Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 140

EFEKTIFITAS PIJAT BAYI TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6 BULAN


DI KELURAHAN BINTARO JAKARTA

Skripsi
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :
PUSPITA EKA KURNIA SARI
1110104000009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA

Undergraduate Thesis, September 2014

Puspita Eka Kurnia Sari, NIM: 1110104000009

Effectiveness of Baby Massage in The Growth and Development of 6 Months


Babies In The District Bintaro Jakarta.

xviii + 87 pages + 3 charts + 9 tables + 7 attachments

Infant period is the basis of a childs growth and development for next steps. This
period depends on parents and family in fulfilling basic needs to grow and to
develop. Stimulation during infant period is needed to stimulate a babys growth
and development. Baby massage is an activity which can stimulate the babys
growth and development, and it can be done by parents or baby sitters. The
objective of this study is to find out the effectiveness of baby massage in the
growth and development of six-month babies in the district Bintaro, Jakarta. The
study is a qualitative study using quasi experiment with non randomized pre and
post test with control group design. Total sample of the study is 24 people gained
from total sampling technique. Instruments of the study are KPSP, a meter, and
baby scales. The data are analyzed using univariate and bivariate (by examining
Chi Quadrat formula to gain Odds Ratio values and t-test independent formula to
gain Eta Squared values). The results show that baby massage is effective for the
development. It is proved by the Odd Ratio values which are 11 times more
effective to improve the ability of raising chest and 10 times more effective to
improve the ability of raising neck. Moreover, baby massage is also effective for
the growth (weight and height) proved by Eta Squared values which are 0,28 for
the weight and 0,43 for the height. It means that baby massage is very effective
for a babys growth especially for its weight and height.

Keywords: baby massage, development, growth, KPSP, infants 6 months of age.


Reference: 76 (2002 2013)

iii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, September 2014

Puspita Eka Kurnia Sari, NIM: 1110104000009

Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia


6 Bulan Di Kelurahan Bintaro Jakarta

xviii + 87 halaman + 3 bagan + 9 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK

Masa bayi sebagai dasar dari pertumbuhan dan perkembangan seorang anak
menuju tahapan berikutnya. Masa ini sangat bergantung kepada orang tua dan
keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar untuk tumbuh dan berkembang.
Stimulasi dalam masa bayi sangat diperlukan untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan. Pijat bayi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang
tua ataupun pengasuh bayi sebagai tindakan menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat
bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di kelurahan
Bintaro Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
quasi eksperiment dengan pendekatan non randomized pre and post test with
control group design. Responden yang berjumlah 24 orang diperoleh
menggunakan teknik total sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
KPSP, meteran, dan timbangan bayi. Analisis data menggunakan univariat dan
bivariat (uji chi square untuk mendapatkan nilai odds ratio dan uji t-test
independent untuk mendapatkan nilai Eta Squared). Hasil penelitian didapatkan
nilai efektifitas pijat bayi terhadap perkembangan dihitung dengan melihat hasil
odds ratio didapatkan pijat bayi 11 kali lebih besar untuk meningkatkan
kemampuan mengangkat dada, 10 kali lebih besar untuk meningkatkan
kemampuan mengangkat leher, nilai efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan
(berat badan dan panjang badan) dihitung dengan menggunakan rumus Eta
Squared diperoleh hasil 0,28 untuk berat badan dan 0,43 untuk panjang badan
yang berarti pijat bayi memiliki efektifitas yang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) bayi.

Kata Kunci: Pijat bayi, perkembangan, pertumbuhan, KPSP, bayi usia 6 bulan.
Referensi: 76 (2002 2013)

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : PUSPITA EKA KURNIA SARI

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Agustus 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Komplek Depsos 7 No.12 Rt. 004 Rw. 02,

Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan,

DKI. Jakarta. 12330

Telephone/HP : 085780759676

E-mail : puspitaekaksari@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Tat Wam Asi 1997 1998

2. SDN 01 Bintaro Jakarta 1998 2004

3. SMPN 161 Jakarta 2004 2007

4. SMAN 29 Jakarta 2007 2010

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010 sekarang

viii
LEMBAR PERSEMBAHAN

UNTUKMU PAPAH UNTUKMU MAMAH

Kasih sayangmu Cintamu.. selalu kau berikan padaku

Perjuanganmu Usaha kerasmu kau peras keringatmu

Untuk semua cita-cita ku Sedikitpun tak pernah mencari kesenangan


untukmu

Disetiap lelahmu kau selalu berusaha tersenyum didepanku

Walau diriku sering mendurhakaimu Diriku terkadang membuat kecewa


dirimu

Dan dirimu tak pernah sekalipun berhenti untuk memberikan semua itu

Dirimu pun tak pernah sedikitpun meminta balasan apapun dariku

Karena aku tahu Dirimu melakukan semua itu

Hanya untuk membuatku bahagia dan tersenyum disetiap langkah


kehidupanku

Selama hidupku dirimu menjadi cahaya dan pelita dalam setiap langkah
kehidupanku

Maafkanlah dirikuYang belum bisa membalas semua kebaikan yang telah


kalian berikan untukku disepanjang kehidupanku

Diriku berjanji Ku kan selalu berusaha dan berdoa semampuku kepada Allah
SWT untuk kebahagiaan dan kesehatanmu di masa tua mu nanti

Diriku kan berusaha membahagiakan dan menjaga mu hingga dunia


memisahkan kita

Walaupun kelak apa yang ku beri Pastilah tidak akan pernah dapat sama
dengan sebesar apa yang diriku terima selama ini

Best Love

Kakak Sari

ix
KATA PENGANTAR

Assalamualaykum wr.wb
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah
S.W.T yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Efektifitas
Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan di
Kelurahan Bintaro Jakarta.
Pembuatan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana keperawatan (S.Kep), serta sebagai penerapan dan
pengembangan teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan. Penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang bertujuan untuk
perbaikan sebagai penyempurnaan skripsi ini selanjutnya.
Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai
banyak pihak yang telah memberikan dorongan motivasi dan masukan untuk
penulisan ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. dr. MK Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep,M.KM selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep,M.Sc selaku Sekretaris Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, S.Kep,M.Kep,Sp. Kep.An selaku dosen
pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan masukan kepada penulis.

x
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp,M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan masukan kepada
penulis untuk penguatan dalam metode penelitian ini.
6. Ibu Yenita Agus, M.Kep,Sp.Mat,Ph.D dan Ibu Ns. Uswatun Hasanah,
MNS selaku dosen penguji pada seminar proposal yang telah memberikan
banyak masukan kepada penulis.
7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga sekarang, serta
seluruh jajaran staf karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
8. Orang tua tercinta papah Ermawansyah dan mamah Sri Tuti untuk kasih
sayang, doa serta dukungannya baik secara material, moral dan spiritual
yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Semoga kebaikan dan
pengorbanan kalian selama kehidupan ini tidak akan sia-sia yang akan
dibalas oleh Allah SWT. Semoga penulis dapat menjadi seperti apa yang
kalian harapkan dan menjadi putri terbaik kalian.
9. Adik ku tersayang Sony dan Ayi serta keluarga besar penulis yang
senantiasa memberikan doa dan dukungan semangat yang tulus.
10. Sahabat ku, orang spesial yang berada dalam hati ini, seluruh teman-
teman PSIK 2010, saudara seperjuangan selama perjalanan di KPA.
Arkadia UIN Jakarta, adik dan kakak kelas PSIK UIN Jakarta yang telah
banyak membantu untuk penulisan ini serta memberikan memotivasi
maupun dukungannya kepada penulis. Pihak-pihak yang telah membantu
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,


namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis tentunya untuk wawasan serta pengetahuan penelitian terkait.
Wassalamualaykum wr.wb.
Jakarta, September 2014

Puspita Eka Kurnia Sari

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA . ii

ABSTRAC .. iii

ABSTRAK .. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN . v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .. viii

LEMBAR PERSEMBAHAN ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI .. xii

DAFTAR SINGKATAN ... xv

DAFTAR BAGAN . xvi

DAFTAR TABEL .. xvii

LAMPIRAN .. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang . 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian . 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xii
A. Bayi .. 12
1. Definisi Masa Bayi 12
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi .. 13
3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Bayi ... 18
B. Pijat Bayi . 21
1. Definisi Pijat Bayi . 21
2. Manfaat Pijat Bayi . 23
3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi 25
4. Penelitian Terkait Dengan Pijat Bayi 26
C. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) 29
1. Cara Menggunakan KPSP . 30
2. Interpretasi Hasil KPSP . 31
D. Peran Keluarga Dalam Perawatan dan Pengasuhan Anak ... 34
E. Kerangka Teori 37

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep 38
B. Hipotesis .. 39
C. Definisi Operasional 40

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian . 42
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
C. Populasi dan Sampel 44
D. Instrument Penelitian ... 46
E. Uji Validitas dan Realibilitas .. 46
F. Langkah Langkah Pengumpulan Data .. 47
G. Etika Penelitian 50
H. Pengolahan Data .. 54

xiii
I. Analisis Data 55

BAB V HASIL

A. Gambaran Lokasi Penelitian 57


B. Analisis Univariat 58
C. Analisis Bivariat .. 59
1. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi
Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol .. 59
2. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi
Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ... 61

BAB VI PEMBAHASAN

A. Pembahasan Univariat . 66
1. Usia . 66
B. Pembahasan Analisis Bivariat . 67
1. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol . 68
2. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 70
C. Keterbatasan Penelitian .. 77

BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan .. 78
B. Saran 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR SINGKATAN

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

CBR : Crude Birth Rate

APGAR : Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration

KPSP : Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan

ASI : Air Susu Ibu

KMS : Kartu Menuju Sehat

Kemenkes RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

TK : Taman Kanak-Kanak

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

CM : Centimeter

GR : Gram

UIN : Universitas Islam Negeri

WHO : World Health Organization

ODC : Ornithine Decarboxylase

OR : Odds Ratio

NCHS : National Center for Health Statistics

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman
2.1 Kerangka Teori 37
3.1 Kerangka Konsep 39
4.1 Bentuk Rancangan Penelitian 43

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Panduan Pertumbuhan Berat Badan Anak Usia 0 1 Tahun 14
Tabel 2.2 Panduan Pertumbuhan Panjang Badan Anak Usia 0 1 Tahun 15
Tabel 2.3 Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Usia 6 Bulan 33
Tabel 3.1 Definisi Operasional 40
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Usia Bayi 58
Tabel 5.2 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Dada Menggunakan Kedua Lengan Sebagai Penyangga Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 60
Tabel 5.3 Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Leher Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol 61
Tabel 5.4 Pertumbuhan Berat Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol 62
Tabel 5.5 Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Antara Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol 64

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan

Lampiran 2. Informed Consent


Lampiran 3. Booklet Panduan Pijat Bayi Sendiri Di Rumah
Lampiran 4. Leaflat Stimulasi
Lampiran 5. Ceklis Jadwal Kegiatan Harian Pijat Bayi
Lampiran 6. Lembar Observasi Pertumbuhan Bayi
Lampiran 7. Lembar Observasi Perkembangan Bayi

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia pada tahun 2012 tercatat jumlah bayi sebanyak 4.462.562

jiwa dari 23.009.874 balita yang ada (Data Statistik Indonesia, 2012). Untuk

wilayah DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara jumlah kelahiran sebesar

170.379 bayi lahir hidup pada tahun 2012 menempati urutan ke 6 untuk

jumlah kelahiran setelah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera

Utara dan Banten (Kemenkes RI, 2012).

Masa bayi merupakan tahapan dimana pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat cepat, dimulai dari bayi itu lahir hingga nanti

berusia 1 tahun. Usia perkembangan bayi terbagi menjadi 2 yaitu, neonatus

dari lahir hingga berusia 28 hari dan bayi dari 29 hari hingga 12 bulan (World

Health Organization, 2013; Depkes, 2009). Sedangkan menurut Roesli (2013)

yang dikatakan bayi adalah anak dengan usia 0 sampai 12 bulan.

Masa bayi dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan

kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar dari awal

kehidupannya (Yusuf, 2006). Masa bayi dikatakan sebagai golden age atau

masa keemasan karena pada masa ini perkembangan otak berlangsung. Otak

bayi mempunyai sifat plastisitas yaitu kemampuan susunan syaraf untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan atau kerusakan yang disebabkan oleh

1
2

faktor eksternal dan internal, penyesuaian kemampuan syaraf untuk regenerasi

(Zero to Three, 2012). Bayi-bayi memiliki kesempatan untuk tumbuh dan

berkembang dengan optimal pada masa keemasan diawal kehidupan mereka

(Potter & Perry, 2005). Apapun informasi yang diberikan akan berdampak

bagi si anak di kemudian hari (US Department of Health and Human Service,

2009).

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan

perkembangan bayi diantaranya adalah keturunan dan lingkungan. Faktor

keturunan (genetik) ini berhubungan dengan gen yang diberikan dari seorang

ayah dan ibu kepada anaknya. Faktor lingkungan (environment) terdiri dari

lingkungan biologis, fisik, sosial dan psikologis. Pertumbuhan dan

perkembangan merupakan hasil interaksi dari dua faktor tersebut yang

mempengaruhi kualitas proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak

(Chamidah, 2009). Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan yaitu

nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) ketika

lahir, dan pemberian ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif (Primadi & Alam, 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang

berkesinambungan, bersifat kontinu dan pertumbuhan merupakan bagian dari

proses perkembangan (Wong, 2009; Potter & Perry, 2005). Pertumbuhan yang

meliputi perubahan tinggi badan, berat badan, gigi, struktur tulang, dan

karakteristik seksual. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif. Sedangkan

perkembangan seperti perkembangan motorik, sensorik, kognitif dan

psikososial bersifat kualitatif (Potter & Perry, 2005).


3

Menurut teori Piaget perkembangan kognitif awal yaitu, tahap sensori

motorik. Bayi lahir sudah memiliki sejumlah refleks bawaan dan dorongan

untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar. Refleks terjadi ketika bayi

menerima stimulus atau rangsangan, karena bayi sangat peka terhadap

lingkungan dan stimulus yang diberikan (Wong, 2009; Depkes, 2009).

Perkembangan yang paling mudah dilihat oleh orang tua pada bayinya

yaitu gerakan atau motorik pada bayinya. Secara umum perkembangan gerak

tubuh ada 2 yaitu motorik kasar (gross motoric) dan motorik halus (fine

motoric). Motorik kasar merupakan gerakan tubuh dengan mempergunakan

otot-otot besar seperti menendang, memegang, duduk, berdiri dan berlari

(Widodo & Herawati, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan masa bayi

terbagi menjadi empat bagian yaitu, usia 0 3 bulan, 4 6 bulan, 7 9 bulan

dan 10 12 bulan. Saat usia 4 6 bulan inilah tumbuh kembang anak lebih

cepat pada perkembangan motoriknya (Kemenkes RI, 2010).

Pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua dan

keluarga memiliki peran yang sangat penting bukan hanya untuk memenuhi

nutrisi yang cukup, memberikan perhatian dan kasih sayang, melainkan juga

memberikan stimulus untuk membantu proses penyempurnaan jaringan saraf

anak (Wijayanti & Purwandari, 2006). Diawal pertumbuhan dan

perkembangan orang tua memiliki peran dalam pemberian stimulus

rangsangan taktil agar terbentuk koordinasi terhadap reflek dan gerakan bayi

dengan baik, menanggapi komunikasi bayi sehingga bayi senantiasa memiliki

stimulus untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya dan mampu


4

mengoptimalkan perkembangan bicara karena adanya rangsangan pada otak

yang bertanggung jawab terhadap kemampuan bahasa (Chamidah, 2009).

Pemberian stimulus yang diberikan sesaat setelah bayi lahir

memberikan efek yang sangat penting pada perkembangan kemampuan

motorik dan adaptasi sosial di masa perkembangan bayi hingga dewasa nanti

(Jin Jing et al, 2007). Dalam perkembangan seorang anak, stimulasi

merupakan suatu kebutuhan dasar. Stimulasi memegang peran yang sangat

penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi untuk

dapat berkembang dengan maksimal. Selain itu, stimulasi yang diberikan

terus-menerus secara rutin dapat merangsang perkembangan pada sel-sel otak

dan akan memperkuat hubungan antar syaraf yang telah terbentuk, secara

otomatis fungsi otak akan menjadi semakin baik (Chamida, 2009).

Stimulasi yang diberikan orang tua dalam bentuk stimulasi visual,

verbal, audiktif, taktil dan lain-lain. Perhatian, kehangatan, semtuhan, pelukan,

senyuman dan kasih sayang yang diberikan orang tua merupakan stimulasi

yang penting pada awal perkembangan bayi (Irmawati, Ardani, Astasari,

Irwanto, Suryawan & Narendra, 2012; Chamida, 2009). Stimulasi rangsangan

yang mudah diberikan oleh orang tua secara aktif pada bayi dapat melalui

stimulasi taktil dalam bentuk pijatan, menggerakkan kaki dan tangan bayi

pada posisi ekstensi serta fleksi (Soedjatmiko, 2006).

Pijat adalah terapi yang telah dilakukan oleh orang tua dahulu dan

populer sebagai seni perawatan (Andrews dalam Widodo & Herawati, 2008).

Sekarang ini mulai dikembangkan pijat pada bayi atau baby massage yang

telah banyak dilakukan penelitiannya (Onozawa dalam Inal & Yildiz, 2012).
5

Beberapa penelitian terhadap pijat bayi memberikan hasil laporan terkait

dengan manfaat pijat bayi seperti pijat bayi dapat meningkatkan berat badan,

meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan

konsentrasi bayi & membuat bayi tidur lebih lelap, membina bonding

attachmen antara orang tua dengan anak serta dapat meningkatkan produksi

ASI ibu (Roesli, 2013).

Pijat bayi selain dapat membantu pertambahan panjang badan dan

berat badan bayi juga dapat memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan

motorik kasar, motorik halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur

seorang bayi (Inal& Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Manfaat dari pijat bayi

mekanisme dasarnya (fisiologi), yang terjadi antaralain karena Beta endorphin

mempengaruhi mekanisme pertumbuhan, aktivitas nervus vagus

mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan, aktivitas nervus vagus

meningkatkan volume ASI, produksi serotonin meningkatkan daya tahan

tubuh dan pemijatan dapat mengubah gelombang pada otak (Roesli, 2013).

Penelitian terkait dengan pijat bayi antara lain, penelitian oleh Jin Jing

et al (2007) mendapatkan hasil bahwa pada bayi yang diberikan perlakuan

pijat bayi dan latihan gerak, pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat

dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan pijat dan latihan gerak.

Didapatkan hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Inal dan Yildiz (2012)

bahwa bayi sehat lahir cukup bulan yang mendapatkan tindakan pijat bayi

perkembangan mental motor lebih signifikan dibandingkan dengan

kelompok yang tidak mendapatkan tindakan. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Merineherta (2009) mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi
6

terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat

perbedaan peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan

jauh lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan. Dari

keseluruhan penelitian yang ada, menyimpulkan bahwa pijat bayi merupakan

salah satu cara membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta

sebagai bounding attachment antara ibu dan anak (Moszkowski & Stack,

2007).

Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini masih banyak di

temukannya anakanak yang mengalami keterlambatan pada pertumbuhan

dan perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008). Fenomena ini terjadi

karena banyak orang tua yang kurang memahami akan pentingnya proses serta

tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada anak mereka. Kondisi ini dapat

dilihat, seperti seorang ibu yang tidak mengajak bayinya berbicara ketika

sedang melakukan perawatan ataupun tidak memberikan latihan-latihan gerak

pada kaki dan tangan bayi. Sehingga mereka kurang memberikan dan

melakukan stimulasi sejak dini pada anak mereka (Hurlock, 2002).

Keterlambatan perkembangan anak dirasakan oleh orang tua ketika

seharusnya anak usia 2 3 tahun yang seharusnya sudah mulai berbicara,

namun hingga saat usia anak semakin bertambah melebihi dari usia untuk

seorang anak dapat berbicara, hingga waktunya terlewati anak belum dapat

berbicara seperti anakanak lainnya, orang tua baru merasakan kekhawatiran

dan menyadari bahwa anaknya mengalami keterlambatan pada pertumbuhan

& perkembangannya (Widodo & Herawati, 2008; Hurlock, 2002).


7

Saat studi pendahuluan dilakukan, diambillah sampel sebanyak 15 bayi

yang berusia 6 bulan saat bulan Februari yang berada di wilayah kerja dari

puskesmas kelurahan Bintaro untuk dilakukan skrinning perkembangan

menggunakan Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP). Didapatkan

hasil sebanyak 11 bayi atau sebesar 73,3% bayi yang mengalami

keterlambatan pada perkembangannya. Setelah dijumlahkan masing-masing

pertanyaan yang ditanyakan tidak dapat dilakukan oleh bayi, pada poin nomor

keempat untuk motorik kasar mengangkat dadanya menggunakan kedua

lengannya sebagai penopang badannya saat telungkup 13 bayi atau 86,7%

belum dapat melakukannya dan poin nomor kesepuluh saat posisi telentang

tangan bayi dipegang lalu di tarik perlahan-lahan ke posisi duduk bayi

seharusnya mempertahankan lehernya secara kaku, namun seluruh bayi belum

dapat melakukannya. Poin nomor keempat dan kesepuluh pada penilaian

KPSP untuk usia 6 bulan akan mempengaruhi perkembangan bayi selanjutnya.

Bayi-bayi yang menjadi sampel studi pendahuluan secara fisik sehat,

tidak mengalami gizi buruk, tidak kegemukan, tidak pernah mengalami kejang

demam, tidak memiliki penyakit meningitis dan terlahir dengan kondisi yang

sempurna secara fisik. Peneliti mendapatkan hasil dari wawancara saat studi

pendahuluan dari ibu bayi yang menjadi sampel saat studi pendahuluan, 15

ibu atau 100% mengakui mereka tidak begitu mengerti apa yang penting saat

diawal pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu hanya beranggapan jika

diberi ASI ataupun makanan tambahan saja cukup, namun untuk aspek

perkembangannya tidak terlalu diperhatikan. Pengetahuan tentang manfaat

dan pentingnya pijat bayi untuk bayi ibu kurang mengetahuinya.


8

Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti sangat

tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam dan lanjut terkait mengenai

efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia

6 bulan di wilayah kelurahan Bintaro ini.

B. Rumusan Masalah

Masa bayi merupakan masa kritis dan keemasan pada awal kehidupan.

Pada masa bayi inilah pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan

pesat. Pada saat studi pendahuluan di dapatkan bayi yang mengalami suspect

keterlambatan pada perkembangannya. Dari data tersebut maka bayi

memerlukan stimulasi, karena stimulasi penting untuk proses pertumbuhan

dan perkembangan seorang anak. Berbagai stimulasi yang diberikan oleh

orang tua ke anak dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melakukan

pijat bayi terstruktur. Pijat bayi memberikan banyak manfaat untuk bayi dan

orang tua terutama ibu. Dari penjabaran latar belakang dan studi pendahuluan

saat awal akan melakukan penelitian hingga muncul rumusan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan

dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dari pijat bayi

terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi usia 6 bulan di

Kelurahan Bintaro Jakarta.

b. Tujuan Khusus
9

1. Mengidentifikasi karakteristik responden bayi berdasarkan usia bayi.

2. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan bayi saat awal

penelitian sebelum diberikan intervensi pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol.

3. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan bayi sesudah

diberikan perlakuan pijat bayi pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan pijat bayi.

4. Mengidentifikasi efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan berat

badan, panjang badan dan perkembangan kemampuan mengangkat

dada, mengangkat leher bayi sesudah intervensi pada kelompok

eksperimen dengan pembanding kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut untuk :

1. Bagi Orangtua

Penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan keterampilan

mengenai stimulasi melalui praktek pijat bayi dan manfaat dari pijat bayi

dalam rangka meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan

anak-anak yang dapat dilakukan oleh orangtua dan pengasuh selama

perawatan di rumah. Sebagai masukan bagi orangtua agar dapat

mengerti dan memahami pentingnya stimulasi bagi anak selama proses

pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kualitas, wawasan dan

sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dalam


10

pendidikan keperawatan, terutama dalam bidang ilmu keperawatan anak

terhadap praktik dari pijat bayi. Dapat memberikan informasi mengenai

efektifitas dari pijat bayi sebagai stimulasi terhadap proses pertumbuhan

dan perkembangan anak. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bagian

dari landasan dalam pengembangan evidence based bagi ilmu

keperawatan itu sendiri.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan menjadi

masukan tambahan bagi peneliti berikutnya yang ingin melakukan

penelitian terkait dengan pijat bayi.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan

pendekatan non randomized pretest-posttest with control group design yang

dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian

eksperimen ini dilakukan sebagai cara untuk mengetahui efektifitas pijat bayi

terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di wilayah

kelurahan Bintaro Jakarta. Metode penelitian ini dilakukan dengan cara

memberikan pelatihan bagaimana cara menstimulasi anak melalui pijat bayi,

booklet, lembar balik dan video langkah-langkah dari teknik pijat bayi kepada

orang tua, mengumpulkan data, melakukan pengukuran berat badan, panjang

badan sebagai aspek pertumbuhan dan penilaian aspek perkembangan dengan

Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) pada bayi yang diberikan

perlakuan pijat bayi dengan yang tidak diberikan perlakuan pijat. Populasi dari
11

penelitian ini adalah seluruh bayi pada saat bulan yang sama telah berusia 6

bulan hingga 6 bulan 15 hari di wilayah kerja puskesmas kelurahan Bintaro.

Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 30 hari pada bulan Juni

hingga Juli 2014.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi

1. Definisi Masa Bayi

Neonatus merupakan istilah untuk bayi saat bulan pertama setelah

kelahiran. Masa bayi adalah periode dari saat lahir hingga berusia genap 1

tahun (Gruendemann & Fernsebner, 2006). Menurut Kasdu (2004) yang

dikatakan bayi adalah individu yang berusia 0 hingga 1 tahun. Masa bayi

merupakan kehidupan awal saat usia 18 bulan pertama (Papalia dan Old

dalam Akbar & Hawadi, 2008). Masa bayi atau infancy adalah masa

perkembangan yang pertama setelah dilahirkan hingga berusia 18 atau 24

bulan (Santrock, 2003).

Masa bayi merupakan waktu yang penting untuk kesehatan,

pertumbuhan dan perkembangan bayi (Public Health Agency of Canada,

2012). Masa bayi sebagai dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan

dari fisik, psikologis dan sosial seorang individu yang akan menapaki

masamasa berikutnya (Mares, Newman & Warren, 2011). Setiap bayi

yang lahir ke dunia ini memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak

masa keemaasannya (Soedjatmiko, 2006). Pada masa ini bayi masih

sangatlah bergantung kepada orang tuanya maupun orang dewasa lainnya.

Banyak aktivitas psikologis baru dimulai kemampuan bicara, mengatur

12
13

indera-indera, tindakan fisik, berfikir dengan simbol, meniru, dan belajar

dari orang lain (Santrock, 2003).

Dari beberapa pengertian yang ada, penulis menyimpulkan bahwa

masa bayi adalah periode kehidupan yang terjadi selama usia 0 hingga 12

bulan, seluruh kehidupannya masih bergantung kepada orangtua, serta

menjadi masa untuk tumbuh dan berkembang secara cepat selama 1 tahun

pertama.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi di dalam

tubuh yang meliputi ukuran, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ,

maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran

panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Pertumbuhan

dapat dilihat secara fisik, seperti ukuran lingkar kepala, berat badan,

panjang badan, lingkar lengan, dan lain-lain (Pratiwi, 2013).

Pertumbuhan adalah suatu ukuran dari kematangan fisik (Gupte,

2004). Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ juga

mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Terdapat 3 periode

pertumbuhan cepat, yaitu masa janin, masa bayi 0 1 tahun dan masa

pubertas (Chamida, 2009).

Pemantauan terhadap pertumbuhan anak sangat penting

dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth

faltering) secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut,


14

penimbangan anak setiap bulan sangat diperlukan (Kemenkes RI,

2013). Pemantauan pertumbuhan seorang bayi dan balita dapat

dilakukan melalui penimbangan saat kegiatan posyandu tiap bulannya

dengan menggunakan catatan grafik di dalam Kartu Menuju Sehat

(KMS) (Chamida, 2009).

Pada awal pertumbuhan seorang anak mengalami pertumbuhan

yang cukup cepat dan signifikan. Pertumbuhan berat badan bayi usia

0-6 bulan mengalami penambahan 150-210 gram/minggu (Wong,

2009). Menurut Gupte (2004), bayi akan memiliki berat badan dua kali

berat lahirnya pada umur 5 sampai 6 bulan. Bayi akan mengalami

penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya.

Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang hingga usia 9

tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan

berhenti pada usia 1820 tahun (Wong, 2009).

Tabel. 2.1
Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Berat Badan Anak Usia 0-1
tahun seperti :

Usia Bayi (Bulan) Berat Badan (gram)


0 2700 3000
1 3400 4000
2 4000 4700
3 4500 5400
4 5000 6000
5 5500 6500
6 6000 7000
7 6500 7500
8 6800 8200
9 7300 8500
10 7600 9000
11 8000 9500
12 8200 9700
15

Tabel. 2.2
Kemenkes RI (2012) Panduan Pertumbuhan Panjang Badan Anak Usia
0-1 tahun seperti :
Usia Bayi (Bulan) Panjang Badan (centimeter)
0 40,5 50,5
1 43,5 55,5
2 46,0 58,0
3 48,0 60,0
4 49,5 62,5
5 51,0 64,5
6 52,5 66,0
7 54,0 67,5
8 55,5 69,0
9 56,5 70,5
10 57,5 72,0
11 58,5 73,5
12 60,0 74,5

b. Perkembangan

Perkembangan adalah suatu ukuran dari kematangan fungsi

(Gupte, 2004). Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi pada

diri individu dengan bertambahnya kemampuan dan fungsi tubuh dari

yang sederhana ke yang lebih kompleks, sebagai hasil dari proses

pematangan. Di dalam proses perkembangan terdapat pematangan sel-

sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang

berkembang sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya

(Chamida, 2009).

Pada awal perkembangan anak di tahun pertama sangat

menakjubkan, yakni dari seorang bayi yang tak berdaya ketika lahir,

akan memiliki sejumlah kepandaian dan perubahan-perubahan yang

sangat cepat (Suhartini, 2007). Proses perkembangan anak dapat

berlangsung secara alamiah, tetapi proses tersebut sangat tergantung

kepada orang dewasa atau orang tua (Kania, 2006). Tahapan


16

perkembangan pada penilaian KPSP untuk bayi saat usia 3 bulan, 6

bulan, 9 bulan dan 12 bulan (Kemenkes RI, 2010).

Menurut teori perkembangan psikoseksual Freud, bayi saat usia

0-12 sedang mengalami fase oral. Selama fase ini bayi memperoleh

kesenangan dan kepuasannya pada aktivitas oral, seperti menghisap,

menggigit, mengunyah dan mengecap. Sedangkan menurut teori

Erikson saat usia bayi mengalami fase percaya versus tidak percaya.

Pada fase ini terbentuknya kepercayaan bayi terhadap orang tua

melalui kasih sayang yang didapatkannya. Pada perkembangan

kognitif menurut teori Piaget, bayi sedang mengalami tahapan

perkembangan sensorik dan motoriknya (Wong, 2009).

Perkembangannya seorang anak dapat dilakukan pengecekan

melalui Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) sesuai usia

perkembangannya. Pada anak, perkembangannya meliputi

perkembangan pada motorik kasar, motorik halus, perilaku sosial dan

bahasa (Kemenkes RI, 2010).

1) Perkembangan motorik kasar

Merupakan bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan

keterampilan otot-otot besar atau kasar. Kemampuan menggunakan

otot-otot besat bagi anak merupakan kemampuan gerak dasar

(Suhartini, 2007).

Pada usia 6 bulan kemampuan untuk motorik kasar bayi seperti

mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak dan stabil, dapat

telungkup sambil mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai


17

tumpuan, membalikkan badan dari posisi terlentang ke posisi

telungkup dan sebaliknya, serta bayi dapat mempertahankan lehernya

secara kaku ketika di tarik kedua tagannya secara perlahan (Kemenkes

RI, 2010).

2) Motorik Halus

Segala aspek kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil dan bagian

tubuh tertentu saja. Namun memerlukan koordinasi yang cermat

(Chamida, 2009).

Pada usia 6 bulan kemampuan motorik halus pada bayi seperti,

menggerakkan kepalanya dan mengikuti arah gerakan dari stimulasi

yang dilihatnya, menggenggam pensil yang kita letakkan diatas

punggung tangan atau ujung jari bayi, mengarahkan pandangan

matanya pada benda-benda kecil seperti kacang atau uang logam dan

bayi mampu meraih mainannya yang kita letakkan agak jauh dari bayi

namun masih dalam jangkauan tangannya (Kemenkes RI, 2010).

3) Personal sosial

Kemampuan mandiri bayi dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Perkembangan pada masa bayi ini ditunjukkan dengan

adanya tanda-tanda tersenyum dan mulai menatap wajah orang lain

untuk mengenali seseorang (Chamida, 2009).

Pada usia 6 bulan bayi akan tersenyum ketika melihat mainan yang

lucu, gambar atau binatang peliharaan ketika sedang bermain sendiri

(Kemenkes RI, 2010).

4) Kemampuan Bicara dan Bahasa


18

Kemampuan untuk bayi dalam memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada

masa ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan bersuara

(menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel (Chamida, 2009).

Pada bayi usia 6 bulan, kemampuan bahasa yang ada seperti tertawa

mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi

bukan menangis (Kemenkes RI, 2010).

3. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan Bayi

Dalam kehidupan seorang individu sejak dalam kandungan lalu di

lahirkan ke dunia ini hingga tua nantinya akan mengalami pertumbuhan

dan perkembangan. Berbagai faktor pun mempengaruhi dari proses

pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang merupakan

hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau

keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari

ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis,

fisik, psikologis, dan sosial (Chamida, 2009). Faktor lingkungan ini

sangatlah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, karena

lingkungan memberikan stimulasi terbesar pada seorang anak (Kania,

2006).

Gupte (2004) menjelasakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yakni:

a) Faktor keturunan
19

Memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan tubuh. Seperti

orangtua yang tinggi cenderung memiliki anak yang tinggi juga.

b) Faktor nutrisi

Kekurangan gizi mengakibatkan keterbelakangan pertumbuhan fisik

dan perkembangan fisik pada anak.

c) Faktor lainnya seperti status sosial, ekonomi, emosional, pengaruh

lingkungan, penyakit kronis dan infeksi juga mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

Sedangkan menurut Wong (2009), faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain :

a) Keturunan

Kebanyakan karakteristik fisik, pola dan gambaran bangun tubuh

diturunkan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak. Terdapat hubungan yang besar antara orangtua dan anak dalam

hal sifat tinggi badan, berat badan dan laju pertumbuhan.

b) Faktor Neuroendokrin

Pusat pertumbuhan berada di bagian hypotalamus. Beberapa hubungan

fungsional diantara hypotalamus dan sistem endokrin mempengaruhi

pertumbuhan. Ada 3 hormon yang mempengaruhi yaitu, hormon

pertumbuhan, hormon tyroid dan androgen. Hormon hormon ini

akan merangsang metabolisme protein sebagai zat pembangun tubuh.

c) Nutrisi

Nutrisi merupakan satu-satunya faktor yang pengaruhnya paling

penting bagi pertumbuhan. Selama masa bayi dan kanak-kanak,


20

kebutuhan kalori lebih besar. Saat masa ini kebutuhan kalori dan

protein jauh lebih tinggi, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan

berat badan dan tinggi badan yang sangat cepat.

d) Hubungan Interpersonal

Hubungan dengan orang lain memiliki peran kritis dalam

perkembangan. Seorang ibu memiliki pengaruh besar terhadap

perkembangan pada bayinya, khususnya perkembangan emosi,

intelektual dan kepribadian. Melalui orangtua seorang anak mengenal

dunia dan perasaan aman untuk memberanikan dalam pergaulan di

lingkungannya nanti.

e) Tingkat Sosioekonomi

Tingkat sosial ekonomi memberikan dampak yang signifikan pada

pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyebab perbedaan ini masih

belum pasti, tingkat derajat kesehatan dan nutrisi yang berada pada

level sosial ekonomi rendah lebih kurang dibandingkan dengan sosial

ekonomi sedang dan tinggi.

f) Penyakit

Perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu

manifestasi klinis dalam sejumlah gangguan herediter. Gangguan

pertumbuhan yang dapat dilihat pada skeleta, seperti dwarfisme.

Dalam gangguan lainnya seperti yang terjadi pada sindrom klineferter

dan marfan.
21

B. Pijat Bayi

1. Definisi Pijat Bayi

Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam

kehidupan manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulanbulan pertama

kehidupan bayi sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini,

2011). Sentuhan merupakan bagian dalam dari perawatan pada bayi untuk

membantu dalam kematangan dari fisik bayi dan hubungan emosi antara

orang tua dan bayi (Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010).

Sentuhan adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang merupakan

bagian dari pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama kehidupan

yang akan membantuya dalam pertumbuhan dan perkembangan

selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010).

Sentuhan pada bayi dapat berupa sentuhan aktif atau pasif.

Sentuhan pasif dapat dilakukan saat orang tua melakukan perawatan

seperti mengganti popok, kangoro mother care, memberikan susu dan

berupa sentuhan minimal lainnya. Sentuhan pasif atau metodologis berupa

pemijatan yang dilakukan oleh orang tua pada bayinya sebagai cara

menstimulasi rangsangan yang diberikan yang biasa disebut baby massage

atau pijat bayi (Leonard, 2008). Pijat bayi merupakan cara memberikan

stimulasi berupa sentuhan dengan cara pemijatan (Lee HK, 2006).

Pijat bayi merupakan praktek yang sudah ada sejak dahulu di

sebagian besar belahan dunia, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Eropa

yang dilakukan secara tradisional dan diturunkan secara turun-temurun

pada generasi berikutnya. Pada awal abad ke-20 banyak folk practices
22

seperti pijat bayi yang terlewatkan dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Namun sekarang ini, banyak peneliti modern yang melakukan penelitian

kembali terhadap folk practices yang digabungkan dengan kaidah-kaidah

ilmu yang ada sekarang (Lappin & Kretschmer, 2005). Pijat bayi adalah

salah satu folk practices yang saat ini sangat banyak dieksplorasi oleh

para ilmuan, dokter, ahli fisiologi, spesialis perkembangan anak dan para

pendidik kesehatan yang ada (Schafidi et al dalam Lappin & Kretschmer,

2005).

Pijat bayi telah menjadi bagian dalam perawatan umum sehari-hari

yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh bayi. Selain sebagai

bagian dari perawatan umum sehari-hari pijat bayi juga merupakan cara

sederhana dalam berkomunikasi antara orang tua dan bayi yang

menciptakan kontak mata langsung sehingga menjadikan rasa hubungan

fisik dan emosional yang kuat antar keduanya karena dapat mencerminkan

perasaan masingmasing (Gurol & Polat, 2012; Cheng, Volk & Marini,

2011; Underdown, Barlow & Stewart-Brown, 2010).

Pijat bayi dilakukan dengan cara sederhana yang mudah untuk

dipelajari dan dilakukanya, hanya memerlukan sedikit perlengkapan dan

kita tidak perlu mengeluarkan uang lebih kecuali waktu yang kita

butuhkan. Pijat bayi dapat dilakukan sendiri di rumah saat luang oleh

orang tua, pengasuh bayi, maupun kakek dan nenek si bayi (Moszkowski

& Stack, 2007; Heath & Bainbridge, 2004).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan pijat bayi

adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang tua ataupun pengasuh
23

bayi sebagai tindakan menstimulasi bayi dan otot-ototnya untuk lebih

berkembang dengan cara sentuhan dan pijatan-pijatan lembut pada tubuh

bayi.

2. Manfaat Pijat Bayi

Pijat bayi memberikan manfaat sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan relaksasi (Field, Diego, Medina, Delgado & Hernandez,

2011). Dari berbagai literature review yang ada, pijat bayi dapat

membantu pertambahan panjang badan dan berat badan bayi serta

memberikan manfaat stimulasi untuk kematangan motorik kasar, motorik

halus, sosial adaptif dan meningkatkan kuantitas tidur seorang bayi (Inal&

Yildiz, 2012; Jin Jing et al, 2007). Pada penelitian yang dilakukan

Nuryanti (2012) pijat bayi dapat memberikan manfaat menurunkan angka

frekuensi sakit pada bayi usia 1-3 bulan.

Menurut Lorenz, Moyse dan Surguy (2005) manfaat dari pijat bayi

antara lain:

a) Physical health

Para peneliti menemukan bahwa pijat dapat memiliki dampak yang

baik pada kenaikan berat badan bayi premature. Pada bayi yang sehat

dan cukup bulan saat lahir ketika diberikan pijatan, tidurnya lebih

nyenyak dan jatuh tertidur lebih cepat. Bayi yang nyenyak tidurnya

dapat membantu bayi senantiasa sehat.

b) Psychological development

Perkembangan psikologis, terutama kognitif dapat ditingkatkan dengan

stimulus yang diberikan saat pijat bayi dilakukan. Para peneliti


24

menyimpulkan bahwa respon bayi meningkat melalui pijat bayi

dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan pijat bayi.

c) Benefit for parents

Ibu yang melakukan pemijatan pada bayi mereka lebih banyak

merasakan kesenangan pada diri mereka saat melakukannya, mereka

juga merasakan psikologis mereka lebih baik dibandingkan mereka

yang tidak melakukan pemijatan. Ayah juga merasakan hubungan

kedekatan mereka dengan bayi mereka jauh lebih kuat dibandingkan

dengan yang tidak melakukan pemijatan.

d) Developing parenting skills

Para orang tua yang berpartisipasi dalam kelompok pijat bayi mereka

dapat saling bertukar informasi pengalaman mereka saat melakukan

perawatan pada bayi terutama bagi orangtua baru dapat memberikan

tambahan wawasan orang tua dalam melakukan perawatan pada

bayinya.

Manfaat pijat bayi bagi ibu yaitu, menjadikan ibu semakin dekat

hubungan batinnya dengan sang anak, membuat ibu merasa rileks dan

merasakan stresnya berkurang, ibu lebih memiliki waktu yang banyak

untuk berkomunikasi dengan bayinya dan dapat memperbanyak produksi

ASI (Air Susu Ibu). Sedangkan manfaat pijat bayi bagi bayi itu sendiri

seperti, bayi akan merasakan kenyamanan setelah mendapatkan pijat bayi

sehingga dapat tidur lebih nyaman, bayi menjadi tidak mudah stres,

pencernaannya tidak mudah terganggu, membantu perkembangan mental


25

bayi, dan meningkatkan kekuatan otot serta sirkulasi darah pada bayi

(Suririnah, 2009).

Pijat bayi memberikan begitu banyak manfaat untuk bayi dan

orangtua. Pemberian pijat bayi sedini mungkin akan memberikan manfaat

yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Subakti &

Rizki, 2008). Setelah orangtua mengetahui manfaat dari pijat bayi adahal

yang harus diperhatikan oleh orangtua untuk melakukan pijat bayi, seperti

waktu dan semua persiapan untuk melakukan pemijatan pada bayi

(Suririnah, 2009).

3. Hal yang Diperhatikan Ketika Pemberian Pijat Bayi

Pada bayi usia 0 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan

halus dan sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut.

Bayi dengan usia 1 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun

pijatan halus dengan tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas

bayi sudah dapat diberikan pijat bayi dengan tekanan yang lebih (Roesli,

2013).

Pijat bayi dapat dilakukan pada pagi hari saat orangtua serta bayi

akan memulai hari baru dan pada sore hari ataupun malam hari sebelum

bayi tidur dengan pemberian pijatan akan membuat bayi merasa rileks dan

nyaman sehingga dapat tidur dengan nyenyak. Selain waktu menurut

Roesli (2013) ada hal hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan

pemijatan, seperti:

a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar.
26

b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan

perhiasan.

c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup

diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara

berjalan dengan lancar.

d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk orang tua ataupun

pengasuh bayi untuk memberikan pijatan pada bayi. Orang tua ataupun

pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan nyaman tidak dalam

kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan, karena akan

berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan.

e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih.

f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi.

Selama melakukan pemijatan orang tua melakukan kontak mata

dengan bayi dengan penuh kasih sayang, bernyanyilah ataupun

memutarkan lagulagu yang tenang dan lembut untuk menciptakan

suasanan yang nyaman untuk orang tua dan bayi. Pemijatan dapat

dilakukan menggunakan baby lotion atau minyak kelapa yang lembut

untuk bayi. Tidak disarankan untuk pemberian pijatan setelah bayi selesai

makan, membangunkan bayi yang tertidur khusus untuk pijat, memijat

saat kondisi bayi sedang tidak sehat dan memaksakan pemberian pijatan

pada bayi saat bayi tidak mau dipijat (Roesli, 2013).

4. Penelitian Terkait dengan Pijat Bayi

Penelitian mengenai The Effect of Baby Massage on Mental

Motor Development of Healthy Full Term Baby (Inal & Yildiz, 2012).
27

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan grup kontrol.

Dilakukan selama bulan Juni 2001 Oktober 2002. Dengan subyek 104

bayi sehat dan cukup bulan yang lahir di Istanbul University Istanbul

Medical Faculty Gynecology and Obstetry Clinic. 52 sebagai kelompok

kontrol, dan 52 lagi sebagai kelompok experimen. Penelitian

menggunakan Baby massage brosur, Ankara Development Screening

Inventory (ADSI) sebagai instrumen penelitian. Penelitian menunjukkan T

scores pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan

kelompok kontrol. T score untuk perkembangan mental dan motornya

pada kelompok eksperimen pada usia 3 bulan 74,58,1 dan usia 6 bulan

60,854,32. Sedangkan T score pada kelompok kontrol pada usia 3 bulan

49,885,47 dan usia 6 bulan 50,527,32. Kesimpulan dari penelitian yaitu

pijat bayi dapat mendukung perkembangan mental motor bayi sehat

cukup bulan.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Jin Jing et al (2007) yaitu

Massage and Motion Training For Growth and Development of Infants di

Guangzhou, China selama 1 tahun dengan desaign eksperiment.

Subyeknya adalah bayi yang dipilih secara acak dan dikelompokkan sesuai

dengan usianya. Usia 0 bulan 90 bayi kelompok eksperimental dan 90 bayi

kelompok kontrol. Bayi yang tersisa hingga akhir penelitian karena keluar

dari proses penelitian hanya 54 bayi di kelompok eksperimen dan 62 bayi

di kelompok kontrol pada usia 0 bulan. Sedangkan usia 6 bulan yang

tersisa hingga akhir penelitian 62 bayi di kelompok eksperimen dan 52

bayi di kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini


28

adalah Development Quotient (DQ). Hasil dari penelitiannya

membuktikan bahwa pemberian pijatan dan latihan gerak dapat

meningkatkan secara signifikan perkembangan fisik dan kecerdasan pada

bayi mulai dari bayi baru lahir maupun bayi dengan usia 6 bulan.

Penelitian pada Effektifitas Massage Efflurage Terhadap

Perkembangan Gross Motoric pada Bayi Usia 3-4 Bulan yang dilakukan

Widodo dan Herawati (2008) mendapatkan hasil untuk perkembangan

motorik kasar merangkak, pull to sit dan rolling pada kelompok

eksperimen lebih signifikan perkembangannya dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Untuk T score merangkak kelompok eksperimen

80,343,12 dan kelompok kontrol 40,133,22. Untuk T score pull to sit

dan rolling kelompok eksperimen 50,266,12 dan kelompok kontrol

40,263,12 & 25,047,12. Penelitian ini merupakan penelitian quasi

eksperiment dengan two group post test design with kontrol. Proses

penelitian selama 1 bulan, dilakukan pemijatan setiap 1 minggu dua kali

selama 4 minggu oleh terapis pada kelompok eksperimen. Kesimpulan

pada penelitian adalah pemberian massage bayi usia 3-4 bulan dapat

mempengaruhi dan merangsang proses pertumbuhan dan perkembangan

gross motorik pada kemampuan merangkak, poll to sit & rolling.

Penelitian terkait lainnya adalah Pengaruh pijat bayi terhadap

peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan di Kelurahan Pasia Nan

Tigo Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2009 yang dilakukan

Merineherta (2009) mendapatkan hasil ada pengaruh pijat bayi terhadap

peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat perbedaan
29

peningkatan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh

lebih baik dari pada bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai P<

0.05. Pemberian pijat oleh orang tua selama 30 hari dan pengukuran berat

badan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal, berat badan

setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari. Data di analisis dengan

menggunakan General Linear Model ( Reveated Measure ).

C. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan

Pada awalnya skrinning perkembangan menggunakan Denver II

sebagai salah satu alat skrinning yang telah banyak digunakan oleh profesi

kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Namun, tidak semua anak dapat

dilakukan skrinning perkembangan karena yang biasa melakukan adalah

dokter anak dan memerlukan biaya cukup mahal, sementara Departemen

Kesehatan RI mengharapkan pada tahun 2010, 80% anak balita sudah

dilakukan skrinning perkembangan agar dapat dilakukan intervensi dini

terhadap anak yang dicurigai mengalami gangguan perkembangan (Kadi,

Garna & Fadlyana, 2008).

Depkes RI pada tahun 2005 mengeluarkan revisi buku deteksi dini

tumbuh kembang yang bertujuan identifikasi dini perkembangan anak di

tingkat terbawah, yaitu tingkat kecamatan, berupa kuesioner praskrining

perkembangan (KPSP). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

merupakan salah satu instrument skrinning yang diwajibkan oleh Depkes

untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer. KPSP sangat mudah

digunakan baik oleh petugas kesehatan maupun tenaga non kesehatan yang

terlatih, guru TK (Taman Kanak-kanak), guru PAUD (Pendidikan Anak Usia


30

Dini), dan orang tua juga dapat mendeteksi dini adanya kelainan

perkembangan anak sejak usia 3 bulan sehingga dengan cepat dapat dilakukan

intervensi dini (Ariani, 2013). Pada penelitian Damayanti (2006) hasil

terhadap sensitivitas dan spesifitas KPSP masing masing yaitu 60% dan

92%.

1. Cara Menggunakan KPSP :

KPSP usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72

bulan. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah

yang lebih kecil dari usia anak.

Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah

KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang

diberikan adalah KPSP 9 bulan.

a) Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan.

Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh :

bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3

bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.

b) Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur

anak.

c) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :

1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh :

Dapatkah bayi makan kue sendiri?

2) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk

melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : Pada


31

posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan

tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk

d) Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak

jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum

melaksanakan.

e) Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.

f) Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.

g) Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

2. Interpretasi Hasil KPSP:

a) Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)

b) Hitung jawaban Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)

c) Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan

perkembangan (S)

d) Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

e) Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan

(P).

f) Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

Untuk anak dengan perkembangan sesuai (S) orang tua atau

pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik. Pola asuh anak

selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan

umur dan kesiapan anak. Keterlibatan orang tua sangat baik dalam tiap

kesempatan stimulasi. Tidak usah mengambil momen khusus. Laksanakan


32

stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari yang terarah. Ikutkan anak setiap

ada kegiatan Posyandu.

Untuk anak dengan perkembangan meragukan (M) orang tua dapat

konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang

diberikan lebih sering. Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk

mengejar ketertinggalan anak. Bila anak sakit lakukan pemeriksaan

kesehatan pada dokter anak. Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut

yang menghambat perkembangannya. Lakukan KPSP ulang setelah 2

minggu menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama

dinilai. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama

sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur

anak. Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia

hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai

KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak

sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan. Lakukan skrining

rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi. Bila setelah 2

minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.

Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan

fasilitas klinik tumbuh kembang.


33

Tabel 2.3.
Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan Usia 6 Bulan

1. Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti Gerak halus Ya Tidak
gerakan anda dengan menggerakkan kepala sepenuhnya
dari satu sisi ke sisi yang lain?

2. Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam Gerak Ya Tidak


keadaan tegak dan stabil? Jawab TIDAK bila kepala Kasar
bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya.
3. Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari Gerak halus Ya Tidak
bayi. (jangan meletakkan di atas telapak tangan bayi).
Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama
beberapa detik?

4. Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat Gerak kasar Ya Tidak
mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai
penyangga seperti pada gambar ?

5. Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada Bicara & Ya Tidak


tinggi atau memekik tetapi bukan menangis? bahasa
6. Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari Gerak kasar Ya Tidak
telentang ke telungkup atau sebaliknya?
7. Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat Sosialisai & Ya Tidak
mainan yang lucu, gambar atau binatang peliharaan pada kemandirian
saat ia bermain sendiri?
8. Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil Gerak halus Ya Tidak
sebesar kacang, kismis atau uang logam? Jawab TIDAK
jika ia tidak dapat mengarahkan matanya.
9. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh Gerak halus Ya Tidak
namun masih berada dalam jangkauan tangannya?
10. Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu Gerak kasar Ya Tidak
tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di
sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh
kembali seperti gambar sebelah kanan.
34

D. Peran Keluarga Dalam Perawatan dan Pengasuhan Anak

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak, karena

anak bagian dari sebuah keluarga. Konsep perawatan berpusat pada keluarga

telah diperkenalkan ke publik lebih dari 4 dekade yang lalu, menekankan

pentingnya keluarga dalam kesejahteraan anak-anak. Sejak itu, nilai-nilai dan

praktik-praktik yang berpusat pada keluarga telah banyak diimplementasikan

dalam kesehatan dan keperawatan anak (Bamm & Rosenbaum, 2008).

Secara umum fungsi keluarga menurut Setiadi (2008) sebagai berikut:

1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubugan

dengan orang lain.

2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

kelurga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu dalam meningkatkan penghasilan utuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota kelurga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi.
35

Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak, sejak

anak dilahirkan. Di dalam keluarga ini anak-anak akan banyak mendapatkan

pengalaman untuk tumbuh dan berkembang demi masa depannya. Di dalam

keluarga orang tua dapat memberikan stimulus untuk merangsang tumbuh

kembang anak dan contoh perilaku yang kelak akan ditiru oleh anak

(Wuryandani, 2010).

Menurut Kania (2006) keluarga sebagai Family Centered Care atau

sebagai pusat perawatan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar anak

untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

Meliputi pemenuhan pada pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar,

imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan

pemukiman yang layak kebersihan perseorangan dan sanitasi lingkungan

yang layak.

2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)

Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan

kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik

fisik, mental dan psikososial.

3. Kebutuhan stimulasi fisik dan mental (ASAH)

Stimulasi fisik akan mengembangkan perkembangan gerak motorik halus

maupun kasar pada anak. Sedangkan stimulasi mental mengembangkan

perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,

moral-etika dan produktivitas anak nantinya.


36

Anak yang tumbuh dan berkembang secara optimal perlu pengasuhan

yang lengkap dari kedua orang tuanya. Peran ayah sebagai kepala keluarga

dalam pengambilan keputusan tentang perawatan anak dan dukungannya

untuk pemberian air susu ibu (ASI). Peranan anggota keluarga lainnya dalam

perkembangan bayi adalah memberi dukungan emosional kepada ibu.

Dukungan ayah dan anggota keluarga lainnya dalam proses pertumbuhan fisik

dan perkembangan anak melalui stimulasi positif tidak kalah pentingnya

dengan peranan ibu dalam mengasuh anak (Briawan & Herawati, 2008).
37

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Peran Keluarga Dalam Perawatan dan


Pengasuhan Anak

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan Pijat bayi (baby massage)


perkembangan
Merupakan cara pemberian stimulus
- Keturunan - Hubungan interpersonal rangsangan melalui sentuhan dengan
- Sosioekonomi - Lingkungan pijatan. Dilakukan sehari 2kali
- Penyakit - Neuroendokrin selama 15 menit.
- Stimulasi - Nutrisi

Pertumbuhan dan perkembangan


Pengukuran dengan
timbangan dan meteran - Berat badan - Panjang badan
- Lingkar kepala
- Motorik Kasar - Motorik halus
- Bahasa - Sosial adaptif

Motorik Halus Motorik Kasar

Menggerakkan kepalanya Mempertahankan posisi kepala


Kuesioner Pra
mengikuti arah stimulasi, dengan stabil, dapat telungkup
Skrining
menggenggam pensil yang dan membalikkan badan dari
Perkembangan
diletakkan dekat jarinya posisi terlentang ke posisi
(KPSP)
telungkup (sebaliknya)
Usia 6 bulan
Bahasa Personal sosial

Tertawa mengeluarkan suara Tersenyum ketika melihat hal


gembira bernada tinggi yang lucu bagi dirinya

Sumber. Chamida (2009), Gruendemann & Fernsebner (2006), Gupte (2004),


Hae-Kyung Lee (2006), Kasdu (2004), Kemenkes RI (2010), Lappin & Kretschmer (2005),

Leonard J (2008), Mares, Newman & Warren (2011), Roesli (2013) dan Wong (2009).
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat untuk memberikan arah dan gambaran alur

pada penelitian, yang telah dikembangkan dari kerangka teori serta hubungan

pada variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat

variabelvariabel yang ingin peneliti ketahui dan teliti, yaitu pijat bayi sebagai

variabel bebas (independent) dan sebagai variabel terikat (dependent) adalah

pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan. Pada penelitian ini

terdapat variabel pengganggu (konfonding) yang dianggap akan dapat

mempengaruhi hasil penelitian ini, namun sudah dikontrol di dalam kriteria

inklusi pada sampel. Berikut ini bagan mengenai kerangka konsep yang akan

dilakukan oleh peneliti.

38
39

Bagan 3.1. Kerangka konsep penelitian tentang efektifivitas pijat bayi

terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di wilayah

kelurahan Bintaro.

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pijat bayi selama 4 minggu

Kelompok intervensi

Pertumbuhan Pertumbuhan
dan dan
perkembangan perkembangan
pre intervensi post intervensi
Kelompok kontrol

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban atau patokan dalil sementara dalam

penelitian, yang akan dibuktikan dalam penelitian ini (Notoatmojo, 2005).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini yang diajukan sehubungan dengan

masalah adalah terdapat efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan bayi usia 6 bulan di kelurahan Bintaro Jakarta.


40

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Definisi Operasional Ukur
1. Variabel Pijat bayi merupakan - Booklet dan video panduan Melakukan observasi Hasil pengukuran Nominal
bebas: stimulasi rangsangan pijat bayi. setelah pemberian dinyatakan
Pijat bayi yang diberikan dalam - Ceklist jadwal kegiatan pijat pengetahuan pada orang dengan:
bentuk pemijatan bayi kelompok intervensi. tua responden dengan 1 = Jika ibu
terstruktur pada bayi. menganalisa kegiatan melakukan
Pijat bayi diberikan 2 orang tua untuk melakukan stimulasi pijat
kali sehari dengan pijat bayi terstruktur pada bayi terstruktur.
durasi waktu selama 15 kelompok intervensi dan 2 = Jika orang tua
-20 menit, dilakukan pada kelompok kontrol melakukan
selama 14 hari. orang tua hanya stimulasi
memberikan stimulasi sentuhan berupa
sentuhan berupa usapan usapan lembut
lembut tanpa pijat bayi tanpa pijat bayi
terstruktur setelah terstruktur.
memandikan bayi.
41

No. Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Definisi Operasional Ukur
2. Variabel Pertumbuhan pada bayi - Meteran dengan centimeter Melakukan observasi Hasil pengukuran Interval
terikat: yang meliputi segala (cm) dengan menganalisa berat badan dan
Pertumbu aspek seperti - Timbangan bayi yang sudah pengukuran panjang badan panjang badan
han bayi pertambahan panjang dilakukan penimbangan dan berat badan saat pre intervensi
usia 6 badan dan berat badan sebanyak tiga kali pada bayi mencatatnya di dalam hari pertama dan
bulan yang bersifat yang sama. lembar observasi. post intervensi
kuantitatif. Pengukuran dilakukan setelah 30 hari
pada saat pre dan post pada kedua
intervensi pada kedua kelompok
kelompok. dinyatakan
dengan:
Hasil selisih dari
pengukuran saat
post intervensi
dan pre
intervensi.
3. Variabel Perkembangan yang KPSP bayi usia 6 bulan. Pada Melakukan observasi Hasil pengukuran Ordinal
terikat: meliputi kemampuan penelitian ini poin nomor 4 dan 10 dengan menganalisa dinyatakan
Perkemba motorik kasar, motorik untuk kemampuan motorik perkembangan bayi sesuai dengan:
ngan bayi halus, bahasa dan sosial kasarnya yang menjadi penilaian, poin yang ada pada
1 = Jika bayi
usia 6 adaptif yang bersifat yaitu: penilaian KPSP.
bulan kualitatif. a. Ketika bayi terlungkup di alas dapat
Perkembangan motorik datar, bayi dapat mengangkat melakukannya.
kasar lebih dahulu dada dengan kedua lengannya 2 = Jika bayi
berkembang dari sebagai penyangga. tidak dapat
motorik halus dan b. Pada saat bayi terlentang, melakukannya.
motorik kasar ketika kita pegang kedua
mempengaruhi tangannya lalu tarik perlahan
perkembangan motorik ke posisi duduk bayi dapat
halus (Potter & Perry, mempertahankan lehernya
2005). secara kaku.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab rumusan masalah, pertanyaan penelitian dan mengantisipasi

kesulitan kesulitan yang akan timbul selama proses penelitian berlangsung

(Notoatmojo, 2005). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

desain quasi eksperiment, yaitu memberikan perlakuan atau intervensi pada

kelompok eksperimen dan kemudian efek dari perlakuan tersebut diukur dan

dianalisa (Polit & Hungler, 2006). Pendekatan penelitian ini dengan non

randomized pre and post test with control group design. Digunakan untuk

mengetahui efektifitas dari pijat bayi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan bayi dengan cara melihat hasil pertumbuhan dan

perkembangan bayi sebelum diberi perlakuan (pre) saat bayi dengan usia 6

sampai 6 bulan 15 hari dan sesudah diberi perlakuan (post) selama 30 hari

pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang kemudian akan dilihat

hasil efektifitas dari perlakuan yang didapatkan kedua kelompok tersebut.

42
43

Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Bagan 4.1 Bentuk Rancangan Penelitian

Q1 Intervensi Q2
pijat bayi Q2 Q1 = X1
Q4 Q3 = X2
Q2 Q4 = X3
Q3 Q4

Keterangan:

Q1 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok intervensi.

Q2 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok intervensi.

Q3 : Kelompok bayi saat awal penelitian pada kelompok kontrol.

Q4 : Kelompok bayi saat akhir penelitian pada kelompok kontrol.

X1 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan bayi dari awal

penelitian hingga akhir penelitian pada kelompok intervensi.

X2 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan bayi dari awal

penelitian hingga akhir penelitian pada kelompok kontrol.

X3 : Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan pada akhir penelitian

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 30 hari pada bulan Juni hingga Juli

2014 di wilayah Kelurahan Bintaro, Kecamatan Pesanggrahan, Kota Madya

Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta. Alasan peneliti memilih lokasi ini

karena peneliti melihat keadaan pada pola asuh dan perawatan serta pemberian

stimulasi pada anak masih sedikit sekali yang diberikan orang tua kepada anak
44

dan masih sedikit orang tua yang mengerti berbagai cara menstimulasi

anaknya. Banyak para ibu-ibu yang kurang mengetahui seberapa pentingnya

stimulasi yang harus diberikan kepada anaknya selama masa-masa

pertumbuhan dan perkembangan awal anak. Sehingga banyak anak-anak yang

mengalami keterlambatan untuk berjalan dan berbicara.

Saat melakukan studi pendahuluan peneliti melakukan pengukuran

pada perkembangan dengan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

sebagai sampelnya adalah bayi dengan usia 6 bulan sebanyak 15 bayi. Peneliti

mendapatkan hasil sejumlah 11 bayi atau sebesar 73,3% bayi yang mengalami

keterlambatan pada perkembangannya. Selain itu untuk wilayahnya yang

cukup terjangkau, kemudahan dalam hal birokrasi dan belum pernah ada

penelitian terkait dengan efektivitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan pada bayi usia 6 bulan di wilayah Kelurahan Bintaro.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian (Arikunto,

2002). Menurut Nursalam (2008) populasi merupakan sekumpulan subyek

dalam satu wilayah generalisasi yang memiliki jumlah dan telah

memenuhi kriteria dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh bayi yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Bintaro mulai

dari RW 01 hingga RW 015.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang terjangkau,

memiliki karakteristik pada populasi dan kemudian diambil sebagai


45

subyek penelitian dengan proses sampling (Santoso, 2009). Pada

penelitian ini pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik total

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh

anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009).

Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh bayi di wilayah

Kelurahan Bintaro mulai dari RW 01 hingga RW 015 yang berusia 6 bulan

hingga 6 bulan 15 hari saat awal penelitian. Untuk menghindari kesalahan

pada pemilihan sampel dan hasil penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian, peneliti menentukan kriteria inklusi sebagai berikut:

a) Bayi yang sedang berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari saat awal

penelitian.

b) Bayi lahir dengan cukup bulan.

c) Bayi dengan status suspect perkembangan pada motorik kasar poin

pertanyaan nomor 4 dan 6 KPSP usia 6 bulan saat pre intervensi.

d) Orang tua dan keluarga bersedia mengikuti proses penelitian dari awal

hingga akhir penelitian selama 30 hari.

e) Orang tua mampu melakukan intervensi yang didemonstrasikan oleh

peneliti sesuai dengan yang diajarkan.

Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain:

a) Bayi dengan kelainan bawaan sejak lahir.

b) Bayi dengan kemampuan perkembangan yang melebihi dari

perkembangan untuk usianya.

c) Bayi dengan kelahiran premature.

d) Bayi dengan kelahiran berat badan lahir rendah.


46

e) Bayi dengan berat badan lebih atau obesitas.

f) Bayi dengan masalah kesehatan seperti riwayat kejang demam dan

meningitis.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan sebagai cara untuk

pengumpulan dan pengukuran data (Gulo, 2010). Penelitian ini menggunakan

lembar identitas responden, pita (meteran) dengan ukuran centimeter (cm),

timbangan dengan gram (gr) yang sudah dikalibrasi dan lembar Kuesioner Pra

Skrining Perkembangan (KPSP) untuk usia 6 bulan sebagai instrumen

penelitian. Lembar identitas digunakan untuk mencatat data identitas

responden. Meteran centimeter sebagai alat pengukuran panjang badan bayi.

Timbangan bayi yang sudah dikalibrasi sebagai alat pengukuran berat badan

bayi. Kuesioner Pra Skrinning Perkembangan (KPSP) sebagai alat

pendeteksian dini perkembangan anak. Formulir KPSP menurut umur.

Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang

telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan (Kemenkes RI,

2010). Pada penelitian ini peneliti mencontohkan langkahlangkah pijat bayi,

memenggunakan booklet panduan pijat bayi dengan langkah-langkah gerakan

dalam buku Roesli (2013) dan video langkahlangkah pijat bayi dari Johnson

yang akan diberikan sebagai pengetahuan orang tua tentang pijat bayi.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar formulir

KPSP. Lembar formulir KPSP merupakan alat pengukur baku untuk

mengukur perkembangan anak dan dijadikan pedoman pelaksanaan stimulasi,


47

deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak dalam Kemenkes RI (2010),

sehingga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Meteran dan timbangan

dilakukan pengukuran berat, panjang badan bayi yang sama selama 3 kali

menghasilkan berat badan, panjang badan yang sama setiap pengukurannya

sehingga valid dan reliabel.

F. Langkah langkah Pengumpulan Data

1. Proses Persiapan Pengumpulan Data

a) Setelah proposal penelitian yang diajukan peneliti disetujui oleh para

penguji, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian dan

permohonan kerjasama dengan Kepala Puskesmas ke Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b) Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala

Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan.

c) Surat permohonan izin penelitian disetujui oleh Kepala Suku Dinas

Kesehatan Kotamadya Jakarta Selatan, peneliti diberikan surat

pengantar penelitian oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya

Jakarta Selatan yang diajukan kepada Kepala Puskesmas Kelurahan

Bintaro serta memberikan surat permohonan kerjasama Kepala

Puskesmas selama penelitian berlangsung sebagai pengantisipasi

terhadap kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.

d) Setelah izin penelitian dan permohonan kerjasama disetujui oleh

Kepala Puskesmas Kelurahan Bintaro peneliti mengumpulkan sampel

dari populasi yang ada sesuai kriteria inklusi sampel dan menggunakan

teknik total sampling.


48

e) Orang tua sampel penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi

diberikan informed consent dan penjelasan manfaat dari penelitian.

f) Orang tua yang bersedia menjadi responden dan berkomitmen penuh

untuk mengikuti proses dari awal hingga akhir penelitian, membaca

lembar persetujuan dan orang tua mendatangani lembar persetujuan.

g) Setelah orang tua menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya

peneliti memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan

dilakukan selama penelitian.

h) Setelah didapatkan persetujuan orang tua untuk menjadi responden,

bayi dikelompokkan menjadi kelompok intervensi dan kelompok

kontrol sesuai wilayah Rukun Warga dengan jarak yang tidak terlalu

jauh serta memudahkan pengontrolan ketika penelitian berlangsung.

2. Pengumpulan Data Kelompok Intervensi

a) Bayi yang menjadi sampel kelompok intervensi sebelumnya dilakukan

pretest untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan

dengan timbangan dan perkembangan motorik kasar poin keempat,

kesepuluh yang berada dalam KPSP.

b) Orang tua dan keluarga ataupun tetangga dekat dengan responden yang

membantu pengontrolan aktivitas pijat bayi selama penelitian

berlangsung pada kelompok intervensi mendapatkan pengetahuan

tentang teknik pemberian pijat bayi melalui demonstrasi dan

redemonstrasikan yang dilakukan oleh peneliti kepada orang tua

selama 60 menit. Orang tua pun dibekali dengan booklet dan video

langkah-langkah pijat bayi. Setelah orang tua mendapatkan


49

pengetahuan pijat bayi, peneliti melakukan evaluasi dan obervasi

orang tua ketika melakukan pemijatan. Masing-masing untuk

penjelasan dan demonstrasi orang tua dikelompokkan perwilayah

tempat responden tinggal.

c) Selama demonstrasi kegiatan pijat bayi orang tua dan keluarga ataupun

tetangga terdekat responden dianjurkan bertanya apabila adahal terkait

dengan teknik pemijatan yang kurang jelas dan belum dapat

dimengerti.

d) Waktu pemberian pijat bayi dilakukan secara intensif 2 kali sehari

dengan durasi waktu 15-20 menit selama 30 hari.

e) Selama 30 hari orang tua sebagai responden melakukan pijat bayi

langsung pada bayinya, keluarga dan tetangga terdekat responden yang

menjadi pengawas ibu dalam kegiatan pijat bayi selama penelitian.

f) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan pada orang tua bayi

2 hari sekali dan dibantu oleh 2 orang teman sebagai asisten penelitian

yang sebelumnya sudah diberikan pengetahuan terkait dengan pijat

bayi dan proses penelitian, untuk melihat benar-benar dilakukan atau

tidak intervensi yang diberikan.

g) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest untuk

pengukuran pada panjang badan, berat badan, lingkar kepala dan

perkembangan kembali pada kelompok intervensi.

h) Setelah data dan hasil pengukuran didapatkan, dilakukanlah

pengolahan dan analisa data oleh peneliti.


50

3. Pengumpulan Data Kelompok Kontrol

a) Bayi yang menjadi sampel kelompok kontrol sebelumnya dilakukan

pretest untuk pengukuran panjang badan dengan meteran, berat badan

dengan timbangan dan perkembangan motorik kasar poin keempat,

kesepuluh yang berada dalam KPSP.

b) Pada kelompok kontrol tidak ada intervensi khusus, hanya saja orang

tua kelompok kontrol mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya

stimulasi dan sentuhan lembut untuk bayi selama periode pertumbuhan

dan perkembangan anak.

c) Pada orang tua kelompok kontrol peneliti hanya menjelaskan

pentingnya stimulasi dan sentuhan lembut yang diberikan pada bayi

dan leaflet sebagai bekal orang tua untuk mengingat pentingnya

stimulasi pada bayi.

d) Peneliti melakukan pengontrolan dan pengecekkan keberadaan serta

kesehatan bayi setiap 7 hari sekali.

e) Setelah 30 hari, peneliti dan asisten peneliti melakukan posttest

pengukuran panjang badan, berat badan dan perkembangan kelompok

kontrol.

f) Setelah data dan hasil pengukuran didapatkan, dilakukanlah

pengolahan dan analisa data oleh peneliti.

G. Etika Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan subyek manusia tidak boleh

bertentangan dengan syarat etis penelitian (Dahlan, 2009). Peneliti harus

memahami hak dasar manusia, karena manusia memiliki kebebasan dalam


51

menentukan dirinya (Hidayat, 2008). Berikut menurut Yurisa (2008) etika

penelitian yang harus diperhatikan antara lain:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity).

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan

yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia

adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed

consent) yang terdiri dari:

a. Penjelasan manfaat penelitian

b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat

ditimbulkan

c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

subyek berkaitan dengan prosedur penelitian

e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality).

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat

terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.


52

Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh

orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu

tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan menampilkan informasi

mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner

dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas

subyek. Peneliti akan menggunakan koding (inisial atau identification

number) sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi

prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,

profesional, berperikemanusiaan dan memperhatikan faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius

subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi

prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Keadilan

memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah

bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di antara

anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana

kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata

atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas

masyarakat.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harms and benefits)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek


53

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek

(nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan

cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan

penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun

kematian subyek penelitian.

Selain keempat poin pada etika penelitian tersebut dalam penelitian ini

dibutuhkannya ethical clearance, karena pada dasarnya seluruh penelitian

yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus mendapatkan

ethical clearance. Di Indonesia standar etik penelitian kesehatan yang

melibatkan manusia sebagai subyek didasarkan pada azas perikemanusiaan

yang merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, Pancasila. Hal

tersebut kemudian diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992 dan lebih lanjut

diatur dalam PP no 39/ 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Dalam Bab IV diuraikan tentang perlindungan dan hak-hak

manusia sebagai subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan penelitian

melanggar ketentuan dalam PP tersebut (Yurisa, 2008).

Pada penelitian ini jika menimbulkan side effect terhadap bayi seperti,

bayi cedera akibat pemberian pijat bayi oleh orang tua karena terlalu

berlebihan peneliti akan melakukan pertanggung jawaban langsung kepada

orang tua dan bayi untuk mendapatkan pertolongan pertama. Orang tua dapat

menghubungi peneliti langsung sesuai dengan nomor kontak yang sudah

diberikan peneliti sebelumnya diawal penelitian. Penelitian ini berkerjasama


54

dengan dokter yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Bintaro

Jakarta.

H. Pengolahan Data

Hidayat (2008) mengungkapkan pada penelitian terdapat proses

pengolahan data yang harus dilakukan. Adapun beberapa langkah langkah

yang harus dilakukan, antara lain:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3. Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontingensi.

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

dimasukkan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi

pada saat memasukkan data ke komputer.

5. Processing data
55

Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari

hasil penelitian ke paket program komputer pengolahan data statistik.

Program untuk analisis data seperti, SPSS.

I. Analisis Data

Setelah data di proses melalui pengolahan data, tahapan selanjutnya

yaitu proses analisis data. Analisis data bertujuan untuk mempermudah

interpretasi data dan menguji hipotesis pada penelitian. Pada penelitian ini

terdapat dua macam analisis data yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2005). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik

masing-masing variabel yang diteliti, baik itu variabel terikat maupun

variabel bebas dalam penelitian (Hidayat, 2008). Data ditampilkan dalam

proporsi atau persentase dan tabel yaitu usia bayi pada penelitian ini.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara

variabel independen dengan dependen, yaitu perbandingan pertumbuhan

dan perkembangan bayi usia 6 bulan yang diberikan perlakuan pijat bayi

dengan yang tidak di Kelurahan Bintaro Jakarta. Analisis bivariat

dilakukan dengan uji-t independen terlebih dahulu sebelum mendapatkan

hasil untuk nilai Eta squared sebagai nilai efektifitas pijat bayi terhadap

pertumbuhan berat badan dan panjang badan bayi. Nilai standar untuk
56

perhitungan Eta Squared jika nilai Eta Squared 0,01 0,05=efek kecil,

0,06 0,13=efek sedang dan 0,14 1=efek besar. Eta squared didapatkan

setelah t hitung didapatkan melalui independent t-test (Pallant, 2011).

Analisis bivariat yang menggunakan chi-square terlebih dahulu untuk

mengetahui nilai odds ratio (OR) sebagai nilai efektifitas pijat bayi

terhadap perkembangan bayi (poin keempat dan kesepuluh dalam KPSP

usia 6 bulan).
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Wilayah Jakarta Selatan terletak pada 1062242 Bujur Timur (BT)

sampai 1065818 BT dan 51912 Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah

145,37 km2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta. Terbagi menjadi 10 kecamatan

dan 65 kelurahan, dengan batas-batas wilayah utara Banjir Kanal Jl. Jenderal

Sudirman Kecamatan Tanah Abang, Jl. Kebayoran Lama dan Kebun Jeruk,

batas timur Kali Ciliwung, batas Selatan Kota Administrasi Depok dan batas

Barat Kecamatan Ciledug, Kota Administrasi Tangerang. Luas wilayah

kelurahan Bintaro 450,5 Ha2 dengan batas wilayah utara kelurahan Kebayoran

Lama Utara, sebelah barat kelurahan Pesanggrahan, Kota Administrasi

Tanggerang, sebelah timur Kelurahan Pondok Pinang dan sebelah selatan

Kota Administrasi Tanggerang Selatan. Puskesmas dan Kantor kelurahan

Bintaro berada di Jalan RC Veteran no.1. RT.001/03 (Pemerintahan Kota

Administrasi Jakarta Selatan, 2013).

Penelitian dilakukan di Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan pada

tanggal 11 Juni hingga 12 Juli 2014. Wilayah Kelurahan Bintaro memiliki

Puskesmas Kelurahan Bintaro sebagai tempat pertama setiap warga

masyarakat yang memerlukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,

Puskesmas Kelurahan Bintaro memiliki 31 Posyandu yang tersebar mulai dari

RW.01 hingga RW.15. Masing-masing wilayah RW memiliki satu hingga

enam posyandu, sesuai dengan kepadatan penduduk disetiap wilayahnya.

57
58

B. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini menjelaskan atau

mendeskripsikan usia bayi dalam penelitian pijat bayi ini.

Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Usia Bayi

No Usia Jumlah Persentase Mean Std. Median Modus


(n=24) (%) Dev
1. 6 bulan 3 12,5
2. 6 bulan 1 hari 0 0
3. 6 bulan 2 hari 1 4,2
4. 6 bulan 3 hari 1 4,2
5. 6 bulan 4 hari 2 8,3
6. 6 bulan 5 hari 4 16,6
7. 6 bulan 6 hari 0 0
8. 6 bulan 7 hari 0 0
6,13 3,180 6 5
9. 6 bulan 8 hari 0 0
10. 6 bulan 9 hari 2 8,3
11. 6 bulan 10 hari 3 12,5
12. 6 bulan 11 hari 1 4,2
13. 6 bulan 12 hari 1 4,2
14. 6 bulan 13 hari 5 20,8
15. 6 bulan 14 hari 0 0
16. 6 bulan 15 hari 1 4,2

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa bayi yang berusi 6 bulan 3 orang

(12,5%), 6 bulan 2 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 3 hari 1 orang (4,2%),

6 bulan 4 hari 2 orang (8,3%), 6 bulan 5 hari 4 orang (16,6%), 6 bulan

9 hari 2 orang (8,3%), 6 bulan 10 hari 3 orang (12,5%), 6 bulan 11 hari

1 orang (4,2%), 6 bulan 12 hari 1 orang (4,2%), 6 bulan 13 hari 5

orang (20,8%) dan 6 bulan 15 hari 1 orang (4,2%). Rata-rata usia bayi

yang menjadi responden yaitu 6,13 dengan standar deviasi 3,180,

median 6 dan modus 5 pada usia 6 bulan 13 hari.


59

C. Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara

variabel independent dengan variabel dependent, efektifitas pijat bayi terhadap

pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro

Jakarta. Pengujian kebenaran hipotesis dilakukan dengan melakukan

penghitungan rata-rata nilai pada pertumbuhan (berat badan dan panjang

badan) dan perkembangan bayi pretest dan posttest pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol serta perbedaan antara kedua kelompok tersebut setelah

intervensi dilakukan. Untuk penghitungan statistik efektifitas pijat bayi

terhadap perkembangan bayi dilakukan menggunakan chi-square (X2) terlebih

dahulu untuk mendapatkan nilai odds ratio (OR) untuk melihat efektifitasnya,

sedangkan penghitungan statistik perbandingan mean hasil pertumbuhan berat

badan dan panjang badan pada kelompok yang berbeda menggunakan uji

independent t-test. Uji independent t-test dilakukan untuk mendapatkan nilai t,

setelah nilai t didapatkan maka rumus Eta Squared dapat digunakan untuk

menghitung nilai efektifitasnya (Pallant, 2011). Pada kedua uji statistik

penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95% ( 0,05).

1. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Analisis efektifitas pijat bayi dan perkembangan bayi setelah

dilakukan perlakuan pada masing-masing kelompok untuk poin gerak

kasar: (1) mengangkat dada dengan menggunakan kedua lengan sebagai

penyangga, (2) mengangkat lehernya ketika kedua lengannya ditarik

perlahan ke posisi duduk. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
60

Tabel 5.2
Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Dada Menggunakan Kedua Lengan Sebagai Penyangga Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=24)
Kemampuan Mengangkat Dada
Bayi dapat Bayi tidak dapat
Kelompok Total % p-value OR
melakukannya melakukannya
N % N %
Intervensi 11 45,8 1 4,2 12 50,0
Kontrol 6 25 6 25 12 50,0 0,025 11
Total 17 70,8 7 29,2 24 100

Dari tabel 5.2 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p value =

0,025 p 0,05. Analisis kekuatan efektifitas dari variabel satu dengan

variabel lainnya menggunakan odds ratio (OR). Nilai OR berkisar antara 0

dan . Apabila kategori baris dan kategori kolom saling bebas, maka nilai

OR adalah 1. Apabila nilai OR>1, berarti individu-individu pada baris

pertama lebih besar kemungkinannya bernilai kategori kolom 1 daripada

individu-individu pada baris kedua. Sedangkan apabila nilai OR<1, berarti

individu-individu pada baris pertama lebih kecil kemungkinannya bernilai

kategori kolom 1 dari pada individu-individu pada baris kedua (Saefuddin,

2008). Pada penelitian ini, nilai OR pada pemberian pijat bayi diperoleh

sebesar 11. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pijat bayi 11

kali lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan kemampuan

mengangkat dada dengan kedua tanganya sebagai penyangga pada bayi.


61

Tabel 5.3
Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Mengangkat
Lehernya Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=24)
Kemampuan Mempertahankan
Lehernya
Bayi dapat Bayi tidak
Kelompok Total % p-value OR
melakukannya dapat
melakukannya
N % N %
Intervensi 10 41,7 2 8,3 12 50,0
Kontrol 4 16,7 8 33,3 12 50,0 0,013 10
Total 14 58,4 9 41,6 24 100

Dari tabel 5.3 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p value =

0,013 p 0,05. Analisis kekuatan efektifitas dari variabel satu dengan

variabel lainnya menggunakan odds ratio (OR). Pada penelitian ini, nilai

OR pada pemberian pijat bayi diperoleh sebesar 10. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa pemberian pijat bayi 10 kali lebih besar kemungkinan

untuk meningkatkan kemampuan mempertahankan lehernya ketika ditarik

perlahan ke posisi duduk.

2. Analisis Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

a. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi

Analisis efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan

bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat dilihat

pada tabel berikut ini.


62

Tabel 5.4
Pertumbuhan Berat Badan Bayi Antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol

Pertum
BB
BB Pre buhan Std. Eta
Kelompok Post N Mean t
(gram) BB Dev Squared
(gram)
(gram)
6600 7000 300
7600 8100 500
7500 7900 400
7000 7500 500
7100 7500 400
6300 6500 200
Intervensi 12 395,83 78,214
7300 7650 350
6500 6900 400
6800 7200 400
7600 8000 400
8000 8400 400
7500 7950 450
2,984 0,28
7400 7600 200
7100 7350 250
6200 6600 400
7200 7500 300
6800 7200 400
7400 7700 300
Kontrol 12 304,17 72,169
6800 7150 350
6900 7300 400
6700 7000 300
7000 7250 250
6800 7100 300
7500 7700 200

Dari tabel 5.4 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan

statistik dengan independent t-test untuk pertumbuhan berat badan

bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk

melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai t hitung = 2,984.

t hitung digunakan dalam pencarian nilai efektifitas suatu perlakuan

menggunakan Eta Squared.


63

Adapaun rumusan Eta Squared merupakan penjumlahan dari

nilai t hitung dikuadratkan lalu dibagi dengan t hitung kuadrat yang

telah dijumlah dengan jumlah sampel tiap kelompok yang sudah

dikurangi 2 sebelumnya.

t2
Eta Squared =
t2 + (N1 + N2 2)

Keterangan:

t2 = nilai t dari hasil uji t-test dikuadratkan

N1 = jumlah sampel kelompok 1

N2 = jumlah sampel kelompok 2

Berdasarkan perhitungan rumus Eta Squared untuk independent

t-test untuk mengetahui efektifitas pijat bayi, dengan nilai standar dari

perhitungan Eta Squared jika nilai Eta Squared 0,01 0,05=efek kecil,

0,06 0,13=efek sedang dan 0,14 1=efek besar (Pallant, 2011).

Besar Eta Squared pijat bayi terhadap pertumbuhan berat badan bayi

usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro jakarta adalah 0,28, nilai tersebut

menunjukkan bahwa efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan

pertumbuhan berat badan bayi.

b. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Panjang Badan


Bayi

Analisis efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan panjang

badan bayi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dapat

dilihat pada tabel berikut ini.


64

Tabel 5.5
Pertumbuhan Panjang Badan Bayi Antara Kelompok
Intervensi dengan Kelompok Kontrol

PB Pertum
PB Post Std. Eta
Kelompok Pre buhan N Mean t
(cm) Dev Squared
(cm) PB (cm)
40 42 2
42 44 2
44 46,5 2,5
43 46 3
40 43 3
43 45 2
Intervensi 12 2,54 0,722
44 46 2
42 45 3
43 45 2
48 49,5 1,5
40 43 3
42 45 3
4,051 0,43
41 44 3
42 44 2
40,5 42 2,5
44 45 1
43 45 2
48 49 1
Kontrol 12 1,50 0,522
42,5 45 1,5
44 46,5 2,5
43 45 2
42 44 2
43 45 2
45 48 3

Dari tabel 5.5 diatas didapatkan hasil melalui penghitungan

statistik dengan independent t-test untuk pertumbuhan panjang badan

bayi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan untuk

melihat nilai t hitung dan hasilnya menunjukkan nilai t hitung = 4,051.

Setelah nilai t hitung diketahui lalu dilakukan penghitungan untuk

mencari hasil Eta Squared dengan menggunakan rumusan untuk Eta

Squared dan didapatkan hasil Eta Squared untuk pijat bayi terhadap
65

pertumbuhan panjang badan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro

Jakarta adalah 0,43. Nilai 0,43 tersebut menunjukkan bahwa efektifitas

pijat bayi besar dalam meningkatkan pertumbuhan panjang badan bayi.


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan pembahasan serta interpretasinya, mengenai ada

tidaknya perbandingan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang mendapatkan

perlakuan pijat bayi dengan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi.

Sehingga dapat diketahui efektifitas pijat terhadap pertumbuhan dan

perkembangan bayi usia 6 bulan. Interprestasi hasil membahas terkait kesenjangan

ataupun kesesuaian antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil penelitian

terkait dan teori-teori yang mendasarinya. Dalam bab ini juga dibahas tentang

keterbatasan yang ada dalam penelitian.

A. Pembahasan Univariat

1. Usia

Rerata usia responden pada penelitian ini adalah 6,13 dan

responden terbanyak pada usia 6 bulan 13 hari. Rerata dan jumlah usia

responden terbanyak ini, sesuai dengan ketentuan usia yang ditetapkan

Kemenkes RI (2010) yang dikatakan bayi usia 6 bulan adalah bayi yang

berusia 6 bulan hingga 6 bulan 15 hari. Dalam pemeriksaan stimulasi

deteksi dini tumbuh kembang anak dilakukan penghitungan usia, jika

usia anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Jadi bila bayi

berusia 6 bulan 16 hari, dalam penghitungan menjadi 7 bulan (Kemenkes

RI, 2010). Dalam penelitian ini diambillah responden mulai dari usia 6

66
67

bulan hingga usia 6 bulan 15 hari, dengan mempertimbangkan

pembulatan usia lebih dari 16 hari menjadi 1 bulan dan intervensi pijat

bayi yang dilakukan selama 30 hari. Penelitian ini melakukan pemberian

pijat bayi dengan menggunakan teknik pijat bayi untuk usia 3 bulan

sampai dengan 3 tahun (Roesli, 2013).

Pada usia 6 bulan ini bayi mengalami pertumbuhan dan

perkembangan lebih cepat, terutama dalam perkembangan motoriknya

(Kemenkes RI 2010). Menurut teori perkembangan Piaget masa

perkembangan awal pada bayi yang berkembang untuk kognitif awalnya

adalah perkembangan sensori motorik (Wong, 2009). Karena pada usia 6

bulan lingkar kepala bayi sudah mencapai 44 cm, dimana didalamnya

terdapat sel-sel otak yang ada akan memperkuat hubungan antar syaraf

yang telah terbentuk. Dari perkembangan otak itu menyebabkan

perkembangan kognitif pada bayi untuk dapat berkembang lebih cepat

dari bulan sebelumnya (Chamida, 2009).

B. Pembahasan Analisis Bivariat

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hasil analisa hubungan pijat

bayi dengan pertumbuhan (berat badan dan panjang badan) dan

perkembangan (mengangkat dada dengan menggunakan kedua lengan

sebagai penyangga dan mempertahankan leher secara kaku ketika ditarik

perlahan kedua tangannya hingga ke posisi duduk) bayi usia 6 bulan. Secara

lebih jelas akan dibahas sebagai berikut:

1. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi Pada Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol


68

Pada perkembangan mengangkat dada bayi menggunakan

pengukuran dengan uji Chi Square (X2) untuk hasil kekuatan efektifitas

antara pijat bayi terhadap kemampuan mengangkat dada didapatkan nilai

odds ratio (OR) 11. Angka ini menunjukkan pijat bayi 11 kali lebih besar

kemungkinannya untuk meningkatkan perkembangan mengangkat dada

dengan kedua tanganya sebagai penyangga dari pada yang tidak

mendapatkan pijat bayi.

Perkembangan kemampuan motorik kasar mengangkat leher

menggunakan pengukuran dengan uji Chi Square (X2) untuk hasil analisa

kekuatan efektifitas antara pijat bayi terhadap kemampuan mengangkat

leher didapatkan nilai odds ratio (OR) 10. Angka ini menunjukkan pijat

bayi 10 kali lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan

perkembangan mempertahankan leher secara kaku ketika kedua tangannya

ditarik perlahan dari posisi terlentang ke posisi duduk dari pada yang tidak

mendapatkan pijat bayi.

Perkembangan motorik kasar merupakan gerakan fisik yang

membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan

menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Pada

bayi usia 6 bulan ke atas otot-otot rangka sudah menguat sehingga bayi

dapat melakukan gerakan motorik kasar tersebut (Suhartini, 2007).

Kemampuan motorik kasar sangat diperlukan dalam perkembangan

dipergunakan untuk persiapan perkembangan selanjutnya pada usia 6

bulan otak bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih baik


69

pada area motorik yang utama dalam kemampuan mengedalikan berbagai

gerakan dan aktivitas fisik lainnya (Widodo dan Herawati, 2008).

Bayi yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur seperti pijat

bayi akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan bayi yang kurang

atau tidak mendapat stimulasi. Karena pijat bayi dapat meningkatkan

sirkulasi darah sehingga suplay oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur.

Selain itu, latihan juga meningkatkan stimulasi perkembangan otot dan

pertumbuhan sel (Chamida, 2009). Pijat bayi merupakan salah satu jenis

stimulasi taktil. Stimulasi taktil adalah suatu jenis rangsangan sensori yang

paling penting untuk perkembangan bayi yang optimal (Soedjatmiko,

2006). Hasil penelitian ini dimungkinkan berkaitan pada gerakan pijat bayi

di daerah punggung dimana posisi bayi ditengkurapkan dan dipijat dari

leher belakang sampai ke pantat, gerakan ini dapat menstimulasi bayi

untuk mengangkat kepala. Berkaitan juga dengan gerakan pijat bayi di

daerah tangan yang menguatkan otot-otot pada lengan bayi sehingga bayi

dapat menopang badannya ketika tengkurap sambil mengangkat dadanya.

Hasil dari kedua poin penelitian efektifitas pijat bayi terhadap

perkembangan pada bayi usia 6 bulan khususnya gross motoric ini hampir

senada dengan riset yang dilakukan oleh Widodo dan Herawati (2008)

yang menyatakan bahwa pemberian baby massage dapat mempengaruhi

dan merangsang proses perkembangan gross motoric pada kemampuan

merangkak, pull to sit dan rolling dikarenakan pada kelompok eksperimen

lebih signifikan perkembangannya dibandingkan dengan kelompok

kontrol. Hasil penelitian ini sesuai dengan riset sebelumnya juga yang
70

dilakukan oleh Inal dan Yildiz (2012) yang membuktikan bahwa bayi

yang mendapatkan pijat bayi sedini mungkin akan mendapatkan

perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan bayi yang tidak

diberikan pijatan.

Berdasarkan pengamatan peneliti, gerakan pijat bayi dan tekanan

yang diberikan oleh masing-masing ibu berbeda, sehingga ada beberapa

bayi yang tidak mendapatkan gerakan yang sudah diberikan karena anak

menolak dengan cara menangis serta meronta ketika gerakan diberikan.

Karena gerakan pijatan pada bayi yang menolak tidak dapat dipaksakan

oleh ibu untuk melakukan gerakan tersebut. Sehingga ada 1 responden

yang tidak dapat melakukan gerakan motorik kasar tersebut.

2. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Bayi Antara Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol

a. Efektifitas Pijat Bayi Terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi

Pada penelitian ini, rata-rata hasil pertumbuhan berat badan bayi

yang mendapatkan perlakuan pijat bayi adalah 395,83 gram dengan

standar deviasi 78,214, sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan

pijat bayi rata-ratanya adalah 304,17 gram dengan standar deviasi

72,169. Berat badan bayi kelompok kontrol dalam penelitian juga

mengalami peningkatan berat badan sesuai usia, namun kelompok

intervensi yang mendapatkan pemijatan rutin oleh orang tua mengalami

peningkatan berat badan lebih besar. Sehingga rata-rata berat badan

bayi yang mendapatkan pijat bayi lebih berat dibandingkan dengan rata-

rata berat badan bayi yang tidak mendapatkan pijat bayi. Didapatkan
71

hasil untuk t hitung = 2,984 dan Eta Squared 0,28 yang dapat

disimpulkan jika efektifitas pijat bayi besar dalam meningkatkan

pertumbuhan berat badan bayi.

Penelitian ini hampir senada dengan penelitian yang dilakukan

oleh Jin Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian pijatan dan

latihan gerak dapat meningkatkan secara perkembangan fisik dan

kecerdasan bayi mulai dari bayi lahir hingga dengan bayi usia 6 bulan

dengan p=0,010 untuk index berat badan. Hasil dari penelitian lainnya

terkait efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan (berat badan) pada

bayi usia 6 bulan ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh

Merineherta (2009) yang menyatakan bahwa ada pengaruh pijat bayi

terhadap peningkatan berat badan bayi usia 3-6 bulan, yaitu terdapat

perbedaan yang signifikan pada bayi yang dilakukan pemijatan jauh

lebih baik dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan dengan nilai

p<0,05. Namun perbedaan dari penelitian ini dengan yang dilakukan

Merineherta (2009) adalah waktu pengambilan pengukuran berat badan

yang dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu berat badan awal, berat badan

setelah 15 hari dan berat badan setelah 30 hari.

Dari penelitian lainnya yang dilakukan oleh Fitriani dan

Nurhidayati (2007) didapatkan hasil perhitungan menggunakan uji

statistic chi square menunjukkan bahwa pijat bayi mempunyai

hubungan yang signifikan dengan kenaikan nafsu makan, hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (0,045 <

0,05). Kuatnya hubungan ini menunjukkan bahwa jika bayi diberi


72

pijatan secara teratur maka akan meningkatkan nafsu makannya.

Sejalan dengan pendapat Roesli (2013) yang menyatakan bahwa

manfaat pijat bayi dapat meningkatkan berat badan dan pertumbuhan,

meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi bayi dan

membuat bayi tidur lelap, membina ikatan kasih sayang orang tua dan

anak (bounding) dan meningkatkan produksi ASI.

Karena bayi mendapatkan pemijatan pada bagian abdomen yang

dimana pemijatan ini dapat memperlancar proses pencernaan bayi.

Pijatan yang diberikan pada bayi dilakukan dengan pelan dan lembut,

sehingga bayi merasa nyaman dan membuat nafsu makan menjadi

besar. Setelah pemijatan bayi akan merasa lapar dan haus sehingga

meningkatkan pemberian nutrisi oleh ibu (Merineherta, 2009).

Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan

aktivitas Nervus Vagus menyebabkan bayi akan merasa cepat lapar,

sehingga bayi akan lebih sering menyusu pada ibunya (Roesli, 2013).

Bayi yang diberikan pijatan akan lebih rileks dan beristirahat dengan

efektif, sehingga pada saat bangun membawa energi cukup untuk

beraktifitas. Secara optimal bayi akan cepat lapar sehingga nafsu makan

meningkat. Peningkatan nafsu makanan bayi akan meningkat, sehingga

kenaikan berat badan yang dialami bayi menjadi optimal dan bayi yang

mendapatkan perlakuan pijat bayi mengalami peningkatan berat badan

yang lebih signifikan dibandingkan dengan bayi yang tidak

mendapatkan perlakuan pijat bayi.


73

b. Efektifitas Pijat Bayi dengan Pertumbuhan Panjang Badan Bayi

Pada penelitian ini, rata-rata hasil pertumbuhan panjang badan bayi

yang mendapatkan perlakuan pijat bayi adalah 2,54 cm dengan standar

deviasi 0,722, sedangkan yang tidak mendapatkan perlakuan pijat bayi

rata-ratanya adalah 1,50 cm dengan standar deviasi 0,522. Rata-rata

panjang badan bayi yang mendapatkan pijat bayi lebih tumbuh panjang

dibandingkan dengan rata-rata panjang badan bayi yang tidak

mendapatkan pijat bayi. Panjang badan bayi yang mendapatkan pijat

bayi penambahan panjang badannya sesuai dengan kurva pertumbuhan

National Center for Health Statistics (NCHS), yang mengalami

penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm (1 inci) setiap bulan selama

6 bulan pertama. Didapatkan hasil untuk t hitung = 4,051 dan Eta

Squared 0,43 yang dapat disimpulkan jika efektifitas pijat bayi besar

dalam meningkatkan pertumbuhan panjang badan bayi.

Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin

Jing, et al (2007) yang menyatakan pemberian pijatan dan latihan gerak

dapat meningkatkan secara perkembangan fisik dan kecerdasan bayi

mulai dari bayi lahir hingga dengan bayi usia 6 bulan, dengan p=0,019

pada hasil pertumbuhan panjang badan kelompok eksperimen

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perbedaan dari penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin Jing, et al (2007) adalah

waktu proses lama pengambilan data yang lebih lama dan waktu

pengambilan data yang berulang pada penelitiannya.


74

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kristanto (2008) yang

mendapatkan hasil uji beda mean dengan t= 0,006 yang ditarik

kesimpulan terjadinya peningkatan tinggi badan yang signifikan pada

bayi yang diberikan terapi sentuhan berupa pijat bayi dibandingkan

dengan bayi yang tidak mendapatkannya. Perbedaan penelitian ini

dengan yang dilakukan oleh Kristanto adalah durasi waktu penelitian.

Penelitian ini dilakukan 4 minggu dimana proses pengukuran panjang

badan dilakukan pada awal sebelum intervensi dan sesudah 4 minggu

setelah intervensi, sedangkan waktu penelitian yang dilakukan oleh

Kristanto adalah selama 6 minggu, pengukuran panjang badan bayi

setiap minggunya.

Pertumbuhan panjang badan terjadi karena perubahan tulang rawan

menjadi tulang keras. Dimana osteoblas dan osteoklas berperan dalam

proses pembentukan tulang, keduanya bekerja secara bertolak belakang

(osteoblas memicu pertumbuhan tulang, sedangkan osteoklas

menghambat pertumbuhan tulang) agar tercapai proses pembentukan

tulang yang seimbang. Pembentukan tulang keras berasal dari tulang

rawan (kartilago yang berasal dari mesenkim). Kartilago memiliki

rongga yang akan terisi oleh osteoblas (sel-sel pembentuk tulang).

Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel

tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk

sistem havers. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang

menyebabkan tulang menjadi keras. Sehingga diharapkan pada awal

pertumbuhan bayi osteoblas lebih banyak terbentuk dari pada osteoklas.


75

Osteoblas dan osteoklas dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan

(growth hormon).

Hormon pertumbuhan (growth hormon) yang mempengaruhi

pertumbuhan tulang pada bayi dapat dirangsang melalui terapi pijat

bayi yang diberikan menyebabkan diskresikannya serotonin. Dalam

fisiologi pijat bayi disebutkan bahwa serotonin yang disekresikan oleh

sistem saraf dalam hipotalamus akan meningkatkan kecepatan sekresi

hormon pertumbuhan yang pada akhirnya akan meningkatkan

pertumbuhan bayi termasuk tulang (Rosalina, 2007).

Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku pedoman pijat bayi

Roesli (2013) bahwa pengurangan sensasi taktil akan meningkatkan

pengeluaran suatu neurochemical beta-endhorphine. Sehingga bila

terjadi pengurangan sensasi taktil juga akan mengurangi pembentukan

hormon pertumbuhan, karena menurunnya jumlah dan kepekaan dari

aktivitas ODC (Ornithine Decarboxylase) jaringan. Dimana ODC

sebagai pemicu hormon pertumbuhan sangat berpengaruh terhadap

proses pertumbuhan yang tidak responsif terhadap hormon tertentu,

melainkan hanya merespon secara aktif terhadap stimulasi. Sehingga

stimulasi sentuhan ataupun pijat bayi sangat membantu peningkatan

responsif dari ODC.

Peneliti melihat perbedaan ini mungkin juga dapat dikarenakan

oleh faktor pemenuhan nutrisi. Nutrisi dapat mempengaruhi

pertumbuhan panjang badan bayi dan mempengaruhi hormon

pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan panjang badan dalam penelitian ini


76

mungkin juga dapat dikarenakan oleh faktor genetik dari kedua orang

tua yang juga mempengaruhi pertumbuhan pada panjang badan bayi.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya

sebagai berikut:

1. Pendekatan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

berat badan dan panjang badan yang kurang, karena peneliti tidak

melakukan pemeriksaan riwayat pada pertumbuhan yang melibatkan

faktor genetik dari kedua orang tua bayi.

2. Peneliti tidak melakukan penilaian pada jenis stimulasi lainnya yang

mungkin diberikan oleh orang tua kepada bayi setiap waktunya. Sementara

masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan yang

perlu diteliti seperti nutrisi pada bayi, karena peneliti juga tidak melakukan

penilaian pada pola makan dan minum sehari-hari pada bayi.

3. Kognitif orang tua yang berbeda-beda sehingga pengetahuan yang sudah

diberikan kepada orang tua oleh peneliti dalam aplikasi pelaksanaan

pemberian pijatan juga berbeda-beda antar ibu satu dengan yang lain,

seperti tekanan dan gerakan yang mungkin diberikan oleh ibu kepada

bayinya.
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan

bahwa :

1. Berdasarkan rata rata usia responden 6,13 dan didapatkan usia terbanyak

6 bulan 13 hari ada 5 bayi (20,8%).

2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel perkembangan

bayi poin motorik kasar bayi dapat mengangkat dada (p=0,025) dan

mengangkat leher (p=0,013) secara statistik membuktikan ada

hubungannya yang signifikan dengan pemberian pijat bayi dalam

meningkatkan perkembangan bayi. Nilai odds ratio (OR) perkembangan

mengangkat dada 10 dan mengangkat leher 11 memperlihatkan bahwa

pijat bayi lebih besar kemungkinannya untuk meningkatkan kemampuan

perkembangan pada bayi.

3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa variabel pertumbuhan

berat badan (t hitung=2,984) dan panjang badan (t hitung=4,051). Nilai

Eta Squared untuk menentukan efektifitas dari pijat bayi didapatkan 0,28

untuk pertumbuhan berat badan dan 0,43 untuk pertumbuhan panjang

badan yang membuktikan bahwa pijat bayi memiliki efektifitas besar

terhadap peningkatan pertumbuhan berat badan dan panjang badan bayi.

78
79

B. Saran

1. Bagi Orang Tua

Disarankan untuk perlunya kesadaran orang tua terhadap

permberian stimulasi pijat bayi dan stimulasi tumbuh kembang

lainnya. Diharapkan orang tua aktif dalam memberikan stimulasi

tumbuh kembang dengan pijat bayi, serta memahami stimulasi apa saja

yang sesuai usia bayi dan perkembangan apa saja yang sesuai dengan

usia bayinya agar bayi tidak mengalami keterlambatan perkembangan

yang berkepanjangan.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi petugas

kesehatan khususnya program KIA di Puskesmas, untuk pro aktif

melakukan pendeteksian dini tumbuh kembang anak, memberikan

pengetahuan tentang pijat bayi kepada orang tua bayi dan diharapkan

dapat memberikan pelatihan terkait pijat bayi serta pendeteksian dini

tumbuh kembang anak secara dasar kepada para kader posyandu

sebagai program tumbuh kembang anak.

3. Bagi Kader Posyandu

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi dasar pengetahuan

kepada kader terkait dengan pendeteksian dini tumbuh kembang anak

serta pentingnya stimulasi pijat bayi untuk dapat berjalan sebagai

kegiatan tambahan di dalam posyandu.


80

4. Bagi Peneliti Lain

Disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor

genetik dan bawaan lahir dalam efek pemberian pijat bayi terhadap

pertumbuhan panjang badan pada bayi misalnya dengan melakukan

pengecekan riwayat lengkap bayi saat lahir dan genetika tinggi badan

kedua orang tua.


DAFTAR PUSTAKA

. (2009). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Akbar, Rena & Hawadi. (2008). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:


Grasindo.

Ariani. (2013). Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai Faktor Risiko Gangguan
Perkembangan Anak. Malang: Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi


Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

Bamm, Elena L. & Rosenbaum, Peter. (2008). Family-Centered Theory: Origins,


Development, Barriers, and Supports to Implementation in Rehabilitation
Medicine. Published by Elsevier Inc.

Briawan, Dodik & Herawati, Tin. (2008). Peran Stimulasi Orang Tua Terhadap
Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin. Vol. 1 No. 1/Januari 2008
63.

Chamida, Atien N. (2009). Deteksi Dini Gangguan Prtumbuhan dan


Perkembangan Anak. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY.

Chamida, Atien N. (2009). Pentingnya Stimulasi Dini Bagi Tumbuh Kembang


Otak Anak. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY.

Cheng, Carolynn D., Volk, Anthony A. & Marini, Zopito A. (2011). Supporting
Fathering Through Infant Massage. The Journal of Perinatal Education
Vol. 20, No. 4.

Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Evidence Based Medicine. Seri 3 Cetakan 2.


Jakarta: Sagung Seto.

Data Statistik Indonesia. (2012). Demografi: Fertilitas. Indonesia: Statistic

Indonesia.
Dhamayanti, Meita. (2006). Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak.
Sari Pediatri Vol.8.

Field, T., Diego, M., Medina, L., Delgado, J. & Hernandez, A. (2011). Yoga and
Massage Therapy Reduce Prenatal Depression and Prematurity.
University of Miami School of Medicine: NIH Public Access.

Fitriani, Lourentina & Nurhidayati, Novita. (2007). Pengaruh Pijat Bayi


Terhadap Peningkatan Nafsu Makan Bayi Usia Diatas 6 Bulan Di Poli
Klinik Fisioterapi Handicamp International Wedi Klaten. Semarang:
UNS.

Gruendemann, Barbara J. & Fernsebner, Billie. (2006). Buku Ajar Keperawatan


Perioperatif, Vol. 2 Praktik. Jakarta: EGC.

Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Gupte, Suraj. (2004). Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Gurol, Asye & Polat, Sevinc. (2012). The Effects of Baby Massage on Attachment
between Mother and their Infants. Asian Nursing Research.

Hastono, Sutanto P. & Sabri, Luknis. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta:


Rajawali Pers.

Heath, Alan & Bainbridge, Nicki. (2004). Baby Massage: The Calming Power of
Touch. New York: DK Publishing, Inc.

Hidayat, A.A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Analisis Data.


Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Hurlock. (2002). Perkembangan Anak. Edisi Keenam, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Inal, Sevil & Yildiz, Suzan. (2012). The Effect of Baby Massage On Mental-
Motor Development of Healthy Full Term Baby. Turkey: HealthMED.

Irmawati, M., Ardani, I Gusti A.I., Astasari, D., Irwanto, Suryawan, Ahmad &
Narendra M.B. (2012). Pemberian Stimulasi Selama Satu Jam pada
Perkembangan Anak Usia 12-24 Bulan. Jawa Tengah: Media Medika
Indonesia.

Jing, Jin et al. (2007). Massage and Motion Training For Growth and
Development of Infants. Guangzhou : World J Pediatr.
Kadi, Fiva A., Garna, Herry & Fadlyana, Eddy. (2008). Kesetaraan Hasil
Skrining Risiko Penyimpangan Perkembangan Menurut Cara Kuesioner
Praskrining Perkembangan (KPSP) dan Denver II pada Anak Usia 12-
14 Bulan dengan Berat Lahir Rendah. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran.

Kania, Nia. (2006). Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Mencapai Tumbuh
Kembang Yang Optimal. Bandung: Universitas Padjajaran.

Kasdu, Dini. (2004). Anak Cerdas. Jakarta: Puspa Swara.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Instrumen Stimulasi, Deteksi


Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Data Kesehatan


Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.


Jakarta: Kemenkes RI.

Kristanto, Heny. (2008). Pengaruh Terapi Sentuh Terhadap Antropometri Pada


Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pesantren I Kediri. Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.

Lappin, Grace & Kretschmer, Robert E. (2005). Applying Infant Massage


Practices: A Qualitative Study. Journal of Visual Impairment &
Blindness.

Lee, HK. (2006). The Effect of Infant Massage On Weight, Height and Mother
Interaction. Journal of Korean Academy of Nursing Vol. 36, No. 8.

Leonard, Julia. (2008). Exploring Neonatal Touch. Mind Matters: The Wesleyan
Journal of Psychology Vol. 3.

Lorenz, Lydia et al. (2005). The Benefits of Baby Massage. Vol 17 no. 2 March:
Paediatric Nursing.

Mares, S., Newman, L. & Warren, Beulah. (2011). Clnical Skill In Infant Mental
Health: The First Three Years. Second Edition. Australian: ACER Press.
Merineherta. (2009). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Berat Badan
Bayi Usia 3-6 Bulan di Kelurahan Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto
Tangah Kota Padang. Padang: Universitas Andalas.

Moszkowski, Robin J. & Stack, Dale M. (2007). Infant Touching Behaviour


During MotherInfant Face-to-Face Interactions. Infant and Child
Development Volume 16, Issue 3, pages 307319.

Notoatmojo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, Susilaningrum U. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk


Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nuryanti, Deni. (2012). Hubungan Pijat Bayi Dengan Frekuensi Sakit Bayi Di
Kecamatan Kartasura. Surakarta: FIK Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

NYU Langone Medical Center. Stimulation and Development During Infancy:


Tuning in to Your Babys Cues.
http://www.aboutourkids.org/articles/stimulation_development_during_inf
ancy_tuning_in_your_baby039s_cues diunduh pada 10 Maret 2014.

Pallant, Julie Florence. (2011). SPSS Survival Manual: A Steap By Step Guide To
Data analysis Using SPSS. Australia: Allen & Unwin.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Pratiwi, Anindita R. (2013). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Perkembangan Bayi


Di Desa Pamdak Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.
Purwokerto: Jurusan Keperawatan UNSOED.

Primadi, Aris & Alam, Anggraini. (2009). Hubungan Perkembangan Dengan


Pertumbuhan Bayi Kurang Bulan Berat Lahir Rendah. Bandung: Fakultas
Universitas Pajajaran.

Profil Posyandu Puskesmas Kelurahan Bintaro. (2014). Data Posyandu Perbulan.


Jakarta: Puskesmas Kelurahan Bintaro.
Public Health Agency of Canada. (2012). Infancy: Birth - Two Years of Age.
Canada: canada.gc.ca. http://www.phac-aspc.gc.ca/hp-ps/dca-dea/stages-
etapes/childhood-enfance_0-2/index-eng.php diakses pada 28 Maret 2014.

Roesli, Utami. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Pustaka Pembanguna


Swadaya Nusantara.

Rosalina, Ina. (2007). Fisiologi Pijat Bayi. Bandung: Trikarsa Multimedia.

Saefuddin, Asep. (2008). Statistika Dasar. Bandung: Grasindo.

Santoso, Singgih. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPPS


17. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, Singgih. (2012). Panduan Lengkap SPPS Versi 20. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

Santrock, John W. (2003). Adolescene: Perkembangan Masa Remaja. Jakarta:


Erlangga.

Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Siregar, Juke R. (2012). Halo Balita Series: Panduan Untuk Ayah Dan Ibu. Mizan
book strore: Jakarta.

Soedjatmiko. (2006). Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang


Perkembangan Bayi dan Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta: Sari Pediatri Vol. 8 No.3.

Subakti, Yazid & Rizki A., Deri. (2008). Keajaiban Pijat Bayi dan Balita.
Jakarta: Wahyu Media.

Subekti. R. (2008). Panduan Praktis Memijat Buah Hati Anda. Nusa Presindo:
Yogyakarta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
Suhartini, B. (2007). Tahap Perkembangan Motorik Bayi. Yogyakarta: FKIK
Universitas Negeri Yogyakarta.

Suririnah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi Usia 0-12 Bulan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.

Underdown, A., Barlow, Jane & Steward-Brown, Sarah. (2010). Tactile


Stimulation In Physically Health Infants: Results of a Sytematic Review.
Journal of Reproductive and Infant Psychology Vol.28, No.1.
U.S. Department of Health and Human Services. (2009). Infant and Newborn
Development. Bethesda: National Institutes of Health.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/infantandnewborndevelopment.html
diunduh pada 10 Maret 2014.

Widodo, A & Herawati, I. (2008). Efektifitas Massage Efflurage Terhadap


Perkembangan Gross Motoric Pada Usia 3-4 Bulan. Semarang: Program
Studi Fisioterapi UMS.

Wijayanti, R., & Purwandari, H. (2006). Dampak Penggunaan Modul Terhadap


Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Keluarga Dalam
Menstimulasi Tumbuh Kembang Bayi. Purwokerto: Jurusan Keperawatan
UNSOED.

Wong, et al. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 1. Jakarta: EGC.

World Health Organization. (2013). Health Topic : Infant, Newborn. Geneva:


WHO.

World Health Organization. (2012). Demographic and Socioeconomic Statistics:


Crude Birth and Death Rate Data by Country.
http://apps.who.int/gho/data/view.main.CBDR2040?lang=en diunduh pada
18 Maret 2014.

Wuryandani, Wuri. (2010). Peranan Keluarga Dalam Menginternalisasikan Nilai


Moral Untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: FIP UNY.

Yurisa, Wella. (2008). Etika Penelitian Kesehatan. Riau: FK UNRI.

Yusuf LN, H. Syamsu, Dr., M.pd. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Zero To Three. (2012). Behavior and Development. Washington: National Center


for Infants, Toddlers and Families.http://www.zerotothree.org/child-
development/ diunduh pada 20 Maret 2014.
Distribusi Usia Bayi
Statistics
usia
N Valid 24

Missing 0
Mean 6,13
Median 6,00
Std. Deviation 3,180
Minimum 1
Maximum 11

usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 bulan 3 12,5 12,5 12,5

6 bulan 2 1 4,2 4,2 16,7

6 bulan 3 1 4,2 4,2 20,8

6 bulan 4 2 8,3 8,3 29,2

6 bulan 5 4 16,7 16,7 45,8

6 bulan 9 2 8,3 8,3 54,2

6 bulan 10 3 12,5 12,5 66,7

6 bulan 11 1 4,2 4,2 70,8

6 bulan 12 1 4,2 4,2 75,0

6 bulan 13 5 20,8 20,8 95,8

6 bulan 15 1 4,2 4,2 100,0


Total 24 100,0 100,0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PijatBayi *
PerkembanganMengangkat 24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%
Dada
PijatBayi * PerkembanganMengangkatDada Crosstabulation

PerkembanganMengangkatDada

Bayi Dapat Bayi Tidak


Melakukannya Dapat
Melakukannya

Count 11 1

% within PijatBayi 91,7% 8,3%

% within
Ibu Memberikan Pijat Bayi
PerkembanganMengangkat 64,7% 14,3%
Dada

% of Total 45,8% 4,2%


PijatBayi
Count 6 6

% within PijatBayi 50,0% 50,0%


Ibu Tidak Memberikan Pijat % within
Bayi PerkembanganMengangkat 35,3% 85,7%
Dada

% of Total 25,0% 25,0%


Count 17 7

% within PijatBayi 70,8% 29,2%

% within
Total
PerkembanganMengangkat 100,0% 100,0%
Dada

% of Total 70,8% 29,2%

PijatBayi * PerkembanganMengangkatDada Crosstabulation


Total

Count 12
% within PijatBayi 100,0%
Ibu Memberikan Pijat Bayi % within
50,0%
PerkembanganMengangkatDada
% of Total 50,0%
PijatBayi
Count 12
% within PijatBayi 100,0%
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi % within
50,0%
PerkembanganMengangkatDada
% of Total 50,0%
Count 24
% within PijatBayi 100,0%
Total % within
100,0%
PerkembanganMengangkatDada
% of Total 100,0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 5,042 1 ,025
b
Continuity Correction 3,227 1 ,072
Likelihood Ratio 5,455 1 ,020
Fisher's Exact Test ,069 ,034
Linear-by-Linear Association 4,832 1 ,028
N of Valid Cases 24

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pijat Bayi


(Ibu Memberikan Pijat Bayi /
11,000 1,061 114,086
Ibu Tidak Memberikan Pijat
Bayi)
For cohort Perkembangan
Mengangkat Dada = Bayi 1,833 1,015 3,310
Dapat Melakukannya
For cohort Perkembangan
MengangkatDada = Bayi ,167 ,023 1,183
Tidak Dapat Melakukannya
N of Valid Cases 24

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PijatBayi * Perkembangan
24 100,0% 0 0,0% 24 100,0%
Menahan Leher
PijatBayi * Perkembangan Menahan Leher Crosstabulation
Perkembangan Menahan
Lehernya
Bayi Dapat Bayi Tidak
Melakukannya Dapat
Melakukannya
Count 10 2
% within PijatBayi 83,3% 16,7%
Ibu Memberikan Pijat Bayi % within
PerkembanganMenahanLeh 71,4% 20,0%
ernyaSecaraKaku
% of Total 41,7% 8,3%
PijatBayi
Count 4 8
% within PijatBayi 33,3% 66,7%
Ibu Tidak Memberikan Pijat % within
Bayi PerkembanganMenahanLeh 28,6% 80,0%
ernyaSecaraKaku
% of Total 16,7% 33,3%
Count 14 10
% within PijatBayi 58,3% 41,7%
Total % within
PerkembanganMenahanLeh 100,0% 100,0%
ernyaSecaraKaku
% of Total 58,3% 41,7%

PijatBayi * PerkembanganMenahanLehernyaSecaraKaku Crosstabulation

Total

Count 12

% within PijatBayi 100,0%

% within
Ibu Memberikan Pijat Bayi
PerkembanganMenahanLehernyaSec 50,0%
araKaku

% of Total 50,0%
PijatBayi
Count 12

% within PijatBayi 100,0%

% within
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi
PerkembanganMenahanLehernyaSec 50,0%
araKaku

% of Total 50,0%
Count 24

% within PijatBayi 100,0%

% within
Total
PerkembanganMenahanLehernyaSec 100,0%
araKaku

% of Total 100,0%
Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


(2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 6,171 1 ,013
b
Continuity Correction 4,286 1 ,038
Likelihood Ratio 6,511 1 ,011
Fisher's Exact Test ,036 ,018
Linear-by-Linear Association 5,914 1 ,015
N of Valid Cases 24

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for PijatBayi (Ibu


Memberikan Pijat Bayi / Ibu
10,000 1,444 69,262
Tidak Memberikan Pijat
Bayi)
For cohort Perkembangan
Menahan Leher = Bayi 2,500 1,080 5,786
Dapat Melakukannya
For cohort Perkembangan
Menahan Leher = Bayi ,250 ,066 ,942
Tidak Dapat Melakukannya
N of Valid Cases 24
T-Test Independent Untuk Pijat Bayi dan Pertumbuhan (Berat Badan)
Group Statistics

PijatBayi N Mean Std. Deviation


Ibu Memberikan Pijat Bayi 12 395,83 78,214
Hasil Selisih BB Post
Ibu Tidak Memberikan Pijat
dengan Pre 12 304,17 72,169
Bayi

Group Statistics

PijatBayi Std. Error Mean

Ibu Memberikan Pijat Bayi 22,578


Hasil Selisih BB Post denga nPre
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi 20,833

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of t-test for


Variances Equality of
Means

F Sig. t

Equal variances assumed ,128 ,724 2,984


Hasil Selisih BB Post
Equal variances not
dengan Pre 2,984
assumed

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Hasil Selisih BB Post dengan Equal variances assumed 22 ,007 91,667


Pre Equal variances not assumed 21,859 ,007 91,667

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Std. Error 95% Confidence


Difference Interval of the
Difference

Lower

Equal variances assumed 30,722 27,954


Hasil Selisih BB Post dengan Pre
Equal variances not assumed 30,722 27,930
T-Test Independent Untuk Pijat Bayi dan Pertumbuhan (Panjang
Badan)
Group Statistics

PijatBayi N Mean Std. Deviation

Ibu Memberikan Pijat Bayi 12 2,54 ,722


Hasil Selisih PB Post
Ibu Tidak Memberikan Pijat
dengan Pre 12 1,50 ,522
Bayi

Group Statistics

PijatBayi Std. Error Mean

Ibu Memberikan Pijat Bayi ,208


Hasil Selisih PB Post dengan Pre
Ibu Tidak Memberikan Pijat Bayi ,151

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of t-test for


Variances Equality of
Means

F Sig. t

Hasil Selisih PB Post Equal variances assumed ,865 ,362 4,051


dengan Pre Equal variances not assumed 4,051

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

df Sig. (2-tailed) Mean Difference

Hasil Selisih PB Post dengan Equal variances assumed 22 ,001 1,042


Pre Equal variances not assumed 20,041 ,001 1,042

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Std. Error 95% Confidence


Difference Interval of the
Difference

Lower

Equal variances assumed ,257 ,508


Hasil Selisih PB Post dengan Pre
Equal variances not assumed ,257 ,505
PANDUAN
PIJAT BAYI
SENDIRI DI
RUMAH
PUSPITA EKA K. SARI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


Sentuhan adalah hal yang paling mendasar bagi kehidupan dalam kehidupan
manusia semenjak dilahirkan. Pada awal bulanbulan pertama kehidupan
bayi sentuhan lebih sering digunakan (Cheng, Volk & Marini, 2011).

Sentuhan adalah suatu bentuk dari stimulus bagi bayi yang merupakan
bagian dari pengalaman awal dalam beberapa tahun pertama kehidupan
yang akan membantunya dalam pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya (NYU Langone Medical Center, 2010).

Pijat bayi merupakan cara memberikan stimulasi berupa sentuhan dengan


cara pemijatan (Hae-Kyung Lee, 2006).

Pijat bayi merupakan cara sederhana dalam berkomunikasi antara orang tua
dan bayi dengan menciptakan kontak mata langsung sehingga menjadikan
rasa hubungan fisik dan emosional yang kuat antar keduanya karena dapat
mencerminkan perasaan masingmasing (Gurol & Polat, 2012)
Pijat bayi banyak memberikan berbagai manfaat untuk bayi. Namun tidak
hanya bayi saja yang merasakan manfaat dari pijat bayi, orang tua terutama
seorang ibu juga merasakan banyaknya mafaat dari pijat bayi ini. Berikut adalah
manfaat dari pijat bayi :

a. Untuk Bayi
1. Meningkatkan berat badan.
2. Meningkatkan pertumbuhan.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh.
4. Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).
5. Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan.
6. Meningkatkan kosentrasi bayi dan membuat bayi tidur lelap.

b. Untuk Ibu
1. Meningkatkan bounding (ikatan) antara orang tua dan bayi
sehingga hubungan batinnya menjadi lebih kuat.
2. Meningkatkan produksi asi.
3. Menurunkan tingkat stress dan depresi.

Pijat bayi dapat menciptakan suasana akrab antara ayah dan bayinya (Roesli,
2004).
Pada bayi usia 0 1 bulan disarankan hanya diberi gerakan usapan halus dan
sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dipijat didaerah perut. Bayi dengan
usia 1 3 bulan sudah dapat diberikan gerakan pijat, namun pijatan halus
dengan tekanan ringan. Setelah bayi berusia 3 bulan ke atas bayi sudah dapat
diberikan pijat bayi dengan tekanan yang lebih. Pijat bayi dapat dilakukan dua
kali sehari pada pagi dan sore hari (Roesli, 2004).

Halhal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemijatan, seperti:

a) Bayi tidak baru saja selesai makan ataupun dalam kondisi lapar.
b) Tangan pemijat bersih, tidak berkuku panjang dan menggunakan
perhiasan.
c) Ruangan untuk saat melakukan pemijatan tidaklah harus khusus cukup
diupayakan ruangan hangat tidak terlalu dingin dan sirkulasi udara
berjalan dengan lancar.
d) Siapkan waktu kurang lebih 15 menit untuk memberikan pijatan pada
bayi. Orang tua ataupun pengasuh harus dalam kondisi yang sehat dan
nyaman tidak dalam kondisi yang stres ketika melakukan pemijatan,
karena akan berdampak juga pada bayi yang diberikan pijatan.
e) Baringkan bayi pada permukaan yang rata, lembut dan bersih.
f) Siapkan handuk bayi, popok dan baju ganti untuk bayi.

Selama proses pemijatan sebaiknya melakukan kontak mata bayi dengan


penuh kasih sayang dan mengajak berbicara ataupun bernyanyi.

Pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan baby lotion atau minyak


kelapa tergantung jenis kulit bayi lebih cocok menggunakan baby lotion atau
minyak kelapa.
a) Pemijatan bagian kaki

1. Perahan cara India dengan


cara pegang kaki bayi pada
pangkal paha seperti
memegang pemukul soft
ball, gerakkan tangan ke
bawah secara bergantian,
seperti memerah susu.

2. Peras dan putar dengan


cara pegang kaki bayi pada
pangkal paha dengan
kedua tangan secara
bersamaan. Kemudian
peras dan putar kaki bayi
dengan lembut dimulai dari
pangkal paha ke arah mata
kaki.

3. Telapak kaki dengan cara


mengurut telapak kaki bayi
dengan kedua ibu jari
secara bergantian, dimulai
dari tumit kaki menuju jari-
jari diseluruh telapak kaki
bayi.
4. Menarik lembut jari
dengan cara memijat jari-
jari bayi satu per satu
dengan gerakan memutar
menjauhi telapak kaki bayi,
diakhiri dengan tarikan
yang lembut pada tiap
ujung jari.

5. Gerakan peregangan
(strecth) dengan cara
menggunakan sisi dari jari
telunjuk, pijat telapak kaki
bayi mulai dari batas jari-
jari ke arah tumit, dengan
jari yang lain regangkan
dengan lembut punggung
kaki pada daerah pangkal
kaki ke arah tumit.

6. Titik tekan dengan cara


menekan-nekan kedua ibu
jari secara bersamaan
diseluruh permukaan
telapak kaki dari arah tumit
ke jari-jari.

7. Punggung kaki dengan


cara gunakaan kedua ibu
jari bergantian memijat
punggung kaki bayi dari
pergelangan ke arah jari-
jari secara bergantian.
8. Peras dan putar
pergelangan kaki (ankle
circles) dengan cara
membuat gerakan seperti
memeras dengan
menggunakan ibu jari dan
jari-jari lainnya
dipergelangan kaki bayi.

9. Perahan cara swedia


dengan cara memegang
pergelangan kaki bayi, lalu
gerakkan tangan pemijat
secara bergantian dari
pergelangan kaki menuju
pangkal paha.

10. Gerakan menggulung


dengan cara memegang
pangkal paha dengan
kedua tangan pemijat, lalu
membuat gerakan
menggulung dari pangkal
paha menuju pergelangan
kaki.
11. Gerakan akhir setelah
semua gerakan nomor 1-10
dilakukan pada kaki kanan
dan kiri, lalu rapatkan
kedua kaki bayi. Letakkan
kedua tangan pemijat pada
pantat dan pangkal paha
bayi, kemudian usap kedua
kaki bayi dengan tekanan
lembut dari paha ke arah
pergelangan kaki.

b) Pemijatan Bagian Perut

1. Gerakan mengayuh sepeda


dengan cara memijat
bagian perut bayi seperti
mengayuh sepeda dari atas
ke bawah perut bayi,
bergantian dengan tangan
kanan dan kiri.

2. Mengayuh sepeda dengan


kaki diangkat caranya
adalah mengangkat kaki
bayi dengan salah satu
tangan dan tangan yang
lain memijat perut bayi dari
perut bagian atas sampai
ke jari-jari kaki.
3. Gerakan ibu jari ke samping 5. Gerakan I Love You, untuk
dengan cara meletakkan membentuk huruf I pijat
kedua ibu jari di samping perut bayi mulai dari bagian
kanan-kiri pusar, lalu gerakkan kiri atas ke bawah dengan
kedua ibu jari ke arah tepi menggunakan jari-jari.
perut kiri dan kanan. Kemudian huruf L terbalik
dengan cara memijat perut
bayi mulai dari kanan atas ke
kiri atas, kemudia dari kiri atas
menuju kiri bawah. Terakhir
membentuk huruf U
dengan cara memijat perut
4. Gerakkan bulan matahari bayi mulai dari kanan bawah
dengan cara membuat ke atas, kemudian menuju kiri,
lingkaran searah jarum jam ke bawah dan berakhir di
menggunakan tangan kiri perut kiri bagian bawah.
dimulai dari perut sebelah
kanan bawah ke atas,
kemudian kembali ke daerah
kanan bawah membentuk
matahari. Gunakan tangan
kanan juga untuk membentuk
setengah lingkaran dimulai
dari bagian kanan bawah
perut sampai bagian kiri perut
bayi membentuk bulan.
Gerakan ini dilakukan
bersama-sama.
6. Gerakan seperti gelembung
atau jari-jari berjalan dengan
cara meletakkan ujung-ujung
jari satu tangan pada perut
bayi bagian kanan, lalu
gerakkan jari-jari pemijat dari
bagian kanan menuju bagian
kiri.

c) Pemijatan Bagian Dada

1. Gerakan membentuk jantung


besar dengan cara
meletakkan ujung-ujung jari
kedua telapak tangan pemijat
di tengah dada bayi, kemudian
membuat gerakan ke atas
sampai bawah leher hingga
tulang selangka lalu ke bawah
sehingga terbentuk jantung
terakhir kembali ke ulu hati.

2. Gerakan kupu-kupu dengan


cara membuat diagonal
seperti gambar kupu-kupu.
Dimulai dengan tangan kanan
membuat gerakan memijat
menyilang dari tengah dada
menuju bahu kanan kembali
lagi ke tengah. Gerakan
tangan kiri pun demikian
seperti tangan kanan menuju
bahu kiri.
d) Pemijatan Bagian Tangan

1. Pemijatan pada ketiak dengan


cara memijat dari atas ke
bawah ketiak.

2. Perahan cara india dengan


cara tangan kanan memegang
tangan bayi pada pundaknya
seperti memegang pemukul
soft ball, tangan kiri
memegang pergelangan
tangan bayi. Gerakkan tangan
ke bawah secara bergantian,
seperti memerah susu.

3. Gerakan peras dan putar


dengan cara memeras dan
putar lengan bayi dengan
lembut mulai dari pundak
hingga pergelangan tangan
bayi.

4. Gerakan membuka tangan


dengan cara memijat telapak
tangan bayi menggunakan
kedua ibu jari, dari
pergelangan tangan menuju
jari-jari bayi.
5. Gerakan memutar jari-jari
dengan cara memijat lembut
jari bayi satu per satu menuju
ke arah ujung jari-jari dengan
gerakan memutar dan diakhiri
dengan tarikan lembut setiap
ujung jari.

6. Punggung tangan dilakukan


pemijatan dengan cara
meletakkan tangan bayi
diantara kedua tangan
pemijat, lalu usap punggung
tangannya dari pergelangan
menuju jari-jari.

7. Peras dan putar sekeliling


pergelangan tangan dengan
ibu jari dan jari telunjuk.

8. Perahan cara swedia


dilakukan dengan
menggerakkan tangan kiri dan
kanan pemijat secara
bergantian mulai dari
pergelangan tangan bayi
menuju arah pundak.
9. Gerakan menggulung dengan
cara memegang lengan bayi
bagian atas atau bahu dengan
kedua telapak tangan
membentuk gerakan
menggulung dari pangkal
menuju pergelangan tangan.

e) Pemijatan Bagian Wajah

1. Pada dahi buatlah gerakan


seperti menyetrika dahi atau
membuka buku dengan
menggunakan kedua ibu jari
pemijat.

2. Pada alis mata letakkan kedua


ibu jari pemijat diantara kedua
alis mata dengan membuat
gerakan ke samping seolah-
olah menyetrika alis.

3. Pada hidung dengan cara


meletakkan kedu ibu jari pada
pertengahan alis lalu turun
melalui tepi hidung ke arah
pipi dengan membuat
gerakan ke samping dan ke
atas seolah-olah bayi
tersenyum.
4. Pada bagian mulut atas
dengan cara meletakkan
kedua ibu jari pemijat di atas
mulut di bawah sekat hidung
lalu gerakkan kedua ibu jari
tadi ke arah samping ke atas
daerah pipi.

5. Pada bagian mulut bawah


dengan cara meletakkan
kedua ibu jari pemijat di
bawah mulut di tengah dagu
lalu gerakkan kedua ibu jari
tadi dari tengah ke atas
daerah pipi.

6. Membuat lingkaran kecil di


rahang bayi dengan cara
menggunakan kedua tangan,
lalu buatlah lingkaran-
lingkaran kecil di daerah
rahang bayi.

7. Pada bagian belakang telingan


bayi lakukan pemijatan
dengan ujung-ujung jari
berikan sedikit tekanan
lembut pada bagian belakang
telinga ke arah pertengahan
dagu.
f) Pemijatan Bagian Punggung

1. Tengkurapkan bayi dengan


kepala di sebelah kiri dan kaki
disebelah kanan pemijat, lalu
pijatlah sepanjang punggung
bayi dengan gerakkan maju
mundur menggunakan kedua
telapak tangan dari bawah
leher hingga pantat bayi
kemudian kembali lagi ke
leher bayi.

2. Pegang pantat bayi dengan


tangan kanan, kemudian
tangan kiri memijat mulai dari
leher hingga bertemu tangan
kanan pemijat seperti seolah
menyetrika punggung.

3. Ulangi gerakan nomor 2 hanya


kali ini dengan memegang
kaki bayi dan gerakkan
dilanjutkan hingga tumit kaki
bayi.
4. Gerakan melingkar dilakukan
dengan cara jari-jari kedua
tangan membuat gerakan-
gerakan melingkar kecil-kecil
dari batas tengkuk hingga
turun ke bawah, semakin ke
bawah lingkaran yang
terbentuk semakin besar.

5. Gerakkan menggaruk dengan


cara memberikan tekanan
lembut menggunakan jari-jari
pemijat pada punggung bayi.
Lakukan gerakan ke bawah
memanjang hingga pantat
bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Cheng, Carolynn D., Volk, Anthony A., & Marini, Zopito A. (2011).
Supporting
Fathering Through Infant Massage. The Journal of Perinatal Education
Vol. 20, No. 4.

Gurol, Asye & Polat, Sevinc. (2012). The Effects of Baby Massage on
Attachment
between Mother and their Infants. Asian Nursing Research.

NYU Langone Medical Center. Stimulation and Development During Infancy:


Tuning in to Your Baby's Cues.
http://www.aboutourkids.org/articles/stimulation_development_during
infancy_tuning_in_your_baby039s_cues diunduh pada 10 Maret 2014.

Lee, HK. (2006). The Effect of Infant Massage On Weight, Height and Mother
Interaction. Journal of Korean Academy of Nursing Vol. 36, No. 8.

Roesli, Utami. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta: Pustaka Pembanguna


Swadaya Nusantara.
Aktivitas yang
Dianjurkan Untuk
Bayi usia 4 6 Bulan

Stimulasi Kinetik
Dukung bayi untuk posisi
duduk biarkan bayi condong
ke depan untuk keseimbangan
dirinya.
Biarkan bayi merngkak dan
berguling di lantai dengan alas
yang empuk
Stimulasi Visual
Letakkan bayi didepan cermin
agar bayi dapat melihat dirinya.
Berikan mainan dengan warna- STIMULASI
warni yang cerah
Stimulasi Auditori BUAH HATI
Ajak bayi berbicara sesering
mungkin, dapat sambil bern-
ANDA
yanyi bersama
Tertawalah ketika bayi tertawa
OLEH:
Berikan bayi mainan yang
dapat berbunyi, seperti PUSPITA EKA
kerincingan PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KURNIA SARI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MEI 2014
Sentuhan Aktivitas yang Dianjurkan
STIMULASI Untuk Bayi usia 4 6
Stimulasi memegang peran Sentuhan adalah hal Bulan
yang sangat penting untuk yang paling mendasar bagi ke-
hidupan dalam kehidupan Stimulasi Taktil
meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi untuk dapat manusia semenjak dilahirkan. Berilah anak mainan yang lunak
berkembang dengan maksimal. Pada awal bulanbulan pertama
yang dapat diremasnya dengan
Sebaiknya stimulasi diberikan kehidupan bayi sentuhan lebih
tekstur yang berbeda-beda.
secara terus menerus (Chamida, sering digunakan (Cheng, Volk

2009). & Marini, 2011). Percikkanlah air sekali-sekali ketika

Sentuhan merupakan memandikan bayi


Stimulasi rangsangan yang
mudah diberikan oleh orang tua bentuk dari stimulus bagi bayi Stimulasi Kinetik
secara aktif pada bayi dapat yang merupakan bagian dari
goyangkan bayi ketika berada di
melalui stimulasi taktil dalam sen- pengalaman awal dalam be-
berapa tahun pertama ke- pangkuan sesekali ketika
tuhan lembut, menggerakkan kaki
dan tangan bayi posisi ekstensi hidupan yang akan memban- memegangnya pada posisi berdiri

serta fleksi (Soedjatmiko, 2006). tunya dalam pertumbuhan dan


perkembangan
selanjutnya (NYU
Langone Medical
Center, 2010).

Business Name
LEMBAR KEGIATAN PIJAT BAYI

Pemijatan dilakukan orang tua setiap 2 kali sehari dengan durasi waktu pemijatan 15-20 menit selama 30 hari.

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
Waktu

No. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
Waktu

No. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore
Waktu

Keterangan:

1. () pada kolom waktu di bawah pagi, sore setelah bayi sudah


mendapatkan pemijatan dan cantumkan waktu ketika melakukan
pemijatan tersebut.
2. Cantumkan alasan mengapa bayi tidak mendapatkan pemijatan,
seperti bayi sakit ataupun ibu lupa melakukannya.
LEMBAR OBSERVASI
PERTUMBUHAN BAYI

Tabel Obervasi Pertumbuhan Bayi


Saat Akhir
Tgl Saat Awal Tgl Penelitian
Pertumbuhan
Pemeriksaan Penelitian Pemeriksaan (Setelah 30
hari)
Berat Badan (gr)
Panjang Badan (cm)
Lingkar Kepala (cm)
LEMBAR OBSERVASI
PERKEMBANGAN BAYI

Perkembangan bayi dinilai menggunakan penilaian Kuesioner Pra Skrinning


Perkembangan bayi usia 6 Bulan. Penilaian untuk poin nomor ke-4 dan ke-10
yang menjadi poin penilaian utama pada perkembangan.

Tabel Observasi Perkembangan Bayi


Saat Akhir
Pertanyaan KPSP Poin Nomor 4 Tgl Saat Awal Tgl
Penelitian
dan 10 Pemeriksaan Penelitian Pemeriksaan
(Setelah 30 hari)
Ketika bayi telungkup di alas datar,
apakah ia dapat mengangkat dada
dengan kedua lengannya sebagai
penyangga
seperti pada
gambar ?

Pada posisi bayi telentang, pegang


kedua tangannya lalu tarik perlahan-
lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi
mempertahankan lehernya secara kaku
seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab
TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali
seperti gambar sebelah kanan.

You might also like