(Fix) Lkta MTQ MN Xiv Its Surabaya

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 27

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/281208471

Bacterial Gold Mining: Pertambangan Emas di


Dasar Laut yang Ramah Lingkungan
Menggunakan Bakteri yang Dimodifikasi...

Conference Paper August 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.4546.4725

CITATIONS READS

0 1,489

2 authors, including:

Misbahul Munir
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Estimation of Biomass, Carbon Stock, and Carbon Sequestration at the Different Types of Terrestrial
Habitat in Gresik, East Java, Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Misbahul Munir on 24 August 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
MUSABAQAH KARYA TULIS ILMIAH KANDUNGAN AL-QURAN
MTQ MAHASISWA NASIONAL XIV TAHUN 2015

JUDUL PROGRAM

BACTERIAL GOLD MINING: PERTAMBANGAN EMAS DI DASAR


LAUT YANG RAMAH LINGKUNGAN MENGGUNAKAN BAKTERI
YANG DIMODIFIKASI SECARA GENETIK (INSPIRASI
BIOTEKNOLOGI DARI QS. AN-NAHL: 14
DAN QS. FATHIR: 12)

TEMA KARYA TULIS:


AL-QURAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

Disusun oleh:

Misbahul Munir (1512100703) Angkatan 2012


Arida Wahyu Barselia (1512100047) Angkatan 2012

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2015

i
ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
Daftar Gambar .................................................................................................. iii
Ringkasan ....................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan ....................................................................................................... 2
Manfaat ....................................................................................................... 2
GAGASAN ...................................................................................................... 3
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ............................................................... 3
Solusi yang Pernah Ditawarkan ....................................................................... 7
Gagasan Baru yang Diajukan ........................................................................... 8
Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan ............................... 11
Langkah Strategis Implementasi Gagasan ....................................................... 11
KESIMPULAN ................................................................................................ 12
Konsep Gagasan ............................................................................................... 12
Teknik Implementasi Gagasan ......................................................................... 12
Prediksi Keberhasilan Gagasan ........................................................................ 13
Daftar Pustaka .................................................................................................. 14
Lampiran-lampiran ........................................................................................... 16
Biodata Ketua dan Anggota ............................................................................. 16
Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas.............................. 19
Surat Pernyatan Ketua Pelaksana ..................................................................... 21

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Infografis dampak pertambangan dasar laut terhadap ekosistem... 6


Gambar 2. Ilustrasi Metode ekstraksi emas menggunakan robot .................... 7
Gambar 3. Mikrogram Electrone Microscop yang menunjukkan keberadaan
Au pada bakteri ............................................................................. 8
Gambar 4. Distribusi Au dalam sel Cupriavidus metallidurans ...................... 9
Gambar 5. Rangkaian BioBrick pada plasmid bakteri..................................... 10
Gambar 6. Konsep biooksidasi emas dari bakteri menggunakan bioreaktor ... 10
Gambar 7. Ilustrasi C. metallidurans yang mengekspresikan BFP sehingga
memendarkan warna biru pada malam hari .................................. 11

iii
RINGKASAN

Laut diketahui mengandung emas yang melimpah. Terdapat sekitar 8 juta


ton emas yang terlarut di dalam lautan di seluruh dunia. Bahkan, setiap liter air
laut mengandung rata-rata sekitar 1,3 miliar gram emas. Ekspedisi di Sangihe,
Talaud, Sulawesi Utara juga menemukan emas yang potensinya ditaksir berkisar
antara 0,5 hingga 1 gram per ton batuan. Adanya kandungan emas di lautan ini
telah termaktub dalam firman Allah SWT QS. An-Nahl: 16 yang berbunyi .....dan
kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai....dan dalam QS.
Fathir: 12 .....Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang
segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya.....
Hal ini menjadi petunjuk bagi manusia untuk meneliti dan mengeksplorasi lebih
lanjut mineral emas yang ada di laut.
Hingga saat ini, belum ada perusahaan yang melakukan pertambangan
emas di dasar lautan. Namun, beberapa negara telah bersiap-siap mengeksplorasi
emas dasar laut. Di sisi lain, pertambangan emas dasar laut menjadi ancaman yang
sangat mengkhawatirkan. Pencemaran logam berat dan kerusakan ekosistem laut
diperkirakan menjadi dampak utama yang akan terjadi. Hal ini mengingat
pertambangan emas di darat menjadi sumber utama penghasil pencemaran
merkuri. Pencemaran laut besar-besaran juga akan berdampak bagi kesehatan.
Oleh karena itu, inovasi pertambangan emas berbasis agen biologis yang
ramah lingkungan mendesak untuk diterapkan. Kami menggagas pertambangan
emas menggunakan bakteri, yang disebut Bacterial Gold Mining. Bakteri
indigenous laut dalam, Cupriavidus metallidurans digunakan sebagai agen utama,
karena memiliki kemampuan melakukan biosorpsi dan biomineralisasi partikel
emas di laut dalam. Rekayasa genetika juga diperankan dengan menginsersikan
gen Blue Flourescent Proteins (BFP) supaya C.metallidurans mudah dideteksi
dengan memendarkan warna biru ketika telah mengakumulasi emas. Selain itu,
floating gene juga dirangkai di dalam plasmid C.metallidurans, sehingga selain
memendarkan warna biru, bakteri tersebut akan melayang ke permukaan laut
ketika emas telah terakumulasi di dalam selnya.
Bakteri hasil rekayasa genetika ini akan memudahkan para penambang
emas untuk mengisolasi bakteri dan melakukan presipitasi serta pemurnian emas.
Presipitasi emas dilakukan menggunakan metode biohidrometalurgi. Emas yang
dihasilkan dari Bacterial Gold Mining ini dalam bentuk gold nanoparticle.
Sehingga aplikatif untuk diterapkan dalam industri farmasi dan medis, serta
penelitian yang berkaitan dengan material, nanoteknologi, lingkungan, biologi,
bioteknologi dan kimia. Selain itu, masyarakat juga dapat mengambil keuntungan
yang besar untuk meningkatkan taraf ekonomi menuju kesejahteraan.
Bacterial Gold Mining merupakan gagasan visioner yang menawarkan
pendekatan baru pertambangan emas dasar laut yang ramah lingkungan. Perlu
penelitian panjang dan sinergisitas kerja sama antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat untuk dimplementasikan. Jika gagasan ini diaplikasikan, maka
diharapkan mampu menjawab kekhawatiran rusaknya ekosistem laut akibat
pertambangan emas. Selain itu, Bacterial Gold Mining juga berpotensi menjadi
sumber devisa negara, sehingga bisa mengurangi angka kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

iv
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Para ilmuwan dalam dekade ini berhasil mengungkap kekayaan mineral di
dalam laut. National Oceanic and Atmospheric Administrations (NOAA)
National Ocean Service (2014), menyebutkan terdapat sekitar 8 juta ton emas
yang terlarut di dalam lautan di seluruh dunia. Emas di lautan bersifat sangat
encer dengan konsentrasi dalam bentuk part per million (ppm). Bahkan, setiap
liter air laut mengandung rata-rata sekitar 1,3 miliar gram emas.
Dalam ekspedisi Indonesia-Australia Survey for Submarine Hydrothermal
Activity (IASSHA) berhasil ditemukan sumber-sumber emas di dasar laut Sangihe,
Talaud, Sulawesi Utara. Potensinya ditaksir berkisar antara 0,5 hingga 1 gram per
ton batuan. Selain menemukan sumber logam mulia itu, juga diketahui adanya
sumber mineral lain dari ventilasi hidrotermal (hydrotermal vent), yaitu perak,
tembaga, seng dan timbal (Manado Post, 2015).
Melimpahnya logam mulia di laut ini telah dijelaskan dalam firman Allah
SWT dalam QS. An-Nahl: 14.

Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur.(QS. An-Nahl: 14).
Greenpeace (2013) menyebutkan, perusahaan multinasional tengah
bersiap-siap untuk memulai eksploitasi pertambangan dasar laut (seabed mining)
di sejumlah perairan negara-negara berkembang menggunakan robot. Namun
menurut Greenpeace, pertambangan dasar laut merupakan ancaman besar bagi
lautan. Organisme yang tumbuh di dasar laut akan tertahan akibat gangguan
sedimen dan debit limbah. Padahal, ventilasi hidrotermal yang menjadi sumber
mineral di lautan merupakan sumber karbon dan energi untuk metabolisme
organisme laut dalam. Pertambangan dasar laut juga dapat berdampak terhadap
penurunan populasi ikan, pencemaran logam berat, dan potensi kecelakaan bagi
penambang.
Kekhawatiran pertambangan dasar laut ini berkaca dari tingginya
kerusakan lingkungan yang diakibatkan pertambangan emas di darat. Pencemaran
akibat aktivitas pertambangan emas sudah mencapai kondisi yang
memprihatinkan (Kompas, 2013). Hal ini diakibatkan oleh penggunaan praktik
kotor dalam pertambangan, seperti open pit mining dan pelarutan menggunakan
2

merkuri dan sianida. Bahkan, perusahaan tambang menghasilkan sekitar 20 ton


limbah beracun untuk setiap 0,333 ons cincin emas (Brilliant Earth, 2014).
Apabila perusahaan pertambangan dasar laut mengeksploitasi emas tanpa
memperhatikan dampak lingkungan yang ditimbulkan, maka bukan tidak
mungkin, laut akan menjadi sangat tercemar oleh aktivitas tersebut. Parahnya lagi
apabila organisme dan habitat di bawah laut rusak dan punah akibat polusi yang
berlebihan. Sehingga jelas, manusia yang tidak bijak dalam mengolah sumber
daya alam lah yang menjadi penyebabnya. Seperti firman Allah dalam Al-Quran.
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS.
Ar-Ruum: 41).
Oleh karena itu, inovasi pertambangan dasar laut yang ramah lingkungan
sangat mendesak untuk diterapkan, sebelum bahaya mengancam. Karena
pemulihan kerusakan lingkungan, terutama lautan akan membutuhkan waktu yang
sangat lama. Sehingga kami menggagas inovasi pertambangan emas
menggunakan bakteri indigenous, yang secara alami tinggal di dasar laut.
Beberapa jenis bakteri diketahui memiliki kemampuan mengekstraksi emas dari
lautan. Bakteri tersebut direkayasa secara genetika agar mampu mengirimkan
sinyal berupa pemendaran warna ketika berhasil mengakumulasi emas.

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Memberikan inovasi terhadap adsorpsi dan mineralisasi partikel emas di
lautan yang ramah lingkungan menggunakan bakteri
2. Mendeteksi keberadaan partikel emas melalui pemendaran warna pada
bakteri yang dimodifikasi secara genetika
3. Melakukan ekstraksi dan pemurnian nanopartikel emas pada bakteri dengan
metode yang ramah lingkungan

Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari karya tulis ini di antaranya adalah:
1. Mencegah praktik eksploitasi emas di lautan yang tidak memperhatikan aspek
lingkungan dan biologis
2. Mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia
terhadap eksploitasi mineral di alam
3. Menghasilkan nanopartikel emas secara alami yang memiliki kemurnian
tinggi, tanpa proses pemurnian kembali dari skala bijih menjadi skala nano.
4. Meningkatkan devisa negara melalui hilirisasi logam mulia yang dikelola
secara langsung oleh bangsa Indonesia.
3

GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Penjelasan Al-Quran mengenai Logam Mulia di Lautan
Penjelasan Al-Quran mengenai kandungan logam mulia di lautan selain
terdapat dalam QS. An-Nahl: 14, juga terdapat pada QS. Fathir: 12.

Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan
yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan
daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu
memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar
membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu
bersyukur. (QS. Fathir: 12)
Al-Zamakshari dalam Tafsir Al-Kasyaf menyebutkan yang berarti
perhiasan dalam ayat tersebut menunjuk kepada mutiara (lulu) dan marjan.
Sedangkan Kementerian Agama (2012) dalam Tafsir Tematik Pelestarian
Lingkungan Hidup menjelaskan penyebutan perhiasan dalam dua ayat tersebut
merupakan representasi dari hasil laut yang menjadi komoditas bukan makanan
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Seperti kerang mutiara yang menghasilkan
mutiara, yang telah lama diketahui dan diperdagangkan untuk dijadikan perhiasan.
Begitu juga cangkang moluska yang bertebaran di pantai apabila diolah dengan
baik dapat menjadi benda seni yang bernilai kreativitas tinggi.
Bahkan, material berharga yang dieksplorasi dari dasar laut pun telah
dikenal lama. Nabi Sulaiman telah mempekerjakan makhluk-makhluk gaib
sebangsa jin untuk menyelam ke dasar lautan mengambil batuan permata untuk
memperindah istana Sulaiman (Kementerian Agama, 2012). Hal ini dapat
dipahami dari firman Allah dalam QS. Al-Anbiya: 82.

Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan


yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain
daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu, (QS. Al-Anbiya: 82).
4

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Sayyid Qutub dalam Tafsir Zhilal Al-
Quran mengemukakan bahwa salah satu pengkhidmatan jin (dalam ayat di atas,
peran syaitan) kepada Nabi Sulaiman yang diberikan Allah SWT adalah
kemampuannya menyelam sampai ke dasar samudera dan juga masuk ke lapisan-
lapisan bumi untuk mengeluarkan isi kandungannya yang sangat berharga (Qutub,
2005). Sehingga ketiga ayat di atas menjadi petunjuk bagi manusia dari Allah
SWT bahwa terdapat banyak bahan tambang di lautan.
Di sisi lain, Thayyarah (2013) mengemukakan bahwa makna hilyatan
talbasuunaha dalam ayat tersebut lebih merujuk kepada emas (Au) atau logam
mulia lain seperti perunggu, tembaga (Cu), dan Nikel (Ni). Hal ini karena emas
adalah logam mulia yang paling banyak digunakan untuk perhiasan. Seperti
halnya perhiasan para penghuni surga. (Bagi mereka) surga 'Adn, mereka masuk
ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari
emas... (QS. Fathir: 33). Bahkan, emas menjadi simbol kejayaan manusia, serta
paling banyak dicari dan diperdagangkan.
Thayyarah menyebutkan, jika manusia mampu mengeluarkan kandungan
emas yang ada di lautan dan membagikannya kepada seluruh penduduk bumi
(sekitar 6 miliar jiwa), maka tidak akan ada lagi kemiskinan dan kekurangan harta,
karena setiap orang mendapatkan lebih dari satu ton emas. Dialah Allah, yang
menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu... (QS. Al-Baqarah: 29).
Penulis setuju dengan penafsiran Thayyarah yang memaknai kalimat
hilyatan talbasuunaha sebagai emas. Ada beberapa ayat Al-Quran yang
memberikan petunjuk ke arah tersebut. Sesungguhnya orang-orang yang kafir
dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima
dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi. walaupun dia menebus diri
dengan emas (yang sebanyak) itu.... (QS. Ali Imron: 91). Kalimat mil ul ardhi
dzahaban yang berarti emas sepenuh bumi menunjukkan bahwa di seluruh bagian
di muka bumi ini terdapat kandungan emas, termasuk di lautan.

Kandungan Emas di Lautan


Emas di lautan ditemukan dalam bentuk ion auric (Au (III)) atau aurous
(Au (I)), serta dalam bentuk tersuspensi di dalam batuan, dan materi organik yang
mengandung emas (Caldwell, 1938). Ketika berada dalam lingkungan asam dan
oxic, emas berikatan sebagai kompleks dengan Cl- (AuCl2- atau AuCl4-) di
wilayah dengan konsentrasi Cl- tinggi, seperti medan arid lateritic dan ventilasi
hidrotermal (Lengke, 2006).
Banyak perbedaan data mengenai total konsentrasi emas di lautan.
Konsentrasi emas keseluruhan di lautan dilaporkan sebesar < 1 hingga 25.000
ng/L. Daerah pesisir umumnya memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, dengan
rata-rata 11 ng/L, sedangkan di bagian tengah samudra memiliki konsentrasi yang
lebih rendah, dengan rata-rata 11 ng/L (Brooks, 1992).
5

Tingginya kandungan emas di air laut ini disebabkan karena berasal dari
air sungai yang mengandung bijih logam dan mineral-mineral penting. Selain itu,
konsentrasi tersebut juga berasal dari ventilasi hidrotermal, yaitu suatu daerah
geologis aktif di dasar laut (Wisegeek, 2014).

Penambangan Dasar Laut dan Ancaman Kerusakan Lingkungan


Penambangan dasar laut belum pernah dilakukan di manapun di dunia
(Deutsche Welle, 2014). Namun, perusahaan-perusahaan multinasional dari
beberapa negara seperti Jerman, Kanada, Jepang, Korea Selatan, China dan
Inggris tengah bersiap-siap untuk melakukan eksplorasi. Salah satu perusahaan
yang telah mendapatkan izin pertambangan di area ventilasi hidrotermal adalah
Nautilus Mineral. Perusahaan tersebut akan menambang sulfida di kedalaman
1500 meter di bawah laut Papua New Guinea (Greenpeace, 2013).
Logam berat dan kontaminan lainnya diperkirakan muncul dari
pertambangan dasar laut selama proses penambangan atau pun operasi pengolahan.
Dampaknya, beberapa bahan kimia berbahaya bisa terakumulasi di dalam jaringan
organisme laut, termasuk ikan. Para ilmuwan dan masyarakat yang hidup di
sekitar calon lokasi pertambangan mengungkapkan kekhawatirannya mengenai
potensi pencemaran dari pertambangan bawah laut terhadap ikan dan
keseimbangan rantai makanan (Luick, 2012).
Pertambangan dasar laut juga dapat memicu polusi cahaya. Hal ini
berbahaya bagi organisme di dalam laut, karena mereka hidup dalam habitat yang
gelap dan sunyi (Rountree, et al., 2011). Seperti yang difirmankan Allah dalam
Al-Quran sebagai berikut.

Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam,
yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap.
Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya, dia
hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun. (QS. An-Nur: 40).
Dalam ayat tersebut Thayyarah (2013) menafsirkan, kalimat Au
kadzulumaatin yang berarti gelap gulita menunjukkan kondisi yang sama sekali
tidak bisa melihat. Hal ini diperkuat dengan kalimat berikutnya, lujjiyyin yang
berarti dalam dan sangat gelap. Ayat tersebut menunjukkan bahwa organisme di
laut dalam tidak mendapatkan cahaya matahari, sehingga mereka diberi
kemampuan memendarkan warna, yang disebut bioluminescens dan teradaptasi
dengan memiliki mata tubuler yang lebih besar dari ukuran normal. Contohnya
6

adalah ubur-ubur (Schypozoa), cumi-cumi, dan ikan laut dalam. Oleh karena itu,
polusi cahaya dari pertambangan dasar laut yang tidak ramah lingkungan
dikahawatirkan mengganggu keberlangsungan hidup organisme tersebut.
Selain polusi cahaya, kebisingan juga menjadi dampak buruk yang
diperkirakan akan timbul. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa paus Balin
mengalami stres kronis bila terjadi peningkatan kebisingan pada frekuensi rendah
(Roland, et al., 2012). Apalagi kebisingan dari pertambangan bisa memiliki
frekuensi yang jauh lebih besar dan berdampak luas. Kebisingan dari operasi
Nautilus di Papua New Guinea diperkirakan bisa merambat hingga jarak 600 km
dari lokasi tambang (Steiner, 2009). Hal ini tentu berdampak negatif terhadap
pergerakan paus dalam berenang (Greenpeace, 2013).

Gambar 1. Infografis dampak pertambangan dasar laut terhadap ekosistem


(Greenpeace, 2013)

Padahal, Allah SWT melarang dengan tegas segala bentuk praktik-praktik


pertambangan yang merusak lingkungan. Akan tetapi para pemangku kebijakan
dan perusahaan penambang menganggap itu bukan sebagai praktik pertambangan
yang merusak, dengan dalih mengeruk keuntungan untuk memperbaiki ekonomi
dunia. Seperti yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah: 11 sebagai berikut.

Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di


muka bumi. Mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan. (QS. Al-Baqarah: 11).
7

Solusi yang Pernah Ditawarkan


Beberapa solusi alternatif yang diajukan para ilmuwan untuk melakukan
ekstraksi emas dari laut adalah sebagai berikut:
1. Ekstraksi menggunakan sentrifugasi skala besar
Metode ini diperkenalkan oleh ilmuwan Jerman, Fritz Haber. Emas
dipisahkan dari air laut menggunakan sistem sentrifugasi raksasa. Besarnya energi
yang dibutuhkan untuk menjalankan sentrifugasi dan banayaknya volume air laut
yang perlu diproses melalui sentrifugasi, membuat pendekatan ini sangat tidak
praktis dan tidak ekonomis (Innovate Us, 2013).
2. Ekstraksi menggunakan Besi Sulfat
Metode ini disarankan oleh Ilmuwan Austria, Oskar Nagel. Menurut
penelitian Nagel, setiap 200.000 part air laut menghasilkan 1 part emas. Dr Nagel
mengatakan diperlukan pabrik bawah laut untuk mengekstraksi emas. Komponen
yang diperlukan di antaranya adalah 28,18 inchi pompa sentrifugal dan 18 tank
slag dengan diameter 15 kaki dan
kedalaman 16 kaki. Rencananya ia akan
mengalirkan air laut melalui tungku slag
dengan larutan pekat Besi sulfat yang
akan memisahkan emas senilai $15 dari
air laut setiap 5 jam. Estimasi total biaya
untuk pabrik ini adalah $242.000
(Innovates Us, 2013). Namun, jelas,
pembuatan pabrik bawah laut ini akan
merusak ekosistem yang ada, termasuk
terumbu karang
3. Ekstraksi menggunakan Robot
Metode ini dikembangkan oleh Stef
Kapusniak dari Soil Machine Dynamics,
perusaahan yang mengembangkan robot
bawah laut. Dilengkapi dengan kamera
dan sensor pendeteksi 3D, robot
penambang dikemudikan dari jarak jauh
oleh dua orang pilot. Sonar 3D
menungkinkan robot membuat gambar
dan mengirimkannya kembali ke ruang
kontrol (Deutsche Welle, 2014). Metode
ini paling banyak diterima, namun
dampak lingkungan justru jauh lebih
besar, karena medan di dalam laut harus
disesuaikan dengan mobilisasi robot, Gambar 2. Ilustrasi Metode
sehingga merusak ekosistem di dasar laut. ekstraksi emas menggunakan robot
8

Gagasan Baru yang Diajukan


Mekanisme Biosorpsi dan Biomineralisasi Emas di Lautan
Menanggapi permasalahan tersebut, kami mengusulkan gagasan baru
dalam mengakumulasi dan mengekstraksi emas dari lautan, yaitu menggunakan
bakteri yang dimodifikasi secara genetika. Beberapa mikroorganisme laut, seperti
Alga dari jenis Clhorellla vulgaris dan diatom diketahui memiliki kemampuan
dalam mengakumulasi emas (Au) dalam selnya (Hoesa, et al., 1985). Begitu juga
Cyanobacteria seperti Plectonema boryanum yang mengakumulasi Au dari AuCl4-
(Lengke, et al., 2006) dan Rhodobacter capsulatus yang menyerap Au (III)
melalui mekanisme biosorpsi (Feng, et al, 2007).

C D

Gambar 3. A) Mikrograf TEM yang menunjukkan jumlah utuh nanopartikel Au


dan C) Mikrograf SEM menunjukkan emas bentuk oktahedral, B dan D) Analisis
TEM-EDS yang menunjukkan keberadaan Au dan Carbon. (Lengke et al, 2006)
Selain melalui proses biosorpsi, partikel emas di lautan juga bisa diserap
oleh mikroorganisme dengan mekanisme biomineralisasi. Emas di lautan yang
tersedia dalam bentuk ion terlarut dikonversi oleh bakteri menjadi mineral padat.
Cupriavidus metallidurans mampu melakukan biomineralisasi emas dengan cara
mereduksi Au (III) menjadi Au (0) dan membentuk kompleks butiran Au di
lapisan biofilmnya (Reith, et al, 2009). Seperti yang terlihat pada gambar 4.
C. metallidurans merupakan -proteobakterium gram negatif yang bersifat
kemolitoautotrof, yaitu menggunakan senyawa kimia sebagai sumber energi dan
senyawa organik sebagai sumber karbon. Bakteri ini juga memiliki resistensi yang
tinggi terhadap logam berat, sehingga disebut metalofilik. Kemampuan unik
tersebut menjadikan bakteri ini banyak dimanfaatkan sebagai agen biomineralisasi
logam berat di lingkungan yang tercemar. Reith et al (2006) berhasil mengungkap
kemampuan C. metallidurans untuk biomineralisasi emas murni dan pembentukan
partikel emas berukuran nano. Penelitian ini menjadi landasan untuk proses
akumulasi emas secara besar-besaran menggunakan bakteri C. metalidurans.
9

Gambar 4. Lapisan citra warna pada peta XRF yang menggambarkan distribusi
Au (merah), Ca (hijau), dan Zn (biru) dalam klaster sel C. metallidurans setelah
144 jam diinkubasi pada pH 7,0 (Sumber: Reith, et al, 2009).

Perangkaian BioBrick dalam Plasmid Bakteri


Akan tetapi, masih terlalu dini untuk mengaplikasikan berbagai jenis
mikroorganisme tersebut dalam praktik pertambangan emas dasar laut yang ramah
lingkungan. Para penambang akan kesulitan dalam memanen bakteri yang telah
mengakumulasi nanopartikel emas. Hal ini karena bakteri berukuran mikroskopik,
sehingga tidak dapat dibedakan secara kasat mata mana yang sudah
mengakumulasi emas, dan mana yang belum.
Oleh karena itu, gagasan yang kami ajukan adalah merekayasa bakteri,
spesifik untuk C. metallidurans dengan menginsersikan gen Blue Fluorescent
Protein (BFP) pada plasmidnya. BFP merupakan gen yang mampu memendarkan
warna biru yang diisolasi dari Scyphozoa. Dengan adanya gen BFP yang dirangkai
bersama gen pengkode biomineralisasi Au dalam plasmid C.metallidurans, maka
ketika C. metallidurans bekerja menyerap Au, bakteri tersebut akan memendarkan
warna biru. Semakin banyak Au yang terserap, semakin cerah warna biru yang
dihasilkan. Ini merupakan pendekatan terbaru menggunakan dasar-dasar
Bioteknologi modern dan Biologi Sintetik.
Selain itu, plasmid bakteri juga dilengkapi gen pengkode mekanisme
mengapung (floating gene) pada Scyphozoa. Gen tersebut diisolasi dan kemudian
diinsersikan bersama BFP ke dalam plasmid. C. metallidurans yang telah banyak
mengakumulasi emas akan mengapung ke permukaan, sehingga mudah untuk
dipanen karena dapat dideteksi melalui pemendaran warna.
Bakteri C. metallidurans dipilih karena merupakan bakteri indigenous
yang hidup secara alami di dasar laut. Bakteri tersebut memanfaatkan logam yang
dikeluarkan dari ventilasi hidrotermal sebagai sumber energi, sehingga disebut
metalofilik, atau suka terhadap logam. Proses perangkaian BioBrick yang terdiri
dari tiga gen tersebut dilakukan dengan metode restriksi-ligasi menggunakan
Polymerase Chain Reaction (PCR), seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
10

Gambar 5. Perangkaian BioBrick pada plasmid C. metallidurans. BFP adalah


Blue Fluorescent Protein, CamR merepresentasikan gen pengatur biomineralisasi
Au, pMB 1 mewakili floating gene. lasR mewakili promoter.

Pemanenan dan Pemurnian Emas dari Bakteri


Bakteri yang telah banyak mengakumulasi emas, akan mengapung ke
permukaan laut. Secara berkala, bakteri tersebut dipanen menggunakan teknologi
presipitasi modern dengan bantuan kapal. Kapal yang digunakan dilengkapai
dengan sensor pendeteksi C. metallidurans hasil rekayasa genetika, sehingga akan
terkumpul secara otomatis. Selanjutnya sampel bakteri yang telah diisolasi dari
laut diberikan treatment di dalam bioreaktor. Emas diisolasi dari bakteri
menggunakan teknologi biooksidasi atau biohidrometalurgi. Dari proses tersebut,
akan dihasilkan emas dalam ukuran nano, yang disebut nanopartikel emas (gold
nanoparticle). Nanopartikel emas yang dihasilkan bisa dipurifikasi menjadi emas
murni, atau bisa langsung diaplikasikan dalam industri farmasi, kedokteran, dan
penelitian yang berhubungan dengan bioteknologi.

Gambar 6. Konsep biooksidasi emas dari bakteri menggunakan bioreaktor


(Sumber: Miller and Brown, 2005).
11

Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan


Untuk merealisasikan Bacterial Gold Mining di Indonesia, perlu
sinergisitias antara berbagai pihak sebagai berikut:
1. Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan pertambangan
dasar laut menggunakan bakteri ini. Koordinasi antara berbagai kementerian
patut dilakukan. Di antaranya adalah Kementerian Koordinator Kemaritiman,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
2. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah berperan dalam memegang kendali dan memonitoring
proses Bacterial Gold Mining.
3. Ilmuwan dan Engineer
Perlu perencanaan yang matang untuk merealisasikan Bacterial Gold Mining.
Penelitian terhadap segala potensi mineral, metode yang efisien, serta
ancaman luar terhadap Bacterial Gold Mining harus terus menerus dilakukan.
4. Swasta dan Investor
Perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang pertambangan juga
berperan. Namun, saham yang dimiliki harus lebih banyak mengalir ke
negara. Sedangkan investor berperan dalam menanamkan modal untuk
realisasi Bacterial Gold Mining.
5. Masyarakat di Sekitar Area Tambang
Pelibatan masyarakat juga penting agar Bacterial Gold Mining memberikan
dampak peningkatan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat di sekitar area
pertambangan.

Langkah Strategis Implementasi Gagasan


Langkah strategis dalam mewujudkan Bacterial Gold Mining di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Tahap Konsepsi
Konsepsi ini terdiri dari identifikasi mengenai potensi eksplorasi emas di
lautan Indonesia, sehingga bisa dilakukan perumusan rencana jangka panjang.
2. Tahap Pendefinisian
Tahap ini meliputi perencanaan SDM, dokumen DED (Detailed Engineering
Design), RAB (Rencana Anggaran Biaya), dan pemetaan rencana menyeluruh
konsep Bacterial Gold Mining ke dalam Rancangan Eksplorasi Mineral
Indonesia Tahun 2050.
3. Tahap Implementasi
Terakhir dilakukan implementasi dengan sinergisitas antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah, masyarakat sekitar area pertambangan, peneliti dan
engineer dari lembaga penelitian dan perguruan tinggi, serta pihak swasta.
12

KESIMPULAN
Konsep Gagasan
Bacterial Gold Mining merupakan gagasan visioner dalam
mengeksploitasi emas di lautan menggunakan metode yang ramah lingkungan.
Konsepnya adalah emas diakumulasi oleh bakteri melalui proses biosorpsi dan
biomineralisasi. Partikel emas yang telah diserap oleh bakteri akan disimpan di
dalam selnya dalam bentuk gold nanoparticle. Pertambangan emas berbasis
biologi ini menggunakan bakteri indigenous dari laut dalam, yaitu Cupriavidus
metallidurans. Selain itu, C. metallidurans juga direkayasa secara genetika
dengan insersi gen BFP dan floating gene dalam plasmidnya. Dengan modifikasi
tersebut, ketika C. metallidurans telah banyak mengakumulasi emas, akan
mengurangi massa jenisnya sehingga melayang ke permukaan laut. C.
metallidurans hasil rekayasa genetika juga mampu memendarkan warna biru saat
malam hari, sehingga memudahkan penambang untuk mengisolasinya.

Gambar 7. Ilustrasi C. metallidurans yang mengekspresikan BFP sehingga


memendarkan warna biru pada malam hari

Teknik Implementasi Gagasan


Adapun teknik dalam mengimplementasikan gagasan ini adalah sebagai
berikut:
1. Kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat di
sekitar wilayah rencana pertambangan.
2. Eksplorasi dan penelitian secara mendalam terkait potensi mineral emas di
beberapa lautan di Indonsia dengan menggandeng lembaga penelitian dan
perguruan tinggi.
3. Melakukan pemetaan wilayah yang potensial untuk aplikasi Bacterial Gold
Mining dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan ekonomi
masyarakat
4. Memasukkan konsep Bacterial Gold Mining ke dalam Rancangan Eksplorasi
Mineral Indonesia Tahun 2050
5. Melakukan evaluasi secara periodik dan profesional
13

Prediksi Keberhasilan Gagasan


Aplikasi Bacterial Gold Mining untuk mengeksplorasi emas di lautan
Indonesia merupakan pendekatan pertambangan yang ramah lingkungan. Gagasan
ini akan menjawab permasalahan pertambangan yang selama ini dianggap sebagai
sumber utama pencemaran logam berat, terutama merkuri di lingkungan perairan.
Nanopartikel emas yang berhasil dipresipitasi dan dimurnikan, dapat
digunakan untuk aplikasi teknologi dan mendukung penelitian di bidang ilmu
material, fisika, kimia, biologi, nanoteknologi, ilmu lingkungan, dan kesehatan.
Masyarakat juga dapat menambang emas secara mandiri sehingga mampu
meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Berikut ini merupakan tahapan realisasi gagasan Bacterial Gold mining di
Indonesia:
1. Tahun 1-3: Melakukan identifikasi bakteri di laut dalam mengenai
kemampuannya dalam mengadsorpsi emas dan menyeleksi bakteri yang
hiperacumulator emas
2. Tahun 1-3: Melakukan proses analisis gen dan potensi insersi gen untuk
bakteri yang dapat mengakumulasi emas
3. Tahun 3-5: Melakukan riset rekayasa genetika untuk insersi biobrick BFP dan
floating gene
4. Tahun 1-10: Identifikasi kandungan mineral emas di berbagai lautan di
Indonesia
5. Tahun 7-10: Pemetaan wilayah lautan yang potensial untuk aplikasi Bacterial
Gold Mining
6. Tahun 12-15: Inisiasi kerjasama dengan swasta dan atau pembentukan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) khusus untuk mengelola Bacterial Gold
Mining
8. Tahun 11-15: Sosialisasi kepada masyarakat dan pengembangan industri
lokal yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat
9. Tahun 15-20 : Realisasi proses penambangan dengan konsep Bacterial Gold
mining untuk menghasilkan nanopartikel emas dari laut menggunakan bakteri.
10. Tahun 15-20: Purifikasi nanopartikel emas menjadi emas murni atau
pemanfaatan secara langsung nanopartikel emas untuk industri.
14

DAFTAR PUSTAKA
Al-Zamakhsyari, Abu Al-Qasim Mahmud bin Amr bin Ahmad. Al-Kasysyaf, Juz
3, hal. 341.
Brilliant Earth (2014). Gold Mining and The Environment.
<http://www.brilliantearth.com/gold-mining-environment/> [Diakses pada 17
Maret 2015]
Brooks, R.R (1992). Noble Metals and Biological Systems: Their Role in
Medicine, Mineral Exploration, and the Environment. Florida: CRC Press Inc.
Caldwell, W.M.E (1938). The Gold Content of Sea Water. Journal of Chemical
Education, November 1938
Deutsche Welle (2014). Jerman Siap Menambang di Samudera Hindia.
<http://www.dw.de/jerman-siap-menambang-di-samudera-hindia/a-17337521
> [Diakses pada 21 Mei 2015].
______________ (2014). Robot Siap Tambang Mineral di Dasar Laut. <
http://www.dw.de/robot-siap-tambang-mineral-di-dasar-laut/a-17587509 >
[Diakses pada 15 Mei 2015].
Feng, Y. et al (2007). Biosorption and Bioreduction of Trivalent Aurum by
Photosynthetic Bacteria Rhodobacter capsulatus. Current Microbiology,
55:402408
Greenpeace (2013). Deep Seabed Mining: An Urgent Wake-up Call do Protect
Our Oceans. Amsterdam: Greenpeace International.
Hoesa, M. et al (1986). Accumulation of Elemental Gold on The Alga Chlorella
vulgaris. Inorganica Chimica Acta, 123 (1986) 161-165.
Innovate Us (2013). Can gold be extracted from sea water?
<http://www.innovateus.net/innopedia/can-gold-be-extracted-sea-water >
[Diakses pada 23 Mei 2015]
Kementerian Agama (2012). Tafsir Al-Quran Tematik: Pelestarian Lingkungan
Hidup. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, Kementerian Agama.
Kompas (2013). Polutan Terbesar Ada di Kalimantan Tengah.
<http://foto.kompas.com/photo/detail/2013/10/13/6678916531301138159724
2/polutan-terbesar-ada-di-kalimantan-tengah> [Diakses pada 17 Maret 2015]
Lengke, M. F., et al (2006). Biaccumulation of Gold by Filamenteous
Cyanobacteria Between 25 and 200oC. Geomicrobiology Journal, 23: 591.
Luick J (2012). Physical oceanographic assessment of the Nautilus EIS for the
Solwara 1 project. <http://www.deepseaminingoutofourdepth.org/wp-
content/uploads/EIS-Review-FINAL-low-res.pdf> [Diakses pada 10 Mei
2015]
Manado Post (2005). Emas Berserakan di Dasar Laut Sulut.
<http://manadopostonline.com/read/2015/03/26/Emas-Berserakan-di-
Dasar-Laut-Sulut/8244> [Diakses pada 16 Mei 2015].
Miller, P. and A. Brown (2005). Bacterial oxidation of refractory gold
concentrates. Developments in Mineral Processing, Vol. 15
15

NOAA (2014). Is there gold in the ocean? National Oceanic and Atmospheric
Administrations (NOAA) National Ocean Service
<http://oceanservice.noaa.gov/facts/gold.html> [Diakses pada 15 Mei
2015].
Quran. <www.quran.com> [Diakses pada 22 Mei 2015]
Qutub, S. (2005). Tafsir fi Zhilaal Al-Quran (terj.). Asad Yasin, dkk. Jakarta:
Gema Insani
Reith, F. et al (2006) Biomineralization of Gold: Biofilms on Bacterioform Gold.
Science, Volume 313, 233-236
___________ (2009). Mechanism of gold biomineralization in the bacterium
Cupriavidus metallidurans. Proceedings of the National Academy of
Science (PNAS), Vol. 106, No. 42, 1775717762
Rolland R, Parks S, Hunt K, Castellote M, Corkeron P, Nowacek D, Wasser S &
Kraus S (2012). Evidence that ship noise increases stress in right whales.
Proceedings of the Royal Society B: doi:10.1098/rspb.2011.2429
Rountree R, Juanes F, Goudey C & Ekstrom K (2011). Is biological sound
production important in the deep sea? In: Popper A & Hawkins A (Eds).
The effects of Noise on Aquatic Life. Advances in Experimental Medicine
and Biology vol 730. Springer, Pp.695.
Srivastava N & Mausumi Mukhopadhyay (2015) Ralstonia eutropha
(Cupriavidus metallidurans) Mediated Biosynthesis of Gold Nanoparticles
and Catalytic Treatment of 2, 4 Dichlorophenol. Synthesis and Reactivity
in Inorganic, Metal-Organic, and Nano-Metal Chemistry, 45:2, 238-247
Steiner R (2009). Independent review of the environmental impact statement for
the proposed Nautilus Minerals Solwara 1 seabed mining project, Papua
New Guinea. Bismarck-Solomon Indigenous Peoples Council.
<http://www.deepseaminingoutofourdepth.org/wpcontent/uploads/Steiner-
Independent-review-DSM1.pdf> [Diakses pada23 Mei 2015].
Thayyarah, N (2013). Buku Pintar Sains dalam Al-Quran: Mengerti Mukjizat
Ilmiah Firman Allah (terj.). Arifin, M. Z., dkk. Jakarta: Penerbit Zaman.
Wisegeek (2014). Can Gold be Extracted from Seawater?
<http://www.wisegeek.org/can-gold-be-extracted-from-seawater.htm>
[Diakses pada 16 Mei 2015].
16

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
1. Biodata Ketua Kelompok
A. Identitas Diri
1 NamaLengkap Misbahul Munir
2 JenisKelamin Laki-laki
3 Program Studi Biologi
4 NRP 1512100703
5 TTL Jepara, 17 Mei 1996
6 E-mail misbahulmunir.its@gmail.com
7 Nomortelpon/HP 085640666248

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 03 MTs Darul Falah, MA Darul Falah,
Tulakan, Jepara Pati Pati
Jurusan - - IPA
Tahun masuk-lulus 2000-2006 2006-2009 2009-2012

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/ Seminar Tempat
Revitalization of Land
Structure and Productivity 24-26 Oktober
Indonesian Scholars Use BIOMYC in Rice 2014 di
1 International Agriculture as Effort to University of
Convention (ISIC) 2014 Reduce Phosporus Oxford, United
Degradation and Drought Kingdom
Stress
Surabaya Underground Aqua
Project: Konsep Pengelolaan 25-29 Agustus
Pekan Ilmiah Air Minum, Air Limbah, dan 2014, di
2. Mahasiswa Nasional Air Hujan Perkotaan di Bawah Universitas
(PIMNAS) 27 Tanah sebagai Solusi Diponegoro,
Permasalahan Air di Kota Semarang
Besar
Inventarisasi Biodiversitas 1 -7 September
Konferensi Ilmuwan Flora Dan Fauna Dalam 2013, di
3. Muda Indonesia (KIMI) Upaya Konservasi Universitas
2013 Keanekaragaman Hayati dan Indonesia,
Mendukung Desa Wisata Depok
17

Berbasis Educonservation Di
Hutan Desa Tempur,
Kabupaten Jepara
Studi Analisis Biodiversitas, 18-23 Agustus
Konferensi Ilmuwan Kerapatan dan Penutupan 2014 di
4. Muda Indonesia (KIMI) Komunitas Lamun sebagai Universitas
2014 Carbon Sink di Pantai Bama, Indonesia,
Taman Nasional Baluran Depok
Mico-Phospat: Rekayasa
09 November
Asosiasi Simbiotik Mikoriza
Seminar Nasional 2013, di UIN
dan Biofosfat pada Benih Padi
5. Teknologi Pertanian, Syarif
(Oryza sativa) untuk
Biologi Oentoek Negeri Hidayatullah
Meningkatkan Produktivitas
Jakarta
dan Mengatasi Krisis Pangan
Optimalisasi Pemanfaatan
Biogas dalam Upaya 09-12 Mei
Young Engineers and Mengurangi Ketergantungan 2013, di Institut
6. Scientist (YES) Summit terhadap Kayu Bakar, Mitigasi Teknologi
2014 Krisis Energi, dan Adaptasi Sepuluh
Climate Change di Desa Nopember
Tulakan, Kabupaten Jepara

D. Penghargaan dalam 10 TahunTerakhir


Institusi Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Juara 1 Konferensi Ilmuan Muda BEM FMIPA Universitas
1. 2013
Indonesia, MIPA Untuk Negeri Indonesia
Juara 1 Lomba Karya Tulis Al- JMMI Institut Teknologi
2. 2014
Quran (LKTA) Nasional Sepuluh Nopember
Masyarakat Ilmuan dan
3. Juara 1 MITI Paper Challenge Teknolog Indonesia 2014
Klaster Mahasiswa
Juara III Olimpiade Al-Quran
LTTQ UIN Syarif
4. Cabang Karya Tulis Ilmiah 2014
Hidayatullah
Kandungan Al-Quran
Juara III Science Project
Himbio UIN Syarif
5. Competition Biologi Oentoek 2013
Hidayatullah
Negeri (BONE)
Harapan II Musbaqah Karya Tulis
6. Ilmiah Al-Quran dalam MTQ Universitas Negeri Malang 2014
Mahasiswa Jawa Timur
18

Duta Promosi Pariwisata Indonesia Student and


7. Wakatobi dalam Indonesia Youth 2014
Youth Forum (ISYF)
Forum (IYF) 2014
Finalis Indonesian Scholars
8. PPI United Kingdom 2014
International Convention (ISIC)
Finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa
9. DIKTI 2014
Nasional (PIMNAS) 27
Kontingen ITS dalam MTQ
10. Mahasiswa Nasional XIII Cabang DIKTI 2013
Tartil Al-Quran

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat
dipertanggungjawakan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Karya Tulis Ilmiah Al-Quran, MTQ Mahasiswa
Nasional XIV.

Surabaya, 27 Mei 2015


Pengusul,

(Misbahul Munir)
19

2. Biodata Anggota Kelompok


2.1 Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Arida Wahyu Barselia
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi Biologi
4 NRP 1512100047
5 Tempat tanggal lahir Kediri, 1 Agustus 1992
6 E-mail arie.delight@gmail.com
7 Nomor telepon/HP 085736855949

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDS Pawyatan SMP Negeri 1 SMA Negeri 2
Daha 1,2 Kediri Kediri Kediri
Jurusan - - IPA
Tahun masuk-lulus 1998-2005 2005-2008 2008-2011

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


Nama Pertemuan Waktu dan
No Judul Artikel Ilmiah
Ilmiah/Seminar Tempat
Inventarisasi Biodiversitas
Flora Dan Fauna Dalam
1 -7 September
Upaya Konservasi
Konferensi Ilmuwan 2013, di
Keanekaragaman Hayati dan
1 Muda Indonesia (KIMI) Universitas
Mendukung Desa Wisata
2013 Indonesia,
Berbasis Educonservation Di
Depok
Hutan Desa Tempur,
Kabupaten Jepara
Integrated Study of Small 27 September
International Marine
2. 2014, di ITS
Technology Conference Island Potential
Surabaya
Desember
International Biology Analysis of Soil Structure
3. 2014, di ITS
Conference using Fertilizer
Surabaya

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi
No JenisPenghargaan Tahun
Penghargaan
1. Juara 1 Konferensi Ilmuan Muda BEM FMIPA Universitas
2013
Indonesia, MIPA Untuk Negeri Indonesia
20

2. Finalis Indonesian Scholars PPI United Kingdom 2014


International Convention (ISIC)
3. Finalis Olimpiade Nasional MIPA
Bidang Biologi Tingkat Jawa DIKTI 2013
Timur
4. Finalis Olimpiade Nasional MIPA
Bidang Biologi Tingkat Jawa DIKTI 2014
Timur
5. Kontingen ITS dalam MTQ
Mahasiswa Nasional XIII Cabang DIKTI 2013
Debat Kandungan Al-Quran
Berbahasa Inggris
6. The Best Ten Finalist of Maritime Institut Teknologi Sepuluh
2013
Essay Contest Nopember

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Karya Tulis Ilmiah Al-Quran, MTQ Mahasiswa
Nasional XIV.

Surabaya, 27 Mei 2015


Pengusul,

(Arida Wahyu Barselia)


21

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

Program
No Nama/NIM Bidang Ilmu Uraian Tugas
Studi
Pendahuluan,
kondisi kekinian
Biologi pencetus gagasan,
Misbahul Molekuler solusi yang
1. Biologi
Munir/1512100703 Tumbuhan dan pernah
Biologi Sintetik ditawarkan,
gagasan baru
yang diajukan
Pihak-pihak
implementasi
gagasan, langkah
Arida Wahyu Mikrobiologi dan
2. Biologi strategis
Barselia/1512100047 Bioteknologi
implementasi
gagasan,
kesimpulan
22

Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :Misbahul Munir
NIM :1512100703
Program Studi :Biologi
Fakultas :MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Al-Quran saya dengan judul:

Bacterial Gold Mining: Pertambangan Emas di Dasar Laut yang Ramah


Lingkungan Menggunakan Bakteri yang Dimodifikasi secara Genetik
(Inspirasi Bioteknologi dari QS. An-Nahl: 14 dan QS. Fathir: 12)

yang diusulkan untuk MTQ Mahasiswa Nasional 2015 bersifat original dan belum
pernah menjuarai atau diikutkan dalam kompetisi apa pun.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.
Surabaya, 17 Juni 2015

Mengetahui,
Yang Menyatakan,

(Misbahul Munir)
NIM. 1512100703

View publication stats

You might also like