Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urine (dari bahasa Latin Urina) adalah cairan biasanya steril oleh-produk
dari tubuh dikeluarkan oleh ginjal melalui proses yang disebut buang air kecil dan
dikeluarkan melalui uretra. Metabolisme sel menghasilkan banyak oleh produk,
yang kaya akan nitrogen, yang memerlukan penghapusan dari aliran darah. Ini oleh
produk yang akhirnya dikeluarkan dari tubuh dalam proses yang dikenal sebagai
berkemih, metode utama untuk buang air-larut bahan kimia dari tubuh. Bahan kimia
ini dapat dideteksi dan dianalisis dengan urine. Kondisi penyakit tertentu dapat
menyebabkan patogen-terkontaminasi urin.
Sebanyak 70 persen bahan makanan yang dikonsumsi manusia dikeluarkan
dalam bentuk urine. Dalam setahun, seseorang dapat mengeluarkan kencing kira-
kira sebesar 500 liter.
Tujuan penyajian makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai Urinel. Pemahaman yang lebih baik akan membantu dalam memahami
proses berkemih/mikturisi.

B. Permasalahan
1. Apa itu Urine?
2. Apa faktor yang mempengaruhi proses urinasi?
3. Bagaimana pembentukan urine?
4. Apa yang dimaksud dengan mikturisi?
5. Bagaimana transport urine dari ginjal melalui ureter menuju kandung kemih?
6. Bagaimana inhibisi proses mikturisi oleh otak?

C. Tujuan dan Manfaat


Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan yang dimiliki oleh
para calon tenaga kesehatan dan untuk memenuhi tugas kelompok yang di berikan
oleh dosen mata kuliah IDK I.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Urine
1. Pengertian
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine
disaring didalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya
dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Ciri Ciri urine normal:


1. Volume
Urine rata rata : 1L 1,5L setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh
dan intake cairan.
2. Warna
Kuning bening oleh adanya urobilinogen. Secara normal warna dapat
berubah, tergantung jenis bahan/obat yang dimakan.
3. Bau
Urine baru memiliki bau khas sebab adanya asam asam yang mudah
menguap. Urine yang lama baunya tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan
ureum dalam urine. Bau yang busuk karena adanya nanah dan kuman
kuman. Sedangkan bau yang manis karena adanya asetan.
4. Berat jenis urine
Normal : 1,002-1,045
Rata rata : 1,008
5. pH urine
kurang lebih pH = 6 atau sekitar 4,8 7,5 dengan rekasi pada kertas lakmus:
urine asam: merah, urine basa: biru.

2. Faktor yang Mempengaruhi Proses Urinasi


Proses pembentukan urin dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.

a. Faktor Internal
1) Hormon Antideuritik (ADH)
Hormon antideuritik dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofifis
(neuroehipofisis). Pengeluaran hormon ini ditentukan oleh reseptor
khusus di dalam otak yang secara terus menerus mengendalikan
tekananan osmotik darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam darah).
Oleh karena itu, hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorpsi air
pada tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air
akan meningkat. Oleh karena cara bekerja dan pengaruhnya inilah,
hormon tersebut disebut sebagai hormon antideuritik.
Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu pada saat dalam keadaan
dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh (saat kehausan atau banyak
mengeluarkan keringat), konsentrasi air dalam darah akan turun. Akibat
dari kondisi tersebut, sekresi ADH meningkat dan dialirkan oleh darah
menuju ke ginjal. ADH selain meningkatkan permeabilitas sel terhadap
air, juga mengkatkan permeabilitas saluran pengumpul, sehingga
memperbesar sel saluran pengumpul. Dengan demikian air akan
berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, lalu masuk ke dalam darah.
Keadaan tersebut akan berusaha memulihkan konsentrasi air dalam
darah. Namun akibatnya, urine yang dihasilkan menjadi sedikit dan lebih
pekat.

2) Hormon Insulin
Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau
langerhans dalam pankreas. Hormon insulin berfungsi mengatur gula
dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes mellitus) memiliki
konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam
darah akan tinggi. Akibatnya terjadi gangguan reabsorpsi didalam urine
masih terdapat glukosa.

3) Saraf
Stimulus pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus
afferen. Hal ini menyebabkan aliran darah ke glomerulus menurun dan
tekanan darah menurun sehingga filtrasi kurang efektif. Hasilnya urine
yang diproduksi meningkat.
4) Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses
berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis.
Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran
urine.
5) Usia
Pengeluaran urine usia balita lebih sering karena balita belum bisa
mengendalikan rangsangan untuk miksi dan makanan balita lebih banyak
berjenis cairan sehingga urine yang dihasilkan lebih banyak sedangkan
pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40 tahun,
jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap
tahun.

b. Faktor Eksternal
1) Zat-zat diuretik
Misalnya teh, kopi, atau alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na +.
Akibatnya ADH berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan
volume urin meningkat.

2) Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga
suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit
sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di
antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin
banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.

3) Gejolak emosi dan stress


Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan
meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada
saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan
berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air
kecil.

4) Jumlah air yang diminum


Jumlah air yang diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air
dalam darah. Jika meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah akan
tinggi, dan kosentrasi protein dalam darah menurun, sehingga filtrasi
menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti ini menyebabkan darah
lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi
dan berkurangnya ADH akan menyebabkan menurunnya penyerapan air,
sehingga urine yang dihasilkan akan meningkat dan encer.

5) Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes
melitus.

6) Life Style dan aktivitas


Seorang yang suka berolahraga, urine yang terbentuk akan lebih sedikit
dan lebih pekat karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk
energi sehingga cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk
keringat.

3. Ciri-ciri urine normal


a. Rata-rata jumlah/hari 1-2 liter, atau sesua dengan jumlah masukan/intake
b. Warnanya bening orange pucat tanpa endapan
c. Baunya tajam
d. Reaksinya sedikit asam pada kertas lakmus

4. Pembentukan Urine
gambar 1. nefron
Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowman berfungsi
untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi
penyerapan kembali dari zat-zat yang sudah disaring dari glomerulus, sisa cairan
akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin berasal dari darah
yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian
yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.
Terdapat 3 hal penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urin,
yaitu :

a. Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus
yang dikelilingi sangat dekat oleh kapsula Bowman. Tekanan hidrostatik
darah didalam kapiler dan tekanan oncotik (gaya tarik sifat atau sistem
koloid agar air tetap berada dalam plasma darah di intravaskuler. Arti lain
dari tekanan onkotik adalah tekanan osmotic yang dihasilkan oleh protein
(albumin)) dari cairan di dalam Bowman space (area antara glomerulus dan
kapsula bowman; merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate
glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal)
merupakan kekuatan untuk proses filtrasi. Proses filtrasi terjadi ketika darah
yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat zat lain serta sel sel
darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi
tinggi sehingga mendorong air dan komponen komponen yang tidak dapat
larut, melewati pori pori endothelium kapiler glomerulus, kecuali sel sel
darah dan molekul protein. Kemudian menuju membran dasar dan melewati
lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula Bowman. Hasil filtrasi dari
glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urine
primer. Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino,
urea, dan ion anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih
diperlukan tubuh.

b. Reabsorpsi (penyerapan kembali)


Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%
filtrat glomerulus akan direabsorpsi secara aktif pada tubulus kontortus
proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus
kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam
amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain
pada filtrate dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal mereabsorpsi
lebih dari 178 liter air, 1200 gr garam, dan 150 gr glukosa. Sebagian besar
dari zat-zat ini direabsorpsi beberapa kali. Reabsorpsi terjadi di tubulus
kontortus proksimal dan lengkung Henle serta menghasilkan urine sekunder
(filtrate tubulus). Proses tahap ini dilakukan oleh sel sel epithelium di
seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi tergantung
kebutuhan tubuh saat itu. Zat zat yang direabsorpsi antara lain: glukosa,
asam amino, ion ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar
urea menjadi lebih tinggi.
Proses rebasorpsi : mula mula urine primer masuk dari glomerulus ke
tubulus kontortus proksimal, kemudian mulai direabsoprsi hingga mencapai
lengkung Henle. Zat zat yang direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah
glukosa ion Na+, air dan ion Cl-. Setiba di lengkung Henle, volume filtrate
telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine sekunder atau
filtrat tubulus.

c. Sekresi (pengeluaran)
Sekresi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter
adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine. Zat sisa
metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul
kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.
Karbondioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat
makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa
tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2
berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga
kestabilan pH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001)
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat
yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh.
Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut
akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea.
Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang
akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja
dan urine. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah
dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.
Proses augmentasi: urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal,
dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah mengandung zat lain yang
tidak digunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+
dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak
terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus
kolektivus ke pelvis renalis disini terjadi urine sesungguhnya. Kantung
kemih merupakan tempat penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih
sudah penuh oleh urine, maka urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui
saluran uretra.

5. Mikturisi
Mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine yang mengalir melalui ureter ke
dalam kandung kemih, keinginan untuk buang air kecil disebabkan oleh
penambahan tekanan di dalam kandung kemih, dimana sebelumnya telah ada
170-230 ml urine. Mikturisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan
dan dapat ditahan oleh pusat-pusat persarafan. Gerakan oleh kontraksi otot
abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ yang
menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
Mikturisi melibatkan 2 tahap yaitu:
a. kandung kemih terisi secara progresif (terus menerus) hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas; keadaan ini akan
mencetuskan tahap kedua
b. adanya kemih atau, jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan
berkemih yang disadari. Meskipun refleks mikturisi adalah refleks medulla
spinalis yang bersifat autonom (tak sadar), refleks ini dapat dihambat atau
difasilitasi oleh pusat pusat di korteks serebri atau batang otak.

Refleks mikturisi
Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak peningkatan kontraksi
mikturisi. Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh reseptor
regang sensorik di dalam dinding kandung kemih. Sinyal sensorik dari reseptor
regang kandung kemih dikirimkan ke segmen sakralis dari medulla spinalis
melalui saraf pelvis, dan kemudian dikembalikan secara refleks ke kandung
kemih melalui serabut saraf parasimpatis dengan menggunakan persarafan yang
sama.
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini biasanya akan
berelaksasi secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor (otot
yang melapisi dinding kandung kemih) berhenti berkontraksi, dan tekanan turun
kembali ke nilai dasar. Ketika kandung kemih terus terisi, refleks mikturisi
menjadi semakin sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor yang lebih
kuat.
Sekali refleks mikturisi dimulai, refleks ini bersifat regenerasi sendiri, yang
artinya : kontraksi awal kandung kemih akan mengaktifkan reseptor regang yang
menyebabkan peningkat impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung kemih
dan uretra posterior, sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi
kandung kemih selanjutnya; jadi siklus ini akan berulang terus menerus
sampai kandung kemih mencapai derajat kontraksi yang cukup kuat. Kemudian,
setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang bergenerasi
sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks mikturisi menjadi
terhenti, memungkinkan kandung kemih berelaksasi. Jadi, refleks mikturisi
merupakan sebuah siklus yang lengkap yang terdiri dari:

a. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif


b. Periode tekanan menetap
c. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal (tingkat ketegangan
kontraktil yang tersisa di pembuluh darah)

Bila refleks mukturisi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung
kemih, elemen persarafan pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan
terinhibisi selama beberapa menit hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi
mikturisi berikutnya. Bila kandung kemih terus menerus diisi, akan terjadi
refleks mikturisi yang semakin sering dan semakin kuat. Bila refleks mikturisi
sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan melalui saraf
pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat
di dalam otak dari pada sinyal konstruksi volunter ke sfingter eksterna, maka
akan terjadi pengeluaran urine, jika tidak, pengeluaran urine tidak akan terjadi
hingga kandung kemih terus terisi dan refleks mikturisi menjadi lebih kuat lagi

6. Transport Urine dari Ginjal Melalui Ureter Menuju Kandung Kemih

Air kemih/urine yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah melalui


ureter menuju ke kandung kemih. Ureter adalah pipa/tabung berotot yang
mendorong sejumlah urine dalam gerakan bergelombang (kontraksi).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu
sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka
(sehingga urine bisa lewat) dan menutup. Urine yang secara teratur mengalir dari
ureter akan terkumpul di dalam kandung kemih. Kandung kemih ini bisa
mengembang, dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk menampung
jumlah urine yang semakin bertambah. Jika kandung kemih telah penuh, maka
akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang menyampaikan pesan untuk berkemih.

Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih


dan uretra akan membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara
bersamaan, dinding kandung kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang
mendorong urine menuju uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara
mengencangkan otot otot perut. Sfingter pada pintu masuk kandung kemih
tetap menutup rapat untuk mencegah aliran balik air kemih ke ureter.

B. Inhibisi Proses Mikturisi oleh Otak


Refleks mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat otonom, tetapi dapat
dihambat atau difasilitasi oleh pusat di otak. Pusat ini meliputi:
1. Pusat fasilitasi dan inhibisi yang kuat di batang otak, terutama terletak di pons,
dan
2. Beberapa pusat yang terletak di korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi
tetapi dapat berubah menjadi eksitasi.

Refleks mikturisi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusatnya


yang lebih tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk mikturisi sebagai
berikut:
1. Pusat yang lebih tinggi menjada agar refleks mikturisi tetap terhambat sebagian,
kecuali bila mikturisi diinginkan.
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi refleks
mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus menerus
melakukan kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya.
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi
sacral (susunan saraf pusat) untuk membantu memulai refleksi mikturisi dan
pada saat yang sama menghambat sfingter eksterna sehingga pengeluaran urine
dapat terjadi.
Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara berikut: Mula-mula,
orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan
meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih dan memungkinkan urin tambahan
memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah
tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini memicu reseptor regang, yang
mencetuskan refleks mikturisi dan secara bersamaan menghambat sfingter uretra
eksterna. Biasanya seluruh urin akan dikeluarkan, dan menyisakan tidak lebih dari 5
sampai 10 mL urine didalam kandung kemih.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Urine atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal.
2. Pembentukan urine melalui 3 proses: filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi
3. Saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh glomeruli dari awal
hingga akhir sebagai berikut: glomerulus kapsula Bowman tubulus
kontortus proksimal loop of Henle tubulus kontortus distal tubulus
koligen tubulus collectivus kaliks minor kaliks mayor pelvis renalis
ureter vesica urinaria uretra.

B. Saran
Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini penulis serta calon tenaga kesehatan
dapat memahami dan mengerti mengenai apa itu urine, pembentukan dan
mekanisme berkemih guna menambah wawasan dalam dunia medis dan kehidupan
sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syaifuddin, Anatomi Fisiologi Untuk Para Perawat, hal 141, 2009, EGC : Jakarta

2. Scanlon dan Sanders, Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi, 2007, ECG : Jakarta

You might also like