Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 10

MKM Vol. 07 No.

01 Des 2012

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN SEBAYA TERHADAP


PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUALITAS SISWA DI SMA SETIA BAKTI RUTENG
TAHUN 2012

Hermanus Wandut1, Petrus Romeo2, Marni 3

Abstract: The using of peer education method is very strategic in order to give information
about sexuality to teenagers because this approach accords with teenagers psychology
developmentost and most of teenagers Information and knowledge resources are gained
from their friends (peer). This research aims to know the effectiveness of peer education
method to the students knowledge and sexuality attitude in Setia Bakti Senior High School
Ruteng in 2012. The method which was used in this research is Quasi experiment with Non
Equivalent Control Group design. Populations in this research are all the students of Setia
Bakti Senior High School. The sample was choosen by using purposive sampling and the
amount of samples are 86 respondents which is divided into two groups as experiment
group, 43 students and control group, 43 students. The datas were collected by using pre
and post test questions. Then, the datas were analized by using Paired Sample t Test. The
result of this research shows there is significant difference p=0,000<0,05, which is shown by
the increasing of knowledge average value of experiment group that is 8,63 and attitude
average value of experiment group that is 4,70, after peer education method has been done.
The conclusion is the using of peer education method is very effective to the increasing of
students knowledge and sexuality attitude in Setia Bakti Senior High School Ruteng in 2012.

Keywords : Peer Education, knowledge, Attitude, Teenager

pada perubahan-perubahan yang terjadi


PENDAHULUAN
pada dirinya. Kemudian, secara bertahap,
Persoalan seksualitas merupakan masalah remaja mulai tertarik dengan lawan jenis dan
kesehatan yang perlu mendapat perhatian mulai melakukan bentuk-bentuk dari perilaku
yang cukup serius karena berkaitan dengan seksual dengan lawan jenisnya. Perilaku
berbagai aspek kehidupan dan seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja
perkembangan hidup manusia mulai dari saat ini cenderung kurang mendukung
proses terjadinya kehamilan sampai dengan terciptanya remaja berkualitas (Mutadin,
kelahiran. Persoalan seksualitas berdampak 2010).
pada berbagai permasalahan kesehatan
masyarakat baik langsung maupun tidak Survey yang dilakukan Perkumpulan
langsung seperti maslah kesehatan ibu dan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, 2007)
anak (KIA) angka kesakitan ibu, angka terhadap 1.388 remaja diperoleh 16,35%
kematian bayi serta berbagai permasalahan remaja mengaku telah melakukan hubungan
kesehatan yang disebabkan oleh perilaku seks (BKKBN, 2009). Sementara itu Survey
seksualitas yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan PKBI NTT (2006-2008)
seperti kahamilan yang tidak diingikan, terhadap remaja di NTT didapatkan
aborsi, IMS dan HIV/AIDS. persentasi hubungan seks pre-marital yang
cukup tinggi yakni berkisar antara 29,5%-
Remaja adalah individu yang sedang 31,3% selain itu remaja tidak memiliki
mengalami perubahan dari masa kanak- pengetahuan yang benar dan akurat tentang
kanak menuju masa dewasa. Masa remaja kesehatan reproduksi dan seksualitas.
merupakan masa yang riskan dalam
persoalan seksualitas, ini dikarenakan Faktor-faktor yang dianggap berperan dalam
remaja berada dalam potensi seksual aktif. munculnya permasalahan seksual pada
Pada awalnya, ketertarikan remaja terhadap remaja menurut Sarwono (2006) dalam
seksualitas bersifat self-centered, yaitu fokus Yuniarti (2007), diantaranya perubahan-

8
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

perubahan hormonal yang dapat terbatasnya kalangan yang mendapatkan


meningkatkan hasrat seksual, penyebaran pelayanan menyebabkan diluncurkannya
informasi yang salah, rasa ingin tahu yang gerakan para professional, yakni penyiapan
sangat besar, serta kurangnya pengetahuan dan pemanfaatan tenaga-tenaga para
yang didapat dari orang tua dikarenakan hal professional untuk memperluas kesempatan
tersebut tabu untuk dibicarakan. masyarakat mendapat jasa pelayanan
kesehatan (Utamadi, 2010).
Tabunya persoalan seksualitas
menyebabkan banyak remaja berusaha Pendekatan pendidikan sebaya sangat
memenuhi keingintahuannya dengan cara bermakna kolektif melalui komunikasi
membahas bersama teman-teman. Informasi dan Edukasi (KIE) yang bertujuan
Kehadiran teman dan keterlibatannya dalam untuk mengembangkan pengetahuan, sikap
suatu kelompok sosial remaja berpengaruh dan tindakan seseorang atau sekelompok
terhadap penyebaran informasi dan orang. Melalui Pendidikan sebaya remaja
pengetahuan remaja tentang seksualitas dapat mengembangkan pesan maupun
(Utamadi, 2010). Newman (1979) dalam memilih media yang lebih tepat sehingga
Taufik (2005) mengungkapkan bahwa pada informasi yang diterima dapat dimengerti
masa remaja, kedekatannya dengan oleh sesama mereka. Metode Pendidikan
peergroupnya sangat tinggi karena selain sebaya memiliki beberapa kekuatan
ikatan peer group menggantikan ikatan keunggulan yaitu; materinya pada dasarnya
keluarga, mereka juga merupakan sumber relevan dengan kebutuhan masyarakat untuk
afeksi, simpati, dan pengertian, saling mendampingi remaja menghadapi
berbagi pengalaman dan sebagai tempat tantangan-tantangan perubahan jaman,
remaja untuk mencapai otonomi dan pendekatan antar teman sebaya sesuai
independensi. dengan psikologi perkembangan remaja, dan
pendekatan ini bisa memiliki multipler effect
Hasil survey PKBI (2007) di beberapa kota yang tinggi melalui pelatihan yang diberikan
(Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, sehingga dapat menstranfer pengetahuan
Palembang, dan Kupang) mengungkapkan dan informasi serta terbentuknya kelompok
bahwa pengetahuan remaja tentang motivator untuk mempengaruhi anggota
seksualitas dan kesehatan reproduksi kelompok lainnya (Harahap,2004).
terutama didapat dari teman sebaya, disusul
oleh pengetahuan dari televisi, majalah atauPemerintah (dalam hal ini BKKBN Pusat)
media cetak lain, sedang orang tua dan guru yang berkordinasi dengan PKBI seluruh
menduduki posisi setelah kedua sumber tadi Indonesia telah melaksanakan dan
(BKKBN, 2009). Menyadari hal tersebut di mengembangkan program Kesehatan
atas, maka dikembangkan konsep Reproduksi Remaja (KRR) sebagai salah
pendidikan sebaya yaitu pendidikan bagi satu program pokok pembangunan nasional
remaja dan oleh remaja. Sebelum menjadi yang tercantum dalam Rencana
pendidik sebaya, para remaja mendapat Pembangunan Jangka Menengah (RPJM
pelatihan dan KIE setelah itu diharapkan 2004-2009). Sasaran strategis program
mereka dapat menularkan pengetahuannya Kesehatan Reproduksi Remaja melalui
kepada rekan-rekan sebayanya, serta pelatihan Komunikasi informasi dan edukasi
mempengaruhi mereka untuk mengambil (KIE) serta Konseling Kesehatan Reproduksi
keputusan yang sehat dan bertanggung Remaja. Pelaksanaan program dijabarkan
jawab. dalam bentuk pendidikan sebaya dan
fasilitas konseling bagi remaja (BKKBN,
Konsep Pendidikan sebaya muncul untuk 2008).
mengantisipasi gejala profesionalisme,
dimana proses belajar, pemberian informasi, Sekolah Menengah Atas (SMA) Setia Bakti
pemecahan masalah dan sebagainya Ruteng merupakan salah satu sekolah yang
memerlukan tenaga ahli (professional). menjadi sasaran program kesehatan
Ketergantungan terhadap para ahli dan reproduksi bagi remaja dari BKKBN

9
Efektivitas Penggunaan Metode Pendidikan Sebaya Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Seksualitas Siswa

Kabupaten Manggarai. Upaya pendidikan Oleh sebab itu sering disebut juga Non
sebaya dan konseling kesehatan reproduksi Randomized Control Group Pretest Post Tes
bagi siswa menjadi bagian dari pelaksanaan Design (Notoatmodjo, 2010).
program. SMA Setia Bakti juga merupakan
sekolah yang cukup banyak diminati oleh Penelitian ini dilakukan di SMA Setia Bakti
kelompok remaja untuk melanjutkan studi Ruteng Kecamatan Langke Rembong
mereka. Kelompok remaja tersebut berasal Kabupaten Manggarai. Penelitian ini
dari berbagai daerah di Kabupaten dilakukan selama tujuh bulan yaitu pada
Manggarai, dengan latar belakang dan Bulan Oktober 2011 sampai Bulan April 2012
karakteristik yang berbeda tentunya dengan waktu pengumpulan data dilakukan
berpengaruh terhadap sumber informasi dan pada tanggal 25 Januari 2012 sampai
pengetahuan siswa berkaitan dengan dengan tanggal 25 Pebruari 2012.
kesehatan reproduksi dan seksualitas
remaja. Hasil wawancara dengan beberapa Populasi dalam penelitian ini adalah semua
guru dan siswa didapatkan bahwa informasi siswa SMA Katolik Setia Bakti Ruteng yang
dan akses informasi siswa berkaitan dengan sedang aktif sekolah yang berjumlah 889
seksualitas masih sangat rendah yaitu hanya orang sisw. n
Penentuan besar sampel
diperoleh dari buku atau majalah bagi siswa dengan menggunakan = rumus (Riyanto,
yang mampu membeli buku atau majalah. 2011): N Z (1-/2)2 P (1-P)
N d2 + Z (1-/2)2 P (1-P)
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Berdasarkan perhitungan rumus tersebut
tentang Efektivitas Penggunaan Metode maka diperoleh besar sampel dalam
Pendidikan sebaya Terhadap penelitian ini yaitu sebanyak 86 orang
Pengetahuan dan Sikap Seksualitas responden. Dari 86 responden dibagi dalam
Siswa Di SMA Setia Bakti Ruteng Tahun dua kelompok yaitu: kelompok eksperimen
2012. berjumlah 43 orang siswa dan kelompok
kontrol berjumlah 43 orang siswa. dengan
Tujuan umum dari pnelitian ini adalah Untuk sampel sebanya 63 orang. Cara
mengetahui Efektivitas penggunaan metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
Pendidikan sebaya terhadap pengetahuan adalah purposive sampling dengan kriteria:
dan sikap seksualitas siswa di SMA Setia Siswa/i yang sedang berada pada kelas X
Bakti Ruteng Tahun 2012. Sedangkan tujuan dan kelas XI. Pertimbangan ini diambil
khusus penelitian ini yaitu Untuk mengetahui dengan pemikiran bahwa siswa/i kelas XII
efektivitas penggunaan metode Pendidikan mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian
sebaya terhadap pengetahuan seksualitas akhir, hadir pada saat diberikan Pendidikan
siswa di SMA Setia Bakti Ruteng Tahun Sebaya dan bersedia untuk menjadi
2012, untuk mengetahui efektivitas responden.
penggunaan metode Pendidikan sebaya
terhadap sikap seksualitas siswa SMA Setia Alat pengumpul data dalam penelitian ini
Bakti Ruteng Tahun 2012. adalah Kuesioner. Penentuan item
pertanyaan untuk setiap variabel penelitian
METODE PENELITIAN dibuat berdasarkan pada topik atau materi
Jenis penelitian yang digunakan adalah yang diberikan. Jumlah keseluruhan
eksperimen semu (quasi eksperiment) topik/materi yaitu ada empat (4) materi
dengan pendekatan Non Equivalent Control meliputi: Kesehatan Reproduksi, Seksualitas,
Grup, yaitu membandingkan hasil intervensi Kehamilan dan Aborsi serta IMS dan
kesehatan dengan suatu kelompok kontrol HIV/AIDS. Penilaian terhadap setiap variabel
yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok penelitian didasarkan pada aspek
yang benar-benar sama. Dalam rancangan penguasaan materi. Aspek-aspek yang dinilai
ini, pengelompokkan anggota sampel pada meliputi: aspek Kognitif, Afekti dan Konatif.
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Pengembangan kuesioner dibuat
tidak dilakuan secara random atau acak. berdasarkan ketiga aspek tersebut untuk

10
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

menilai sejauhmana penggunaan metode didapat dari penjumlahan skor jawaban yang
pendidikan sebaya berpengaruh terhadap benar. Skala pengukuran sikap berupa
tingkat pengetahuan dan sikap responden. pertanyaan tertutup dengan 2 pilihan
jawaban yaitu setuju dan tidak setuju. Nilai
Pengujian validitas kuesioner dilakukan berkisar antara 0 dan 1. Pernyataan yang
melalui sistem try out pada 30 siswa di SMA bersifat favorable setuju diberi nilai 1 dan
Negeri 1 Ruteng. Hasil try out tersebut tidak setuju diberi nilai 0, sedangkan untuk
kemudian diuji validitasnya dengan bantuan pernyataan yang bersifat unfavorable: setuju
fasilitas komputer (software) yang sesuai. diberi nilai 0 dan tidak setuju diberi nilai 1.
Pengujian validitas alat ukur menggunakan Total skor jawaban merupakan nilai pre test
uji Korelasi Pearson Product Moment. Item dan post test.
atau pertanyaan dikatakan valid apabila
memiliki nilai korelasi r > (0,05). Hasil Data yang telah dikumpulkan diolah melalui
analisis validitas instrumen editing, coding dan entry dengan bantuan
komputer selanjutnya disajikan dalam bentuk
penelitian terhadap variabel pengetahuan tabel dan narasi. Data yang telah diolah
menunujkkan bahwa dari 30 item pertanyaan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
yang memenuhi nilai korelasi r > 0,05 adalah uji T sampel berpasangan (Paired Sample T
26 item pertanyaan, dengan demikian 26 Test). Uji ini digunakan untuk mengetahui
item pertanyaan tersebut memiliki validitas perbandingan sebelum (pre) dan sesudah
yang handal dan benar-benar dapat (post) diberikan perlakuan dari dua kelompok
digunakan untuk mengukur sejauh mana yang berkorelasi (kelompok yang diberi
tingkat pengetahuan seksualitas siswa. Hasil perlakuan dan kelompok kontrol) (Sugiyono,
analsis validitas instrumen penelitian 2010). Pengujian ini dilakukan untuk
terhadap variabel sikap menunjukkan bahwa membandingkan efektivitas penggunaan
dari 26 item pertanyaan yang memenuhi nilai metode pendidikan sebaya antar kelompok
korelasi r > 0,05 adalah 24 item pertanyaan, perlakuan dan kelompok kontrol yang
dengan demikian 24 item pertanyaan diperoleh dari selisih perbedaan rata-rata
tersebut memiliki validitas yang handal dan nilai pretest dan rata-rata nilai postest. Data
benar-benar dapat digunakan untuk dianalisis sesuai dengan variabel-variabel
mengukur sejauhmana sikap seksualitas yang ditetapkan sehingga analisis benar-
siswa. benar menggambarkan tujuan penelitian.
Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji
Pengujian realibilitas kuesioner dilakukan statistik Paired Sample T Test dengan derajat
melalui uji Alpha Cronbach dengan bantuan kemaknaan (df) = n 1 = 42, taraf signifikan
fasilitas komputer yang sesuai. Kuesioner () 5%, maka t tabel= 2,021 (tabel nilai
dikatakan reliabel jika memiliki nilai Alpha distribusi t). Keputusan pengujian hipotesis
Cronbach 0,7 (Sugiyono. 2010). Hasil yaitu: Ho diterima apabila diperoleh
analisis perhitungan terhadap varibel signifikansi p yang berarti tidak terdapat
pengetahuan menunjukkan nilai alpha perbedaan nilai rata-rata antar kelompok
Cronbach 0,931, dengan demikian item-item perlakuan dan kelompok kontrol.Ho ditolak
pertanyaan variabel pengetahuan reliabel. apabila diperoleh signifikansi p < yang
Hasil analisis perhitungan terhadap varibel berarti terdapat perbedaan nilai rata-rata
sikap menunjukkan nilai alpha Cronbach pada kelompok perlakuan lebih tinggi dari
0,859, dengan demikian item-item pada nilai rata-rata kelompok kontrol.
pertanyaan variabel sikap reliabel.
HASIL
Data dikumpulkan sebelum dan sesudah Tingkat Pengetahuan Seksualitas Siswa di
intervensi (pretest dan postest). Skala SMA Setia Bakti Ruteng.
pengukuran pengetahuan berupa pertanyaan
tertutup, diberi nilai 0 dan 1. Nilai 0 berarti Berdasarkan Tabel 1., diketahui bahwa nilai
jawaban salah (S) dan nilai 1 berarti jawaban pre test pengetahuan seksualitas siswa pada
benar (B). Nilai pengetahuan tersebut

11
Efektivitas Penggunaan Metode Pendidikan Sebaya Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Seksualitas Siswa

kelompok kontrol lebih tinggi yaitu 613 siswa di SMA Setia Bakti Ruteng tahun
dengan rata-rata 14,26. 2012.
Sikap Seksualitas Siswa di SMA Setia
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Pre Test Bakti Ruteng.
Pengetahuan Seksualitas Siswa Antar
Kelompok di SMA Setia Bakti Ruteng Tahun Tabel 4. Rata-Rata Nilai Pre Test Sikap
2012 Seksualitas Siswa Antar Kelompok di SMA
N Kelompok n Nilai Pre Setia Bakti Ruteng Tahun 2012
o test No Kelompok n Nilai
1 Perlakuan 43 572 13,30 Pre test
2 Kontrol 43 613 14,26 1 Perlakuan 43 760 17,67
2 Kontrol 43 776 18,05
Berdasarkan Tabel 4., diketahui bahwa nilai
Tabel 2. Rata-Rata Nilai Post Test
pre test sikap seksualitas siswa pada
Pengetahuan Seksualitas Siswa Antar
kelompok kontrol lebih tinggi yaitu 776
Kelompok di SMA Setia Bakti Ruteng Tahun
dengan rata-rata 18,05
2012
N Kelompok n Nilai Post
Tabel 5. Rata-Rata Nilai Post Test Sikap
o test
Seksualitas Siswa Antar Kelompok di SMA
1 Perlakuan 43 943 21,93 Setia Bakti Ruteng Tahun 2012
2 Kontrol 43 629 14,63 No Kelompok n Nilai
Post test
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa nilai 1 Perlakuan 43 935 21,74
post test pengetahuan sesksualitas siswa
2 Kontrol 43 797 18,53
pada kelompok perlakuan lebih tinggi yaitu
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa, nilai
943 dengan rata-rata 21,93.
post test sikap seksualitas siswa pada
kelompok perlakuan lebih tinggi yaitu 935
Efektivitas Penggunaan Metode
dengan rata-rata 21,74.
Pendidikan Sebaya Terhadap
Pengetahuan Seksualitas Siswa di SMA
Efektivitas Penggunaan Metode
Setia Bakti Ruteng
Pendidikan Sebaya Terhadap Sikap
Seksualitas Siswa
Tabel 3. Hasil Analisis Perbandingan Nilai
Rata-Rata Pengetahuan Seksualitas Siswa
Tabel 6. Hasil Analisis Perbandingan Nilai Rata-
Antar Kelompok di SMA Setia Bakti Ruteng
Rata Sikap Seksualitas Siswa Antar Kelompok di
Tahun 2012.
SMA Setia Bakti Ruteng Tahun 2012
2 -
No Kelompok p value No Kelompok
1 2 2- 1 p value
1
1 2

1 Perlakuan 13,30 21,93 8,63 0,000 1 Perlakuan 17,67 21,74 4.07 0,000
2 Kontrol 14,26 14,63 0,37 0,016 2 Kontrol 18,05 18,53 0,49 0.004
Berdasarkan tabel 6., diketahui bahwa,
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa selisih selisih nilai rata-rata sikap seksualitas siswa
nilai rata-rata pengetahuan seksualitas siswa pada kelompok perlakuan lebih tinggi yaitu
pada kelompok perlakuan lebih tinggi yaitu 4,07. Sementara hasil analisis Paired
8,63. Sementara hasil analisis Paired Sample T Test pada kkelomok perlakuan
Sample T Test pada kelompok perlakuan menunjukkan p value (0,00) < 0,05. Dengan
menunjukkan p value (0,00) < 0,05. Dengan demikian maka H0 ditolak, artinya
demikian maka H0 ditolak, artinya penggunaan metode Pendidikan Sebaya
penggunaan metode pendidikan sebaya efektif terhadap sikap seksualitas siswa di
efektif terhadap pengetahuan seksualitas SMA Setia Bakti Ruteng Tahun 2012..

12
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

dari proses belajar dalam pendidikan sebaya.


Proses belajar dalam pendidikan sebaya
Bahasan merupakan suatu konsep pembelajaran
Efektivitas Penggunaan Metode dengan mengembangkan pemahaman dan
Pendidikan Sebaya Terhadap pengertian siswa berkaitan dengan
Pengetahuan Seksualitas Siswa di SMA kesehatan seksualitas yang dialami siswa
Setia Bakti Ruteng Tahun 2012 dalam kehidupan nyata. Bagi siswa yang
merupakan kelompok remaja, proses belajar
Hasil pengukuran pre test terhadap seperti ini merupakan proses belajar yang
pengetahuan seksualitas siswa diperoleh sangat menarik dan menyenangkan.
nilai rata-rata pengetahuan seksualitas siswa Notoatmodjo (2005) yang mengatakan
pada kelompok kontrol lebih tinggi (14,26) bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi
dari pada kelompok perlakuan (13,30) yang oleh intensitas perhatian dan persepsi
berarti bahwa terdapat perbedaan tingkat terhadap objek dan sebagian besar
pengetahuan responden. Perbedaan tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh pengamatan terhadap lingkungan sekitar
berbagai faktor tergantung dari intesitas melalui panca indera. Pendapat tersebut
informasi yang diperolehnya. Notoatmodjo diperkuat dengan hasil penelitian Leneng
(2003) berpendapat bahwa faktor yang (2009), yang menunjukan bahwa faktor-
mempengaruhi tingkat pengetahuan faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang yaitu sumber informasi, bahwa seksualitas remaja adalah faktor dalam diri
seseorang yang mempunyai sumber individu tersebut serta faktor lingkungan
informasi yang lebih banyak akan memiliki tempat remaja bersosialisasi.
pengetahuan yang lebih luas.
Hasil analisis paired sample t test diperoleh
Hal tersebut didukung dengan Hasil nilai signifikansi pada kelompok perlakuan p
penelitian Oktarina (2009) dalam (0,000) < 0,05, artinya bahwa penggunaan
Kusumastuti (2010), yang menunjukkan metode pendidikan sebaya di SMA Setia
bahwa orang yang memiliki sumber informasi Bakti Ruteng efektif terhadap pengetahuan
yang lebih banyak akan memiliki seksualitas siswa.
pengetahuan yang lebih luas pula, salah satu
sumber informasi yang berperan penting bagi Hasil penelitan menunjukkan bahwa
pengetahuan adalah media massa. efektivitas penggunaan metode pendidikan
sebaya terhadap pengetahuan seksualitas
Hasil pengukuran post test terhadap siswa dipengaruhi oleh karena pelaksanaan
pengetahuan seksualitas siswa diperoleh pendidikan dengan metode pendekatan
nilai rata-rata pengetahuan seksualitas siswa teman sebaya merupakan cara atau upaya
pada kelompok perlakuan lebih tinggi (21,93) belajar yang tepat dan efektif yaitu sesuai
dari pada kelompok kontrol (14,63) yang dengan kondisi peserta belajar. Proses
berarti bahwa terdapat perbedaan tingkat pembelajaran yang terjadi dilakukan dalam
pengetahuan responden. Jika dilihat dengan situasi dan kondisi belajar yang sederhana
perbandingan pengetahuan sebelum dan proses penyampaian pesan atau materi
dilakukan pendidikan sebaya maka pada seksualitas dilakukan secara bebas dan
kelompok perlakuan terjadi perubahan terbuka dengan menggunakan bahasa dan
pengetahuan dengan selisih nilai rata-rata cara mereka sendiri. Peserta sebagai remaja
yang diperoleh (8,63) lebih tinggi dari pada pada umumnya lebih senang mempelajari
kelompok kontrol (0,37) dengan demikian sesuatu bersama teman-teman mereka
maka terjadi peningkatan pengetahuan siswa bukan bersama seseorang yang berada atau
setelah diberikan perlakuan dengan metode menempatkan diri pada posisi untuk
pendidikan sebaya. menasehati atau mengatur hidup mereka
sehingga menimbulkan minat belajar yang
Peningkatan pengetahuan siswa pada tinggi dalam menambah pengetahuan
kelompok perlakuan merupakan hasil tahu mereka. Toto (2001) mengungkapkan bahwa

13
Efektivitas Penggunaan Metode Pendidikan Sebaya Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Seksualitas Siswa

proses pendidikan sebaya bercirikan pada pengajar/pendidik dalam melaksanakan


tiga hal pokok; belajar dari realitas atau pembelajaran untuk mencapai hasil dan
pengalaman, tidak menggurui, dan dialogis. tujuan yang telah ditetapkan. Proses
Dalam kondisi pembelajaran ini, maka tidak pelaksanaan pembelajaran dalam upaya
ada otoritas pengetahuan seseorang yang mencapai tujuan tersebut didesain dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. suasana yang kondusif dan menarik bagi
peserta didik.
Raditya (2008) dalam Rahayu (2007)
mengemukakan bahwa penyampaian materi Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
pendidikan seksualitas bagi remaja, penelitian yang dilakukan oleh Rahayu
sebaiknya diberikan oleh pendidik teman (2008) berkaitan dengan Efektivitas Promosi
sebaya atau disebut dengan peer educator. kesehatan dengan metode peer educator
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat terhadap pengetahuan dan sikap remaja
Taufik (2005) yang menegaskan bahwa pada tentang HIV/AIDS yang menunjukkan bahwa
masa remaja, rasa ingin tahu mengenai penyampaian informasi oleh kelompok
seksualitas sangat penting dalam sebaya efektif meningkatkan pengetahuan
pembentukan hubungan baru dengan lawan Hiv/AIDS remaja.
jenisnya karena hal ini sesuai dengan
perkembangan fisiologis dan psikolgis Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
remaja. Besarnya keingintahuan remaja penelitian Irianti (2003) dalam Kusumastuti
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan (2010) tentang pengaruh pendidikan
seksualitas, menyebabkan remaja selalu kesehatan reproduksi melalui metode
berusaha mencari tahu lebih banyak pendidikan kesehatan sebaya terhadap
informasi mengenai seksualitas. pengetahuan dan sikap remaja dalam
pencegahan kehamilan tak diinginkan pada
Upaya pemenuhan kebutuhan informasi siaswa di SMU N 1 Bandung yang
tersebut terbentuk dalam diskusi. Proses menunjukan bahwa pendidikan kesehatan
diskusi yang terjadi merupakan salah satu reproduksi melalui metode pendidikan
bentuk diskusi partisipasi melalui tanya- sebaya dapat mempengaruhi atau
jawab yaitu upaya penggalian informasi meningkatkan pengetahuan remaja tentang
bersifat lebih mendalam karena melibatkan pencegahan kehamilan tidak diinginkan.
pengalaman dan kehidupan nyata peserta.
Selain itu proses diskusi juga Efektivitas Penggunaan Metode
menguntungkan bagi peserta dimana Pendidikan Sebaya Terhadap Sikap
informasi yang bersifat sensitif dapat Seksualitas Siswa di SMA Setia Bakti
disampaikan dan didiskusikan dengan lebih Ruteng Tahun 2012
bebas dalam kelompok sesama mereka
sendiri (sebaya). Magdalena (2000) dalam Hasil pengukuran pre test terhadap sikap
Amrillah dkk (2008) mengemukakan bahwa seksualitas siswa diperoleh nilai rata-rata
proses komunikasi yang menguntungkan sikap seksualitas siswa pada kelompok
kedua belah pihak ialah komunikasi yang kontrol lebih tinggi (18,05) dari pada
timbal balik, ada keterbukaan, spontan dan kelompok perlakuan (17,67) yang berarti
ada feedback dari kedua belah pihak. bahwa terdapat perbedaan sikap seksualitas
siswa. Perbedaan sikap dipengaruhi oleh
Pembelajaran melalui metode pendidikan kemampuan siswa dalam berinteraksi
sebaya merupakan suatu konsep dengan lingkungannya. Azwar (2007) dalam
pembelajaran yang dilakukan dengan Kusumastuti (2010) mengatakan bahwa
pendekatanya komunikasi, informasi dan interaksi sosial individu bereaksi membentuk
edukasi (KIE). Penggunan metode belajar pola sikap tertentu terhadap berbagai objek
yang tepat berpengaruh efektif terhadap yang dihadapinya, diantaranya faktor yang
peningkatan pengetahuan. Efektivitas mempengaruhi sikap yaitu pengalaman
pembelajaran menurut Steers (1985) dalam pribadi, kebudayaan, orang lain yang
Muhidin merupakan kemampuan dianggap penting, media masa, lembaga

14
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

pendidikan, serta emosi dalam diri individu sebaya sebagai pendidik atau fasilitator
tersebut. dalam menyebarkan dan menyampaikan
Hasil pengukuran post test terhadap sikap informasi kepada teman mereka sendiri.
seksualitas siswa diperoleh nilai rata-rata Kemampuan dan latar belakang seorang
sikap seksualitas siswa pada kelompok pendidik berpengaruh terhadap sikap peserta
perlakuan lebih tinggi (21,74) dari pada dalam menanggapi materi atau pesan yang
kelompok kontrol (18,53) yang berarti bahwa disampaikan. Hal tersebut sesuai dengan
terdapat perbedaan sikap seksualitas siswa. pendapat Sears(1994) dalam Yuniarti yang
Jika dilihat dengan perbandingan nilai rata- mangatakan bahwa sikap terhadap objek,
rata post test sikap seksualitas siswa maka gagasan atau orang tertentu merupakan
pada kelompok perlakuan terjadi perubahan orientasi yang bersifat menetap dengan
sikap dengan selisih nilai rata-rata (4.07) komponen-komponen kognitif (fakta,
lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (0,49) pengetahuan, dan keyakinan), afektif
dengan demikian maka terjadi perubahan (perasaan atau emosi seseorang), dan
sikap positif siswa setelah diberikan konatif (kesiapan seseorang untuk bereaksi).
perlakuan dengan metode pendidikan Pendidik sebaya merupakan siswa yang
sebaya. telah dipilih dan dilatih memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi yang baik yaitu mampu
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sikap mempengaruhi teman-temanya serta
pada kelompok perlakuan dipengaruhi oleh memiliki hubungan yang baik dengan peserta
hasil interaksi individu dengan lingkungan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang diperoleh responden melalui proses Rakhmat (1991) dalam Amrillah dkk (2008)
belajar dalam pendidikan sebaya. Interaksi yang mengatakan bahwa komunikasi
tersebut menghasilkan reaksi responden dikatakan efektif apabila antara komuinikator
terhadap stimulus-stimulus yang datang dari dan komunikan saling dekat, saling menyukai
luar dan melibatkan pengetahuan serta dan komunikasi diantara keduanya
keyakinan yang dimiliki responden merupakan hal yang menyenangkan dan
sebelumnya berkaitan dengan seksualitas. adanya keterbukaan sehingga tumbuh sikap
Hal tersebut sesuai dengan pendapat saling percaya.
Sarwono (1993) dalam Harahap (2004) yang
mengatakan bahwa sikap merupakan reaksi Pendidikan Sebaya merupakan suatu
seseorang terhadap stimulus yang berasal metode pembelajaran yang bertujuan untuk
dari luar dan dari dalam dirinya. mempengaruhi dan mengajak orang lain,
baik individu, kelompok atau masyarakat
Hasil pengukuran tersebut didukung dengan agar berperilaku sehat. Strategi
hasil penelitian Djulianus, (2007) dalam pembelajaran yang efektif dipengaruhi oleh
Rahayu (2008) yang dilaksanakan di isi materi yang relevan dan teknik
Kabupaten Belu, menunjukkan terdapat penyampaian informasi yang sesuai dengan
perbedaan yang bermakna yaitu peningkatan kondisi peserta belajar. Sarwono (1993)
nilai rerata sikap remaja pasca perlakuan dalam Harahap (2004) mengatakan bahwa
dengan metode peer education. Sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang
Hasil analisis paired sample t test diperoleh objek tersebut, melalui persuasi serta
nilai signifikansi pada kelompok perlakuan p tekanan dari kelompok sosialnya.
(0,000) < 0,05, artinya bahwa penggunaan
metode pendidikan sebaya di SMA Setia Pengaruh teman sebaya (kelompok sosial)
Bakti Ruteng efektif terhadap sikap dalam proses pemberian informasi berkaitan
seksualitas siswa. dengan seksualitas tentunya berpengaruh
terhadap keyakinan serta emosi atau
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perasaan peserta sebagai remaja dalam
pelaksanaan pendidikan sebaya di SMA setia menanggapi persoalan seksualitas yang
Bakti Ruteng merupakan suatu metode terjadi dalam kehidupan nyata remaja. Hasil
pembelajaran dengan menjadikan teman pengukuran terhadap pengetahuan

15
Efektivitas Penggunaan Metode Pendidikan Sebaya Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Seksualitas Siswa

seksualitas siswa menunjukkan bahwa komunikasi Orang Tua Anak Dengan


penggunaan metode pendidikan sebaya Perilaku Seksual Pranikah. Jakarta:
berpengaruh terhadap peningkatan Fakultas Psikologi Universitas
pengetahuan seksualitas siswa. Muhammadiyah Surakarta
Pengetahuan yang baik dan didukung oleh Anonym. 11 Persen Remaja NTT Mengidap
keyakinan serta emosi atau perasaan siswa AIDS / HIV. Pusatremaja.com
berkaitan dengan seksualitas tentunya http://warsindonews.
berpengaruh terhadap sikap positif siswa wordpress.com/remaja/ (Accesed; 10-10-
dalam menanggapi dan melihat persolan 2011)
seksualitas remaja. Hal tersebut sesuai BKKBN. 2009. Pedoman Penanggulangan
dengan pendapat Allport (1954) dalam Masalah Kesehatan Reproduksi Melalui
Notoatmodjo (2005) yang mengatakan Program KB Nasional.Jakarta
bahwa sikap seseorang ditentukan oleh 2008. Pelatihan Pemberian Informasi
pengetahuan, keyakinan, dan emosi sebagai Kesehatan Reprodusi Remaja Oleh
suatu kesatuan yang utuh (total atititude). Pendidik Sebaya. Jakarta
2002. Pedoman Pemberdayaan
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Pendidik dan Konselor Sebaya Dalam
penelitian yang dilakukan oleh J. Harahap Program Kesehatan Reproduksi Remaja.
dan L.S.Andayani (2004), tentang Pengaruh Jakarta
Peer Education terhadap sikap mahasiswa Deby.,Yuniarti. 2007. Pengaruh Pendidikan
dalam menanggulangi HIV/AIDS yang Seks Terhadap Sikap Mengenai Seks
menunjukkan bahwa metode Peer Education Pranikah Pada Remaja. Jakarta:
Universitas Gunadarma
(Pendidikan Sebaya) lebih efektif terhadap Dewi., Rahayu. 2008. Efektivitas Promosi
sikap mahasiswa. Hasil penelitian Djulianus, Kesehatan Dengan Metode Peer
(2007) dalam Rahayu (2008) yang Educator Terhadap Tingkat Pengetahuan
dilaksanakan di Kabupaten Belu, juga dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS.
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Surakarta: Universitas Muhammadiyah
yang bermakna yaitu peningkatan nilai rerata Hadipranoto S., Sugiyanto., Santoso.,
sikap remaja pasca perlakuan dengan Gunawan. 1996. Kesehatan Reproduksi;
metode peer education. Suatu Pendekatan Baru. Jakarta: PT.
Danar Wijaya
PENUTUP Hamid A.,Y,.S. 1999. Aspek Psikoseksual
Simpulan dalam Keperawatan. Jakarta: Widya
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Medika.
bahwa Penggunaan metode pendidikan Harahap., J., Andayani L.,S. 2004. Pengaruh
sebaya efektif terhadap peningkatan Peer Education Terhadap Pengetahuan
pengetahuan seksualitas siswa di SMA Setia dan Sikap Mahasiswa Dalam
Bakti Ruteng tahun 2012. Selain itu Menanggulangi HIV/AIDS Di Universitas
penggunaan metode pendidikan sebaya Sumatera Utara. Medan: Fakultas
efektif terhadap sikap seksualitas siswa di Kesehatan Masyarakat Universitas
SMA Setia Bakti Ruteng tahun 2012. Sumatera Utara.
Kartono Mohamad. 1998. Kontradiksi dalam
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Reproduksi. Jakarta; Pustaka
Amiruddin., Moh. 2010. Implementasi Sinar Harapan.
metode tutor sebaya dalam Meningkatkan Kusumastuti F,.A.,Dyah. 2010. Hubungan
prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS antara pengetahuan dengan sikap
terpadu kelas VIII A di Mts Al-Maarif 01 seksual pranikah remaja. Surakarta:
Singosari Malang. Malang: Universitas Universitas Sebelas Maret
Islam Negeri Leneng.,Rosyiana. 2009. Pengaruh
Annadharah, Amrillah., Prasetyaningrum.J, Pengetahuan dan Sikap Remaja
Hertinjung.W S. 2008. Hubungan Antara Terhadap Perilaku Seksual di SMPN2
Pengetahuan Seksualitas Dan Kualitas

16
MKM Vol. 07 No. 01 Des 2012

Kota Kupang Tahun2008. Kupang:


Universitas Nusa Cendana
Muhidin Ali S. 2009. Efektivitas
Pembelajaran.
http://sambasalim.com/pendidikan/konsep
-efektivitas-pembelajaran.html.(accesed:
19-05-2012)
Notoatmodjo Soekidjo.2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
2005. Promosi Kesehatan; Teori Dan
Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
2003. Pendidikan dan Perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pratiwi Simanungkalit. 2011. Peer Education
http://tiwikalit.blogspot.com/2011/02/peer-
education.html. (Accesed; 20-05-20110)
Purwanto. 1999. Faktor-Faktor Pembentuk
Sikap. Bandung : CV. Pioner Jaya
Riyanto Agus. 2011. Aplikasi Metode
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit Nuha Medika.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Kesehatan.
Bandung: AlfaBeta
Taufik dan Arganti Nisa A.N. (2005). Jurnal:
Seksualitas Remaja: Perbedaan
Seksualitas Antara Remaja Yang Tidak
Melakukan Hubungan Seksual Dan
Remaja Yang Melakukan Hubungan
Seksual. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.
Toto Rahardjo. 2001. Pendidikan Popular
(Membangun Kesadaran Kritis),
Research, Education and Dialogue
(Read), Jogjakarta.
Utamadi Guntoro. 2010. Peer Education.
Jakarta: PKBI Pusat
Zainun.,Mutadin 2010. Pendidikan, Psikologi
Remaja. http:// belajar psikologi
.com/pendidikan-seksual-pada-remaja/
(Accesed; 20-05-20110)
Zen H. Sukemi M. 2008. Promosi Kesehatan.
http://www.scribd.com/doc/
39575419/promosi-kesehatan-akper
(accesed; 19-12-2011)

17

You might also like