Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

2, Juli 2015

PENGARUH PSIKOEDUKASI TERHADAP TINGKAT POSTPARTUM BLUES IBU


PRIMIPARA BERUSIA REMAJA

Bina Melvia Girsang, Miranda Novalina, Jaji

Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNSRI


Email: binamelvia@gmail.com

ABSTRACT
Postpartum blues is a mild postpartum stress syndrome experienced by mothers in a span
of 3-10 days. Postpartum blues have signs symptoms such as excessive sadness, sudden
crying, irritability, difficulty sleeping, headache, and tend to blame themselves. Postpartum
blues caused mother becoming passive and ignoring her baby even unstable of hormone
because of anxiety and stress. Weak of immune system and less of attention and touching
from her mother happened for her baby. Posptartum blues should be handled properly
before it evolved into postpartum depression. Pschycoeducatioan is an act that is given to
individuals and families in mental health disorders by strengthening coping strategies use
booklet. Psychoeducation measures in this study using the booklet. This researchs goal to
see whether there is influence of postpartum blues before and after intervention. This
research method is quantitative research that uses pre experimental research design with
accidental sampling method sampling totalling 20 people. This research was did from 24
June-24 July with the result of SD pre intervention is 1.218 and post intervention SD is 1.701
with test paired T-test showed p value <0.05 (p value = 0.001).
Keywords:primiparous adolescents mothers, postpartum blues, pscyhcoeducation

ABSTRAK
Postpartum blues merupakan sindroma stress ringan pasca melahirkan yang dialami oleh
ibu dalam rentang 3-10 hari. Postpartum blues memiliki tanda gejala seperti sedih
berlebihan, menangis tiba-tiba, mudah tersinggung, sulit tidur, nyeri kepala, dan cenderung
menyalahkan diri sendiri. Postpartum blues mengakibatkan ibu menjadi pasif dan
mengabaikan bayinya serta ketidakseimbangan hormon karena cemas dan stress. Pada
bayi mengakibatkan lemahnya sistem imun bayi dikarenakan kurangnya perhatian dan
sentuhan dari ibu. Posptartum blues harus ditangani dengan tepat sebelum berkembang
menjadi depresi postpartum. Pikoedukasi merupakan suatu tindakan yang diberikan pada
individu maupun keluarga dalam gangguan kesehatan mental dengan memperkuat strategi
koping menggunakan booklet. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah pengaruh
tingkat postpartum blues sebelum dan setelah diberikan intervensi. Metode penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian pre experiment. Cara
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara accidental sampling yang
berjumlah 20 orang. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu 24 Juni-24 Juli 2013
dengan hasil yaitu SD pre intervensi 1,218 dan post intervensi 1,701 dengan uji statistik
paired T-test menunjukkan p value<0,05 (p value = 0,001). Untuk penelitian selanjutnya,
disarankan menggunakan penelitian kualitatif tentang adat istiadat, pekerjaan, dan status
ekonomi keluarga.
Kata Kunci: primipara remaja,postpartum blues, psikoedukasi

114
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

PENDAHULUAN Postpartum blues merupakan


kondisi yang dialami oleh hampir 80%
Melahirkan dan merawat seorang anak perempuan yang baru melahirkan. Hal ini
merupakan peristiwa berharga dan dapat terjadi dikarenakan belum siapnya
membahagiakan bagi seorang wanita. melahirkan bayi dan menjadi seorang ibu,
Banyak harapan dan doa yang timbul perubahan kadar estrogen, progesteron,
dengan hadirnya seorang anak. prolaktin, dan estriol yang terlalu rendah,
Kehamilan memiliki arti emosional yang umur dan paritas (umur yang masih muda
besar bagi setiap wanita. Kehamilan dan atau jumlah persalinan yang dialami
kelahiran akan memiliki dampak dan memungkinkan terjadinya postpartum
pengaruh besar bagi seorang wanita. blues), serta dukungan emosonal dari
Kesiapan fisik dan psikis sangat suami dan keluarga memiliki pengaruh
dibutuhkan untuk dapat melewati masa besar dalam kontribusi postpartum
kehamilan dan persalinan (Regina, et al., blues(Soffan, 2012).
2001) Kehamilan pada ibu yang terlalu
Riwayat persalinan yang dialami muda memiliki beberapa resiko baik
dapat berupa persalinan normal maupun secara psikis maupun fisik. Hal itu
komplikasi yang menimbulkan gangguan dikarenakan para remaja belum siap
dalam persalinan. Beberapa riwayat mengalami perubahan peran menjadi
persalinan komplikasi yang menimbulkan seorang ibu. Akibatnya, kehamilan pun
gangguan persalinan dapat berupa tidak dijaga dengan baik yang berdampak
persalinan preterm, persalinan lewat kontraksi selama proses persalinan
waktu, plasenta previa, distosia, ketuban menjadi tidak lancar. Kehamilan yang
pecah dini, sepsis intrapartum, abortus terjadi pada usia muda 20 tahun akan
maupun infeksi pascapersalinan (Soffan, mengakibatkan kematian ibu dan bayi 2-4
2012) kali lebih besar dibandingkan kehamilan
dan persalinan pada usia reproduksi
Ibu yang melakukan operasi
sehat yaitu 20-35 tahun (Soep, 2009).
secara caesar lebih rentan mengalami
postpartum blues daripada ibu yang Studi pendahuluan yang
bersalin dengan cara normal spontan dilakukan peneliti di RSUD H. Hanafie
pervaginam. Persalinan vakum, forsep, Muara Bungo, Jambi didapatkan data
dan sungsang yang dialami ibu juga bahwa ada 521 persalinan primipara
memberikan kemungkinan terjadinya dengan riwayat persalinan spontan, 12
postpartum blues pada ibu (Kasdu, 2005). orang dengan riwayat persalinan macet,
dan 101 orang dengan riwayat penyulit
Stress pascapersalinan pada ibu
kehamilan dan persalinan lainnya
postpartum biasanya diawali dengan
(eklamsi-preeklamsi, prematur, dan
postpartum blues. Postpartum blues
ketidakmampuan mengejan secara
merupakan suatu sindroma gangguan
optimal) . Selain itu, selama bulan
afek ringan yang sering terjadii minggu
Januari-Februari 2013 terdapat 45
pertama setelah persalinan. Postpartum
persalinan primipara dengan riwayat
blues seringkali terjadi pada hari ke 3-4
persalinan normal, 1 persalinan primipara
pasca persalinan dan memuncak pada
dengan riwayat persalinan macet dan 29
hari ke5-14 postpartum (Heriana, et al.,
persalinan primipara dengan riwayat
2008)
eklamsi preeklamsi, prematur dan

115
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

ketidakmampuan mengejan serta HASIL DAN PEMBAHASAN


persalinan sungsang, vakum, forceps dan Karakteristik Riwayat Persalinan
seksio sesarea. Responden
METODE DAN BAHAN Responden yang mengalami postpartum
Penelitian ini merupakan penelitian blues di wilayah kabupaten Bungo dan
kuantitatif dengan rancangan penelitian sekitarnya dalam pencarian periode akhir
Pre-eksperimental, dengan jenis Juni-akhir Juli ialah sebanyak 20 orang
penelitian One group pre-post test design. dengan karakteristik responden yaitu ibu
Metode yang digunakan dalam primipara remaja berusia 15-19 tahun
pengambilan sampel untuk penelitian ini dengan beragam jenis riwayat persalinan
adalah accidental sampling Berdasarkan seperti normal, seksio sesarea, vakum,
jumlah sampel yang ditemui ssecara acak dan cunam. Selain itu, ibu yang
da sesuai dengan kriteria inklusi, melahirkan anak pertama cenderung
didapatkan jumlah sampel sebanyak 20 dinilai memberikan konstribusi psikologis
orang responden. Pelaksanaan penelitian ibu untuk mengalami kecemasan, labilias
dilakukan pada tanggal 24 Juni - 24 Juli perasaan, dan perasaan bersalah
2013 di wilayah sekiatr Kabupaten Bungo dikarenakan ibu yang melahirkan anak
meliputi beberapa desa di Kabupaten pertama cenderung lebih kuatir terhadap
Bungo.Alat pengumpulan data yang kemungkinan terjadinya hal yang tidak
digunakan dalam penelitian ini adalah diinginkan, misalnya kematian bayi atau
kuisioner EPDS (Edinburgh Postnatal merasa belum siap memperoleh anak
Depression Scale) dalam menganalisa pertama (OHara, 2000).
tingkat postpartum blues pada ibu Berdasarkan hasil analisis
primipara remaja. Analisa data yang didapatkan bahwa responden terbanyak
digunakan dalam penelitian ini adalah penderita postpartum blues ialah ibu
analisa data univariat dan bivariat. primipara remaja dengan riwayat
Analisa data univariat dilakukan untuk persalinan seksio sesarea. Sementara itu,
mengetahui karakteristik riwayat ibu primipara remaja dengan riwayat
persalinan responden. Sedangkan persalinan cunam hanya 1 orang
analisa data bivariat dilakukan untuk responden yang mengalami postpartum
mengetahui perbandingan rerata skor blues. Riwayat persalinan merupakan
tingkat postpartum blues sebelum dan salah satu faktor yang menjadi penyebab
setelah intervensi psikoedukasi dengan sindrom postpartum blues. Dalam
menggunakan paired T-Test. penelitian ini, hal yang menyebabkan
Tabel 1 terjadinya postpartum blues yang
Karakteristik Riwayat Persalinan dikaitkan dengan faktor riwayat
Responden persalinan dikarenakan oleh ibu primipara
remaja di wilayah kabupaten Bungo
Riwayat n Persen masih berusia belia dan berukuran tubuh
Persalinan (%) kecil atau pendek sekitar 154 cm
Normal 5 25 sehingga para ibu primipara remaja
Seksio Sesarea 10 50 kebanyakan mempunyai kesulitan dalam
Vakum 3 15 proses persalinan dengan berbagai
Cunam 2 10 indikasi seperti luas panggul yang sempit
Total 20 100 atau persalinan yang macet,

116
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

ketidakmampuan mengejan, serta usia maupun keluarga yang memberitahu atau


bayi yang prematur. membantu ibu dalam merawat bayi
dengan baik dan benar sehingga semua
Penelitian ini sejalan dengan
hal yang berkaitan dengan bayi harus
penelitian Ohara dan Swain (2000), yang
dilakukan oleh ibu sendiri.
melaporkan 13% wanita yang melahirkan
anak pertama mengalami postpartum Postpartum blues yang dialami
blues. Selain itun kelahiran anak oleh ibu primipara remaja juga
merupakan situasi krisis bagi orang tua dikarenakan kurangnya peran tenaga
atau keluarga karena terjadinya kesehatan seperti bidan ataupun perawat
perubahan peran dan hubungan dalam dalam mengintervensi postpartum blues
keluarga terutama bagi ibu baru yang yang dialami ibu. Tidak ada intervensi
pertama kali melahirkan (Benbow, 2000). lebih yang dilakukan oleh bidan maupun
Benbow (2000), menyatakan bahwa ibu perawat di daerah penelitian dalam
dengan riwayat prsalinan seksio sesarea membantu ibu mengatasi postpartum
dan persalinan dengan vakum mengalami blues yang dialami oleh ibu primipara
stres sangat tinggi (71,3%) dibandingkan remaja.
ibu yang bersalin secara spontan Selain itu, postpartum blues juga
(28,7%).(9) Namun, penelitian ini berbeda terjadi pada ibu yang melahirkan anak
dengan penelitian yang dilakukan oleh pertama (primipara). Hal ini menunjukkan
Nazara (2009), menyatakan bahwa tidak bahwa ibu dengan kelahiran anak
ada hubungan paritas dengan stress pertama memberikan kontribusi terhadap
pascasalin (Soep, 2009) postpartum blues, karena biasanya ibu
Tingkat Postpartum Blues Sebelum yang melahirkan anak pertama
Intervensi mempunyai tekanan-tekanan kecemasan
yang tinggi, labilitas perasaan, cemas,
Berdasarkan tabel 2, sebelum dilakukan
dan memiliki perasaan bersalah yang
intervensi, skor tingkat postpartum blues
tinggi, dan ada ketakutan tersendiri jika
pada ibu primipara remaja bervariasi
bayi yang dilahirkan tidak selamat dan jika
dengan skor tertinggi 15 dan terendah 10.
selamat takut tidak mampu memberikan
Jumlah poin 12 merupakan skor
perawatan yang baik, apalagi ketika
terbanyak yang diderita oleh 7 orang ibu
melakukan persalinan kurang
primipara remaja dengan rata-rata skor
mendapatkan perhatian dan dukungan
12,30. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
dari suami, karena dukungan suami akan
pengetahuan ibu terkait postpartum blues
berpengaruh terhadap psikologis ibu
yang dialami. Selain itu, tidak ada orang
ketika melahirkan dan dapat mencegah

Tabel 2 Rerata Skor Postpartum Blues Responden Sebelum dan Sesudah


Psikoedukasi (n=20)

Kondisi Rerata Skor Post SE Min-Max 95% CI


Partum Blues
Sebelum 12,30 (1,218) 0,272 10-15 11,73-12,87
Psikoedukasi
Setelah 10,50 (1,701) 0,380 8-13 9,70-11,30
Psikoedukai

117
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

gejala-gejala postpartum blues pada ibu pada suami dan keluarga untuk dapat
(OHara, 2000) lebih memperhatikan dan membantu
segala kebutuhan ibu. Hal-hal kecil dan
Tingkat Postpartum BluesSetelah
menyenangkan dapat membantu ibu
Intervensi
dalam mengurangi stress pasca
Berdasarkan tabel 2didapatkan data persalinan seperti bercerita dan
bahwa distribusi frekuensi dari 20 orang mengungkapkan perasaan pada suami
responden yang telah diberikan intrevensi tentang apa yang diinginkan ibu, mencari
psikoedukasi yaitu skor postpartum blues suasana baru, menganjurkan suami untuk
10 paling banyak terjadi penurunan pada mengajak ibu jalan-jalan keluar rumah,
5 orang responden dengan persentase membantu mengurus bayi atau
25% dengan nilai mean 10,50 dan SD bergantian menjaga bayi di tengah malam
1,701. Dari hasil estimasi interval dapat serta yang paling penting menanamkan
disimpulkan bahwa 95% rata-rata skor pemikiran positif yang sesuai realita
postpartum blues setelah diberikanya bahwa kehadiran seorang bayi bukanlah
intervensi psikoedukasi berada pada sebuah hal yang harus ditakuti dan di
rentang 9,70-11,30. cemaskan.
Sistem dukungan yang kuat dan Menanamkan pikiran positif,
konsisten merupakan faktor utama curhat kepada orang lain, percaya diri,
keberhasilan melakukan peyesuaian bagi memanjakan diri sendiri, refreshing,
ibu. Dukungan paling efektif didapat dari cukup tidur dan menjaga bayi bergantian
suami. Ibu membutuhkan bantuan dalam pada malam hari dapat mengurangi
menyelesaikan tugas rumah tangganya sindrom postpartum blues. Penurunan
seperti menyiapkan makanan, mencuci tingkat postpartum blues pada penelitian
pakaian dan berbelanja. Bantuan dari ini sesuai dengan pendapat Albin (2001)
suami dan keluarga sangat berpengaruh bahwa pemberian psikoedukasi dapat
dalam keberhasilan ibu mengurangi membantu mengurangi kecemasan,
postpartum blues (OHara, 2000) depresi dan menumbuhkan rasa percaya
Salah satu faktor yang diri terutama apabila dibarengi
menyebabkan keadaan ini ialah penggunaan mekanisme koping yang
pemberian psikoedukasi yang dilkukan positif (Mottaghipour, 2005).
oleh peneliti dengan ditambah edukasi Perbedaan Skor Postpartum Blues
Sebelum dan Setelah Psikoedukasi
Tabel 3 Perbedaan Rerata Skor Pada bagian test statistics dengan uji
Postpartum Blues Responden (n=20) paired T-test diperoleh nilai signifikan p
value = 0,001 artinya nilai p value< 0,05.
Variabel Mean p Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis Ho
Skor postpartum blues 12,30 0,001 ditolak dan H1 diterima, secara statistik
sebelum psikoedukasi (1,218)
ada perbedaan bermakna antara yingkat
Skor postpartum blues 10,50 0,001 posttpartum blues sebelum dan setelah
setelah psikoedukasi (1,701) intervensi. Penelitian ini sejalan dengan
Selisih skor postpartum -1,80 0,001 penelitan yang dilakukan oleh Soep
blues sebelum dan (0,965) (2009), menyatakan bahwa psikoedukasi
setelah psikoedukasi dengan media booklet efektif dalam
menurunkan depresi ibu postpartum, dari

118
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

100% menurun menjadi 35%, artinya KESIMPULAN DAN SARAN


terjadi pengurangan jumlah ibu setelah Tingkat postpartum blues sebelum
melahirkan yang mengalami depresi diberikan intervensi psikoeduaksi berada
postpartum sebesar 65% setelah pada SD 1,218 mean 12,30 dan median
pemberian psikoedukasi selama 15 menit 12 dengan skor minimal 10 dan maksimal
yang sebelumnya dievaluasi melalui 15, sedangkan tingkat postpartum blues
kuesioner EPDS (OHara, 2000). EPDS setelah diberikan intervensi psikoedukasi
(Edinburgh Postnatal Depression Scale) berada pada SD 1,701 dengan mean
merupakan kuesioner yang berisi 10 10,50 dan mdian 10 dengan skor minimal
pertanyaan untuk mendeteksi sindrom 8 dan maksimal 13.Maka secara statistik
postpartum blues maupun depresi dapat disimpulkan bahwa ada perubahan
postpartum yang setiap pertanyaannya bermakna antara tingkat postpartum
memiliki skor pilihan jawaban yang blues sebelum dan sesudah intervensi. P
berbeda-beda. Pada penelitian ini, value = 0,001 dengan =0,05 artinya
intervensi piskoedukasi efektif diberikan psikoedukasi memiliki pengaruh yang
pada ibu primipara remaja dalam efektif dalam penurunan tingkat
menurunkan tingkat postpartum blues postpartum blues.
dengan tujuan agar terjadi keseimbangan
peran dan kehidupan sosial ibu primipara Psikoedukasi yang efektif dengan
remaja secara optimal. Selain follow up setiap hari sangat penting untuk
psikoedukasi, ada beberapa alternatif melihat perkembangan ibu dalam
intervensi lain yang dapat dilakukan mengatasi postpartum blues yang dialami
dalam menurunkan tingkat postpartum sehingga penurunan tingkat postpartum
blues, diantaranya adalah dukungan blues ibu benar-benar dari intervensi
sosial pada ibu dalam melakukan psikoedukasi yang dilakukan peneliti dan
bounding attachment atau skin to skin bukan dari faktor lingkungan sekitar untuk
contact antara ibu dan bayi pasca melihat keefektifan psikoedukasi.
persalinan. Para ibu yang melakukan Perawat diharapkan dapat
kontak kulit 6 jam setiap hari selama 1 membantu ibu dengan sindrom
minggu dapat menjadi salah satu postpartum blues yang diderita dimulai
alternatif dalam menurunkan postpartum dari tanda gejala serta penanganan yang
blues tanpa obat (Bigelow, 2012). tepat untuk diberikan agar ibu dapat
Hasil penelitian sejalan dengan mengerti dan mandiri dalam menguatkan
pendapat Mottaghipour (2005), bahwa mekanisme koping untuk mengatasi
pemberian psikoedukasi bagi klien postpartum blues yang diderita. Cara
postpartum dengan mengemas materi sederhana yang dapat dilakukan ibu yaitu
edukasi tentang cara pencegahan stress dengan bercerita, mengungkapkan apa
pascapersalinan dalam bentuk poster, yang dirasakan oleh ibu pada orang
leaflet, booklet, flipchart dan video berisi terdekat seperti suami dan keluarga.
hal-hal yang menyebabkan setelah REFERENSI
melahirkan rentan terhadap stress pasca
persalian yang diterapkan membuktikan Aksara, E. (2012). Bebas stres usai
bahwa terjadi penurunan angka melahirkan. Jogjakarta: Javalitera.
postaprtum blues maupun depresi Albin, R.(2001). Bagaimana mengenal
postpartum. dan mengarahkan gangguan mental.
Yogyakarta: Kanisius.

119
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

Benbow, A. (2000). Emergency obsetric Regina, et al. (2001). Hubungan antara


procedures in the intra partum depresi postpartum dengan
period: a post traumatic stress kepuasan seksual pada iIbu
perspective. National Research primipara. Indonesian Psychological
Register. England: Midwife Press. Journal, (3), 300-314.
Bigelow, A., Power, M., MacLellan- Soep. (2009). Pengaruh intervensi
Peters, J., Alex, M., & McDonald, C. psikoedukasi dalam mengatasi
(2012). Effect of mother/infant skin- depresi postparum tahun
to-skin contact on postpartum 2009.Thesis. Ilmu Kesehatan
depressive symptoms and maternal Masyarakat. Universitas Sumatera
physiological stress. Journal of Utara: Fakultas Kesehatan
Obstetric, Gynecologic & Neonatal Masyarakat.
Nursing, 41(3), 369-382. Soffan, A. (2012). Baby blues: mengenali
Bobak, L. et al. (2005). Buku ajar penyebab, mengetahui gejala, dan
keperawatan maternitas. Edisi 4. Alih mengantisipasinya. Solo: Metagraf.
Bahasa: Maria & Peter. Jakarta: United Nations Childrens Fund and
EGC. World Health Organization
Heriana, C., Hermansyah, H., & Solihati (UNICEF). (2004). Low birthweight:
(2008). Faktor-faktor yang Country, regional and global
berhubungan dengan kehamilan estimates. New York: UNICEF
pranikah di kalangan pelajar di Desa Permaesih, D., & Sudiman, H.
Setianegara Kecamatan Cilimus (2005).Faktor-faktor yang
Kabupaten Kuningan Tahun 2008. mempengaruhi anemia pada remaja.
Skripsi. Kuningan: STIKES Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 33,
Kuningan. (4,) 162-171.
Kasdu, D. (2005). Solusi Problem Sediaoetomo, A.D. (2002). Ilmu gizi
Persalinan. Jakarta: Puspa Swara. untuk mahasiswa dan profesi di
Mottaghipour, Y. (2005). The pyramid of Indonesia. Jakarta: Penerbit Dian
family care: a framework for family Rakyat
involvement with adult mental health Verawaty, S.N. (2011). Merawat dan
services. Australian e-Journals for menjaga kesehatan seksual wanita.
the Advanced Mental Health,(3), 1-8. Bandung: Grafindo.
Nazara, Y. (2009). Efektivitas Weekes, C. (2008). Mengatasi stres,
psikoedukasi terhadap pencegahan (Soemanto. B. N. Trans.), Jakarta:
depresi pascasalin. Jurnal Ilmiah. Penerbit Arcan.
Poltekkes Medan: Ginekol Indonesia. Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu
OHara MW, Swain LP. (2000). Social kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
support life events and depression Pustaka-Sarwono Prawirohardjo.
during pregnancy and the Yosep, I. (2007). Keperawatan jiwa.
puerperium. Toronto: Prentice Hall Bandung: Refika Aditama.
Health.

120

You might also like