Professional Documents
Culture Documents
Naskah
Naskah
Naskah
Visi
Terwujudnya fungsi ajaran Islam sebagai sumber nilai dan pedoman yang
mengantarkan mahasiswa dalam pengembangan profesi dan kepribadian Islami.
Misi
Terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertakwa, berilmu dan
berakhlak mulia, serta menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan
berprilaku dalam pengembangan profesi.
Secara umum tujuan yang dikandung dalam visi dan misi MKK
Pendidikan Agama Islam ini adalah agar mahasiswa pada akhirnya memiliki
kualifikasi sebagai berikut:
1. Santun secara individual
2. Anggun secara moral
3. Unggul secara intelektual
4. Memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial.
Kompetensi
Kompetensi dan fungsi MKK Pendidikan Agama Islam, di samping untuk
memperkokoh dan menumbuhkan kepribadian, adalah untuk:
1. Membimbing mahasiswa memperkuat iman dan takwa kepada
Allah.
2. Menghantar mahasiswa dalam mengembangkan akhlak yang
mulia dan peka terhadap lingkungan.
3. Membimbing mahasiswa mengembangkan penalaran yang baik
dan benar, kritis, logis, dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai alat untuk
menggali dan memecahkan berbagai masalah aktual.
4. Menghantarkan mahasiswa memiliki wawasan yang luas dan
mengenali berbagai perubahan di masyarakat, serta mampu mengambil
keputusan dan sikap secara bertanggungjawab sesuai dengan norma dan
nilai-nilai Islam yang diyakininya.
5. Menghantarkan mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik,
bersikap mandiri, dan toleran dalam mengembangkan kehidupan harmonis
antar ummat beragama.
6. Menghantarkan mahasiswa mampu bersikap rasional, kreatif-
innovatif, dan dinamis dalam rangka menerima, mengembangkan dan
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) sesuai
dengan nilai-nilai dan norma Islam bagi kepentingan masyarakat, bangsa,
dan ummat manusia.
2
Bab I
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
Filsafat Ketuhanan
Filsafat Ketuhanan adalah analisis mendalam dan logis tentang Tuhan. Al-
Quran sangat menganjurkan kepada kita agar senantiasa mengkritisi keyakinan
kita kepada Tuhan, agar Tuhan yang kita imani serta cara kita mengimani-Nya
benar-benar betul. Beriman kepada Tuhan tidak boleh hanya sekedar ikut-ikutan
kepada apa dan bagaimana iman secara turun-menurun, karena boleh jadi apa
yang diimani atau bagaimana cara mengimaninya itu mengandung kekeliruan,
kepalsuan, dan kesesatan (QS.7.Al-A`raf:70-71/21.Al-Anbiyaa`:52-54).
Ajaran yang paling utama dalam agama adalah tentang Tuhan karena
agama datang dari-Nya. Karena itu persoalan yang paling mendasar suatu agama
adalah tentang konsep Tuhan yang diajarkannya. Jadi, benar-tidaknya suatu
agama bergantung kepada benar-tidaknya konsep Tuhan yang diajarkannya. Jika
Tuhan yang diajarkan suatu agama itu keliru atau salah maka agama tersebut
otomatis juga keliru atau salah. Di sinilah pentingnya menganalisis secara
mendalam dan logis tentang Tuhan dan hal-hal yang berkenaan dengan-Nya.
Siapakah Tuhan?
Tuhan dalam bahasa Arab disebut Ilh, yang berarti sesuatu yang
dibesarkan atau sesuatu yang paling dipentingkan/diutamakan oleh manusia.
Menurut Al-Quran: seseorang yang mementingkan hawa nafsunya di atas yang
lainnya berarti ia telah menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya (QS.25.Al-
Furqan:43-44), begitupun seseorang yang mengagungkan dirinya dan merasa
dirinya di atas segala-galanya berarti telah menjadikan dirinya sebagai tuhan
(QS.28.Al-Qashash:38-39).
Ibnu Taymiyah (1263-1328) mendefinisikan Ilh sebagai berikut: Apa
saja yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan
diri di hadapannya, takut dan berharap hanya kepadanya, berpasrah
kepadanya pada saat kesulitan, meminta dan berserah diri kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan kepadanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta hanya kepadanya.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Tuhan (Ilh)
adalah: sesuatu yang dipentingkan atau digandrungi oleh manusia sedemikian
rupa sehingga merelakan dirinya dikuasai olehnya. Menurut Al-Quran: yang
layak disebut Tuhan sebenarnya hanyalah Dia yang secara mutlak menguasai,
memelihara, mengatur dan menciptakan alam semesta dan seluruh makhluk dari
tidak ada menjadi ada. (QS.6.Al-An`am:14, 76-79/42.Asy-Syuuraa:10-11).
3
Sesuatu yang diakui sebagai tuhan tetapi tidak dapat melaksanakan semua
tugas dan fungsi tersebut sesungguhnya tidak layak disebut Tuhan.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
Manusia adalah makhluk yang bertuhan (homo divina), oleh karena itu
sepanjang sejarahnya mereka selalu berupaya memahami dan mengkonsepsikan
eksistensi Tuhan. Tersusunlah suatu konsepsi tentang Tuhan berdasarkan hasil
pemikiran berdasarkan pengalaman lahiriah dan batiniah, maupun berdasarkan
analisis rasional maupun emosional. Di antara formulasi pemikiran manusia
tentang Tuhan ada yang disebut dengan teori evolusionisme, yaitu suatu teori
yang menyatakan adanya proses perkembangan kepercayaan dan paham tentang
Tuhan; dari yang sederhana kemudian meningkat kepada yang sempurna. Teori
ini mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian EB. Taylor (1877),
Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens.
Perkembangan kepercayaan dan konsepsi tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Paham ini menyatakan bahwa setiap sesuatu memiliki kekuatan. Paham
semacam ini diakui telah ada sejak zaman manusia primitif. Mereka
meyakini adanya suatu kekuatan pada benda tertentu yang berpengaruh
dalam kehidupan manusia, baik positif maupun negatif. Kekuatan pada
benda itu mereka beri nama yang bermacam-macam, seperti: mana
(Melanesia), tuah (Melayu), syakti (India), dll. Kekuatan pada benda itu
tidak dapat diindera namun dapat dirasakan pengaruhnya. Tujuan beragama
dalam kepercayaan ini adalah mengumpulkan dan memiliki kekuatan
tersebut sebanyak-banyaknya ke dalam dirinya. Bentuknya adalah
mengumpulkan, menempelkan, bahkan memasukkan ke dalam tubuh benda-
benda yang diyakini memiliki kekuatan, seperti jimat, tatoo, dll. Kekuatan
benda juga dapat dipindahkan ke dalam tubuh manusia melalui kuasa
dukun.
b. Animisme
Perkembangan kepercayaan berikutnya berbentuk personifikasi kekuatan
yang ada pada benda. Kekuatan itu berbentuk roh atau jiwa. Paham
animisme ini menyatakan bahwa setiap sesuatu memiliki roh atau jiwa
(anima) yang berpengaruh dalam hidup manusia. Masyarakat primitif
meyakini bahwa roh/jiwa merupakan sesuatu yang aktif dan selalu hidup,
mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta memiliki kehendak-
kehendak dan rasa keperluan akan sesuatu sebagaimana manusia. Mereka
meyakini apabila kehendak dan keperluan roh/jiwa itu dipenuhi ia akan
4
senang dan akan memberikan pengaruh yang positif kepada manusia.
Tujuan beragama dalam kepercayaan ini adalah mengambil simpati dan
menyenangkan roh/jiwa tersebut. Bentuknya memenuhi keperluan/
memberikan apa yang dikehendaki oleh roh/jiwa, seperti sesajen (sesajian),
sedekah laut, sedekah bumi, dll. Orang yang diakui dapat berkomunikasi
dengan roh/jiwa dan dapat memahami kehendaknya adalah dukun.
c. Politeisme
Pemahaman dan konsepsi manusia primitif tentang tuhan berkembang terus,
tahap berikutnya mereka meyakini di antara roh/jiwa yang memiliki
kekuatan seperti dalam kepercayaan animisme itu ada yang lebih unggul dan
memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Roh/jiwa yang memiliki kekuatan
yang lebih tinggi itulah yang disebut sebagai Dewa. Konsepsi Dewa ini
setingkat dengan paham tentang Tuhan (teisme) karena mereka dipercayai
telah memiliki tugas tertentu dan kekuasaan yang jelas, seperti ada Dewa
yang mengurus air, tanaman, dll. Karena roh/jiwa yang demikian itu banyak
maka muncullah paham kepercayaan tentang tuhan banyak (politeisme).
Tujuan beragama dalam paham ini hampir sama dengan tujuan beragama
pada kepercayaan animisme. Bentuknya, di samping sesajen, adalah
penyembahan atau pemujaan kepada Dewa tertentu. Di sini telah muncul
suatu ritual/peribadatan yang tetap sehingga dapat dikatakan sebagai agama.
d. Henoteisme
Paham ini mengajarkan bahwa setiap bangsa ada Tuhannya masing-masing
(Tuhan tingkat nasional), yaitu setiap bangsa hanya mengakui satu Dewa
sebagai Tuhannya meskipun tetap mengakui Dewa lain sebagai Tuhan
bangsa lainnya. Tujuan dan bentuk beragama pada paham ini hampir sama
dengan politeisme, hanyasaja penyembahannya tertuju kepada satu Dewa.
Menurut paham ini apabila suatu bangsa berperang dengan bangsa lain
maka Dewa sebagai Tuhan masing-masing bangsa itu juga berperang.
Bangsa yang kalah dalam peperangan itu harus tunduk kepada bangsa yang
menang, demikian pula Tuhan mereka; Dewa pada bangsa yang kalah harus
tunduk kepada Dewa bangsa yang memenangkan peperangan.
e. Monoteisme
Berkat perkembangan pemikiran manusia yang semakin maju kepercayaan
henoteisme akhirnya meningkat menjadi monoteisme. Paham ini meyakini
bahwa hanya ada satu Tuhan untuk seluruh bangsa (Tuhan berskala
internasional). Bentuk kepercayaan monoteisme ditinjau dari Filsafat
Ketuhanan terbagi pada tiga paham:
5
1. Deisme (suatu keyakinan bahwa Tuhan ada dan telah
mencipta alam, namun setelah itu Tuhan tidak lagi terlibat dalam gerak
kehidupan alam dan manusia)
2. Panteisme (suatu keyakinan bahwa Tuhan menyatu dengan
alam, belief that God is everything and everything is God)
3. Teisme (suatu keyakinan bahwa Tuhan ada, Dialah pencipta
alam semesta, pemelihara dan pengatur kehidupan semua makhluk).
Kelemahan teori-teori di atas adalah seolah-olah paham tentang Tuhan
merupakan hasil ciptaan manusia dan berkembang terus sesuai dengan tingkat
peradabannya. Teori evolusionisme kepercayaan ini dikritik dan ditentang oleh
Andrew Lang (1898). Ia membuktikan adanya kepercayaan monoteisme dalam
masyarakat primitif. Menurutnya: orang-orang yang berbudaya rendah juga
sama monoteismenya dengan orang-orang yang hidup di masa sekarang. Mereka
mempercayai Wujud Yang Agung dan sifat-sifat yang khas pada Tuhan mereka
itu yang tidak mereka berikan kepada wujud-wujud yang lainnya. Dalam
penyelidikan didapat suatu bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat
primitif adalah monoteisme murni, yang berasal dari ajaran atau wahyu Tuhan.
Tuhan Yang Benar menurut logika
Menurut logika; agama yang benar adalah yang mengajarkan konsep
Tuhan yang benar (dalil logikanya: karena agama datang dari Tuhan).
Selanjutnya; konsep Tuhan yang benar adalah apabila karakteristik (sifat dasar)
Tuhan yang diajarkannya sepenuh-penuhnya berbeda dengan karakteristik (sifat
dasar) alam (dalil logikanya: Tuhan adalah pencipta alam dan alam adalah
ciptaan-Nya, karena itu yang mencipta dengan yang dicipta pasti berbeda,
mustahil ada kesamaannya).
Tabel tentang perbedaan ciri-ciri alam dengan Tuhan
N
o Sifat Dasar/Karakteristik Alam (makhluk) Karakteristik
Tuhan
6
4 Mengambil/berada di tempat tertentu (lokal, Universal
parsial)
(102:).
Itulah Allah, Tuhan kalian semua. Tidak ada tuhan kecuali Dia,
Pencipta segala sesuatu maka beribadahlah pada-Nya. Dan
adalah Dia Penguasa segala sesuatu. (QS.6:102)
Allah sebagai Tuhan yang benar dinyatakan al-Quran tidak semata-mata
dengan cara normatif, melainkan juga dengan cara argumentasi logis dan
deduktif. Perhatikan firman-firman Allah dalam al-Quran berikut ini:
.
.
.
(4-1::).
Katakanlah: Dia Allah itu Esa. Allah tempat bergantung segala
sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Dan tidak ada
seorangpun yang dapat menandingi-Nya. (QS.112:1-4)
Dalam ayat-ayat tersebut terdapat tiga karakter dasar Allah Swt., yaitu:
esa (tergambar pada ayat 1 dan 3), berdiri sendiri (tergambar pada ayat 2), dan
7
mutlak (tergambar pada ayat 3 dan 4). Argumentasi logis dan induktif tentang
pernyataan tersebut dijelaskan oleh ayat-ayat lain sbb.:
.
(101:)
Allahlah yang mencipta banyak langit dan bumi, bagaimana
mungkin Ia mempunyai anak padahal tidak mungkin Ia memiliki
teman (isteri). Dia mencipta segala sesuatu, dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS.6:101)
Berkenaan dengan ghaibnya Allah, al-Quran menyatakan:
(103: ).
Dia (Allah) tidak dapat dicapai oleh penglihatan, tapi Dia menangkap semua
penglihatan. Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS.6:103)
(2:).
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan Pemelihara seluruh alam. (QS.1:2)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah bersifat universal, Dia merupakan
Tuhan alam semesta. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi serta
apa yang ada di antara keduanya (lihat juga QS.2:284).
Dapat disimpulkan bahwa menurut Al-Quran: Tuhan hanya satu, yaitu
Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar (l ilha ill Allh). Sebagaimana
ditegaskan oleh Al-Quran: Sekiranya di langit dan di bumi ada banyak tuhan
selain Allah, maka tentulah langit dan bumi itu akan rusak binasa
(QS.21.Al-Anbiyaa`:22).
Pembuktian Ada-Nya (Wujud) Tuhan
8
1. Pembuktian dengan pendekatan Logika
Betulkah Tuhan ada? Dalam kajian logika kata ada mempunyai banyak
makna, seperti: dapat ditangkap oleh panca indera (ada secara empirik),
dapat dipikirkan atau dirasakan (ada secara psikologik), dapat disebutkan
(ada secara bahasa), dapat didefinisikan (ada secara maknawi), dan ada
sejak semula (ada secara niscaya, necessary being atau wajib al-wujud).
Tuhan adalah ada dalam konteks semua makna ada tersebut, selain yang
pertama (ada secara empirik) karena adanya Tuhan bersifat meta-empirik.
Ketika kita menyebut kata Tuhan memang Dia tidak akan ada secara
empirik, namun ada-Nya itu dapat dipikirkan atau dirasakan, dapat
disebutkan dan didefinisikan. Ini berarti secara logika Tuhan itu ada.
Argumen logis lainnya tentang bukti adanya Tuhan adalah:
Tuhan adalah pencipta alam, sebab mustahil alam dapat
menciptakan dirinya sendiri.
Alam adalah ciptaan, jadi karena Tuhan ada maka alam
ini ada. Jika Tuhan tidak ada pasti alam ini tidak ada, karena tidak akan
ada yang menciptakannya.
2. Pembuktian dengan pendekatan Filsafat
Wujud yang ada (realitas) secara umum terbagi dua: Pencipta (khalik), dan
yang diciptakan (makhluk). Pencipta, yaitu Allah, adalah wujud yang mutlak
(absolute). Karena Dia mutlak maka Dia sempurna, tidak berpermulaan
dan tidak berpenghabisan. Dia senantiasa ada. Beberapa argumen
pembuktian adanya Tuhan melalui pendekatan filsafat adalah:
Argumen Ontologis (Immanuel Kant, 1724-1804): setiap orang
apabila berbicara tentang besar, adil, bijaksana, dalam pikirannya pasti
ada yang maha besar, maha adil, maha bijaksana, itulah Tuhan. Sebab
jika tidak demikian maka besar, adil, bijaksana hakikatnya tidak akan
ada maknanya.
Argumen Teleologis (Immanuel Kant): bahwa gerak kehidupan
alam ini ada tujuannya, yaitu menuju kepada kebaikan, keindahan dan
kesempurnaannya. Ini berarti alam ini ada yang mengaturnya, yaitu
Tuhan yang maha baik, indah dan sempurna.
Argumen Moral (Immanuel Kant): seseorang apabila melakukan
perbuatan yang salah atau melanggar kebenaran, pasti ada perasaan
9
moralitas dalam dirinya yang menegurnya. Keadaan ini menunjukkan
adanya Tuhan yang memberikan rasa dan kesadaran moral pada hati
manusia.
Argumen penciptaan alam/dalil Ikhtira (Ibnu Rusyd, 1126-1198):
firman Allah Sesungguhnya segala yang kalian minta pertolongan
kepada selain Allah sama sekali tidak mampu menciptakan seekor
lalatpun, walaupun mereka bergabung untuk menciptakannya
(QS.22.Al-Hajj:73)
Argumen pengurusan alam/dalil Inayah (Ibnu Rusyd): firman
Allah Bukankah Aku telah menjadikan bumi sebagai hamparan. Dan
gunung-gunung sebagai pasak. Dan menjadikan kamu berpasang-
pasangan?. (QS.78.An-Naba:6-8)
10
kedua termodinamika (Second law of Thermodynamics), abad ke-19,
pendapat di atas tidak didukung lagi.
Hukum baru yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
pembatasan perubahan energi panas tersebut membuktikan bahwa alam
tidak mungkin bersifat abadi. Hukum tersebut menyatakan bahwa energi
panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas.
Tidak mungkin sebaliknya, yaitu energi panas mustahil berubah dari
keadaan tidak panas menjadi panas. Jika alam ini azali berarti telah lama
alam ini kehilangan energi panasnya dan kehidupan pun punah. Namun
kenyataannya alam ini masih ada dan kehidupan masih berlangsung. Ini
menunjukkan bahwa alam ini diciptakan dan ada yang menciptakannya,
yaitu Tuhan.
5. Pembuktian dengan pendekatan Astronomi
Coba renungkan alam semesta ini; bulan yang memiliki jarak 240.000 mil
dari bumi selalu mengelilingi bumi selama 29 hari untuk setiap edarnya.
Bumi yang berjarak 93.000.000.000 mil dari matahari selalu berputar pada
porosnya dengan kecepatan 1.000 mil perjam dan selalu mengitari matahari
menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 setahun sekali, dengan
diiringi oleh delapan planet tata surya yang semuanya mengelilingi matahari
dengan kecepatan yang luar biasa.
Matahari juga tidak diam, ia beredar bersama-sama dengan planet-planet
dan asteroid lain mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil
perjam. Di samping itu masih ada ribuan kumpulan galaxy selain sistem
tata surya kita yangg beredar pada sumbunya dan menyelesaikan
edarannya sekali dalam 200 juta tahun cahaya.
Bayangkan betapa besar dan rumitnya organisasi alam semesta itu dengan
satu sistem yang luar biasa rapi dan teraturnya sehingga tidak terjadi
pergesekan dan benturan. Itu berarti ada kekuatan dan kebijaksanaan yang
maha besar yang mampu menciptakan, mengatur dan mengendalikannya,
itulah Tuhan.
Wujud Iman
Secara umum wujud iman adalah mempercayai, menerima, dan
mengamalkan apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, yaitu yang
terdapat di dalam Kitab Suci Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Intinya
tertuang dalam Rukun Iman, yaitu: (1) Iman kepada Allah S.w.t. (2) Iman
kepada Malaikat-malaikat-Nya. (3) Iman kepada Kitab-kitab-Nya. (4) Iman
kepada Rasul-rasul-Nya. (5) Iman kepada Hari Akhir. (6) Iman kepada
Qadha dan Qadar-Nya.
12
4. Senantiasa bertawakkal kepada Allah S.w.t
(QS.8:2) dalam arti selalu berharap, berusaha, dan berserah diri kepada-
Nya.
5. Tertib dan disiplin dalam melaksanakan dan
mendirikan shalat (QS.23.Al-Muminuun:2, 9).
6. Menafkahkan rezqi yang didapatnya
(QS.8:2/23.Al-Muminun:4)
7. Menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat
(QS.23:3).
8. Amanah, menepati janji (QS.23.Al-
Muminuun:8).
9. Menjaga kehormatan dan harga dirinya
(QS.23:5-7).
10. Bersikap lemah-lembut sesama orang yang
beriman (QS.5.Al-Maaidah:54)
11. Berwibawa dan bersikap tegas/berpendirian
terhadap orang kafir (QS.5.Al-Maaidah:54).
12. Memiliki semangat kerja keras/jihad di jalan
Allah dan suka menolong (QS.5.Al-Maaidah:54/8.Al-Anfal:74)
13. Tidak takut akan celaan orang orang lain
(QS.5.Al-Maaidah:54)
14. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum
meminta izin (QS.24.Al-Nuur:62), dll.
***
14
Jika diberikan kepada orang lain maka ilmu akan bertambah
sedangkan harta akan berkurang.
Ilmu membuatmu pandai, dan harta membuatmu lalai.
Ilmu adalah sifat Allah, harta merupakan sifat dunia.
Sedikit yang berkesinambungan lebih baik
daripada banyak yang membosankan (musiman).
Apabila sabar tidak dapat menyelamatkan seseorang,
maka keluh kesah yang akan mencelakakannya.
Bab 2
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
15
Konsep Manusia dalam Berbagai Perspektif
Al-Quran menggunakan tiga bentuk kata untuk manusia, yaitu: Basyar,
Insn jamaknya Ns, dan Ban dam.
(Arti Manusia: (1) Basyar). Kata basyar disebut Al-Quran sebanyak 37
kali, di antaranya (QS.18.Al-Kahfi:110) berbunyi: Qul innam an basyar
milukum (artinya: katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu). Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat
jasadiah/biologis manusia, seperti: berasal dari tanah liat atau lempung kering
(QS.15.Al-Hijr:33/30.Al-Ruum:20), makan dan minum (QS. 23.Al-
Muminuun:33). Jadi basyar adalah manusia dalam arti sebagai makhluk
fisik/biologis sebagaimana hewan.
(Arti Manusia: (2) Insn). Kata Insn disebut oleh Al-Quran sebanyak
65 kali, seperti (QS.96.Al-`Alaq:5) berbunyi: `Allamal-Insn m lam ya`lam
(artinya: Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep insan selalu dikaitkan dengan sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, berilmu, dan memikul amanah (qs.33.Al-
Ahzab:72). Jadi insan adalah manusia sebagai makhluk yang terus bergerak
maju ke arah kesempurnaan (QS.84.Al-Insyiqaq:6).
(Arti Manusia: Ns). Kata ns disebutkan oleh Al-Quran sebanyak 240
kali, seperti (QS.49.Al-Hujurat:13) berbunyi: Y ayyuhan-ns inn
khalaqnkum min akarin wa un wa ja`alnkum syu`ban wa qabila
lita`raf (artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami meniptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal). Konsep ns menunjuk
kepada manusia sebagai makhluk yang hidupnya tidak dapat sendirian. Jadi ns
adalah manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk kolektif.
(Arti Manusia: (3) Ban dam). Ban dam artinya anak keturunan Nabi
Adam, maksudnya manusia adalah berasal dari satu keturunan dan oleh karena
itu semua manusia adalah bersaudara.
16
dalam jangka waktu yang lama.Pertama-tama pandangan ini dikemukakan oleh
J.B. Lamarck (1774-1829), seorang sarjana Perancis. Menurutnya; kehidupan
berkembang dari tumbuh-tumbuhan menuju binatang, kemudian menuju
Manusia. Pandangan tersebut baru mendapat perhatian setelah dipertegas oleh
Charles Darwin (1809-1882), seorang sarjana Inggeris, dengan teori
evolusinya. Ia menelaah pengalaman dari pemeliharaan burung-burung merpati
di Inggeris. Ternyata dengan pemeliharaan yang berencana dan tekun akan dapat
diperoleh suatu jenis burung merpati yang amat berbeda dari jenis induknya
yang semula.
Apa yang dapat dicapai oleh manusia dengan cara berencana, tentu dapat
pula dicapai oleh alam dengan cara-cara seleksi alam (natural selection). Dalam
perjuangan hidup bagi hewan, misalnya, yang kuatlah yang mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan iklim dan suasana sekitarnya, dan dialah
yang akan berhasil mempertahankan hidupnya. Dalam bukunya The Origin Of
Species, Darwin berpendapat bahwa semua jenis sel binatang berasal dari sel
purba. Kemudian dalam bukunya The Descen of Man ia menjelaskan teorinya
tentang perkembangan binatang-binatang menuju manusia. Menurutnya;
binatang yang paling maju adalah binatang yang mirip kera dengan mengalami
perubahan-perubahan menuju wujud manusia.
Pandangan dan teori tersebut kemudian diperkuat dengan penemuan fosil
manusia Nedherthel tahun 1856 di lembah Dusseldorf, Jerman Barat, yang
diperkirakan berusia 1 juta tahun. Fosil tersebut mempunyai ciri-ciri: bentuk
dahi yang rendah menjorok mundur dengan lingkungan besar di atas mata serta
tanpa dagu, menyerupai kera dan manusia, berdiri tegak , dan ditemukan pula
bekas-bekas kerja primitif di sekitarnya. Boleh dikatakan; sejak itu teori evolusi
menjadi populer dan berkembang terus.
(Teori Revolusi Penciptaan Manusia). Pendukung teori ini menyatakan
bahwa segala sesuatu berubah secara cepat dan sesuatu itu berasal dari tidak ada
kemudian menjadi ada. Teori atau pandangan seperti ini merupakan kebalikan
dari teori atau pandangan evolusi. Ia menekankan asal kejadian bukan dari
proses perkembangan melainkan dari penciptaan (kreasi) oleh Tuhan dengan
kekuasaan-Nya. Teori revolusi tentang asal kejadian manusia banyak
dipengaruhi oleh interpretasi ummat beragama tentang proses kejadian Adam
yang dihubungkan dengan kemahakuasaan Tuhan.
17
(Pandangan Al-Quran tentang Penciptaan Manusia). Al-Quran tidak
menjelaskan secara rinci dan runtut tentang asal mula kejadian manusia yang
pertama. Tampaknya manusia pertama diciptakan, dalam perspektif al-Quran,
lebih dekat dengan cara revolusi (by creation) dari tanah (yaitu: turab, thin,
shalshal, hamain, dsb. Lihat QS.71:17/37:11/ 23:12-13/30:20/3:59/32:7/15:28).
Ketika berbicara tentang penciptaan manusia yang pertama, al-Quran menunjuk
kepada Allah sendiri sebagai pelakunya dengan menggunakan kata pengganti
nama tunggal (Aku, Dia). Hal ini menunjukkan, kata Quraish Shihab, manusia
pertama diciptakan oleh Allah tanpa melibatkan pihak lain (1999:280-281).
Perhatikan Firman Allah sebagai berikut:
(71::) .
Sungguh Aku (akan) menciptakan manusia dari tanah. (QS.38:71)
(59: ) .
Sungguh misal (penciptaan/kedudukan) Isa di sisi Allah adalah
seperti (penciptaan/kedudukan) Adam. Dia menciptanya dari tanah
kemudian berfirman kepadanya (tanah) jadilah maka jadilah
dia. (QS.3:59)
Kemudian al-Quran tidak memberitakan secara tegas tahapan-tahapan
proses penciptaan berikutnya; dari tanah sampai menjadi satu diri manusia
yang pertama. Namun secara pasti Al-Quran menegaskan bahwa semua
manusia yang ada sekarang ini berasal dari satu diri (manusia pertama) itu,
firman Allah:
18
(1: ).
Hai sekalian manusia; bertakwalah kepada Tuhanmu, Dia yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu, kemudian darinya
diciptakan-Nya pasangannya, kemudian dari keduanya Dia
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertak-walah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
persaudaraan. Sungguh Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS.4:1, bandingkan: 6:98)
20
(70: )
Dan sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam. Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan keunggulan
yang sempurna di atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (QS.17:70)
(Manusia makhluk perpaduan dua dimensi). Letak keunggulan
manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah karena ia merupakan
makhluk perpaduan dua dimensi (uni-bidimensional) yaitu antara dimensi ruh
dan alam. Manusia adalah makhluk yang bertuhan dan sekaligus berkehidupan
sosial (teo-antropo-sosial). Dengan demikian, manusia dapat menyadari
keluasan alam serta menguasai alam, dan pada saat yang sama ia memiliki
kesadaran diri yang melampaui alam serta dapat menjangkau
ketidakterhinggan Tuhan Yang Maha Tinggi.
(Potensi kemuliaan manusia). Beberapa potensi manusia yang
membuatnya dapat menjadi lebih unggul dan lebih mulia adalah:
1. Manusia adalah keturunan Adam, yang fisiknya berasal dari tanah bukan
dari hewan dan sejenisnya. Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Hai
manusia; sesungguhnya Tuhanmu adalah Satu, dan bapak keturunanmu
juga satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah.
2. Mempunyai bentuk dan struktur tubuh yang relatif lebih baik dan lebih
sempurna, sekalipun bukan yang terkuat atau terbesar dibandingkan hewan.
3. Memiliki ruh (soul) dan jiwa (spirit) yang di dalamnya terdapat potensi
untuk unggul seperti akal, kesadaran, perasaan (emosi) dan kemauan
(seperti: hawa nafsu dan kebebasan). Dengan dimensi ini manusia
berpeluang untuk dapat lebih mulia daripada malaikat.
4. Manusia diberi-Nya hidayah (petunjuk/kebenaran) yaitu: instink, indera,
akal, agama (wahyu), dan tawfiq (bimbingan secara langsung).
5. Diberi kemerdekaan dan kemampuan untuk dapat mengendalikan diri, serta
diberi potensi untuk dapat berbuat baik dan atau berbuat buruk (QS.91:7-8)
6. Manusia diberi amanah sebagai Khalifah Allah di muka bumi (khalifatullah
fi al-ardh) yaitu wakil Allah untuk mewujudkan kehendak-Nya di bumi
21
(QS.2.al-Baqarah:30), dan berkedudukan sebagai hamba Allah (abd Allah,
QSW.51.Adz-Dzariyat:56).
7. Semua di dalam alam yang dicipta Allah untuk manusia (2:29).
22
risalah Allah yaitu menyampaikan, mengamalkan dan membela agama Allah
(QS.3:110).
4. Pedoman hidup: Al-Quran dan Al-Sunnah (QS.2:2/3:32/3:132/
4:59/4:69).
5. Teladan hidup: para Nabi/Rasul, terutama Muhammad (QS.33:21/60:4,
6)
6. Kawan hidup: mukminin dan mukminat (QS.49:10) dan semua manusia
yang mengadakan persahabatan (QS.60:8).
7. Lawan hidupnya: Iblis dan keturunannya (QS.18:50) yaitu syaitan
(QS.1:168, 208/6:142/12:5/17:53/35:22/36:60/43:62), orang-orang ingkar
yang mengadakan permusuhan (QS.4:101/ 60:28/60:1, 9), orang-orang
munafik (QS.63:4), dan keluarga yang mengajak kepada perbuatan
melanggar agama (QS.64:14), dll.
8. Bekal hidupnya: seluruh alam dan isinya (QS.2:29/45:13).
Tanggung Jawab Manusia
(Makna tanggung jawab). Tanggung jawab adalah ke-sadaran akan tugas
dan kewajiban yang harus dikerjakan, serta mengetahui akibat dan dampak yang
ditimbulkan dari setiap per-buatan yang akan dikerjakan itu dengan kesiapan
dan kesediaan memikul resikonya. Sebelum berbicara tentang tanggung jawab
manusia akan dijelaskan fungsi dan peran manusia.
(Fungsi Manusia Muslim). Secara umum fungsi manusia adalah sebagai
hamba Allah (`abdi Allah) yang berkewajiban tunduk, taat, dan patuh
sepenuhnya akan apa yang dikehendaki oleh Allah.
(Peranan Manusia Muslim). Manusia di muka bumi adalah sebagai
wakil Allah (khalifah Allah), yaitu melestarikan, memanfaatkan, membangun,
dan memahami alam semesta.
(Tanggung jawab manusia). Tanggung jawab adalah sikap mengetahui
segala akibat dan dampak daripada perbuatannya serta mau memikul apapun
resiko yang ditimbulkannya. Tanggung jawab manusia tidak lain adalah
kewajiban untuk melaksanakan fungsi dan peranannya, yaitu di samping
mengabdi kepada Allah, manusia juga wajib mewujudkan kehendak-kehendak
Allah terhadap alam semesta ini. Semua itu adalah amanah yang harus
dipertanggung-jawabkan oleh setiap manusia. Ada empat sasaran pertanggung-
jawaban manusia atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya, yaitu:
1. Pertanggungjawaban pada semua makhluk/alam.
2. Pertanggungjawaban pada diri sendiri.
3. Pertanggungjawaban pada masyarakat
4. Pertanggungjawaban pada Allah S.w.t.
23
Manusia memerlukan Pedoman Hidup
Setiap manusia memiliki dua keperluan utama yaitu keperluan material
dan spiritual. Keperluan material (fisik) tumbuh secara alami; tidak dipelajari,
tidak dipengaruhi oleh lingkungan serta pendidikan dan sifatnya sama pada
semua manusia. Kebutuhan ini ada yang primer atau biologis (seperti: makan,
minum, tidur), dan ada yang sekunder atau sosial (seperti: berkomunikasi
dengan sesama, kegiatan bersama, kepuasan, pendidikan dan sosialisasi,
keteraturan sosial dan kontrol sosial) (Suparlan, 1980:1). Berkenaan dengan
keperluan material ini, agama berperan sebagai pengarah atau petunjuk bagi
manusia dalam bentuk patokan-patokan norma secara garis besarnya, seperti:
mana yang boleh dimakan, diminum atau dipergunakan, serta mana yang baik
dan yang tidak baik. Bimbingan agama seperti inilah yang membuat manusia
secara biologis terhormat dan bermartabat. Jadi akar kebutuhan terhadap agama
bagi manusia secara material adalah karena mereka ingin memperoleh hidup
yang sehat dan bahagia-sejahtera secara lahir.
Agama diperlukan dalam memenuhi keperluan material manusia yang
sekunder atau secara sosial karena manusia sesungguhnya memerlukan suatu
aturan hidup yang objektif. Dalam kehidupan sosialnya, manusia sering bersikap
subyektif atau berbuat mengutamakan diri sendiri dan tidak jarang merugikan
orang lain. Firman Allah dalam surah Ar-Ruum yang artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan
tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, mudah-mudahan mereka
kembali (ke jalan yang benar).(QS.30:41)
Jika manusia membuat sendiri aturan kehidupan sosialnya kadang-kadang
cendrung subyektif atau lebih mementingkan dirinya sendiri atau fihak tertentu
saja. Padahal dalam kehidupan sosial sangat diperlukan kesetaraan hak dan
kewajiban yang proporsional dan obyektif, dalam arti adil, dapat diterima, dan
mengikat semua orang. Di sinilah letak pentingnya posisi/ fungsi ajaran agama.
Beberapa peran strategis agama di dalam kehidupan sosial manusia, yaitu
pertama, agama merupakan ke-tentuan dari luar diri manusia yang memiliki
kekuatan pengaruh yang obyektif untuk mengikat secara adil semua manusia
dalam suatu masyarakat. Kedua, agama memiliki sistem nilai serta tata sosial
yang terpadu dan utuh sehingga mendorong terciptanya suatu persetujuan
mengenai sifat dan isi akan hak-hak serta kewa-jiban-kewajiban sosial. Ketiga,
agama menempatkan manusia sebagai pemeran/subjek sosial untuk kemakmuran
dirinya dan orang lain, lingkungannya dan alam seluruhnya dengan prasyarat
24
kualitas sumber daya manusianya yang suci jiwanya, tinggi intelektualitasnya,
tulus perbuatannya dan baik moralnya.
Keperluan manusia akan agama, ditinjau dari segi keperluan spiritual,
dapat dilihat dari keadaan psikologis manusia. Telah dikemukakan di atas bahwa
manusia memiliki dimensi fungsi fitrah yang darinya bersemi nurani, kesadaran
diri dan kesadaran ketuhanannya. Sifatnya immanen (menyatu dalam diri) dan
sekaligus transenden (di luar diri). Jadi manusia memiliki kesadaran akan
adanya sesuatu yang mencipta, menguasai dan memelihara alam semesta yang
muncul pada saat ia memfungsikan akal dan perasaannya. Kepada kekuatan di
luar jangkauannya itulah, kata HAMKA (1978:19), manusia menaruh harapan-
harapan akan kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas dan
keberhasilannya. Manusia memang memerlukan agama demi kepastian dan
kebahagiaan hidupnya, puncaknya adalah kepercayaan akan adanya Tuhan
terutama pada saat merasakan kehilangan atau terancam dari rasa kasih sayang,
rasa aman, rasa bebas dan rasa suksesnya (Rifa`i, 1994: 18). William James
menyatakan: Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap,
selama itu pula ia beragama.
Keperluan spiritual manusia ada yang berbentuk ilmu pengetahuan,
kedamaian, dan yang lebih tinggi lagi adalah keperluan akan adanya Tuhan serta
aturan-aturan yang berasal dari-Nya. Dasar keperluan ini adalah, pertama,
beragama merupakan fitrah manusia (kesadaran yang melekat pada diri manusia
dan dibawa sejak lahir), kedua, manusia ingin hidup selamat dan bahagia-
sejahtera di dunia sampai akhirat.
Di samping sebagai sandaran batinnya, secara psikologis manusia
memerlukan agama agar jiwanya selalu bersih dan berkualitas, memiliki sifat-
sifat keutamaan/kemuliaan, memiliki ketundukan dan pengabdian yang tulus
kepada Tuhan, serta bebas dari perbudakan hawa nafsu dan materi yang negatif.
Pada hakikatnya manusia senantiasa ingin mendapatkan kebenaran, kebaikan
dan keindahan. Gabungan tiga hal ini disebut suci. Usaha untuk memperolehnya
itulah yang disebut beragama. Atau dalam kata lain; keberagamaan adalah
terpatrinya rasa kesucian di dalam jiwa seseorang. Karena itu seseorang yang
beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar,
yang baik, dan yang indah. Mencari yang benar menghasilkan ilmu, mencari
yang baik menghasilkan akhlak, mencari yang indah menghasilkan seni.
Agama merupakan keperluan mutlak manusia. Namun lebih dari itu
agama senantiasa relevan dalam kehidupannya, karena tidak ada manusia yang
tidak mendambakan kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kedamaian atau
keselamatan. Coba renungkan penjelasan seorang ilmuan Iran, Murtadha
25
Mutahhari, tentang fungsi dan peranan agama dalam kehidupan manusia berikut
ini:
Ilmu mempercepat Anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah
yang dituju.
Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya, agama
menyesuaikan manusia dengan jati dirinya.
Ilmu hiasan lahir, agama hiasan batin.
Ilmu memberi kekuatan dan menerangi jalan, agama memberikan
harapan dan dorongan bagi jiwa.
Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana, agama
menjawab yang dimulai dengan mengapa.
Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemiliknya, agama
menenangkan jiwa pemeluknya yang tulus.
Bab 3
HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
Hukum Islam
(Pengertian Hukum). Secara bahasa hukum berarti meletakkan sesuatu
atas sesuatu. Hukum adalah seperangkat peraturan atau norma yang mengatur
tingkah laku manusia. Hukum juga dapat diartikan sebagai patokan, tolok ukur,
ukuran atau kaidah mengenai perbuatan atau sesuatu tertentu.
(Sumber Hukum Islam). Ajaran dan hukum Islam memiliki dua jenis
sumber, yaitu:
1. Sumber norma dan nilai yaitu al-Quran dan al-Sunnah/Hadis.
2. Sumber operasional yaitu Ijtihad/Royu.
Al-Quran dan al-Sunnah merupakan dua pusaka yang dijamin oleh
Rasulullah s.a.w tidak akan menyesatkan orang yang memeganginya. Bahkan
jika terjadi perbedaan pendapat dalam suatu hal keagamaan maka Allah
memerintahkan untuk kembali merujuk kepada al-Quran dan kemudian al-
Sunnah (QS.4.Al-Nisa:59).
Ijtihad/Royu berfungsi untuk mengurai, merinci serta menuntun
ketetapan dalam pelaksanaan ajaran Islam. Jika ia benar maka dapat disebarkan,
dan bagi penggagasnya akan diberikan dua pahala, dan jika keliru tidak perlu
diikuti meskipun penggagasnya tetap mendapat satu pahala.
(Hukum Islam: Syari`at dan Fikih). Hukum Islam adalah seperangkat
peraturan atau norma yang mengatur tingkah laku manusia dan merupakan
26
bagian dari ajaran Islam. Hukum Islam bersumber kepada Al-Quran dan
Sunnah/Hadis Rasulullah s.a.w. dan dikembangkan dengan ijtihad. Hukum Islam
yang semata-mata bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah disebut syari`at
(Islamic Law), sedangkan hukum Islam yang telah dikembangkan melalui ijtihad
disebut fikih (Islamic Jurisprudence).
(Syari`at). Syari`at atau syari`ah adalah hukum-hukum/ajaran Islam yang
terdapat di dalam wahyu Allah, yaitu yang termuat di dalam Al-Quran dan Al-
Sunnah/Hadis Rasul Muhammad s.a.w. Syari`at bersifat mendasar
(fundamental), mempunyai ruang lingkup yang luas (global dan universal),
berlaku abadi, dan menunjukkan kesatuan dalam Islam.
(Fikih hasil ijtihad). Fikih, fiqah atau Fiqh - menurut bahasa
bermakna pemahaman, yaitu: mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan
baik. Secara istilah ia didefinisikan sebagai mengetahui hukum syara` (syari`at)
yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-dalilnya yang rinci (Rosyada,
1994:4). Fikih adalah hukum-hukum dalam Islam hasil pemahaman manusia
tertentu tentang syari`at. Fikih bersifat pelengkap /pendukung (instrumental),
rinci namun terbatas (spesifik), bersifat sementara (temporer), dan berbeda-beda
hasil dan ketentuannya. Fikih adalah hasil ijithad, beberapa hal yang menjadi ciri
ijtihad yang membedakannya dengan wahyu adalah:
Pengertian di atas menunjukkan beberapa perbedaan antara fikih dengan
syari`at, yaitu:
1. Fikih lebih sempit daripada syari`at, karena hanya mengkaji
pengetahuan dan status hukum dari setiap perbuatan seorang muslim
(amaliah mukallaf - ) tentang halal/mandub, haram, wajib,
sunnat dan makruh beserta dalil-dalinya dari sumbersumber syari`at (al-
Quran dan Sunnah).
2. Sesuai dengan maknanya (fiqh = pemahaman terhadap syari`at
Islam di bidang hukum amaliah/praktis), fikih baru muncul setelah wafatnya
Rasulullah s.a.w melalui ijtihad yang dikembangkan oleh ulama fiqh
(fuqaha). Di antara mereka adalah: Imam Malik, Imam Syafi`i, Imam
Hanbali, Imam Hanafi, dll.
3. Fikih sangat erat kaitannya dengan mazhab - ( aliran). Ulama
fiqh berusaha memahami dan memerinci hukum-hukum syari`at sesuai
dengan kemampuan masing-masing, pendapat tersebut kemudian diikuti
oleh sekelompok orang. Faham yang memiliki pengikut dan pendukungnya
itu yang disebut mazhab.
4. Hasil keputusan ijtihad (fikih) tidak mutlak/absolut kebenarannya
karena merupakan produk pemikiran manusia, sedangkan wahyu bersifat
absolut kebenarannya.
27
5. Hasil keputusan ijtihad (fikih) tidak mengikat; hanya berlaku
untuk seseorang, suatu tempat atau suatu masa, dan berlaku bagi yang
mengikutinya saja. Sedangkan semua yang ditetapkan oleh wahyu wajib
diterima dan diikuti.
6. Ia tidak berlaku dalam hal penambahan ibadah
khusus/`Ubudiyah. Sebab hal ini hanya wewenang wahyu sebagai sumber
norma dan nilai (al-Quran dan Sunnah).
7. Hasil putusan ijtihad tidak boleh bertentangan dgn al-
Quran/Sunnah.
8. Dalam proses berijtihad diiringi oleh faktor-faktor: latar belakang
dan motivasi, resiko, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-
nilai yang menjadi ciri serta jiwa ajaran Islam. Wahyu diturunkan
sepenuhnya atas kehendak Allah S.w.t.
Contoh sederhana perbedaan antara syari`at dengan fiqh adalah:
Menutup aurat pada shalat adalah wajib (syari`at), sedangkan model
penutup aurat seperti kain sarung, celana panjang, jubah, adalah fiqh.
Berqunut pada setiap shalat disunnatkan (syari`at), sedangkan berqunut
dengan do`a tertentu dan hanya di waktu shalat subuh adalah fiqh.
(Cara/Metode Berijtihad). Banyak pakar hukum Islam yang
menempuh/menggunakan berbagai metode dalam berijtihad. Dari sisi subjeknya
ijtihad dpt dilakukan sendiri-sendiri, disebut ijtihad perorangan .
Ijtihad dapat juga dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, ijtihad
ini dinamakan ijtihad kolektif .
Secara umum Ijtihad ditinjau dari targetnya yang ingin dicapai terbagi
pada 2: pertama, ijtihad dalam bentuk mengerahkan pemikiran untuk
menetapkan suatu ketentuan pelaksanaan hukum atau ibadah. Ijtihad model
ini dapat dilakukan, bahkan harus dilakukan, oleh setiap muslim yang telah
berakal, dewasa dan merdeka. Ia harus berani mengambil ketetapan pelaksanaan
hukum terutama saat mengalami kendala dalam melaksanakan hukum atau
ibadah tertentu, seperti keragu-raguan tentang jumlah rakaat shalat yang telah
dilakukannya. Ijtihad seperti ini hanya berlaku untuk diri sendiri yang
bersangkutan. Syaratnya adalah: niat yang tulus ikhlas, berpikir yang jernih dan
sungguh-sungguh, dan bersikap obyektif terhadap masalah yang diijtihadi.
Kedua, ijtihad dalam bentuk mengerahkan pemikiran untuk
menetapkan suatu ketentuan/keputusan hukum yang rinci yang tidak
disebutkan secara eksplisit oleh Quran dan Sunnah. Ijtihad ini memiliki syarat
yang ketat dan hanya dapat dilakukan oleh ulama yang telah memenuhi syarat.
28
Di antara syaratnya: menguasai bahasa Arab, menguasai Quran, Sunnah, ilmu
ushul fiqh dan ilmu fiqh, menguasai berbagai pendapat sahabat dan ulama
terdahulu, dan menguasai ilmu-ilmu penunjang pada bidang-bidang tertentu
yang relevan.
Ijtihad dalam bentuk yang kedua ini oleh Yusuf Qardhawi dibagi ke dalam
dua model:
1. Ijtihad Seleksional atau Ijtihad Intiqai - atau Ijtihad
Tarjihi - , yaitu ijtihad untuk memilih pendapat para ahli fiqh
terdahulu mengenai masalah tertentu kemudian menyeleksi mana yang lebih
kuat dalilnya dan lebih relevan dengan kondisi sekarang.
2. Ijtihad Kreasional atau Ijtihad Insyai , yaitu ijtihad
dalam usaha mengambil kesimpulan hukum mengenai peristiwa-peristiwa
baru yang belum diselesaikan oleh para ahli fiqh terdahulu.
30
b. Ibadat lainnya yang berkenaan dengan ibadat wajib/Rukun Islam:
bersifat fisik (badani - )seperti: bersuci (thaharah), azan, iqamat,
do`a, umrah, khitan, pengurusan jenazah, dll.
bersifat materi (maliy - )seperti: qurban, aqiqah, sedekah, wakaf,
fidyah, dll.
Ibadah Umum atau Mu`amalah (berasal dari akar kata `amila - =
berbuat, beramal) adalah saling berbuat/beramal atau berinteraksi. Jelasnya
mu`amalah adalah tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan dengan benda/alam seluruhnya (Anshari:15, Malang:31).
Kandungan mu`amalah secara umum mencakup:
a. hukum perdata (al-Qanun al-Khas ) meliputi:
hukum perniagaan (mu`amalah dalam arti sempit)
hukum pernikahan (munakahat)
hukum pewarisan (waratsah), dll.
b. hukum publik (al-Qanun al-`Am ) , meliputi:
hukum pidana (jinayah)
hukum ketatanegaraan (khilafah/siyasah)
hukum perang/damai (jihad), dll. (Anshari:15-16).
c. Peraturan-peraturan umum lainnya seperti masalah makanan, minuman,
sembelihan, berburu, dakwah, dll., termasuk juga Akhlaq (Darajat: 282-283)
Jadi syari`at Islam, secara luas, mencakup semua ajaran Islam. Menurut
Prof. Mahmud Syaltut semua ajaran Islam termasuk ke dalam syariat Islam
kecuali akidah/keimanan. Pendapat tersebut barangkali bersandar kepada alasan
bahwa akidah/keimanan Islam telah diajarkan oleh tiap Nabi/Rasul sejak Adam.
Perlu dikemukakan pula bahwa di antara syariat para Nabi/Rasul maka
syariat Islam yang dibawa oleh Rasul Muhammad saw bernilai abadi dan
sempurna. Yang dimaksud dengan abadi di sini adalah senantiasa dapat
difungsikan dan relevan sampai kapan dan di mana saja. Sedangkan yang
dimaksud dengan sempurna adalah bahwa ia melingkupi semua prinsip-prinsip
syariat terdahulu karena datangnya kemudian atau terakhir.
Syari`at Islam bernilai abadi dapat dilihat dari beberapa hal:
Sumbernya yaitu al-Quran terjamin keabadiannya. Sebagaimana ditegaskan oleh
Allah Swt.: Sungguh Kamilah yang telah menu-runkan al-Quran, dan sungguh
Kami benar-benar memeliharanya (QS.15:9, 17/17:88/10:38).
a. Redaksi Quran singkat, padat dan global sehingga senantiasa memberikan
peluang untuk ditafsirkan sesuai tingkat kecer-dasan, pengetahuan dan
perkembangan manusia (Shihab:105).
31
b. Syari`at Islam sesuai dengan fitrah (naluri dasar/ kesejatian) manusia,
mudah/ringan dan praktis, moderat, rasional, utuh dan sempurna (Malang,
1990:38-48).
c. Syari`at Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia serta memenuhi
tuntutannya. Firman Allah Swt.:
Tidak ada suatupun yang Kami lewatkan di dalam Kitab (Al-
Quran) itu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah semuanya
dikembalikan (QS.6:38).
d. Hukum-hukum dalam Islam, menurut Prof. K.H. Ali Yafie, nilai dan
normanya bersumber kepada ayat-ayat syari`ah (wahyu Allah) namun dalam
pengembangannya bersumber juga kepada ayat-ayat kawniyah (alamiah dan
sejarah) (Rahman, 1994:85-86)
(Fungsi dan Tujuan Hukum Islam). Fungsi hukum Islam banyak sekali
mencakup semua aspek kehidupan manusia. Namun yang paling utama di
antaranya adalah (Ibrahim Hosen, 1996:90):
1. Fungsi ibadah, yaitu untuk mengabdi kepada Allah dan inilah
fungsi yang paling utama.
2. Fungsi amar ma`ruf dan nahi munkar, yaitu untuk membudayakan
kebaikan dan menghilangkan keburukan.
3. Fungsi zawajir, yaitu mencegah terjadinya kriminalitas.
4. Fungsi Tanzhim wa ishlah al-Ummah, yaitu sebagai sarana untuk
mengatur ketertiban dan kebaikan interaksi sosial ummat manusia.
Tujuan umum dari syariat Islam adalah hikmah diturunkannya syariat
Islam. Menurut ulama atau pakar hukum Islam terdapat lima hikmah
diturunkannya yaitu:
a. Untuk memelihara kelestarian agama (hifzud-dn ) .
b. Untuk menjaga kesucian rohani (hifzun-nafs - ) .
c. Untuk memelihara keselamatan akal (hifzul-`aql ) .
d. Untuk memelihara keturunan dan kehormatan (hifzun-nasl wal-hurumt
) .
e. Untuk memelihara kesucian harta (hifzul-ml ) .
(14:).
Sungguh Aku ini adalah Allah tidak ada tuhan Kecuali Aku maka
sembahlah aku dan tegakkan shalat untuk zikir/mengingatku.
(QS.20:14/29:45)
Secara bahasa shalat adalah peribadatan yang berisikan zikir dan doa
(permohonan) kepada Allah, karena itu berzikir dan berdoa yang paling baik
adalah ketika di dalam shalat dengan menyempurnakan bacaan-bacaannya.
Secara istilah shalat didefinisikan sebagai ucapan (bacaan) dan perbuatan yang
dimulai dengan tak-bir dan diakhiri dengan salam, dengan syarat dan rukun
tertentu.
Jenis shalat
Shalat terbagi kepada 5 jenis dilihat dari hukum melaksanakannya:
1. Wajib individual , yaitu shalat subuh, zuhur, `ashar,
maghrib, dan isya (QS.11:114/17:78).
2. Wajib komunal , yaitu shalat jenazah.
3. Sunnah yang sangat dianjurkan , seperti shalat hari
raya, gerhana, shalat malam, shalat witir, dll.
4. Anjuran \ , seperti shalat sunat setelah wudhu, mau
bepergian jauh, dll.
5. Netral, terserah kepada yang mau melaksanakannya, seperti shalat
sunat qabliyah Maghrib
Kedudukan shalat wajib
Kedudukan shalat wajib lima kali sehari semalam sangat penting,
pertama; shalat wajib merupakan tiang agama (HR. Baihaqi).
Kedua; shalat wajib merupakan pembeda antara mukmin dengan kafir
atau dengan musyrik. Sabda Rasulullah saw.:
Pembeda antara mukmin dengan kemusyrikan adalah
meninggalkan shalat. (HR. Muslim dan Abu Daud dari Jabir)
33
Turmuzi meriwayatkan: Pembeda antara keku-furan dengan
keimanan adalah meninggalkan shalat.
Ketiga; shalat wajib merupakan amal yang paling pertama dan utama
diperhitungkan di akhirat. Sabda Rasulullah saw.:
,
() .
Pertama-tama yang diperhitungkan pada hari kiamat terhadap
amal hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik (diterima) maka
akan diterima (diberi pahala) semua amal perbuatan baiknya, dan
jika shalatnya rusak maka akan ditolak (tidak diperhitungkan)
semua amal perbuatan baiknya. (HR. Thabrani dari Umar ra.)
Hikmah shalat
Banyak sekali hikmah shalat ditinjau dari berbagai aspek dan sisi
kehidupan. Beberapa hikmah shalat yang utama adalah:
1. Dari segi kesehatan shalat sangat besar manfaatnya, di antaranya:
Shalat adalah olah resik. Shalat dimulai dengan berwudhu, juga
disyaratkan harus bersih, suci dan tertib. Semua ini menunjukkan orang
yang shalat bersih lahirnya (anggota tubuh), suci batinnya, dan santun
perilakunya.
Shalat adalah olah raga. Melaksanakan shalat dengan sem-
purna berarti melakukan gerakan menyeluruh bagi semua anggota tubuh
sehingga otot menjadi rileks, sirkulasi darah merata ke dalam tubuh, dan
gerak organ tubuh menjadi lebih normal. Shalat merupakan olah raga
yang paling sesuai untuk semua jenis dan tingkatan usia manusia.
Shalat adalah olah rasa. Shalat harus dilaksanakan dengan
khusyuk, tenang dan serius. Ini berarti orang yang sholat dapat
menentramkan hati dan berkonsentrasi. Kekhusyuan akan besar
pengatuhnya dalam membina perasaan (emosi-onal) yang normal/baik.
Konsentrasi merupakan modal uta-ma untuk pintar karena dapat
34
mengingat sesuatu dengan kuat dan dapat memusatkan perhatian terhadap
sesuatu.
Shalat adalah olah rasio. Di dalam shalat selain khusyu juga
ada sujud. Pada saat sujud darah lebih banyak dipompakan ke bagian
kepala sehingga jaringan-jaringan pembuluh darah di bagian otak menjadi
kuat dan tidak mudah pecah. Dengan banyak sujud seseorang akan relatif
lebih tinggi kemampuan dan ketahanan berpikirnya serta relatif jarang
terkena serangan stroke. Karena itu seseorang yang rajin shalat, terutama
shalat tahjjud, tidak mudah terserang penyakit pikun.
2. Shalat akan mensucikan jiwa dari dosa. Firman Allah Swt.:
(114:).
Dan dirikan shalat pada dua tepi siang (subuh dan ashar) serta
pada permulaan malam (magrib dan isya). Sungguh kebaikan-
kebaikan (shalat wajib lima kali) itu akan melenyapkan dosa, dan
(shalat) meru-pakan zikir bagi orang-orang yang mau mengingat.
(QS.11:114)
3. Shalat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar:
(45:).
Bacalah apa-apa dari ayat al-Quran yang diwahyu-kan kepadamu,
dan tegakkan shalat karena sesung-guhnya shalat mencegah dari
perbuatan keji dan munkar, dan sungguh (shalat) adalah bentuk
mengi-ngat Allah yang paling besar, dan Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat. (QS.29:45)
35
4. Shalat dapat dijadikan sarana untuk meneguhkan hati dan untuk
memohon pertolongan dari Allah Swt. Firman Allah:
.
(45:)
Dan mohonkanlah pertolongan melalui sabar serta shalat. Sungguh
ia (sabar dan shalat) sangat berat ke-cuali bagi orang-orang yang
khusyu`(QS.2:45/ 2:153)
Jenis Shaum
Puasa wajib (fardhu), yaitu: puasa di bulan Ramadhan (QS.2:
183-185), puasa qadha (mengganti puasa wajib Ramadhan, QS.2:185), dan
puasa nazar yang wajib ditunaikan.
36
Puasa sunnah, yaitu: puasa setiap hari senin dan kamis, puasa
bulan purnama setiap bulan (tanggal 13, 14, 15 bulan qama-riyah), puasa 6
hari di bulan syawal, puasa hari Arafah (9 zulhijjah), puasa Asyura (tanggal
10 muharram).
Puasa yang diharamkan, yaitu: pada hari raya, hari tasyrik
(tanggal 11, 12, 13 zulhijjah), hari pertama awal ramadhan yang diragukan,
puasa khusus untuk hari-hari tertentu atau tujuan-tujuan tertentu yang tidak
ada dalil yang memerintahkannya, puasa terus menerus siang malam atau
wishal- , dll.
Hikmah Shaum
Puasa dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
37
Puasa dapat menghilangkan penyakit-penyakit hati seperti: pemarah
(emosional), egoistik, dusta, angkuh/sombong, tamak atau rakus, dll.
Puasa dapat meningkatkan rasa solideritas sosial.
Puasa akan meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.
Puasa dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.
(3) Zakat
Zakat - secara bahasa berarti tumbuh, berkembang, suci. Secara
istilah zakat didefinisikan sebagai kegiatan mengeluarkan sebagian harta
dengan rukun dan syarat tertentu untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Zakat terbagi dua: zakat harta dan zakat jiwa atau
zakat fitrah. Meskipun berbeda bentuk dan penamaannya akan tetapi keduanya
sama sebagai ibadah yang berkenaan dengan harta.
Ketentuan zakat
1. Zakat harta adalah zakat atas harta milik yang telah memenuhi masa
tertentu (haul) dan ukuran tertentu (nishab). Beberapa ketentuan zakat harta
adalah:
Syarat wajib zakat: Islam, dewasa, berakal, merdeka, harta milik
sendiri, cukup masanya (haul), dan sampai ukuran minimalnya (nishab)
Pada prinsipnya semua jenis harta wajib dizakati baik berbentuk
harta konsumsi, produksi, maupun harta yang bersifat tetap seperti hiasan
atau simpanan seperti tanah, rumah, mobil atau perhiasan. Khusus untuk
harta yang bersifat tetap (tidak dikembangkan atau dibisniskan) kewajiban
zakatnya satu kali yaitu pada saat pertama kali memilikinya.
Orang-orang yang berhak menerima (mustahiq): fakir, miskin,
`amil (petugas memungut zakat), muallaf, hamba sahaya, orang yang
terpaksa berhutang, sabilillah, musafir di jalan Allah (ibnu sabil)
(QS.9:60).
Ketentuan jenis dan besarnya zakat harta dapat dilihat pada tabel
ini:
38
dsb. Pertama milik -sda- -sda-
Perhiasan/peralatan emas Satu tahun 200 dir/624 gr -sda-
Perak Pertama milik -sda- -sda-
Perhiasan perak
Satu Tahun(?) Nilai 94gr mas -sda-
Uang (gaji, honorarium)(?) Pertama simpan -sda- -sda-
Uang simpanan Satu tahun -sda- -sda-
Jasa uang simpanan
-sda- -sda- -sda-
Perusahaan, Biro Jasa
Pertama/setiap -sda- -sda-
Barang dagangan stok
Setiap tahun -sda- -sda-
Laba dagangan
1.350 kg gb./
Padi Saat panen 750 kg beras 5%
- Sawah olahan/airnya sulit 10%
- Sawah alami/airnya
mudah -sda- -sda-
-sda-
Agribisnis: Biji-bijian,
buah- buahan, tanaman hias, 5 unta 1 kambing
rumput-rumputan, daun-daunan, 10 unta 2 kambing
kacang- kacangan, sayur-mayur Setiap tahun 15 unta 3 kambing
Ternak Unta (mulai beru-mur 2 20 unta 4 kambing
tahun) 25 unta 1 unta
39
Syarat wajib: orang Islam, hidup sampai dengan malam hari raya,
kelebihan makanan pokok pada malam-siang hari raya.
Waktu membayarkan: mulai awal bulan ramadhan sampai sebelum
dilaksanakannya shalat Iedul Fithri.
Ukuran: kurma, gandum, atau beras sebanyak 1 sha` = 3,5 liter = 2,5 kg,
boleh dikonversi dengan uang yang nilai sama
Penerimanya (mustahiq) adalah: fakir miskin.
Hikmah zakat
1. Zakat berfungsi sebagai pembersih harta dan pensucian jiwa dari
sifat-sifat munafik, kikir dan tamak. Firman Allah Swt.:
(103:).
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. (QS.9:103)
2. Mendidik diri untuk menjauhkannya dari sifat dan sikap tercela
sebagai akibat dari pengaruh/godaan harta.
3. Sebagai ungkapan syukur atas karunia harta yang telah Allah
berikan.
4. Mengembangkan harta benda, baik secara spiritual atau nilai
berkahnya (QS.2:276) maupun secara ekonomis-psikologis, yaitu orang yang
tenang dan harta yang bersih akan lebih produktif, dan orang yang menerima
zakat akan meningkat usaha dan daya belinya.
5. Menumbuhkan solideritas sosial.
6. Mempererat persaudaraan dan menumbuhkan rasa kasih sayang
sesama manusia.
7. Menciptakan ketenangan kehidupan individual dan sosial.
Contoh Hukum Islam di Bidang Mu`amalah
Sistim Kekeluargaan dalam Islam
Sistim kekeluargaan Islam bersandar pada pola keluarga inti (Nuclear
Family) dan laki-laki (patrilineat; ayah, suami, dst.). Hal ini terlihat jelas dalam
hal garis keturunan (nasab), pernikahan (seperti wali dll.) serta tentang
pembagian harta warisan.
(1) Nasab (garis keturunan)
40
Nasab - adalah garis keturunan yang menjadi tali
kekeluargaan/persaudaraan. Nasab terjadi melalui tiga jalur:
a. Keturunan sedarah, yaitu garis keturunan terjadi karena kelahiran dari
perkawinan yang sah. Contohnya: ayah, ibu, kakek, nenek, anak dan cucu
dari seorang putera/i. Semua saudara keturunan darah ini disebut mahram
(muhrim). Perhatikan bagan berikut ini:
Anak
Cucu
Dst. (dan seterusnya)
+ = nikah
! = melahirkan
- = saudara/i sekandung
c. Persusuan. Jika seorang bayi menyusu satu kali sampai kenyang atau
sekurang-kurangnya 5 isapan (HR. Ibnu Majah dari Aisyah) kepada seorang
wanita yang bukan ibunya maka wanita tersebut beserta anak-anaknya
41
menjadi saudara yang tidak boleh dikawininya (menjadi
mahram/muhrim). Perhatikan bagan di bawah ini:
+ = nikah
! = melahirkan
- = saudara/i sekandung
(2) Perkawinan
Kawin atau nikah makna aslinya adalah akad atau ikatan. Perkawinan
merupakan ikatan sepasang manusia yang telah memenuhi syarat melalui ijab -
( ungkapan penyerahan calon isteri oleh walinya) dan qabul -
(ungkapan penerimaan oleh calon suami/yang mewakili). Nikah/kawin
didefinisikan sebagai akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-
laki dengan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan
kewajiban antara keduanya.
Nikah merupakan satu ibadah yang dianjurkan Allah. Firman-Nya:
Nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu serta hamba-
hamba sahayamu yang shalih. Jika mereka miskin niscaya akan
dicukupi oleh Allah dengan karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Luas
lagi Maha Mengetahui. (QS.24:32)
Ayat ini menghendaki agar menjadikan pernikahan sebagai tanggung
jawab semua pihak, terutama orang tua dan majikan (atasan), sebagai satu
bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasulullah.
Prinsip pernikahan dalam Islam
Prinsip-prinsip umum pernikahan dalam ajaran Islam adalah:
a. Permudah nikah; persulit cerai.
b. Suka sama suka dengan landasan kesetaraan (kufu) atas 4 pilihan:
keturunan, kebagusan, kekayaan, dan yang utama karena agamanya.
42
c. Nikah merupakan fitrah (kecendrungan naluri) manusia.
d. Nikah adalah perbuatan yang bernilai ibadah.
e. Polyandri (bersuami satu) dan monogami terbuka (seorang laki-laki boleh
beristeri 2-4 dengan syarat: adil dan benar prosedurnya), lihat QS.4.Al-
Nisa:3.
Hukum nikah
Hukum asal nikah adalah boleh (mubah/jaiz/halal), kemudian hukumnya
menjadi bervariasi bergantung kepada motivasi dan kondisi pelakunya. Terdapat
5 tingkatan hukum nikah ditinjau dari motif dan kondisi seseorang yang akan
melaksanakan pernikahan, yaitu:
1. Wajib - , bagi seseorang yang telah memenuhi syarat dan
memiliki bekal, jika tidak menikah kuat kemungkinannya akan terjerumus ke
dalam dosa (zina).
2. Sunnah - , bagi yang memenuhi syarat dan memiliki bekal.
3. Halal atau Boleh (Mubah - atau jaiz - ) , bagi seseorang
yang memenuhi syarat tapi kurang bekal. Sabda Rasulullah saw:
).
(
Hai para pemuda! Siapa di antara kamu yang telah mampu (lahir dan
batin) hendaklah menikah karena akan menyejukkan pandangan mata
dan menjaga kesucian. Siapa yang belum mampu hendaklah berpuasa
karena puasa itu menjadi perisai baginya. (HR. Bukhari dan Muslim dari
Ibnu `Abbas)
4. Makruh - , bagi yang belum memenuhi syarat dan belum
mempunyai bekal/modal, dan
5. Haram - , bagi yang mau menikah dengan niat untuk
merusak atau mengakibatkan timbulnya bencana keluarga.
Pada prinsipnya nikah adalah Sunnah (tradisi) Rasulullah saw. Beliau
melarang membenci sunnahnya. Dibenarkan tidak menikah selama dapat
menjaga diri dan tidak membenci pernikahan.
Aturan umum pra-nikah
43
a. Mengenal calon isteri/suami dengan cara yang baik dan benar (bukan
pacaran bebas) serta mengenal keluarganya.
b. Musyawarah dan mohon saran-pendapat.
c. Istikharah (shalat/do`a memohon pilihkan atau ketetapan dari Allah).
d. Meminang/melamar - .
Syarat pelaksanaan nikah
Setelah melamar dan musyawarah, ditetapkanlah hari perni-kahan. Aturan
yang menjadi syarat saat pernikahan adalah:
a. Ada calon suami-isteri yang pasti. Dalam hal-hal tertentu calon suami boleh
mewakilkan pelaksanaan nikah (melaksanakan qabul) untuk dirinya kepada
orang lain yang dipercayainya.
b. Adanya dua saksi yang adil.
c. Berlangsungnya ungkapan nikah (shighat `aqad yaitu ijab-qabul).
d. Adanya mas kawin - .
e. Wali nikah bagi mempelai wanita, yaitu salah seorang laki-laki, muslim,
dewasa, sehat, merdeka, adil dan tidak sedang berhaji di antara: ayah
kandung, kakek, saudara sekandung (tiga orang ini disebut wali dekat -
), dst. Perhatikan bagan berikut ini:
Urutan wali nikah
45
1. Cerai - , artinya lepasnya ikatan. Talak adalah perbuatan halal yang
dibenci Allah (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah), karena itu hukumnya
makruh, dan dibolehkan jika ada alasan-alasan yang sampai kepada tingkat
daurat (terpaksa). Menurut UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan: cerai
hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Cerai terjadi
apabila diucapkan oleh suami dengan sadar dan disertai niat ingin
menceraikan isteri.
2. Khulu` - , adalah permintaan cerai dari isteri terhadap suami dengan
tebusan/iwadh - yang diberikan oleh isteri kepada pihak pengadilan
(QS.2::229/ 33:28). Tidak dapat rujuk langsung, harus dengan nikah lagi.
3. Fasakh - , adalah permintaan cerai seorang isteri dari suaminya kepada
hakim (QS.2:229). Tidak dapat rujuk secara langsung.
4. Rujuk - , yaitu menyatunya kembali suami isteri di masa iddah setelah
thalaq satu atau dua (QS.2:231). Tidak perlu akad nikah, cukup dengan
ucapan/ungkapan untuk kembali/bersatu lagi dari suami. Suami yang ingin
kembali kepada isterinya setelah lewat masa iddah harus melalui akad nikah.
5. Iddah - ( hitungan), yaitu masa menunggu (tidak boleh menikah dengan
lelaki lain) dalam jangka tertentu bagi wanita setelah dicerai (QS.2:228,
232), perinciannya:
Cerai biasa ( talak satu dan dua) iddahnya tiga kali
suci bagi yang haidnya normal (QS.2:228), atau tiga bulan bagi yang
haidnya tidak normal (QS.65.Al-Thalaq:4).
Talak tiga; iddahnya adalah si isteri menikah dulu secara suka
rela dengan lelaki lain kemudian diceraikannya setelah dicampuri, baru
boleh bekas suami pertama menikahinya kembali (QS.2:230).
Wanita hamil iddahnya sampai melahirkan (QS.65:4).
Isteri ditinggal mati suami iddahnya 4 bulan 10 hari (2:234)
Isteri yang belum dicampuri tak ada idah (QS.2:238/33:49)
6. Kawin kontrak - , adalah perkawinan yang telah ditetapkan jangka
waktu lamanya. Semula dibolehkan kemudian dilarang.
7. Masa berkabung - , masa seorang isteri yang kematian suaminya
dilarang berhias, berpakaian yang menyolok dan me-nerima lamaran di masa
iddahnya (HR. Bukhari dan Muslim).
46
8. Zihar - ( penyerupaan), yaitu menyerupakan isteri dengan ibu sendiri
(sebagai alasan untuk tidak menggaulinya). Dendanya ditebus dengan
memerdekakan seorang hamba sahaya, jika tidak didapatkan maka puasa 60
hari berturut-turut, atau -- jika tidak bisa juga -- memberi makan 60 orang
miskin (QS.58.Al-Mujadilah:2-4).
9. Ila` - , yaitu seorang suami -- karena marah mengha-ramkan dirinya
untuk berhubungan intim dengan isterinya dan bersumpah untuk
menjauhkan diri darinya. Waktunya paling lama 4 bulan (QS.2:226-227).
Setelah itu ada dua pilihan bagi suami: pertama; kembali kepada isterinya
dan harus membayar denda seperti denda sumah (memberi makan/pakaian
10 fakir-miskin, atau memerdekakan budak, atau puasa 3 hari (QS.5:89) atau
kedua; menceraikan isterinya dan tidak boleh rujuk lagi (disebut talak bain
sughra).
10. Li`an ( saling melaknat), yaitu suami/isteri menuduh pasangannya
berzina tetapi tidak dapat mengajukan 4 orang saksi, masing-masing
bersumpah di hadapan hakim empat kali dan sumpah yang kelima
menyatakan bahwa laknat Allah akan menimpa dirinya jika tidak
benar/benar apa yang dituduh-kannya kepadanya (QS.24.Al-Nur:6-9).
Kemudian keduanya diceraikan dan tidak dapat rujuk.
Hak dan kewajiban suami/isteri:
Kewajiban suami (hak isteri) al.: memimpin dan mendidik
keluarga, memberi nafkah (lahir dan bathin), bergaul dengan isteri secara
layak (makruf), mas kawin, dll.
Kewajiban isteri (hak suami) al.: taat, berbakti, menyusui dan
membimbing anak-anak, menjaga/mengurus harta suami/rumah dan segala
isinya, dll.
Kewajiban bersama al.: hubungan intim dan menjaga keraha-
siaannya, amanat atas harta, perlakuan yang terbaik, saling memenuhi dan
menutupi kekurangan, dll.
Kewajiban mengasuh anak -
Mengasuh atau hadhanah maksudnya adalah mengasuh, memelihara dan
mendidik anak yang masih kecil. Hadhanah meru- 188
pakan hak anak dan menjadi kewajiban bagi suami-isteri. Kewajiban tersebut
dapat dilaksanakan oleh keduanya secara langsung dan boleh secara tidak
langsung yaitu dengan mengupah orang lain (QS.2:233).
47
Jika terjadi perceraian maka hadhanah menjadi kewajiban isteri (HR.
Ahmad dan Abu Daud), sedangkan nafkahnya kewajiban suami. Tetapi apabila si
isteri menikah lagi dengan orang lain maka kewajiban hadhanah pindah kepada
bekas suaminya (ayah sang anak). Dan apabila sang anak sudah besar maka ia
diberi kebebasan memilih untuk mengikut ayahnya atau ibunya (HR. Ibnu Majah
dan Turmuzi).
Seandainya yang mengasuh anak itu bukan ayah atau ibunya maka
diutamakan dari keluarga terdekat. Dan jika keluarga terdekat tidak ada maka
diutamkan yang mengasuhnya adalah perempuan (Depag, 1994/1995:54).
Hikmah Nikah:
Untuk menjalin kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah) (al-
Rum:21).
Menjaga agama dan akhlaq.
Silaturrahim dengan asas lestari.
Reproduksi/regenerasi
Ketenangan lahir-batin.
Tolong-menolong.
Pintu rezeki.
Da`wah.
Pendidikan, dll.
Dst.
Sdra sib. - Sdra say. - Sdra kd. - (Anak lk. + isteri) - (Anak pr.+ Suami) Saudari (kd,say,sib)
Dst.
Keterangan:
Dari bagan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor yang
menyebabkan timbulnya pewarisan, yaitu:
1. Pertalian darah atau perkariban (nasab) baik pertalian lurus ke atas
(bapak-kakek dst., ibu-nenek dst.), pertalian lurus ke bawah (putera-cucu
dst.), maupun ke cabang (saudara, paman dsb.).
2. Perkawinan, seperti suami, isteri, dll.
3. Memerdekakan sebagai jasa baik bagi tuan dan atau puan
yang telah memerdekakan hamba sahayanya jika tidak ada ahli waris lainnya
bagi orang yang dimerdekakan.
Adapun ahli waris yang berhak menerima warisan adalah:
1. Ditetapkan prosentase bagiannya ( ) . Prosentase pem-bagian waris
terdiri dari (puteri tunggal, cucu perempuan tunggal, saudari tunggal,
suami), 1/3 (ibu, dua atau lebih saudara/i seayah), (suami, isteri), 1/6 (ibu,
bapak/ayah, nenek, kakek, cucu pr, saudara seibu tunggal saudari sebapak).
49
2. Tidak disebutkan prosentasenya (` ) yaitu ahli waris yang mendapat
semua harta atau semua sisa harta. Bentuknya:
Mendapatkan semua harta (disebut ) . Jika dia sendirian
(sejenis) dan tidak ada ahli waris faridhah. Secara urut rentetan `ashabah
adalah: putera, cucu lelaki (anak laki-laki dari putera), bapak, kakek,
saudara kandung, saudara sebapak, ponakan lelaki (anak saudara
kandung), ponakan laki-laki (anak saudara sebapak), paman kandung,
paman sebapak, sepupu (putera paman kandung), sepupu (putera paman
sebapak), dan tuan.
Mendapat pembagian dengan yang lain () . Yaitu
mendapat bagian 2:1 jika ahli waris di atas didampingi oleh ahli waris
perempuan yang setingkat (satu level) dari seluruh warisan (jika tidak
ada ahli waris faridhah) atau sisa harta setelah dibagikan kepada ahli
waris faridhah. Ahli waris ini adalah: putera (anak laki-laki) kandung,
cucu laki-laki (anak putera), suadara kandung, dan saudara sebapa
(selanjutnya lihat pembahas-an no. 3. Terhalangi).
Mendapat bagian bersama yang lain (disebut ) .
Saudari kandung atau sebapak beserta puteri atau cucu perempuan
menjadi `ashabah, yakni seorang puteri mendapat harta (faridhah)
dan seberapa sisanya untuk saudari (`ashabah). Saudari yang `ashabah
ini menghalangi saudara sebapak, dan saudari sebapak yang `ashabah
menghalangi ponakan (anak saudara).
Jika `ashabah ini tidak ada maka warisan dibagikan kepada keluarga si mati
yang bukan ahli waris . Jika tidak ada juga zawil-arham maka
harta warisan diserahkan kepada kas perbendaharaan ummat .
(Junus, 1968:13).
3. Terhalangi. Dari seluruh ahli waris tersebut ada yang menjadi terhalang atau
tertutup - untuk mendapatkan bagiannya karena urutannya yang
sangat jauh dari si mati dan telah dihalangi/ditutupi oleh ahli waris yang
terdekat dengan si mati. Ahli waris yang dekat kekerabatannya dengan si
mati (yaitu: anak, ibu, bapak, suami dan isteri) tidak ada yang
menghalanginya (senantiasa mendapat waris). Secara rinci mereka yang
terhalang mendapatkan waris adalah:
Cucu laki-laki/perempuan (anak dari putera si mati) terhalang jika masih
hidup anak laki-laki atau dua anak perempuan si mati.
Saudara dan saudari kandung (adik/abang laki-laki si mati) terhalang
jika masih hidup: (a) anak laki-laki, (b) cucu laki-laki (putera dari
saudara si mati), dan (c) bapak si mati.
50
Saudara dan saudari sebapak terhalang jika masih hidup: (a, b, c),
saudara kandung laki-laki/perempuan si mati yang menjadi `ashabah,
puteri, dan cucu perempuan si mati.
Saudara dan saudari seibu terhalang jika masih hidup: anak (laki-laki
dan atau perempuan), bapak dan kakek si mati.
Putera saudara kandung si mati tertutup jika masih hidup: (d) putera si
mati, (e) cucu laki-laki, (f) bapak, (g) kakek, (h) saudara kandung, (i)
saudara sebapak si mati.
Putera saudara sebapak terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si mati itu
masih hidup.
Paman (saudara kandung bapak) terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si
mati itu masih hidup.
Paman (saudara sebapak bapak) terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si
mati itu masih hidup.
Putera paman kandung bapak terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si mati
itu masih hidup.
Putera paman sebapak bapak terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si mati
itu masih hidup.
Kakek (bapak dari bapak si mati) terhalang jika bapak si mati itu masih
hidup.
Nenek (ibu dari ibu) terhalang jika ibu si mati itu masih hidup.
Nenek (ibu dari bapak) terhalang jika bapak/ibu si mati itu masih hidup.
4. Selain ketentuan di atas, dianjurkan pula untuk memberikan sebagian harta
warisan kepada yang hadir dan mendengarkan proses pembagiannya (seperti
ahli waris yang terhalang/ mahjub, keluarga dekat, anak yatim dan orang
miskin, QS.4:8)
Contoh cara pembagian harta waris:
Si A wafat meninggalkan seorang: putera, puteri, dan isteri. Harta yang
ditinggalkannya bersih senilai Rp.80 juta. Pembagian warisnya sbb.:
Isteri bagiannya 1/8 X Rp.80 juta = Rp.10 juta. Anak bagiannya `ashabah (sisa,
yaitu Rp.70 juta). Putera (2 bagian) dan puteri (1 bagian) = 3 bagian. Putera
mendapat 2/3 X 70 juta = Rp.46,66 juta, dan puteri mendapat 1/3 X 70 juta =
Rp.23,33 juta.
Hikmah hukum waris
Hikmah pembagian waris dalam Islam ini berdasar pada hakikat
kepemilikan harta. Dalam Islam hakikat pemilik harta adalah Allah, sedangkan
51
manusia hanyalah pemilik sementara. Oleh karena itu ketika manusia meninggal
maka harta yang dimilikinya kembali ke pemiliki pertamanya yaitu Allah. Itulah
sebabnya harta warisan wajib dibagi sesuai dengan ketentuan Allah (hukum
waris).
Di sisi lain Islam ingin menghapus tradisi masyarakat Arab jahiliyah yang
menjadikan anak laki-laki sebagai satu-satunya pewaris harta pusaka, juga
mewarisi semua orang-orang yang ditinggalkan oleh si mati seperti isteri (ibu
dari si anak), hamba sahaya, dll. Islam memberikan sistim keadilan yang
proporsional di dalam pembagian harta warisan, karena sesungguhnya harta
warisan itu berfungsi sebagai sarana memberdayakan dan modal hidup serta
modal pelaksanaan tanggung jawab bagi ahli waris terhadap keluarga yang
ditinggal.
Kontribusi Ummat Islam dalam Perumusan Hukum dan Penegakannya di
Indonesia.
Meskipun Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak menjadikan Islam
sebagai agam negara, namun cukup banyak peran ummat Islam dalam
perumusan hukum di Indonesia, a.l:
1. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
dan Tanah Milik.
3. Undang-undang RI No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
4. Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam.
5. Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat.
6. Undang-undang RI No. 17 Tahun 1999 tentang Penyeleng-
garaan Ibadah Haji.
52
2. Mengabaikan dan memandang rendah HAM telah mengakibatkan
perbuatan-perbuatan bengis.
3. Hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum, supaya orang
tidak menjadikan pemberontakan sebagai pilihan terakhir guna menentang
kelalilman dan penjajahan.
53
Kemudian setelah memilih dan menganut suatu agama, misalnya Islam, maka ia
terikat berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dan berbuat secara Islam.
Demokrasi
(Pengertian). Demokrasi adalah penerimaan dan pengamalan prinsip
keseimbangan hak, kesempatan, dan perlakuan tanpa adanya diskriminasi (the
acceptance and practice of the principle of equality of rights, opportunity, and
treatment). Konsep demokrasi adalah bersifat politik, yaitu: sebuah bentuk
kekuasaan atau pengaturan (kratein) dari/oleh/untuk rakyat (demos). Hukum,
HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan, karena
demokrasi tidak akan terwujud tanpa adanya penegakan hukum dan
perlindungan HAM. Demikian pula sebaliknya, perlindungan HAM tidak akan
terwujud tanpa adanya penegakan hukum dan demokrasi.
(Perbedaan Demokrasi dan Islam). Sebagaimana HAM, demokrasi juga
konsep yang datang dari Barat. Oleh karena itu ia memiliki beberapa perbedaan
mendasar dengan ajaran Islam, yaitu:
1. Demokrasi bersifat antropocentris yaitu menempatkan manusia (rakyat)
di atas segala-galanya (suara rakyat-suara tuhan). Islam mendudukkan
Tuhan di atas segala-galanya dan rakyat adalah pengemban amanah sebagai
wakil-Nya (teo-antropocentris, suara rakyat-suara wakil Tuhan).
2. Demokrasi menjadikan suara mayoritas sebagai alat pengambil
keputusan, sedangkan Islam menghendaki suara/pendapat yang paling
benar sebagai rujukan untuk mengambil keputusan (QS.39.Al-Zumar:17-
18).
3. Demokrasi mendudukkan rakyat sebagai penguasa dan pembuat
keputusan dan hukum, sengankan penguasa adalah pelaksananya yang
terikat dengan perjanjian/kontrak sosial. Dalam Islam, Allah yang berhak
menetapkan hukum, adapun rakyat dan penguasa penterjemah dan pemikul
amanah sebagai bagian dari ibadah kepada-Nya.
(Persamaan/kedekatan Demokrasi dan Islam). Ada beberapa
persamaan dan kedekatan antara ajaran demokrasi dengan Islam sehingga dalam
hal-hal tertentu keduanya dapat sejalan, di antaranya tentang:
1. Ajaran musyawarah atau syura. Islam mengajarkan: hendaknya dalam
urusan keduniaan dilaksanakan dengan prinsip musyawarah dan memegang
teguh hasil-hasilnya (QS.3.Ali Imran:159),
2. Ajaran tentang konsensus (ijmak). Islam mengajarkan hendaknya
senantiasa adanya satu kesepahaman dalam kehidupan sehingga terjalin
54
keterpaduan yang kokoh laksanana satu barisan yang rapi
(QS.3:159/61.Ash-Shaff:4)
3. Ajaran tentang bersikap kritis terhadap penguasa (amar ma`ruf nahi
munkar). Hampir semua Nabi dan Rasul Allah adalah orang-orang yang
tampil kritis kepada penguasa demi untuk kemanusiaan.
4. Ajaran tentang berpikir kreatif (ijtihad), dan lain-lain.
***
Bab 4
ETIKA, MORAL, AKHLAK
55
Akhlak
Etika yang jelek Tidak bermoral
Akhlakus sayyiah Tidak beradab
(137: ).
Sungguh ini adalah adat kebiasaan orang-orang yang terdahulu
(QS.26:137).
(4: ).
Sungguh engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti agung yang
tertinggi (QS.68:4).
56
Imam Al-Ghazali (w.1111) mendefinisikan akhlak sebagai sifat yang
tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ringkasnya, akhlak merupakan sikap yang tertanam dalam jiwa yang
melahirkan perbuatan-perbuatan tertentu secara spontan dan konstan.
Jadi menurut definisi Al-Ghazali perbuatan seseorang dapat dikatakan
sebagai akhlaknya jika ia melakukannya berdasarkan kepada:
Dorongan jiwa yang sadar atau secara sadar dan dalam keadaan
merdeka. Perbuatan seseorang yang dilakukan dalam keadaan tidak sadar dan
atau terpaksa/dipaksa yang sampai ke tingkat darurat tidak dihitung sebagai
dosa baginya dan tidak dikatakan sebagai akhlaknya.
Karena terbiasa (telah melalui latihan dan pembiasaan), artinya
perbuatan itu dilakukan secara otomatis karena terbiasa atau terlatih, bukan
karena kebetulan, dilakukan sesekali, gerak refleks, atau ikut-ikutan yang
belum menjadi kebiasaannya.
Antara dorongan jiwa dengan saat melakukannya bersifat spontanitas,
yaitu serta merta karena telah terbiasa atau menjadi kebiasaan, bukan atas
pertimbangan-pertimbangan atau pemikiran yang lama dan mengarah kepada
pamrih atau pertimbangan untung-ruginya.
(107 :) .
Tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) mela-inkan sebagai
rahmat (penebar kasih sayang) bagi seluruh alam. (QS.21:107)
() .
Aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka, selama kalian
berpegang teguh kepadanya maka tidak akan sesat selama-
lamanya, yaitu: Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya
(HR. Abu Daud).
58
Target atau tujuan ideal yang ingin dicapai oleh akhlak Islam adalah
mewujudkan muslim yang paripurna, yaitu yang bertakwa dan mampu menjadi
barometer bagi kemajuan, kebaikan, dan kemuliaan manusia (QS.49:13).
Pola dasar akhlak Islam adalah apa yang telah diteladankan oleh para
Rasul Allah terutama Rasulullah Muhammad s.a.w (QS.33:21/60:4-6). Firman
Allah Swt.:
.
(21 :)
Akhlakul-Karimah
Akhlak yang mulia adalah sifat-sifat mulia yang tertanam
di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan yang terpuji
59
yang dilakukan dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Akhlak yang mulia seorang muslim merupakan cerminan dari imannya
kepada Allah dan hari akhir. Akhlakul karimah merupakan bagian dari perilaku
atau perbuatan yang membangun yang berpahala di sisi Allah dan
akan melahirkan kedamaian bagi yang melaksanakannya, bagi manusia dan
makhluk lainnya. Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemu-dian
serta beramal saleh, bagi mereka pahala di sisi Tuhan, tidak ada
kekhawatiran menimpa mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.
(QS.2:62)
61
C. Adab kepada masyarakat:
1. Persaudaraan - baik seagama, sebangsa, setanah air,
kemanusiaan.
2. Tolong menolong -
3. Toleransi dan berlaku adil
4. Pemurah
5. Penyantun (menghormati yang lebih tua dan menya-yangi yang lebih
muda)
6. Pemaaf
7. Menepati janji
8. Musyawarah
9. Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran dll
2. Terhadap Alam
Prinsip umum akhlakul karimah yang mulian terhadap alam:
1) Memikirkan penciptaan dan hukum-hukumnya
2) Melestarikannnya, dan
3) Memanfaatkannya.
62
) .
(
Tahukah kalian apakah ihsan itu? Ihsan adalah: engkau
mengabdi kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, atau,
jika tidak melihatnya, (engkau senantiasa menyadari) bahwa
sesungguh-nya Dia selalu melihatmu (mengawasimu) (HR.
Lima Ahli Hadis dari Umar bin Khattab).
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang baik akan
bernilai ihsan jika dilakukan dengan kesadaran senantiasa merasa melihat atau
dilihat (diawasi) oleh Allah S.w.t.
Implementasi Ihsan
Ihsan - merupakan puncak moralitas Islam, karena merupakan
akhlakul karimah yang dilakukan dengan niat ikhlas dan upaya yang optimal.
Ihsan tidak saja merupakan implementasi akhlakul karimah yang bersumber dari
norma-norma yang tercantum di dalam al-Quran dan Sunnah melainkan juga
berakar kepada rasa persaudaraan, persamaan dan kemanusiaan yang bersifat
universal.
Perbedaan antara akhlakul-karimah dengan ihsan adalah: akhlakul
karimah bersifat normatif (berpegang kepada ketentuan legal norma ajaran
Islam), sedangkan ihsan bersifat humanis (mengaktualkan nilai-nilai ajaran
Islam). Dengan demikian ihsan bukan sekedar melaksanakan kewajiban-
kewajiban dasar/asasi melainkan juga menghormati dan mengindahkan hak-hak
asasi manusia.
63
Memarahi orang yang
yang pantas dimarahi (QS.3:134)
selayaknya untuk dimarahi
Tak bersalah memberi maaf
Bersalah kemudian meminta
(QS.3:134)
maaf
Memaafkan orang yang berbuat
Membalas yang setimpal
tidak baik kepada kita (QS.5:13/
terhadap kejahatan seseorang
12:90)
kepada kita
Mencintai orang yang berbeda
Mencintai orang-orang yang
kelompok atau agama dengan
satu kelompok atau agama
dirinya (QS.5:82-85)
dengan dirinya
Mencegah kerusakan (QS.7:56)
Mempertahankan kebaikan
Kerja keras yg disukai-Nya
Berbuat yang diinginkannya
(QS.29:69)
Berbuat kebaikan untuk diri
Rela berkorban untuk orang lain
sendiri
(QS.37:80-110)
Hubungan Tasawuf dan Akhlak
(Arti Tasawuf). Tasawwuf atau sufisme sering juga disebut dengan
mistisisme Islam. Tasawwuf secara bahasa berarti penyucian diri. Secara
istilah tasawwuf sebagai ilmu didefinisikan sebagai mempelajari cara dan jalan
bagaimana seorang Islam dapat berada sedekat mungkin dengan Allah Swt.
(Nasution, 1995:56).
Tujuan tasawwuf adalah untuk memperoleh hubungan langsung dan
disadari dgn Tuhan, sehingga disadari seseorang merasa berada di hadirat-Nya.
Dalam ungkapan lain tujuan bertasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah
S.w.t (taqarrub ilallah). Orang pertama yang memakai kata sufi adalah Abu
Hasyim al-Kufi di Irak (w.150H/760M).
Guna pemahaman yang lebih dalam tentang fungsi tasawuf ada baiknya
dikemukakan pula analisa tentang asal-usul kata dan makna sufi, seperti yang
dijelaskan dalam istilah berikut:
a. Berasal dari kata Ahl al-Shufah ; orang miskin yang tinggal di
mesjid dan tidur di atas pelana. Walau demikian mereka berhati mulia. Itulah
sifat-sifat dari sufi.
b. Berasal dari kata shaf - yang artinya pertama. Maksudnya orang
pertama yang dimuliakan Allah SWT.
c. Berasal dari kata sfafaya shafy - shufiy - , , yang artinya
suci. Maksudnya orang yang telah mensucikan diri melalui latihan yang
lama dan berat.
64
d. Berasal dari shuf - ; kain yang dibuat dari bulu (wol). Kain yang
dipakai sufi adalah kasar menunjukkan kesederhanaan & kemiskinan.
e. Berasal dari kata sophos, bahasa Yunani yang berarti hikmat.
Terlepas dari berbagai analisa di atas, dilihat dari definisinya boleh jadi
tasawwuf lahir dari ajaran al-Quran sendiri, seperti firman Allah Swt.:
(186:).
Jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat;
Aku mengabulkan seruan yang memanggil jika Aku dipanggil. (QS.2:186).
70
6. Dll. (Untuk kajian yang lebih luas, baca: M. Natsir Arsyad: Ilmuan
Muslim Sepanjang Sejarah, Prof. Majid Fakhri: Sejarah Filsafat
Islmam, M.M. Sharif: Muslim Thought (Dialektika Islam), Jamil
Ahmad: 100 Great Muslim (Seratus Muslim Terkemuka), dll.)
71
kebiadabannya (barbarism). Kenyataan seperti itulah yang membuat seorang
orientalis, Alfred Guillaume (Arnold, 1952:241) menyatakan: Had the Arabs
been barbarians like the Mongols . The Renascence in Europe might well
have been delayed more than one century. (Andai orang-orang Arab (Islam)
dulu itu biadab seperti orang-orang Mongol . Maka kebangkitan kembali di
Eropa niscaya akan terlambat lebih dari satu abad).
***
Bab 6
KERUKUNAN ANTAR UMMAT BERAGAMA
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang (kafir) yang tidak memerangi dan mengusirmu karena agama,
sesungguhnya Allah menyintai orang-orang yang adil. Hanyasaja Allah
melarangmu menjadikan kawan orang-orang yang memerangimu karena
agama, mengusirmu dan bersekongkol untuk mengusirmu. Siapa yang
menjadikan mereka kawan, mereka itulah orang yang zalim. (QS.60.Al-
Mumtahinah:8-9).
74
Dengan demikian kerjasama antar ummat beragama dalam rangka untuk
menegakkan keadilan dan saling berbuat baik dianjurkan oleh Islam selama
masing-masing menjungjung tinggi prinsip-prinsip saling menghargai, kesamaan
dan kebersamaan dengan tulus dan lapang dada. Inilah bagian dari pluralisme
yang harus ditradisikan untuk saling berlomba-lomba di dalam kebaikan (lihat
QS.2:146 dan 5:2).
Bab 7
MASYARAKAT MADANI
DAN KESEJAHTERAAN UMAT
Konsep Masyarakat Madani
(Pengertian). Masyarakat Utama atau Masyarakat Madani (civil society)
adalah masyarakat yang menjadikan nilai-nilai peradaban sebagai ciri utamanya.
Al-Quran menggambarkan masyarakat semacam ini dengan sebutan negeri
yang baik dan mendapat ampunan dari Tuhan (Baldatun thoyyibatun wa
Rabbun Ghafr, QS.34.Saba:15).
(Karakteristik). Sebagai suatu konsep masyarakat yang ideal maka
masyarakat madani memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bertuhan
2. Damai.
3. Tolong menolong.
4. Toleran.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
6. Berperadaban tinggi.
75
7. Berakhlak mulia.
Jika shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah di muka bumi dan
carilah karuniaAllah. (QS.62:10).
Beberapa prinsip ekonomi menurut al-Quran adalah:
Rezki terkait kepada hukum kemutlakan Tuhan (QS.65:2-3), kausalitas
(QS.4:32) dan hukum sosial (QS.107:1-3/59:7),
76
Perlu keseimbangan kehidupan berekonomi (QS.28:77) namun jangan
sampai hanyut terpedaya (QS.57:20).
77
d. Tidak boleh menjual barang yang haram (Al-Hadis)
e. Tidak boleh menjual satu barang dalam suatu jual beli dengan dua
akad atau dua transaksi (Al-Hadis)
f. Tidak boleh memuji barang dagangan sendiri yang tidak
proporsional (Al-Hadis)
g. Tidak boleh menjual barang kepada orang lain yang sudah dibeli
oleh seseorang (Al-Hadis)
h. Harus ada saksi atau bukti tertulis dalam transaksi/ akad jual beli
(QS.2:289)
i. Tidak boleh menjual sesuatu yang bersifat spekulatif atau tidak jelas
kepastian barangnya (Al-Hadis)
j. Dibolehkan tawar menawar dan memilih dalam pembelian selama
masih belum berpisah antara keduanya (Al-Hadis)
8. Tujuan ekonomi islami adalah:
a. Tawhid dan ibadah
b. Makmur dan sejahtera
c. Adil dan merata
d. Tentram (stabil) dan maju
e. Serasi, damai dan ukhuwah
f. Merdeka, demokratis
g. Kelestarian alam
h. Mandiri.
Diwajibkan memberikan pemikiran dalam mengentaskan kemiskinan,
bantuan usaha dan permodalan terhadap orang-orang yang tidak mampu
(QS.104.Al-Humazah).
Sumber-sumber permodalan:
a. Zakat
b. Infak
78
c. Sedekah
d. Jizyah (pajak jaminan jiwa terhadap kafir zimmi/ dilindungi)
e. Al-Kharaj (pajak tanah orang yang dikalahkan dalam peperangan)
f. Al-`Usyr (pajak perdagangan bagi pedagang kafir yang di-lindungi)
g. Ghanimah (harta pampasan perang)
h. Al-Fai (harta pampasan terhadap musuh yang tanpa peperangan). dll.
***
Bab 8
KEBUDAYAAN ISLAM
Konsep Kebudayaan Islam
Kebudayaan adalah hasil akal, budi, ciptarasa, dan karya manusia.
Kebudayaan yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal
kemudian berkembang menjadi peradaban. Kebudayaan Islam adalah hasil-hasil
akal, budi, ciptarasa, dan karya yang dihasilkan manusia dengan menyertakan
tuntunan dan ajaran Tuhan atau agama Islam sebagai pembimbing dan pedoman
dalam prosesnya. Jadi yang dikehendaki dengan kebudayaan Islam adalah
peradaban yang beradab atau peradaban yang Islami.
Kebudayaan Islam dimulai dengan diutusnya para rasul, terutama Rasul
Muhammad s.a.w. Tonggak pertama dan utama membangun kebudayaan Islam
ini adalah hijrah. Al-Quran mengajarkan tiga konsep hijrah agar terjadi
kemajuan pada peradaban manusia, yaitu:
79
1. Hijrah secara kultur (budaya), dimulai dengan perintah membaca dan
transfer ilmu melalui tulis-baca (QS.96.Al-`Alaq:1-5).
2. Hijrah secara mental, yaitu melakukan perpindahan mentalitas seperti
sikap hidup, pola hidup, yang tidak baik atau kurang baik kepada yang baik
dan yang lebih baik (QS.74.Al-Muddassir:1-7).
3. Hijrah secara fisik, yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang
lebih baik dan strategis.
80
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern (Nasution, Islam, II:93).
Pembaharuan dalam Islam, menurut Harun Nasution, adalah: pikiran dan
gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern (Nasution, 1975:11-12). Sedangkan Azyumardi Azra
mendefinisikannya sebagai usaha-usaha sadar di antara ulama dalam jaringan
untuk membarui dan merevitalisasi ajaran-ajaran Islam serta merekonstruksi
sosio-moral masyarakat muslim (Azra, 1995:16).
Dengan demikian pembaharuan dalam Islam tidak mengarah kepada
sekularisme. Pembaharuan hanya terjadi kepada penafsiran/interpretasi dalam
Islam dalam rangka untuk merevitalisasi ajaran dan membangun kembali sosio-
moral ummat Islam. Landasan hukum bolehnya pembaharuan yang demikian
adalah:
1. Firman Allah yang menyuruh kita agar selalu mengintrospeksi keimanan (al-
Baqarah:170), mengujinya (al-A`raf:28-29) serta bersikap terbuka dan
korektif (QS.43:22-24).
2. Hadis Nabi yang menyuruh untuk selalu memperbaharui iman, serta
mengabarkan bahwa akan selalu ada pembaharu keber-agamaan ummat
setiap awal seratus tahun (HR. Abu Daud).
Cikal bakal pembaharuan dalam Islam diilhami oleh gerakan pemurnian
akidah dan ibadah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab
(w.1792M) di Arabia. Tiga pokok pemikirannya yang mempengaruhi pemikiran
para pembaharu adalah:
1. Hanya al-Quran dan Hadislah sumber asli ajaran Islam, adapun
pendapat/interpretasi ulama bukan sumber asli.
2. Taklid (mengikut buta) ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtihad tetap terbuka.
Point pertama pemikiran ini menunjuk kepada Islam otentik yang tidak
dapat diperbaharui; hanya dapat dimurnikan. Point kedua menunjukkan ajaran
Islam yang relatif (zhanny) dan point ketiga menunjukkan berlakunya
pembaharuan terhadap point kedua.
(Pembaharuan di Indonesia). Pembaharuan Islam di Indonesia, dalam
bentuk revitalisasi ajaran Islam dan rekonstruksi sosio-moral ummat Islam
sebenarnya telah muncul sejak abad ke-17. Banyak ulama Nusantara yang
terkenal sepanjang abad-abad tersebut.
81
Namun pembaharuan dalam arti masuknya ide-ide modernisme ke dalam
pemikiran pembaharuan Islam baru dimulai pada abad ke-20, diilhami oleh
majalah Al-Imam yang terbit di Malaysia oleh Said Muhammad Agil dkk.
Majalah ini berisi ide-ide pembaharuan yang terdapat di dalam majalah Al-
Manar pimpinan Rasyid Ridha di Mesir. Pengaruhnya di Padang terlihat pada
majalah Al-Munir yang diasuh oleh H. Abdul Karim Amrullah (ayah Buya
HAMKA) dan kawan-kawannya.
Pembaharuan di Jakarta dimulai dengan didirikannya sekolah Jami`at Khair
tahun 1901. Pada waktu itu diundanglah seorang ulama dari Sudan bernama
Syekh Ahmad Surkati yang merupakan pengikut Muhammad Abduh. Beliau
kemudian membentuk organisasi Al-Islah wa al-Irsyad serta mendirikan sekolah
bernama al-Zakhirah. Melalui tiga wadah inilah ide-ide pembaharuan mereka
berkembang.
Kemudian pembaharuan yang sangat besar pengaruhnya adalah gerakan
K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi dakwah Muhammadiyah tahun
1912. Dengan organisasi dan sekolah-sekolah modernnya yang menyebar ke
seluruh Indonesia maka ide pembaharuan di Indonesia memasyarakat olehnya.
Pembaharu lainnya adalah H. Agus Salim yang banyak mempengaruhi
golongan intelegensia muslim Indonesia yang berpendidikan Barat. Kemudian
juga H. Said Omar Cokroaminoto dengan Syarikat Islamnya, dan H. A. Hasan
Bandung dengan Perastuan Islam (Persis)-nya.
Kalimantan Barat juga tidak tertinggal dalam arus besar pembaharuan ini. Di
antara tokoh-tokoh pembaharu yang pernah muncul adalah Syaikh Ahmad
Khatib As-Sambasy (1803-1875) yang mengadakan pemurnian berbagai ajaran
tarekat dan mengembalikannya kepapada tareka yang dapat dipertanggung-
jawabkan yaitu tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Ahmad Khatib Sambas
meninggalkan ajaran-ajarannya dalam kitab Fathul-`rifn. Tokoh lainnya
adalah H. Muhammad Basiuni Imran Maharaja Imam Sambas (1885-1976) yang
mengembangkan pemikiran gurunya Syaikh Rasyid Ridha murid Muhammad
`Abduh di Mesir. Mufti kerajaan Sambas ini banyak mengadakan upaya
peningkatan kualitas ummat Islam seperti mendirikan lembaga pendidikan untuk
mencetak calon-calon pemuka agama, da`i, dll.
Pembahruan di Indonesia dalam arti modernisasi, di samping muncul
belakangan, lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran di Mesir dan Saudi
Arabia, mengingat ke sanalah kiblat pendidikan Islam Nusantara saat itu. Hal ini
terjadi karena adanya hubungan politik dan bahasa Arab yang dikuasai oleh
ulama Nusantara.
***
Bab 9
SISTEM POLITIK ISLAM
Pengertian
Politik adalah segala urusan dan tindakan (tindakan) mengenai
pemerintahan suatu negara, atau kebijakan/cara bertindak suatu negara dalam
menghadapi/menangani suatu masalah. Dalam kajian ulama Islam politik disebut
siyasah yang berarti mengatur, sedangkan masalah kekuasaan/kepemimpinan
politik disebut khilafah - . Politik Islam dikaji dalam fiqh siyasah
. Teori-teori politik dan tata negrara dalam Islam banyak dikaji oleh
pemikir politik Islam seperti al-Farabi (w.950), Ibnu Abi Rabi` (abad ke-11), al-
Mawardi (w.1059), al-Ghazali (w.1111), Ibnu Taymiyah (w.1329), Ibnu Khaldun
(w.1406), al-Afghani (w.1897), Muhamad `Abduh (w.1905), M. Rasyid Ridha
(w.1935), Ali `Abdul Raziq (w.1966), Al-Mawdudi (w.1979), dll.
Menurut Acep Djazuli (2000:15) garis besar kajian fikih siyasah meliputi:
83
1. Tata negara dalam Islam (siyasah dusturiyyah).
2. Tata hubungan bilateral (siyasah dawliyyah), yaitu politik yang
mengatur hubungan antara satu negara Islam dengan negara Islam yangh
lain dan dengan negara bukan Islam lainnya.
3. Tata ekonomi negara (siyasah mliyyah).
Prinsip dasar politik dalam Islam
Prinsip politik dalam Islam adalah Tawhid (keutuh-paduan) dengan cakupan:
a. Kesatuan sistim yang berakar kepada keesaan, mengesakan dan ibadah
kepada Allah.
b. Khilafah: setiap manusia diberi amanah untuk memimpin.
c. `Adalah - : keadilan sebagai kunci semua kebajikan.
d. Musawah : adanyanya kesamaan dan kebersamaan.
e. Musyawarah: pembahasan bersama-sama.
f. Al-Hurriyyah: kemerdekaan, kebebasan yang bertanggung jawab.
g. Perlindungan terhadap jiwa, raga, dan harta masyarakat.
Kepala Negara
Menurut Ibnu Taymiyah syarat utama kepala negara adalah kuasa quwwah
dan dapat dipercaya amanah ( Al-Siyasah:27-34) atau al-Quran
84
menyebutnya dengan qawiy dan amiin (QS.28:26/27:39), qawiy merupakan sifat
Allah dan amiin merupakan sifat Rasul Allah. Pemimpin yang disyaratkan untuk
mengepalai negara menurut Islam adalah:
a. Kemampuan memimpin: sesuai dengan jabatan (HR. Bukhari).
b. Didukung dan dicintai dari bawahannya (HR. Muslim dll.).
c. Terbaik dan termampu (HR. Hakim, Abu Ya`la).
d. Taqwa, berakhlaq (QS.8:34) terutama melaksanakan shalat dan zakat, dll
(QS.5:54-55).
Akhlak seorang pemimpin adalah sebagaimana akhlak rasul Allah seperti
yang digambarkan oleh al-Quran sebagai berikut:
(159:) .
Berkat rahmat dari Allah engkau (Muhammad) dapat berlaku
lemah lembut kepada mereka. Sekiranya eng-kau berlaku kasar dan
berhati keras niscaya mereka menjauh dari sisimu. Maka maafkan
mereka, mohon-kan ampunan, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan (dunia), dan jika engkau telah bertekad
(menetapkan suatu keputusan) maka bertawakkallah kepada Allah.
Sungguh Allah menyintai orang-orang yang bertawakkal (berserah
diri). (QS.3:159)
85
Terbuka, suka bertukar-pikiran, dan menghidupkan kebersamaan dengan
manusia
Setia dan teguh pendirian dalam melaksanakan keputusan ber-sama,
diiringi dengan sikap penuh tawakkal kepada Allah wt.
86
Baru saja Ali memerintah, berbagai protes muncul dari orang-orang yang
ingin menjadi khalifah. Mula-mula dari Thalhah dan Zubeir di Makkah.
Keduanya, didukung oleh Aisyah ra., menyerang Ali dan terjadilah perang
Jamal (onta). Dalam peperangan ini Thalhah dan Zubeir terbunuh, sedangkan
Aisyah tertawan dan dikirim kembali oleh Ali ke Makkah.
Tantangan berikutnya datang dari Mu`awiyah, gubernur Damaskus dan
keluarga dekat Usman yang mengumumkan bahwa dialah khalifah pengganti
Usman. Ia tidak setuju Ali menjadi khalifah karena dituduh terlibat dalam
pembunuhan khalifah Usman, mengingat di antara pemberontak yang
membunuh Usman itu terdapat seorang bernama Muhammad, anak angkat Ali
bin Abi Thalib.
Protes ini berpuncak pada pertempuran di daerah Siffin sehingga disebut
perang Siffin. Dalam perang ini Mu`awiyah terdesak. Kemudian seorang
pendukungnya mengangkat al-Quran di ujung tombak pertanda meminta damai.
Perdamaian ini diterima Ali, sedangkan perselisihan diselesaikan dengan
tahkim (arbitrase) yaitu masing-masing pihak mengutus seorang juru
bicara/perantara untuk berunding menyelesaikan persoalan. Pihak Ali diwakili
oleh Abu Musa al-`Asy`ary, sedangkan Mu`awiyah diwakili oleh Amr bin al-
`Ash.
Dalam pertemuan, keduanya sepakat untuk melepas jabatan khalifah
masing-masing yang diwakilinya, selanjutnya diserahkan kepada masyarakat
untuk memilih khalifah yang baru secara demokratis. Kesepakatan ini harus
diumumkan oleh masing-masing wakil tersebut. Karena Abu Musa al-`Asy`ary
lebih tua, maka dia dipersilahkan untuk mengumumkannya lebih dahulu. Maka
tampillah Abu Musa mengumumkan pembatalan kekhalifahan Ali.
Ketika Amr bin al-`Ash mendapat giliran tampil, maka secara licik ia
mengkhianati kesepakatan. Dengan tegas dikatakannya bahwa karena Ali telah
dipecat sebagai khalifah, kini tinggallah Mu`awiyah dan iapun
mengukuhkannya sebagai satu-satunya khalifah yang sah.
Ali merasa dirugikan dan tidak mau melepaskan jabatan. Sementara itu
pengikut Ali kecewa dan menyalahkan semua fihak yang terlibat dalam tahkim
tersebut, termasuk Ali yang menyetujui perdamaian dan tahkim. Mereka semua
dihukumkan telah keluar dari Islam dan wajib dibunuh. Akhirnya pada tahun
661M Ali wafat terbunuh. Muluslah Mu`awiyah menduduki jabatan khalifah.
Dan selanjutnya ia mengembangkan sistem pemerintahan kerajaan dengan
kekuasaan turun temurun yang disebut dinasti Amawiyah atau Bani Umayyah
hingga tahun 750M digantikan oleh dinasti Abbasiyah atau bani Abbas sampai
hancurnya Bagdad tahun 1258.
87
Dapat disimpulkan bahwa pada masa awal, sistem pemerin-tahan Islam
tidak berbentuk kerajaan tetapi lebih dekat kepada republik. Pemilihan kepala
negara dilaksanakan secara demok-ratis dan tidak bersifat turun temurun
(Nasution, Islam, I:92-96).
Politik merupakan kemahiran dalam: menghimpun kekuatan,
meningkatkan kuantitas dan kualitasnya, mengawasi serta menggunakannya
untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara atau institusi lainnya
(Anshari:77).
***
88
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim dan CD Al-Quran: Holy Quran.
Al-Hadis dan CD Al-Hadis: Kutub al-Tis`ah, Al-Bayaan.
Abduh, Syekh Muhammad, 1979, Risalah Tauhid, terj. KH. Firdaus AN,
Jakarta: Bulan Bintang, cet. VII.
Abyan, Amir, Drs., MA, H., dkk., 1995, Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah
Kelas Dua, Semarang: CV. Toha Putra.
89
Ahmad, Kh. Jamil, 1993, Seratus Muslim Terkemuka, terj. Tim Penerjemah
Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. III.
Al-Ahwani, Ahmad Fuad, 1997. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet.
Ke-8.
Aminuddin, J. Abubakar, 1981, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Hidakarya
Agung.
Anshari, Endang Saifuddin, 1982, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Al-
Ikhlas.
-------, 1976, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, Jakarta: Usaha Enterprise.
Arifin, H. M., 1980, Belajar Memahami Ajaran-ajaran Agama Besar, Jakarta:
C.V. Sera Jaya.
Arkoun, Mohammed, 1992, , , terj. Hasyim Shalih, Beirut:
Daar al-Saaqiy, cet.II.
Asmaran, As., 1992, Pengantar Studi Akhlaq, Jakarta: Rajawali Press.
Asmuni, H.M. Yusran, 1993, Ilmu Tauhid, Jakarta: Rajawali Press.
`Asqalany, Ibnu Hajar al-, t.t., , Bandung: Al-Ma`arif.
Azra, Azyumardi, Dr., 1995, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII & XVIII, Bandung: Mizan, cet.2
Baiquni, A., Prof. Dr., 1983, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Bandung:
Pustaka.
Bakar, Osman, 1994, Tauhid dan Sains: Esai-esai Tentang Sejarah dan
Filsafat Sains Islam. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Baqir, Muhammad, al-, 1991, Mutiara Nahjul Balaghah, Bandung: Mizan.
Bucaille, Maurice, Dr., Bibel, Quran dan Sains Moderen, terj. H.M. Rasjidi,
Jakarta: Bulan Bintang, cet. II.
Dahlan, Abdul Azis, 1987, Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam,
Jakarta: Beunebi Cipta.
Daradjat, Zakiah, Prof. Dr., 1986, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Binais
PTU.
-------, 1990, Haji Ibadah yang Unik, Jakarta: Ruhama.
-------, 1983, Materi Pokok Pendidikan Agama Islam, Jakarta: DEPDIKBUD.
Departemen Agama RI, 1975/1976, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: P.T.
Bumi Restu.
-------, 1991/1992, Muqaddimah Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al-Quran.
-------, 1994, Pendidikan Agama Islam untuk Siswa SMU Kelas III, Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum
Negeri.
90
-------, 1981, Perbandingan Agama, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama/IAIN Pusat.
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen DIKTI, 2002. Modul Acuan Proses
Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Dirat
Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Diknas RI.
Dimyathiy, Syaraf al-Din `Abd al-Mumin bin Khalaf, al-, 1994,
, Beirut: muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyah.
Fakhry, Majid, 1987, Sejarah Filsafat Islam, terj. Mulyadhi K., Jakarta: Pustaka
Jaya.
Faridl, Miftah, Drs., 1982, Pokok-pokok Ajaran Islam, Bandung: Pustaka.
Gauhar, Altaf, Editor, 1982, Tantangan Islam, terj. Anas Mahyudin, Bandung:
Pustaka.
Gazalba, Sidi, Drs., 1978, Ilmu, Filsafat, dan Islam tentang Manusia dan
Agama, Jakarta: Bulan Bintang.
Hamdan Mansoer, Drs., dkk, 2003. Materi Instruksional Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Dirat. PTAI Departemen
Agama RI.
HAMKA, 1984, Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
-------, 1982, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
Hasan, Hasan Ibrahim, 1989, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta:
Kota Kembang.
Hashem, M., 1983, Kekaguman Dunia terhadap Islam, Bandung: Pustaka.
Hasymi, Ali, 1981, Sejarah masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,
Bandung: P.T. Al-Ma`arif.
Hawwa, Sa`id, 1993, Ar-Rasul Muhammad Saw., terj. Kathur Suhardi, Solo:
Pustaka Mantiq, cet. IV.
Hitti, Philip K., t.t., Dunia Arab, Bandung: Sumur.
Imran, Muhammad Basiuni, 1336H/1918M, ,
Singapura: Al-Ahmadiyah.
Izutsu, Toshihiko, 1964, God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic
Weltanschauung, Tokyo: KICLS.
Junus, Mahmud, Prof. H., 1968, Hukum Warisan (Harta Pusaka) Dalam Islam,
Djakarta: C.V. Al-Hidajah.
Kafie, Jamaluddin, 1981, Rukun Iman, Islam dan Ikhsan, Surabaya: Al Ikhlas.
LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat), 1992, Ulumul Quran, Jurnal Ilmu
dan Kebudayaan, vol. III, no.2.
Madjid, Nurcholish, Dr., 1992, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina, cet. II.
91
Mahmudunnasir, Syed, 1988, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: C.V.
Rosda.
Nasution, Harun, Prof. Dr., 1973, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam,
Jakarta: Bulan Bintang.
-------, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, jilid I
dan II.
-------, 1975, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang.
-------, 1985, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press.
Nata, Abuddin, 1993, Al-Quran dan Hadits, Jakarta: Rajawali Press.
-------, 1993, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Rajawali Press.
Nolan, Smith dan Titus, 1984, Persoalan-persoalan Filsafat, terj. H.M. Rasjidi,
Jakarta: Bulan Bintang.
Osman, A. Latif, 1976, Ringkasan Sejarah Islam, Jakarta: Wijaya.
Pabali, 2002. Kiprah Anak Zaman. Gagasan, Pemikiran, dan Buah Karya
Maharaja Imam Sambas H. Basyuni Imran. Pontianak: Pusat Penelitian
Budaya Melayu Untan.
Putro, Suadi, Drs., MA., 1998, Mohammed Arkoun tentang Islam &
Modernitas, Jakarta: Paramadina.
Quamar, Jawaid, 1983, Tuhan dan Ilmu Pengetahuan Modern, terj. Lembaga
Pendidikan Agama IPB, Bandung: Pustaka.
Rahman, Afzalur, 1988, Al-Quran dan Berbagai Disiplin Ilmu, terj.
Zaimuddin, Jakarta: LP3SI.
Rahman, Budhy Munawar, editor, 1994, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam
Sejarah, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.
Rahman, Fatchur, 1981, Ikhtisar Musthalahu l Hadits, Bandung: P.T. Al-
Ma`arif.
Rakhmat, Jalaluddin, 1991, Islam Alternatif, Bandung: Mizan.
Rosyada, Dede, 1994, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Rajawali
Press.
Russell, Bertrand, 1974, History of Western Philosophy, London: George Allen
& Unwin LTD., edisi II cet. VII.
Sardar, Ziauddin, 1986, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, terj.
Rahmani Astuti, Bandung: Mizan.
Shihab, M. Quraish, 1993, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, cet. II.
-------, 2000, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, volume 1 dan 2.
-------, 2001, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, volume 3.
-------, 1999, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, cet.IX.
92
Sjadzali, H. Munawir, M.A., 1993, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,
edisi kelima.
Sjamsuar, Zumri Bestado, 1995, Menjernihkan Paradoks-Paradoks, Pontianak:
HMI Cabang Pontianak.
-------, 2000, Paradigma Pengembangan Manusia Bersumber Daya dengan
Sumber Daya Manusia, Pontianak: Koperasi Mahasiswa Universitas
Tanjungpura.
Smith, Huston, 1985, Agama-agama Manusia, Jakarta: Yayasan Obor.
Soe`yb, Joesoef, 1983, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Pustaka al-
Husna.
Stoddard, Lothrop, M.A., Ph.D., 1966, Dunia Baru Islam, Jakarta: Gunung
Agung.
Suparlan, Parsudi, 1990, Pengembangan Kebudayaan Individu dan
Masyarakat, Jakarta: Yayasan Obor.
Syari`ati, Ali, 1989, Ummah dan Imamah, terj. Afif Muhammad, Jakarta:
Pustaka Hidayah.
Tamimi, Kapten H. Semaun, BA., t.t., Leadership Rasulullah Saw dalam
Kemiliteran, t.t.p.: Penerbit Baru.
Taymiyah, Ibnu, t.t., , Iskandariyah: Daar
al-Iman.
Tim Dosen IKIP Bandung, 1995, Moral dan Kognisi Islam (Buku Teks Agama
Islam untuk Perguruan Tinggi Umum), Bandung: C.V. Alfabeta.
Watt, W. Montgomery, 1984, Muhammad, Nabi dan Negarawan, terj. Drs.
Djohan Effendi, Jakarta: C.V. Kuning Mas.
Zarnuji, Ibrahim al-, t.t., , Bandung: P.T. Al-Ma`arif.
***
93
94