Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 174
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN PRIYAN KECAMATAN BANTUL YUGARA PAMEKAS. NIM 09712251012 untuk mendapatkan gelar Magister Pend Program Studi Pendidikan Dasar PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, 2011 ABSTRAK Yugara Pamekas: Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IIT SDN Priyan Kecamatan Bantul. ‘Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta, 2011 Penelitian dilatarbelakangi oleh fakta hasil UAN untuk mata pelajaran matematika pada tiga tahun berturut-turut masih belum mencapai target yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran matematika realistik di sekolah dasar. Seeara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III sekolah dasar dalam pembelajaran bilangan dan operasi-operasinya, khususnya p: ay ik pecahan di SD Negeti Priyan keeamatan Bantul, Penelitian adalah penelitian tindakan kelas (cla: secara kolaboratif. Penelitian ini dilakasanakan di SP) Bantul. Subjek penelitian adalah guru dan 21s is IIL. “Tindakan kelas berlangsung dalam tiga siklus. Data dikunipuikai’ melalui tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis da sisckan dengan teknik analisis deskriptif’ melalui tahap_pengumpulan Sduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjul ‘action research) Priyan, Kecamatan ebagai berikut, Pertama, pendekatan lapat meningkatan prestasi matematika Mal ini didukung oleh data yang diperoleh belajar siswa pada siklus T nilai rata- cetuntasan belajar siswa sebanyak 11 siswa dari rataerata prestasi belajar siswa menjadi 6,95 dengan 18 siswa dari 21. Pada siklus TIT nilai rata-rata kal peneliti di lapangan, Data genta rata yang diperoleh 6,57 ketuntasan_belajar Sea prestasi belajar isa c sebanyak 2 matematiks Bantul. Dat’) féntang keterlibatan akif siswa pada siklus 1 menunjukkan skor sebesar 24 asuk pada Kategori cukup aktif. Pada siklus II meningkat menjadi 27 masuk pada kategori aktif. Pada siklus III mencapai 30,5 masuk pada kategori aktif. Dapat disimpulkan bahwa peningkatan terjadi dari satu siklus ke siklus selanjutnya baik dari segi prestasi maupun keterlibatan aktif siswa, Kata Kunci: Matematika Realistik, Prestasi Belajar. ABSTRACT. Yugara Pamekas: The Learning of Mathematics Realistic to Improve Math Learning Achievement of the Students at Class IIT SDN Priyan Bantul. Thesis. Yogyakarta: Graduate Program, State University of Yogyakarta, 2011. ‘The research was motivated by the fact of UAN for mathematics lesson in three period years has yet to reach their intended target. This study aims to improve math leaning achievement of primary school students in grade IIT in learning numbers and operations, specifically on the topic of fractions Collaborative classroom action research was conducted on the SDN Priyan Bantul District. Subjects were teachers and 21 students in takes place in three cycles. Data were collected 1 interviews and documentation. Data analysis was analysis interactive through the stages of data ci presentation and drawing conclusions. The results: first, realistic approach hing mathematics can improve student math achievement grade II] an Bantul, Data on student achievement on a cycle I mean valuesyexhaustiveness learn as much as 6.57 with 11 students from 21 students. II, the average value of student achievement to be 6.95 with th ess leam as many as 18 students from Second, realistic approach to-duathematies leaming ean enhance students’ active involvement of class/II‘SDN Priyan Bantul, Data on the active involvement of students in the zs ed scores of 24 categorized as moderately aotive. In cycle II rise to jorized as active. In the third cycle reached 30.5 in. active category. Can icluded that the increase occurred from the one cycle to the next cycle \in“terms of both achievement and student engagement. Key words: Mathematies realistic, leaning achievement PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Mahasiswa — : Yugara Pamekas ‘Nomor Mahasiswa 09712251012 Program Studi Pendidikan Dasar Lembaga Asal : UPBI UT Yogyakarta Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar we Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dala (tidak terdapat karya atau saya sendiri dan ‘an di suatu Perguruan pendapat yang pernah ditulis atau diterbit! rang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, Juli 2011 Yang membuat pemnyataan, Yugara Pamekas LEMBAR PENGESAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN PRIYAN KECAMATAN BANTUL. YUGARA PAMEKAS NIM 09712251012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ueapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul, ik Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Priyan Bantul” dibuat sebagai salah satu “Pembelajaran Matematika Reali persyaratan ponyelesaian studi pada Progam Pendidikan Dasar ($2) Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa Bima Kasih yang San arahan, dorongan, dan bantuan financial, moril maupun spri 2 penulis menjalani masa studi dan penulisan tesis, Oleh sepantasnyalah penulis menyampaikan terima kasih dan penghargéavt sétinggi-tingginya kepada yang terhormat. Rektor Universitas Negeri Yogyakafit dan seluruh staf Program Pascasarjana, alas segala _kebijaksana: tian, dan dorongan sehingga dapat 2. Bapak Direktur dosen, khususn dan kearifamya selalu: menyempatkan waktu, tenaga, dan pikiran_ untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam mengkaji permasalahan tesis ini secara kritis, 4. Tbu Dr. Tati Rajati, Kepala Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka Yogyakarta, atas dukungan dan kepereayaan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi 5. Para staf TU dan pengelola perpustakaan PPS Universitas Negeri Yogyakarta, yang selama ini telah menyediakan kemudshan pelayanan administrasi dan vi sumber informasi berharga selama penulis menjalani masa studi dan menyusun tesis ini 6. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul yang telah bersedia ‘memberikan izin penulis mengadakan penelitian. 7. Ibu Rr-Ani Prihati Handayani, M.Pd., Ka SMPN I Sewon selaku observer II yang telah bersedia membantu dan mendampingi penulis dalam pengumpulan data penelitian ini, 8. Ibu Sukiyem, S.Pd,, sclaku kolaborator yang dalam berbagai kesibukan dan tugas mengajar telah bersedia membantu dan mend: yenulis: dalam pengumpulan data penelitian in. 9. Bapak Drs, Tukijan., selaku kepala sekolah SD. iyan Bantul. Beliau dengan tangan terbuka memberikan penelitian di sekolah yang Beliau bina. 10. Teristimewa, istri tercinta, Wahyu wid “Pd, yang senantiasa mendorong putrali kami. 11, Saudara-saudaraku An; 109, Pak Eric, Doni, Aan, dan semua teman| dari Tuhan YME. Yogyakarta, Juni 2011 YUGARA PAMEKAS vii DAFTAR ISL Halaman HALAMAN JUDUL, i ABSTRAK ii ABSTRACT. PERNYATAAN.. HALAMAN PENGESAHA! KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR fakang Masalah. 6 Pembatasan Masalah 7 D. Rumusan Masalah 7 E. Tujuan Penelitian 8 F. Manfaat Penelitian 8 BABI KAJIAN PUSTAKA. 10 A. Kajian Teori 10 1, Pembelajaran Realistik. 10 viii BAB II BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a, Pendidikan Matematika Realistik .. b. Pendekatan Realistik c. Pembelajaran Matematika d. Pembelajaran Matematika Realistik 2. Prestasi Belajar Matematika, 3. Konsep dalam Matematika. 4, Karakteristik Siswa Sekolah Dasar B, Penelitian yang Relevan. ©. Kerangka Pikir. D. Hipotesis Tindakan .. METODE PENELITIAN. Cy ik Pengumpulan Data. Instrumen Penelitian G. Teknik Analisis Data, A. Prosedur dan Hasil Penelitian 1 Prosedur Penelitian........ 2.Hasil Penelitian B,Pembahasan..., ix 10 12 13 15 28 30 33 35 36 36 37 37 46 47 48 50 54 34 34 39 a1 1. Siklus I... 4 2. Siklus II 96 3. Siklus IIL 97 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 99 A. Kesimpulan 99 B, Implikasi. 100 C. Saran-saran.... 101 Br z . DAFTAR PUSTAK. LAMPIRAN ‘Tabel 1. ‘Tabel 2 ‘Tabel 3 Tabel.4. Tabel 5. ‘Tabel 6. ‘Tabel 7. Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10. Tabel 11 ‘Tabel 12 ‘Tabel 13 DAFTAR TABEL, Hasil Pretes .. 36 Kriteria Keberhasilan Matematika Realistik. 65 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Realistik Pada Siklus 1. 66 Skor Kategori Keterlibatan Siswa .... 68 Hasil Observasi Keterlibatan Siswa dalam Pet Matematika Realistik .. 69 Hasil Pos Tes. 1” Hasil Observasi Pelaksanaan P, Pada Siklus II... a Hasil Pos TES Lo Hasil Observ: Matematika Real 80 Prestasi Belajar Sebelum dan Setelah Tindakan Kelas Siklus I, I dan IIT... 92 xi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1, Model Skematis Matematika Realistik 19 Gambar 2. Model Kemmis & McTaggart 38 Gambar 3 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa .. 92 Gambar 4 Peningkatan Penampilan Guru... 93 Gambar 5 Peningkatan Keterlibatan Siswa. 94 xii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Silabus 106 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 108 Lampiran 3 LKS dan Tes 116 Lampiran 4 Kisi-kisi Tes 135 Lampiran 5 Hasil Observasi Pelaksanaan PMR. 136 Lampiran 6 Hasil Pretes dan Postes 142 Lampiran 7 Rekap Peningkatan Prestasi Belajar, 146 Lampiran 8 Hasil Wawaneara dengan Si 147 Lampiran 9 Foto kegiatan PMR .. 152 Lampiran 10 Jadwal penelitian ee 155 157 Lampiran 11 Soal-aoal te eo) sili BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang menjadi pondasi bagi siswa dalam menguasai ilmu-ilmu eksakta lainnya, Matematika masta pombentuk: dan kecermatan ‘menjadi sarana melatih kemampuan berpikir logis sikap maupun sebagai alat untuk melatih ketclitian, kerja yang menunjang ilmu dan teknologi. Dapat ina dan teknologi. Salah satu i in, kecermatan dan ketepatan ‘an bahwa penguasaan matematika menjadi pondasi guna mengt cabang matematika yang berfungsi mefat Kerja adalah matematika Xeomnaie ames rendol dina fatematika siswa di Indonesia tergolong ;paian nilai rata-rata nasional dalam ujian nasional yang selah ». sekitar 5 dari skor maksimum 10 (Siskandar, 2008: 439). Re prestasi belajar siswa dalam bidang matematika ini sejalan de gapan siswa pada umumnya bahwa matematika merupakan ig sulit, Kesulitan belajar matematika umumnya disebabkan oleh ciri matematika yang memiliki obyek abstrak, sementara siswa sekolah dasar masih berada pada tahap berpikir konkret, Menurut kurikulum 2006, pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan antara Iain agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, ‘menyusun bukti, atau menjclaskan bukti, atau mejelaskan gagasan dan pernyataan matematika, Hal ini mengisyaratkan bahwa pelajaran matematika pada dasarnya sangatlah abstrak, sehingga diperlukan metode atau strategi dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak tersebut menjadi konkret. Selanjutnya, dari permasalahan yang konkret tersebut baru dialihkan ke bentuk konsep-konsep matematika yang abstrak. Mempelajari matematika tidak terlepas dari sejauhmana pendekatan pembelajaran itu digunakan seefektif mungkin, Banyak siswa gagal mempelajari matematika hanya Karena adanya kesalahan konsep awal dalam ‘menyampaikan isi materi pembelajaran, Hal tersebu jtannya dengan daya upaya seorang guru matematika menggunhn fndekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan karakte a Sekolah Dasar. Membelajarkan suatu pelaj rmakna bagi siswa apabila guru akan mengetahui tentang. obj ig akan diajarkannya schingga dapat struktur abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa pelajaran matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya, Ciri khas matemati yang deduktif dan aksiomatik ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks. Selain itu, pembelajaran matematika hendaknya mampu mendorong siswa untuk dapat berinteraksi seeara aktif dan memungkinkan siswa untuk melakukan eksplorasi imajinatif’ melalui penggunaan media atau alat peraga dengan pendekatan realistik untuk mempermudah pemahaman Konsep-konsep matematika yang umumnya bersifat abstrak. Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan di SDN Priyan keeamatan Bantul menunjukkan bahwa data hasil UAN untuk mata aoa matematika pada tiga tahun bertu urut masih belum meneapai ‘yang diharapkan Hal ini terlihat dari perolehan nilai mata p. atematika pada tahun ajaran 2007/2008 dengan nilai rata-rat 54; tahun ajaran 2008/2009 nilai rata-rata kelas 5,55; dan sesioe) iyan a atau 3. kali pertem 109/2010 nilai rata-rata kelas 5.59, Di SD Negeri |, matematika diajarkan 6 jam pelajaran inggunya, Meskipun demikian, kenyataan ‘menunjukkan masil ‘wa yang memperoleh nilai rendah pada mata Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru matematika kelas IIT SD Negeri Priyan kecamatan Bantul diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran matematika konsep bilangan dan ‘operasi-opersinya (khususnya pada topik pecahan) siswa mengalami kesulitan memahami konsep. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang diterapkan masih bersifat Konvensional —dimana_ guru mendominasi__kegiatan pembelajaran, berperan sebagai aktor pembelajaran sedangkan siswa bersikap pasif. Di samping itu, siswa masih beranggapan bahwa pelajaran matematika masih sangat abstrak schingga mereka sangat sulit memahami konsep yang berkaitan dengan bilangan dan operasi-operasi khususnya mengenai topik pecahan sehingga terjadi proses penghafalan Konsep atau prosedur, pemahaman konsep matematika rendah, dan tidak dapat Mnenggunakan jika diberikan permasalahan yang kompleks. Siswa mi ‘obot yang harus mengikuti prosedur yang berlaku dan jac nbelajaran_mekanistik. Akibatnya siswa Kurang berminat tei lajaran_matematika Karena 4 kehidupan nyata, menganggap bahwa matematika it C Dalam eae pemanfaatan media ay pelajaran_ guru kurang memperhatikan peragapembelajaran untuk membantu pemahaman sis sehing menulis rumus tanpa melakukan peragaan untuk dapat dap konsep bilangan dan _operasi-operasinya, Khususnya pecahan, Guru hanya menampilkan rumus di papan tulis menentikan asal mula rumus dan memahami Konsep dalam menyelesaikan masalah, Tidak terjadi interaksi antara siswa dengan guru maupun antar sesama siswa sehingga menyebabkan pembelajaran tidak komunikatif, akibatnya siswa sangat kaku dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena pelaksanaan pembelajaran didominasi oleh guru: maka kecenderungan anak terperangkap dalam pemikiran menghafal, dan menerima pelajaran dari guru secara pasif, Cara-cara menghafal semakin intensif dilakukan anak menjelang ujian, Anak belajar mengingat atau meneamkan materi, rumus-rumus, definisi, unsur-unsur dan sebagainya, Namun ketika waktu ujian berlangsung, anak seperti menghadapi kertas buram. Anak tidak mampu —mengoperasionalkan —rumus-rumus yang dihafalnya untuk mengerjakan soal-soal atau menjawab pertanyaan. Kebiasaan yang membuat anak bersikap pasif atau menerima begitu ayepei kritis, itkan pengalaman saja apa adanya yang mengakibatkan anak tidak terbiasa dan pembelajaran menjadi tidak bermakna. Pada Kehidupan nyata anak dengan ide-ide matemat f pembelajaran di kelas penting dilakukan agar pembelajaran be} ‘aragih, 2006: 558). Apabila anak belajar matematika terpisah dari péhgalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan wg jengaplikasikan matematika. Berdasarkan rey li_atas, pembelajaran matematika di kelas ditekankan pad: (tan antara_Konsep-konsep matematika dengan Pena cc hari-hari, Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matem, g telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang Jain sangat penting dilakukan, Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari- hari adalah pembelajaran Matematika Realistik (MR). Pembelajaran MR pertama kali dikembangkan dan dilaksanakan di Belanda Pengakuan guru matematika kelas IIT SD Negeri Priyan kecamatan Bantul bahwa guru SD Negeri Priyan kecamatan Bantul belum mengetahui B, Identifikasi Masalah bagaimana mempersiapkan pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik. Untuk itu perlu diadakan suatu penelitian tentang bagaimana meningkatkan prestasi_belajar_matematika melalui pendekatan realistik, suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif’ baik fisik maupun mental sehingga mendorong siswa untuk belajar matematika secara aktif, kre identifikasi masalah-masalah menyenangkan, Dari latar belakang di atas maka yang berkaitan dengan pembelajaran- matehiatika di kelas III SD Negeri Priyan penibélajaranmatematika belum mengeksplorasiberbagai_pendekatan yang dapat memudahkan siswa mempelajari matematika. 3. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas dan dipandang sebagai satu-satunya sumber utama dalam pembelajaran, pembelajaran matematika banyak dilakukan dengan ceramah sehingga monoton dan menjemukan, 4, Pemahaman siswa tentang Konsep bilangan dan operasi-operasinya (Khususnya pada topik peeahan) tergolong rendah. Hal ini tereermin dari prestasi belajar matematika siswa yang rata-rata kelasnya hanya 5.5 5. Siswa Kurang dilibatkan secara aktif’ dalam proses pembelajaran ‘matematika. 6. Pemanfaatan media atau alat peraga pembelajaran matematika masih Kurang, guru belum pemah menerapkan_pendek eRoealaik dalam pembelajaran matematika, So Y Y ntifikasi di atas tidak semuanya C, Pembatasan Masalah Berbagai permasalahan yi diteliti. Agar penelitian tet ae meningkatkan keefektil is, maka penelitian ini dibatasi pada elajaran matematika sekolah dasar tentang konsep bilangan eit embelajaran matematika, ‘asi-operasinya, khususnya topik peeahan melalui pendekatan ng ditandai dengan meningkatnya prestasi belajar siswa dalam D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaan pendekatan matematika realistik dalam kegiatanpembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III di SD Negeri Priyan Kecamatan Bantul?” E, Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pembelajaran matematika realistik di sekolah dasar. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III sekolah dasar dalam pembelajaran di SD Negeri Priyan Kecamatan Bantul, . Manfaat penelitian Hasil penelitian ini dapat membérikail fmanfaat baik secara teoretis maupun praktis, yang diuraikan mca¥, 1. Teoretis Peneliti_ingin atkan kualitas siswa sekolah dasar dengan menggunakan realistik pembelajaran matematika melalui penelitian berbasis Kelas, untuk meningkatkan prestasi_belajar mat iswa dalam pembelajaran matematika, 2, Praktis, a. Merupakan altematif metode pembelajaran konsep matematika SD. b. Merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas siswa sekolah dasar kelas IIT dalam memahami konsep matematika. €. Mengembangkan sistem pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik. BAB IL KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1, Pembelajaran Realistik ‘a, Pendidikan Matematika Realistik Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika, Teori pertama kali aktivitas manusia, Ini berarti tika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehiduy sehari-hari, Matematika bagi manusia berfungsi untuk m in masalah dan mengambil keputusan dalam kehidupan sehg ‘Abrantes, 2001: 126). Upaya ini dilakukan melalui yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi Matematika realistik berkenaan dengan pembelajaran matematika y ng merupakan pendekatan dalam pendidikan matematika. Pembelajaran ini menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal murid dan proses Konstruksi pengetahuan matematika oleh murid sendiri, Masalah konteks 10 nyata harus menjadi awalan dalam setiap pembelajaran matematika sehingga memungkinkan siswa untuk menemukan kembali (reinvention) berdasarkan usaha mereka sendiri (Supinah, 2007: 6). Pendidikan matematika realistik atau Realistic Matemathics Education (RMB) dikembangkan guna meninjau pendidikan matematika yang berkembang saat ini masih kurang bermakna bagi pebelajar, Pembelajaran matematika realistik harus dikaitkan dengan kenyataan, dekat dengan pengalaman anak dan relevan terhadap masyarakat rujuan menjadi bagian dari nilai kemanusiaan (Soetarto Ha Jatematika realistik pada dasamnya adalah pola belajar yang, mepn ‘an realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlhes oses pembelajaran_matematika schingga dapat mencapai tujuan fea fajaran matematika secara lebih baik (www.duniapembelajar.co Pelajaran mat untuk nine melakuka irus memberikan kesempatan kepada pebelajar n “menemukan Kembali” matematika dengan dalam pendidikan mater mate gai Kegiatan dan bukan sistem tertutup. Fokus pembelajaran matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi” (Soetarto Hadi, 2010: 9). ‘Tipe matematisasi dalam Konteks pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Pada matematisasi horisontal siswa diberiperkakas matematika yang dapat menolongnya menyusun dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari — hari. Matematisasi horisontal bertolak dari ranah nyata menuju ranah simbol. Pada matematisasi vertikal ‘merupakan proses reorganisasi dalam sistem matematis, misalnya menemukan u hubungan langsung dari keterkaitan antar Konsep — konsep dan strategi strategi dan kemudian menerapkan temuan tersebut, matematisasi vertikal bergerak dalam ranah simbol. Kedua bentuk matematisasi ini sesungguhnya tidak berbeda maknanya dan sama nilainya menurut Treffers ( Soetarto Hadi, 2010: 5). b. Pendekatan Realistik Menurut Wina Sanjaya (2008: 5) pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap pr belajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya su sangat_ umum, di dalamnya mewadahi On; melatari metode pembelajaran den; akon aang sifatnya masih, siprasi, menguatkan, dan an teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran dua jenis pendekatan, yaitu: (1) tan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan alistik sebagai pangkal tolak pembelajaran, Melalui aktivitas ‘matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika menurut Treffers ( Soetarto Hadi, 2010: 5). Pendekatan realistik menggunakan masalah dunia nyata (real world) sebagai pangkal tolak pembelajaran maka situasi masalah perlu diusahakan benar-benar kontekstual atau sesuai dengan pengalaman siswa, sehingga siswa dapat memecahkan masalah dengan cara-cara informal melalui 2 matematisasi horisontal, Cara-cara informal yang ditunjukkan oleh siswa digunakan sebagai inspirasi pembentukkan Konsep atau aspek matematiknya ditingkatkan melalui matematisasi vertikal, Melalui proses _matematisasi horisontal-vertikal diharapkan siswa dapat memahami atau menemukan Konsep-konsep matematika (pengetahuan matematika formal) (Gravemeijer, 1994: 95). ¢. Pembelajaran Matematika A ey bahwa istilah pembelajaran 1) Pengertian Pembelajaran Wina Sanjaya (2008: 78) m menunjukkan adanya.usaha es Gidik untuk mempelajari_bahan pelajaran sebagai — guru, Suatu proses pembetajaran tidak luput aktivitas meagiby yang dijalan peserta didik, Suyono dan Hariyanto (2011: 13) meen Jaks ja perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang ig dijalankan oleh guru dan aktivitas belajar ahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah bur atau baik. Adanya perubahan berarti bahwa belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan. Dengan demikian, pembelajaran_harus menempatkan peserta didik sebagai subyek aktif. Guru sebagai tenaga pendidik memfasilitasi serta memberi pengetahuan kepada peserta didik Wina Sanjaya (2008: 90) mengemukakan bahwa belajar juga merupakan proses atau aktivitas mental yang tidak dapat dilihat kecuali gejala- gejalanya saja yang tampak dari luar sebagai akibat interaksinya dengan B lingkungan sekitamya, Keberhasilan pembelajaran, di samping membutuhkan strategi pembelajaran juga kemampuan peserta didik untuk aktif belajar. Strategi atau metode pembelajaran yang tepat adalah yang ‘mampu mendorong peserta didik untuk aktif belajar 2) Pengertian Matematika Matematika adalah hasil pemikiran, yang men an keutuhan Kapasitas pikiran dalam menemukan urutan dan ristiwa di dunia, untuk menjelaskan dan memberi arti intel menikmati tantangan dan roe dirinya sendiri (Mack J, 1994: 264-2 fang dunia, dan untuk ah yang dimunculkan oleh Matematika di sel us berkembang, namun masih sering disajikan sebagai bi sian i pengetahuan semata, bukan sebagai cara untuk mempe wgertian, Karena itu, banyak murid memandang i hal yang objektif, tidak fleksibel, datar dan edukatif. budaya, terpisah dari realitas dan merupakan kebenaran (Australian Association of Mathematic Teachers). Namun, para ahli_yang profesional sepakat bahwa matematika merupakan produk dari proses yang. intuitif dan kreatif, yang mencerminkan kondisi_serta perkembangan historis dan sosial, dan aplikasinya menyajikan model — ‘model realitas, daripada kebenaran universal. Matematika sering dianggap sebagai suatu. kumpulan sistem matematika yang setiap sistem itu mempunyai struktur —struktur tersendiri yang bersifat deduktif (Lerman Hudoyo, 1988: 95). Suatu sistem deduktif 14 dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan yang disebut unsur primitif. Unsur tersebut diperlukan sebagai dasar_komunikasi_ selanjutnya ditentukan aksioma — aksioma yang merupakan asumsi — asumsi dasar tertentu, Aksioma tersebut merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan dasar dalam unsur — unsur pokok dalam suatu sistem tersebut, dan akhimya diperoleh teorema — teorema yang dibuktikan dengan serentetan pernyataan, Setiap peryataan dapat berupa-defenisi, aksioma atau teorema — teorema dibuktikan kebenarat inter (2007: 74) mendefinisikan matematika adalah, sebagai bly Mathematics is the manipulati spesific as rules, As such mathem other languages in its universal n endeavors. Mathematics is ti might say that this ability t be the first language beings when such CX tract symbols according to language, but it differs from and its applicability to human five science of pure reason. Some ‘mathematically is a characteristic will dengan “tuntutan kurikulum berbasis_kompetensi- yang ditujukan pada pengembangan pada pikiran praktis, logis, kritis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah. Proses pembelajaran matematika sebaiknya memenuhi keempat pilar pendidikan. Keempat pilar tersebut, yaitu; siswa nantinya mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajamya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan fisil sosial maupun budaya, sehingga mampu 15 membantu. pemahaman dan pengetahuan dan terhadap dunia sekitamya (learning to know), Dengan demikian siswa dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya (learning to be) kesempatan untuk berinteraksi dengan individu atau pun kelompok yang bervariasi atau ferning to live together (Anwar, 2004: 5). Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi bahwa pandangan matematika adalah alat siap pakai. Pandangar ndorong agar bersikap cenderung — memberitahu_konsep/sifi dan cara menggunakannya. Dengan kata lain pemt berpusat pada guru Sementara dalam matematika realistik faimana kegiatan matematika itu terpusat pada siswa, Dengan ee pembelajaran matematika sampai batas tertentu perlu deere berada n kondisi daerah, dimana pebelajar itu hasil belajar, dan d). Penilaian berbasis kelas, Berdasarkan komponen kegiatan pembelajaran, baik menurut KBK maupun Matematika Realistik, peran guru lebih banyak pada motivasi dan mendorong kegiatan siswa. Pembelajaran matematika realistik dimulai dari masalah yang real sehingga siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran secara bermakna, Peran guru terutama sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa dalam proses konstruksi 16 dan konsep matematika, Gravemeijer menjelaskan bahwa peran guru harus berubah dari seorang validator (menyalahkan, membenarkan) menjadi pembimbing yang menghargai setiap kontribusi (pekerjaan dan jawaban) siswa. Perbaikan proses pembelajaran di Kelas dapat dititik beratkan pada aspek kegiatan belajar sekalipun dengan dukungan yang minimal dari guru (tanpa perlu diceramahi). Konsep ini berasal dari acuan bahwa tidak ada siswa yang bodoh, dan pengalaman membulktikan bahwa ket neal terjadi jika subjek itu malas belajar. So Menurut Gravemeijer (1994: 91-93) ibelajaran Matematika Realistik ada lima tahapan yang hat siswa yaitu penyelesaian masalah, penalaran, komunikasi, ee jemukan ide sendiri, Pada tahap penalaran, spertsaan diri dan representasi. Pada tahap penyelesaian masalah, fiajak menyelesaikan masalah sesuai dengan caranya sendiri siswa dilatih utul dalam setiap mengerjakan setiap soal yang dikerjakan, ei mengko tahap komunikasi, siswa diharapkan dapat n jawaban yang dipilih pada temannya. Tahap kepercayaan diharapkan dapat melatih kepercayaan diri dengan mau menyampaikan jawaban soal yang diperoleh kepada temannya dan berani maju kedepan Kelas. Pada tahap representase, siswa memperoleh kebebasan untuk memilih bentuk representasi yang diinginkan (benda kongkrit, gambar atau lambang—lambang matematika). Pembelajaran matematika realistik memiliki 5 karakteristik menurut Gravemeijer, 1994 ( Supinah, 2006: 6) diantaranya 7 1. Menggunakan masalah Kontekstual: proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual. 2. Menggunakan model: Konsep atau ide matematika direkonstruksi oleh siswa melalui model — model instrument vertikal, yang bergerak dari prosedur informal kebentuk formal 3. Menggunakan hasil dan konstruksi siswa sendiri: Siswa alti merekonstruksi sendiri bahan — bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakay secara aktif menyelesaikan soal dengan cara masing — m; 4, Berfokus pada siswa 5. Terjadi interaksi antara murid dan gt Gietan belajar bersifat interaktif, yang memungkinkan terjadi kossiihiKasi dan negosiasi antar siswa, simbol-simbol daripada metode formal. 3. Use of studem contribution, Artinya siswa-siswa lebih banyak memberikan kontribusi dalam mengarahkan aktivitas pemecahan masalah secara informal daripada metode formal, 4, Imteracivity, artinya siswa-siswa aktif’ dalam diskusi, negosiasi, mengintervensi dan kerjasama serta evaluasi dalam mengembangkan pembelajaran konstruktif selama menggunakan strategi informal . 18 5. Interwining of learning strands. Artinya pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan dengan fokus untuk memecahkan masalah. Beberapa hal yang perlu dicatat dari karakteristik pendekatan ‘matematika realistik di atas adalah bahwa pembelajaran matematika realistik 1, Termasuk “cara belajar siswa aktif” karena pembelajaran matemtatika dilakukan melalui “belajar dengan mengerjakan 2. Termasuk pembelajaran yang berpusat pada memecahkan masalah dari dunia mereka si gan potensi mereka, sedangkan guru hanya berperan sebagai 3. Termasuk belajar dengan penemust ter ing karena siswa dikondisikan untuk menemukan atau mb matematika; “J 4, Termasuk pem! contekstual Karena titik awal_ pembelajaran smatematika Z salah kontekstual, yaitu yang diambil dari dunia Ss} pembelajaran_ pembelajaranKonstruktivisme arena siswa n_kembali_konsep dan prinsip isw: diarahkan untuk menemukan sendiri pengetahuan matematika mereka dengan memecahkan masalah dan diskusi, Dua catatan terakhir di atas_mengisy watkan bahwa secara prinsip pendekatan matematika realistik merupakan gabungan _ pendekatan konstruktivisme dan kontekstual dalam arti memberi kesempatan kepada siswa untuk membentuk (mengkonstruksi) sendiri pemahaman mereka tentang ide dan konsep matematika, melalui penyelesaian masalah dunia nyata (kontekstual). Penggunaan Konteks masalah sangat signifikan dalam 19) pembelajaran matematika realistik, Pendekatan realistik menjadikan siswa- siswa merasa_—_—persoalan —matematika = mudah —_—_dipelajari (www. fiuu.nl/en/welcome’him)). Model skematis proses pembelajaran yang merupakan proses pengembangan ide — ide dan konsep — konsep yang dimulai dengan dunia nyata yaitu disebut matematisasi konseptual oleh de Lange (dalam Soetarto Hadi, 2010: 3) dilukiskan dalam gambar 1 berikut: Mathematizing in Application Mathematizing and Reflection fraction and nalitation SS m pembelajaran matematika realistik pengembangan suatu Konsep matematika diawali siswa berupa kegiatan eksplorasi pada dunia nyata (real world). Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk berkreasi dan mengembangkan pemikirannya, Untuk menemukan dan_mengidentifikasi masalah yang diberikan, siswa melakukan matematisasi dan refleksi (mathematizing and reflection) berdasarkan pada situasi nyata dengan strategi masing ~ masing. Kemudian pada tahap abstraksi dan formalisasi (abstraction and formatitation), swa mendapat keteraturan dan mengembangkan konsep, 20 Selanjutnya siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah ~ masalah nyata yang, lebih kompleks. Setelah itu siswa dapat mengaplikasikan konsep — konsep matematika (mathematizing in aplication) ke dunia nyata_sehingga ‘memperoleh Konsep, 1) Prinsip — prinsip Pembelajaran Matematika Realistik Tiga prinsip utama yang dikemukakan Gravemeijer, 1994 (Supinah dan Agus, 2009: 72) dalam pembelajaran matematika ope itu: sit -d reinvention and dengan bimbingan guru (a) Ponomuan terbimbing dan matematisasi progr progressive mathematizing). Maksudn; melalui topik — topik yang inet membangun dan menemi ZS in terhadap prosedur formal. jswa diberi kesempatan untuk mbali tentang konsep — konsep matematika. Prinsip ‘idapat dari proses penyelesaian informal, yang selanjutny; (b) Fenomenol “i dalam kehidupan sehari — hari, Dalam hal ini siswa mendapatkan aktis (didactical phenomenology). Siswa dalam matematika harus dimulai dari masalah kontekstual 5 yang ‘gambaran tentang pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik — topik matematika yang. dipelajari dengan mempertimbangkan Kecocokan konteks dalam pembelajaran. Model dan prosedur diusahakan siswa yang menemukannya bukan diajarkan guru. (©) Self developed or emergent models. Prinsip yang ketiga ini merupakan jembatan antara pengetahuan matematika formal dari siswa, Setelah itu 21 siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model — modelnya sendiri. Aktivitas pemodelan dapat berupa membuat gambar, diagram, tabel, atau meliputi_ pengembangan simbol — simbol informal. Guru bertindak sebagai fasilitator, sehingga guru dituntut untuk memahami bagaimana cara memberikan bantuan agar proses Konstruksi siswa dalam pikirannya dapat terbentuk. Guru bertanggung jawab terhadap tugas untuk. membantu siswa, bukan memberi penjelasan eh pembelajaran matematika, guru harus memberi\kespmipatan kepada siswa untuk berperan aktif, sehingga merasa t igsung dalam pelaksanaan pembelajaran. A’ “Treffers (1991: 24-25) akan ada 5 prinsip pendidikan 2 a constructive activity, 2) the learning of a ‘and stimulated by socio cultural context, 5) the structural or schematic character of learning with the intertwining of learning strands both mutually as well as with reality. 3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematika Realistik Pembelajaran matematika realistik sebagai pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangan, Menurut Gravemeijer (1994: 92), menyatakan bahwa dalam pengajaran dengan pendekatan realistik disamping menawarkan cara untuk mencegah kesalahan siswa juga dapat 22 ‘mempelajari proses solusi menurut pola pikir siswa dalam pembentukan Konsep dan relasi matematika dengan mata pelajaran lain Keuntungan pengajaran matematika melalui pendekatan realistik berdasarkan pengalaman Zulkaldri (2002: 45) di antaranya yaitu: J) better understanding of and attitude towards mathematics, 2) better understanding of the subject matter, 3) better understanding on pengalaman suatu ieee (@) fidak semua siswa aktif dalam kerja kelompok, (4) kurikulum yang terlalu padat tidak sejalan dengan realistik, (5) suasana kelas terlalu gaduh (Zulkardi, 2002: 141). Brink (1991: 78) hasil pembelajaran matematika realistik yang menunjukkan adanya kelebihan pembelajaran matematika realistik antara Jain; (1) menghadirkan suasana rileks dalam mempelajari matematika, (2) iswa menjadi sadar bahwa matematika merupakan bagian dari 23 kehidupan sehari-hari siswa, (3) siswa-siswa mudah melakukan koreksi diri ketika menemukan suatu kesalahan, (4) keaktifan siswa menyadarkan mereka bahwa kegiatan belajar matematika tidak hanya mengerjakan atau meneatat, dan (5) siswa-siswa lebih mudah memahami apa yang sedang dipelajari atau ditelitinya. Berdasarkan temuan tentang kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam pembelajaran matematika dengan Stan realistik, maka dapat dikatakan bahwa pembelajarandengan_menggunakan Pendekatan realist akan lebih efekit ji va keeil yang jumlah siswanya Kurang dari 20 orang. Ul dengan jumlah yang keeil oy membimbing dan moe 3a schingga penguasaan konsep, prestasi belajar dan seas Sktif’ siswa dalam pembelajaran_ matematika meningkat eo SS nbelajaran Matematika Realistik: fenurut Herman Hudoyo (1990: 122) pembelajaran_matematika merupakan suatu kegiatan pembelajaran agar siswa belajar_ untuk ‘mendapatkan matematika yaitu kemampuan, keterampilan, dan sikap tentang matematika itu. Kemampuan, keterampilan dan sikap yang dipilih guru harus relevan dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan struktur kogni ng, dimiliki peserta didik. Ini dimaksud agar terjadi interaksi guru dan siswa. Yang dimaksud dengan metode pembelajaran matematika yang digunakan dalam 24 penelitian ini adalah suatu cara atau teknik mengajar matematika yang disusun secara sistematik dan logik dari segi hakekat matematika, Dalam pembelajaran Matematika Realistik metode yang terutama digunakan adalah pemecahan masalah (problem solving), yang diikuti dengan kerja kelompok, diskusi, dan presentase. 5) Alat Peraga dalam Matematika Realist > Alat peraga dalam pelajaran mania sangat_penting Karena objek matematika itu sendiri adal Misalnya_bilangan, segitiga, kerucut adalah konsep abstr jadi, 2000: 49), Guru akan siswa-siswa masih pada tahapan kesulitan mengajarkan mata berpikir konkret sehingga-ala®-péraga dibutuhkan guna memudahkan pemahaman siswa sy masalahan yang muncul dalam uji coba dan implementasi_ Pe! Iatotasee 5 menge in alat peraga sebagai penunjang impelementasi_ PMR. Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah peraga. Beberapa guru mengeluhkan —_sulitnya Penyel8sian matematika menonjolkan pendekatan yang prosedural_schingga setiap siswa harus banyak melakukan latihan-latihan, Di sisi lain, matematika realistik menggunakan pendekatan —masalah Kontekstual,-model-model can interaktif dan metode- pembelajaran visual, konstruksi individu, pen: metode lainnya sehingga banyak guru yang kesulitan dalam menerapkan ‘matematika realistik. Guru-guru harus menggunakan alat bantu berupa skema- skema dan model/peraga (Knuver, 1999: 215). Model visualisasi matema 25 ‘menjadi alat paling efektif’ karona dapat menampilkan berbagai fenomena dari persoalan matematika (Emmer, 2000: 224). Visualisasi dapat ditampilkan melalui benda secara apa adanya, atau dalam bentuk gambaran visual yang menggambarkan suatu konteks lingkungan dengan bantuan media pembelajaran, Moerlands (2003: 25) memberikan beberapa contoh alat peraga murah ou alat peraga tetapi sangat kuat secara pedagogis. In menyebutkan murah (low cost materials) yang dapat digunal matematika dengan pendekatan realistik ant a. Kartu Bilangan Salah satu kompetensi dasar y; mengenal dan meng; belajar peta) banyak bend: ipuan tersebut diperlihatkan oleh kemampuan siswa gan dalam pemecahan masalah. Hasil nampuan siswa menghitung dan mengurutkan membil ‘menghitung secara urut, menyebutkan banyak benda, igkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih sedikit, lebih banyak, atau sama banyak mengurutkan bilangan dari terkecil hingga terbesar dan membilang loncat (2, 10, atau lainnya), (Depdiknas, 2003). Pembelajaran matematika dengan Kartu bilangan dapat _mendorong interaktivitas di kelas, dan siswa terlibat dalam pembelajaran_secara bermakna, Hal ini menunjukkan prinsip penting dalam PMR 26 b, Kertas bekas. Pada pokok bahasan tentang pecahan siswa diharapkan memiliki Kompetensi dan melakukan pengukuran untuk memecahkan_masalah sehari-hari, Salah satu hasil belajar yang diharapkan adalah membandingkan pecahan. Memperkenalkan konsep —_ pengukuran ‘membandingkan pecahan dapat menggunakan kertas bekas. ws agian.yang sama Dengan menggunakan kertas bekas, pertama-tam: siswa secara berkelompok diminta membagi kertas menjadi kemudian menggunting Pola yang dibuat suai kreativitas siswa. Beberapa kelompok lain membagi ks ‘ukuranya sama menjadi tiga bagian sama, dari dua hasil oe fan kertas yang berukuran setengah di jajarkan dengan gunti terlihat ay Menurut Mo 33: 27), menggunakan alat peraga ini sangat ideal fas yang berukuran sepertiga maka akan certas itu, fika rege ja sama, karena anak-anak dapat saling membantu satu s dalam melakukan pengukuran, Kemudian siswa dapat bekSijasama dan berdiskusi tentang alat yang mereka pergunakan, Moerlandas (2003: 27) berpendapat bekerja dengan kertas bekas harus disertai dengan lembar kerja siswa (LKS), karena menuliskan hasil pengukuran merupakan aspek penting dalam kegiatan ini, Selain itu dengan adanya LKS_ siswa merasa mempunyai kewajiban untuk melengkapi LKS mereka, sekaligus mereka dapat melakukan penilaian 27 terhadap hasil pethitungan yang telah dilakukan. Pembelajaran dengan ‘menggunakan pengukuran bisa juga menggunakan alat peraga lain, Dengan bantuan alat peraga sedethana (low cost material) guru dapat mengembangkan pembelajaran yang menarik. Masih banyak contoh alat peraga sederhana yang Iain adalah berdasarkan karakteristik materi yang diajarkan, Dalam penelitian ini menggunakan alat peraga gambar model entukan keberhasilan siswa agian dari suatu pecahan, roti/kue, coklat. Prestasi Belajar Matematika Kemampuan intelektual siswa san dalam memperoleh prestasi. Untuk ey fahui bethasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu a u evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh Dy Adapun pres! diartikan hasil yang diperoleh Karena adanya aktivitas Ne! terjadi dal ‘ah laku manusia, Proses tersebut tidak akan terjadi apabila proses. belajar mengajar berlangsung, tah dilakukan, Belajar adalah perubahan yang terjadi yang tidak ada Satu yang mendorong pribadi yang bersangkutan, Prestasi_belajar merupakan hal yang tidak dapat dpisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar (Qwww.sunartombs. woedpress.com, diambil tanggal 22 Agustus 2011). Selaras dengan pendapat di as, Jejen, Harsoyo, & Rusmawan (2009: 358) menyatakan bahwa apa yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar. Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa 28 setelah melakukan kegiatan belajar, ada yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar (Tohirin, 2006: 151). Sehubungan dengan prestasi belajar, Winkel (1999: 164) menyatakan bahvwa siswa yang berorientasi pada pengejaran keberhasilan, memiliki nilai tinggi sebagai hasil yang maksimal dan memandang kemampuan sebagai suatu yang selalu dapat ditingkatkan, dia menetapkan suatu sasaran belajar untuk mengangkat apne sendiri sehingga merasa bertanggung jawab terhadap taraf, belajar. Prestasi <5) ‘yakni: kognitif, afektif (@ memuaskan jika seseorang lebih jauh. Keberhasilan biasanya diatribusikan pa belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi ti dan psikomotor, sebaliknya dikatakan pres belum mampu memenuhi target inner iteria tersebut Berdasarkan monn S ‘maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingks iaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai formasi_ yang diperoleh dalam proses belajar setiap bidaiig studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Dengan demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan akiual yang dapat ur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan dan sosial yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari apa yang dipelajari di sekolah. 29 Prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang meneeritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu, Hasil dari pengukuran ini meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor, yang diukur setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen tes yang relevan, 3. Konsep dalam Matematika S Mengenai_Kkonsep dalam matematika, Hudoyo (1990: 32) mengatakan bahwa suatu konsep adalah su; igasan yang dibentuk dengan impulan eksemplar yang cocok. memandang sifat-sifat yang sama & Menurut Ausubel konsep yang ‘anak dapat diperoleh melalui dua cara yaitu formasi konsep dan ‘onsep. merupaks atau bukan dari ide absrak tersebut. Sedangkan Konsep dalam matematikaradalah ide/gagasan yang dapat mengklasifikasikan karakteristik suatu objek atau kejadian dan menentukan apakah objek atau kejadian itu suatu contoh atau bukan contoh berdasarkan sifat- sifat yang dimilikinya, sehingga belajar suatu konsep berarti belajar memahami kebersamaan sifat-sifat dari benda-benda Konkrit atau peristiwa-per Matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Hal yang demikian tentu akan 30 membawa akibat pada terjadinya proses pembelajaran_matematika, Menurut Dienes (Herman Hudoyo, 1988) dikatakan bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk-bentuk konkret. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa betapa pentingnya memanipulasi obyek-obyek/alat dalam bentuk permainan yang dilaksanakan dalam pembelajaran, Pembentukan konsep dalam matematika realistik Rak dari dunia nyata atau dunia konkret. Al Jupri dik (2009: 3) manish del pembelajaran ied) sep melalui model fa fase, yaitu eksplorasi, yang mendorong. siswa untuk membangun pembelajaran melingkar yang terdiri pengembangan konsep, dan aplikasi ise lima fase, yaitu engage (mer WY masalah bersama-sama), Py iswa-siswa menjelaskan Konsep dalam bahasa iga fase ini dikembangkan menjadi wasalah_menarik), eksplore (menggali mereka sendiri), ex iswa menerapkan Kkonsep ke dalam konsep matematika tm mal, evaluate (siswa-siswa diajak untuk mengevaluasi Kembali konsep-konsepnya dan dirangsang untuk kembali melakukan eksplorasi Iobih lanjut). Kelima langkah tersebut dapat dijadikan model pengorganisasian belajar bermakna Langkah-langkah ini merupakan langkah runtut yang tidak dapat dibalik. Jadi kegiatan mengeksplorasi harus dilakukan sebelum melakukan pengembangan Konsep, dan penjelaan harus dilakukan sebelum melakukan aplikasi konsep ke dalam matematika formal. 31 Belajar pembentukan konsep adalah mengenal sifat bersama dari benda- benda konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu, Pada tahap ini, biasanya pada anak usia 7-11 tahun, perkembangan intelektualnya baru pada tahap identifikasi atau mengenali sesuatu, negasi atau mengingkari sesuatu, dan reprokasi atau mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal (Sunarto dan Hartono, 2002: 25), Misalnya untuk memahami Konsep persegi panjang anak mengamati daun pintu rumah (yang berbentuk persegi opie, papan tulis, bingkai foto (yang bentuknya persegi panjang) dan sebageinya. Untuk hal-hal tertentu belajarpembentukan konsep mer Jawan dari belajar memperbedakan. Belajar memperbedakan in anak dapat membedakan ng berlainan, sedangkan belajar objek-objek berdasarkan batnier pembentukan konsep mengingin objek ke dalam teams By Dalam pem: anak dapat mengklasifikasikan objek- yang memiliki karakteristik sama mnsep, Konsep-konsep itu. sudah ada sebelumnya sedang dalam ukan konsep adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk ‘membentul ‘gori-kategori baru yang —merupakan suatu__tindakan penemuan/jiembentukan konsep. Kegiatan mengkategori memiliki dua Komponen yaitu. tindakan pembentukan konsep dan tindakan pemahaman_ konsep. Selanjutnya dalam pembelajaran konsep pada penelitian ini untuk membelajarkan konsep pecahan siswa kelas II Sekolah Dasar. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman konsep tersebut dengan menggunakan pembelajaran matematika realist 32 4, Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikimnya. ‘Tahap berpikimya masih belum formal dan relatif masih kongkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas bawah masih ada yang pada tahapan pra-operasional (Muhibbin Syah, 2009: 29). Anak SD yang pada tahap pra-operasional belum memahami hukum kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep - konsep operasi, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian, Ve. Anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang berumur aay yuh sampai dengan 12 tahun pada dasarnya perkembangan intelel jermasuk dalam. tahap operasional kongkret, sebab berfikir logikny; an atas manipulasi fisik dari obyek-obyek (Muhibbin Syah, 2009: 20). mengetahui simbol — simbol may yang abstrak, dalam sinecahy mutai berkurang egosentrisnya, dan lebih la usia fersebut anak sudah dapat api belum dapat mengahadapi hal ~ hal sosiosentris (mulai peer group). 1, Tahap S88Sori motorik, sejak lahir sampai usia dua tahun, Ciri khas dari tahap ini adalah tidak adanya bahasa, anak bersikap egosentris. Anak atau bayi bertindak dengan mata, telinga, tangan, dan mutut 2. Tahap pra operasional kongkrit, yaitu anak berusia 2. sampai 7 tahun. Tahap inj adalah tahap anak-anak pra sekolah yang menggunakan symbol untuk mewakili sensorimotoriknya, Pengembangan bahasa mulai terjadi, namun belum memiliki logika berpikir 33 3. Tahap operasional kongkrit, yaitu anak berusia 7 tahun sampai 11 tahun, Pada tahap ini anak mengembangkan kemmampuan untuk mempertahankan, kemampuan untuk mengelompokkan, mengurutkan dari yang terkecil sampai yang paling besar dan sebaliknya, dan menangani Konsep angka. Akan tetapi dalam tahap ini proses pemikiran diarahkan pada kejadian-kejadian sil atau nyata yang bisa diamati oleh anak. Anak dapat memecahkan masalah yang agak kompleks selama masalah itu kongkrit dan tidak abst ey 4, Tahap operasional formal, yaitu anak berusia 11 tahui . Pada tahap ini proses berpikir mereka tidak lagi tergantung, ian-kejadian Kongkrit, namun mereka sudah dapat berpikir se semakin logis. S Berdasarkan keempat oe tas maka anak usia sekolah dasar yang pada umumnya berusia =O ak, Pemikiran mereka juga mpai 11 tahun berada pada tahap ketiga yaitu tahap operasional Kongkrit, bem B. Peneli ¢ Relevan Jadi_kemampuan berpikimya pun juga secara pikir secara abstrak. tian Armanto (Sutarto Hadi, 2005: 42) tentang pengembangan alur pembelajaran lokal topik perkalian dan pembagian dengan pendekatan realistik di SD pada dua kota, Yogyakarta dan Medan menunjukkan bahwa swa dapat membangun pemahaman perkalian dan pembagian dengan ‘menggunakan stratesi penjumlahan dan pembagian berulang, Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa secara aktif membangun pemahaman mereka sendiri dengan menggunakan strategi penemuan Kembali dan 34 mendapatkan hasil (menyelesaikan soal) baik secara individu maupun kelompok. Penelitian Sri Rahayu guru kelas IIL SD Kanisius Demangan Baru (2005) berdasarkan penelitiannya “pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI memang beda”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan nilai ulangan bersama sm1 lebih baik dari pada perolehan nilai yang tidak menggunakan PMRI. apy fealistik terhadap Penelitian Andri Anugrahana (2010) “pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pend aktivitas siswa dan hasil belajar siswa di sekol asil penelitian melalui pendekatan realistik dalam pembelajaran dika konsep pecahan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa ey, si belajar siswa. Dari berbagai hasil rel meneliti_ tentang paingeeady realistik, Hal ini be oan igar dengan penerapan pendekatan realistik akan relevan di atas, peneliti sangat tertarik nbelajaran_ matematika melalui pendekatan meningkatkan ajar matematika siswa dalam pembelajaran. C. Kerang Dalam pencapaian tujuan pembelajaran matematika di SD, guru harus dapat memilih pendekatan pembelaja n yang seyogyanya _membantu mengarahkan pemahaman konsep siswa. Penggunaan pendekatan yang kurang tepat dalam pembelajaran matematika akan semakin membuat siswa merasa takut terhadap pembelajaran tersebut, sehingga berdampak pada rendahnya penguasaan Konsep dan prestasi siswa rendah. Siswa $D yang berada pada tahap operasional 35 Konkret, masih_ memerlukan pembelajaran yang menggunakan pengalaman Jangsung atau dunia nyata, Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan realistik Karena sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Pendekatan realistik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Karena dengan pendekatan realistik dapat membuat siswa aktif melalui bantuan alat peraga. Dengan memperhatikan skematis realistik dan langkah — langkah pembelajaran matematika yang juga ‘u pada hal ~ hal yang kontekstual atau realistik maka dapat dis belajaran-matematika dengan menggunakan pendekatan realist feningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri oy, ntul Yogyakarta. D. Hipotesis Tindakan AVY Berdasarkan kerany igka teoretik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adab pan pendekatan realistik pada_mata_pelajaran matematika dat ygkatkan prestasi belajar siswa kelas IIT SD Priyan Bantul 36 BAB UL METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), Karena penelitian ini dilaksanakan sesu NY fan_langkah— langkah PTK yang dimulai dari tahap perencanaat ‘anaan, observasi dan refleksi_ yang. bertujuan. untuk men fasalah-masalah dalam praktek pembelajaran di kelas. La untuk meningkatkan tote pendekatan realistik, x Sep bilangan dan operasi-operasinya, wekah penelitian diupayakan mbelajaran matematika melalui Khususnya topik pe sekitfang ke arah kondisi yang diharapkan, Penelitian ini berkaitan dengan penggunaan pendekatan realistik untuk meningkatkan _keefektifan pembelajaran matematika, Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, artinya peneliti dan kolaborator mendiskusikan dan bekerjasama dalam penelititan ini sejak perenungan untuk menentukan masalah, planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (observasi), sampai dengan kegiatan reflecting (refleksi). Dalam penelitian ini, langkah—langkah 37 penelitian yang akan dilaksanakan mengacu pada model Kemmis dan McTaggart (1990, dalam —Wiriaatmadja, 2010: 66). Setiap siklus/pentahapan tindakan meliputi perencanan, tindakan, observasi, dan refleksi Reiexsi — | 4 Perenca- Gambar, iklus Kemmis & McTaggart a. Tahap Penelitian Tindakan tahap awal peneliti menjajagi keadaan dan kemampuan melalui observasi antara Iain bagaimana gambaran, perilaku siswa baik di dalam maupun di luar kelas, perhatian dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, kemampuan guru mengajar, sikap siswa terhadap mata pelajaran, penggunaan metode guru dalam kegiatan mengajar, kurikulum yang digunakan, hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Mardapi (2008; 88) mengatakan bahwa awal pelajaran perlu dilakukan tes untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Informa tentang kemampuan awal sangat diperlukan untuk dijadikan Jandasan atau kriteria guna mengukur atau mengetahui adanya perubahan dan peningkatan yang terjadi sebagai akibat dari penerapan suatu.pendekatan. Pada tahap berikutnya peneliti bersama guru kelas III dan kepala sekolah sebagai kolaborator menentukan sebagai berikut: a. Kelas pen: Bantul, er b. Waktu penelitian adalah semester II bulan i - Maret Tahun jan adalah Kelas I SD Negeri Priyan kecamatan Pelajaran 2010/2011. ©. Membuat jadwal tindakan be aa dengan guru kelas IIL. 4. Menentukan materi pokok dalait penelitian ini yaitu Bilangan dan op belajaran/rencana pelaksanaan pembelajaran operasi-operasi e. Membuat st kan standar isi kurikulum yang ‘Menyiapkan lembar kerja siswa dan alat bantu atau alat peraga yang diperlukan. g. Menyiapkan instrumen yang diperlukan berdasarkan permasalahan yang diangkat untuk setiap tindakan dilaksanakan. b. Tahap Perencanaan Tindakan Sesuai karakteristik pembelajaran dengan pendekatan realistik, maka rencana tindakan yang dilakukan adalah: 39

You might also like