukkan nilai yang tidak mengecewa-
kecerdasan umum, perbedaan antara
kan. Dengan demikian, memberi nilai
kurang pada siswa dengan tulisan buruk,