Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM KELANGKAAN

PUPUK BERSUBSIDI

Dita Lina Kudrati1), Ati Kusmiati2)


1) Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Jember
2) Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Jember
Jln. Kalimantan no. 37 Kampus Tegalboto - Jember 68121
email:www.ditz_love@yahoo.co.id

ABSTRACT

The scarcity of subsidized fertilizer in subdistrict of Wonosari, Bondowoso Country affects


the farmers exertion. Agriculture product decreases and to be hopeless. By this reason, farmers
suffer operating loss. This will affect the available of national food. The scarcity of subsidized
fertilizer in subdistrict of Wonosari, Bondowoso Country happened on the third of seasonal
planting in 2007. This research is aimed to know: (1) Scarcity factors of subsidized fertilizer;
(2) The effect of the scarcity of subsidized fertilizer on the farmers motivation in maintaining
farmer exertion; and (3) The effect of the scarcity of subsidized fertilizer on the productivity of
farmers exertion, especially on rice plant. This research is conducted conciously (Purposive
Method). It is located in subdistrict Wonosari, Bondowoso Country. The research uses
descriptive and comparative method. Sample was taken by using Cluster Sampling method
consisting 35 respondents. On the other hand, the researcher also used Puposive Sampling
method to determine the respondents criteria. Other respondents (beyond farmer) are the
commision of subsidized fertilizers superintendant, field instructor, legitimated kiosk of
subsidized fertilizer, and distributor of subsidized fertilizer. Method the data analysis used
descriptive analysis through indicators and stage test analysis of Wilcoxon. The result of the
research shows that: (1) Scarcity factors of subsidized fertilizer that is the dependence of farmer
on inorganic fertilizer, imbalance of fertilizer and menimizing role recommended by the
goverment, extensification of area, and informal distributor of subsidized fertilizer; (2) The
farmers motivation is still high even the subsidized fertilizer is scarce; (3) The difference of
productivity of farmers exertion, especially on the rice farming.

Key Words: Scarcity of subsidized fertilizer, motivation, productivity exertion, and farmers.

PENDAHULUAN Dalam mewujudkan ketahanan pangan


nasional, pemerintah harus memperhatikan
Paradigma pembangunan pertanian petani sebagai pelaku dalam menciptakan
meletakkan petani sebagai subyek, bukan ketahanan pangan yang harus mendapatkan
semata-mata sebagai peserta dalam kemudahan dalam berusahatani, salah
mencapai tujuan nasional. Karena itu satunya yaitu pemberian subsidi. Subsidi
pengembangan kapasitas masyarakat guna merupakan instrumen pemerintah dalam
mempercepat upaya memberdayakan melakukan pemerataan pembangunan.
ekonomi petani, merupakan inti dari upaya Subsidi diwujudkan sebagai hasil dari suatu
pembangunan pertanian/ pedesaan. Upaya kebijakan publik untuk memangkas harga
tersebut dilakukan untuk mempersiapkan yang diterima oleh produsen yang naik
masyarakat pertanian menjadi mandiri dan hingga di atas harga yang mampu dibayar
mampu memperbaiki kehidupannya sendiri. oleh konsumen.
Untuk mewujudkan visi pertanian tersebut, Dalam SK Menteri Pertanian Nomor
misi pembangunan pertanian adalah 106/Kpts/SR.130/2/2004 mengenai pupuk
memberdayakan petani menuju suatu bersubsidi disebutkan alasan pemberian
masyarakat tani yang mandiri, maju, subsidi adalah dalam rangka mewujudkan
sejahtera dan berkeadilan (Sunu dan program ketahanan pangan nasional melalui
Wartoyo, 2009). peningkatan produksi komoditas pertanian.
Untuk itu, perlu didukung dengan

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 63


penyediaan sarana produksi (pupuk) sampai memproduksi atau mengkonsumsi suatu
di tingkat petani. Pemerintah berpandangan produk dalam kuantitas yang lebih besar
peranan pupuk sangat penting di dalam atau pada harga yang lebih murah. Secara
peningkatan produktivitas dan produksi ekonomi, tujuan subsidi adalah untuk
komoditas pertanian, sehingga pemerintah mengurangi harga atau menambah keluaran
menetapkan pemberian subsidi pupuk. (output). Menurut Suparmoko subsidi
Produksi pupuk sangat tergantung (transfer) adalah salah satu bentuk
kepada kebijakan pemerintah, karena pengeluaran pemerintah yang juga diartikan
produsen pupuk yang semuanya merupakan sebagai pajak negatif yang akan menambah
BUMN tujuan utamanya adalah untuk pendapatan mereka yang menerima subsidi
mendukung kegiatan pertanian dan atau mengalami peningkatan pendapatan riil
perkebunan di Indonesia. Selain produksi apabila mereka mengkonsumsi atau
yang mengacu pada kebutuhan domestik, membeli barang-barang yang disubsidi oleh
perkembangan produksi pupuk juga pemerintah dengan harga jual yang rendah.
terkendala pasokan gas yang terbatas Subsidi dapat dibedakan dalam dua bentuk
jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan yaitu subsidi dalam bentuk uang (cash
industri pupuk di Indonesia. Kondisi ini transfer) dan subsidi dalam bentuk barang
mengakibatkan perkembangan produksi atau subsidi innatura (in kind subsidy)
cenderung stagnan (Laporan Market (Handoko dan Patriali, 2005).
Intelligence, 2008). Dalam Konstruksi Kebijakan Subsidi
Kelangkaan pupuk di beberapa daerah Pupuk Tahun 2006, menyatakan bahwa
sentra produksi padi di Jawa sejak akhir Salah satu faktor produksi penting dalam
April 2002 dapat berimplikasi serius peningkatan kapasitas produksi pangan
terhadap ketahanan pangan nasional. utama seperti padi adalah pupuk.
Sebenarnya, pola kelangkaan pupuk yang Penggunaan pupuk yang sesuai dengan
terjadi saat ini tidak jauh berbeda dari hal kebutuhan tanaman akan mampu
serupa pada tahun 1998/1999 sesaat setelah meningkatkan kapasitas produksi pangan
pencabutan subsidi pupuk. Pemerintah nasional. Ada dua aspek untuk melihat
Provinsi Jawa Timur mengakui bahwa pentingnya subsidi pupuk bagi petani yaitu:
kebutuhan pupuk bersubsidi pada tahun (1) kecenderungan peningkatan harga pupuk
2008 masih kurang, karena total kebutuhan dunia dan (2) kecenderungan penurunan
dan alokasi yang ditetapkan pemerintah laba usahatani.
pusat tidak sebanding (Sinar Harapan, Abraham A. Maslow dalam Danim
2003). (2004) berpendapat bahwa ada kebutuhan
internal yang sangat mempengaruhi
Perumusan Masalah kebutuhan manusia dalam bekerja. Maslow
berpendapat bahwa kebutuhan itu tersusun
1. Faktor-faktor apa yang berperan dalam sebagai hierarki yang terdiri atas lima
kelangkaan pupuk bersubsidi? tingkatan kebutuhan. Teori ini lebih dikenal
2. Bagaimana motivasi petani dalam dengan sebutan teori hierarki kebutuhan
berusahatani dengan adanya kelangkaan menurut Maslow (Maslows Hierarchy of
pupuk besubsidi? Needs). Kebutuhan manusia, menurut
3. Bagaimana produktivitas usahatani Maslow terdiri dari lima tingkatan, di mana
petani dengan adanya kelangkaan pupuk sifatnya berjenjang. Jika kebutuhan pertama
bersubsidi khususnya pada tanaman telah terpenuhi, orang akan berusaha
padi? mencapai pemenuhan kebutuhan yang
kedua, dan demikian seterusnya.
Pemberian subsidi kepada petani
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan salah satu kebijakan utama
pembangunan pertanian yang telah lama
Subsidi adalah pembayaran yang
dilaksanakan pemerintah dengan cakupan
dilakukan pemerintah kepada perusahaan
dan besaran yang berubah dari waktu ke
atau rumah tangga untuk mencapai tujuan
waktu. Fakta empiris memang telah
tertentu yang membuat mereka dapat
membuktikan bahwa kebijakan subsidi dan

64 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


dukungan harga bagi petani belum masukan yang ada dalam suatu organisasi.
terlaksana dengan lancar dan efektif. Masukan tersebut lazim dinamakan sebagai
Barangkali, akar penyebabnya ialah karena faktor produksi. Keluaran yang dihasilkan
masing-masing instrumen kebijakan dicapai dari masukan yang melakukan poses
dirancang dan dilaksanakan terpisah-pisah, kegiatan yang bentuknya dapat berupa
tidak koheren atau bahkan tidak konsisten produk nyata atau jasa. Masukan atau faktor
satu sama lainnya. Kesesuaian rancang- peroduksi dapat berupa tenaga kerja, kapital,
bangun dan pelaksanaan setiap jenis subsidi bahan, teknologi, dan energi. Salah satu
dan dukungan harga serta keterpaduan relasi masukan seperti tenaga kerja, dapat
antar instrumen kebijakan adalah syarat menghasilkan keluaran yang dikenal dengan
mutlak agar kebijakan tersebut efektif baik produktivitas parsial (Sedarmayanti, 2001).
dari segi ouput maupun dari segi biaya. Secara umum produktivitas di artikan
Teori Maslow yang termasuk dalam sebagai hubungan antara hasil nyata maupun
teori kepuasan yang mengungkapkan bahwa fisik (barang-barang atau jasa) dengan
kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan masuknya yang sebenarnya. Misalnya saja
fisik, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan produktivitas adalah ukuran efisiensi
spiritual. Kebutuhan diartikan sebagai produktif, suatu perbandingan antara hasil
kekuatan (energi) yang menghasilkan keluaran dan masuk atau output : input.
dorongan bagi individu untuk melakukan Masukan sering dibatasi dengan masukan
kegiatan, agar dapat memenuhi tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur
keinginannya. Kebutuhan sifatnya dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.
bertingkat yang secara berurutan dan Tingkat produktivitas yang dicapai
berbeda kekuatan dalam memotivasi suatu merupakan indikator terhadap efisiensi dan
kegiatan (Hasibuan, 2003). terhadap kemajuan ekonomi, baik untuk
Menurut Mulyadi (2003) menjelaskan ukuran suatu bangsa maupun untuk ukuran
bahwa satu hal yang tidak kalah penting suatu industri atau pendidikan. Masalah
adalah motivasi, kebiasaan, pengalaman, dan peningkatan produktivitas merupakan tujuan
modal petani. Meskipun lahan dan air cukup dan perhatian utama dari setiap organisasi,
tersedia, apabila tidak ada keinginan petani baik organisasi sosial maupun lembaga
untuk berusahatani serta tidak di dukung pendidikan. Oleh karena itu, salah satu
oleh modal yang cukup, maka lahan akan usaha yang konkrit dan terarah serta terpadu
tetap bera di musim kemarau. Motivasi yang dilaksanakan secara konsisten dan
petani yang cukup besar dalam berusahatani berkesinambungan untuk mendorong
terutama untuk memanfaatkan sumber daya peningkatan produktivitas kerja adalah
lahan dan air secara optimal dapat menjadi peningkatan pendidikan dan pelatihan agar
kunci keberhasilan pertanian. Hanya saja, mampu mengemban tugas atau pekerjaan
tidak setiap petani mempunyai motivasi dengan sebaik-baiknya (Sedarmayanti,
seperti itu. 2001).
Produktivitas merupakan keluaran
yang dihasilkan diperoleh dari keseluruhan

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 65


Pembangunan Pertanian

Kebijakan Pemerintah
Faktor-faktor yang
berperan dalam kelangkaan Mekanisme
pupuk bersubsidi: penyaluran
1. Penyalahgunaan pupuk pupuk
2. Adanya pihak yang Ketersediaan pupuk
tidak bertanggung-
jawab (menganti
kemasan, label, dll)
3. Ketergantungan petani
pada pupuk anorganik
Kecamatan Wonosari
4. Pemupukan yang tidak
berimbang
5. Penambahan luas areal
lahan
6. Petani yang tidak Kelangkaan pupuk
bertanggung-jawab

Analisis
Uji Produktivitas usahatani Motivasi petani
Wilcoxon

Perbedaan produktivitas Tingkat


usahatani Motivasi petani

Kesejahteraan
hidup petani

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

66 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


Hipotesis Ketersediaan modal, dan Lingkungan sosial.
Untuk kriteria pengambilan keputusan pada
1. Tingkat motivasi petani dalam tingkat motivasi yaitu:
penggunaan pupuk bersubsidi dengan 1. Skor 130 - 260 : motivasi rendah
adanya kelangkaan pupuk bersubsidi 2. Skor 265 - 390 : motivasi tinggi
adalah tinggi. Kemudian dilanjutkan perhitungan tingkat
2. Terdapat perbedaan produktivitas petani motivasi tinggi dan rendah dengan formulasi
dalam berusahatani sebelum dan sebagai berikut (Umar, 1997):
sesudah adanya kelangkaan pupuk n

bersubsidi. ei
E t 1

METODE PENELITIAN totalskormaks.


Keterangan:
Daerah penelitian yang dipilih adalah E = tingkat motivasi
Kecamatan Wonosari Kabupaten ei = motivasi oleh sampel ke-i
Bondowoso. Penentuan daerah tersebut ini n = jumlah sampel
dilakukan berdasarkan metode disengaja
(Purposive Method). Metode penelitian yang Kriteria pengambilan keputusan:
digunakan adalah metode diskriptif dan 1. Jika E > 50% = motivasi tinggi
komparatif dengan menggunakan metode 2. Jika E < 50% = motivasi rendah
pengambilan contoh Cluter Sampling dan
Purposive Sampling. Kemudian untuk pengujian hipotesis
Jumlah sampel dalam penelitian ini kedua mengenai produktivitas usahatani
adalah sebesar 35 petani berdasarkan pada akibat adanya kelangkaan pupuk bersubsidi
penetapan sampel minimal. Selain petani, yaitu menggunakan uji Wilcoxon. Untuk
sampel juga diambil dari KP3, PPL, Kios pasangan yang lebih banyak daripada 25 (n
Pupuk, dan Distributor. Data yang > 25), tabel nilai T tidak dapat
digunakan adalah data primer dan data dipergunakan. Dalam distribusi sampling
sekunder. nilai T diketahui bahwa:
Mengenai permasalahan faktor-faktor E (T) = n (n + 1)
yang berperan dalam kelangkaan pupuk 4
bersubsidi dilakukan dengan menggunakan T = n(n + 1)(2n + 1)
analisis deskriptif yaitu dengan memberikan 24
gambaran dan penjelasan tentang faktor- Keterangan:
faktor yang mempengaruhi kelangkaan E : rata-rata variabel
pupuk bersubsidi tersebut. Selain kepada T : standar deviasi
petani, peneliti juga mewawancarai Petugas n : jumlah sampel
Penyuluh Lapang (PPL), Kios Resmi Pupuk Untuk landasan pengujian dipergunakan
Bersubsidi, dan Distributor pupuk bersubsidi nilai Z:
untuk mengungkap faktor-faktor yang Z =T - E(T)
berperan di dalamnya. Adapun faktor-faktor T
yang akan diuji yaitu Penyalahgunaan Kriteria keputusan pengujiannya adalah:
pupuk, Adanya pihak yang tidak 1. Probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
bertanggung-jawab (menganti kemasan, artinya tidak terdapat perbedaan
label, dll). Ketergantungan petani pada produktivitas usahatani akibat adanya
pupuk anorganik, Pemupukan yang tidak kelangkaan pupuk bersubsidi.
berimbang, Penambahan luas areal lahan, 2. Probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
dan Petani yang tidak bertanggung jawab. artinya terdapat perbedaan produktivitas
Pengujian untuk hipotesis pertama usahatani akibat adanya kelangkaan
mengenai motivasi petani akibat adanya pupuk bersubsidi.
kelangkaan pupuk bersubsidi yaitu dengan
menggunakan indikator Pemenuhan
kebutuhan, Kepuasan penggunaan pupuk,
Kenyamanan penggunaan pupuk,

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 67


HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa tidak pernah terdapat kejadian yang
mencurigakan. Pengawasan yang dilakukan
Faktor-faktor Yang Berperan Dalam Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk
Kelangkaan Pupuk Bersubsidi Bersubsidi (KP3) kurang efektif karena
Penyalahgunaan pupuk bersubsidi mereka turun ke lapang hanya tiap 3 bulan
Dari hasil wawancara dapat dijelaskan dan dan wilayah yang diawasi cukup banyak,
digambarkan sebagai berikut: yaitu 23 Kecamatan. Komisi Pengawas
Pada Tabel 1, jumlah responden pada Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3)
Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk menyatakan pada saat ke lapang, mereka
Bersubsidi (KP3) adalah 4 responden. mendekatkan diri pada Distributor dan Kios
Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk Pupuk untuk mengetahui kondisi yang ada.
Bersubsidi (KP3) menyatakan bahwa di Sehingga Komisi Pengawas Penyaluran
Kabupaten Bondowoso tidak pernah terjadi Pupuk Bersubsidi (KP3) dapat
penyalahgunaan pupuk bersubsidi. Pada saat menyimpulkan kondisi yang terjadi di
petugas dari Komisi Pengawas Penyaluran lapang, apakah terjadi kecurangan atau tidak
Pupuk Bersubsidi (KP3) turun ke lapang dalam penyaluran pupuk bersubsidi.
untuk mengawasi, mereka menyatakan

Tabel 1. Kriteria Faktor Penyalahgunaan Pupuk oleh KP3, PPL, Kios Pupuk, Distributor dan
Petani
Kriteria Faktor Jawaban (Jumlah Responden)
No
Penyalahgunaan Pupuk 0 1 2
KP3:
1 Tingkat penyalahgunaan pupuk 4 - -
PPL:
1 Tingkat penyalahgunaan pupuk 5 - -
2 Tingkat pengetahuan tentang perbedaan 4 1 -
pupuk yang disalahgunakan
Kios Pupuk:
1 Tingkat penyalahgunaan pupuk 4 3 -
2 Tingkat pengetahuan tentang perbedaan 7 - -
pupuk yang disalahgunakan
Distributor:
1 Tingkat penyalahgunaan pupuk 2 - -
2 Tingkat pengetahuan tentang perbedaan - 1 1
pupuk yang disalahgunakan
Petani:
1 Tingkat pengetahuan dalam 8 19 8
penyalahgunaan pupuk
2 Tingkat pengetahuan tentang perbedaan 5 23 7
pupuk yang disalahgunakan
3 Tingkat kesulitan mendapatkan pupuk 8 2 25
4 Pendapat pihak yang mampu Kios Pupuk (15), Distributor (20), Perusahaan
menyalahgunakan pupuk (16), Pihak yang tidak Bertanggung-jawab (4)
5 Kebijakan pemerintah a. Memperketat Pengawasan (17 Petani)
b. Pupuk diberikan langsung pada petani (7 Petani)
c. Memperbaiki distribusi (7 Petani)
d. Kebijakan pupuk diperbaiki (3 Petani)
Keterangan:
0 : tidak tahu/tidak pernah
1 : kurang tahu/kadang-kadang
2 : tahu/pernah

68 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


Pernyataan dari Komisi Pengawas resmi pupuk bersubsidi untuk disalurkan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3) dapat kepada petani. Bagi 2 Distibutor resmi
disimpulkan bahwa faktor penyalahgunaan pupuk bersubsidi yang menjadi responden,
pupuk bersubsidi tidak berperan dalam menyatakan bahwa tingkat penyalahgunaan
kelangkaan kelangkaan pupuk bersubsidi di pupuk bersubsidi di wilayah distribusi
Kecamatan Wonosari Kabupaten mereka tidak pernah terjadi. Jika terjadi
Bondowoso. penyalahgunaan pupuk bersubsidi, harus
Menurut seluruh Petugas Penyuluh diserahkan kepada pihak kepolisian. Salah
Lapang (PPL) yang menjadi di Kecamatan satu Distibutor resmi pupuk bersubsidi
Wonosari Kabupaten Bondowoso menyatakan bahwa mereka kurang
menyatakan bahwa di daerah tugas mereka mengetahui bagaimana cara membedakan
tidak pernah terjadi penyalahgunaan pupuk pupuk bersubsidi yang disalahgunakan dan
bersubsidi. Tingkat pengetahuan Petugas yang tidak disalahgunakan. Sedangkan salah
Penyuluh Lapang (PPL) tentang perbedaan satu dari Distibutor resmi pupuk bersubsidi
pupuk yang disalahgunakan, yaitu sebanyak menyatakan bahwa mereka dapat
4 responden Petugas Penyuluh Lapang membedakan pupuk bersubsidi yang
(PPL) menyatakan bahwa mereka tidak disalahgunakan dan yang tidak disalah-
mengetahui bagaimana cara membedakan gunakan. Sehingga dapat disimpulkan
pupuk yang disalahgunakan dan tidak bahwa faktor penyalahgunaan pupuk
disalahgunakan, karena menurut mereka di bersubsidi tidak berperan dalam kelangkaan
tempat mereka tidak pernah terjadi pupuk bersubsidi yang terjadi di Kecamatan
penyalahgunaan pupuk bersubsidi. Wonosari Kabupaten Bondowoso.
Sedangkan seorang Petugas Penyuluh Petani adalah penerima terakhir dari
Lapang (PPL) menyatakan kurang pupuk bersubsidi. Sebanyak 8 petani
mengetahui tentang perbedaan pupuk yang responden menyatakan bahwa mereka tidak
disalahgunakan. Pernyataan dari Petugas mengetahui penyalahgunaan pupuk
Penyuluh Lapang (PPL) yang menjadi bersubsidi terjadi di tempat mereka, dan 19
responden dapat disimpulkan bahwa faktor petani responden menyatakan bahwa mereka
penyalahgunaan pupuk bersubsidi tidak kurang mengetahui adanya penyalahgunaan
berperan dalam kelangkaan pupuk pupuk bersubsidi. Namun 8 petani
bersubsidi yang terjadi di Kecamatan responden lainnya mengetahui di tempat
Wonosari Kabupaten Bondowoso. mereka terjadi penyalahgunaan pupuk
Menurut 4 Kios resmi pupuk bersubsidi, tetapi tidak terdapat bukti yang
bersubsidi yang menjadi responden nyata yang bisa ditunjukkan oleh petani.
menyatakan bahwa Kios tersebut tidak Tingkat pengetahuan petani tentang
mengetahui tentang adanya penyalahgunaan perbedaan pupuk bersubsidi yang
pupuk bersubsidi di daerah mereka. disalahgunakan sebanyak 5 dan 23 petani
Sedangkan 3 Kios resmi pupuk bersubsidi responden menyatakan tidak tahu dan
yang lain menyatakan bahwa mereka kurang kurang tahu cara membedakannya, dan 7
mengetahui tentang terjadinya penyalah- petani responden mampu membedakan
gunaan pupuk bersubsidi. Seluruh Kios pupuk yang disalahgunakan yaitu dengan
resmi pupuk bersubsidi yang menjadi memperhatikan dan membandingkan pupuk
responden mengungkapkan bahwa mereka bersubsidi, sehingga terlihat jelas perbedaan
tidak mengetahui antara pupuk yang yang terjadi. Sebanyak 8 dan 2 petani
disalahgunakan dan yang tidak responden menyatakan bahwa mereka tidak
disalahgunakan. Pernyataan dari Kios resmi pernah mengalami kesulitan dan kadang-
pupuk bersubsidi tersebut, dapat kadang mengalami kesulitan dalam
disimpulkan bahwa faktor penyalahgunaan memperoleh pupuk bersubsidi. Namun 25
pupuk bersubsidi tidak berperan dalam petani responden menyatakan bahwa mereka
kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi di pernah mengalami kesulitan dalam
Kecamatan Wonosari Kabupaten memperoleh pupuk bersubsidi, baik itu
Bondowoso. kesulitan karena keterlambatan pupuk
Distributor adalah pihak yang bersubsidi maupun kesulitan dari petani itu
menyalurkan pupuk bersubsidi kepada Kios sendiri. Kesulitan dari petani sendiri

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 69


dikarenakan petani belum membayar pajak faktor penyalahgunaan pupuk bersubsidi
lahan sawah yang diusahakan mereka. tidak berperan dalam kelangkaan pupuk
Menurut pendapat petani bahwa pihak bersubsidi yang terjadi di Kecamatan
yang mampu menyalahgunakan pupuk Wonosari Kabupaten Bondowoso.
bersubsidi adalah Perusahaan, Distributor, Berdasarkan seluruh kesimpulan yang
Kios pupuk, dan Pihak yang tidak diperoleh dari Komisi Pengawas Penyaluran
bertanggung-jawab yang terlibat dalam Pupuk Bersubsidi (KP3), Petugas Penyuluh
pendistribusian pupuk. Kebijakan Lapang (PPL), Kios resmi pupuk bersubsidi,
pemerintah yang perlu diterapkan menurut Distibutor resmi pupuk bersubsidi, dan
petani adalah memperketat pengawasan petani, peneliti menyimpulkan bahwa faktor
penyaluran pupuk bersubsidi, memperbaiki penyalahgunaan pupuk bersubsidi tidak
sistem distribusi pupuk dan kebijakan pupuk berperan dalam kelangkaan pupuk
bersubsidi perlu diperbaiki ke arah yang bersubsidi yang terjadi di Kecamatan
lebih baik lagi yang nantinya tidak akan Wonosari Kabupaten Bondowoso.
menimbulkan kelangkaan pupuk bersubsidi. Adanya pihak yang tidak
Satu hal yang disarankan oleh petani adalah bertanggung-jawab (menganti
bahwa pupuk bersubsidi langsung diberikan kemasan, label, dll)
kepada petani. Hal ini dimaksudkan untuk Dari hasil wawancara dapat dijelaskan dan
menghindari terjadinya penyalahgunaan digambarkan sebagai berikut:
pupuk bersubsidi. Pernyataan dari yang
diberikan petani, dapat disimpulkan bahwa
Tabel 2. Kriteria Faktor Adanya Pihak yang Tidak Bertanggung-jawab (Mengganti Kemasan,
Label, dll) oleh KP3, PPL, Kios Pupuk, Distributor dan Petani
Kriteria Faktor Adanya Pihak yang Jawaban (Jumlah Responden)
No Tidak Bertanggung-Jawab (Mengganti
0 1 2
Kemasan, Label, dll)
KP3:
1 Pengetahuan terhadap perubahan 4 - -
kemasan/bentuk dll oleh pihak yang tidak
bertanggung-jawab
PPL:
1 Pengetahuan terhadap perubahan 4 1 -
kemasan/bentuk dll oleh pihak yang tidak
bertanggung-jawab
Kios Pupuk:
1 Pengetahuan terhadap perubahan 3 4 -
kemasan/bentuk dll oleh pihak yang tidak
bertanggung-jawab
Distributor:
1 Pengetahuan terhadap perubahan 2 - -
kemasan/bentuk dll oleh pihak yang tidak
bertanggung-jawab
Petani:
1 Pengetahuan terhadap perubahan 4 19 12
kemasan/bentuk dll oleh pihak yang tidak
bertanggung-jawab
2 Pernah mengalami no.1 33 2 -
3 Pendapat siapa yang melakukan perubahan Kios Pupuk (22), Distributor (24), Pihak
yang berada dalam distribusi (3)
Keterangan:
0 : tidak tahu/tidak pernah
1 : kurang tahu/kadang-kadang
2 : tahu/pernah

70 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


Tabel 2 merupakan tabel mengenai ini dapat disimpulkan bahwa adanya pihak
faktor adanya pihak yang tidak bertanggung- yang tidak bertanggung-jawab (mengganti
jawab. Seluruh Komisi Pengawas kemasan, label, dll) tidak berperan dalam
Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3) kelangkaan pupuk bersubsidi di Kecamatan
menyatakan bahwa mereka tidak Wonosari Kabupaten Bondowoso.
mengetahui tentang perubahan kemasan/ Seluruh Distributor resmi pupuk
bentuk dll. Hal ini dikarenakan Komisi bersubsidi menyatakan bahwa Distributor
Pengawas Penyaluran Pupuk Bersubsidi tidak pernah mengetahui adanya pihak yang
(KP3) tidak pernah menemukan adanya melakukan perubahan terhadap kemasan/
kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di bentuk, dll pada pupuk bersubsidi. Namun
Kabupaten Bondowoso. Jika memang Distributor resmi pupuk bersubsidi ini dapat
pernah terjadi kejanggalan, Komisi mengetahui dan mengenali jika terjadi
Pengawas Penyaluran Pupuk Bersubsidi perubahan yang nyata pada produk pupuk
(KP3) pasti mengetahui karena banyak bersubsidi. Hal ini dikarenakan bahwa
informasi yang masuk pada Komisi Distributor sudah mempelajari dan
Pengawas Penyaluran Pupuk Bersubsidi mengenal produk pupuk bersubsidi karena
(KP3). Pernyataan dari Komisi Pengawas hampir setiap hari mereka berhubungan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3) dapat dengan pupuk bersubsidi tersebut.
disimpulkan bahwa adanya pihak yang tidak Pernyataan dari Distributor resmi pupuk
bertanggung-jawab (mengganti kemasan, bersubsidi tersebut dapat disimpulkan bahwa
label, dll) tidak berperan dalam kelangkaan adanya pihak yang tidak bertanggung-jawab
pupuk bersubsidi yang terjadi di Kecamatan (mengganti kemasan, label, dll) tidak
Wonosari Kabupaten Bondowoso. berperan dalam kelangkaan pupuk
Pengetahuan tentang adanya Pihak bersubsidi di Kecamatan Wonosari
yang tidak bertanggung-jawab (mengganti Kabupaten Bondowoso.
kemasan, label, dll) tidak diketahui dan Pengetahuan terhadap perubahan
kurang diketahui oleh pihak Petugas kemasan, label, dll pada pupuk bersubsidi
Penyuluh Lapang (PPL). Dari 4 responden oleh petani yaitu bahwa 4 petani responden
Petugas Penyuluh Lapang (PPL) dan 19 petani responden menyatakan bahwa
menyatakan tidak mengetahui adanya pihak mereka kurang mengetahui dan tidak
yang merubah kemasan/bentuk, label dll dan mengetahui terlalu banyak apabila produk
seorang Petugas Penyuluh Lapang (PPL) pupuk bersubsidi berubah, baik dari
menyatakan tidak mengetahui adanya pihak kemasan, label, ataupun yang lain. Sebanyak
yang merubah kemasan/bentuk, label dll. 33 petani responden menyatakan tidak
Pernyataan dari Petugas Penyuluh Lapang pernah mengalami hal tersebut, sedangkan
(PPL) tersebut dapat disimpulkan bahwa 12 petani responden menyatakan dapat
adanya pihak yang tidak bertanggung-jawab mengetahui apabila produk pupuk bersubsidi
(mengganti kemasan, label, dll) tidak berubah, karena mereka juga memperhatikan
berperan dalam kelangkaan pupuk produk pupuk bersubsidi tersebut, baik
bersubsidi di Kecamatan Wonosari kemasan/bentuk dll, dan bagi 2 petani
Kabupaten Bondowoso. responden mengaku kurang mengetahui
Menurut 4 Kios resmi pupuk apakah mereka pernah mengalami hal
bersubsidi yang menjadi responden tersebut atau tidak. Petani berpendapat
menyatakan bahwa sebagian besar Kios bahwa yang mampu melakukan perubahan
kurang mengetahui adanya perubahan pada produk pupuk bersubsidi selain
terhadap kemasan/bentuk, dll yang terjadi perusahaan adalah Distributor dan Kios
pada pupuk bersubsidi yang dilakukan oleh resmi pupuk bersubsidi, serta pihak-pihak
pihak yang tidak bertanggung-jawab. yang terlibat dalam distribusi pupuk
Sedangkan 3 Kios resmi pupuk bersubsidi bersubsidi, misalnya pihak-pihak yang
yang lain menyatakan tidak mengetahui bekerja pada Distributor. Pernyataan dari
perubahan yang terjadi pada Petani dapat disimpulkan bahwa adanya
kemasan/bentuk dll yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab
pihak yang tidak bertanggung-jawab. (mengganti kemasan, label, dll) tidak
Pernyataan dari Kios resmi pupuk bersubsidi berperan dalam kelangkaan pupuk

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 71


bersubsidi di Kecamatan Wonosari Bersubsidi (KP3), bahwa petani sangat
Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan tergantung pada pupuk bersubsidi, yaitu
seluruh kesimpulan yang diperoleh dari pupuk anorganik. Ketergantungan ini
Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk disebabkan karena petani telah terbiasa
Bersubsidi (KP3), Petugas Penyuluh Lapang menggunakan pupuk anorganik bersubsidi,
(PPL), Kios resmi pupuk bersubsidi, dan apabila petani tidak menggunakan
Distibutor resmi pupuk bersubsidi, dan pupuk anorganik bersubsidi, petani merasa
petani, peneliti menyimpulkan bahwa faktor ada sesuatu yang kurang dalam
adanya pihak yang tidak bertanggung-jawab berusahatani. Anggapan Komisi Pengawas
(mengganti kemasan, label, dll) tidak Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3) ini
berperan dalam kelangkaan pupuk didasarkan pada survey pada saat turun ke
bersubsidi yang terjadi di Kecamatan lapang. Pernyataan dari Komisi Pengawas
Wonosari Kabupaten Bondowoso. Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3), dapat
Ketergantungan petani pada pupuk disimpulkan bahwa ketergantungan petani
anorganik pada pupuk anorganik bersubsidi berperan
Dari hasil wawancara dapat dijelaskan dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang
dan digambarkan sebagai berikut: terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten
Pada Tabel 3, menurut 4 responden Bondowoso.
Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk

Tabel 3. Kriteria Faktor Ketergantungan Petani Terhadap Pupuk Anorganik oleh KP3, PPL,
Kios Pupuk, Distributor dan Petani
Kriteria Faktor Ketergantungan Petani Jawaban (Jumlah Responden)
No
Terhadap Pupuk Anorganik 0 1 2
KP3:
1 Ketergantungan petani pada pupuk anorganik - - 4
bersubsidi
PPL:
1 Ketergantungan petani pada pupuk anorganik 1 2 2
bersubsidi
2 Penggunaan pupuk anorganik oleh petani 1 - 4
Kios Pupuk:
1 Ketergantungan petani pada pupuk anorganik - - 7
bersubsidi
Distributor:
1 Ketergantungan petani pada pupuk anorganik - - 2
bersubsidi
Petani:
1 Penggunaan pupuk anorganik bersubsidi - - 35
2 Pengalaman untuk beralih pada pupuk organik 20 15 -
3 Pendapat bahwa semua petani menggunakan - - 35
pupuk anorganik
Keterangan:
0 : tidak /tidak pernah
1 : kurang tahu/kadang-kadang
2 : iya/pernah

72 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


Dijelaskan oleh salah satu Petugas pupuk bersubsidi ini dapat disimpulkan
Penyuluh Lapang (PPL) bahwa petani di bahwa ketergantungan petani pada pupuk
tempat tugas mereka tidak lagi tergantung anorganik bersubsidi berperan dalam
pada pupuk anorganik, tetapi mereka telah kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi di
mencampur dengan pupuk organik. Selain Kecamatan Wonosari Kabupaten
itu, 2 responden Petugas Penyuluh Lapang Bondowoso.
(PPL) menyatakan bahwa mereka kurang Seluruh petani responden menyatakan
mengetahui apakah petani mereka masih bahwa mereka masih menggunakan pupuk
tergantung pada pupuk anorganik atau tidak, anorganik bersubsidi, begitu juga dengan
dan 2 responden Petugas Penyuluh Lapang semua petani yang ada di daerah mereka.
(PPL) lainnya menyatakan bahwa petani Petani responden beralasan bahwa mereka
mereka masih sangat tergantung pada pupuk sudah terbiasa menggunakan pupuk
anorganik. Petugas Penyuluh Lapang (PPL) anorganik sehingga petani merasa takut
juga mengaku bahwa sebagian besar petani gagal apabila hanya menggunakan pupuk
mereka masih menggunakan pupuk organik. Namun 15 petani responden
anorganik dan beberapa petani telah menyatakan bahwa mereka telah
menggunakan pupuk organik dalam menggunakan pupuk organik, walaupun
berusahatani walaupun komposisinya tidak jumlahnya tidak sesuai dengan anjuran
sesuai dengan anjuran pemupukan pupuk berimbang, artinya 15 petani
berimbang. Pernyataan dari Petugas responden telah mencampur penggunaan
Penyuluh Lapang (PPL) ini dapat pupuk anorganik dengan organik dalam
disimpulkan bahwa ketergantungan petani berusahatani. Sebanyak 20 petani responden
pada pupuk anorganik bersubsidi berperan menyatakan mereka hanya menggunakan
dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang pupuk anorganik. Penggunaan pupuk
terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten anorganik oleh petani yang tidak ingin
Bondowoso. mencampur dengan pupuk organik
Menurut seluruh Kios resmi pupuk menyebabkan kondisi pupuk anorganik
bersubsidi yang menjadi responden menjadi berkurang dan sulit untuk
menyatakan bahwa petani sangat tergantung didapatkan lagi. Pernyataan petani dapat
pada pupuk anorganik bersubsidi karena disimpulkan bahwa ketergantungan petani
petani sudah terbiasa menggunakan pupuk pada pupuk anorganik bersubsidi berperan
anorganik tersebut. Petani juga lebih dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang
tergantung pada pengalaman yang dimiliki, terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten
karena menurut mereka pengalaman sangat Bondowoso. Berdasarkan seluruh
penting dalam berusahatani. Pernyataan dari kesimpulan yang diperoleh dari Komisi
Kios resmi pupuk bersubsidi ini dapat Pengawas Penyaluran Pupuk Bersubsidi
disimpulkan bahwa ketergantungan petani (KP3), Petugas Penyuluh Lapang (PPL),
pada pupuk anorganik bersubsidi berperan Kios resmi pupuk bersubsidi, Distibutor
dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang resmi pupuk bersubsidi, dan petani, peneliti
terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten menyimpulkan bahwa faktor ketergantungan
Bondowoso. petani pada pupuk anorganik bersubsidi
Seluruh Distributor resmi pupuk berperan dalam kelangkaan pupuk
bersubsidi menyatakan bahwa petani sangat bersubsidi yang terjadi di Kecamatan
tergantung pada pupuk anorganik. Hal ini Wonosari Kabupaten Bondowoso.
dikarenakan petani sudah terbiasa dan sangat Pemupukan yang tidak berimbang
dipengaruhi oleh pengalaman yang dimiliki. Dari hasil wawancara dapat dijelaskan dan
Anggapan Distributor ini berdasarkan pada digambarkan sebagai berikut:
kebutuhan pupuk anorganik bersubsidi oleh
petani. Pernyataan dari Distributor resmi

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 73


Tabel 4. Kriteria Faktor Pemupukan yang Tidak Berimbang oleh KP3, PPL, Kios Pupuk,
Distributor dan Petani
Kriteria Faktor Pemupukan yang Jawaban (Jumlah Responden)
No
Tidak Berimbang 0 1 2
KP3:
1 Penggunaan pupuk anorganik - - 4
2 Petani menggunakan anjuran pupuk 2 2 -
berimbang
PPL:
1 Penggunaan pupuk anorganik 1 - 4
2 Petani menggunakan anjuran pupuk - 1 4
berimbang
Kios Pupuk:
1 Penggunaan pupuk anorganik - - 7
2 Petani menggunakan anjuran pupuk 5 1 1
berimbang
Distributor:
1 Penggunaan pupuk anorganik - - 2
2 Petani menggunakan anjuran pupuk - 1 1
berimbang
Petani:
1 Penggunaan pupuk anorganik - - 35
2 Pendapat petani tentang anjuran pupuk 7 17 11
berimbang oleh pemerintah
3 Kebiasaan petani menggunakan pupuk - - 35
anorganik
Keterangan:
0 : tidak/tidak tahu 1 : kurang tahu/kadang-kadang 2 : iya/menguntungkan
Berdasarkan Tabel 4, seluruh Komisi Sebagian besar atau 4 responden
Pengawas Penyaluran Pupuk Bersubsidi Petugas Penyuluh Lapang (PPL)
(KP3) menyatakan bahwa petani masih menyatakan bahwa petani di tempat tugas
menggunakan pupuk anorganik, tetapi mereka masih menggunakan pupuk
belum tentu penggunaan pupuk anorganik anorganik. Petugas Penyuluh Lapang (PPL)
tersebut sesuai dengan anjuran pupuk menyatakan bahwa untuk merubah sikap
berimbang. Petani dalam menggunakan petani harus terdapat contoh yang mampu
pupuk anorganik biasanya melebihi dari menghasilkan produksi yang lebih tinggi.
yang dianjurkan oleh Pemerintah. Menurut 2 Petani adalah sosok yang tidak mudah
responden dari Komisi Pengawas terpengaruh karena petani sangat tergantung
Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3) pada pengalaman yang dimiliki. Namun, 4
menyatakan bahwa petani masih belum responden Petugas Penyuluh Lapang (PPL)
menggunakan pemupukan berimbang, dan 2 menyatakan bahwa petani telah
responden Komisi Pengawas Penyaluran menggunakan pemupukan berimbang,
Pupuk Bersubsidi (KP3) lainnya walaupun komposisinya tidak sesuai dengan
menyatakan kurang mengetahui apakah anjuran yang ditetapkan oleh Pemerintah.
petani telah menggunakan pemupukan Petani masih menggunakan pupuk anorganik
berimbang atau tidak. Pernyataan dari lebih banyak dibandingkan dengan pupuk
Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk organik. Pernyataan dari Petugas Penyuluh
Bersubsidi (KP3) dapat disimpulkan bahwa Lapang (PPL) dapat disimpulkan bahwa
pemupukan yang tidak berimbang berperan pemupukan yang tidak berimbang berperan
dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang
terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten
Bondowoso. Bondowoso.

74 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


Menurut seluruh Kios resmi pupuk menetralisir sifat tanah tersebut. Petani
bersubsidi menyatakan bahwa semua petani menganggap untuk menetralisir sifat tanah
masih menggunakan pupuk anorganik. yang telah rusak tersebut, petani harus
Pembelian pupuk oleh petani di Kios pupuk menggunakan pupuk anorganik berlebih dan
menyimpulkan bahwa sebagian besar petani mereka menganggap pemupukan berimbang
masih belum menggunakan pupuk tersebut kurang baik. Namun 11 petani
berimbang. Namun salah satu Kios resmi responden lainnya menganggap bahwa
pupuk bersubsidi mengungkapkan bahwa pemupukan berimbang yang telah ditetapkan
terdapat beberapa petani yang telah pemerintah adalah menguntungkan/baik.
menggunakan pupuk berimbang Walaupun 11 petani respoden ini
(mencampur pupuk anorganik dengan pupuk menyatakan bahwa pemupukan berimbang
organik), walaupun komposisinya tidak menguntungkan, tetapi ada sebagian dari
sesuai dengan anjuran Pemerintah. mereka masih belum mampu menggunakan
Pernyataan dari Kios resmi pupuk bersubsidi pemupukan berimbang dikarenakan mereka
dapat disimpulkan bahwa pemupukan yang telah terbiasa menggunakan komposisi
tidak berimbang berperan dalam kelangkaan sesuai dengan aturan yang telah dibuat
pupuk bersubsidi yang terjadi di Kecamatan sendiri dan mereka lebih tergantung pada
Wonosari Kabupaten Bondowoso. pengamalan yang telah dimiliki. Pernyataan
Seluruh Distributor resmi pupuk dari petani dapat disimpulkan bahwa
bersubsidi menyatakan bahwa sebagian pemupukan yang tidak berimbang berperan
besar petani masih menggunakan pupuk dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang
anorganik dalam berusahatani. Namun salah terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten
satu Distributor menyatakan bahwa petani Bondowoso. Berdasarkan seluruh
telah menggunakan pemupukan berimbang, kesimpulan yang diperoleh dari Komisi
walaupun tidak sesuai dengan anjuran Pengawas Penyaluran Pupuk Bersubsidi
pemerintah. Komposisi yang digunakan (KP3), Petugas Penyuluh Lapang (PPL),
petani masih lebih banyak pupuk anorganik Kios resmi pupuk bersubsidi, Distibutor
daripada pupuk organik. Hal ini didasarkan resmi pupuk bersubsidi, dan petani, peneliti
pada hasil wawancara Distributor dengan menyimpulkan bahwa faktor pemupukan
beberapa petani yang ditemuinya, karena yang tidak berimbang berperan dalam
terkadang Distributor melakukan survey ke kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi di
lapang. Pernyataan dari Distributor resmi Kecamatan Wonosari Kabupaten
pupuk bersubsidi dapat disimpulkan bahwa Bondowoso.
pemupukan yang tidak berimbang berperan Penambahan luas areal lahan
dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang Dari hasil wawancara dapat dijelaskan dan
terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten digambarkan sebagai berikut:
Bondowoso. Berdasarkan Tabel 5, seluruh
Seluruh petani responden mengaku responden Komisi Pengawas Penyaluran
bahwa mereka masih menggunakan pupuk Pupuk Bersubsidi (KP3) menyatakan bahwa
anorganik. Karena selalu menggunakan Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk
pupuk anorganik, sehingga membuat petani Bersubsidi (KP3) tidak mengetahui apakah
terbiasa menggunakan pupuk anorganik petani memperluas lahan uasahataninya atau
tersebut, meskipun terdapat beberapa petani tidak. Hal ini dikarenakan Komisi Pengawas
yang telah menggunakan pupuk berimbang Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3) hanya
(mencampur), walaupun komposisinya melakukan survey pada Distributor dan Kios
masih belum seimbang. Tetapi mereka tidak Pupuk resmi pupuk bersubsidi, dan Komisi
dapat lepas dari pupuk anorganik. Sebanyak Pengawas Penyaluran Pupuk Bersubsidi
7 petani responden dan 17 petani responden (KP3) kurang melakukan pendekatan pada
menyatakan bahwa pupuk berimbang yang petani.
telah ditetapkan oleh pemerintah tidak tepat Sebagian besar Petugas Penyuluh
dan kurang sesuai. Hal ini dikarenakan Lapang (PPL), yaitu 4 Petugas Penyuluh
bahwa sifat tanah sawah yang berada di Lapang (PPL).
daerah mereka telah rusak, sehingga
diperlukan suatu teknologi untuk

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 75


Tabel 5. Kriteria Faktor Penambahan Luas Areal Lahan oleh KP3, PPL, Kios Pupuk, Distributor
dan Petani
Kriteria Faktor Penambahan Luas Areal Jawaban (Jumlah Responden)
No
Lahan 0 1 2
KP3:
1 Penambahan luas lahan baru petani 4 - -
PPL:
1 Penambahan luas lahan baru petani 4 - 1
Kios Pupuk:
1 Penambahan luas lahan baru petani 1 4 2
Distributor:
1 Penambahan luas lahan baru petani 2 - -
Petani:
1 Penambahan lahan baru 32 - 3
2 Pengetahuan petani tentang perluasan lahan 4 18 13
petani lain
Keterangan:
0 : tidak tahu/tidak ada
1 : kurang tahu
2 : tahu/iya (ada)
menyatakan bahwa petani tidak pernah berperan dalam kelangkaan pupuk
memperluas areal usahataninya. Namun bersubsidi di Kecamatan Wonosari
salah satu Petugas Penyuluh Lapang (PPL) Kabupaten Bondowoso.
menyatakan bahwa ada petani yang Menurut seluruh Distributor bahwa
memperluas areal lahan usahataninya. Petani Distributor menganggap bahwa petani tidak
yang memperluas areal usahataninya akan pernah memperluas areal usahataninya. Hal
membutuhkan lebih banyak dari yang ini dikarenakan untuk memperoleh pupuk
biasanya. Petani harus mencari pupuk bersubsidi bagi lahan barunya, petani harus
tambahan bagi lahan barunya. Pernyataan mengurusi segala sesuatunya agar lahan
dari Petugas Penyuluh Lapang (PPL) usahataninya bisa mendapatkan pupuk
tersebut dapat disimpulkan bahwa bersubsidi, sehingga tidak akan
penambahan luas areal lahan usahatani menimbulkan kelangkaan pada pupuk
berperan dalam kelangkaan pupuk bersubsidi. Pernyataan dari Distributor resmi
bersubsidi di Kecamatan Wonosari pupuk bersubsidi tersebut dapat disimpulkan
Kabupaten Bondowoso. bahwa penambahan luas areal lahan
Sebagian besar Kios resmi pupuk usahatani tidak berperan dalam kelangkaan
bersubsidi yaitu 4 Kios resmi pupuk pupuk bersubsidi di Kecamatan Wonosari
bersubsidi menyatakan kurang mengetahui Kabupaten Bondowoso.
adanya perluasan lahan baru oleh petani. Menurut 32 petani responden
Namun 2 Kios resmi pupuk bersubsidi menyatakan bahwa mereka tidak pernah
mengungkapkan bahwa mereka pernah memperluas areal lahan usahatani mereka,
mengetahui ada petani yang menambah luas dan 4 petani responden tidak pernah
areal lahan mereka. Menurut Kios, untuk mengetahui bahwa petani lain memperluas
mendapatkan pupuk bersubsidi petani harus lahannya, serta 18 petani responden juga
mendaftarkan tanahnya terlebih dahulu kurang mengetahui petani lain memperluas
dalam Rencana Definitif Kebutuhan lahan usahataninya. Namun terdapat 3 petani
Kelompok tani (RDKK) pupuk bersubsidi. responden yang menyatakan bahwa mereka
Jika petani tidak mendaftarkan, maka petani telah memperluas areal lahan usahatani
harus membeli pupuk bersubsidi di luar mereka. Hal ini dikarenakan bahwa mereka
daerah mereka atau membeli pupuk non- ingin memanfaatkan lahan pekarangan/
subsidi. Pernyataan dari Kios resmi pupuk tegalan milik mereka yang kurang terpakai
bersubsidi tersebut dapat disimpulkan bahwa agar menghasilkan keuntungan. Untuk
penambahan luas areal lahan usahatani tidak mendapatkan pupuk bagi lahan tersebut,

76 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


petani membeli pupuk di luar daerah mereka yang diperoleh dari Petugas Penyuluh
dan itu merupakan pupuk berubsidi yang Lapang (PPL), Kios resmi pupuk bersubsidi,
menggunakan jasa tukang ojek. Pupuk ojek Distibutor resmi pupuk bersubsidi, dan
ini merupakan pupuk yang menggunakan petani, peneliti menyimpulkan bahwa faktor
jasa tukang ojek yang berada di daerah lain, pemupukan yang tidak berimbang berperan
dan dapat dikatakan bahwa ini termasuk dalam kelangkaan pupuk bersubsidi yang
dalam penyalahgunaan pupuk bersubsidi. terjadi di Kecamatan Wonosari Kabupaten
Sehingga tidak menutup kemungkinan Bondowoso.
bahwa di daerah tersebut akan terjadi Petani yang tidak bertanggung-jawab
kelangkaan pupuk bersubsidi. Selain itu, Dari hasil wawancara dapat dijelaskan dan
petani mendapatkan pupuk dengan cara digambarkan sebagai berikut:
meminjam pupuk pada petani lain yang Pada Tabel 6, seluruh responden
dikenalnya yang pupuk bersubsidinya masih Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk
belum digunakan. Petani yang meminjam Bersubsidi (KP3) menyatakan bahwa
akan mengembalikan pupuknya apabila Komisi Pengawas Penyaluran Pupuk
petani peminjam ini akan menggunakannya. Bersubsidi (KP3) kurang mengetahui apakah
Selain itu, petani juga mendapatkan pupuk petani menjual pupuk bersubsidinya
dengan cara membeli pupuk bersubsidi pada kembali. Komisi Pengawas Penyaluran
petani lain yang memiliki lahan usahatani Pupuk Bersubsidi (KP3) menyatakan bahwa
yang tidak diusahakan. Sebanyak 13 petani mereka tidak pernah mendengar kabar
responden mengetahui adanya petani yang tersebut, karena Komisi Pengawas
memperluas areal lahan usahatani mereka, Penyaluran Pupuk Bersubsidi (KP3)
dikarenakan mereka telah mengenal petani melakukan pengawasan pada Distributor dan
yang memperluas lahan, sehingga mereka Kios resmi pupuk bersubsidi.
megetahuinya. Pernyataan dari petani dapat Menurut seluruh Petugas Penyuluh
disimpulkan bahwa penambahan luas areal Lapang (PPL) yaitu bahwa Petugas
lahan usahatani berperan dalam kelangkaan Penyuluh Lapang (PPL) tidak mengetahui
pupuk bersubsidi di Kecamatan Wonosari apakah petani telah menjual kembali pupuk
Kabupaten Bondowoso. Berdasarkan bersubsidi yang di dapat atau tidak. Petugas
pernyataan Komisi Pengawas Penyaluran Penyuluh Lapang (PPL) menyatakan
Pupuk Bersubsidi (KP3), dan kesimpulan
Tabel 6. Kriteria Faktor Petani yang Tidak Bertanggung-jawab oleh KP3, PPL, Kios Pupuk,
Distributor dan Petani
Kriteria Faktor Petani yang Tidak Jawaban (Jumlah Responden)
No
Bertanggung-jawab 0 1 2
KP3:
1 Petani menjual kembali pupuk bersubsidi - 4 -
PPL:
1 Petani menjual kembali pupuk bersubsidi 5 - -
Kios Pupuk:
1 Petani menjual kembali pupuk bersubsidi 1 6 -
Distributor:
1 Petani menjual kembali pupuk bersubsidi - 1 1
Petani:
1 Pengalaman petani menjual kembali pupuk 33 - 2
bersubsidi
2 Penjualan dengan harga yang lebih mahal - - 2
3 Pengetahuan petani lain menjual pupuk 5 22 8
bersubsidinya
Keterangan:
0 : tidak/tidak tahu
1 : kadang-kadang/kurang tahu
2 : iya/tahu

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 77


bahwa mereka hanya mengarahkan petani dapat dan sebagian besar petani responden
pada teknologi usahatani. Jadi Petugas tidak mengetahui adanya petani lain yang
Penyuluh Lapang (PPL) tidak mengetahui menjual kembali pupuk bersubsidinya
apakah petani menjual kembali pupuk kepada pihak yang menjadi pembeli. Namun
bersubsidinya atau tidak. menurut pengakuan 2 petani responden,
Menurut 6 responden Kios resmi mereka pernah menjual pupuk yang di
pupuk bersubsidi bahwa mereka kurang dapatnya. Penjualan pupuk tersebut dijual
mengetahui apakah petani telah menjual kepada sesama petani. Diakui bahwa mereka
kembali pupuk bersubsidi yang di dapatnya. ingin mendapatkan keuntungan dari
Kios resmi pupuk bersubsidi menyatakan penjualan tersebut. Di daerah ini juga
bahwa mereka tidak ingin ikut campur terdapat sistem pinjam pupuk bersubsidi,
dengan urusan petani. Apabila petani telah dikarenakan pupuk bersubsidi masih belum
menjual kembali pupuk bersubsidinya, terpakai oleh petani, sehingga dipinjamkan
petani akan mendapatkan hukuman yang pada petani yang telah dikenalnya.
sesuai dengan perbuatannya. Pernyataan dari petani dapat disimpulkan
Salah satu Distributor kurang bahwa faktor petani yang tidak bertanggung-
mengetahui apakah petani menjual kembali jawab berperan dalam kelangkaan pupuk
pupuk bersubsidinya atau tidak. Namun bersubsidi di Kecamatan Wonosari
salah satu Distributor lainnya menyatakan Kabupaten Bondowoso.
pernah mengetahui petani menjual kembali Tingkat Motivasi Petani Dalam
pupuk bersubsidi yang didapatnya, tetapi Penggunaan Pupuk Bersubsidi Dengan
Distributor tidak mampu berbuat apa-apa Adanya Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
karena hal itu telah menjadi urusan pihak Analisis tingkat motivasi petani dalam
kepolisian. Menurut Distributor sebenarnya penggunaan pupuk dengan adanya
petani tidak boleh menjual kembali pupuk kelangkaan pupuk bersubsidi menggunakan
bersubsidi yang diperuntukkan baginya, total skor yang diperoleh dari indikator-
karena pupuk bersubsidi tersebut berada indikator yang telah ditetapkan. Motivasi
dalam pengawasan pemerintah dan tidak dikatakan tinggi apabila total skor tiap
diperjual-belikan dan untuk digunakan petani mencapai nilai antara 265-390,
sebaik-baiknya oleh petani sendiri. sedangkan motivasi dikatakan rendah
Petani responden sebanyak 33 orang apabila total skor tiap petani mencapai nilai
menyatakan bahwa mereka tidak pernah antara 130-260. Untuk lebih memperjelas
menjual kembali pupuk bersubsidi yang di dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 7. Tingkat Motivasi Petani Dalam Berusahatani Dengan Adanya Kelangkaan Pupuk
Bersubsidi di Kecamatan Wonosari
No Tingkat Motivasi Skor Jumlah Petani (%)
1 Rendah 130-260 12 34,29
2 Tinggi 265-390 23 65,71
Jumlah 35 100
Sumber: Lampiran II

78 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010


Pada Tabel 7, petani responden yang hitung < toleransi signifikansi (0,00 < 0,05)
memiliki motivasi rendah dalam maka terdapat perbedaan produktivitas
penggunaan pupuk dengan adanya usahatani pada tahun 2007 dan tahun 2008
kelangkaan pupuk bersubsidi adalah sebesar akibat adanya kelangkaan pupuk bersubsidi.
12 petani dari 35 petani responden atau Dengan begitu terdapat perbedaan yang
sebesar 34,29%. Sedangkan petani yang nyata pada tingkat produktivitas usahatani
memiliki motivasi tinggi adalah sebesar 23 padi petani antara sebelum kelangkaan
petani dari jumlah petani sebesar 35 petani pupuk dan sesudah kelangkaan pupuk
responden atau 65,71%. Perbedaan tingkat bersubsidi di Kecamatan Wonosari
motivasi petani dalam penggunaan pupuk Kabupaten Bondowoso.
antara tingkat motivasi tinggi dan tingkat
motivasi rendah terdapat perbedaan yang
SIMPULAN DAN SARAN
sangat nyata. Bahwa tingkat motivasi petani
yang tergolong tinggi memiliki prosentase
Simpulan
yang cukup besar dibandingkan dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan
tingkat motivasi petani yang rendah.
pembahasan, maka dapat diambil beberapa
Berdasarkan Tabel 7, sebagian besar
simpulan sebagai berikut:
petani masih memiliki motivasi yang tinggi.
1. Faktor-faktor yang berperan dalam
Perhitungan tingkat motivasi tinggi dan
kelangkaan pupuk bersubsidi adalah
rendah dengan formulasi milik Umar
ketergantungan petani pada pupuk
didapatkan hasil sebesar 73,77%, dimana
anorganik, pemupukan yang tidak
toleransi kriteria pengambilan keputusan
berimbang, penambahan luas areal
yaitu jika tingkat motivasi > 50% atau (E >
lahan, dan petani yang tidak
50%) maka motivasi tinggi. Berarti tingkat
bertanggung-jawab.
motivasi petani dalam penggunaan pupuk di
2. Tingkat motivasi petani dalam
Kecamatan Wonosari Kabupaten
penggunaan pupuk akibat adanya
Bondowoso dengan adanya kelangkaan
kelangkaan pupuk bersubsidi adalah
pupuk bersubsidi adalah tinggi. Dapat
tinggi.
disimpulkan bahwa petani memiliki tingkat
3. Terdapat perbedaan yang nyata pada
motivasi tinggi dalam penggunaan pupuk
tingkat produktivitas usahatani
meskipun terdapat kelangkaan pupuk
khususnya pada tanaman padi akibat
bersubsidi di daerahnya. Tingginya motivasi
adanya kelangkaan pupuk bersubsidi.
petani dikarenakan petani tidak ingin
terpuruk oleh keadaan dan petani ingin tetap
Saran
berusaha dalam memenuhi kebutuhan
1. Pemerintah sebaiknya tetap memberikan
usahataninya. Selain itu, tingginya motivasi
subsidi pupuk kepada petani agar petani
petani juga disebabkan oleh faktor
tetap memiliki motivasi untuk
pemenuhan kebutuhan keluarga karena
berusahatani dan produksi petani akan
petani tidak memiliki pekerjaan lain selain
meningkat sehingga mampu mencapai
sebagai petani yang diakibatkan oleh
swasembada pangan.
pendidikan petani responden yang cukup
2. Pemerintah (PPL) sebaiknya lebih
rendah. Faktor kepemilikan lahan juga
mendekatkan diri pada petani agar
menjadi faktor bagi petani untuk terus
petani memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan usahatani.
menggunakan pemupukan yang
berimbang, sehingga mampu
Produktivitas Usahatani Petani Dengan
menghindari kelangkaan pupuk
Adanya Kelangkaan Pupuk Bersubsidi
bersubsidi.
Khususnya Pada Tanaman Padi
3. Pemerintah sebaiknya lebih
Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat
memperketat pengawasan distribusi
produktivitas usahatani petani pada tanaman
pupuk bersubsidi untuk menghindari
padi dengan adanya kelangkaan pupuk
penyalahgunaan pupuk bersubsidi oleh
bersubsidi didapatkan nilai Z hitung sebesar
pihak yang tidak bertanggung-jawab.
5,161 dengan signifikansi hitung sebesar
0,00. Hal ini berarti bahwa nilai signifikansi

J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010 79


4. Pemerintah sebaiknya menindak tegas Wrihatnolo, R. 2008. Pembangunan dan
oknum-oknum yang mampu merugikan, Subsidi BBM.
termasuk petani. http://wrihatnolo.blogspot.com/.
5. Pemerintah sebaiknya memberikan Diakses tanggal: 03 Mei 2009
pinjaman modal kepada petani untuk
berusahatani, agar petani tidak
tergantung pada pihak swasta.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B. 2001. Spektrum Kebijakan


Pertanian Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

_______. 2002. Kemelut Kelangkaan Pupuk


dan Ketahanan Pangan. Kompas,
20 Mei 2002.

Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan


Dan Efektivitas Kelompok. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Handoko, R dan Patriali, P. 2005. Evaluasi


Kebijakan Subsidi NonBBM.
Jurnal, hal 43.

Hasibuan, M. 2003. Organisasi Dan


Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Laporan Market Intelligence. 2008. Industri


Pupuk Menunggu Jaminan Pasokan
Gas. http://www.datacon.co.id/.
Diakses tanggal: 29 April 2009.

Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Sumberdaya


Manusia (Dalam Perspektif
Pembangunan). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia


Dan Produktivitas Kerja. Bandung:
Penerbit Mandar Maju.

Sinar Harapan. 2003. Mencari Pola Subsidi


yang Tepat bagi Petani.
http://www.sinarharapan.co.id/.
Diakses tanggal: 02 Mei 2009.

Sunu, P. dan Wartoyo. 2009. Kebijakan


Pembangunan Pertanian Dalam Era
Reformasi. Diakses tanggal: 30
April 2009.

80 J-SEP Vol. 4 No. 1 Maret 2010

You might also like