Professional Documents
Culture Documents
Integrasi E-Learning Dan Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Matakuliah Termodinamika
Integrasi E-Learning Dan Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Matakuliah Termodinamika
Mutu lulusan pendidikan merupakan salah satu masalah dalam usaha pengembangan
pendidikan. Peningkatan mutu melibatkan tenaga pendidik yang lebih kreatif dalam
mengimplementasikan inovasi pendidikan. Antara konsep dan penerapan konsep harus dapat
dikuasai oleh mahasiswa, sehingga diperlukan usaha-usaha dosen untuk mencari inovasi yang
tepat dalam pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa
------------------------------------------------------------------------
*) Dosen Pada Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo
1
Salah satu mata kuliah yang memadukan konsep dan penerapan konsep sebagai
fenomena fisis adalah mata kuliah termodinamika. Di alam nyata banyak fenomena yang
kepada mahasiswa, contoh penerapan dari konsep yang telah diajarkan, mereka tidak tahu.
Mahasiswa terkesan hanya menghafal materi namun tidak mengetahui penerapan konsep dan
prosesnya.
Adanya fakta yang ditemukan pada mahasiswa antara lain bahwa 1) mahasiswa
cenderung menghafal rumus yang diajarkan, 2) mahasiswa tidak mampu mengaitkan antara
konsep dan penerapan materi yang lebih mutakhir, 3) mahasiswa tidak mampu menemukan
informasi yang lebih mutakhir tentang penerapan konsep melalui teknologi informasi sebagai
suatu pembelajaran berbasis elektronik. 5) mahasiswa sulit mengemukakan ide dan bekerja
sama dalam memecahkan masalah sehingga tidak menemukan jawaban dari permasalahan, (6)
mahasiswa tidak mampu menemukan dan mengetahui lebih awal konsep termodinamika,
2. Persamaan keadaan
5. Entropi
6. Potensial termodinamika
2
Materi ini memiliki keterkaitan konsep yang harus dikuasai oleh mahasiswa, serta
ide-ide untuk menemukan jawaban dari proses termodinamika yang diterapkan. Dengan
demikian mahasiswa tidak hanya menjadi penghafal tetapi menguasai kompetensi yang
ditentukan dalam mata kuliah, dan selebihnya dapat menciptakan ide-ide baru untuk
pengembangan teknologi.
kemampuan mahasiswa dalam menghubungkan teori dengan fenomena alam. Disamping itu
mata kuliah ini perlu korelasional dengan mata kuliah fisika lainnya yang ada di Jurusan
Fisika, seperti Fisika Dasar 2 yang memperkenalkan konsep dasar termodinamika. Pada
dasarnya dituntut kemampuan mahasiswa untuk lebih menguasai konsep dan dapat
menerapkanya. Dua kemampuan ini yang menjadi skala utama untuk diberikan perhatian
Agar gejala yang ditemukan pada mahasiswa tidak berkelanjutan, diperlukan kajian
dengan melakukan tindakan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan inovasi-
mutu pendidikan yang handal, yaitu integrasi E-Learning dan Discover Learning dalam
mengajar untuk mata kuliah termodinamika, maka dilakukan suatu penelitian tindakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan hasil kualitas pembelajaran dengan rumusan masalah adalah
Apakah integrasi E-learning dan Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar
3
Tindakan pemecahan masalah dengan menggunakan integrasi E-Learning dan
Discovery Learning didasarkan pada kondisi yang ditemukan dalam proses belajar mengajar.
Dengan E-Learning mahasiswa dapat menemukan dan menambah wawasan dengan materi
terbaru.
penggunaan model pembelajaran, yaitu integrasi E-Learning dan Discovery learning dalam
perkembangannya, komputer yang paling populer dipakai sebagai alat bantu pembelajaran
komputer; dan
computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu
utama komputer.
Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
(Soekartawi 2002):
Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information
Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies
(misalnya: video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-
learning pada dasarnya adalah Data Information Technologies (misalnya: Internet, e-mail, ).
4
memperoleh materi lebih banyak, untuk meningkatkan kreativitas berpikir mereka dalam
tidak terlepas dari jasa internet, karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu
lengkap, maka hal ini akan membantu mahasiswa untuk lebih interaktif dalam proses belajar.
format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam
sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan
pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning
sebagai berikut:
on-line.
b. E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
teknologi pendidikan.
c. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya.
Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
informasi kepada dosen dan mahasiswa, sehingga dapat memperoleh kemudahan akses
informasi dari berbagai sumber, khususnya yang berkaitan dengan materi yang paling
para pengembang pembelajaran (instructional developers) dan dosen untuk mengemas dan
5
menyajikan materi pelajaran yang lebih berkualitas dan variatif. Dengan metode
pembelajaran E-Learning dimungkinkan adanya berbagai variasi yang dapat dilakukan dalam
proses belajar dan mengajar, diperolehnya ketrampilan yang berganda dan dicapainya
efisiensi.
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka dengan konsep-konsep, atau prinsip-prinsip.
menemukan jawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berpikir kritis
(Corebima, 2002).
dan pembelajaran yang banyak dipakai dalam merancang metode-metode mengajar konsep.
Tennyson dan Park (Ibrahim, 2003), menetapkan sebuah konsep sebagai satu set obyek,
simbol atau kejadian-kejadian yang menetapkan atribut atau ciri-ciri yang dapat
menemukan jawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berlatih berpikir
secara kritis. Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka
sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru/dosen hanya pendorong siswa untuk
prinsip. Untuk itu ditawarkan inovasi pembelajaran yaitu e- learning dan discovery learning
6
yang diintegrasikan untuk melahirkan kreatifitas mahasiswa dan keterampilan sosialnya.
Hasil temuan ini tidak terleas dari usaha mahasiswa dalam mencari informasi yang
memunculkan ide-ide yang bervariatif dan mahasiswa saling sharing dalam menyampaikan
idenya tersebut di ruang kelas nanti secara berkelompok. Oleh karena itu penelitian tindakan
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan dengan yang
2006/2007. Penelitian ini mengikuti prosedur yang telah diuraikan pada rancangan penelitian,
terlebih dilakukan persiapan untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutukan dalam
penelitian nanti. Setelah itu pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Untuk
setiap siklus dilakukan dalam 4 kali pertemuan termasuk ujian formatif sebagai evaluasi.
Untuk setiap siklus dosen melaksanakan observasi dan refleksi untuk mengetahui kekurangan
Selama proses pembelajaran, dilakukan penilaian dan pada akhir setiap pokok bahasan
keberhasilan :
7
a. untuk kualitas proses pembelajaran berhasil apabila 85 % ke atas dari seluruh
aspek yang dinilai memperoleh kategori Sangat Baik (SB) dan Baik (B) ditinjau
klasikal ditetapkan tuntas dengan kriteria minimal 85 % dari seluruh siswa yang
Hasil
dimana setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan. Hal ini disebabkan hasil belajar
mahasiswa pada siklus I hanya 30 % mahasiswa yang menguasai materi. Kelemahan yang
ditemukan pada siklus I adalah mahasiswa cenderung menunggu hasil yang telah dikerjakan
oleh teman, karena mereka berada dalam kelompok kerja. Aktivitas setiap mahasiswa belum
terlihat.
Siklus I
Pengamatan pada siklus I dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan pengamat.
Kegiatan dosen maupun mahasiswa selama proses belajar mengajar berlangsung dipantau
melalui lembar observasi kegiatan dosen, dan lembar observasi kegiatan mahasiswa sebagai
Pengamatan kegiatan dosen dilakukan oleh seorang dosen mitra yang bertindak
sebagai pengamat dalam penelitian ini. Untuk materi konsep-kosep dasar dari 10 aspek yang
diamati dan dinilai, terdapat 5 aspek (50 %) diantaranya memperoleh nilai pengamatan
8
dengan kriteria baik sekali/baik. Sedangkan 5 aspek lainnya (50 %) memperoleh nilai
pengamatan dengan kriteria cukup/kurang. Pada materi persamaan keadaan, dari 10 aspek
yang diamati dan dinilai terdapat 6 aspek (60%) yang memperoleh kategori baik sekali/baik,
diamati terdiri dari 7 aspek. Untuk materi konsep-konsep dasar terdapat 3 aspek (43 %) yang
memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 4 aspek (57 %) yang memperoleh kategori
cukup/kurang. Pada materi persamaan keadan, dari 7 aspek terdapat 3 aspek (43 %) yang
memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 4 aspek (57 %) yang memperoleh kategori
cukup/kurang.
Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan ini ditentukan juga oleh hasil belajar
mahasiswa pada materi konsep-konsep dasar, dan persamaan keadaan, yang diperoleh melalui
Tes pada siklus I untuk materi konsep-konsep dasar terdiri dari 3 butir soal dengan
bobot maksimum yang dicapai mahasiswa adalah 100, serta rentang nilai 0 sampai dengan 5.
Hasil analisis tes diperoleh bahwa dari 30 orang mahasiswa terdapat 2 orang yang
memperoleh nilai 3 dengan kategori B dan 7 orang yang memperoleh nilai 2 dengan kategori
C. Selebihnya yaitu 21 orang mahasiswa memperoleh nilai kurang dari 2 atau hanya 30%
yang menguasai materi. Pada materi persamaan keadaan terdiri dari 5 butir soal dengan bobot
maksimum 100. hasil analisis tes diperoleh bahwa 3 orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan
6 orang yang memperoleh nilai 2 (C). Sedangkan 21 orang lainnya memperoleh nilai kurang
dari 2. Nilai rata-rata kelas adalah 1,38 dan ketuntasan belajar hanya 30%.
9
Kegiatan pada siklus I direfleksi melalui diskusi dengan dosen mitra yang bertindak
sebagai pengamat dalam proses belajar mengajar. Refleksi dilakukan untuk memperoleh
gambaran hasil tindakan dan melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dari
hasil refleksi disimpulkan bahwa tindakan kelas yang dilakukan belum mencapai indikator
keberhasilan yang diharapkan. Masih terdapat beberapa aspek dalam proses pembelajaran
2. pemberian materi masih didominasi oleh dosen, karena mahasiswa tidak aktif
belajar.
Selain kegiatan dosen beberapa kegiatan mahasiswa juga belum berlangsung secara optimal,
seperti :
internet, sehingga terkesan pasif dimana yang aktif hanya ketua kelompok.
2. mahasiswa belum tahu cara yang cepat untuk mengakses materi dari internet
3. mahasiswa tidak aktif dalam menemukan dan mengemukan ide dalam diskusi
kelompok.
5. cara belajar mahasiswa masih bersifat menghafal, sehingga sulit untuk berinteraksi di
10
Berdasarkan kesimpulan dari refleksi, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam
Siklus II
I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pada siklus II dilakukan aspek-aspek yang
belum muncul dan menjadi kelemahan pada siklus I, baik kegiatan dosen maupun mahasiswa
yang meliputi :
Minat belajar ditumbuhkan dengan merangsang mahasiswa untuk lebih kreatif dalam
4. mahasiswa tidak dibentuk kelompok dalam memperoleh materi melalui internet tetapi
lebih pada tugas individu agar setiap mahasiswa lebih bertanggung jawab pada tugas
mereka.
11
1. mahasiswa dituntut hasil pekerjaan sendiri berdasarkan kreatifitas mereka, terutama
temannya.
3. Setiap mahasiswa diberikan motivasi untuk lebih aktif dalam membuat resume
4. Mahasiswa ditugaskan untuk membuat alur-alur sendiri sesuai cara berpikir mereka
dalam melahirkan ide pembelajaran namun tetap berpedoman pada materi yang telah
mereka peroleh dari internet. Dengan demikian mahasiswa tidak hanya menghafal,
Selanjutnya pengamatan kegiatan dosen dan mkegiatan mahasiswa dilakukan oleh seorang
dosen mitra yang bertindak sebagai pengamat, dan hasilnya diuraikan sebagai berikut :
Pada materi kekekalan energi dalam termodinamika, terdapat 10 aspek yang diamati dan
dinilai, terdapat 8 aspek (80 %) diantaranya memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria
baik sekali/baik. Sedangkan 3 aspek lainnya (20 %) memperoleh nilai pengamatan dengan
kriteria cukup/kurang. Pada materi pengubahan kalor menjadi usaha, dari 10 aspek yang
diamati dan dinilai terdapat 8 aspek (80%) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 2
diamati terdiri dari 7 aspek. Untuk materi kekekalan energi dalam termodinamika terdapat 4
aspek (57 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 3 aspek ( 43 %) yang
memperoleh kategori cukup/kurang. Pada materi pengubahan kalor menjadi usaha, dari 7
12
aspek terdapat 5 aspek (71 %) yang memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 2 aspek (29 %)
Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan ini ditentukan juga oleh hasil belajar
mahasiswa pada materi kekekalan energi dalam termodinamika, dan pengubahan kalor
menjadi usaha, yang diperoleh melalui evaluasi/penilaian dengan tes berbentuk essay.
Tes pada siklus II untuk materi kekekalan energi dalam termodinamika terdiri dari 5
butir soal dengan bobot maksimum yang dicapai mahasiswa adalah 100, serta rentang nilai 0
sampai dengan 5. Hasil analisis tes diperoleh bahwa dari 30 orang mahasiswa terdapat 3 orang
memperoleh nilai 4 (A), 5 orang yang memperoleh nilai 3 dengan kateogeri B dan 10 orang
memperoleh nilai kurang dari 2. Pada materi pengubahan kalor menjadi usaha terdiri dari 5
butir soal dengan bobot maksimum 100. Hasil analisis tes diperoleh bahwa 3 orang
memperoleh nilai 4 (A), 6 orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan 9 orang yang
memperoleh nilai 2 (C). Sedangkan 12 orang lainnya memperoleh nilai kurang dari 2. Nilai
Kegiatan pada siklus II direfleksi melalui diskusi dengan dosen mitra yang bertindak
sebagai pengamat dalam proses belajar mengajar. Refleksi dilakukan untuk memperoleh
gambaran hasil tindakan dan melihat kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus II. Dari
hasil refleksi disimpulkan bahwa tindakan kelas yang dilakukan belum mencapai indikator
keberhasilan yang diharapkan. Masih terdapat beberapa aspek dalam proses pembelajaran
1. dosen masih kurang menuntun masih menguraikan alur atau prinsip kerja dari aplikasi
13
2. dosen masih kurang memberikan contoh soal untuk mempermantap pemahaman
mahasiswa
Selain kegiatan dosen beberapa kegiatan mahasiswa juga belum berlangsung secara optimal,
seperti :
1. mahasiswa kesulitan dalam menguraikan alur atau prinsip kerja dari suatu aplikasi
materi
Berdasarkan kesimpulan dari refleksi, dimana masih ada kekurangan pada tindakan siklus II,
Siklus III
siklus II. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka pada siklus II dilakukan aspek-aspek
yang belum muncul dan menjadi kelemahan pada siklus II, baik kegiatan dosen maupun
1. Dosen lebih memperhatikan dan menuntun mahasiswa untuk menguraikan masih alur
atau prinsip kerja dari aplikasi yang diberikan dalam materi berdasarkan cara mereka.
1. mahasiswa memperhatikan lebih seksama alur atau prinsip kerja dari suatu aplikasi
Selanjutnya pengamatan kegiatan dosen dan kegiatan mahasiswa dilakukan oleh seorang
dosen mitra yang bertindak sebagai pengamat, dan hasilnya diuraikan sebagai berikut :
14
1. Hasil pengamatan kegiatan dosen
Pada materi entropi, terdapat 10 aspek yang diamati dan dinilai, terdapat 9 aspek (90 %)
aspek lainnya (10 %) memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria cukup/kurang. Pada
materi potensial termodinamik, 10 aspek yang diamati dan dinilai seluruhnya memperoleh
diamati terdiri dari 7 aspek. Untuk materi entropi terdapat 5 aspek (71 %) yang memperoleh
kategori baik sekali/baik, dan 2 aspek (29 %) yang memperoleh kategori cukup/kurang. Pada
materi pengubahan kalor menjadi usaha, dari 7 aspek terdapat 6 aspek (86 %) yang
memperoleh kategori baik sekali/baik, dan 1 aspek (14 %) yang memperoleh kategori
cukup/kurang.
Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan ini ditentukan juga oleh hasil belajar
mahasiswa pada materi entropi, dan potensial termodinamik, yang diperoleh melalui
Tes pada siklus III untuk materi entropi terdiri dari 5 butir soal dengan bobot
maksimum yang dicapai mahasiswa adalah 100, serta rentang nilai 0 sampai dengan 5. Hasil
analisis tes diperoleh bahwa dari 30 orang mahasiswa terdapat 8 orang yang memperoleh nilai
4 (A), 10 orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan 8 orang memperoleh nilai 2 (C).
Sedangkan 4 orang memperoleh nilai kurang dari 2. Pada materi potensial termodinamika
terdapat 8 mahasiswa yang memperoleh nilai 4 (A). 12 orang yang memperoleh nilai 3 (B),
15
dan 6 orang memperoleh nilai 2 (C). Sisanya 4 orang memperoleh nilai kurang dari 2. Nilai
Selanjutnya dilakukan refleksi melalui diskusi dengan tim peneliti, untuk memperoleh
gambaran hasil siklus III. Dari refleksi yang dilakukan disimpulkan bahwa tindakan kelas
yang dilakukan telah terlaksana sebagaimana yang direncanakan sehingga mencapai kriteria
keberhasilan yang diharapkan. Dengan demikian tidak perlu lagi dilaksanakan siklus
lanjutan.
Pembahasan
Masalah pembelajaran yang dihadapi di ruang kuliah menjadi perhatian yang penting
bagi dosen dalam mencapai hasil belajar mahasiswa yang diharapkan. Kondisi apa pun yang
dihadapi harus dicari pemecahannya agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat
berhasil.
Demikian juga yang terjadi pada mahasiswa jurusan fisika Universitas Negeri
Gorontalo. Agar kondisi ini tidak berlatur-larut, maka dilakukan pemecahannya dengan jalan
learning. Dengan model pembelajaran ini diharapkan proses belajar mengajar tidak lagi
berpusat pada dosen, tetapi siswa lebih aktif dan mendiri sehingga hasil belajar meningkat.
Integrasi E-learning dan discovery learning diterapkan secara sistematis serta alokasi
waktu yang sesuai, terencana dan teratur menjadikan proses belajar mengajar berpusat pada
mahasiswa, dan tidak lagi berpusat pada dosen. Mahasiswa mampu mengemukakan gagasan
Evaluasi yang diperoleh pada setiap siklus menjadi pedoman untuk memperbaki
kegiatan tindakan siklus selanjutnya. Seperti pada siklus I, dari 30 orang mahasiswa yang
memprogramkan mata kuliah termodinamika hanya 2 orang yang memperoleh nilai 3 dengan
16
kategori B dan 7 orang yang memperoleh nilai 2 dengan kategori C. Selebihnya yaitu 21
orang mahasiswa memperoleh nilai kurang dari 2 atau hanya 30% yang menguasai materi.
Pada materi persamaan keadaan terdiri dari 5 butir soal dengan bobot maksimum 100. hasil
analisis tes diperoleh bahwa 3 orang yang memperoleh nilai 3 (B), dan 6 orang yang
memperoleh nilai 2 (C). Sedangkan 21 orang lainnya memperoleh nilai kurang dari 2. Nilai
rata-rata kelas adalah 1,38 dan ketuntasan belajar hanya 30%, yang masih rendah
Hasil analisis tes ini sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Kondisi
ini terjadi karena mahasiswa sudah terlebih dahulu menemukan sendiri konsep dan aplikasi
teori yang lebih mutakhir melalui E-learning yang memanfaatkan internet. Dengan demikian
proses pembelajaran tidak lagi terpusat pada dosen, namun mahasiswa lebih aktif dalam
mengemukan ide dan konsep yang berhubungan dengan materi. Dengan pembelajaran E-
learning mahasiswa dituntut lebih aktif dan bertanggung jawab serta berinteraksi dalam
proses pembelajaran.
KESIMPULAN
pada penyajian mata kuliah termodinamika dapat meningkatkan hasil belajar, dimana
pada siklus III hasil belajar mahasiswa 87 % yang menguasai materi dan sudah
2. Hal yang penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih model
pembelajaran adalah mahasiswa yang dihadapi, tujuan yang ingin dicapai, situasi
17
SARAN
Berdasarkan hasil evaluasi penelitian tindakan ini maka dapat dikatakan bahwa
meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah termodinamika. Oleh karena itu
model pembelajaran ini perlu untuk diterapkan pada materi yang sesuai dengan metode ini.
RUJUKAN
Anwas 2002. Model inovasi E-Learning dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal
Teknodik No. 12/VII/10/2003. UNJ
!Corebima, 2002. Filosofi Konstruktivisme. Depdiknas : Jakarta
DePorter, Bobbi, dkk, 2000. Quantum Teaching. Translation Copyright PT Mizan Pustaka :
Bandung
Depdiknas, 2002. Teori Belajar Konstruktivisme.
Depdiknas, 2002. 2002. Pembelajaran Kontekstual
Ibrahim, Muslim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Press : Surabaya
Ibrahim, Nurdin. 2003. Penerapan Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran. Jurnal Teknodik
No. 12/VII/10/2003. UNJ
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar E-Learning teori dan Apliksinya Di Indonesia. Jurnal
Teknodik No. 12/VII/10/2003. UNJ
Tafiardi, 2005. Meningkatkan mutu pendidikan melalui E-Learning . Jurnal Pendidikan No.
04/Tb IV/2005 UNJ.
18