Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

PENGELOLAAN PERIOPERATIF ANESTESI

PADA PASIEN DENGAN PEMBEDAHAN HIPOFISIS

PERIOPERATIVE MANAGEMENT ANESTHESIA


ON PATIENTS UNDERGOING PITUITARY SURGERY
Bambang Harijono, Siti Chasnak Saleh
Departemen Anestesiologi dan Reanimasi
RSUD dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya

Abstract
Perioperative management on patients undergoing pituitary surgery is varies according to the size of pituitary
lesion, type of lesion, surgical method used and the ideal preoperative function of endocrine. Specific problems
in most patients relate to primary hormonal hypersecretion conditions and its complications. It cause by the
absence of best methods for all patients undergoing this kind of surgery.
Pituitary glands lie on the floor of the skulls bone, in sella turcica, right behind the chiasma optica. This glands
was divided into two parts, pars anterior (adenohypophyse), its about 75% which is the biggest part of it, and
the pars posterior (neurohypophyse) that fused with hypothalamus. This gland secretes hormone that controlled
impuls nervus by the hypothalamus. In general, pituitary tumor was came from pars anterior, benign adenoma
and histoligically same with a normal glands.
A series of initial evaluation is required before the surgery take to the patients. Anesthesia management in the
surgery is adapted to its technique. The other things that is equally important is post operative monitoring in
neurointensive care, according to complications and transient hormone replacement method after the surgery.
The understanding of preoperative assessment, intraoperative management, potential complication, surgical
methods and several ways to prevent complications are the fundamental for successful perioperative patients
care to prevent morbidity and mortality.

Keywords: pituitary anesthesia, postoperative care, preoperative pituitary


JNI 2012;1(2):133-143

Abstrak
Pengelolaan perioperatif pada pasien yang menjalani pembedahan kelenjar hipofisis bervariasi sesuai dengan
ukuran lesi hipofisis, jenis lesi, metode pembedahan yang digunakan serta fungsi endokrin yang ideal pra-
pembedahan. Permasalahan tertentu pada kebanyakan pasien berhubungan dengan kondisi hipersekresi hormon
primer serta komplikasi yang menyertainya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya metode yang terbaik untuk
semua pasien yang menjalani proses pembedahan.
Kelenjar hipofisis terletak didasar tulang tengkorak, didalam sella turcica, tepat dibelakang chiasma optica.
Kelenjar ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu; pars anterior (adenohipofisis) dengan area 75% yang merupakan
bagian paling besar, dan pars posterior (neurohipofisis) yang menyatu dengan hipotalamus. Kelenjar ini
mensekresi hormon yang juga dikontrol oleh hipotalamus secara hormonal impuls nervus. Tumor hipofisis pada
umumnya berasal dari daerah anterior hipofisis, bersifat jinak dan secara gambaran histologis menyerupai
kelenjar hipofisis yang normal.
Diperlukan adanya serangkaian pemeriksaan awal sebelum dilakukan tindakan bedah pada pasien. Pengelolaan
anestesi pada saat proses pembedahan, disesuaikan dengan teknik pembedahan yang dilakukan. Hal lain yang
juga tidak kalah pentingnya adalah monitoring kondisi pascabedah pada neurointensive care yang terkait dengan
komplikasi dan metode penggantian hormon sementara setelah tindakan bedah dilakukan.
Pemahaman mengenai penilaian pra operasi, tata laksana intra operatif, komplikasi yang mungkin terjadi, teknik
pembedahan dan cara-cara pencegahan komplikasi, merupakan dasar keberhasilan perawatan pasien perioperatif
sehingga mencegah morbiditas dan mortalitas.

Kata kunci: anestesi hipofisis, perawatan pascabedah, pra operasi hipofisis.


JNI 2012;1(2):133-143
I.Pendahuluan mungkin terjadi pada pasien seperti diabetes
insipidus (DI), bocornya cairan serebrospinal,
Pada umumnya perioperatif pasien yang akan
perdarahan, hiponatremia dan lain-lainnya.
dilakukan anestesi, memerlukan perhatian
Evakuasi kelenjar hipofisis tentunya akan
tersendiri.1 Tidak terkecuali pada pasien bedah
menyebabkan penurunan produksi hormon yang
otak, juga pasien dengan tumor hipofisis. Tumor
bersifat sementara, sehingga diperlukan tindakan
hipofisis memiliki angka kejadian 10-15% dari total
terapi penggantian hormon. Hal-hal inilah yang
kejadian tumor intrakranial. Sebagian besar tumor
perlu diperhatikan oleh seorang anestesiologis
ini bersifat jinak dan berasal dari pars anterior
dalam mempersiapkan pasien sebelum tindakan
hipofisis. Dari semua jenis tumor hipofisis yang
bedah dilakukan serta monitoring kondisi pasien
ada, yang paling sering ditemukan adalah
pascabedah.4,5,7
Prolactin-secreting Adenoma.2,3
Dengan pemahaman penilaian prabedah,
Tanda-tanda dari gejala klinis, dapat dibagi menjadi
manajemen intraoperatif, komplikasi yang mungkin
2 (dua) kategori yaitu; gejala yang timbul
terjadi, teknik pembedahan dan caracara
berhubungan dengan efek masa di daerah tersebut,
pencegahan komplikasi, merupakan dasar
serta efek sekunder yang berhubungan dengan
keberhasilan pengelolaan perioperatif dan
sindrom hipersekresi. Pada kasus pembedahan yang
menghindari morbiditas dan mortalitas. 3
dilakukan untuk evakuasi tumor hipofisis, terdapat
banyak hal yang harus diperhatikan.3,4 Terutama, II.Anatomi
menyangkut sekresi hormonal yang dihasilkan oleh
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, kelenjar
kelenjar hipofisis serta komplikasi yang mungkin
hipofisis, adalah organ yang berbentuk agak bulat
terjadi sebelum dan sesudah tindakan operatif
dan terletak tepat dibawah hipotalamus, didasar
dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan
tulang tengkorak didalam sella turcica, tepat
yang memadai tentang anatomi dan patofisiologi
dibelakang chiasma optica. Kelenjar ini dibagi
dari kelenjar hipofisis, serta keterkaitannya dengan
menjadi dua bagian, yaitu; pars anterior
anestesi dan tindakan bedah yang dilakukan.4
(adenohipofisis) dengan area 75% yang merupakan
Selain gejala klinis, diperlukan pemeriksaan awal bagian paling besar, dan pars posterior
pada pasien untuk mendukung diagnosa tumor (neurohipofisis) yang menyatu dengan hipotalamus.
hipofisis. Pemeriksaan hormonal pada semua Secara embriologis, pars anterior terbentuk oleh
pasien merupakan yang terpenting sebelum Rathkes pouch yang merupakan invaginasi oral
tindakan bedah dilakukan untuk mengetahui ectoderm kearah atas dari langit-langit stomodeum.
hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis, Sebaliknya, pars posterior terbentuk dari
menentukan jenis tumor (hipersekresi atau infundibulum yang merupakan perpanjangan neural
hiposekresi). Kemudian, dilakukan evaluasi ectoderm kearah bawah dari dasar dienchepalon.
radiologis yang meliputi, foto X-Ray kepala, CT- Kelenjar hipofisis mempunyai berat normal antara
Scan dan MRI untuk menentukan ukuran, 500-600 mg dan memiliki ukuran ; tinggi 6 mm,
karakteristik dan luas lesi yang terjadi.2,5,6 lebar 13 mm, dan diameter sekitar 9 mm dan
berkembang selama masa kehamilan dan
Gejala yang muncul pada kebanyakan pasien
pertumbuhan. Adenohipofisis (pars anterior)
adalah hipersekresi beserta komplikasi yang
mensekresi hormon yang berbeda dengan
menyertainya. Terapi yang dimungkinkan untuk
neurohipofisis (pars posterior).2,4,8
kasus ini adalah terapi medis, radiasi dan operasi.
Sedangkan untuk pemilihan terapi yang digunakan
pada setiap pasien berbeda-beda, tergantung pada
umur, kondisi medis, jenis tumor, serta gejala klinis
akibat tumor tersebut. Tindakan pertama adalah
terapi medis, yang berfungsi menurunkan sekresi
hormon, menekan pertumbuhan tumor dan
mencegah efek yang tidak diinginkan pada target
organ. Terapi radiasi digunakan sebagai tambahan
terapi primer adenoma hipofisis. Tindakan terakhir
adalah tindakan bedah untuk evakuasi tumor
dengan harapan akan mengurangi dan Gambar 1. Kelenjar Hipofisis (dikutip dari
menghilangkan gejala yang ada.5,6,7 http://academic.kellogg.cc.mi.us/herbrandsonc/bio201_m
ckinley/endocrine%20system.htm)
Paska tindakan bedah merupakan periode krusial,
karena terdapat berbagai macam resiko yang
PENGELOLAAN PERIOPERATIF ANESTESI 91
PADA PASIEN DENGAN PEMBEDAHAN HIPOFISIS

Gambar 2. Penampang Lateral Area Kelenjar (dikutip


dari http://emedicine.medscape.com/article/1899167-
overview#showall)

Permukaan dari kelenjar hipofisis ini dilindungi


oleh diaphragma sellae, merupakan lipatan dari
lapisan duramater yang memisahkan antara ruang Gambar 3. Diagram Fisiologis Kelenjar Hipofisis (dikutip
subarachnoid (berisi cairan serebrospinal) dengan dari
kelenjar ini. Diafragma sella ini ditembus oleh http://www.medicalook.com/human_anatomy/organs/Pit
infundibulum yang berfungsi untuk meng- uitary.html)
hubungkan kelenjar hipofisis dan hipotalamus.
Secara lateral, kelenjar hipofisis berdekatan dengan
A. Adenohipofisis
sinus cavernosus namun dipisahkan oleh dinding
lateral sella. Seperti pada gambar 2, didalam sinus Bagian terbesar dari kelenjar hipofisis ini, terbagi
cavernosus terdapat arteri carotid interna dan saraf menjadi 3, yakni pars distal, pars intermedia, dan
kranial III-oculomotor, IV-trochlear, VI-abducens, pars tuberalis. Mayoritas bagian dari
V1-ophthalmic branch of trigeminal nerve dan V2- adenohipofisis merupakan pars distal dan
maxillary branch of trigeminal nerve.2,8 merupakan ciri khas dari kelenjar endokrin.
Sekelompok sel cuboidal secretory didalam bagian
Dari sisi vaskuler, dua bagian kelenjar
distal mengandung hormon-hormon yang disimpan
mendapatkan pasokan darah oleh pembuluh yang
didalam granula sitoplasma yang akan dilepaskan
berbeda. Untuk pars anterior mayoritas dipasok
melalui proses eksositosis dan dibawa oleh kapiler
oleh arteri hipofisis superior. Sedangkan untuk pars
sinusoidal yang paling dekat. Bagian selanjutnya
posterior, dipasok oleh arteri hipofisis inferior.
adalah, pars intermedia yang terletak diantara pars
Kedua pembuluh darah tersebut merupakan cabang
distalis dan pars nervosa pada neurohipofisis.
dari arteri carotis interna. Didalam kelenjar ini
Sedangkan pars tuberalis merupakan bagian yang
terdapat sebuah sistem vena portal yang memung-
sangat tipis, terdapat pembuluh darah yang cukup
kinkan terjadinya transportasi hypothalamic pro
banyak dan terletak disekitar infundibular stem.
hormons ke area adenohipofisis serta
Adenohipofisis menghasilkan hormon yang
memungkinkan neurohipofisis untuk langsung
dibedakan menjadi 2 golongan yakni asidofilik dan
mensekresi hormon ke sistem drainase vena.8
basofilik, dibagi berdasar sifat pewarnaan.4,5,8
Sedangkan pembagian terbaru berdasar teknik
III.Fisiologi imunositokmia yang mengidentifikasi lima jenis sel
Fungsi kelenjar hipofisis berada dibawah kendali berbeda dalam lobus anterior hipofisis. Jenis sel
hipotalamus. Masing-masing bagian dari kelenjar tersebut adalah somatotrophs sekitar 50%,
hipofisis yakni pars anterior (adenohipofisis) dan laktotrophs sekitar 10-25%, corticotrophs sekitar
pars posterior (neurohipofisis) mensekresi hormon 15%, thyrotrophs sekitar 5-10% dan gonadotrophs
yang berbeda-beda, seperti yang ditunjukkan sekitar 10%, dan juga terdapat sel null dalam
gambar dibawah ini. kelenjar.2
Hormon dari Sel Asidofilik
Secara umum, sel-sel asidofilik mengandung
hormon-hormon polipeptida. Sedangkan, tipe sel
yang paling sering dijumpai adalah asidofilik
somatotrop yang mana banyak ditemui pada bagian
lateral dari adenohipofisis dan mensekresi hormon akan merangsang proses transkripsi gen yang akan
pertumbuhan / Growth Hormone (GH). Laktotrop menyusun protein-protein didalam susu (proses ini
juga merupakan asidofilik, tetapi letaknya tersebar disebut lactogenesis).2,5
didalam adenohipofisis dan mensekresi prolaktin Berbanding terbalik dengan hormon-hormon lain
(PRL).1,4,5 yang disekresi oleh kelenjar hipofisis, kelenjar
hipotalamus justru menekan proses sekresi dari
a.Hormon Pertumbuhan (GH)
prolaktin. Meskipun hipotalamus mensekresi
Merupakan hormon peptida basis protein. Hormon
dopamin yang merupakan penghambat dari sekresi
ini merangsang pertumbuhan, reproduksi sel dan
prolaktin, hormon lain seperti Thyroid-releasing
regenerasi pada manusia dan hewan. Hormon
Hormone, Gonadotropin-releasing Hormone secara
pertumbuhan adalah asam amino-191, polipeptida
positif dapat mengakomodir sekresinya.
rantai tunggal yang disintesis, disimpan dan
disekresi oleh sel somatotrop yang terletak disisi Hormon dari Sel Basofilik
samping lateral pada anterior kelenjar hipofisis.
Sel-sel basofilik meliputi kortikotrop, tirotrop, dan
Hormon ini digunakan untuk pengobatan pada
gonadotrop. Walaupun kortikotrop mensekresi
kasus gangguan pertumbuhan anak-anak serta pada
polipetida nonglikosilat seperti Adreno-
kasus kekurangan hormon pertumbuhan dewasa. 1,2,4
corticotropic Hormone (ACTH), sel ini termasuk
Hormon ini meningkatkan sintesa protein,
basofilik karena merupakan hasil dari komposisi
meningkatkan mobilisasi asam lemak bebas,
glikoprotein pada hormon pendahulunya yakni pro-
menurunkan penggunaan dan pengambilan glukosa
opiomelanocortin (POMC).
oleh sel serta menaikkan penyimpanan glikogen.
Selain itu, hormon ini merupakan jenis stress a.Gonadotropin
hormon, sehingga kondisi-kondisi stress seperti Sel gonadotrop yang termasuk kedalam sel
anestesi, pembedahan, cemas, latihan fisik dan basofilik mensekresi hormon gonadotropin.
hipoglikemia akan menyebabkan pelepasan hormon Hormon ini terdiri atas dua jenis hormon yang
ini. Obesitas dan meningkatnya kadar asam lemak berbeda yakni, Luteinizing Hormone (LH) dan
dalam darah akan mengurangi pelepasan hormon Follicle-stimulating Hormone (FSH). Kebanyakan
pertumbuhan ini. Namun secara primer, sekresi dari sel gonadotrop mensekresi salah satu dari hormon
hormon ini dikontrol oleh Growth Hormon- tersebut, namun ada beberapa sel gonadotrop yang
Releasing Hormon (GHRH), Somatostatin dan juga mensekresi keduanya. Pada laki-laki dan
Ghrelin.2,4,5,8 perempuan, kedua hormon tersebut berperan
penting dalam hal kematangan organ reproduksi,
GHRH merupakan peptida hipotalamik yang
serta sekresi hormon seksual seperti testosterone
merangsang sintesis dan sekresi hormon
dan esterogen. Sekresi gonadotropin dipengaruhi
pertumbuhan (GH). Sedangkan somatostatin
oleh Gonadotropin-releasing Hormone (GnRH)
merupakan peptida yang diproduksi oleh beberapa
yang disintesis dan disekresi oleh hipotalamus.2,4,5
jaringan diseluruh tubuh serta di hipotalamus.
Somatostatin merupakan penghambat pelepasan
b.Adenocorticotropic Hormon
GH sebagai respon GHRH dan faktor-faktor
Merupakan hormon yang merangsang pengeluaran
perangsang lainnya seperti hipoglikemik.
senyawa glucocorticoids seperti kortisol. Hormon
Pengontrol sekresi GH lainnya adalah ghrelin yang
ini disekresi oleh hipofisis anterior karena adanya
merupakan hormon peptide yang disekresi oleh
Corticotrophin-releasing hormone yang juga
lambung.2,4
disekresi karena adanya kondisi tertentu pada
b.Prolaktin (PRL) manusia, seperti stress dan lainnya.4,5
Merupakan hormon dengan rantai protein-tunggal
yang disekresi oleh laktotrop. Hormon yang c.Thyroid-stimulating Hormone
sekresinya diatur oleh hipotalamus ini juga Dikenal sebagai thyrotropin dan disekresi oleh sel
disintesis dan disekresi oleh sel-sel lain dalam basofilik yang bernama tirotrop. Merupakan
tubuh sebagai prohormon. Pandangan umum hormon glikoprotein yang tersusun atas dua sub
mengenai prolaktin adalah, merupakan hormon unit yang berikatan non-kovalen satu dengan yang
yang merangsang pertumbuhan kelenjar mammae lainnya. Memiliki fungsi antara lain mempercepat
dan memiliki 2 peran utama dalam hal produksi pembentukan hormon tiroid dan pengambilan
susu. Pertama, prolaktin akan menginduksi yodium oleh kelenjar tiroid. TSH dilepaskan dari
pertumbuhan lobuloalveolar pada kelenjar hipofisis setelah adanya rangsangan dari TRF
mammae sehingga alveoli didalam kelenjar akan (Tiroid Releasing Factor) yang dihasilkan oleh
mensekresi susu. Kedua, setelah terjadi proses hipotalamus sebagai jawaban atas rendahnya
melahirkan, prolaktin beserta kortisol dan insulin hormon tiroid dalam tubuh.4,5
PENGELOLAAN PERIOPERATIF ANESTESI 93
PADA PASIEN DENGAN PEMBEDAHAN HIPOFISIS

Stimulation

B. Neurohipofisis
Tropic Hormone to
Hipofisis lobus posterior menghasilkan 2 macam Target Gland
hormon yaitu Vasopresin (ADH) dan Oxytocin. Anterior lobe of pituitary
Hypothalamus Target Gland Raised blood levels of Lowered blood levels of
Sintesa dilakukan didalam hipotalamus, dan (detector)
gland
(effector) target gland hormones
Utilisation of hormones
target gland hormones
(control centre)
disimpan di neurohipofisis untuk kemudian
dilepaskan.2,4,5 Releasing Hormone

1. ADH (Anti Diuretic Hormone)


Inhibitions
Dibentuk oleh nucleus supra opticus dari
Bagan 1. Kontrol Sekresi Hormon Hipofisis
hipotalamus. Berfungsi untuk regulasi tekanan
osmotik dari cairan ekstra sellular maupun
intravaskular. Efek di ginjal adalah meningkatkan
permeabilitas ductus colectivus renalis terhadap air. Patologi Klinis dan Diagnosa Radiologis
Keadaan ini menghasilkan tertahannya air bebas Tumor hipofisis pada umumnya berasal dari bagian
sehingga ekskresi urine menjadi pekat. Pengeluaran anterior hipofisis, sebagian besar merupakan
ADH diatur oleh osmoreseptor dalam hipotalamus, adenoma jinak dan secara gambaran histologis
ADH akan dilepaskan bila osmolalitas plasma lebih mirip dengan jaringan hipofisis normal. Adenoma
dari 280 mOsm/L. Selain itu juga dipengaruhi hipofisis secara statistik merupakan 1015% dari
hipotensi karena perdarahan dan dehidrasi.2,4,5 semua kejadian neoplasma intra kranial, sebagian
besar (75%) akan mensekresi hormon. Sedangkan
2. Oksitosin tumor yang berasal dari bagian posterior hipofisis
sangat jarang. Angka kejadian tumor hipofisis
Dihasilkan oleh nucleus paraventrikularis sekitar 200 per 1 juta populasi penduduk, tetapi
hipotalamus. Pelepasan oksitosin tidak tergantung sebagian besar tanpa gejala simpomatik. Tumor
pada ADH. Oksitosin sangat penting dalam hipofisis dapat berkembang, dan akan memberikan
peningkatan kontraksi uterus.2,4,5 efek: Hipersekresi hormon, sekresi hormonal yang
Kontrol Sekresi Hipofisis berlebihan, misalnya; Hiperprolaktinemia,
Hampir semua hormon yang disekresi oleh kelenjar Acromegaly, Cushing syndrome. Efek masa,
hipofisis akan dikontrol secara hormonal atau berupa penekanan terhadap daerah sekitarnya yang
impuls nervus dari hipotalamus. Kelenjar akan menyebabkan peningkatan tekanan intra
hipotalamus akan menerima sinyal dari hampir kranial dan gangguan visus bila sudah mulai
semua sumber impuls pada sistem saraf dan secara menekan Chiasma optica. Efek yang tidak spesifik
impuls negative feed back dari kelenjar hipofisis berupa infertilitas, sakit kepala, epilepsi, atau
sendiri yang diregulasi dari hormonal kelenjar hipofungsi hipofisis. Diagnosa insidental, secara
hipofisis. Berarti apabila terjadi kadar hormonal insidental akan terdiagnosa dan terdeteksi saat
hipofisis yang rendah didalam darah maka akan melakukan pemeriksaan diagostik kepala.2,7
memberikan sinyal atau respons untuk
memproduksi atau menstimulasi sekresi hormon A. Prolactin Secreting Tumor/Prolaktinoma
hipofisis, agar kekurangan tersebut dapat dipenuhi. Prolactin secreting tumor merupakan salah satu
Hasil akhir akan terjadi peningkatan kadar hormon kasus yang sering terjadi, lebih 50 % dari seluruh
dalam darah dan menghambat hormon releasing kasus tumor fungsional hipofisis, sebagian besar
factor yang diproduksi hipotalamus. Sekresi terjadi pada wanita dengan jenis mikroadenoma dan
kelenjar hipofisis dikontrol oleh hormon berukuran < 1 cm. Gejala yang muncul pada wanita
hypothalamic releasing factor dan hypothalamic berupa secondary amenorea dan galactorhea,
inhibitory hormone yang berasal dari hipotalamus kehilangan libido dan infertilitas, meskipun
ke kelenjar hipofisis melalui jalur hypothalamo kemudian gejala akan menghilang jika kadar
hypophyseal portal system dengan mengikuti konsentrasi estrogen dalam darah menjadi rendah.
mekanisme sistem umpan balik.2,9 Pada laki-laki yang menderita adenoma ini akan
muncul gejala berupa impotensi dan penurunan
jumlah sperma, penurunan libido, ejakulasi dini,
disfungsi ereksi.2,3
Diagnosa dengan pemeriksaan MRI sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosa dan
mengetahui besar serta letak dari tumornya. Selain
itu pemeriksaan kadar prolaktin sebagai konfirmasi pada loading glukosa oral 75 gram. Selain itu
tes juga diperlukan. Kadar prolaktin diatas 400 terjadinya peningkatan IGF-I (Insuline like Growth
mU/liter sudah dapat dimasukkan kedalam kategori Factor-1) juga merupakan diagnosa dari
hipersekresi prolaktin. Kadar konsentrasi prolaktin akromegali.2,3
merupakan petunjuk kasar mengenai ukuran dari
IGF-I merupakan somatomedin yang dikeluarkan
tumornya, bila kadar konsentrasi plasma prolaktin
oleh hormon pertumbuhan yang mempunyai waktu
10004000 mU/liter menunjukkan adanya
paruh panjang, berguna dalam mengukur rata-rata
mikroadenoma, sedangkan kadar plasma prolaktin
aktifitas hormon pertumbuhan. Terapi utama yang
> 6000 mU/liter umumnya berupa makroadenoma.
dapat diberikan berupa tindakan bedah, dengan atau
Tumor non fungsional yang cukup besar dan
tanpa radioterapi, hanya sedikit kasus yang
menekan tangkai hipofisis (stalk effect) juga akan
merespon terhadap pemberian dopamine agonis
menimbulkan kenaikan kadar prolaktin darah tetapi
yang menyebabkan kadar GH dan IGF-I menjadi
tidak akan lebih dari 3000 mU/liter. Selain itu
normal kembali. Obat alternatif selain dopamine
hormon prolaktin juga sebagai stress hormone
agonis yang dapat diberikan sebagai analog
yang akan memberikan kenaikan kadar prolactin
somatostatin seperti Ocreotide. Tetapi terdapat efek
bila terjadi stres.2,3
samping berupa terbentuknya batu empedu.
Terapi awal yang dapat dilakukan berupa Penelitian terbaru, dengan preparat slow-release
pemberian dopamine agonis seperti Bromocriptin, (Somatuline), yang diberikan dengan suntikan
dengan cara titrasi sambil melakukan monitoring setiap 1-2 minggu.2,3
pemeriksaan kadar prolaktin darah. Dosis awal
C. ACTH Secreting Tumor
yang dianjurkan adalah low dose 1 mg dan dapat
Angka kejadian kasus ini setiap tahunnya berkisar
dinaikkan sampai 515 mg/hari sampai efek
2-4 penderita tiap 1 juta populasi penduduk, dengan
optimal didapatkan. Obat alternatif yang dapat
persentase 4% dari total kasus tumor hipofisis
diberikan berupa Cabergolin. Terapi medis ini akan
fungsional. Sebanyak 80% terjadi pada wanita dan
memberikan perbaikan sekitar 95% dari penderita,
sebagian besar berupa mikroadenoma. Peningkatan
dimana konsentrasi prolaktin menjadi normal.
kadar kortisol merupakan penyebab dari Cushing
Sebagian kecil dari sisanya memerlukan tindakan
syndrome, yang merupakan kejadian penyerta dari
operatif, pada penderita yang tidak merespon
pemberian glukokortikoid pada penyakit tumor
dengan obat-obatan dan pada penderita yang terjadi
adrenal atau tumor hipofisis. Tanda-tanda klinis
efek samping berupa mual, lesu, hidung tersumbat.
sebagai akibat dari kelebihan produksi ACTH pada
Pada kasus makroadenoma, kadar kortisol darah tumor hipofisis disebut Cushing disease.2,3
perlu diperiksa jika ada gejala hipopituitarisme, Proses diagnosa mungkin sulit dan agak kompleks
meskipun hal ini jarang terjadi. Pemantauan terkait sehingga membutuhkan tingkat spesialisasi
dengan kemampuan visual pasien, sangat penting tersendiri. Seleksi awal yang dapat dipakai adalah
terutama pada kasus makroadenoma. Sebanyak kadar urin yang bebas dari kortisol, loss of diurnal
75% pasien akan mengalami perbaikan kemampuan control dari kortisol, tidak merespon terhadap
visual setelah terapi dengan bromocriptine. Terapi pemberian dexametason pada malam harinya.
dengan bromocriptine harus ditinjau ulang setelah 1 Kadar ACTH yang tinggi dalam darah setelah
minggu untuk mengevaluasi kemampuan visual. pemberian dexametasone oral 1 mg malam harinya
Meskipun secara kejadian nyata belum pernah ditandai dengan adanya kortisol yang ada dalam
dilaporkan adanya teratogenik, tetapi pada pasien urin sebesar > 275 nmol per 24 jam dan kegagalan
yang hamil lebih baik dihentikan.2,3 dari supressi kadar serum kortisol kurang dari 13
nmol/liter. Bila ACTH tidak terdeteksi, hal ini
B. Growth Hormone Secreting Tumor
menyokong adanya tumor adrenal, sedangkan bila
Apabila sekresi dari tumor ini terjadi pada fase kadar ACTH 10-100 ng/liter menyokong adanya
dimana epiphyseal plate belum menutup akan tumor hipofisis, bila kadar ACTH > 200 ng/liter
mengakibatkan terjadinya gigantisme. Insiden menunjukkan adanya sekresi ektopik ACTH.
kasus ini 6-8 kasus per 1 juta populasi. Gejala yang Sering kali kadar kortisol tidak turun ke dalam
muncul berupa pembesaran dari dagu, tangan dan batas normal sehingga diperlukan rangsangan dan
kaki serta perkembangan jaringan lunak lain. tes supresi. Tes supresi dilakukan dengan
Penyakit penyerta yang sering muncul adalah pemberian dexametason dosis tinggi, dengan cara
diabetes mellitus (DM) dan hipertensi. Diagnosa pemberian dexametason 2 mg tiap 6 jam selama 48
ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis yang jam, bila dicurigai adanya cushing syndrome
terjadi, juga berupa peningkatan kadar Growth pituitary dependent biasanya terjadi respon
Hormone > 10 mU/liter, juga dengan pemeriksaan terhadap penurunan dari kadar cortisol darah pada
kegagalan menekan kadar GH kurang 2 mU/liter
PENGELOLAAN PERIOPERATIF ANESTESI 95
PADA PASIEN DENGAN PEMBEDAHAN HIPOFISIS

pagi hari dihari pertama dan kadar free cortisol membantu dalam menunjukkan invasi tumor ke
pada urine di hari kedua.2,10 sinus cavernosus.3
Terapi utama adalah dengan tindakan bedah dimana
IV.Pemeriksaan dan Persiapan Prabedah
tingkat penyembuhan sekitar 80%, tindakan
pengobatan awal dilakukan dengan pemberian Selain pemeriksaan klinis, diperlukan juga
Metyrapon atau Betaconazole akan menetralisir pemeriksaan laboratorium secara rutin yang
efek samping dari peningkatan konsentrasi kortisol meliputi pemeriksaan kadar serum Kalium,
dalam sirkulasi. Bila tindakan operatif dinyatakan Natrium, Calsium, Glukosa, evaluasi endokrin,
gagal, maka dilakukan radioterapi yang merupakan pemeriksaan mata, CT-Scan atau MRI. Semua data
pilihan kedua.2,3,10 ini akan menolong untuk menentukan tindakan
bedah yang dilakukan, posisi penderita serta
D. Glycopeptide Secreting Tumor (TSH, FSH
keperluan monitoring khusus. Adanya sakit kepala
dan LH)
pada umumnya dihubungkan dengan
Kasus TSH-secreting adenoma merupakan kasus makroadenoma atau kranio faringioma dengan
yang sangat jarang, dan bila terdapat peningkatan perluasan supra sellar. Bila disertai papil edema,
hormon secara agresif maka tindakan bedah adalah mual, muntah, merupakan tanda obstruksi ventrikel
pilihan utama. Diagnosa ditegakkan dengan adanya III dan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
hipertiroidisme dengan peningkatan kadar plasma Bila ada keluhan nyeri di muka, tebal dan diplopia,
TSH. Adenoma gonadotroph biasanya inaktif, merupakan tanda perluasan ke arah lateral sinus
tetapi kadang muncul saat premature pubertas atau kavernosus, selain bisa terjadi kerusakan saraf
adanya menstrual bleeding saat post menopause.2,3 kranial juga kemungkinan perdarahan sinus
kavernosus atau arteri karotis interna. Hati-hati
E. Non Functional Tumor
pada periode perioperatif dengan tanda-tanda
Sebanyak 25% dari tumor hipofisis adalah tumor kenaikan tekanan intrakranial, cegah sedasi
non fungsional. Gejala yang muncul umumnya prabedah, posisi kepala head up dan saat induksi
berupa penekanan pada chiasma optica, gangguan dilakukan hiperventilasi dan penggunaan diuretik.2,3
visus dan sakit kepala, yang disebabkan karena
Pemeriksaan klinis pra operatif terhadap pasien
peningkatan tekanan intra kranial. Kadar hormonal
yang akan dilakukan operasi tumor hipofisis antara
pada umumnya normal.2,3
lain; kemunduran visus, tanda dan gejala
Semua penderita dengan diagnosa awal tumor peningkatan tekanan intrakranial, efek yang muncul
intrakranial hipofisis, harus dilakukan pemeriksaan akibat dari peningkatan sekresi hormonal yang ada,
diagnostik untuk menegakkan diagnosa awal dan efek penyakit penyerta yang secara tidak langsung
mencari adanya efek yang muncul pada pasien, mempunyai hubungan dengan adanya tumor
antara lain pemeriksaan konsentrasi basal prolaktin, hipofisis. Pasien dengan akromegali, jalan nafas
fungsi tiroid, dan MRI yang akan menjelaskan harus betul-betul di evaluasi, sebab bisa terjadi
besar tumor serta letaknya dengan lebih jelas. Pada perubahan dari tulang dan jaringan lunak faring.
kasus prolactin secreting adenoma kadang-kadang Makroglosia, hipertropi bibir, penebalan epiglottis
sulit untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan dan pita suara, penebalan mukosa faring dan laring,
kadar prolaktin di pagi hari (sebelumnya puasa) pemanjangan hipofaring, prognatisme akan
sebanyak 2 kali berturut-turut, menghasilkan angka menyebabkan penyempitan jalan nafas dan
> 150 ng/ml, hal inilah yang menunjukkan adanya kesulitan ventilasi dengan sungkup (masker),
prolactinoma. Pengukuran TSH diperlukan untuk laringoskopi juga akan sulit, setiap riwayat serak,
menghilangkan anggapan adanya hipotiroidisme stridor, dyspnea atau obstruksi sleep apnea harus
primer, yang juga bisa terjadi pada pasien dengan ditelusuri. Ketika ditemukan jalan nafas yang sulit,
peningkatan kadar prolaktin level sedang.2,4 tindakan laringoskopi harus dilakukan saat pasien
sadar (awake) dengan bantuan anestesi topical.
Untuk mendiagnosa Growth Hormone Adenoma Pada penderita akromegali dapat juga dilakukan
dapat dilakukan 3 macam test yaitu GH- glucose
intubasi dengan bantuan Fast-Trach Laryngeal
suppression test, TRH stimulation test dan Mask Airway.3,10
Gonadotropinreleasing factor assays. Pemeriksaan
radiologis yang dilakukan adalah foto kepala X- Umumnya diperlukan pipa endotrakeal yang lebih
rays, dimana menginformasikan ukuran sella, kecil. Diperkirakan seperempat dari pasien
ketebalan dasar sella, konfigurasi dan sisi dari sinus akromegali akan mengalami pembesaran dari
sphenoid dan terdapatnya klasifikasi abnormal. CT kelenjar tiroid yang akan menekan trakea. Selain itu
scan dengan kontras dapat mendeteksi adanya kadang dijumpai adanya hipertensi pada sekitar
makroadenoma hipofisis. MRI merupakan pilihan 30% dari pasien akromegali, dan sebanyak 25%
utama untuk menemukan tumor hipofisis, selain itu dijumpai adanya glucose intolerans. Sindrom
chusing berhubungan dengan peningkatan kadar V.Pengelolaan Anestesi
rennin angiotensin dan peningkatan volume darah
Pemberian premedikasi disesuaikan dengan kondisi
dengan hasil berupa peningkatan tekanan
penderita, apakah terdapat tekanan intra kranial
darah/hipertensi pada 85% kasus, disertai
yang meningkat, gastrooesopagus refluk, hipertensi,
abnormalitas dari hasil ECG.3,11
diabetes melitus dan pemberian suplemen steroid.
Tindakan bedah pada kasus Adenoma hipofisis Secara umum, tindakan anestesi pada tumor
tergantung dari ketepatan dan kecepatan ahli hipofisis tidak jauh berbeda dengan perlakuan
endokrin dan ahli bedah syaraf untuk membuat anestesi neurosurgery pada umumnya. Tujuan
diagnosa. Tujuan utama pembedahan adalah utama anestesi adalah memberikan fasilitas bagi
mengambil tumor yang ada. Tetapi pada umumnya operator selama operasi agar berjalan lancar dan
intervensi bedah dilakukan pada kasus-kasus seperti tenang, dengan cara menjaga oksigenasi yang
Apopleksia pituitary, makroadenoma pituitary, cukup memadai. Disertai dengan evaluasi berkala
acromegali aktif, supra sellar prolactinoma, sekresi yang meliputi analisa gas darah, stabilisasi
ACTH aktif terutama pada orang dewasa, dan hemodinamik dan eksposur yang baik didalam area
kegagalan pengobatan sebelumnya. Kurang lebih operasi, selain itu pasien diharapkan cepat sadar
95% adenoma hipofisis dapat dilakukan tindakan guna evaluasi awal status neurologisnya. Dibawah
bedah secara transphenoidal, sisanya memerlukan ini merupakan tabel yang menggambarkan secara
kraniotomi frontalis. Pemilihan cara operasi ringkas mengenai masalah-masalah anestesi terkait
berdasarkan pada temuan anatomi lesi, ukuran dengan tindakan bedah untuk kasus akromegali.7
sella, pengapuran, ukuran tumor dan pneumatisasi
Tabel 1 Masalah Anestesi dan Pengelolaannya
sinus. Kraniotomi dilakukan bila tumor fibrous dan
ukuran tumor lebih 10 mm. Beberapa ahli bedah Masalah Pengelolaan
saraf meminta untuk pemasangan lumbar drain Pertumbuhan yang Penilaian pra operatif
pada kondisi tumor yang menyebar ke supra sellar. berlebihan pada struktur secara hati-hati. Dapat
Pemasangan lumbar drain memiliki dua kegunaan rahang bawah, faring dan dipertimbangkan
yaitu dengan pemberian 10 ml saline 0,9% selama laring yang dapat dilakukan tracheostomy
operasi transsphenoidal akan menghasilkan prolaps mempersulit pengelolaan dengan anestesi local
jalan nafas, proses atau dilakukan fiber optic
tumor dari bagian supra sellar ke bidang operasi,
intubasi, terjadinya sleep intubation.
selain itu kateter tetap dibiarkan di tempat pasca apnea serta komplikasi
operasi untuk bertindak sebagai saluran CSF dalam lainnya.
upaya untuk mengendalikan kebocoran CSF.3,10 Sub
labial transphenoidal hypophysectomy (SLTH) Cardiomyopathy dengan Penilaian kardiovaskuler
mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian pembesaran jantung yang yang meliputi ECG dan
dibandingkan pendekatan intrakranial. Keuntungan menyebabkan gagal X-Ray bagian dada.
SLTH antara lain; lebih sedikit trauma otak yang jantung kongestif. Pengelolaan secara medis
timbul pada jaringan otak sehingga angka terhadap hipertensi
sebelum dilakukan
morbiditas dan mortalitas semakin rendah, kejadian
operasi.
diabetes insipidus permanen menjadi lebih rendah,
pasien dengan riwayat penyakit berat serta usia Gangguan keseimbangan Penilaian regular
yang cukup tua akan jauh lebih merespon dengan gula terhadap gula darah
baik pada tindakan ini, efek anestesi dan proses mungkin memerlukan
pemulihan jauh lebih cepat serta perdarahan yang terapi insulin
timbul jauh lebih sedikit.3,11 perioperatif.

Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian


dari tindakan SLTH, antara lain; jaringan saraf Preoperatif yang teliti sangat membantu
yang berbatasan dengan tumor tidak bisa dilihat, pelaksanaan anestesi dengan segala kemungkinan
tingkat sterilitas yang kurang, tumor dengan jenis yang bisa terjadi, terutama jalan nafas yang sulit
supra sellar extension tidak ikut terangkat, serta pada pasien akromegali. Beberapa kriteria (grade)
kemungkinan terjadinya kebocoran cairan yang dapat digunakan untuk memprediksi
cerebrospinal. Karena tindakan SLTH tadi memiliki kemungkinan jalan nafas yang sulit pada pasien
beberapa kerugian, maka sangat mungkin terjadi akromegali, antara lain; Grade 1, tidak ada
komplikasi, antara lain; perdarahan, kebutaan, perubahan signifikan pada daerah jalan nafas.
kebocoran cairan yang persisten, panhipopituitaris- Grade 2, hipertropi mukosa nasal dan faring, tetapi
me, meningitis, parese N occulomotorius, abses glottis dan plica vocalis normal. Grade 3,
intra kranial, muka terasa tebal/nyeri, diabetes perubahan glottis meliputi stenosis glottis, parese
insipidus, deformitas nasal.3,11 plica vocalis. Grade 4, merupakan kombinasi
PENGELOLAAN PERIOPERATIF ANESTESI 97
PADA PASIEN DENGAN PEMBEDAHAN HIPOFISIS

antara grade 2 dan 3 serta adanya abnormalitas dilakukan, diberikan hidrokortison 100-200 mg/im,
glottis dan jaringan lunak lainnya. 3,7 pagi 50-100 mg, sore 50-100 mg. 2) bersama
premedikasi, diberikan hidrokortison 100 mg, intra
Grade 3 dan 4 di rekomendasikan untuk dilakukan
muskular. 3) selama operasi, diberikan
trakeostomi, tetapi ada yang menganjurkan untuk
hidrokortison 100-200 mg, drip intravena dalam
dilakukan fiberoptic laryngoscope, walaupun
500 cc dekstrose 5%. 4) sesaat setelah operasi,
demikian masih mungkin terjadi kesulitan saat
diberikan hidrokortison 100 mg, intra muskular. 5)
melakukannya. Dari penelitian yang dilakukan di
untuk seterusnya (paska operasi) dapat diberikan
National Hospital di London Inggris, lebih dari 150
sebagai berikut; hari 1-kortisol/kortison asetat 4x50
kasus akromegali pertahun yang dioperasi,
mg/im, hari 2 sampai hari 4-kortisol/kortison asetat
memakai kedua cara baik laryngoscope dan
4x50 mg/im, hari 5 sampai hari 6-kortisol/kortison
fiberoptic intubation. Setelah dilakukan intubasi
asetat 3x50 mg/im, hari 7 kortisol/kortison asetat
harus dilakukan pemasangan tampon untuk
2x50 mg/im, hari 8 sampai hari 10-deksametason
menghindari darah masuk kedalam lambung yang
tablet 4x0.5 mg/per oral, hari 11 sampai hari 12-
akan merangsang terjadinya muntah paska bedah.3,7
deksametason tablet 3x0.5 mg/per oral, hari 13
Sama seperti halnya operasi otak lainnya, tindakan sampai hari 14-deksametason tablet 2x0.5 mg/per
anestesi dilakukan untuk menghindari terjadinya oral. Kemudian pemberian suplemen dapat
peningkatan tekanan intrakranial dan memberikan dihentikan.
ventilasi normocapnea serta pasien diharapkan
Alternatif lain dalam hal prosedur pemberian
cepat bangun. Obat pelemas otot mutlak digunakan
hormon dapat mengacu pada prosedur POWELL.
untuk menjaga agar pasien dalam keadaan tenang
Namun prosedur ini hanya menerangkan pemberian
sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan
hormon pengganti untuk jangka pendek. Dimulai
bedah mikro. Pada teknik operasi SLTH, posisi
dari hari 1, diberikan hidrokortison 2x50 mg/im.
pasien semi recumbent dengan kepala elevasi,
Kemudian hari 2, diberikan hidrokortison 2x25
sedikit berputar kekanan dan dipasang alat
mg/im. Selanjutnya hari 3, diberikan hidrokortison
radiologis C Arm. Posisi ini memerlukan pipa
20 mg/im pada pagi hari dan 10 mg/im pada sore
endotrakeal nonking, harus difiksasi kuat pada
hari. Terakhir, pada hari 4 diberikan hidrokortison
mandibula. Selama operasi, monitoring seperti
15 mg/im pada pagi hari dan 5 mg/im pada sore
biasa harus dilakukan sebagai standar normal antara
hari. Setelah itu pemberian dapat dihentikan.2,11
lain ECG, SpO2, end tidal CO2, dan analisa gas
darah. Komplikasi intra operatif transsphenoidalis Selain itu, juga terdapat anjuran dari para peneliti
jarang terjadi, sedangkan komplikasi yang serius mengenai pemberian terapi hormon pengganti,
dapat terjadi bila operator kehilangan landmark antara lain; (1) pemberian terapi hormon pengganti
secara anatomis dari tumor. Kejadian kejang paska yang dimulai sejak pra bedah dilanjutkan hingga
bedah sering terjadi sehingga perlu diberikan periode bedah dan paska bedah. Tambahan
profilaksis anti konvulsan. Anosmia juga sering hidrokortison (100 mg/iv) harus diberikan pada saat
terjadi.3,7 induksi. Penilaian paska bedah oleh ahli
endokrinologi dilakukan untuk menentukan durasi
Penggantian Hormon
pemberian steroid pengganti serta kebutuhan akan
Pasien yang mengalami tumor hipofisis hormon tiroksin pengganti. Jika penilaian hormonal
memerlukan pemberian hormon tambahan yang tidak tersedia, para ahli merekomendasikan cara
berfungsi sebagai pengganti. Hormon pengganti ini berikut; hari 1-diberikan 2x50 mg hidrokortison,
diberikan pada saat sebelum, selama dan sesudah hari 2-diberikan 2x25 mg hidrokortison, hari 3-
operasi. Pemberiannya pun juga melalui beberapa diberikan 20 mg hidrokortison pada pagi hari dan
pertimbangan, seperti; ketidakpastian apakah 10 mg pada sore hari. (2) diabetes insipidus pada
penyakit yang menyangkut hipofisis ini akan periode paska bedah dikarenakan menurunnya
memberikan respon terhadap kondisi stress berupa produksi ADH oleh hipofisis posterior. (3)
pemberian anestesi dan tindakan bedah?, kemudian dilakukan penilaian keseimbangan cairan paska
pertimbangan lainnya meliputi manipulasi jaringan bedah. Pemberian desmopressin asetat mungkin
lobus posterior hipofisis yang terjadi saat operasi, diperlukan, dimana pada umumnya diberikan 0.1
yang menyebabkan putusnya fungsi hipotalamus- mcg/iv. Sedangkan pada fase akut dimana pasien
hipofisis-adrenal.3,12 berada dalam kondisi sangat sensitive, dapat
diberikan 0.04 mcg/iv.3,11,12
Salah satu contoh prosedur yang telah diketahui
sejak lama adalah prosedur pemberian suplemen V.Komplikasi Pascabedah
steroid menurut OYAMA. Berikut adalah
Setelah tindakan bedah dilakukan, kemungkinan
prosedurnya; 1) satu hari sebelum tindakan bedah
besar dapat terjadi bermacam-macam komplikasi.
Komplikasi tersebut dapat berupa diabetes tindakan bedah hipofisis dapat berbeda-beda sesuai
insipidus, hiponatremia, bocornya cairan dengan penyebabnya.
serebrospinal dan lainnya.
Pasien yang mengalami hiponatremia dikarenakan
A. Diabetes Insipidus SIADH, diberikan terapi pembatasan cairan yang
masuk bergantung pada level serum sodium.
Biasanya terjadi pada 2448 jam pertama post
Menurut para ahli pembatasan tersebut, sebagai
operasi, dimana 80% dari neuron yang mensintesis
berikut; 1) jika serum sodium berada pada level
vaso pressin rusak atau tidak berfungsi selama
130-134 mEq/liter, cairan yang masuk tidak boleh
waktu tertentu. Bisa juga terjadi karena edema lokal
lebih dari 1200 ml/hari. 2) jika serum sodium
pada daerah operasi atau trauma pars posterior
berada pada level 126-130 mEq/liter, cairan yang
hipofisis. Biasanya bersifat transient dan
masuk tidak boleh lebih dari 800 ml/hari. 3) dan
berlangsung kurang dari 7 hari. Manifestasi dini
jika serum sodium levelnya < 125 mEq/liter, cairan
adalah poliuria paska bedah, dengan jumlah urine >
yang masuk tidak boleh melebihi 600 ml/hari.
200-250 cc/jam selama dua jam berturut-turut, atau
Selain itu, pasien ini juga dapat diberikan
produksi urine > 2-2,5 ml/kgBB/jam Diagnosa dini
Furosemide ketika serum sodium levelnya < 128
sangat penting, agar segera dilakukan pengaturan
mEq/liter dan ketika serum sodium levelnya < 120
cairan dan elektrolit. Diagnosa ditegakkan dengan
mEq/liter, cairan hipertonik saline 3% juga dapat
mengukur jumlah urine dan berat jenis urine.
diberikan.3,13
Idealnya dengan pengukuran osmolalitas plasma
Sedangkan perawatan pasien hiponatremia karena
dan osmolalitas urine. Poli uria dengan berat jenis
CSWS, adalah dengan pemberian cairan dan garam
dan osmolalitas urine rendah dimana kadar sodium
pengganti. Terapi ini hanya dilakukan jika level
dalam serum yang tinggi, dicurigai terjadinya
serum sodium berkisar antara 125-130 mEq/liter,
Diabetes Insipidus. Terapi yang dipakai adalah
dengan memberikan cairan saline 0.9% atau garam
Desmopressin asetat, dengan dosis 0,1 mcg/iv atau
dalam bentuk kapsul (1-3 gram/hari).
im dan dapat diulang, pada fase akut dosis rendah
0,04 mcg/iv dapat diberikan, bila pasien sadar baik C. Kebocoran Cairan Serebrospinal
maka diperbolehkan minum sekuat pasien tersebut
Komplikasi yang terjadi paska bedah tumor
menerima. Praktisnya, pasien dengan diabetes
hipofisis dapat meliputi bocornya cairan
insipidus setelah menjalani pembedahan harus
serebrospinal. Apabila hal ini terjadi pada pasien,
dianggap mengalami insufiensi hipofisis anterior,
maka akan menimbulkan meningitis.1 Gejala yang
sehingga harus mendapatkan terapi pengganti
timbul meliputi sakit kepala, rhinorrhea dan muncul
kortikosteroid.
rasa asin dimulut. Hal ini dapat diatasi dengan
Jumlah cairan yang diminum dan cairan infuse pemberian antibiotik yang tepat serta tetap
tetap harus diukur. Cara pemberian cairan adalah memasang lumbar darin selama 24-48 jam paska
cairan rumatan setiap jam ditambah dengan bedah, sehingga drainase CSF dapat terus
jumlah urine setiap jam. Pemilihan cairan berlangsung.
tergantung dari keadaan serum elektrolit pasien,
D. Komplikasi Lain
pada umumnya diberikan NaCl 0,45% atau NaCl
0,225%, dan tidak dianjurkan memberikan dektrose Komplikasi-komplikasi lain yang dapat terjadi dan
5% karena bahaya hiperglikemia. Defisit air dapat bersifat sementara antara lain, mual dan muntah,
dihitung dengan menggunakan rumus matematika perdarahan, cedera saraf otak, insufisiensi korteks-
sebagai berikut; 0.6 x ([konsentrasi natrium serum ginjal serta sinusitis yang disebabkan karena
140] 1).13 adanya edema mukosa.11,14
B. Hiponatremia
Merupakan gejala dengan angka kejadian terbanyak VII.Simpulan
setelah operasi hipofisis, sebagai akibat dari Pengelolaan pasien yang akan menjalani operasi
SIADH (Syndrome Inappropiate Anti Diuretic hipofisis merupakan hal yang cukup kompleks.
Hormone) dari lobus posterior hipofisis atau dapat Diperlukan kerjasama antara ahli endokrinologi,
juga disebabkan karena CSWS (Cerebral Salt- ahli bedah saraf serta ahli anestesiologi dan ahli
Wasting Syndrome). Dengan manifestasi berupa lain yang terlibat. Kelenjar hipofisis mempunyai
retensi air dan loss dari Na melalui urine, tetapi anatomi dan fisiologis yang khusus sehingga perlu
biasanya bersifat transient dan akan membaik dimengerti dengan baik, yang bertujuan untuk
dalam waktu 7 10 hari. Pengobatan yang meningkatkan kualitas pengelolaan pada penderita.
dilakukan pada pasien dengan hiponatremia paska Perlu penjelasan pada penderita dan keluarganya
PENGELOLAAN PERIOPERATIF ANESTESI 99
PADA PASIEN DENGAN PEMBEDAHAN HIPOFISIS

bahwa tindakan bedah yang dilakukan untuk 10. Griffiths S. The hypothalamic pituitary axis
mengevakuasi tumor tidak sepenuhnya akan Part 2: Anaesthesia for pituitary surgery.
menyembuhkan, karena tumor dapat tumbuh Anaesthesia Tutorial of The Week 189; 2010.
kembali. Namun, pengobatan dengan menggunakan
11. Minniti G, et al. Diagnosis and management of
radiasi dan penggantian hormon tetap diperlukan
pituitary tumours in the elderly: A review based
setiap saat. Pada pasien yang mendapat perawatan
on personal experience and evidence of
radiasi, terdapat resiko kekurangan hormon sekitar
literature. European Journal of Endocrinology
33-50 %. Perawatan yang ideal untuk mencapai
2005, 153(6): 723-35.
hasil terbaik meliputi kerjasama multidisiplin
secara regular dalam melakukan penilaian hipofisis 12. Inder W, Hunt P. Glucocorticoid replacement
dan penggantian hormon. Penderita memerlukan in pituitary surgery: Guidelines for
kontrol yang rutine, walaupun sudah dilakukan perioperative assessment and management. The
operasi maupun radiasi. Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism 2002, 87(6): 2745-50.
Daftar Pustaka 13. Loh J, Verbalis J. Diabetes insipidus as a
complication after pituitary surgery. Nature
1. Siefert H, Smith D. Neuroanesthesia and Clinical Practice Endocrinology and
Neurologic Disease. Dalam: Longnecker D, Metabolism 2007, 3(6): 489-94.
Murphy F. Introduction to Anesthesia, 9th
edition. United States: W.B Saunder Co; 1997, 14. Flynn B, Nemergut E. Postoperative nausea and
401 - 413. vomiting and pain after transsphenoidal
surgery: A Review of 877 Patients. Anesth
2. Smith M, Hirsch P. Pituitary Disease and Analg 2006, 103(1): 162-67.
Anaesthesia. Br. J Anaesth 2000, 85(1): 3 14.
3. Nemergut E, Dumont A, et al. Perioperative
management of patients undergoing
transphenoidal pituitary surgery. Anesth Analg
2005, 101: 1170-81.

4. Matjasko M. Anesthetic Considerations in


patients with neuroendocrine disease. Dalam:
Cottrell DJ, Smith D, eds. Anesthesia and
Neurosurgery, 4th ed. Philadelphia: Elsevier;
2001, 604-20.
5. Bedford R, Anesthesia for Neurosurgery.
Dalam: Morgan GE, et al. Clinical
Anesthesiology, 4th ed. New York: Mc Graw
Hill; 2005, 571-82.
6. Vance M. Perioperative management of
patients undergoing pituitary surgery.
Endocrinology and Metabolism Clinics of
North America 2003, 32: 355-65.
7. Seidman P, et al. Anesthetic complications of
acromegaly. Br. J Anaesth 2000, 84(2): 179-82.

8. Foulad A, Meyers A. Pituitary Gland Anatomy.


Dikutip dari
http://emedicine.medscape.com/article/1899167
-overview#showall
9. Drange M, et al. Pituitary tumor registry: A
novel clinical resource. The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism 2000, 85(1):
168-73.

You might also like