Naskah

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 94

Pendahuluan

Kurikulum dan sillabus terbaru Matakuliah Umum (MKU) mulai


diberlakukan pada tahun akademik 2004-2005. Teks bahan ajar Matakuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) Pendidikan Pendidikan Agama Islam
berdasarkan sillabus terbaru ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai
berikut:
1. Sebagai acuan bagi pengampu/pengajar MPK Pendidikan Agama
Islam, khususnya dosen MKU Universitas Tanjungpura Pontianak.
2. Untuk memperlancar pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih
efektif, dan sekaligus tersedianya pokok-pokok materi ajar bagi mahasiswa
yang mengikuti perkuliahannya.
3. Sebagai panduan dasar bagi pengajar untuk mengembangkan
sunstansi kajian yang lebih kontekstual, mutakhir, diminati, dan eksploratif.

Visi
Terwujudnya fungsi ajaran Islam sebagai sumber nilai dan pedoman yang
mengantarkan mahasiswa dalam pengembangan profesi dan kepribadian Islami.

Misi
Terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertakwa, berilmu dan
berakhlak mulia, serta menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan
berprilaku dalam pengembangan profesi.

Secara umum tujuan yang dikandung dalam visi dan misi MKK
Pendidikan Agama Islam ini adalah agar mahasiswa pada akhirnya memiliki
kualifikasi sebagai berikut:
1. Santun secara individual
2. Anggun secara moral
3. Unggul secara intelektual
4. Memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial.

Materi Pokok dan Statusnya:

No. Materi Pokok Status


1
1 Konsep Ketuhanan Dalam Islam Kompetensi Utama
2 Hakikat Manusia Menurut Islam Kompetensi Utama
3 Hukum, HAM, dan Demokrasi Kompetensi Utama
4 Etika, Moral, dan Akhlak Kompetensi Utama
5 IPTEKS Dakam Islam Kompet. Penunjang
6 Kerukunan Antar Ummat Beragama Kompet. Penunjang
7 Masy. Madani & Kesejahteraan Ummat Kompet. Penunjang
8 Kebudayaan Islam Kompet. Penunjang
9 Sistem Politik Islam Kompet. Penunjang

Kompetensi
Kompetensi dan fungsi MKK Pendidikan Agama Islam, di samping untuk
memperkokoh dan menumbuhkan kepribadian, adalah untuk:
1. Membimbing mahasiswa memperkuat iman dan takwa kepada
Allah.
2. Menghantar mahasiswa dalam mengembangkan akhlak yang
mulia dan peka terhadap lingkungan.
3. Membimbing mahasiswa mengembangkan penalaran yang baik
dan benar, kritis, logis, dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai alat untuk
menggali dan memecahkan berbagai masalah aktual.
4. Menghantarkan mahasiswa memiliki wawasan yang luas dan
mengenali berbagai perubahan di masyarakat, serta mampu mengambil
keputusan dan sikap secara bertanggungjawab sesuai dengan norma dan
nilai-nilai Islam yang diyakininya.
5. Menghantarkan mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik,
bersikap mandiri, dan toleran dalam mengembangkan kehidupan harmonis
antar ummat beragama.
6. Menghantarkan mahasiswa mampu bersikap rasional, kreatif-
innovatif, dan dinamis dalam rangka menerima, mengembangkan dan
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) sesuai
dengan nilai-nilai dan norma Islam bagi kepentingan masyarakat, bangsa,
dan ummat manusia.

2
Bab I
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

Filsafat Ketuhanan
Filsafat Ketuhanan adalah analisis mendalam dan logis tentang Tuhan. Al-
Quran sangat menganjurkan kepada kita agar senantiasa mengkritisi keyakinan
kita kepada Tuhan, agar Tuhan yang kita imani serta cara kita mengimani-Nya
benar-benar betul. Beriman kepada Tuhan tidak boleh hanya sekedar ikut-ikutan
kepada apa dan bagaimana iman secara turun-menurun, karena boleh jadi apa
yang diimani atau bagaimana cara mengimaninya itu mengandung kekeliruan,
kepalsuan, dan kesesatan (QS.7.Al-A`raf:70-71/21.Al-Anbiyaa`:52-54).
Ajaran yang paling utama dalam agama adalah tentang Tuhan karena
agama datang dari-Nya. Karena itu persoalan yang paling mendasar suatu agama
adalah tentang konsep Tuhan yang diajarkannya. Jadi, benar-tidaknya suatu
agama bergantung kepada benar-tidaknya konsep Tuhan yang diajarkannya. Jika
Tuhan yang diajarkan suatu agama itu keliru atau salah maka agama tersebut
otomatis juga keliru atau salah. Di sinilah pentingnya menganalisis secara
mendalam dan logis tentang Tuhan dan hal-hal yang berkenaan dengan-Nya.
Siapakah Tuhan?
Tuhan dalam bahasa Arab disebut Ilh, yang berarti sesuatu yang
dibesarkan atau sesuatu yang paling dipentingkan/diutamakan oleh manusia.
Menurut Al-Quran: seseorang yang mementingkan hawa nafsunya di atas yang
lainnya berarti ia telah menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya (QS.25.Al-
Furqan:43-44), begitupun seseorang yang mengagungkan dirinya dan merasa
dirinya di atas segala-galanya berarti telah menjadikan dirinya sebagai tuhan
(QS.28.Al-Qashash:38-39).
Ibnu Taymiyah (1263-1328) mendefinisikan Ilh sebagai berikut: Apa
saja yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan
diri di hadapannya, takut dan berharap hanya kepadanya, berpasrah
kepadanya pada saat kesulitan, meminta dan berserah diri kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan kepadanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta hanya kepadanya.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Tuhan (Ilh)
adalah: sesuatu yang dipentingkan atau digandrungi oleh manusia sedemikian
rupa sehingga merelakan dirinya dikuasai olehnya. Menurut Al-Quran: yang
layak disebut Tuhan sebenarnya hanyalah Dia yang secara mutlak menguasai,
memelihara, mengatur dan menciptakan alam semesta dan seluruh makhluk dari
tidak ada menjadi ada. (QS.6.Al-An`am:14, 76-79/42.Asy-Syuuraa:10-11).
3
Sesuatu yang diakui sebagai tuhan tetapi tidak dapat melaksanakan semua
tugas dan fungsi tersebut sesungguhnya tidak layak disebut Tuhan.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
Manusia adalah makhluk yang bertuhan (homo divina), oleh karena itu
sepanjang sejarahnya mereka selalu berupaya memahami dan mengkonsepsikan
eksistensi Tuhan. Tersusunlah suatu konsepsi tentang Tuhan berdasarkan hasil
pemikiran berdasarkan pengalaman lahiriah dan batiniah, maupun berdasarkan
analisis rasional maupun emosional. Di antara formulasi pemikiran manusia
tentang Tuhan ada yang disebut dengan teori evolusionisme, yaitu suatu teori
yang menyatakan adanya proses perkembangan kepercayaan dan paham tentang
Tuhan; dari yang sederhana kemudian meningkat kepada yang sempurna. Teori
ini mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian EB. Taylor (1877),
Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens.
Perkembangan kepercayaan dan konsepsi tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Paham ini menyatakan bahwa setiap sesuatu memiliki kekuatan. Paham
semacam ini diakui telah ada sejak zaman manusia primitif. Mereka
meyakini adanya suatu kekuatan pada benda tertentu yang berpengaruh
dalam kehidupan manusia, baik positif maupun negatif. Kekuatan pada
benda itu mereka beri nama yang bermacam-macam, seperti: mana
(Melanesia), tuah (Melayu), syakti (India), dll. Kekuatan pada benda itu
tidak dapat diindera namun dapat dirasakan pengaruhnya. Tujuan beragama
dalam kepercayaan ini adalah mengumpulkan dan memiliki kekuatan
tersebut sebanyak-banyaknya ke dalam dirinya. Bentuknya adalah
mengumpulkan, menempelkan, bahkan memasukkan ke dalam tubuh benda-
benda yang diyakini memiliki kekuatan, seperti jimat, tatoo, dll. Kekuatan
benda juga dapat dipindahkan ke dalam tubuh manusia melalui kuasa
dukun.
b. Animisme
Perkembangan kepercayaan berikutnya berbentuk personifikasi kekuatan
yang ada pada benda. Kekuatan itu berbentuk roh atau jiwa. Paham
animisme ini menyatakan bahwa setiap sesuatu memiliki roh atau jiwa
(anima) yang berpengaruh dalam hidup manusia. Masyarakat primitif
meyakini bahwa roh/jiwa merupakan sesuatu yang aktif dan selalu hidup,
mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta memiliki kehendak-
kehendak dan rasa keperluan akan sesuatu sebagaimana manusia. Mereka
meyakini apabila kehendak dan keperluan roh/jiwa itu dipenuhi ia akan
4
senang dan akan memberikan pengaruh yang positif kepada manusia.
Tujuan beragama dalam kepercayaan ini adalah mengambil simpati dan
menyenangkan roh/jiwa tersebut. Bentuknya memenuhi keperluan/
memberikan apa yang dikehendaki oleh roh/jiwa, seperti sesajen (sesajian),
sedekah laut, sedekah bumi, dll. Orang yang diakui dapat berkomunikasi
dengan roh/jiwa dan dapat memahami kehendaknya adalah dukun.
c. Politeisme
Pemahaman dan konsepsi manusia primitif tentang tuhan berkembang terus,
tahap berikutnya mereka meyakini di antara roh/jiwa yang memiliki
kekuatan seperti dalam kepercayaan animisme itu ada yang lebih unggul dan
memiliki kekuatan yang lebih tinggi. Roh/jiwa yang memiliki kekuatan
yang lebih tinggi itulah yang disebut sebagai Dewa. Konsepsi Dewa ini
setingkat dengan paham tentang Tuhan (teisme) karena mereka dipercayai
telah memiliki tugas tertentu dan kekuasaan yang jelas, seperti ada Dewa
yang mengurus air, tanaman, dll. Karena roh/jiwa yang demikian itu banyak
maka muncullah paham kepercayaan tentang tuhan banyak (politeisme).
Tujuan beragama dalam paham ini hampir sama dengan tujuan beragama
pada kepercayaan animisme. Bentuknya, di samping sesajen, adalah
penyembahan atau pemujaan kepada Dewa tertentu. Di sini telah muncul
suatu ritual/peribadatan yang tetap sehingga dapat dikatakan sebagai agama.
d. Henoteisme
Paham ini mengajarkan bahwa setiap bangsa ada Tuhannya masing-masing
(Tuhan tingkat nasional), yaitu setiap bangsa hanya mengakui satu Dewa
sebagai Tuhannya meskipun tetap mengakui Dewa lain sebagai Tuhan
bangsa lainnya. Tujuan dan bentuk beragama pada paham ini hampir sama
dengan politeisme, hanyasaja penyembahannya tertuju kepada satu Dewa.
Menurut paham ini apabila suatu bangsa berperang dengan bangsa lain
maka Dewa sebagai Tuhan masing-masing bangsa itu juga berperang.
Bangsa yang kalah dalam peperangan itu harus tunduk kepada bangsa yang
menang, demikian pula Tuhan mereka; Dewa pada bangsa yang kalah harus
tunduk kepada Dewa bangsa yang memenangkan peperangan.
e. Monoteisme
Berkat perkembangan pemikiran manusia yang semakin maju kepercayaan
henoteisme akhirnya meningkat menjadi monoteisme. Paham ini meyakini
bahwa hanya ada satu Tuhan untuk seluruh bangsa (Tuhan berskala
internasional). Bentuk kepercayaan monoteisme ditinjau dari Filsafat
Ketuhanan terbagi pada tiga paham:

5
1. Deisme (suatu keyakinan bahwa Tuhan ada dan telah
mencipta alam, namun setelah itu Tuhan tidak lagi terlibat dalam gerak
kehidupan alam dan manusia)
2. Panteisme (suatu keyakinan bahwa Tuhan menyatu dengan
alam, belief that God is everything and everything is God)
3. Teisme (suatu keyakinan bahwa Tuhan ada, Dialah pencipta
alam semesta, pemelihara dan pengatur kehidupan semua makhluk).
Kelemahan teori-teori di atas adalah seolah-olah paham tentang Tuhan
merupakan hasil ciptaan manusia dan berkembang terus sesuai dengan tingkat
peradabannya. Teori evolusionisme kepercayaan ini dikritik dan ditentang oleh
Andrew Lang (1898). Ia membuktikan adanya kepercayaan monoteisme dalam
masyarakat primitif. Menurutnya: orang-orang yang berbudaya rendah juga
sama monoteismenya dengan orang-orang yang hidup di masa sekarang. Mereka
mempercayai Wujud Yang Agung dan sifat-sifat yang khas pada Tuhan mereka
itu yang tidak mereka berikan kepada wujud-wujud yang lainnya. Dalam
penyelidikan didapat suatu bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat
primitif adalah monoteisme murni, yang berasal dari ajaran atau wahyu Tuhan.
Tuhan Yang Benar menurut logika
Menurut logika; agama yang benar adalah yang mengajarkan konsep
Tuhan yang benar (dalil logikanya: karena agama datang dari Tuhan).
Selanjutnya; konsep Tuhan yang benar adalah apabila karakteristik (sifat dasar)
Tuhan yang diajarkannya sepenuh-penuhnya berbeda dengan karakteristik (sifat
dasar) alam (dalil logikanya: Tuhan adalah pencipta alam dan alam adalah
ciptaan-Nya, karena itu yang mencipta dengan yang dicipta pasti berbeda,
mustahil ada kesamaannya).
Tabel tentang perbedaan ciri-ciri alam dengan Tuhan
N
o Sifat Dasar/Karakteristik Alam (makhluk) Karakteristik
Tuhan

1 Dapat dicerap oleh pancaindera Ghaib, metafisik

2 Berbilang (pluralistik) dalam jumlah, bentuk, dan Esa, satu-satunya


rupa.

3 Terbatas/dibatasi oleh tempat/ruang dan waktu Mutlak, kekal, abadi


tertentu

6
4 Mengambil/berada di tempat tertentu (lokal, Universal
parsial)

5 Saling berketergantungan (dependen, Berdiri sendiri


interdependen)

Karakteristik alam dan Tuhan pada tabel di atas memperlihatkan


perbedaan yang tegas antara sifat dasar (karakteristik) alam dengan Tuhan. Sifat
dasar alam: dapat dilihat, dibayangkan, memiliki jumlah, dimulai dari tidak ada
kemudian ada (dilahirkan) dan kembali tidak ada (mati), berada di daerah/tempat
tertentu, dan memiliki hajat hidup seperti umumnya pada makhluk hidup. Jadi
secara logika dapat ditegaskan bahwa Tuhan yang benar adalah yang sifat
dasarnya (karakteristik) seratus persen berbeda dengan sifat-sifat dasar alam
tersebut.
Konsep Tuhan dalam Islam
Dalam Islam Tuhan yang benar adalah Allah S.w.t . Firman-Nya sbb.:









(102:).


Itulah Allah, Tuhan kalian semua. Tidak ada tuhan kecuali Dia,
Pencipta segala sesuatu maka beribadahlah pada-Nya. Dan
adalah Dia Penguasa segala sesuatu. (QS.6:102)
Allah sebagai Tuhan yang benar dinyatakan al-Quran tidak semata-mata
dengan cara normatif, melainkan juga dengan cara argumentasi logis dan
deduktif. Perhatikan firman-firman Allah dalam al-Quran berikut ini:




.
.
.




(4-1::).

Katakanlah: Dia Allah itu Esa. Allah tempat bergantung segala
sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Dan tidak ada
seorangpun yang dapat menandingi-Nya. (QS.112:1-4)
Dalam ayat-ayat tersebut terdapat tiga karakter dasar Allah Swt., yaitu:
esa (tergambar pada ayat 1 dan 3), berdiri sendiri (tergambar pada ayat 2), dan

7
mutlak (tergambar pada ayat 3 dan 4). Argumentasi logis dan induktif tentang
pernyataan tersebut dijelaskan oleh ayat-ayat lain sbb.:








.




(101:)
Allahlah yang mencipta banyak langit dan bumi, bagaimana
mungkin Ia mempunyai anak padahal tidak mungkin Ia memiliki
teman (isteri). Dia mencipta segala sesuatu, dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS.6:101)
Berkenaan dengan ghaibnya Allah, al-Quran menyatakan:







(103: ).

Dia (Allah) tidak dapat dicapai oleh penglihatan, tapi Dia menangkap semua
penglihatan. Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS.6:103)

Dalam firman-Nya yang lain Allah menegaskan:

(2:).



Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan Pemelihara seluruh alam. (QS.1:2)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah bersifat universal, Dia merupakan
Tuhan alam semesta. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi serta
apa yang ada di antara keduanya (lihat juga QS.2:284).
Dapat disimpulkan bahwa menurut Al-Quran: Tuhan hanya satu, yaitu
Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar (l ilha ill Allh). Sebagaimana
ditegaskan oleh Al-Quran: Sekiranya di langit dan di bumi ada banyak tuhan
selain Allah, maka tentulah langit dan bumi itu akan rusak binasa
(QS.21.Al-Anbiyaa`:22).
Pembuktian Ada-Nya (Wujud) Tuhan

8
1. Pembuktian dengan pendekatan Logika
Betulkah Tuhan ada? Dalam kajian logika kata ada mempunyai banyak
makna, seperti: dapat ditangkap oleh panca indera (ada secara empirik),
dapat dipikirkan atau dirasakan (ada secara psikologik), dapat disebutkan
(ada secara bahasa), dapat didefinisikan (ada secara maknawi), dan ada
sejak semula (ada secara niscaya, necessary being atau wajib al-wujud).
Tuhan adalah ada dalam konteks semua makna ada tersebut, selain yang
pertama (ada secara empirik) karena adanya Tuhan bersifat meta-empirik.
Ketika kita menyebut kata Tuhan memang Dia tidak akan ada secara
empirik, namun ada-Nya itu dapat dipikirkan atau dirasakan, dapat
disebutkan dan didefinisikan. Ini berarti secara logika Tuhan itu ada.
Argumen logis lainnya tentang bukti adanya Tuhan adalah:
Tuhan adalah pencipta alam, sebab mustahil alam dapat
menciptakan dirinya sendiri.
Alam adalah ciptaan, jadi karena Tuhan ada maka alam
ini ada. Jika Tuhan tidak ada pasti alam ini tidak ada, karena tidak akan
ada yang menciptakannya.
2. Pembuktian dengan pendekatan Filsafat
Wujud yang ada (realitas) secara umum terbagi dua: Pencipta (khalik), dan
yang diciptakan (makhluk). Pencipta, yaitu Allah, adalah wujud yang mutlak
(absolute). Karena Dia mutlak maka Dia sempurna, tidak berpermulaan
dan tidak berpenghabisan. Dia senantiasa ada. Beberapa argumen
pembuktian adanya Tuhan melalui pendekatan filsafat adalah:
Argumen Ontologis (Immanuel Kant, 1724-1804): setiap orang
apabila berbicara tentang besar, adil, bijaksana, dalam pikirannya pasti
ada yang maha besar, maha adil, maha bijaksana, itulah Tuhan. Sebab
jika tidak demikian maka besar, adil, bijaksana hakikatnya tidak akan
ada maknanya.
Argumen Teleologis (Immanuel Kant): bahwa gerak kehidupan
alam ini ada tujuannya, yaitu menuju kepada kebaikan, keindahan dan
kesempurnaannya. Ini berarti alam ini ada yang mengaturnya, yaitu
Tuhan yang maha baik, indah dan sempurna.
Argumen Moral (Immanuel Kant): seseorang apabila melakukan
perbuatan yang salah atau melanggar kebenaran, pasti ada perasaan

9
moralitas dalam dirinya yang menegurnya. Keadaan ini menunjukkan
adanya Tuhan yang memberikan rasa dan kesadaran moral pada hati
manusia.
Argumen penciptaan alam/dalil Ikhtira (Ibnu Rusyd, 1126-1198):
firman Allah Sesungguhnya segala yang kalian minta pertolongan
kepada selain Allah sama sekali tidak mampu menciptakan seekor
lalatpun, walaupun mereka bergabung untuk menciptakannya
(QS.22.Al-Hajj:73)
Argumen pengurusan alam/dalil Inayah (Ibnu Rusyd): firman
Allah Bukankah Aku telah menjadikan bumi sebagai hamparan. Dan
gunung-gunung sebagai pasak. Dan menjadikan kamu berpasang-
pasangan?. (QS.78.An-Naba:6-8)

3. Pembuktian dengan pendekatan Ilmiah


Ilmu pengetahuan senantiasa berlandaskan kepada kepastian yang tetap,
seperti hipotesis, tesis, dan teori. Karena itu ilmu pengetahuan tidak
mungkin ada tanpa didasari dan diawali dengan keyakinan atau
kepercayaan. Sesuatu yang bersifat metafisik yang menjadi keyakinan ilmu
pengetahuan di antaranya adalah: gaya, energy, hukum alam, sinar
kosmis dll, yang semuanya bersifat gaib, hakikatnya tak mampu
dibentangkan oleh ilmu pengetahuan. Ini menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan pun yakin adanya yang gaib yaitu Tuhan.
4. Pembuktian dengan pendekatan Fisika
Jika dikatakan Tuhan tidak ada hanya karena Dia tidak tampak secara
fisik maka argumen ini sangat lemah, sebab sesungguhnya dalam fisika
banyak sekali materi yang tidak dapat dibuktikan secara fisik namun tetap
diyakini adanya, seperti sinyal gelombang suara, energi aliran listrik, atom
dengan proton dan neutronnya, dll.
Jika dikatakan Tuhan tidak ada hanya karena tidak masuk akal, maka
argumen inipun sangat lemah, karena betapa banyak dalam fisika sesuatu
yang tidak masuk akal tapi tetap diyakini adanya, seperti bintang neutron
yang memiliki gaya grafitasi yang luar biasa kuatnya, sehingga sinarnya
sendiri tersedot ke dalam, dan bahan materinya mengkerut menjadi sangat
padat walhasil satu sendok saja beratnya lebih dari satu ton.
Dulu kaum materialis-ateistik berpendapat alam menciptakan dirinya sendiri
dan bersifat azali (ada sejak semula). Namun setelah ditemukannya hukum

10
kedua termodinamika (Second law of Thermodynamics), abad ke-19,
pendapat di atas tidak didukung lagi.
Hukum baru yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
pembatasan perubahan energi panas tersebut membuktikan bahwa alam
tidak mungkin bersifat abadi. Hukum tersebut menyatakan bahwa energi
panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas.
Tidak mungkin sebaliknya, yaitu energi panas mustahil berubah dari
keadaan tidak panas menjadi panas. Jika alam ini azali berarti telah lama
alam ini kehilangan energi panasnya dan kehidupan pun punah. Namun
kenyataannya alam ini masih ada dan kehidupan masih berlangsung. Ini
menunjukkan bahwa alam ini diciptakan dan ada yang menciptakannya,
yaitu Tuhan.
5. Pembuktian dengan pendekatan Astronomi
Coba renungkan alam semesta ini; bulan yang memiliki jarak 240.000 mil
dari bumi selalu mengelilingi bumi selama 29 hari untuk setiap edarnya.
Bumi yang berjarak 93.000.000.000 mil dari matahari selalu berputar pada
porosnya dengan kecepatan 1.000 mil perjam dan selalu mengitari matahari
menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 setahun sekali, dengan
diiringi oleh delapan planet tata surya yang semuanya mengelilingi matahari
dengan kecepatan yang luar biasa.
Matahari juga tidak diam, ia beredar bersama-sama dengan planet-planet
dan asteroid lain mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan 600.000 mil
perjam. Di samping itu masih ada ribuan kumpulan galaxy selain sistem
tata surya kita yangg beredar pada sumbunya dan menyelesaikan
edarannya sekali dalam 200 juta tahun cahaya.
Bayangkan betapa besar dan rumitnya organisasi alam semesta itu dengan
satu sistem yang luar biasa rapi dan teraturnya sehingga tidak terjadi
pergesekan dan benturan. Itu berarti ada kekuatan dan kebijaksanaan yang
maha besar yang mampu menciptakan, mengatur dan mengendalikannya,
itulah Tuhan.

Keimanan dan Ketakwaan


Pengertian Iman dan Takwa
Iman artinya percaya secara totalitas. Definisi iman antara lain adalah:
mengakui dengan hati yang dibenarkan oleh ucapan dan dibuktikan dengan
perbuatan.
Takwa artinya menjaga, memelihara, melindungi, takut. Takwa
didefinisikan sebagai: sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
11
bentuk pengamalan Islam secara utuh dan konsisten (istiqamah), yaitu
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang
dilarang-Nya.

Wujud Iman
Secara umum wujud iman adalah mempercayai, menerima, dan
mengamalkan apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, yaitu yang
terdapat di dalam Kitab Suci Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Intinya
tertuang dalam Rukun Iman, yaitu: (1) Iman kepada Allah S.w.t. (2) Iman
kepada Malaikat-malaikat-Nya. (3) Iman kepada Kitab-kitab-Nya. (4) Iman
kepada Rasul-rasul-Nya. (5) Iman kepada Hari Akhir. (6) Iman kepada
Qadha dan Qadar-Nya.

Proses terbentuknya Iman


a. Faktor Keturunan: pergaulan calon suami-isteri,
ketakwaannya, kehalalan makanannya, keabsahan pernikahannya,
kesalehan hubungan keduanya, dll.
b. Faktor Lingkungan: kondisi habitat kehidupan
seseorang, kebersihannya, kesehatannya, pergaulannya, suasana di
rumah dan di luar rumahnya, dll.
c. Faktor Pendidikan: transfer nilai-nilai dan norma
kepada seseorang, sekolah dan guru-gurunya, proses pembelajarannya,
ilmu yang dipelajarinya, dll.
d. Faktor Pengetahuan dan wawasan.
e. Faktor Hidayah (petunjuk Allah): berfungsi-tidaknya
lima tingkatan hidayah Allah yaitu (1) Instink, (2) Panca Indera, (3)
Akal Pikiran, (4) Agama, (5) Tawfiq (restu Allah).

Tanda orang-orang beriman, antara lain:


1. Sangat cinta kepada Allah S.w.t atau asyaddu
hubban lillhi (QS.2:165), yaitu mengutamakan Allah, mendahulukan
apa yang diperintah-Nya, rela berkorban untuk-Nya.
2. Jika disebut nama Allah hatinya bergetar
(QS.8.Al-Anfal:2) dalam arti terpanggil dan luluh karena kerinduan &
pengagungan.
3. Jika dibaca ayat-ayat Allah imannya bertambah
(QS.8:2) dalam arti meningkat amal, ibadah, dan pengorbanannya.

12
4. Senantiasa bertawakkal kepada Allah S.w.t
(QS.8:2) dalam arti selalu berharap, berusaha, dan berserah diri kepada-
Nya.
5. Tertib dan disiplin dalam melaksanakan dan
mendirikan shalat (QS.23.Al-Muminuun:2, 9).
6. Menafkahkan rezqi yang didapatnya
(QS.8:2/23.Al-Muminun:4)
7. Menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat
(QS.23:3).
8. Amanah, menepati janji (QS.23.Al-
Muminuun:8).
9. Menjaga kehormatan dan harga dirinya
(QS.23:5-7).
10. Bersikap lemah-lembut sesama orang yang
beriman (QS.5.Al-Maaidah:54)
11. Berwibawa dan bersikap tegas/berpendirian
terhadap orang kafir (QS.5.Al-Maaidah:54).
12. Memiliki semangat kerja keras/jihad di jalan
Allah dan suka menolong (QS.5.Al-Maaidah:54/8.Al-Anfal:74)
13. Tidak takut akan celaan orang orang lain
(QS.5.Al-Maaidah:54)
14. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum
meminta izin (QS.24.Al-Nuur:62), dll.

Tanda orang yang takwa a.l. terdapat dalam QS.2.Al-Baqarah:177:


1. Mengimani Allah, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan para nabi.
Jadi indikator pertama ketakwaan adalah memelihara hati nurani/naluri
iman (fitrah).
2. Menegakkan shalat. Jadi indikator kedua ketakwaan adalah menjaga
dan mengamalkan ibadah formal.
3. Menginfakkan sebagian rezki yang diberikan Allah kepadanya.
Dengan demikian indikator ketiga ketakwaan adalah mencintai dan
perduli kepada makhluk.
4. Meyakini akhirat.
5. Menepati janji, sabar dan syukur dalam berbagai keadaan (QS.3.Ali
Imran:134)
6. Mampu mengendalikan diri dan memafkan orang lain (QS.3:134)
7. Jika berbuat salah dan dosa segera berhenti dan memohon ampun
kepada Allah (QS.3.Ali Imran:134).
13
Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Iman adalah tauhid secara teoritis, yaitu mengesakan Allah dan meyakini
hal-hal yang wajib diimani. Taqwa adalah tauhid secara praktis atau tauhid
ibadah yaitu beribadah atau mengabdi hanya kepada Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi, ibarat sebuah bangunan rumah, keimanan merupakan
fondasi Islam sedangkan ketakwaan merupakan tiang dan dindingnya.

Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern


Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern:
kehidupan manusia semakin kompleks, beban biaya hidup secara ekonomi
dan sosial semakin tinggi, hidup penuh ketegangan dan serba terikat oleh
sistem dan waktu, ketergantungan kepada materi dan teknologi, dll.
Peranan Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modern
1. Iman menetralisir kepercayaan dan ketergantungan yang
berlebihan kepada kekuasaan benda dan manusia.
2. Iman menanamkan semangat berani hidup dan siap mati.
3. Iman menumbuhkan sifat dan sikap mandiri dan
berpendirian (self-help)
4. Iman memberikan kepastian dan ketentraman jiwa
5. Imam mewujudkan kehidupan yang baik.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen (disiplin)
7. Iman memberikan keberuntungan dan keselamatan dunia-
akhirat.

***

Keutamaan ilmu daripada harta adalah:

Ilmu akan menjagamu,


sedangkan harta engkau yang akan menjaganya.

14
Jika diberikan kepada orang lain maka ilmu akan bertambah
sedangkan harta akan berkurang.
Ilmu membuatmu pandai, dan harta membuatmu lalai.
Ilmu adalah sifat Allah, harta merupakan sifat dunia.
Sedikit yang berkesinambungan lebih baik
daripada banyak yang membosankan (musiman).
Apabila sabar tidak dapat menyelamatkan seseorang,
maka keluh kesah yang akan mencelakakannya.

Ali Bin Abi Thalib

Bab 2
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

15
Konsep Manusia dalam Berbagai Perspektif
Al-Quran menggunakan tiga bentuk kata untuk manusia, yaitu: Basyar,
Insn jamaknya Ns, dan Ban dam.
(Arti Manusia: (1) Basyar). Kata basyar disebut Al-Quran sebanyak 37
kali, di antaranya (QS.18.Al-Kahfi:110) berbunyi: Qul innam an basyar
milukum (artinya: katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu). Konsep basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat
jasadiah/biologis manusia, seperti: berasal dari tanah liat atau lempung kering
(QS.15.Al-Hijr:33/30.Al-Ruum:20), makan dan minum (QS. 23.Al-
Muminuun:33). Jadi basyar adalah manusia dalam arti sebagai makhluk
fisik/biologis sebagaimana hewan.
(Arti Manusia: (2) Insn). Kata Insn disebut oleh Al-Quran sebanyak
65 kali, seperti (QS.96.Al-`Alaq:5) berbunyi: `Allamal-Insn m lam ya`lam
(artinya: Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep insan selalu dikaitkan dengan sifat psikologis atau spiritual manusia
sebagai makhluk yang berpikir, berilmu, dan memikul amanah (qs.33.Al-
Ahzab:72). Jadi insan adalah manusia sebagai makhluk yang terus bergerak
maju ke arah kesempurnaan (QS.84.Al-Insyiqaq:6).
(Arti Manusia: Ns). Kata ns disebutkan oleh Al-Quran sebanyak 240
kali, seperti (QS.49.Al-Hujurat:13) berbunyi: Y ayyuhan-ns inn
khalaqnkum min akarin wa un wa ja`alnkum syu`ban wa qabila
lita`raf (artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami meniptakan kamu dari
seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal). Konsep ns menunjuk
kepada manusia sebagai makhluk yang hidupnya tidak dapat sendirian. Jadi ns
adalah manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk kolektif.
(Arti Manusia: (3) Ban dam). Ban dam artinya anak keturunan Nabi
Adam, maksudnya manusia adalah berasal dari satu keturunan dan oleh karena
itu semua manusia adalah bersaudara.

(Teori Penciptaan Manusia).Secara garis besar terdapat dua pandangan


utama ilmuan tentang penciptaan manusia, yaitu penciptaan melalui
perkembangan (Teori Evolusi), penciptaan secara kreasi (Teori Revolusi).
(Teori Evolusi Penciptaan Manusia). Ilmuan yang berpegang kepada
teori ini menyatakan bahwa manusia itu berasal dari makhluk yang paling
sederhana kemudian berkembang menuju makhluk sempurna secara evolusif

16
dalam jangka waktu yang lama.Pertama-tama pandangan ini dikemukakan oleh
J.B. Lamarck (1774-1829), seorang sarjana Perancis. Menurutnya; kehidupan
berkembang dari tumbuh-tumbuhan menuju binatang, kemudian menuju
Manusia. Pandangan tersebut baru mendapat perhatian setelah dipertegas oleh
Charles Darwin (1809-1882), seorang sarjana Inggeris, dengan teori
evolusinya. Ia menelaah pengalaman dari pemeliharaan burung-burung merpati
di Inggeris. Ternyata dengan pemeliharaan yang berencana dan tekun akan dapat
diperoleh suatu jenis burung merpati yang amat berbeda dari jenis induknya
yang semula.
Apa yang dapat dicapai oleh manusia dengan cara berencana, tentu dapat
pula dicapai oleh alam dengan cara-cara seleksi alam (natural selection). Dalam
perjuangan hidup bagi hewan, misalnya, yang kuatlah yang mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan iklim dan suasana sekitarnya, dan dialah
yang akan berhasil mempertahankan hidupnya. Dalam bukunya The Origin Of
Species, Darwin berpendapat bahwa semua jenis sel binatang berasal dari sel
purba. Kemudian dalam bukunya The Descen of Man ia menjelaskan teorinya
tentang perkembangan binatang-binatang menuju manusia. Menurutnya;
binatang yang paling maju adalah binatang yang mirip kera dengan mengalami
perubahan-perubahan menuju wujud manusia.
Pandangan dan teori tersebut kemudian diperkuat dengan penemuan fosil
manusia Nedherthel tahun 1856 di lembah Dusseldorf, Jerman Barat, yang
diperkirakan berusia 1 juta tahun. Fosil tersebut mempunyai ciri-ciri: bentuk
dahi yang rendah menjorok mundur dengan lingkungan besar di atas mata serta
tanpa dagu, menyerupai kera dan manusia, berdiri tegak , dan ditemukan pula
bekas-bekas kerja primitif di sekitarnya. Boleh dikatakan; sejak itu teori evolusi
menjadi populer dan berkembang terus.
(Teori Revolusi Penciptaan Manusia). Pendukung teori ini menyatakan
bahwa segala sesuatu berubah secara cepat dan sesuatu itu berasal dari tidak ada
kemudian menjadi ada. Teori atau pandangan seperti ini merupakan kebalikan
dari teori atau pandangan evolusi. Ia menekankan asal kejadian bukan dari
proses perkembangan melainkan dari penciptaan (kreasi) oleh Tuhan dengan
kekuasaan-Nya. Teori revolusi tentang asal kejadian manusia banyak
dipengaruhi oleh interpretasi ummat beragama tentang proses kejadian Adam
yang dihubungkan dengan kemahakuasaan Tuhan.

17
(Pandangan Al-Quran tentang Penciptaan Manusia). Al-Quran tidak
menjelaskan secara rinci dan runtut tentang asal mula kejadian manusia yang
pertama. Tampaknya manusia pertama diciptakan, dalam perspektif al-Quran,
lebih dekat dengan cara revolusi (by creation) dari tanah (yaitu: turab, thin,
shalshal, hamain, dsb. Lihat QS.71:17/37:11/ 23:12-13/30:20/3:59/32:7/15:28).
Ketika berbicara tentang penciptaan manusia yang pertama, al-Quran menunjuk
kepada Allah sendiri sebagai pelakunya dengan menggunakan kata pengganti
nama tunggal (Aku, Dia). Hal ini menunjukkan, kata Quraish Shihab, manusia
pertama diciptakan oleh Allah tanpa melibatkan pihak lain (1999:280-281).
Perhatikan Firman Allah sebagai berikut:

(71::) .




Sungguh Aku (akan) menciptakan manusia dari tanah. (QS.38:71)







(59: ) .

Sungguh misal (penciptaan/kedudukan) Isa di sisi Allah adalah
seperti (penciptaan/kedudukan) Adam. Dia menciptanya dari tanah
kemudian berfirman kepadanya (tanah) jadilah maka jadilah
dia. (QS.3:59)
Kemudian al-Quran tidak memberitakan secara tegas tahapan-tahapan
proses penciptaan berikutnya; dari tanah sampai menjadi satu diri manusia
yang pertama. Namun secara pasti Al-Quran menegaskan bahwa semua
manusia yang ada sekarang ini berasal dari satu diri (manusia pertama) itu,
firman Allah:

18







(1: ).

Hai sekalian manusia; bertakwalah kepada Tuhanmu, Dia yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu, kemudian darinya
diciptakan-Nya pasangannya, kemudian dari keduanya Dia
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertak-walah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
persaudaraan. Sungguh Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS.4:1, bandingkan: 6:98)

Drs. Miftah Faridl (1982:76) mengurutkan rangkaian proses kejadian


manusia yang diisyaratkan oleh Al-Quran sbb.:
1. Melalui masa yang tidak disebutkan (QS.76:1).
2. Mengalami beberapa tingkatan kejadian (QS.71:14).
3. Ditumbuhkan dari tanah seperti tetumbuhan (QS.71:17).
4. Dijadikan dari tanah liat (QS.37:11).
5. Dijadikan dari tanah kering dan lumpur hitam (QS.15:28).
6. Kemudian ditiupkan ruh (QS.38:72/15:29).
Al-Quran hanya mengemukakan tiga ide pokok tentang penciptaan
manusia pertama, yaitu: bahan awalnya adalah tanah, bahan tersebut
disempurnakan, kemudian ditiupkan ruh Ilahi kepadanya.
Manusia berikutnya diciptakan oleh Allah dengan proses evolusi
(QS.4:1/71:13-14), yaitu kejadiannya berkembang mengikuti/sesuai dengan
takdir Allah (evolusi sebagai takdirullah, bukan evolusi darwinisme yang
materialistik). Dalam hal ini manusia dicipta tidak lagi secara langsung oleh
Allah, melainkan melalui/melibatkan berbagai komponen penyebab perantara
sesuai dengan hukum reproduksi yang telah ditetapkan-Nya. Karena itu dalam
membicarakan penciptaan manusia berikutnya, al-Quran menggunakan kata
pengganti Allah dalam bentuk jamak (Kami, Kita) sebagai isyarat bahwa
prosesnya melalui keterlibatan Allah bersama selain-Nya. Keterlibatan pihak
selain Allah seperti: peran ayah dan ibu dalam mempengaruhi bentuk fisik dan
psikologis anaknya (1999:281).
Proses-proses evolusi dalam penciptaan manusia berikutnya adalah dari
saripati berasal dari tanah (23:12/22:5/40:67) kemudian menjadi sperma
(23:13/32:8/16:4/ 75:37/77:20/76:2), kemudian pembuaham ovum di trompe
19
rahim (86:6-7/40:13), menempel/ bersarang/menggantung di cavite rahim
(23:14/96:2/40:67), kemudian menjadi segumpal daging, tumbuh tulang,
dibungkus daging, menjadi makhluk paling baik (23:14/75:36-39) kemudian
ditiupkan ruh-Nya, muncul indera serta perasaan/kecerdasan (32:9/87:3).
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam soal penciptaan
manusia, al-Quran mengungkapkan dua cara pencip-taannya; pertama-tama
dengan revolusi masyiatullah (penciptaan secara cepat sesuai dengan kehendak
Allah), dan selanjutnya dengan evolusi takdirullah (perkembangan sesuai
dengan hukum kausalitas yang telah Allah tetapkan pada alam).
(Tentang Nabi Adam). Berkenaan dengan Nabi Adam a.s, ada yang
menetapkannya sebagai manusia pertama dan ternyata hanya merupakan
interpretasi mayoritas ulama (Shihab, 1999:281). Kitab suci Al-Quran hanya
menegaskan bahwa Adam diciptakan sebagai khalifah di muka bumi (QS.2:30),
tidak ada ayat Al-Quran yang menayatakannya sebagai manusia pertama.
Namun demikian kedudukan Adam sebagai manusia pertama tetap menjadi
bahan perdebatan dan melahirkan banyak pemahaman. Sebagai contoh; Prof. Dr.
HAMKA di dalam tafsirnya Al-Azhar (I:168-169), mengemukakan beberapa
pendapat ulama tentang Adam. Al-Alusi, penulis Tafsir Ruh al-Ma`ani,
menyatakan bahwa di dalam kitab Jami` al-Akhbar disebutkan bahwa sebelum
Allah menjadikan Adam kita telah ada 30 Adam. Ibnu Buwaihi, di dalam Kitab
al-Tawhid, mengemukakan satu hadis Nabi s.a.w riwayat Imam Ja`far al-Shadiq
bahwa Allah telah menjadikan 1.000 Adam. Sedangkan Ibnu `Arabi, di dalam
kitabnya Al-Futuhat Al-Makkiyah, menyatakan bahwa 40.000 tahun sebelum
Adam telah ada Adam yang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Nabi Adam a.s yang kita kenal adalah manusia pertama dan khalifah pertama
untuk manusia jenis kita yang hidup sampai dengan saat ini.

Eksistensi dan Martabat Manusia


(Manusia makhluk mulia). Manusia adalah makhluk yang mulia dan
dimuliakan Allah, bahkan yang paling dimuliakan daripada semua makhluk
karena memiliki potensi yang tidak dimiliki secara utuh oleh makhluk lain. Di
dalam Al-Quran surat (17) Al-Isra ayat 70 Allah menyatakan:

20








(70: )
Dan sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam. Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan keunggulan
yang sempurna di atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (QS.17:70)
(Manusia makhluk perpaduan dua dimensi). Letak keunggulan
manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah karena ia merupakan
makhluk perpaduan dua dimensi (uni-bidimensional) yaitu antara dimensi ruh
dan alam. Manusia adalah makhluk yang bertuhan dan sekaligus berkehidupan
sosial (teo-antropo-sosial). Dengan demikian, manusia dapat menyadari
keluasan alam serta menguasai alam, dan pada saat yang sama ia memiliki
kesadaran diri yang melampaui alam serta dapat menjangkau
ketidakterhinggan Tuhan Yang Maha Tinggi.
(Potensi kemuliaan manusia). Beberapa potensi manusia yang
membuatnya dapat menjadi lebih unggul dan lebih mulia adalah:
1. Manusia adalah keturunan Adam, yang fisiknya berasal dari tanah bukan
dari hewan dan sejenisnya. Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Hai
manusia; sesungguhnya Tuhanmu adalah Satu, dan bapak keturunanmu
juga satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah.
2. Mempunyai bentuk dan struktur tubuh yang relatif lebih baik dan lebih
sempurna, sekalipun bukan yang terkuat atau terbesar dibandingkan hewan.
3. Memiliki ruh (soul) dan jiwa (spirit) yang di dalamnya terdapat potensi
untuk unggul seperti akal, kesadaran, perasaan (emosi) dan kemauan
(seperti: hawa nafsu dan kebebasan). Dengan dimensi ini manusia
berpeluang untuk dapat lebih mulia daripada malaikat.
4. Manusia diberi-Nya hidayah (petunjuk/kebenaran) yaitu: instink, indera,
akal, agama (wahyu), dan tawfiq (bimbingan secara langsung).
5. Diberi kemerdekaan dan kemampuan untuk dapat mengendalikan diri, serta
diberi potensi untuk dapat berbuat baik dan atau berbuat buruk (QS.91:7-8)
6. Manusia diberi amanah sebagai Khalifah Allah di muka bumi (khalifatullah
fi al-ardh) yaitu wakil Allah untuk mewujudkan kehendak-Nya di bumi
21
(QS.2.al-Baqarah:30), dan berkedudukan sebagai hamba Allah (abd Allah,
QSW.51.Adz-Dzariyat:56).
7. Semua di dalam alam yang dicipta Allah untuk manusia (2:29).

Keistimewaan-keistimewaan tersebut semuanya baru merupakan potensi.


Jika manusia memanfaatkannya sebaik-baiknya maka akan beruntunglah dia
(QS.91.Asy-Syams:9-10) dan akan unggul serta naik derajatnya, bahkan boleh
jadi dapat mencapai ketinggian derajat malaikat. Tetapi jika tidak
dimanfaatkannya, atau justeru potensi yang negatif yang diaktualisasikannya,
maka jatuhlah derajatnya menjadi setingkat hewan atau lebih rendah lagi,
sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah dalam surat Al-A`raf yang artinya:
Dan sungguh Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan
dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati tetapi tidak
digunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah, mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak digunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak digunakannya untuk mendengar (ayat-ayat/peringatan/
perintah Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS.7:179)

(Eksistensi dan martabat manusia). Manusia akan disebut manusia


apabila ia bermartabat (berkemanusiaan). Eksistensi dan martabat manusia
ditentukan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Memelihara dan mengikuti fitrah (hati nurani kebenaran, naluri
bertuhan).
2. Berpikir, berkebudayaan/berperadaban.
3. Bermoral, berbudi pekerti.
4. Bermasyarakat, berkehidupan sosial.
(Prinsip hidup manusia muslim). Untuk mengaktualisasikan potensinya
yang baik, dan untuk dapat memanfaatkan serta mempertahankan keunggulan
mereka sehingga mendapatkan eksistensi dan martabatnya, manusia harus
berpegang pada prinsip hidup sebagai berikut:
1. Tujuan hidup: mencari ridha Allah semata-mata (QS.6:163).
2. Tugas hidup: mengabdikan diri kepada Allah dalam berbagai aspek
kehidupan (beribadah dalam arti luas) (QS.51:56).
3. Peranan hidup: sebagai khalifah Allah di muka bumi, agar dapat
mengolah, memanfaatkan dan melestarikan alam, serta sebagai pelanjut

22
risalah Allah yaitu menyampaikan, mengamalkan dan membela agama Allah
(QS.3:110).
4. Pedoman hidup: Al-Quran dan Al-Sunnah (QS.2:2/3:32/3:132/
4:59/4:69).
5. Teladan hidup: para Nabi/Rasul, terutama Muhammad (QS.33:21/60:4,
6)
6. Kawan hidup: mukminin dan mukminat (QS.49:10) dan semua manusia
yang mengadakan persahabatan (QS.60:8).
7. Lawan hidupnya: Iblis dan keturunannya (QS.18:50) yaitu syaitan
(QS.1:168, 208/6:142/12:5/17:53/35:22/36:60/43:62), orang-orang ingkar
yang mengadakan permusuhan (QS.4:101/ 60:28/60:1, 9), orang-orang
munafik (QS.63:4), dan keluarga yang mengajak kepada perbuatan
melanggar agama (QS.64:14), dll.
8. Bekal hidupnya: seluruh alam dan isinya (QS.2:29/45:13).
Tanggung Jawab Manusia
(Makna tanggung jawab). Tanggung jawab adalah ke-sadaran akan tugas
dan kewajiban yang harus dikerjakan, serta mengetahui akibat dan dampak yang
ditimbulkan dari setiap per-buatan yang akan dikerjakan itu dengan kesiapan
dan kesediaan memikul resikonya. Sebelum berbicara tentang tanggung jawab
manusia akan dijelaskan fungsi dan peran manusia.
(Fungsi Manusia Muslim). Secara umum fungsi manusia adalah sebagai
hamba Allah (`abdi Allah) yang berkewajiban tunduk, taat, dan patuh
sepenuhnya akan apa yang dikehendaki oleh Allah.
(Peranan Manusia Muslim). Manusia di muka bumi adalah sebagai
wakil Allah (khalifah Allah), yaitu melestarikan, memanfaatkan, membangun,
dan memahami alam semesta.
(Tanggung jawab manusia). Tanggung jawab adalah sikap mengetahui
segala akibat dan dampak daripada perbuatannya serta mau memikul apapun
resiko yang ditimbulkannya. Tanggung jawab manusia tidak lain adalah
kewajiban untuk melaksanakan fungsi dan peranannya, yaitu di samping
mengabdi kepada Allah, manusia juga wajib mewujudkan kehendak-kehendak
Allah terhadap alam semesta ini. Semua itu adalah amanah yang harus
dipertanggung-jawabkan oleh setiap manusia. Ada empat sasaran pertanggung-
jawaban manusia atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya, yaitu:
1. Pertanggungjawaban pada semua makhluk/alam.
2. Pertanggungjawaban pada diri sendiri.
3. Pertanggungjawaban pada masyarakat
4. Pertanggungjawaban pada Allah S.w.t.
23
Manusia memerlukan Pedoman Hidup
Setiap manusia memiliki dua keperluan utama yaitu keperluan material
dan spiritual. Keperluan material (fisik) tumbuh secara alami; tidak dipelajari,
tidak dipengaruhi oleh lingkungan serta pendidikan dan sifatnya sama pada
semua manusia. Kebutuhan ini ada yang primer atau biologis (seperti: makan,
minum, tidur), dan ada yang sekunder atau sosial (seperti: berkomunikasi
dengan sesama, kegiatan bersama, kepuasan, pendidikan dan sosialisasi,
keteraturan sosial dan kontrol sosial) (Suparlan, 1980:1). Berkenaan dengan
keperluan material ini, agama berperan sebagai pengarah atau petunjuk bagi
manusia dalam bentuk patokan-patokan norma secara garis besarnya, seperti:
mana yang boleh dimakan, diminum atau dipergunakan, serta mana yang baik
dan yang tidak baik. Bimbingan agama seperti inilah yang membuat manusia
secara biologis terhormat dan bermartabat. Jadi akar kebutuhan terhadap agama
bagi manusia secara material adalah karena mereka ingin memperoleh hidup
yang sehat dan bahagia-sejahtera secara lahir.
Agama diperlukan dalam memenuhi keperluan material manusia yang
sekunder atau secara sosial karena manusia sesungguhnya memerlukan suatu
aturan hidup yang objektif. Dalam kehidupan sosialnya, manusia sering bersikap
subyektif atau berbuat mengutamakan diri sendiri dan tidak jarang merugikan
orang lain. Firman Allah dalam surah Ar-Ruum yang artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan
tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, mudah-mudahan mereka
kembali (ke jalan yang benar).(QS.30:41)
Jika manusia membuat sendiri aturan kehidupan sosialnya kadang-kadang
cendrung subyektif atau lebih mementingkan dirinya sendiri atau fihak tertentu
saja. Padahal dalam kehidupan sosial sangat diperlukan kesetaraan hak dan
kewajiban yang proporsional dan obyektif, dalam arti adil, dapat diterima, dan
mengikat semua orang. Di sinilah letak pentingnya posisi/ fungsi ajaran agama.
Beberapa peran strategis agama di dalam kehidupan sosial manusia, yaitu
pertama, agama merupakan ke-tentuan dari luar diri manusia yang memiliki
kekuatan pengaruh yang obyektif untuk mengikat secara adil semua manusia
dalam suatu masyarakat. Kedua, agama memiliki sistem nilai serta tata sosial
yang terpadu dan utuh sehingga mendorong terciptanya suatu persetujuan
mengenai sifat dan isi akan hak-hak serta kewa-jiban-kewajiban sosial. Ketiga,
agama menempatkan manusia sebagai pemeran/subjek sosial untuk kemakmuran
dirinya dan orang lain, lingkungannya dan alam seluruhnya dengan prasyarat
24
kualitas sumber daya manusianya yang suci jiwanya, tinggi intelektualitasnya,
tulus perbuatannya dan baik moralnya.
Keperluan manusia akan agama, ditinjau dari segi keperluan spiritual,
dapat dilihat dari keadaan psikologis manusia. Telah dikemukakan di atas bahwa
manusia memiliki dimensi fungsi fitrah yang darinya bersemi nurani, kesadaran
diri dan kesadaran ketuhanannya. Sifatnya immanen (menyatu dalam diri) dan
sekaligus transenden (di luar diri). Jadi manusia memiliki kesadaran akan
adanya sesuatu yang mencipta, menguasai dan memelihara alam semesta yang
muncul pada saat ia memfungsikan akal dan perasaannya. Kepada kekuatan di
luar jangkauannya itulah, kata HAMKA (1978:19), manusia menaruh harapan-
harapan akan kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas dan
keberhasilannya. Manusia memang memerlukan agama demi kepastian dan
kebahagiaan hidupnya, puncaknya adalah kepercayaan akan adanya Tuhan
terutama pada saat merasakan kehilangan atau terancam dari rasa kasih sayang,
rasa aman, rasa bebas dan rasa suksesnya (Rifa`i, 1994: 18). William James
menyatakan: Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap,
selama itu pula ia beragama.
Keperluan spiritual manusia ada yang berbentuk ilmu pengetahuan,
kedamaian, dan yang lebih tinggi lagi adalah keperluan akan adanya Tuhan serta
aturan-aturan yang berasal dari-Nya. Dasar keperluan ini adalah, pertama,
beragama merupakan fitrah manusia (kesadaran yang melekat pada diri manusia
dan dibawa sejak lahir), kedua, manusia ingin hidup selamat dan bahagia-
sejahtera di dunia sampai akhirat.
Di samping sebagai sandaran batinnya, secara psikologis manusia
memerlukan agama agar jiwanya selalu bersih dan berkualitas, memiliki sifat-
sifat keutamaan/kemuliaan, memiliki ketundukan dan pengabdian yang tulus
kepada Tuhan, serta bebas dari perbudakan hawa nafsu dan materi yang negatif.
Pada hakikatnya manusia senantiasa ingin mendapatkan kebenaran, kebaikan
dan keindahan. Gabungan tiga hal ini disebut suci. Usaha untuk memperolehnya
itulah yang disebut beragama. Atau dalam kata lain; keberagamaan adalah
terpatrinya rasa kesucian di dalam jiwa seseorang. Karena itu seseorang yang
beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang benar,
yang baik, dan yang indah. Mencari yang benar menghasilkan ilmu, mencari
yang baik menghasilkan akhlak, mencari yang indah menghasilkan seni.
Agama merupakan keperluan mutlak manusia. Namun lebih dari itu
agama senantiasa relevan dalam kehidupannya, karena tidak ada manusia yang
tidak mendambakan kebenaran, kebaikan, keindahan, dan kedamaian atau
keselamatan. Coba renungkan penjelasan seorang ilmuan Iran, Murtadha

25
Mutahhari, tentang fungsi dan peranan agama dalam kehidupan manusia berikut
ini:
Ilmu mempercepat Anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah
yang dituju.
Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya, agama
menyesuaikan manusia dengan jati dirinya.
Ilmu hiasan lahir, agama hiasan batin.
Ilmu memberi kekuatan dan menerangi jalan, agama memberikan
harapan dan dorongan bagi jiwa.
Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan bagaimana, agama
menjawab yang dimulai dengan mengapa.
Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemiliknya, agama
menenangkan jiwa pemeluknya yang tulus.

Bab 3
HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

Hukum Islam
(Pengertian Hukum). Secara bahasa hukum berarti meletakkan sesuatu
atas sesuatu. Hukum adalah seperangkat peraturan atau norma yang mengatur
tingkah laku manusia. Hukum juga dapat diartikan sebagai patokan, tolok ukur,
ukuran atau kaidah mengenai perbuatan atau sesuatu tertentu.
(Sumber Hukum Islam). Ajaran dan hukum Islam memiliki dua jenis
sumber, yaitu:
1. Sumber norma dan nilai yaitu al-Quran dan al-Sunnah/Hadis.
2. Sumber operasional yaitu Ijtihad/Royu.
Al-Quran dan al-Sunnah merupakan dua pusaka yang dijamin oleh
Rasulullah s.a.w tidak akan menyesatkan orang yang memeganginya. Bahkan
jika terjadi perbedaan pendapat dalam suatu hal keagamaan maka Allah
memerintahkan untuk kembali merujuk kepada al-Quran dan kemudian al-
Sunnah (QS.4.Al-Nisa:59).
Ijtihad/Royu berfungsi untuk mengurai, merinci serta menuntun
ketetapan dalam pelaksanaan ajaran Islam. Jika ia benar maka dapat disebarkan,
dan bagi penggagasnya akan diberikan dua pahala, dan jika keliru tidak perlu
diikuti meskipun penggagasnya tetap mendapat satu pahala.
(Hukum Islam: Syari`at dan Fikih). Hukum Islam adalah seperangkat
peraturan atau norma yang mengatur tingkah laku manusia dan merupakan
26
bagian dari ajaran Islam. Hukum Islam bersumber kepada Al-Quran dan
Sunnah/Hadis Rasulullah s.a.w. dan dikembangkan dengan ijtihad. Hukum Islam
yang semata-mata bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah disebut syari`at
(Islamic Law), sedangkan hukum Islam yang telah dikembangkan melalui ijtihad
disebut fikih (Islamic Jurisprudence).
(Syari`at). Syari`at atau syari`ah adalah hukum-hukum/ajaran Islam yang
terdapat di dalam wahyu Allah, yaitu yang termuat di dalam Al-Quran dan Al-
Sunnah/Hadis Rasul Muhammad s.a.w. Syari`at bersifat mendasar
(fundamental), mempunyai ruang lingkup yang luas (global dan universal),
berlaku abadi, dan menunjukkan kesatuan dalam Islam.
(Fikih hasil ijtihad). Fikih, fiqah atau Fiqh - menurut bahasa
bermakna pemahaman, yaitu: mengetahui sesuatu dan memahaminya dengan
baik. Secara istilah ia didefinisikan sebagai mengetahui hukum syara` (syari`at)
yang bersifat amaliah yang dikaji dari dalil-dalilnya yang rinci (Rosyada,
1994:4). Fikih adalah hukum-hukum dalam Islam hasil pemahaman manusia
tertentu tentang syari`at. Fikih bersifat pelengkap /pendukung (instrumental),
rinci namun terbatas (spesifik), bersifat sementara (temporer), dan berbeda-beda
hasil dan ketentuannya. Fikih adalah hasil ijithad, beberapa hal yang menjadi ciri
ijtihad yang membedakannya dengan wahyu adalah:
Pengertian di atas menunjukkan beberapa perbedaan antara fikih dengan
syari`at, yaitu:
1. Fikih lebih sempit daripada syari`at, karena hanya mengkaji
pengetahuan dan status hukum dari setiap perbuatan seorang muslim
(amaliah mukallaf - ) tentang halal/mandub, haram, wajib,
sunnat dan makruh beserta dalil-dalinya dari sumbersumber syari`at (al-
Quran dan Sunnah).
2. Sesuai dengan maknanya (fiqh = pemahaman terhadap syari`at
Islam di bidang hukum amaliah/praktis), fikih baru muncul setelah wafatnya
Rasulullah s.a.w melalui ijtihad yang dikembangkan oleh ulama fiqh
(fuqaha). Di antara mereka adalah: Imam Malik, Imam Syafi`i, Imam
Hanbali, Imam Hanafi, dll.
3. Fikih sangat erat kaitannya dengan mazhab - ( aliran). Ulama
fiqh berusaha memahami dan memerinci hukum-hukum syari`at sesuai
dengan kemampuan masing-masing, pendapat tersebut kemudian diikuti
oleh sekelompok orang. Faham yang memiliki pengikut dan pendukungnya
itu yang disebut mazhab.
4. Hasil keputusan ijtihad (fikih) tidak mutlak/absolut kebenarannya
karena merupakan produk pemikiran manusia, sedangkan wahyu bersifat
absolut kebenarannya.
27
5. Hasil keputusan ijtihad (fikih) tidak mengikat; hanya berlaku
untuk seseorang, suatu tempat atau suatu masa, dan berlaku bagi yang
mengikutinya saja. Sedangkan semua yang ditetapkan oleh wahyu wajib
diterima dan diikuti.
6. Ia tidak berlaku dalam hal penambahan ibadah
khusus/`Ubudiyah. Sebab hal ini hanya wewenang wahyu sebagai sumber
norma dan nilai (al-Quran dan Sunnah).
7. Hasil putusan ijtihad tidak boleh bertentangan dgn al-
Quran/Sunnah.
8. Dalam proses berijtihad diiringi oleh faktor-faktor: latar belakang
dan motivasi, resiko, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-
nilai yang menjadi ciri serta jiwa ajaran Islam. Wahyu diturunkan
sepenuhnya atas kehendak Allah S.w.t.
Contoh sederhana perbedaan antara syari`at dengan fiqh adalah:
Menutup aurat pada shalat adalah wajib (syari`at), sedangkan model
penutup aurat seperti kain sarung, celana panjang, jubah, adalah fiqh.
Berqunut pada setiap shalat disunnatkan (syari`at), sedangkan berqunut
dengan do`a tertentu dan hanya di waktu shalat subuh adalah fiqh.
(Cara/Metode Berijtihad). Banyak pakar hukum Islam yang
menempuh/menggunakan berbagai metode dalam berijtihad. Dari sisi subjeknya
ijtihad dpt dilakukan sendiri-sendiri, disebut ijtihad perorangan .
Ijtihad dapat juga dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa orang, ijtihad
ini dinamakan ijtihad kolektif .
Secara umum Ijtihad ditinjau dari targetnya yang ingin dicapai terbagi
pada 2: pertama, ijtihad dalam bentuk mengerahkan pemikiran untuk
menetapkan suatu ketentuan pelaksanaan hukum atau ibadah. Ijtihad model
ini dapat dilakukan, bahkan harus dilakukan, oleh setiap muslim yang telah
berakal, dewasa dan merdeka. Ia harus berani mengambil ketetapan pelaksanaan
hukum terutama saat mengalami kendala dalam melaksanakan hukum atau
ibadah tertentu, seperti keragu-raguan tentang jumlah rakaat shalat yang telah
dilakukannya. Ijtihad seperti ini hanya berlaku untuk diri sendiri yang
bersangkutan. Syaratnya adalah: niat yang tulus ikhlas, berpikir yang jernih dan
sungguh-sungguh, dan bersikap obyektif terhadap masalah yang diijtihadi.
Kedua, ijtihad dalam bentuk mengerahkan pemikiran untuk
menetapkan suatu ketentuan/keputusan hukum yang rinci yang tidak
disebutkan secara eksplisit oleh Quran dan Sunnah. Ijtihad ini memiliki syarat
yang ketat dan hanya dapat dilakukan oleh ulama yang telah memenuhi syarat.

28
Di antara syaratnya: menguasai bahasa Arab, menguasai Quran, Sunnah, ilmu
ushul fiqh dan ilmu fiqh, menguasai berbagai pendapat sahabat dan ulama
terdahulu, dan menguasai ilmu-ilmu penunjang pada bidang-bidang tertentu
yang relevan.
Ijtihad dalam bentuk yang kedua ini oleh Yusuf Qardhawi dibagi ke dalam
dua model:
1. Ijtihad Seleksional atau Ijtihad Intiqai - atau Ijtihad
Tarjihi - , yaitu ijtihad untuk memilih pendapat para ahli fiqh
terdahulu mengenai masalah tertentu kemudian menyeleksi mana yang lebih
kuat dalilnya dan lebih relevan dengan kondisi sekarang.
2. Ijtihad Kreasional atau Ijtihad Insyai , yaitu ijtihad
dalam usaha mengambil kesimpulan hukum mengenai peristiwa-peristiwa
baru yang belum diselesaikan oleh para ahli fiqh terdahulu.

(Metodologi Ijtihad). Beberapa cara/metode ijtihad untuk menetapkan


suatu ketentuan/keputusan hukum yang rinci antara lain:
1. Qiyas -
Qiyas/kias (reasoning by analogy) adalah menetapkan suatu hukum
terhadap suatu hal yang belum dijelaskan oleh al-Quran dan Sunnah, dengan
dianalogikan kepada hukum sesuatu yang telah ada diterangkan oleh al-
Quran dan atau Sunnah, karena adanya kesamaan sebab. Seperti al-Quran
menjelaskan larangan (haram) berkata uh/cis kepada orang tua
( al-Isra:23). Lalu bagaimana hukumnya memukul? Berkata uh/cis
dilarang/diharamkan sebab menyakiti orang tua. Memukul mereka juga
menyakitinya. Jadi ada kesamaan sebab yaitu menyakiti, dan dengan
demikian memukul merekapun hukumnya dilarang/diharamkan.
2. Ijma` -
Ijma` (consensus) adalah persepakatan ulama dalam menentukan sesuatu
masalah ijtihadiyah. Contohnya ulama sepakat bahwa orang yang azan
diutamakan untuk iqamat.
3. Istihsan
Istihsan (preference) adalah menetapkan suatu hukum terhadap persoalan
ijtihadiyah atas dasar prinsip-prinsip umum ajaran Islam, seperti: keadilan,
kasih sayang, dll. Istihsan disebut juga Qiyas Khafy (analogi samar-samar),
karena merupakan pengalihan kepada hukum lain demi kemaslahatan umum.
Landasannya QS.al-Zumar:18. Contohnya adalah pengambilan suara
terbanyak dalam pemilihan dengan melalui voting sebagai bentuk lain dari
musyawarah.
4. Mashalihul Mursalah
29
Mashalihul Mursalah (utility) adalah menetapkan hukum terhadap suatu
persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang
sesuai dengan tujuan syariat. Landasannya QS.Ali Imran:110. Istihsan
berdasar kepada dalil umum Quran/Hadis, sedangkan mashalihul mursalah
berdasar kepada kegunaan saja tanpa ada dalil yang. Contohnya wajib
mentaati rambu-rambu jalan untuk keselamatan orang banyak.
5. Sadduz Zari`at
Secara bahasa saddu = larangan, zaari`at = sesuatu yang asalnya
mubah/boleh tetapi dapat berdampak negatif. Jadi sadduz zari`at berarti
melarang sesuatu yang mubah yang dapat mengakibatkan kepada tindakan
yang dilarang (bersifat preventif). Secara istilah sadduz zari`at didefinisikan
sebagai upaya pelarangan terhadap suatu kasus hukum yang pada dasarnya
mubah (boleh) untuk menghindari perbuatan atau tindakan lain yang
dilarang (Fathurrahman Djamil, 1995:54).
Sadduz Zari`at diberlakukan terhadap sesuatu yang secara alamiyah atau
asal-mulanya bernilai mubah/boleh, tetapi cendrung untuk mengakibatkan
munculnya tindakan-tindakan merusak bagi yang melihat, mendengar atau
menggunakannya. Contohnya adalah gambar-gambar porno yang dapat
merusak mentalitas, tulisan-tulisan yang dapat merusak pikiran, film-film
blue yang dapat merusak moralitas, dll. Hal-hal pada contoh tersebut
pelarangannya tidak bersifat mutlak, bergantung kepada tingkat kerusakan
yang dapat ditimbulkannya.
Menurut Abu Zahrah: zari`at (sesuatu yang dapat membawa kepada
tindakan yang terlarang) terbagi kepada empat macam:
1. Zari`at yang pasti mengakibatkan tindakan merusak. Zari`at ini
disepakati ulama wajib dilarang (diharamkan).
2. Zari`at yang jarang membawa kepada tindakan merusak, tidak dilarang.
3. Zari`at yang diduga kuat sering mengakibatkan tindakan merusak, harus
dilarang.
Zari`at yang diduga tidak kuat mengakibatkan perbuatan merusak; terjadi
perbedaan ulama tentang pelarangannya.
(Ruang Lingkup Hukum Islam). Ruang lingkup syari`at, secara umum,
mencakup: ibadah khusus atau ibadah mahdhah ( ritual-
ceremonial) dan ibadah umum - ( mu`amalah - ) .
Ibadah khusus/ibadah mahdah: tata hubungan langsung manusia
kepada Allah Swt (hablun min Allah ) , yang terdiri dari:
a. Ibadat wajib/Rukun Islam (syahadat, shalat, zakat, puasa, hajji).

30
b. Ibadat lainnya yang berkenaan dengan ibadat wajib/Rukun Islam:
bersifat fisik (badani - )seperti: bersuci (thaharah), azan, iqamat,
do`a, umrah, khitan, pengurusan jenazah, dll.
bersifat materi (maliy - )seperti: qurban, aqiqah, sedekah, wakaf,
fidyah, dll.
Ibadah Umum atau Mu`amalah (berasal dari akar kata `amila - =
berbuat, beramal) adalah saling berbuat/beramal atau berinteraksi. Jelasnya
mu`amalah adalah tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan dengan benda/alam seluruhnya (Anshari:15, Malang:31).
Kandungan mu`amalah secara umum mencakup:
a. hukum perdata (al-Qanun al-Khas ) meliputi:
hukum perniagaan (mu`amalah dalam arti sempit)
hukum pernikahan (munakahat)
hukum pewarisan (waratsah), dll.
b. hukum publik (al-Qanun al-`Am ) , meliputi:
hukum pidana (jinayah)
hukum ketatanegaraan (khilafah/siyasah)
hukum perang/damai (jihad), dll. (Anshari:15-16).
c. Peraturan-peraturan umum lainnya seperti masalah makanan, minuman,
sembelihan, berburu, dakwah, dll., termasuk juga Akhlaq (Darajat: 282-283)
Jadi syari`at Islam, secara luas, mencakup semua ajaran Islam. Menurut
Prof. Mahmud Syaltut semua ajaran Islam termasuk ke dalam syariat Islam
kecuali akidah/keimanan. Pendapat tersebut barangkali bersandar kepada alasan
bahwa akidah/keimanan Islam telah diajarkan oleh tiap Nabi/Rasul sejak Adam.
Perlu dikemukakan pula bahwa di antara syariat para Nabi/Rasul maka
syariat Islam yang dibawa oleh Rasul Muhammad saw bernilai abadi dan
sempurna. Yang dimaksud dengan abadi di sini adalah senantiasa dapat
difungsikan dan relevan sampai kapan dan di mana saja. Sedangkan yang
dimaksud dengan sempurna adalah bahwa ia melingkupi semua prinsip-prinsip
syariat terdahulu karena datangnya kemudian atau terakhir.
Syari`at Islam bernilai abadi dapat dilihat dari beberapa hal:
Sumbernya yaitu al-Quran terjamin keabadiannya. Sebagaimana ditegaskan oleh
Allah Swt.: Sungguh Kamilah yang telah menu-runkan al-Quran, dan sungguh
Kami benar-benar memeliharanya (QS.15:9, 17/17:88/10:38).
a. Redaksi Quran singkat, padat dan global sehingga senantiasa memberikan
peluang untuk ditafsirkan sesuai tingkat kecer-dasan, pengetahuan dan
perkembangan manusia (Shihab:105).
31
b. Syari`at Islam sesuai dengan fitrah (naluri dasar/ kesejatian) manusia,
mudah/ringan dan praktis, moderat, rasional, utuh dan sempurna (Malang,
1990:38-48).
c. Syari`at Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia serta memenuhi
tuntutannya. Firman Allah Swt.:
Tidak ada suatupun yang Kami lewatkan di dalam Kitab (Al-
Quran) itu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah semuanya
dikembalikan (QS.6:38).

d. Hukum-hukum dalam Islam, menurut Prof. K.H. Ali Yafie, nilai dan
normanya bersumber kepada ayat-ayat syari`ah (wahyu Allah) namun dalam
pengembangannya bersumber juga kepada ayat-ayat kawniyah (alamiah dan
sejarah) (Rahman, 1994:85-86)
(Fungsi dan Tujuan Hukum Islam). Fungsi hukum Islam banyak sekali
mencakup semua aspek kehidupan manusia. Namun yang paling utama di
antaranya adalah (Ibrahim Hosen, 1996:90):
1. Fungsi ibadah, yaitu untuk mengabdi kepada Allah dan inilah
fungsi yang paling utama.
2. Fungsi amar ma`ruf dan nahi munkar, yaitu untuk membudayakan
kebaikan dan menghilangkan keburukan.
3. Fungsi zawajir, yaitu mencegah terjadinya kriminalitas.
4. Fungsi Tanzhim wa ishlah al-Ummah, yaitu sebagai sarana untuk
mengatur ketertiban dan kebaikan interaksi sosial ummat manusia.
Tujuan umum dari syariat Islam adalah hikmah diturunkannya syariat
Islam. Menurut ulama atau pakar hukum Islam terdapat lima hikmah
diturunkannya yaitu:
a. Untuk memelihara kelestarian agama (hifzud-dn ) .
b. Untuk menjaga kesucian rohani (hifzun-nafs - ) .
c. Untuk memelihara keselamatan akal (hifzul-`aql ) .
d. Untuk memelihara keturunan dan kehormatan (hifzun-nasl wal-hurumt
) .
e. Untuk memelihara kesucian harta (hifzul-ml ) .

Beberapa Contoh Hukum Islam (Ibadah Khusus/Ibadah Mahdah)


(1) Shalat
Shalat - secara bahasa berarti doa (permohonan), atau doa dengan
baik . Maksudnya di dalam shalat itu terdapat berbagai doa yang
32
diucapkan dengan sebaik-baiknya, yaitu diucapkan dengan khusyuk dan penuh
penghayatan dan isinya merupakan permohonan yang baik. Al-Quran
menyatakan bahwa shalat adalah zikir - ( mengingat Allah). Firman Allah
Swt.:






(14:).
Sungguh Aku ini adalah Allah tidak ada tuhan Kecuali Aku maka
sembahlah aku dan tegakkan shalat untuk zikir/mengingatku.
(QS.20:14/29:45)

Secara bahasa shalat adalah peribadatan yang berisikan zikir dan doa
(permohonan) kepada Allah, karena itu berzikir dan berdoa yang paling baik
adalah ketika di dalam shalat dengan menyempurnakan bacaan-bacaannya.
Secara istilah shalat didefinisikan sebagai ucapan (bacaan) dan perbuatan yang
dimulai dengan tak-bir dan diakhiri dengan salam, dengan syarat dan rukun
tertentu.
Jenis shalat
Shalat terbagi kepada 5 jenis dilihat dari hukum melaksanakannya:
1. Wajib individual , yaitu shalat subuh, zuhur, `ashar,
maghrib, dan isya (QS.11:114/17:78).
2. Wajib komunal , yaitu shalat jenazah.
3. Sunnah yang sangat dianjurkan , seperti shalat hari
raya, gerhana, shalat malam, shalat witir, dll.
4. Anjuran \ , seperti shalat sunat setelah wudhu, mau
bepergian jauh, dll.
5. Netral, terserah kepada yang mau melaksanakannya, seperti shalat
sunat qabliyah Maghrib
Kedudukan shalat wajib
Kedudukan shalat wajib lima kali sehari semalam sangat penting,
pertama; shalat wajib merupakan tiang agama (HR. Baihaqi).
Kedua; shalat wajib merupakan pembeda antara mukmin dengan kafir
atau dengan musyrik. Sabda Rasulullah saw.:
Pembeda antara mukmin dengan kemusyrikan adalah
meninggalkan shalat. (HR. Muslim dan Abu Daud dari Jabir)

33
Turmuzi meriwayatkan: Pembeda antara keku-furan dengan
keimanan adalah meninggalkan shalat.
Ketiga; shalat wajib merupakan amal yang paling pertama dan utama
diperhitungkan di akhirat. Sabda Rasulullah saw.:






,




() .

Pertama-tama yang diperhitungkan pada hari kiamat terhadap
amal hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik (diterima) maka
akan diterima (diberi pahala) semua amal perbuatan baiknya, dan
jika shalatnya rusak maka akan ditolak (tidak diperhitungkan)
semua amal perbuatan baiknya. (HR. Thabrani dari Umar ra.)
Hikmah shalat
Banyak sekali hikmah shalat ditinjau dari berbagai aspek dan sisi
kehidupan. Beberapa hikmah shalat yang utama adalah:
1. Dari segi kesehatan shalat sangat besar manfaatnya, di antaranya:
Shalat adalah olah resik. Shalat dimulai dengan berwudhu, juga
disyaratkan harus bersih, suci dan tertib. Semua ini menunjukkan orang
yang shalat bersih lahirnya (anggota tubuh), suci batinnya, dan santun
perilakunya.
Shalat adalah olah raga. Melaksanakan shalat dengan sem-
purna berarti melakukan gerakan menyeluruh bagi semua anggota tubuh
sehingga otot menjadi rileks, sirkulasi darah merata ke dalam tubuh, dan
gerak organ tubuh menjadi lebih normal. Shalat merupakan olah raga
yang paling sesuai untuk semua jenis dan tingkatan usia manusia.
Shalat adalah olah rasa. Shalat harus dilaksanakan dengan
khusyuk, tenang dan serius. Ini berarti orang yang sholat dapat
menentramkan hati dan berkonsentrasi. Kekhusyuan akan besar
pengatuhnya dalam membina perasaan (emosi-onal) yang normal/baik.
Konsentrasi merupakan modal uta-ma untuk pintar karena dapat

34
mengingat sesuatu dengan kuat dan dapat memusatkan perhatian terhadap
sesuatu.
Shalat adalah olah rasio. Di dalam shalat selain khusyu juga
ada sujud. Pada saat sujud darah lebih banyak dipompakan ke bagian
kepala sehingga jaringan-jaringan pembuluh darah di bagian otak menjadi
kuat dan tidak mudah pecah. Dengan banyak sujud seseorang akan relatif
lebih tinggi kemampuan dan ketahanan berpikirnya serta relatif jarang
terkena serangan stroke. Karena itu seseorang yang rajin shalat, terutama
shalat tahjjud, tidak mudah terserang penyakit pikun.
2. Shalat akan mensucikan jiwa dari dosa. Firman Allah Swt.:













(114:).
Dan dirikan shalat pada dua tepi siang (subuh dan ashar) serta
pada permulaan malam (magrib dan isya). Sungguh kebaikan-
kebaikan (shalat wajib lima kali) itu akan melenyapkan dosa, dan
(shalat) meru-pakan zikir bagi orang-orang yang mau mengingat.
(QS.11:114)
3. Shalat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar:










(45:).
Bacalah apa-apa dari ayat al-Quran yang diwahyu-kan kepadamu,
dan tegakkan shalat karena sesung-guhnya shalat mencegah dari
perbuatan keji dan munkar, dan sungguh (shalat) adalah bentuk
mengi-ngat Allah yang paling besar, dan Allah mengetahui apa
yang kamu perbuat. (QS.29:45)
35
4. Shalat dapat dijadikan sarana untuk meneguhkan hati dan untuk
memohon pertolongan dari Allah Swt. Firman Allah:






.



(45:)
Dan mohonkanlah pertolongan melalui sabar serta shalat. Sungguh
ia (sabar dan shalat) sangat berat ke-cuali bagi orang-orang yang
khusyu`(QS.2:45/ 2:153)

(2) Shaum atau Puasa


Puasa - atau secara bahasa berarti menahan - . Secara
istilah puasa didefinisikan sebagai amal ibadah yang dilaksanakan dengan
menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya sejak terbit fajar
hingga terbenam matahari di-sertai niat ikhlas, syarat, dan rukun tertentu.
(Abyan, 1995:5).
Definisi ini mengandung beberapa unsur pokok puasa, yaitu:
1. Menahan diri dari perbuatan yang membatalkan puasa, yaitu: pertama;
yang membatalkan amalnya (makan, minum, hilang akal (pingsan, gila), dan
hubungan seksual), kedua; yang membatalkannya pahalanya (berkata yang
tidak baik atau tidak berbuat yang tidak benar).
2. Waktu pelaksanaannya di siang hari, sejak terbit fajar (masuk waktu
subuh) hingga terbenam matahari (masuk waktu magrib).
3. Berniat yang ikhlas karena Allah.
4. Memenuhi syarat-syarat puasa, yaitu: beragama Islam, baligh, berakal,
suci dari haid dan nifas, mampu melaksanakan ibadah puasa (tidak sakit yang
parah, musafir, berusia lanjut, sedang hamil tua atau menyusui).
5. Memenuhi rukun-rukun puasa, yaitu: berniat di malam harinya (untuk
puasa wajib), dan meninggalkan yang membatalkannya.

Jenis Shaum
Puasa wajib (fardhu), yaitu: puasa di bulan Ramadhan (QS.2:
183-185), puasa qadha (mengganti puasa wajib Ramadhan, QS.2:185), dan
puasa nazar yang wajib ditunaikan.

36
Puasa sunnah, yaitu: puasa setiap hari senin dan kamis, puasa
bulan purnama setiap bulan (tanggal 13, 14, 15 bulan qama-riyah), puasa 6
hari di bulan syawal, puasa hari Arafah (9 zulhijjah), puasa Asyura (tanggal
10 muharram).
Puasa yang diharamkan, yaitu: pada hari raya, hari tasyrik
(tanggal 11, 12, 13 zulhijjah), hari pertama awal ramadhan yang diragukan,
puasa khusus untuk hari-hari tertentu atau tujuan-tujuan tertentu yang tidak
ada dalil yang memerintahkannya, puasa terus menerus siang malam atau
wishal- , dll.

Perbuatan yang tidak membatalkan shaum


Pada prinsipnya perbuatan yang membatalkan puasa hanyalah makan -
minum dan sejenisnya, hubungan seksual dan sejenisnya, hilang akal karena
gila dan sejenisnya, datang haid, dan muntah yang disengaja (menurut satu
pendapat). Perbuatan selain itu tidak membatalkan puasa meskipun dapat
mengurangi pahala puasa (bergantung kepada niat yang melakukannya).
Beberapa perbuatan yang tidak membatalkan ibadah puasa adalah:
Semua kegiatan yang tidak termasuk makan, minum dan hubungan
seksual, kecuali karena lupa.
Bercanda yang wajar dan berciuman antara suami-isteri.
Bersuntik memasukkan obat (bukan sari makanan), berbekam, memakai
alat-alat kecantikan wajah, mencium bebauan (obat-obatan, harum-haruman,
aroma makanan, dll.) dan memakai obat-obatan yang tidak ditelan.
Mencicipi makanan dengan ujung lidah untuk mengetahui rasanya
(bukan untuk memakan atau menelannya), merasakan segarnya air saat
berkumur atau aroma manisnya pasta gigi saat menggosok gigi.
Menelan air liur sendiri di dalam mulut.
Janabah yang mandinya kesiangan (setelah terbit fajar).
Mimpi senggama di siang hari saat berpuasa.
Berdingin-dingin pada saat hawa panas sekali di siang hari, seperti
dengan menyiram badan atau berendam di dalam air.
Masuknya air dengan tidak sengaja ke dalam tubuh selain dari mulut,
seperti ke dalam lobang hidung, lobang telinga, mata, atau melalui dubur saat
kentut di dalam air, dll.

Hikmah Shaum
Puasa dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.

37
Puasa dapat menghilangkan penyakit-penyakit hati seperti: pemarah
(emosional), egoistik, dusta, angkuh/sombong, tamak atau rakus, dll.
Puasa dapat meningkatkan rasa solideritas sosial.
Puasa akan meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.
Puasa dapat meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.

(3) Zakat
Zakat - secara bahasa berarti tumbuh, berkembang, suci. Secara
istilah zakat didefinisikan sebagai kegiatan mengeluarkan sebagian harta
dengan rukun dan syarat tertentu untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Zakat terbagi dua: zakat harta dan zakat jiwa atau
zakat fitrah. Meskipun berbeda bentuk dan penamaannya akan tetapi keduanya
sama sebagai ibadah yang berkenaan dengan harta.

Ketentuan zakat
1. Zakat harta adalah zakat atas harta milik yang telah memenuhi masa
tertentu (haul) dan ukuran tertentu (nishab). Beberapa ketentuan zakat harta
adalah:
Syarat wajib zakat: Islam, dewasa, berakal, merdeka, harta milik
sendiri, cukup masanya (haul), dan sampai ukuran minimalnya (nishab)
Pada prinsipnya semua jenis harta wajib dizakati baik berbentuk
harta konsumsi, produksi, maupun harta yang bersifat tetap seperti hiasan
atau simpanan seperti tanah, rumah, mobil atau perhiasan. Khusus untuk
harta yang bersifat tetap (tidak dikembangkan atau dibisniskan) kewajiban
zakatnya satu kali yaitu pada saat pertama kali memilikinya.
Orang-orang yang berhak menerima (mustahiq): fakir, miskin,
`amil (petugas memungut zakat), muallaf, hamba sahaya, orang yang
terpaksa berhutang, sabilillah, musafir di jalan Allah (ibnu sabil)
(QS.9:60).

Ketentuan jenis dan besarnya zakat harta dapat dilihat pada tabel
ini:

Jenis Harta Masa - Standar - Bagian


Emas Satu tahun 20 misqal/94gr 2,5%
Logam mulia, permata, -sda- -sda- -sda-

38
dsb. Pertama milik -sda- -sda-
Perhiasan/peralatan emas Satu tahun 200 dir/624 gr -sda-
Perak Pertama milik -sda- -sda-
Perhiasan perak
Satu Tahun(?) Nilai 94gr mas -sda-
Uang (gaji, honorarium)(?) Pertama simpan -sda- -sda-
Uang simpanan Satu tahun -sda- -sda-
Jasa uang simpanan
-sda- -sda- -sda-
Perusahaan, Biro Jasa
Pertama/setiap -sda- -sda-
Barang dagangan stok
Setiap tahun -sda- -sda-
Laba dagangan
1.350 kg gb./
Padi Saat panen 750 kg beras 5%
- Sawah olahan/airnya sulit 10%
- Sawah alami/airnya
mudah -sda- -sda-
-sda-
Agribisnis: Biji-bijian,
buah- buahan, tanaman hias, 5 unta 1 kambing
rumput-rumputan, daun-daunan, 10 unta 2 kambing
kacang- kacangan, sayur-mayur Setiap tahun 15 unta 3 kambing
Ternak Unta (mulai beru-mur 2 20 unta 4 kambing
tahun) 25 unta 1 unta

30 ekor 1 umur 1th.


40 ekor 1 umur 2th.
Sapi, kerbau, kuda -sda- 60 ekor 2 umur 1th.
70 ekor 1 umur 1th
+1 umur 2th
40 120 ekor 1 ekor
121-200 ekor 2 ekor
Kambing, domba setiap tahun 201-300 ekor 3 ekor
tiap + 100 ditambah 1

Senilai 94 gr. 2,5%


Emas
Hasil tambang setiap/saat 20%
produksi -sda-
Barang temuan 2,5%-20%
saat ditemukan -sda-
Hasil profesi(?)
saat diterima
Keterangan: (?) Hukum wajib zakatnya masih diperdebatkan (ada pendapat wajib, ada yang tidak)
2. Zakat jiwa atau zakat fitrah
Zakat jiwa adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim yang
memiliki kelebihan makanan pokok bagi dirinya dan keluarganya menjelang
hari raya Iedul Fithri. Beberapa ketentuan 0zakat jiwa adalah:

39
Syarat wajib: orang Islam, hidup sampai dengan malam hari raya,
kelebihan makanan pokok pada malam-siang hari raya.
Waktu membayarkan: mulai awal bulan ramadhan sampai sebelum
dilaksanakannya shalat Iedul Fithri.
Ukuran: kurma, gandum, atau beras sebanyak 1 sha` = 3,5 liter = 2,5 kg,
boleh dikonversi dengan uang yang nilai sama
Penerimanya (mustahiq) adalah: fakir miskin.

Hikmah zakat
1. Zakat berfungsi sebagai pembersih harta dan pensucian jiwa dari
sifat-sifat munafik, kikir dan tamak. Firman Allah Swt.:








(103:).
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. (QS.9:103)
2. Mendidik diri untuk menjauhkannya dari sifat dan sikap tercela
sebagai akibat dari pengaruh/godaan harta.
3. Sebagai ungkapan syukur atas karunia harta yang telah Allah
berikan.
4. Mengembangkan harta benda, baik secara spiritual atau nilai
berkahnya (QS.2:276) maupun secara ekonomis-psikologis, yaitu orang yang
tenang dan harta yang bersih akan lebih produktif, dan orang yang menerima
zakat akan meningkat usaha dan daya belinya.
5. Menumbuhkan solideritas sosial.
6. Mempererat persaudaraan dan menumbuhkan rasa kasih sayang
sesama manusia.
7. Menciptakan ketenangan kehidupan individual dan sosial.
Contoh Hukum Islam di Bidang Mu`amalah
Sistim Kekeluargaan dalam Islam
Sistim kekeluargaan Islam bersandar pada pola keluarga inti (Nuclear
Family) dan laki-laki (patrilineat; ayah, suami, dst.). Hal ini terlihat jelas dalam
hal garis keturunan (nasab), pernikahan (seperti wali dll.) serta tentang
pembagian harta warisan.
(1) Nasab (garis keturunan)
40
Nasab - adalah garis keturunan yang menjadi tali
kekeluargaan/persaudaraan. Nasab terjadi melalui tiga jalur:
a. Keturunan sedarah, yaitu garis keturunan terjadi karena kelahiran dari
perkawinan yang sah. Contohnya: ayah, ibu, kakek, nenek, anak dan cucu
dari seorang putera/i. Semua saudara keturunan darah ini disebut mahram
(muhrim). Perhatikan bagan berikut ini:

Dst. Dst. Dts. Dst.

Kakek + Nenek Kakek + Nenek


! !
Paman/bibi - Ayah + Ibu - Paman/bibi
!
Putera - Puteri.

Anak

Cucu
Dst. (dan seterusnya)

+ = nikah ! = melahirkan - = saudara/i sekandung


b. Perkawinan yang sah, yaitu persaudaraan terjadi disebabkan adanya
perkawinan yang sah secara Islam, seperti: mertua, ipar, anak tiri, adalah
saudara seorang suami/isteri. Perhatikan bagan berikut ini:

Kakek + Nenek Kakek + Nenek


! !
paman/bibi - Ayah + Ibu paman/bibi
! ! !
Saudara/i sepupu ! Saudara/i sepupu dari isteri
dari isteri !
Suami + Puteri (isteri)
Saudara/i isteri
!
Anak isteri
!
Cucu isteri, dst.

+ = nikah
! = melahirkan
- = saudara/i sekandung
c. Persusuan. Jika seorang bayi menyusu satu kali sampai kenyang atau
sekurang-kurangnya 5 isapan (HR. Ibnu Majah dari Aisyah) kepada seorang
wanita yang bukan ibunya maka wanita tersebut beserta anak-anaknya
41
menjadi saudara yang tidak boleh dikawininya (menjadi
mahram/muhrim). Perhatikan bagan di bawah ini:

Kakek + Nenek Kakek + Nenek


! !
paman/bibi - Ibu susuan + Ayah paman/bibi
!
!
Anak susuan Saudara/i sesusuan
!
Anak

+ = nikah
! = melahirkan
- = saudara/i sekandung

(2) Perkawinan
Kawin atau nikah makna aslinya adalah akad atau ikatan. Perkawinan
merupakan ikatan sepasang manusia yang telah memenuhi syarat melalui ijab -
( ungkapan penyerahan calon isteri oleh walinya) dan qabul -
(ungkapan penerimaan oleh calon suami/yang mewakili). Nikah/kawin
didefinisikan sebagai akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-
laki dengan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan
kewajiban antara keduanya.
Nikah merupakan satu ibadah yang dianjurkan Allah. Firman-Nya:
Nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu serta hamba-
hamba sahayamu yang shalih. Jika mereka miskin niscaya akan
dicukupi oleh Allah dengan karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Luas
lagi Maha Mengetahui. (QS.24:32)
Ayat ini menghendaki agar menjadikan pernikahan sebagai tanggung
jawab semua pihak, terutama orang tua dan majikan (atasan), sebagai satu
bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasulullah.
Prinsip pernikahan dalam Islam
Prinsip-prinsip umum pernikahan dalam ajaran Islam adalah:
a. Permudah nikah; persulit cerai.
b. Suka sama suka dengan landasan kesetaraan (kufu) atas 4 pilihan:
keturunan, kebagusan, kekayaan, dan yang utama karena agamanya.
42
c. Nikah merupakan fitrah (kecendrungan naluri) manusia.
d. Nikah adalah perbuatan yang bernilai ibadah.
e. Polyandri (bersuami satu) dan monogami terbuka (seorang laki-laki boleh
beristeri 2-4 dengan syarat: adil dan benar prosedurnya), lihat QS.4.Al-
Nisa:3.
Hukum nikah
Hukum asal nikah adalah boleh (mubah/jaiz/halal), kemudian hukumnya
menjadi bervariasi bergantung kepada motivasi dan kondisi pelakunya. Terdapat
5 tingkatan hukum nikah ditinjau dari motif dan kondisi seseorang yang akan
melaksanakan pernikahan, yaitu:
1. Wajib - , bagi seseorang yang telah memenuhi syarat dan
memiliki bekal, jika tidak menikah kuat kemungkinannya akan terjerumus ke
dalam dosa (zina).
2. Sunnah - , bagi yang memenuhi syarat dan memiliki bekal.
3. Halal atau Boleh (Mubah - atau jaiz - ) , bagi seseorang
yang memenuhi syarat tapi kurang bekal. Sabda Rasulullah saw:











).

(

Hai para pemuda! Siapa di antara kamu yang telah mampu (lahir dan
batin) hendaklah menikah karena akan menyejukkan pandangan mata
dan menjaga kesucian. Siapa yang belum mampu hendaklah berpuasa
karena puasa itu menjadi perisai baginya. (HR. Bukhari dan Muslim dari
Ibnu `Abbas)
4. Makruh - , bagi yang belum memenuhi syarat dan belum
mempunyai bekal/modal, dan
5. Haram - , bagi yang mau menikah dengan niat untuk
merusak atau mengakibatkan timbulnya bencana keluarga.
Pada prinsipnya nikah adalah Sunnah (tradisi) Rasulullah saw. Beliau
melarang membenci sunnahnya. Dibenarkan tidak menikah selama dapat
menjaga diri dan tidak membenci pernikahan.
Aturan umum pra-nikah

43
a. Mengenal calon isteri/suami dengan cara yang baik dan benar (bukan
pacaran bebas) serta mengenal keluarganya.
b. Musyawarah dan mohon saran-pendapat.
c. Istikharah (shalat/do`a memohon pilihkan atau ketetapan dari Allah).
d. Meminang/melamar - .
Syarat pelaksanaan nikah
Setelah melamar dan musyawarah, ditetapkanlah hari perni-kahan. Aturan
yang menjadi syarat saat pernikahan adalah:
a. Ada calon suami-isteri yang pasti. Dalam hal-hal tertentu calon suami boleh
mewakilkan pelaksanaan nikah (melaksanakan qabul) untuk dirinya kepada
orang lain yang dipercayainya.
b. Adanya dua saksi yang adil.
c. Berlangsungnya ungkapan nikah (shighat `aqad yaitu ijab-qabul).
d. Adanya mas kawin - .
e. Wali nikah bagi mempelai wanita, yaitu salah seorang laki-laki, muslim,
dewasa, sehat, merdeka, adil dan tidak sedang berhaji di antara: ayah
kandung, kakek, saudara sekandung (tiga orang ini disebut wali dekat -
), dst. Perhatikan bagan berikut ini:
Urutan wali nikah

(2) Kakek + Nenek Kakek + Nenek


! !
! !
(4) Paman - bibi - (1) Ayah + Ibu Paman-bibi
! !
(7) Sepupu (3) Saudara - .Puteri (8) Hakim
! ! (9) Tuan
!
(5) Ponakan (6) Anak.
Wali no.1, 2, 3 merupakan wali terdekat (aqrab) yang diutamakan
Wali no.7, 8 , 9 statusnya bukan muhrim; boleh mengawini puteri.

(Norma Pernikahan Dalam Islam). Norma-norma Islami yang


berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan antara lain
adalah:
A. Norma memilih jodoh:
44
Beragama Islam.
Berakhlak mulia, terutama tidak bersifat suka mengungkit jasanya -
, tidak suka mengeluh - , tidak berpikiran menyeleweng - ,
setiap melihat sesuatu tidak mendesak untuk dibelikan - , tidak
pemarah/perajuk - , dan tidak cerewet/pembual -
Menyejukkan hati karena kecantikannya, ketaatannya, dan atau
perangainya yang baik.
Sehat jasmani, rohani, serta produktif.
Suci (perawan atau perjaka).
Keturunan dari keluarga baik-baik.
Usahakan tidak dari keluarga terdekat. Ibnu Umar r.a berpesan:
Janganlah kamu mengawini keluarga terdekat, sebab ada kalanya akan
melahirkan anak yang menjadi lemah.
B. Yang haram dinikahi
1. Selamanya haram dinikahi (QS.4:23-24):
Seketurunan darah yang muhrim.
Seketurunan sesusuan.
Seketurunan perkawinan, seperti: mertua, dll.

2. Haram sementara untuk dinikahi:


Berbeda agama (kafir atau musyrik, QS.2:221 jo 60:10).
Masih bersuami yang syah.
Sudah/sedang beristeri empat.
Masih dalam iddah atau pinangan (khithbah) orang lain.
Sedang melaksanakan ihram.
Saudari dari isteri (selama isteri masih hidup).
Telah thalaq tiga bagi suami yang bersangkutan.

Perceraian dan sekitarnya


Cerai dalam suatu pernikahan menurut agama Islam adalah perbuatan
dibenci oleh Allah. Namun karena watak dasar Islam bersifat lentur/terbuka
terhadap kondisi tertentu di bidang kemasyarakatan maka cerai dibolehkan
dalam keadaan tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Beberapa norma yang
berkenaan dengan perceraian dalam suatu perkawinan adalah:

45
1. Cerai - , artinya lepasnya ikatan. Talak adalah perbuatan halal yang
dibenci Allah (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah), karena itu hukumnya
makruh, dan dibolehkan jika ada alasan-alasan yang sampai kepada tingkat
daurat (terpaksa). Menurut UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan: cerai
hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Cerai terjadi
apabila diucapkan oleh suami dengan sadar dan disertai niat ingin
menceraikan isteri.
2. Khulu` - , adalah permintaan cerai dari isteri terhadap suami dengan
tebusan/iwadh - yang diberikan oleh isteri kepada pihak pengadilan
(QS.2::229/ 33:28). Tidak dapat rujuk langsung, harus dengan nikah lagi.
3. Fasakh - , adalah permintaan cerai seorang isteri dari suaminya kepada
hakim (QS.2:229). Tidak dapat rujuk secara langsung.
4. Rujuk - , yaitu menyatunya kembali suami isteri di masa iddah setelah
thalaq satu atau dua (QS.2:231). Tidak perlu akad nikah, cukup dengan
ucapan/ungkapan untuk kembali/bersatu lagi dari suami. Suami yang ingin
kembali kepada isterinya setelah lewat masa iddah harus melalui akad nikah.
5. Iddah - ( hitungan), yaitu masa menunggu (tidak boleh menikah dengan
lelaki lain) dalam jangka tertentu bagi wanita setelah dicerai (QS.2:228,
232), perinciannya:
Cerai biasa ( talak satu dan dua) iddahnya tiga kali
suci bagi yang haidnya normal (QS.2:228), atau tiga bulan bagi yang
haidnya tidak normal (QS.65.Al-Thalaq:4).
Talak tiga; iddahnya adalah si isteri menikah dulu secara suka
rela dengan lelaki lain kemudian diceraikannya setelah dicampuri, baru
boleh bekas suami pertama menikahinya kembali (QS.2:230).
Wanita hamil iddahnya sampai melahirkan (QS.65:4).
Isteri ditinggal mati suami iddahnya 4 bulan 10 hari (2:234)
Isteri yang belum dicampuri tak ada idah (QS.2:238/33:49)
6. Kawin kontrak - , adalah perkawinan yang telah ditetapkan jangka
waktu lamanya. Semula dibolehkan kemudian dilarang.
7. Masa berkabung - , masa seorang isteri yang kematian suaminya
dilarang berhias, berpakaian yang menyolok dan me-nerima lamaran di masa
iddahnya (HR. Bukhari dan Muslim).

46
8. Zihar - ( penyerupaan), yaitu menyerupakan isteri dengan ibu sendiri
(sebagai alasan untuk tidak menggaulinya). Dendanya ditebus dengan
memerdekakan seorang hamba sahaya, jika tidak didapatkan maka puasa 60
hari berturut-turut, atau -- jika tidak bisa juga -- memberi makan 60 orang
miskin (QS.58.Al-Mujadilah:2-4).
9. Ila` - , yaitu seorang suami -- karena marah mengha-ramkan dirinya
untuk berhubungan intim dengan isterinya dan bersumpah untuk
menjauhkan diri darinya. Waktunya paling lama 4 bulan (QS.2:226-227).
Setelah itu ada dua pilihan bagi suami: pertama; kembali kepada isterinya
dan harus membayar denda seperti denda sumah (memberi makan/pakaian
10 fakir-miskin, atau memerdekakan budak, atau puasa 3 hari (QS.5:89) atau
kedua; menceraikan isterinya dan tidak boleh rujuk lagi (disebut talak bain
sughra).
10. Li`an ( saling melaknat), yaitu suami/isteri menuduh pasangannya
berzina tetapi tidak dapat mengajukan 4 orang saksi, masing-masing
bersumpah di hadapan hakim empat kali dan sumpah yang kelima
menyatakan bahwa laknat Allah akan menimpa dirinya jika tidak
benar/benar apa yang dituduh-kannya kepadanya (QS.24.Al-Nur:6-9).
Kemudian keduanya diceraikan dan tidak dapat rujuk.
Hak dan kewajiban suami/isteri:
Kewajiban suami (hak isteri) al.: memimpin dan mendidik
keluarga, memberi nafkah (lahir dan bathin), bergaul dengan isteri secara
layak (makruf), mas kawin, dll.
Kewajiban isteri (hak suami) al.: taat, berbakti, menyusui dan
membimbing anak-anak, menjaga/mengurus harta suami/rumah dan segala
isinya, dll.
Kewajiban bersama al.: hubungan intim dan menjaga keraha-
siaannya, amanat atas harta, perlakuan yang terbaik, saling memenuhi dan
menutupi kekurangan, dll.
Kewajiban mengasuh anak -
Mengasuh atau hadhanah maksudnya adalah mengasuh, memelihara dan
mendidik anak yang masih kecil. Hadhanah meru- 188
pakan hak anak dan menjadi kewajiban bagi suami-isteri. Kewajiban tersebut
dapat dilaksanakan oleh keduanya secara langsung dan boleh secara tidak
langsung yaitu dengan mengupah orang lain (QS.2:233).

47
Jika terjadi perceraian maka hadhanah menjadi kewajiban isteri (HR.
Ahmad dan Abu Daud), sedangkan nafkahnya kewajiban suami. Tetapi apabila si
isteri menikah lagi dengan orang lain maka kewajiban hadhanah pindah kepada
bekas suaminya (ayah sang anak). Dan apabila sang anak sudah besar maka ia
diberi kebebasan memilih untuk mengikut ayahnya atau ibunya (HR. Ibnu Majah
dan Turmuzi).
Seandainya yang mengasuh anak itu bukan ayah atau ibunya maka
diutamakan dari keluarga terdekat. Dan jika keluarga terdekat tidak ada maka
diutamkan yang mengasuhnya adalah perempuan (Depag, 1994/1995:54).
Hikmah Nikah:
Untuk menjalin kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah) (al-
Rum:21).
Menjaga agama dan akhlaq.
Silaturrahim dengan asas lestari.
Reproduksi/regenerasi
Ketenangan lahir-batin.
Tolong-menolong.
Pintu rezeki.
Da`wah.
Pendidikan, dll.

(3) Sistim Kewarisan Islam


Jika seorang muslim wafat maka harta miliknya menjadi warisan bagi
keluarga yang ditinggalkannya setelah dipotong untuk pembayaran: hutangnya,
wasiatnya yang wajib dipenuhi (QS.2:180-182/4:12/5:106), biaya
pemakamannya dan kewajiban lainnya yang harus dipenuhi seperti zakat, fidyah,
nazar, sewa menyewa, dll.
Harta yang sudah menjadi waris tersebut wajib dibagi sesuai dengan
aturan kewarisan, kecuali bila belum menjadi harta waris (pemiliknya belum
meninggal) maka boleh dibagikan sesuai dengan kehendak dan mufakat dari
pemilik dan keluarganya.
Ahli waris atau zawil-furuudh adalah orang-orang yang
mendapat warisan dari seseorang yang meninggal. Keseluruhannya berjumlah 25
orang (15 laki-laki dan 10 perempuan). Jika semua 15 ahli waris laki-laki ada
maka yang mendapat warisan hanya: putera, suami, dan bapak/ayah. Dan jika
semua 10 ahli waris perempuan ada maka yang mendapat warisan hanya: isteri,
48
puteri, cucu perempuan (anak putera), ibu, dan saudari sekandung. Dan jika
semua 25 ahli waris ada maka yang mendapat warisan hanya: suami, isteri, ibu,
ayah, putera, puteri. Perhatikan bagan berikut ini:

Dst.

Kakek + Nenek Nenek + Kakek

Paman say. - Paman kd. - Ayah + Ibu

Sepupu lk. Sepupu lk.

Sdra sib. - Sdra say. - Sdra kd. - (Anak lk. + isteri) - (Anak pr.+ Suami) Saudari (kd,say,sib)

Ponakan lk. Ponakan lk.


Cucu lk. -- Cucu pr.

Dst.
Keterangan:

Tuan - Puan (yang memerdekakan)


+ = nikah Garis ke bawah = melahirkan
- = saudara/i Nama garis bawah = perempuan yang mendapat waris
kd = kandung Huruf tebal nama = ahli waris yang tidak terhalangi
say = seayah -a (saudara, putera) = laki-laki
sib = seibu -i (saudari/puteri) = perempuan
Nama = laki-laki yang mendapat waris.

Dari bagan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga faktor yang
menyebabkan timbulnya pewarisan, yaitu:
1. Pertalian darah atau perkariban (nasab) baik pertalian lurus ke atas
(bapak-kakek dst., ibu-nenek dst.), pertalian lurus ke bawah (putera-cucu
dst.), maupun ke cabang (saudara, paman dsb.).
2. Perkawinan, seperti suami, isteri, dll.
3. Memerdekakan sebagai jasa baik bagi tuan dan atau puan
yang telah memerdekakan hamba sahayanya jika tidak ada ahli waris lainnya
bagi orang yang dimerdekakan.
Adapun ahli waris yang berhak menerima warisan adalah:
1. Ditetapkan prosentase bagiannya ( ) . Prosentase pem-bagian waris
terdiri dari (puteri tunggal, cucu perempuan tunggal, saudari tunggal,
suami), 1/3 (ibu, dua atau lebih saudara/i seayah), (suami, isteri), 1/6 (ibu,
bapak/ayah, nenek, kakek, cucu pr, saudara seibu tunggal saudari sebapak).

49
2. Tidak disebutkan prosentasenya (` ) yaitu ahli waris yang mendapat
semua harta atau semua sisa harta. Bentuknya:
Mendapatkan semua harta (disebut ) . Jika dia sendirian
(sejenis) dan tidak ada ahli waris faridhah. Secara urut rentetan `ashabah
adalah: putera, cucu lelaki (anak laki-laki dari putera), bapak, kakek,
saudara kandung, saudara sebapak, ponakan lelaki (anak saudara
kandung), ponakan laki-laki (anak saudara sebapak), paman kandung,
paman sebapak, sepupu (putera paman kandung), sepupu (putera paman
sebapak), dan tuan.
Mendapat pembagian dengan yang lain () . Yaitu
mendapat bagian 2:1 jika ahli waris di atas didampingi oleh ahli waris
perempuan yang setingkat (satu level) dari seluruh warisan (jika tidak
ada ahli waris faridhah) atau sisa harta setelah dibagikan kepada ahli
waris faridhah. Ahli waris ini adalah: putera (anak laki-laki) kandung,
cucu laki-laki (anak putera), suadara kandung, dan saudara sebapa
(selanjutnya lihat pembahas-an no. 3. Terhalangi).
Mendapat bagian bersama yang lain (disebut ) .
Saudari kandung atau sebapak beserta puteri atau cucu perempuan
menjadi `ashabah, yakni seorang puteri mendapat harta (faridhah)
dan seberapa sisanya untuk saudari (`ashabah). Saudari yang `ashabah
ini menghalangi saudara sebapak, dan saudari sebapak yang `ashabah
menghalangi ponakan (anak saudara).
Jika `ashabah ini tidak ada maka warisan dibagikan kepada keluarga si mati
yang bukan ahli waris . Jika tidak ada juga zawil-arham maka
harta warisan diserahkan kepada kas perbendaharaan ummat .
(Junus, 1968:13).
3. Terhalangi. Dari seluruh ahli waris tersebut ada yang menjadi terhalang atau
tertutup - untuk mendapatkan bagiannya karena urutannya yang
sangat jauh dari si mati dan telah dihalangi/ditutupi oleh ahli waris yang
terdekat dengan si mati. Ahli waris yang dekat kekerabatannya dengan si
mati (yaitu: anak, ibu, bapak, suami dan isteri) tidak ada yang
menghalanginya (senantiasa mendapat waris). Secara rinci mereka yang
terhalang mendapatkan waris adalah:
Cucu laki-laki/perempuan (anak dari putera si mati) terhalang jika masih
hidup anak laki-laki atau dua anak perempuan si mati.
Saudara dan saudari kandung (adik/abang laki-laki si mati) terhalang
jika masih hidup: (a) anak laki-laki, (b) cucu laki-laki (putera dari
saudara si mati), dan (c) bapak si mati.
50
Saudara dan saudari sebapak terhalang jika masih hidup: (a, b, c),
saudara kandung laki-laki/perempuan si mati yang menjadi `ashabah,
puteri, dan cucu perempuan si mati.
Saudara dan saudari seibu terhalang jika masih hidup: anak (laki-laki
dan atau perempuan), bapak dan kakek si mati.
Putera saudara kandung si mati tertutup jika masih hidup: (d) putera si
mati, (e) cucu laki-laki, (f) bapak, (g) kakek, (h) saudara kandung, (i)
saudara sebapak si mati.
Putera saudara sebapak terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si mati itu
masih hidup.
Paman (saudara kandung bapak) terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si
mati itu masih hidup.
Paman (saudara sebapak bapak) terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si
mati itu masih hidup.
Putera paman kandung bapak terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si mati
itu masih hidup.
Putera paman sebapak bapak terhalang oleh: (d, e, f, g, h, i) dari si mati
itu masih hidup.
Kakek (bapak dari bapak si mati) terhalang jika bapak si mati itu masih
hidup.
Nenek (ibu dari ibu) terhalang jika ibu si mati itu masih hidup.
Nenek (ibu dari bapak) terhalang jika bapak/ibu si mati itu masih hidup.
4. Selain ketentuan di atas, dianjurkan pula untuk memberikan sebagian harta
warisan kepada yang hadir dan mendengarkan proses pembagiannya (seperti
ahli waris yang terhalang/ mahjub, keluarga dekat, anak yatim dan orang
miskin, QS.4:8)
Contoh cara pembagian harta waris:
Si A wafat meninggalkan seorang: putera, puteri, dan isteri. Harta yang
ditinggalkannya bersih senilai Rp.80 juta. Pembagian warisnya sbb.:
Isteri bagiannya 1/8 X Rp.80 juta = Rp.10 juta. Anak bagiannya `ashabah (sisa,
yaitu Rp.70 juta). Putera (2 bagian) dan puteri (1 bagian) = 3 bagian. Putera
mendapat 2/3 X 70 juta = Rp.46,66 juta, dan puteri mendapat 1/3 X 70 juta =
Rp.23,33 juta.
Hikmah hukum waris
Hikmah pembagian waris dalam Islam ini berdasar pada hakikat
kepemilikan harta. Dalam Islam hakikat pemilik harta adalah Allah, sedangkan
51
manusia hanyalah pemilik sementara. Oleh karena itu ketika manusia meninggal
maka harta yang dimilikinya kembali ke pemiliki pertamanya yaitu Allah. Itulah
sebabnya harta warisan wajib dibagi sesuai dengan ketentuan Allah (hukum
waris).
Di sisi lain Islam ingin menghapus tradisi masyarakat Arab jahiliyah yang
menjadikan anak laki-laki sebagai satu-satunya pewaris harta pusaka, juga
mewarisi semua orang-orang yang ditinggalkan oleh si mati seperti isteri (ibu
dari si anak), hamba sahaya, dll. Islam memberikan sistim keadilan yang
proporsional di dalam pembagian harta warisan, karena sesungguhnya harta
warisan itu berfungsi sebagai sarana memberdayakan dan modal hidup serta
modal pelaksanaan tanggung jawab bagi ahli waris terhadap keluarga yang
ditinggal.
Kontribusi Ummat Islam dalam Perumusan Hukum dan Penegakannya di
Indonesia.
Meskipun Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak menjadikan Islam
sebagai agam negara, namun cukup banyak peran ummat Islam dalam
perumusan hukum di Indonesia, a.l:
1. Undang-undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
dan Tanah Milik.
3. Undang-undang RI No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
4. Instruksi Presiden No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam.
5. Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat.
6. Undang-undang RI No. 17 Tahun 1999 tentang Penyeleng-
garaan Ibadah Haji.

Hak Asasi Manusia


(Pengertian). Hak asasi adalah hajat dasar dan martabat yang melekat
pada setiap manusia baik secara kodrati (alamiah), tradisi, maupun hukum.
(Tujuan HAM). Di dalam Mukaddimah Deklarasi Universal tentang Hak
Asasi Manusia ditegaskan tujuh pertimbangan dideklarasikannya HAM, yaitu:
1. Perlunya pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang
sama dan tidak terasingkan dari semua anggota keluarga kemanusiaan,
keadilan dan perdamaian dunia.

52
2. Mengabaikan dan memandang rendah HAM telah mengakibatkan
perbuatan-perbuatan bengis.
3. Hak-hak manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum, supaya orang
tidak menjadikan pemberontakan sebagai pilihan terakhir guna menentang
kelalilman dan penjajahan.

(Perbedaan HAM dengan Islam). Perbedaan yang mendasar antara


HAM dengan ajaran Islam sebagai berikut:
1. HAM bersifat antropocentris (bersumber dari manusia, manusia
tolok ukurnya) sedangkan ajaran Islam bersifat teocentris (dari Allah).
2. HAM mengutamakan hak asasi (cendrung kepada
individualisme), adapun ajaran Islam mengutamakan kewajiban asasi.
3. Dalam HAM pemenuhan hak asasi adalah prinsip utama,
sedangkan dalam ajaran Islam melaksanakan kewajiban asasi adalah prinsip
utama, hak asasi hanyalah suatu konsekuensi yaitu akan diperoleh setelah
kewajiban asasi di laksanakan.
(Persamaan/Kedekatan HAM dengan Islam). Beberapa kedekatan
antara HAM dengan Islam, seperti:
Ajaran tentang martabat manusia, yaitu manusia
mempunyai kedudukan atau martabat yang tinggi. UDHR pasal 1 dan 3
sejalan dengan QS.17.Al-Isra:33, 70/5.Al-Maidah:32.
Ajaran tentang prinsip persamaan. UDHR pasal 6 dan 7
sejalan dengan QS.49.Al-Hujurat:13.
Ajaran tentang kebebasan menyatakan pendapat. UDHR
pasal 19 sejalan dengan QS.17:36.
Ajaran tentang kebebasan beragama. UDHR pasal 18
sejalan dengan QS.2.Al-Baqarah:256.
Ajaran tentang jaminan sosial. UDHR pasal 22 sejalan
dengan QS.51.Adz-Dzaariyaat:19/70.Al-Ma`arij:24/59.Al-Hasyar:7.
Ajaran hak atas benda. UDHR ps. 17 sejalan dgn
QS.4.Al-Nisaa:32.

(HAM Universal vs Hukum Lokal). HAM yang bersifat universal


apabila berhadapan dengan ketentuan-ketentuan lokal maka ketentuan yang
universal itu mengikuti ketentuan lokal. Sebagai contoh: secara universal
seseorang bebas untuk beragama atau tidak, akan tetapi di Indonesia warganya
harus beragama, namun tetap bebas untuk memilih agama yang mana.

53
Kemudian setelah memilih dan menganut suatu agama, misalnya Islam, maka ia
terikat berkewajiban melaksanakan ajaran Islam dan berbuat secara Islam.

Demokrasi
(Pengertian). Demokrasi adalah penerimaan dan pengamalan prinsip
keseimbangan hak, kesempatan, dan perlakuan tanpa adanya diskriminasi (the
acceptance and practice of the principle of equality of rights, opportunity, and
treatment). Konsep demokrasi adalah bersifat politik, yaitu: sebuah bentuk
kekuasaan atau pengaturan (kratein) dari/oleh/untuk rakyat (demos). Hukum,
HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan, karena
demokrasi tidak akan terwujud tanpa adanya penegakan hukum dan
perlindungan HAM. Demikian pula sebaliknya, perlindungan HAM tidak akan
terwujud tanpa adanya penegakan hukum dan demokrasi.
(Perbedaan Demokrasi dan Islam). Sebagaimana HAM, demokrasi juga
konsep yang datang dari Barat. Oleh karena itu ia memiliki beberapa perbedaan
mendasar dengan ajaran Islam, yaitu:
1. Demokrasi bersifat antropocentris yaitu menempatkan manusia (rakyat)
di atas segala-galanya (suara rakyat-suara tuhan). Islam mendudukkan
Tuhan di atas segala-galanya dan rakyat adalah pengemban amanah sebagai
wakil-Nya (teo-antropocentris, suara rakyat-suara wakil Tuhan).
2. Demokrasi menjadikan suara mayoritas sebagai alat pengambil
keputusan, sedangkan Islam menghendaki suara/pendapat yang paling
benar sebagai rujukan untuk mengambil keputusan (QS.39.Al-Zumar:17-
18).
3. Demokrasi mendudukkan rakyat sebagai penguasa dan pembuat
keputusan dan hukum, sengankan penguasa adalah pelaksananya yang
terikat dengan perjanjian/kontrak sosial. Dalam Islam, Allah yang berhak
menetapkan hukum, adapun rakyat dan penguasa penterjemah dan pemikul
amanah sebagai bagian dari ibadah kepada-Nya.
(Persamaan/kedekatan Demokrasi dan Islam). Ada beberapa
persamaan dan kedekatan antara ajaran demokrasi dengan Islam sehingga dalam
hal-hal tertentu keduanya dapat sejalan, di antaranya tentang:
1. Ajaran musyawarah atau syura. Islam mengajarkan: hendaknya dalam
urusan keduniaan dilaksanakan dengan prinsip musyawarah dan memegang
teguh hasil-hasilnya (QS.3.Ali Imran:159),
2. Ajaran tentang konsensus (ijmak). Islam mengajarkan hendaknya
senantiasa adanya satu kesepahaman dalam kehidupan sehingga terjalin

54
keterpaduan yang kokoh laksanana satu barisan yang rapi
(QS.3:159/61.Ash-Shaff:4)
3. Ajaran tentang bersikap kritis terhadap penguasa (amar ma`ruf nahi
munkar). Hampir semua Nabi dan Rasul Allah adalah orang-orang yang
tampil kritis kepada penguasa demi untuk kemanusiaan.
4. Ajaran tentang berpikir kreatif (ijtihad), dan lain-lain.
***
Bab 4
ETIKA, MORAL, AKHLAK

Konsep Etika, Moral, dan Akhlak


Secara bahasa pengertian etika, moral, dan akhlak adalah sama, yakni
ajaran tentang kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia, dan alam. Yang membedakan
ketiganya adalah ukuran kebaikan dan keburukan yang digunakannya.
(Pengertian Etika). Etika berasal dari bahasa Yunani yang berarti adat
kebiasaan. Secara bahasa etika setimbang dengan akhlak. Dengan demikian
Akhlak Islam sama dengan Etika Islam. Secara terminologis etika didefinisikan
sebagai sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai masyarakat
tertentu, atau etika adalah ajaran tentang baik dan buruk berlandaskan kepada
akal pikiran manusia tertentu. Jadi landasan ukuran baik dan buruk dalam etika
adalah pemikiran akal manusia, itulah sebabnya etika bagian dari filsafat.
(Pengertian moral). Moral berasal dari bahasa Latin mos jamaknya
mores yang berarti adat kebiasaan, susila, ukuran. Moral adalah adat kebiasaan
yaitu tindakan manusia yang sesuai dengan ide-ide umum mana yang baik dan
wajar yang diterima oleh masyarakat. Dapat pula didefinisikan moral adalah
perilaku yang sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum,
meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Moral setimbang maknanya
dgn adab (bahasa Arab).
(Pengertian Adab). Adab adalah implementasi nilai-nilai mulia yang
terdapat di dalam akhlakul karimah atau etika yang baik. Seseorang yang
berakhlak mulia disebut juga beradab atau bermoral, sedangkan seseorang yang
melakukan akhlak tercela disebut tidak beradab atau tidak bermoral. Perhatikan
gambar berikut ini:
Etika yang baik Ber-moral
Akhlakul karimah Ber-adab
Etika

55
Akhlak
Etika yang jelek Tidak bermoral
Akhlakus sayyiah Tidak beradab

(Pengertian Nilai). Nilai merupakan seperangkat keyakinan ataupun


perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang
khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku
(Darajat:245).
Selain nilai juga dikenal dengan istilah norma. Norma merupakan
ketentuan-ketentuan legal dari suatu nilai dalam bentuk identitas tertentu.
Seperangkat keyakinan, sentimen ataupun identitas yang masih umum, strategis
dan ideal disebut nilai. Jika ia dieksplisitkan dalam bentuk ketentuan-ketentuan
legal formal maka menjadi norma. Dan jika dijabarkan dalam bentuk formulasi
peraturan atau ketentuan pelaksanaannya maka disebut moral (Darajat:246).
(Arti Akhlak). Akhlak - adalah bentuk jamak (plural) dari kata:
khuluq - yang berarti: perangai, tabiat, tingkah laku, budi pekerti, dan adat.
Ia juga berasal dari kata khalq - yang berarti: kejadian, buatan, dan ciptaan.
Secara bahasa akhlak diartikan sebagai: perangai, adat istiadat, tabiat atau
sistem prilaku yang dibuat (Darajat:239), atau sifat-sifat manusia yang terdidik
(Asmaran As., 1992:1). Al-Quran menggunakan kata khuluq dalam arti adat
kebiasaan dan budi pekerti. Firman Allah:


(137: ).





Sungguh ini adalah adat kebiasaan orang-orang yang terdahulu
(QS.26:137).

(4: ).




Sungguh engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti agung yang
tertinggi (QS.68:4).

Secara istilah (terminologis) Ahmad Amin menjelaskan bahwa akhlak


adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan
yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.

56
Imam Al-Ghazali (w.1111) mendefinisikan akhlak sebagai sifat yang
tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan
dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ringkasnya, akhlak merupakan sikap yang tertanam dalam jiwa yang
melahirkan perbuatan-perbuatan tertentu secara spontan dan konstan.
Jadi menurut definisi Al-Ghazali perbuatan seseorang dapat dikatakan
sebagai akhlaknya jika ia melakukannya berdasarkan kepada:
Dorongan jiwa yang sadar atau secara sadar dan dalam keadaan
merdeka. Perbuatan seseorang yang dilakukan dalam keadaan tidak sadar dan
atau terpaksa/dipaksa yang sampai ke tingkat darurat tidak dihitung sebagai
dosa baginya dan tidak dikatakan sebagai akhlaknya.
Karena terbiasa (telah melalui latihan dan pembiasaan), artinya
perbuatan itu dilakukan secara otomatis karena terbiasa atau terlatih, bukan
karena kebetulan, dilakukan sesekali, gerak refleks, atau ikut-ikutan yang
belum menjadi kebiasaannya.
Antara dorongan jiwa dengan saat melakukannya bersifat spontanitas,
yaitu serta merta karena telah terbiasa atau menjadi kebiasaan, bukan atas
pertimbangan-pertimbangan atau pemikiran yang lama dan mengarah kepada
pamrih atau pertimbangan untung-ruginya.

Karakteristik Akhlak/Etika Islam.


(Karakteristik). Akhlak daslam Islam sangat moderat dan memberikan
saluran bagi seluruh hajat perilaku manusia sehingga tetap berada pada kerangka
bernilai mulia (karimah). Menurut Hamzah Ya`qub (1996:11) etika Islam atau
akhlak memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Akhlak mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah
laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
2. Akhlak menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran
baik dan buruknya perbuatan, di dasarkan kepada ajaran Allah S.w.t.
3. Akhlak bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan
dijadikan pedoman oleh seluruh manusia di segala waktu dan tempat.
4. Akhlak mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang
akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia.
Ciri-ciri. Selain karakteristik di atas ada pula yang mengemukakan ciri-
ciri akhlak mulia dalam Islam sebagai berikut:
1. Robbany ( bersumber pada wahyu dan sunnah Rasul)
2. Manusiawi (sejalan dengan dan memenuhi tuntutan fitrah)
3. Universal (mencakup segala aspek kehidupan)
57
4. Seimbang (posisi menengah, moderat).
5. Realistik (praktis dan mempertimbangkan kenyataan manusia (Asmaran
As.:126-129).
(Perbedaan Akhlak Islam dengan Etika Umum). Dilihat dari sumber
dan sistem nilainya terdapat perbedaan antara akhlak Islam dengan etika umum,
yaitu:
1. Akhlak Islam bersifat dan atau berlandaskan ilahiah (ketuhanan), etika
umum bersifat mondial (keduniaan)
2. Akhlak Islam berlandaskan al-Quran dan Sunnah, etika umum berlandaskan
kepada kenyataan alamiah, adat istiadat dan falsafah tertentu yang temporer.
3. Akhlak Islam memiliki konsekuensi di dunia dan akhirat (dosa dan pahala),
etika umum hanya berorientasi kepada keduniaan.
4. Dalam akhlak Islam terkandung nilai ibadah yang hanya dapat diperoleh
oleh seorang muslim, sedangkan etika dapat dilakukan oleh siapa saja.

Dasar, Standard dan Target Akhlak/Etika Islam


Dasar akhlak dalam Islam adalah menebarkan kasih sayang kepada
semua makhluk sebagaimana difirmankan Allah:

(107 :) .






Tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) mela-inkan sebagai
rahmat (penebar kasih sayang) bagi seluruh alam. (QS.21:107)

Standard (ukuran baku) nilai-nilai akhlak dalam Islam adalah al-Quran


dan Sunnah. Sabda Rasul Muhammad:








() .

Aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka, selama kalian
berpegang teguh kepadanya maka tidak akan sesat selama-
lamanya, yaitu: Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya
(HR. Abu Daud).

58
Target atau tujuan ideal yang ingin dicapai oleh akhlak Islam adalah
mewujudkan muslim yang paripurna, yaitu yang bertakwa dan mampu menjadi
barometer bagi kemajuan, kebaikan, dan kemuliaan manusia (QS.49:13).
Pola dasar akhlak Islam adalah apa yang telah diteladankan oleh para
Rasul Allah terutama Rasulullah Muhammad s.a.w (QS.33:21/60:4-6). Firman
Allah Swt.:





.


(21 :)

Sungguh pada diri Rasul Allah (Muhammad telah ada) suri


tauladan yang baik bagi kalian; yaitu bagi yang mengharapkan
Allah, hari akhir (surga) dan bagi yang banyak mengingat Allah
(QS.33:21)

Ruang lingkup Akhlak/Etika Islam


Ruang lingkup akhlak Islam mencakup semua sikap hidup terhadap segala
yang ada (terhadap Khaliq/Pencipta dan makhluk). Secara rinci ruang lingkup
akhlak Islam adalah sebagai berikut:
1. Akhlak beragama ( al-diniyah) atau kepada Tuhan
2. Akhlak pribadi - ( al-Fardiyah).
3. Akhlak keluarga ( al-Usrawiyah).
4. Akhlak bermasyarakat ( al-Ijtima`iyah).
5. Akhlak bernegara - ( al-Daulah).
6. Akhlak terhadap alam, dll.
Sikap hidup dan perilaku yang bernilai baik disebut akhlak yang mulia
atau Akhlakul-karimah , sedangkan sikap hidup dan perilaku yang
bernilai tidak baik disebut akhlak yang tercela / .

Akhlakul-Karimah
Akhlak yang mulia adalah sifat-sifat mulia yang tertanam
di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan yang terpuji

59
yang dilakukan dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Akhlak yang mulia seorang muslim merupakan cerminan dari imannya
kepada Allah dan hari akhir. Akhlakul karimah merupakan bagian dari perilaku
atau perbuatan yang membangun yang berpahala di sisi Allah dan
akan melahirkan kedamaian bagi yang melaksanakannya, bagi manusia dan
makhluk lainnya. Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,
orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemu-dian
serta beramal saleh, bagi mereka pahala di sisi Tuhan, tidak ada
kekhawatiran menimpa mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.
(QS.2:62)

Kerangka umum/Obyek akhlakul karimah:


Gambar di bawah ini memperlihatkan skema akhlakul-karimah mencakup
jenis, adab, obyek dan bentuknya:
Mengesakan-Nya
Khlik Allah Beribadah kepada-Nya
Akhlak Mensyukuri nikmat-Nya
Melestarikan
Alam Memanfaatkan
Makhluk Merenungkan
Manusia Diri sendiri
Orang lain Keluarga
Masyarakat

Akhlakul-Karimah kepada Allah


Akhlak kepada Allah termasuk akhlak dalam beragama (al-Akhlaq al-
Diniyah). Prinsip akhlak terpuji kepada Allah adalah:
1. Mengesakan-Nya dalam keyakinan, pemikiran dan perbuatan.
2. Mengabdi kepada-Nya (beribadah) dalam arti seluas-luasnya.
3. Mensyukuri nikmat-Nya, dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan
mengoptimalkan pendayagunaan/pemanfaatan nikmat-Nya.
Contoh-contoh Akhlak kepada Allah adalah:
Mentawhidkan-Nya.
Menyintai-Nya di atas segalanya dengan cara: menaati perin-tah,
menjauhi larangan dan mendahulukan/nengutamakan-Nya.
60
Bertakwa.
Selalu Mengingat-Nya (zikrullah) baik dalam pikiran, perasaan,
perbuatan dan ucapan.
Berdoa; hanya berharap dan meminta kepada-Nya.
Bertawakkal atau berserah diri kepada-Nya, dll.

Akhlakul-karimah Terhadap Makhluk


1. Terhadap manusia:
Prinsip umum akhlak terpuji terhadap sesama manusia adalah:
a. Melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada manusia
b. Memperhatikan dan memberikan hak manusia
c. Tidak mengambil sesuatu dari manusia secara tidak sah.
Contoh-contoh akhlakul karimah terhadap manusia adalah:
A. Adab kepada diri sendiri:
1. Taubat
2. Muraqabah (mendekatkan diri kepada Allah
3. Muhasabah (introspeksi diri)
4. Mujahadah (giat, ulet, kerja keras)
5. Sabar (tegar, konsisten, kerja keras dalam kebenaran)
6. Syukur dalam bentuk aktualisasi potensi diri.
7. Rendah hati - tidak sombong, angkuh (egoistik).
8. Jujur - terhadap hati nurani dan pikiran sendiri.
9. Menjaga kesucian- , kebersihan dan kerapian diri
10. Berperilaku halus - , yaitu ramah, santun dan tidak emosional.
11. Dapat dipercaya - , tidak curang atau khianat
12. Ksatria ; berani karena benar, bertanggung jawab.
13. Tidak ambisius - yaitu tidak menghalalkan segala cara untuk
mencapai suatu tujuan.
B. Adab kepada keluarga:
1. Berbakti kepada ibu-bapak
2. Adil terhadap saudara
3. Membina dan mendidik keluarga
4. Saling menghormati,
5. Tolong menolong, dll.

61
C. Adab kepada masyarakat:
1. Persaudaraan - baik seagama, sebangsa, setanah air,
kemanusiaan.
2. Tolong menolong -
3. Toleransi dan berlaku adil
4. Pemurah
5. Penyantun (menghormati yang lebih tua dan menya-yangi yang lebih
muda)
6. Pemaaf
7. Menepati janji
8. Musyawarah
9. Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran dll
2. Terhadap Alam
Prinsip umum akhlakul karimah yang mulian terhadap alam:
1) Memikirkan penciptaan dan hukum-hukumnya
2) Melestarikannnya, dan
3) Memanfaatkannya.

Contoh-contoh adab kepada alam adalah:


1. Memperhatikan, meneliti, merenungkan penciptaannya.
2. Mempelajari hukum-hukum Allah di dalam alam.
3. Memanfaatkannya dengan sangkil dan mungkul, tidak boros/mubazir,
tidak kikir.
4. Melestarikan agar senantiasa indah dan lebih bermanfaat.
Ihsan
Ihsan secara bahasa berarti perbuatan yang terbaik. Ihsan
merupakan akhlakul-karimah yang dilakukan dengan niat dan tujuan semata-
mata untuk berbakti dan mencari ridha (kerelaan) Allah Swt. Sabda Rasulullah
saw.:

62







) .


(
Tahukah kalian apakah ihsan itu? Ihsan adalah: engkau
mengabdi kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, atau,
jika tidak melihatnya, (engkau senantiasa menyadari) bahwa
sesungguh-nya Dia selalu melihatmu (mengawasimu) (HR.
Lima Ahli Hadis dari Umar bin Khattab).

Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang baik akan
bernilai ihsan jika dilakukan dengan kesadaran senantiasa merasa melihat atau
dilihat (diawasi) oleh Allah S.w.t.
Implementasi Ihsan
Ihsan - merupakan puncak moralitas Islam, karena merupakan
akhlakul karimah yang dilakukan dengan niat ikhlas dan upaya yang optimal.
Ihsan tidak saja merupakan implementasi akhlakul karimah yang bersumber dari
norma-norma yang tercantum di dalam al-Quran dan Sunnah melainkan juga
berakar kepada rasa persaudaraan, persamaan dan kemanusiaan yang bersifat
universal.
Perbedaan antara akhlakul-karimah dengan ihsan adalah: akhlakul
karimah bersifat normatif (berpegang kepada ketentuan legal norma ajaran
Islam), sedangkan ihsan bersifat humanis (mengaktualkan nilai-nilai ajaran
Islam). Dengan demikian ihsan bukan sekedar melaksanakan kewajiban-
kewajiban dasar/asasi melainkan juga menghormati dan mengindahkan hak-hak
asasi manusia.

Contoh perbandingan antara akhlakul karimah dengan ihsan:

Akhlakul Karimah Ihsan

Memberi/menolong saat Memberi/menolong orang lain pd


memiliki kelebihan harta, saat sempit/susah
waktu, tenaga.
Menahan marah terhadap orang

63
Memarahi orang yang
yang pantas dimarahi (QS.3:134)
selayaknya untuk dimarahi
Tak bersalah memberi maaf
Bersalah kemudian meminta
(QS.3:134)
maaf
Memaafkan orang yang berbuat
Membalas yang setimpal
tidak baik kepada kita (QS.5:13/
terhadap kejahatan seseorang
12:90)
kepada kita
Mencintai orang yang berbeda
Mencintai orang-orang yang
kelompok atau agama dengan
satu kelompok atau agama
dirinya (QS.5:82-85)
dengan dirinya
Mencegah kerusakan (QS.7:56)
Mempertahankan kebaikan
Kerja keras yg disukai-Nya
Berbuat yang diinginkannya
(QS.29:69)
Berbuat kebaikan untuk diri
Rela berkorban untuk orang lain
sendiri
(QS.37:80-110)
Hubungan Tasawuf dan Akhlak
(Arti Tasawuf). Tasawwuf atau sufisme sering juga disebut dengan
mistisisme Islam. Tasawwuf secara bahasa berarti penyucian diri. Secara
istilah tasawwuf sebagai ilmu didefinisikan sebagai mempelajari cara dan jalan
bagaimana seorang Islam dapat berada sedekat mungkin dengan Allah Swt.
(Nasution, 1995:56).
Tujuan tasawwuf adalah untuk memperoleh hubungan langsung dan
disadari dgn Tuhan, sehingga disadari seseorang merasa berada di hadirat-Nya.
Dalam ungkapan lain tujuan bertasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah
S.w.t (taqarrub ilallah). Orang pertama yang memakai kata sufi adalah Abu
Hasyim al-Kufi di Irak (w.150H/760M).
Guna pemahaman yang lebih dalam tentang fungsi tasawuf ada baiknya
dikemukakan pula analisa tentang asal-usul kata dan makna sufi, seperti yang
dijelaskan dalam istilah berikut:
a. Berasal dari kata Ahl al-Shufah ; orang miskin yang tinggal di
mesjid dan tidur di atas pelana. Walau demikian mereka berhati mulia. Itulah
sifat-sifat dari sufi.
b. Berasal dari kata shaf - yang artinya pertama. Maksudnya orang
pertama yang dimuliakan Allah SWT.
c. Berasal dari kata sfafaya shafy - shufiy - , , yang artinya
suci. Maksudnya orang yang telah mensucikan diri melalui latihan yang
lama dan berat.
64
d. Berasal dari shuf - ; kain yang dibuat dari bulu (wol). Kain yang
dipakai sufi adalah kasar menunjukkan kesederhanaan & kemiskinan.
e. Berasal dari kata sophos, bahasa Yunani yang berarti hikmat.
Terlepas dari berbagai analisa di atas, dilihat dari definisinya boleh jadi
tasawwuf lahir dari ajaran al-Quran sendiri, seperti firman Allah Swt.:








(186:).


Jika hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat;
Aku mengabulkan seruan yang memanggil jika Aku dipanggil. (QS.2:186).

Dari seluruh pembahasan tentang tasawuf dapatlah ditegaskan bahwa


tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara membersihkan
hati sesuci-sucinya. Orang yang telah suci hatinya akan tercermin akhlak yang
terpuji dalam penampilan diri dan prilakunya. Akhlak yang baik sesungguhnya
cerminan dari hati yang suci. Di sinilah letak hubungan tasawuf dengan akhlak.
Bab 5
ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI,
DAN SENI DALAM ISLAM
Konsep Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS)
(Pengetahuan dan Ilmu). Pengetahuan adalah kumpulan data tentang apa
saja yang kita ketahui. Ilmu berarti kejelasan. Ilmu pengetahuan adalah
kejelasan data-data yang kita ketahui baik tentang alam (disebut ilmu
pengetahuan alam), maupun tentang kehisupan manusia (disebut ilmu
pengetahuan sosial), dll.
(Definisi Ilmu). Secara terminologi Ilmu didefinisikan sebagai
pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistimisasi, dan
diinterpretasi sehingga melahirkan kebenaran yang obyektif, teruji, dan dapat
diuji ulang secara ilmiah. Betapa pentingnya ilmu sehingga Al-Quran menyebut
kata-kata ilmu dalam berbagai bentuknya sebanyak 854.
(Pengertian Teknologi). Teknologi adalah penerapan praktis ilmu
pengetahuan. Jadi teknologi merupakan budaya manusia menerapkan secara
nyata hasil-hasil ilmu pengetahuan guna memudahkan kehidupan mereka.
Teknologi tidak lebih dari sekadar alat atau sarana untuk memperlancar
kehidupan. Karena itu penggunaan yang tepat terhadap teknologi akan sangat
65
bermanfaat bagi manusia dan alam, namun penggunaan yang tak tepat akan
membawa kerugian dan benana bagi manusia dan alam.
(Pengertian Seni). Seni adalah ungkapan akal dan budi manusia dalam
bentuk yang indah-indah. Ia merupakan bagian dari budaya dalam bentuk
kreativitas perasaan akal dan budi manusia dalam memahami, menghayati, dan
mengekspresikan keindahan.
Kedudukan Akal dalam Islam
Akal, dari kata aqala, artinya ikatan, tautan,yaitu ikatan/tautan budi
(perasaan) dan pikiran. Akal merupakan wadah untuk berpikir dan memahami.
Piranti kasarnya (hard ware) adalah otak sedangkan piranti halusnya (soft ware)
adalah ruh.
Islam mewajibkan ummatnya untuk menggunakan royu (akal pikiran), di
samping wahyu, dalam memahami dan menghampiri kebenaran (QS.2:269/3:7-
8/17:36, 107/16:43/20:114/35:19-20/39:9/58:11/ 96:1-5, dll.). Menurut Syaikh
Ahmad Mustafa al-Maraghi (Tafsir al-Maraghi, I:35-36); Allah memberikan
lima macam petunjuk (hidayah) kepada manusia, yaitu: Hidayah Ilhami
(instink), Hidayah Hawasiy (indera), Hidayah `Aqly (akalbudi), Hidayah
Adyany (agama/wahyu), dan Hidayah Tawfiqy (pertolongan/perkenan Allah).
Akal ditempatkannya sebagai petunjuk (hidayah) Allah yang berada setingkat di
bawah wahyu.
Dengan demikian; akal sangat tinggi kedudukannya di dalam Islam, ia
menjadi salah satu sumber kebenaran (sumber ketiga) dalam ajaran Islam yang
disebut ijtihad. Syekh al-Zarnuji berkata: sesungguhnya abadinya Islam karena
ilmu, dan tidaklah absah kezuhudan serta ketaqwaan seseorang yang dilandasi
oleh kebodohan (Ta`lim:10). Ini menunjukkan bahwa akal dan wahyu sama-
sama merupakan institusi kebenaran yang hanya berbeda tingkatannya tetapi
mustahil bertentangan.
Muhammad Abduh (1849-1905M) menyatakan Islam adalah agama yang
rasional, sehingga wahyu tidak membawa hal-hal yang bertentangan dengan
pendapat akal. Dalam Risalah al-Tawhid ditegaskannya:
Pendek kata agama tidak boleh dijadikan tabir pembatas antara jiwa
dan akal yang selalu dinamis untuk mengetahui hakekat-hakekat alam yang
terbentang di hadapan kita ini dengan segala kemampuan yang ada pada
akal itu. Bahkan agama hendaklah jadi pendorong yang kuat bagi ilmu
pengetahuan yang mendesak akal manusia itu untuk menghormati bukti-
bukti yang nyata, sehingga manusia itu memeras energinya dengan segala
kekuatan akalnya untuk mengetahui rahasia alam yang ada di hadapan
66
matanya itu, tetapi dengan syarat bahwa akal itu tidak akan keluar dari
batas yang wajar, dan kemudian berhenti pada batas tertentu untuk
menjaga keselamatan I`tikad (Abduh, 1979:160).

Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu dalam Islam


(Klasifikasi Ilmu). Klasifikasi ilmu dalam Islam, ditinjau dari sumbernya,
telah dirumuskan pada seminar internasional Pendidikan Islam di Makkah tahun
1997, menjadi dua:
1. Ilmu Abadi (perennial knowledge/ladunny) yang bersumberkan wahyu,
tertera dalam al-Quran dan Hadis serta segala yang dapat diambil dari
keduanya.
2. Ilmu yang dicari (acquired knowledge/kasby); ilmu pengeta-huan yang
berkembang secara observatif dan spekulatif yang tidak bertentangan
dengan syariat Islam sebagai sumber nilai.
Sedangkan ditinjau dari manfaat atau kegunannya (aksiologis), ulama
mengklasifikasikan ilmu kepada dua: a) Ilmu Teoritis (`ilm nazhary), b) Ilmu
Praktis (`ilm `amaly/`ilm haal). Menurut syaikh Ibrahim al-Zarnuji; ilmu praktis
lebih utama dituntut karena berkenaan langsung dengan amal (Al-Zarnuji:13).
(Sumber Ilmu). Sesuai dengan klasifikasi ilmu di atas maka sumber ilmu
ada dua: wahyu dan akal. Kedua tidak bertentangan namun terdapat sedikit
perbedaan. Ilmu yang bersumber kepada wahyu kebenarannya berrsifat mutlak
(absolut), sedangkan ilmu yang bersumber kepada akal pikiran kebenarannya
bersifat relatif.
(Metode Memperoleh Ilmu).Ditinjau dari segi metode memperolehnya
(epistemologis), ilmu diklasifikasikan oleh al-Quran kepada tiga:
1. Ilmu Empirik/`Ainul Yaqin (al-Takatsur:5), yaitu ilmu yang diperoleh
dengan pengamatan dan pengalaman lahiriyah.
2. Ilmu Teoritik/`Ilmul Yaqin (al-Takatsur:7), yaitu ilmu yang diperoleh dengan
melalui pemikiran dan pengalaman rohaniyah.
3. Ilmu Intuitif/Haqqul Yaqin (al-Haqqah:51), yaitu ilmu yang diperoleh
melalui wahyu dan ilham.
(Karakteristik Ilmu). Karakteristik ilmu pengetahuan dalam Islam sama
dengan yang umumnya berlaku (yaitu obyektif, terbuka, dll). Tetapi, menurut
Prof. Dr. Ismail Raj`i al-Faruqi (1987:58), ada satu karakteristik ilmu
pengetahuan dalam Islam yang khas yaitu tawhid. Prinsip ini menentukan
kebenaran ilmu pengetahuan masuk ke dalam ketuhanan yang tidak mungkin
67
terpisah dari Tuhan (tidak menjadi ateistik atau sekularistik). Makna dan
nilainya bertumpu kepada iradah ilahi dan efektivitas kebenarannya diukur dari
dapat/tidaknya ia mewujudkan nilai.
Kewajiban Menuntut Ilmu
Ilmu, kata Prof. Dr. Quraish Shihab, tidak dapat dicapai tanpa terlebih
dahulu melakukan qiraat; membaca bacaan dalam artian yang luas. Perintah
pertama menuntut ilmu tertuang dalam wahyu Allah yang pertama kali
diturunkan kepada Rasul Muhammad saw yaitu al-`Alaq:1-5 yang dimulai
dengan iqra yang merupakan kata perintah dan berakar dari kata qaraa yang
bermakna: menghimpun, menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri-cirinya (Shihab: 167, 171).
Al-Quran meletakkan pentingnya mendalami ilmu pengetahuan sama
pentingnya dengan pergi berperang membela agama (al-Tawbah:122).
Rasulullah dengan tegas menetapkan hukum wajib dalam menuntut ilmu
sebanyak mungkin, sejauh mungkin dan selama mungkin. Sabda beliau:
Menuntut ilmu wajib bagi setiap orang Islam,
Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahad
Siapa yang pergi dari rumahnya untuk menuntut ilmu, maka ia berada
fi sabilillah sampai ia pulang kembali
Siapa yang menempuh suatu jalan berupa menuntut ilmu maka Allah akan
memudahkan baginya jalan untuk ke surga.
Ulama juga sepakat bahwa hukum menuntut ilmu itu adalah wajib. Tapi
mereka membagi hukum wajib tersebut kepada dua:
1. Wajib perorangan (fardhu `ain), yaitu menuntut ilmu-ilmu agama.
2. Wajib komunal (fardhu kifayah) yaitu menuntut semua ilmu lainnya.
Ummat Islam dan Perkembangan/Pengembangan Ilmu
Pada abad-abad pertengahan, dengan semangat mengamalkan kewajiban
menuntut ilmu, ummat Islam sangat bergairah dalam menuntut dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pelopor utamanya adalah dinasti Abbasiyah yang berkuasa mulai tahun
750M. Hal-hal yang menunjang perkembangan ilmu pengetahuan di masa itu
adalah:
1. Tidak eksklusif Arab cantris.
2. Terjadinya asimilasi (kawin campur) terutama Arab-Persia.
68
3. Kekuasaan tidak lagi berorientasi kepada perluasaan wilayah tetapi kepada
perkembangan ilmu.
4. Teologi Rasionalis Islam/Mu`tazilah dijadikan ideologi negara
5. Mengutuhkan integrasi bahasa al-Quran (Arab) dengan kebudayaan dan
peradaban.
6. Pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang baik.
7. Menghargai kebudayaan yang berasal dari luar Arab.
8. Untuk pertama kalinya terjadi kontak dengan peradaban barat yaitu
kebudyaan Yunani klasik.
Berkat kondisi yang mendukung tersebut maka tampillah berbagai ilmuan
muslim yang memelopori perkembangan berbagai limu pengetahuan, di antara
mereka adalah:
a. Abad ke-9:
1. Jabir ibn Hayyan; bapak ilmu kimia, pendiri laboratorium pertama.
2. Al-Khawarizmi; ahli matematika pertama di dunia Islam.
3. Al-Kindi; filosuf, penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan.
4. Abu Kamil Syuja; ahli aljabar muslim tertua.
5. Ibn Miskawaih; dokter spesialis diet, filosuf moral.
6. Al-Farghani; astronom yang karyanya banyak diterjemahkan.
7. Tsabit bin Qurrah; ahli geometri yang membahas waktu matahari.
8. Al-Battani; astronom yang melakukan observasi gemilang.
9. Zakariya al-Razi; dokter penemu cacar dan darah tinggi.
b. Abad ke-10:
1. Abu Qasim al-Zahrawi; ahli bedah, pencipta alat bedah.
2. Al-Farabi; filosuf emanasi, komentator Aristoteles.
3. Al-Mas`udi; ahli sejarah, pengembara.
4. Ibnu Amajur; astronom pencatat perjalanan bulan.
5. Abu Dulaf; sang penyair yang ahli logam.
6. Ibnu Juljul; penulis biografi dan ahli kedokteran.
7. Al-Hazin; ahli matematika yang memecahkan soal-soal Archimedes.
8. Abu Wafa; astronom dan ahli matematika yang mengembangkan
trigonometri.
c. Abad ke-11:
1. Ibnu Haitsam; ahli fisika yang disegani Bacon dan Kepler.
2. Al-Karkhi; penulis paling orisinal di bidang aritmatika.
69
3. Ibnu Irak; guru al-Birruni, ahli astronomi dan matematika.
4. Al-Birruni; eksperimentalis yang berilmu luas.
5. Ibnu Sina; dokter dan filosuf jiwa.
6. Ibnu Yunus; penemu pendulum (600 th sebelum Galileo).
7. Ibnu Wafid; farmakolog yang menyelidiki obat bius.
8. Ibnu Saffar; penulis sejumlah tabel astronomis.
9. Abu Ubaid al-Bakri; ahli ilmu bumi.
d. Abad ke-12:
1. Umar Khayyam; ahli aljabar dan syair.
2. Ibnu Bajjah; filosuf dan ahli musik.
3. Al-Kharaki; ahli astronomi, matematika dan geografi yang ide-idenya
dikutip oleh Roger Bacon.
4. Al-Khazin; meteorolog penemu teori gravitasi dan dokter.
5. Jabir bin Aflah; astronom yang membangun observatorium.
6. Ibnu Ghalib; ahli geografi, penulis sejarah Spanyol.
7. Abu Khair; ilmuan yang ahli tumbuh-tumbuhan.
8. Ibnu Rusyd; filosuf, ahli hukum, perintis kedoteran umum.
9. Ibnu Thufail; filsuf, murid Ibnu Rusyd.
e. Abad ke-13:
1. Al-Bitruji; astronom yang mengenalkan teori gerak spiral.
2. Ibnu Saati; dokter, ahli membuat kunci.
3. Abdul Lathif; ahli anatomi, pengembang studi pertulangan.
4. Ibnu al-Baithar; dokter hewan, penemu 300 jenis obat.
5. Al-Kazwini; ahli ilmu falak dan geografi.
6. Abi Mahasin; dokter spesialis mata.
7. Ibnu Nafis; ahli fisiologi (ilmu faal) dan sirkulasi darah yang kemudian
diformalkan oleh Michael Servetus.
f. Abad-abad berikutnya:
1. Ibnu al-Munzir (abad ke-14); ahli hewan.
2. Ustad Khairuddin (abad ke-15); arsitek besar dari Turki.
3. Ibnu Majid (abad ke-15); navigator terbesar di abadnya.
4. Mohammad Iqbal (abad ke-19); filosuf dan penyair dari Pakistan.
5. Prof. Abdus Salam (abad ke-20); ahli fisika dari Pakistan, memperoleh
hadiah Nobel tahun 1979.

70
6. Dll. (Untuk kajian yang lebih luas, baca: M. Natsir Arsyad: Ilmuan
Muslim Sepanjang Sejarah, Prof. Majid Fakhri: Sejarah Filsafat
Islmam, M.M. Sharif: Muslim Thought (Dialektika Islam), Jamil
Ahmad: 100 Great Muslim (Seratus Muslim Terkemuka), dll.)

Abad pertengahan terdapat empat pusat peradaban Islam; Baghdad dan


Mesir di dunia Islam bagian timur, serta Sicilia dan Spanyol Islam (Andalusia)
di dunia Islam bagian barat. Baghdad berperan dari tahun 750 s/d dihancurkan
oleh Mongol 1258M, adapun Spanyol berperan dari 711 s/d dikuasai kembali
oleh penguasa Kristen 1492M.
Semua pusat-pusat peradaban tersebut berperan besar dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di Eropa, terutama dari Andalusia yang secara
geografis merupakan gerbang pengaruh di bidang politik, sosial, ekonomi, ilmu
pengetahuan dan filsafat.
Pengaruh peradaban Islam ke Eropa dimulai dengan banyaknya pemuda
Kristen Eropa yang belajar di berbagai universitas Islam di Andalusia seperti
Universitas di Cordova, Seville, Malaga, Salamanca dan Granada. Selama
belajar mereka giat menerjemahkan buku-buku yang menjadi oleh-oleh ketika
mereka pulang.
Selanjutnya mereka mendirikan Universitas Paris (1231M) dan mengajarkan
semua ilmu yang mereka dapatkan seperti kedokteran, pemikiran-pemikiran
falsafati Ibnu Sina, al-Farabi, Ibnu Risyd dll (Nata:108-109).
Selain melalui lembaga dan aktivitas keilmuan di Spanyol tersebut, saluran
masuknya peradaban Islam ke Eropa juga melalui gerakan penterjemahan di
Sicilia serta Perang Salib (abad ke-11 s/d 13M).
Semangat empirisisme keilmuan Islam itulah yang mendorong sebagian
besar ilmuan Eropa untuk meneliti alam, menaklukkan lautan dan menjelajah
benua. Maka muncullah Christoper Columbus yang menemukan benua Amerika
(1492M), Vasco Dagama yang menemukan jalur ke timur melalui Tanjung
Harapan (1494M). Ironisnya; pada saat yang sama ummat Islam tengah
mengalami kemunduran, kekalahan dan kebekuan. Sedangkan Eropa semakin
maju hingga saat ini (Yatim:169).
Ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berpengaruh di Eropa telah
berlangsung sejak abad ke-12M dan mampu memberikan sumbangsihnya
terhadap reinassance (kebangunan atau kelahiran kembali) Eropa yang dimulai
dari Italia pada abad ke-13M. Filosuf Inggeris, Arthur Bertrand Russell, dalam
bukunya History of Western Philosophy (1974:420) telah mengakui peran
peradaban Islam di abad ke-13 sebagai telah mampu membebaskan Barat dari

71
kebiadabannya (barbarism). Kenyataan seperti itulah yang membuat seorang
orientalis, Alfred Guillaume (Arnold, 1952:241) menyatakan: Had the Arabs
been barbarians like the Mongols . The Renascence in Europe might well
have been delayed more than one century. (Andai orang-orang Arab (Islam)
dulu itu biadab seperti orang-orang Mongol . Maka kebangkitan kembali di
Eropa niscaya akan terlambat lebih dari satu abad).

Integrasi iman, IPTEKS, dan akal


Islam adalah agama yang sempurna, yang mencakup iman, ilmu, dan
amal. Jika diibaratkan sebatang pohon, maka iman adalah akarnya, ilmu dan
teknologi adalah batangnya, dan amal adalah buahnya.
Amal dan ilmu seseorang tidak akan bermakna tanpa adanya iman.
Bahkan ilmu dan amal yang tidak didasari oleh iman dan takwa hanya akan
membawa bencana dan kerusakan bagi manusia dan alam semesta.
Kemaslahatan manusia dan alam sangat tergantung kepada integrasi iman, ilmu,
dan amal mereka.
Keutamaan orang beriman dan berilmu
Beriman dan berilmu pengetahuan sangat mulia, Allah berjanji akan
mengangkat derajat keduanya. Seperti firman-Nya yang artinya:
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat (QS.58.Al-Mujadilah:11)
Kedudukan orang yang beriman dan berilmu sangat penting, karena
keduanya dapat mengekspresikan Islam sacara lengkap. Orang beriman akan
melahirkan iman dan takwa (IMTAK), orang berilmu melahirkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). Perpaduan keduanya itu akan
menampilkan pemahahaman dan penghayatan terhadap Islam secara lengkap.
Perhatikan gambar berikut ini:

Hukum Alam - makhluk fisik Fenomena


Hukum Sejarah makhluk sosial IPTEK
Islam Islam paripurna (QS.58:11)
Hukum Agama Jiwa, akal, Nafsu Fenomena
Jin dan manusia IMTAK

Tanggung jawab Ilmuan


72
Tanggung jawab adalah kesadaran akan tugas dan kewajiban yang harus
dikerjakan, serta mengetahui akibat dan dampak yang ditimbulkan dari setiap
perbuatan yang akan dikerjakan itu dengan kesiapan dan kesediaan memikul
resikonya. Sebelum berbicara tentang tanggung jawab manusia terlebih dahulu
dijelaskan fungsi dan peran manusia.
Secara umum fungsi manusia adalah sebagai hamba Allah (`abdi Allah),
yaitu berkewajiban tunduk, taat, dan patuh sepenuhnya kepada apa yang
dikehendaki oleh Allah. Sedangkan peranan manusia di muka bumi adalah
sebagai wakil Allah (khalifah Allah), yaitu melestarikan, memanfaatkan,
membangun, dan memahami alam semesta.
Tanggung jawab manusia tidak lain adalah melaksanakan fungsi dan
peranannya, yaitu di samping mengabdi kepada Allah, manusia juga wajib
mewujudkan kehendak-kehendak Allah terhadap alam semesta ini.
Khusus untuk ilmuan tentu memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang lebih
besar, di antaranya menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat mereka
tinggal demi untuk keselamatan manusia seluruhnya.

***

Bab 6
KERUKUNAN ANTAR UMMAT BERAGAMA

Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam.


Islam artinya damai, selamat, penyerahan diri, tunduk, taat, patuh. Semua
pengertian tersebut mengandung isyarat bahwa Islam adalah agama yang
mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian. Semua manusia adalah
khalifah Allah yang diberi amanat untuk memakmurkan alam. Semua perbuatan
mereka hendaklah memberikan kebaikan dan menebarkan kasih sayang. Inilah
bagian dari fungsi diutusnya Rasul Muhammad sebagai rahmat (penebar kasih
sayang) kepada semua makhluk (QS.21.Al-Anbiya:107).

Persaudaraan sesama manusia dan sesama kaum beriman


Ukhuwah (persaudaraa) adalah perasaan dan sikap simpati serta empati
antar manusia. Persaudaraan yang ditumbuhkan atas dasar persamaan iman
Islam disebut persaudaraan seagama Islam (ukhuwah Islamiyah). Selain itu,
Islam juga mengajarkan agar kita menjalin persaudaraan dengan sesama manusia
tanpa memandang perbedaan-perbedaan suku, bangsa, warna kulit, bahasa,
73
agama dan keyakinan, inilah yang disebut persaudaraan sesama manusia
(ukhuwah insaniyah).
Konsep persaudaraan sesama manusia diajarkan Al-Quran berdasarkan
kepada dua argumen pokok:
1. Manusia diciptakan dari asal-muasal yang sama (QS.4.An-
Nisaa:1), dengan fungsi dan peranan yang sama pula yaitu sebagai makhluk
Allah dan wakil/khalifah Allah di muka bumi (QS.2.Al-Baqarah:30).
2. Manusia diciptakan berbeda-beda (jenis kelamin, suku, dan
bangsa) agar: saling mengenal (QS.49.Al-Hujurat:13), saling melengkapi
dan berkompetisi positif (QS.2:148), saling memberi pertolongan (QS.5.Al-
Maidah:2), saling mengingatkan (QS.13.Al-Ra`du:2-3) dan untuk kontrol
sosial (QS.2:251/22.Al-Hajj:40).

Kebersamaan umat beragama


(Bidang Akidah dan ubudiyah: saling menghormati). Secara umum
setiap agama memiliki tiga dimensi ajaran, yaitu: akidah (keyakinan), ibadah
(ritual), dan mu`amalah (aturan umum/interaksi sosial). Pada dimensi pertama
dan kedua, al-Quran melarang ummat Islam untuk bekerja sama dengan agama
lain (QS.109:1-6), sekalipun tidak ada larangan bagi orang lain untuk ikut dalam
akidah dan ibadah Islam. Mengganggu, mencela/mencerca sesembahan orang
lain juga dilarang Quran (QS.6:108).
Kerja sama yang dapat dilakukan oleh ummat-ummat beragama dalam hal
akidah dan ibadah ini hanyalah dalam bentuk toleransi (saling
menghargai/menghormati); tidak saling mencampuri, mencaci dan mengganggu,
sekalipun Islam membolehkan penganut agama lain untuk mengikuti akidah dan
ibadah Islam selama dengan cara dan tujuan yang baik.
(Bidang sosial: partisipasi). Sedangkan dalam hal-hal kemanusiaan dan
keduniaan (interaksi sosial/mu`amalah) kerjasama antar ummat beragama dapat
dilakukan dalam bentuk partisipasi (saling terlibat memberikan peranannya),
sebagaimana ditegaskan oleh al-Quran:

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang (kafir) yang tidak memerangi dan mengusirmu karena agama,
sesungguhnya Allah menyintai orang-orang yang adil. Hanyasaja Allah
melarangmu menjadikan kawan orang-orang yang memerangimu karena
agama, mengusirmu dan bersekongkol untuk mengusirmu. Siapa yang
menjadikan mereka kawan, mereka itulah orang yang zalim. (QS.60.Al-
Mumtahinah:8-9).

74
Dengan demikian kerjasama antar ummat beragama dalam rangka untuk
menegakkan keadilan dan saling berbuat baik dianjurkan oleh Islam selama
masing-masing menjungjung tinggi prinsip-prinsip saling menghargai, kesamaan
dan kebersamaan dengan tulus dan lapang dada. Inilah bagian dari pluralisme
yang harus ditradisikan untuk saling berlomba-lomba di dalam kebaikan (lihat
QS.2:146 dan 5:2).

Bab 7
MASYARAKAT MADANI
DAN KESEJAHTERAAN UMAT
Konsep Masyarakat Madani
(Pengertian). Masyarakat Utama atau Masyarakat Madani (civil society)
adalah masyarakat yang menjadikan nilai-nilai peradaban sebagai ciri utamanya.
Al-Quran menggambarkan masyarakat semacam ini dengan sebutan negeri
yang baik dan mendapat ampunan dari Tuhan (Baldatun thoyyibatun wa
Rabbun Ghafr, QS.34.Saba:15).
(Karakteristik). Sebagai suatu konsep masyarakat yang ideal maka
masyarakat madani memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bertuhan
2. Damai.
3. Tolong menolong.
4. Toleran.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
6. Berperadaban tinggi.
75
7. Berakhlak mulia.

Peranan umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani


(Peran ummat Islam Indonesia). Di Indonesia nasib dan corak
bangsanya sangat bergantung kepada ummat Islamnya, karena secara statistik
jumlah mereka adalah mayoritas. Hampir semua segmen kehidupan ummat
Islam ada dan berperan di sana. Keadaan ini memberikan ruang dan peluang
yang sangat luas bagi mereka untuk berkreasi, berekspresi, bereksperimen, dan
beraspirasi guna terwujudnya masyarakat yang berperadaban. Oleh karena itu
hendaknya ummat Islam memacu diri, meningkatkan peran serta dan prestasinya
sehingga dapat memelopori terwujudnya masyarakat madani.

Sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan Umat


Berfirman Allah Swt.:











Jika shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah di muka bumi dan
carilah karuniaAllah. (QS.62:10).
Beberapa prinsip ekonomi menurut al-Quran adalah:
Rezki terkait kepada hukum kemutlakan Tuhan (QS.65:2-3), kausalitas
(QS.4:32) dan hukum sosial (QS.107:1-3/59:7),

Allah pemberi rezki (QS.51:38), manusia harus mencarinya pada alam


(QS.62:10), manusia disuruh oleh Allah untuk mengalokasikannya
(QS.4:5/51:19/2:254). Karena itu:
1. Tangan di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan di bawah (peminta)
(Al-Hadis)
2. Pekerjaan yang terbaik adalah dengan tangan sendiri/hasil usaha sendiri
(Al-Hadis)
3. 9/10 rezki ada pada perdagangan (Al-Hadis)
4. Upah seyogiyanya dibayar pada pekerja sebelum kering keringatnya
(sampai masa yang disepakati) (Al-Hadis)

76
Perlu keseimbangan kehidupan berekonomi (QS.28:77) namun jangan
sampai hanyut terpedaya (QS.57:20).

Semua orang punya hak memiliki harta (QS.51:19/4:2, 32).

Harus dikembangkan keadilan ekonomi secara individual (QS.2:188)


dan sosial (QS.59:7/83:1-3).

Upaya menegakkan keadilan di bidang ekonomi adalah:


a. secara individual dengan: tolong menolong, infaq dan shadaqah, serta
zakat
b. secara sosial: pengelolaan zakat/pajak, optimalisasi fungsi baitul maal,
dan kepemilikan umum dalam hal-hal tertentu.
Dihalalkan perniagaan (QS.2:275) dengan cara kerelaan (QS.4:29) dan
tidak riba (QS.3:130).

Prinsip ekonomi yang islami:


1. Alam adalah mutlak milik Allah (QS.20:6/5:120/2:255)
2. Alam merupakan nikmat karunia Allah yang diperuntukkan bagi
manusia (QS.31:20/14:32-34).
3. Alam karunia Allah ini untuk dinikmati dan dimanfaatkan secara
proporsional (QS.7:31/4:6/95:8)
4. Hak milik perseorangan (yaitu sebagai amanah dari Allah) diakui oleh
Islam sebagai hasil jerih payah/usaha yang halal dan hanya boleh
digunakan untuk hal-hal yang halal pula (QS.4:32/2:274/
16:71/64:15/43:32).
5. Dilarang menimbun harta yang tidak ada aksesnya sama sekali kepada
orang lain (QS.9:34/59:7).
6. Di dalam harta orang yang kaya ada hak/bagian tertentu untuk orang
fakir, miskin, dll. (QS.9:60/17:26/51:19).
7. Prinsip Islam tentang jual beli:
a. Suka sama suka (saling meridhai) (QS.4:29)
b. Harus jujur dalam timbangan/takaran (QS.85:1-6/7:85)
c. Bersih/tidak menipu (Al-Hadis)

77
d. Tidak boleh menjual barang yang haram (Al-Hadis)
e. Tidak boleh menjual satu barang dalam suatu jual beli dengan dua
akad atau dua transaksi (Al-Hadis)
f. Tidak boleh memuji barang dagangan sendiri yang tidak
proporsional (Al-Hadis)
g. Tidak boleh menjual barang kepada orang lain yang sudah dibeli
oleh seseorang (Al-Hadis)
h. Harus ada saksi atau bukti tertulis dalam transaksi/ akad jual beli
(QS.2:289)
i. Tidak boleh menjual sesuatu yang bersifat spekulatif atau tidak jelas
kepastian barangnya (Al-Hadis)
j. Dibolehkan tawar menawar dan memilih dalam pembelian selama
masih belum berpisah antara keduanya (Al-Hadis)
8. Tujuan ekonomi islami adalah:
a. Tawhid dan ibadah
b. Makmur dan sejahtera
c. Adil dan merata
d. Tentram (stabil) dan maju
e. Serasi, damai dan ukhuwah
f. Merdeka, demokratis
g. Kelestarian alam
h. Mandiri.
Diwajibkan memberikan pemikiran dalam mengentaskan kemiskinan,
bantuan usaha dan permodalan terhadap orang-orang yang tidak mampu
(QS.104.Al-Humazah).

Lembaga-lembaga ekonomi yang direkomendasikan Islam:


1. Bank dengan sistem ekonomi Islami
2. Koperasi dengan sistem syariah
3. Baitul Maal
4. Lembaga-lembaga permodalan lainnya yang senafas dengan ajaran
Islam.

Sumber-sumber permodalan:
a. Zakat
b. Infak
78
c. Sedekah
d. Jizyah (pajak jaminan jiwa terhadap kafir zimmi/ dilindungi)
e. Al-Kharaj (pajak tanah orang yang dikalahkan dalam peperangan)
f. Al-`Usyr (pajak perdagangan bagi pedagang kafir yang di-lindungi)
g. Ghanimah (harta pampasan perang)
h. Al-Fai (harta pampasan terhadap musuh yang tanpa peperangan). dll.

***

Bab 8
KEBUDAYAAN ISLAM
Konsep Kebudayaan Islam
Kebudayaan adalah hasil akal, budi, ciptarasa, dan karya manusia.
Kebudayaan yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal
kemudian berkembang menjadi peradaban. Kebudayaan Islam adalah hasil-hasil
akal, budi, ciptarasa, dan karya yang dihasilkan manusia dengan menyertakan
tuntunan dan ajaran Tuhan atau agama Islam sebagai pembimbing dan pedoman
dalam prosesnya. Jadi yang dikehendaki dengan kebudayaan Islam adalah
peradaban yang beradab atau peradaban yang Islami.
Kebudayaan Islam dimulai dengan diutusnya para rasul, terutama Rasul
Muhammad s.a.w. Tonggak pertama dan utama membangun kebudayaan Islam
ini adalah hijrah. Al-Quran mengajarkan tiga konsep hijrah agar terjadi
kemajuan pada peradaban manusia, yaitu:

79
1. Hijrah secara kultur (budaya), dimulai dengan perintah membaca dan
transfer ilmu melalui tulis-baca (QS.96.Al-`Alaq:1-5).
2. Hijrah secara mental, yaitu melakukan perpindahan mentalitas seperti
sikap hidup, pola hidup, yang tidak baik atau kurang baik kepada yang baik
dan yang lebih baik (QS.74.Al-Muddassir:1-7).
3. Hijrah secara fisik, yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang
lebih baik dan strategis.

Mesjid sebagai pusat peradaban Islam


(Fungsi Mesjid). Mesjid sesungguhnya berfungsi luas, tidak hanya
sekedar tempat ibadah, zikir, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang khusus,
melainkan juga tempat kegiatan pembinaan ummat. Sekurang-kurangnya ada
dua fungsi utama mesjid, yaitu (1) fungsi ritual, sebagai tempat pelaksanaan
ibadah khusus, (2) fungsi sosial, sebagai pusat kegiatan-kegiatan sosial,
keilmuan, dan kesejahteraan. Di masa Rasul Muhammad s.a.w mesjid
difungsikan sebagai pusat peradaban Islam, yaitu pusat semua aktivitas
kemanusiaan, keilmuan, kemasyarakatan, dan ekonomi. Di sanalah beliau
mengadakan musyawarah dan membahas berbagai persoalan, membina sikap
keagamaan dan intelektual ummat Islam, dan sebagainya. Pada masa berikutnya
di mesjidlah ummat Islam membangun universitas.
(Sebab kemunduran ummat). Kalau saat ini ummat Islam lamban
memajukan peradabannya boleh jadi karena hilangnya fungsi dan peranan
mesjid sebagai pusat peradaban, di samping hilangnya tradisi keilmuan yang
telah dengan gemilang dirintis dan dicontohkan oleh ummat Islam generasi
awal. Selain itu ummat Islam masih terpedaya oleh pola dan sikap hidup sekuler,
materialistik, fanatisme sempit, irrasional, anti intelektual, berpecahbelah, malas,
manja, dan berbuat yang sia-sia.

(Pembaharuan Dalam Islam). Upaya ummat Islam membangun


peradabannya di zaman modern tidak terlepas dari upaya pembaharuan.
Pembaharuan atau pembaruan setimbang dengan istilah tajdid (Arab) dan
reformation atau modernization (Inggeris), yang secara bahasa berarti:
mengadakan sesuatu yang belum ada dan memperbarui sesuatu yang telah
usang.
Modernisme di barat cendrung menjadi sekularisme, karena modernisasi
yang mereka lakukan berupa fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
mengubah faham-faham atau adat istiada serta institusi-institusi lama dsb

80
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern (Nasution, Islam, II:93).
Pembaharuan dalam Islam, menurut Harun Nasution, adalah: pikiran dan
gerakan untuk menyesuaikan faham-faham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern (Nasution, 1975:11-12). Sedangkan Azyumardi Azra
mendefinisikannya sebagai usaha-usaha sadar di antara ulama dalam jaringan
untuk membarui dan merevitalisasi ajaran-ajaran Islam serta merekonstruksi
sosio-moral masyarakat muslim (Azra, 1995:16).
Dengan demikian pembaharuan dalam Islam tidak mengarah kepada
sekularisme. Pembaharuan hanya terjadi kepada penafsiran/interpretasi dalam
Islam dalam rangka untuk merevitalisasi ajaran dan membangun kembali sosio-
moral ummat Islam. Landasan hukum bolehnya pembaharuan yang demikian
adalah:
1. Firman Allah yang menyuruh kita agar selalu mengintrospeksi keimanan (al-
Baqarah:170), mengujinya (al-A`raf:28-29) serta bersikap terbuka dan
korektif (QS.43:22-24).
2. Hadis Nabi yang menyuruh untuk selalu memperbaharui iman, serta
mengabarkan bahwa akan selalu ada pembaharu keber-agamaan ummat
setiap awal seratus tahun (HR. Abu Daud).
Cikal bakal pembaharuan dalam Islam diilhami oleh gerakan pemurnian
akidah dan ibadah yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab
(w.1792M) di Arabia. Tiga pokok pemikirannya yang mempengaruhi pemikiran
para pembaharu adalah:
1. Hanya al-Quran dan Hadislah sumber asli ajaran Islam, adapun
pendapat/interpretasi ulama bukan sumber asli.
2. Taklid (mengikut buta) ulama tidak dibenarkan.
3. Pintu ijtihad tetap terbuka.
Point pertama pemikiran ini menunjuk kepada Islam otentik yang tidak
dapat diperbaharui; hanya dapat dimurnikan. Point kedua menunjukkan ajaran
Islam yang relatif (zhanny) dan point ketiga menunjukkan berlakunya
pembaharuan terhadap point kedua.
(Pembaharuan di Indonesia). Pembaharuan Islam di Indonesia, dalam
bentuk revitalisasi ajaran Islam dan rekonstruksi sosio-moral ummat Islam
sebenarnya telah muncul sejak abad ke-17. Banyak ulama Nusantara yang
terkenal sepanjang abad-abad tersebut.

81
Namun pembaharuan dalam arti masuknya ide-ide modernisme ke dalam
pemikiran pembaharuan Islam baru dimulai pada abad ke-20, diilhami oleh
majalah Al-Imam yang terbit di Malaysia oleh Said Muhammad Agil dkk.
Majalah ini berisi ide-ide pembaharuan yang terdapat di dalam majalah Al-
Manar pimpinan Rasyid Ridha di Mesir. Pengaruhnya di Padang terlihat pada
majalah Al-Munir yang diasuh oleh H. Abdul Karim Amrullah (ayah Buya
HAMKA) dan kawan-kawannya.
Pembaharuan di Jakarta dimulai dengan didirikannya sekolah Jami`at Khair
tahun 1901. Pada waktu itu diundanglah seorang ulama dari Sudan bernama
Syekh Ahmad Surkati yang merupakan pengikut Muhammad Abduh. Beliau
kemudian membentuk organisasi Al-Islah wa al-Irsyad serta mendirikan sekolah
bernama al-Zakhirah. Melalui tiga wadah inilah ide-ide pembaharuan mereka
berkembang.
Kemudian pembaharuan yang sangat besar pengaruhnya adalah gerakan
K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi dakwah Muhammadiyah tahun
1912. Dengan organisasi dan sekolah-sekolah modernnya yang menyebar ke
seluruh Indonesia maka ide pembaharuan di Indonesia memasyarakat olehnya.
Pembaharu lainnya adalah H. Agus Salim yang banyak mempengaruhi
golongan intelegensia muslim Indonesia yang berpendidikan Barat. Kemudian
juga H. Said Omar Cokroaminoto dengan Syarikat Islamnya, dan H. A. Hasan
Bandung dengan Perastuan Islam (Persis)-nya.
Kalimantan Barat juga tidak tertinggal dalam arus besar pembaharuan ini. Di
antara tokoh-tokoh pembaharu yang pernah muncul adalah Syaikh Ahmad
Khatib As-Sambasy (1803-1875) yang mengadakan pemurnian berbagai ajaran
tarekat dan mengembalikannya kepapada tareka yang dapat dipertanggung-
jawabkan yaitu tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Ahmad Khatib Sambas
meninggalkan ajaran-ajarannya dalam kitab Fathul-`rifn. Tokoh lainnya
adalah H. Muhammad Basiuni Imran Maharaja Imam Sambas (1885-1976) yang
mengembangkan pemikiran gurunya Syaikh Rasyid Ridha murid Muhammad
`Abduh di Mesir. Mufti kerajaan Sambas ini banyak mengadakan upaya
peningkatan kualitas ummat Islam seperti mendirikan lembaga pendidikan untuk
mencetak calon-calon pemuka agama, da`i, dll.
Pembahruan di Indonesia dalam arti modernisasi, di samping muncul
belakangan, lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran di Mesir dan Saudi
Arabia, mengingat ke sanalah kiblat pendidikan Islam Nusantara saat itu. Hal ini
terjadi karena adanya hubungan politik dan bahasa Arab yang dikuasai oleh
ulama Nusantara.

Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia


82
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, di tanah air ini telah ada budaya dan
peradaban besar yang berakar kepada ajaran agama Hindu, Budha dan
kepercayaan asli Indonesia. Islam datang ke Indonesia dari Arabia lengkap
dengan kebudayaannya, karena itu Islam diidentikkan dengan Arab dan orang-
orang Arab.
Dalam perkembangan berikutnya para da`i mengembangkan Islam di
Indonesia melalui budaya setempat, sehingga terjadi perkawinan yang
harmonis antara ajaran Islam dengan budaya yang telah ada di Indonesia.
Sehingga pada akhirnya nilai-nilai Islam tidak dapat lagi dipisahkan dengan
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian kebudayaan Indonesia yang baik dan
relevan dapat dijadikan bahan untuk memajukan ummat Islam di indonesia.
Sedangkan pada aspek-aspek yang bertentangan dengan akidah dan ibadah Islam
tentu saja harus dihilangkan dan diganti dengan budaya yang islami.

***

Bab 9
SISTEM POLITIK ISLAM
Pengertian
Politik adalah segala urusan dan tindakan (tindakan) mengenai
pemerintahan suatu negara, atau kebijakan/cara bertindak suatu negara dalam
menghadapi/menangani suatu masalah. Dalam kajian ulama Islam politik disebut
siyasah yang berarti mengatur, sedangkan masalah kekuasaan/kepemimpinan
politik disebut khilafah - . Politik Islam dikaji dalam fiqh siyasah
. Teori-teori politik dan tata negrara dalam Islam banyak dikaji oleh
pemikir politik Islam seperti al-Farabi (w.950), Ibnu Abi Rabi` (abad ke-11), al-
Mawardi (w.1059), al-Ghazali (w.1111), Ibnu Taymiyah (w.1329), Ibnu Khaldun
(w.1406), al-Afghani (w.1897), Muhamad `Abduh (w.1905), M. Rasyid Ridha
(w.1935), Ali `Abdul Raziq (w.1966), Al-Mawdudi (w.1979), dll.
Menurut Acep Djazuli (2000:15) garis besar kajian fikih siyasah meliputi:
83
1. Tata negara dalam Islam (siyasah dusturiyyah).
2. Tata hubungan bilateral (siyasah dawliyyah), yaitu politik yang
mengatur hubungan antara satu negara Islam dengan negara Islam yangh
lain dan dengan negara bukan Islam lainnya.
3. Tata ekonomi negara (siyasah mliyyah).
Prinsip dasar politik dalam Islam
Prinsip politik dalam Islam adalah Tawhid (keutuh-paduan) dengan cakupan:
a. Kesatuan sistim yang berakar kepada keesaan, mengesakan dan ibadah
kepada Allah.
b. Khilafah: setiap manusia diberi amanah untuk memimpin.
c. `Adalah - : keadilan sebagai kunci semua kebajikan.
d. Musawah : adanyanya kesamaan dan kebersamaan.
e. Musyawarah: pembahasan bersama-sama.
f. Al-Hurriyyah: kemerdekaan, kebebasan yang bertanggung jawab.
g. Perlindungan terhadap jiwa, raga, dan harta masyarakat.

Dasar-dasar Pemerintahan dalam Islam


a. Kekuasaan perundang-undangan ilahi; bahwa Allah pencipta/ pemberi
hukum, manusia pelaksananya (QS.13:16/12:40).
b. Keadilan antar manusia (QS.42:15).
c. Persaudaraan antar kaum muslimin (QS.49:10, 13).
d. Tanggung jawab pelaksanaan amanat (QS.4:58).
e. Permusyawaratan; mengambil pendapat bersama yang terbaik dan terbenar
(QS.39:17-18/42:38/3:159).
f. Ketaatan dalam hal kebajikan (QS.60:12).
g. Mengutamakan kepentingan bersama/orang lain (QS.28:83).

Tujuan Utama Negara


a. Menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia,
mendidik manusia, menghentikan kezaliman atau kesewenangan (QS.57:25).
b. Menegakkan sistem yang berkenaan dengan pelaksanaan kewajiban ajaran-
ajaran agama (QS.22:41). (Maududi, Khilafah dan Kerajaan, 1984).

Kepala Negara
Menurut Ibnu Taymiyah syarat utama kepala negara adalah kuasa quwwah
dan dapat dipercaya amanah ( Al-Siyasah:27-34) atau al-Quran

84
menyebutnya dengan qawiy dan amiin (QS.28:26/27:39), qawiy merupakan sifat
Allah dan amiin merupakan sifat Rasul Allah. Pemimpin yang disyaratkan untuk
mengepalai negara menurut Islam adalah:
a. Kemampuan memimpin: sesuai dengan jabatan (HR. Bukhari).
b. Didukung dan dicintai dari bawahannya (HR. Muslim dll.).
c. Terbaik dan termampu (HR. Hakim, Abu Ya`la).
d. Taqwa, berakhlaq (QS.8:34) terutama melaksanakan shalat dan zakat, dll
(QS.5:54-55).
Akhlak seorang pemimpin adalah sebagaimana akhlak rasul Allah seperti
yang digambarkan oleh al-Quran sebagai berikut:











(159:) .
Berkat rahmat dari Allah engkau (Muhammad) dapat berlaku
lemah lembut kepada mereka. Sekiranya eng-kau berlaku kasar dan
berhati keras niscaya mereka menjauh dari sisimu. Maka maafkan
mereka, mohon-kan ampunan, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan (dunia), dan jika engkau telah bertekad
(menetapkan suatu keputusan) maka bertawakkallah kepada Allah.
Sungguh Allah menyintai orang-orang yang bertawakkal (berserah
diri). (QS.3:159)

Dari ayat tersebut dapat dirinci beberapa akhlak dalam memimpin


manusia, yaitu:
Bersikap lemah lembut atau santun kepada semua manusia.
Lambat marah tetapi cepat memaafkan orang lain.
Mendoakan orang lain terutama memohonkan ampunan dan petunjuk
Allah baginya.

85
Terbuka, suka bertukar-pikiran, dan menghidupkan kebersamaan dengan
manusia
Setia dan teguh pendirian dalam melaksanakan keputusan ber-sama,
diiringi dengan sikap penuh tawakkal kepada Allah wt.

Sejarah Pemerintahan dalam Islam


Sewaktu Rasul Muhammad saw menyiarkan agama Islam di Makkah
(610-622M), beliau belum dapat membentuk masyarakat Islam yang kuat karena
pengikutnya yang masih lemah mengingat jumlahnya sedikit. Beliau hanya
dapat memimpin sekelompok kecil pengikutnya dari sisi keagamaan. Karena itu
pada waktu di Makkah beliau hanya berfungsi sebagai kepala agama.
Sedangkan kekuasaan politik berada di tangan kafir quraisy.
Setelah hijrah ke Madinah, ummat Islam mempunyai jumlah yang banyak,
kedudukan yang baik dan posisi yang kuat. Semua suku dan agama diikat oleh
Rasulullah di dalam Piagam Madinah dan beliau sendiri disepakati sebagai
pucuk pimpinan. Muncullah tatanan masyarakat muslimin dan penganut lainnya
yang harmonis. Inilah yang merupakan awal pemerintahan Islam. Di Makkah,
Rasul Muhammad menjadi kepala agama dan kepala negara.
Setelah Rasul wafat (632M), peran beliau sebagai kepala negara
digantikan oleh Abu Bakar al-Shiddiq. Jabatan yang dipegangnya itu disebut
khalifah (lengkapnya khalifah al-Rasul) maksudnya: pengganti Rasul dalam
memimpin ummat dan negara Islam. Abu Bakar dipilih dengan cara
musyawarah di antara kaum Muhajirin (penduduk Makkah yang Hijrah ke
Madinah) dan kaum Anshar (penduduk asli Madinah) di Saqifah Bani Sa`ad,
Madinah. Kemudian disetujui oleh ummat Islam melalui bai`ah.
Setelah Abu Bakar wafat (634M), kepala negara Islam dipegang oleh
Umar bin Khattab sebagai khalifah (lengkapnya khalifah khalifati al-Rasul;
pengganti dari pengganti Rasul). Ia dipilih juga dengan cara musyawarah dan
dibai`ah secara bulat oleh ummat. Setelah Umar wafat terbunuh (644M), jabatan
khalifah dipercayakan kepada Usman bin Affan. Ia dipilih dengan cara
musyawarah para tim suksesi kepemimpinan yang ditunjuk oleh Umar dan juga
dibai`ah secara bulat oleh ummat.
Setelah Usman wafat terbunuh (656M), jabatan khalifah dipegang oleh Ali
bin Abi Thalib, yang terpilih juga atas musyawarah darurat para sahabat.
Dikatakan darurat karena kematian khalifah Usman disebabkan kekacauan
politik yang terjadi akibat lemahnya Usman memerintah di penghujung usianya,
dan suksesi ini terjadi secara tergesa-gesa. Sehingga Ali tidak mendapat
dukungan (bai`ah) yang bulat dari seluruh ummat.

86
Baru saja Ali memerintah, berbagai protes muncul dari orang-orang yang
ingin menjadi khalifah. Mula-mula dari Thalhah dan Zubeir di Makkah.
Keduanya, didukung oleh Aisyah ra., menyerang Ali dan terjadilah perang
Jamal (onta). Dalam peperangan ini Thalhah dan Zubeir terbunuh, sedangkan
Aisyah tertawan dan dikirim kembali oleh Ali ke Makkah.
Tantangan berikutnya datang dari Mu`awiyah, gubernur Damaskus dan
keluarga dekat Usman yang mengumumkan bahwa dialah khalifah pengganti
Usman. Ia tidak setuju Ali menjadi khalifah karena dituduh terlibat dalam
pembunuhan khalifah Usman, mengingat di antara pemberontak yang
membunuh Usman itu terdapat seorang bernama Muhammad, anak angkat Ali
bin Abi Thalib.
Protes ini berpuncak pada pertempuran di daerah Siffin sehingga disebut
perang Siffin. Dalam perang ini Mu`awiyah terdesak. Kemudian seorang
pendukungnya mengangkat al-Quran di ujung tombak pertanda meminta damai.
Perdamaian ini diterima Ali, sedangkan perselisihan diselesaikan dengan
tahkim (arbitrase) yaitu masing-masing pihak mengutus seorang juru
bicara/perantara untuk berunding menyelesaikan persoalan. Pihak Ali diwakili
oleh Abu Musa al-`Asy`ary, sedangkan Mu`awiyah diwakili oleh Amr bin al-
`Ash.
Dalam pertemuan, keduanya sepakat untuk melepas jabatan khalifah
masing-masing yang diwakilinya, selanjutnya diserahkan kepada masyarakat
untuk memilih khalifah yang baru secara demokratis. Kesepakatan ini harus
diumumkan oleh masing-masing wakil tersebut. Karena Abu Musa al-`Asy`ary
lebih tua, maka dia dipersilahkan untuk mengumumkannya lebih dahulu. Maka
tampillah Abu Musa mengumumkan pembatalan kekhalifahan Ali.
Ketika Amr bin al-`Ash mendapat giliran tampil, maka secara licik ia
mengkhianati kesepakatan. Dengan tegas dikatakannya bahwa karena Ali telah
dipecat sebagai khalifah, kini tinggallah Mu`awiyah dan iapun
mengukuhkannya sebagai satu-satunya khalifah yang sah.
Ali merasa dirugikan dan tidak mau melepaskan jabatan. Sementara itu
pengikut Ali kecewa dan menyalahkan semua fihak yang terlibat dalam tahkim
tersebut, termasuk Ali yang menyetujui perdamaian dan tahkim. Mereka semua
dihukumkan telah keluar dari Islam dan wajib dibunuh. Akhirnya pada tahun
661M Ali wafat terbunuh. Muluslah Mu`awiyah menduduki jabatan khalifah.
Dan selanjutnya ia mengembangkan sistem pemerintahan kerajaan dengan
kekuasaan turun temurun yang disebut dinasti Amawiyah atau Bani Umayyah
hingga tahun 750M digantikan oleh dinasti Abbasiyah atau bani Abbas sampai
hancurnya Bagdad tahun 1258.

87
Dapat disimpulkan bahwa pada masa awal, sistem pemerin-tahan Islam
tidak berbentuk kerajaan tetapi lebih dekat kepada republik. Pemilihan kepala
negara dilaksanakan secara demok-ratis dan tidak bersifat turun temurun
(Nasution, Islam, I:92-96).
Politik merupakan kemahiran dalam: menghimpun kekuatan,
meningkatkan kuantitas dan kualitasnya, mengawasi serta menggunakannya
untuk mencapai tujuan kekuasaan dalam negara atau institusi lainnya
(Anshari:77).

Kontribusi ummat Islam terhadap kehidupan politik Indonesia


1. Sebagian besar tokoh dan pejuang kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah para pemuka umat Islam.
2. Tampilnya tokoh-tokoh politik Islam yang memberikan
sumbangsihnya terhadap pembentukan konstitusi negara (seperti
merumuskan Pancasila, Mukaddimah dan batang tubuh UUD 45, dll),
pembentukan karakter bangsa Indonesia (seperti Soekarno, Hatta,
Mohammad Natsir, Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), dll.),
dsb.
3. Lahirnya partai-partai Islam.
4. Diakuinya Pancasila sebagai titik kesepakatan (point of
agreemant) dan identitas bangsa (the platform of nation) dalam berbangsa
dan bernegara. Mohammad Natsir menyerukan agar umat Islam tidak
mempertentangkan Pancasila dengan Islam. Bahkan untuk ini umat Islam
bersedia menghapus kalimat Kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi
para pemeluknya dari preambule/mukaddimah UUD 45.

***

88

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim dan CD Al-Quran: Holy Quran.
Al-Hadis dan CD Al-Hadis: Kutub al-Tis`ah, Al-Bayaan.
Abduh, Syekh Muhammad, 1979, Risalah Tauhid, terj. KH. Firdaus AN,
Jakarta: Bulan Bintang, cet. VII.
Abyan, Amir, Drs., MA, H., dkk., 1995, Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah
Kelas Dua, Semarang: CV. Toha Putra.

89
Ahmad, Kh. Jamil, 1993, Seratus Muslim Terkemuka, terj. Tim Penerjemah
Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, cet. III.
Al-Ahwani, Ahmad Fuad, 1997. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet.
Ke-8.
Aminuddin, J. Abubakar, 1981, Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Hidakarya
Agung.
Anshari, Endang Saifuddin, 1982, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Al-
Ikhlas.
-------, 1976, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam, Jakarta: Usaha Enterprise.
Arifin, H. M., 1980, Belajar Memahami Ajaran-ajaran Agama Besar, Jakarta:
C.V. Sera Jaya.
Arkoun, Mohammed, 1992, , , terj. Hasyim Shalih, Beirut:
Daar al-Saaqiy, cet.II.
Asmaran, As., 1992, Pengantar Studi Akhlaq, Jakarta: Rajawali Press.
Asmuni, H.M. Yusran, 1993, Ilmu Tauhid, Jakarta: Rajawali Press.
`Asqalany, Ibnu Hajar al-, t.t., , Bandung: Al-Ma`arif.
Azra, Azyumardi, Dr., 1995, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara Abad XVII & XVIII, Bandung: Mizan, cet.2
Baiquni, A., Prof. Dr., 1983, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Bandung:
Pustaka.
Bakar, Osman, 1994, Tauhid dan Sains: Esai-esai Tentang Sejarah dan
Filsafat Sains Islam. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Baqir, Muhammad, al-, 1991, Mutiara Nahjul Balaghah, Bandung: Mizan.
Bucaille, Maurice, Dr., Bibel, Quran dan Sains Moderen, terj. H.M. Rasjidi,
Jakarta: Bulan Bintang, cet. II.
Dahlan, Abdul Azis, 1987, Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam,
Jakarta: Beunebi Cipta.
Daradjat, Zakiah, Prof. Dr., 1986, Dasar-dasar Agama Islam, Jakarta: Binais
PTU.
-------, 1990, Haji Ibadah yang Unik, Jakarta: Ruhama.
-------, 1983, Materi Pokok Pendidikan Agama Islam, Jakarta: DEPDIKBUD.
Departemen Agama RI, 1975/1976, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: P.T.
Bumi Restu.
-------, 1991/1992, Muqaddimah Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Proyek
Pengadaan Kitab Suci Al-Quran.
-------, 1994, Pendidikan Agama Islam untuk Siswa SMU Kelas III, Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum
Negeri.

90
-------, 1981, Perbandingan Agama, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi Agama/IAIN Pusat.
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen DIKTI, 2002. Modul Acuan Proses
Pembelajaran Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: Dirat
Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Diknas RI.
Dimyathiy, Syaraf al-Din `Abd al-Mumin bin Khalaf, al-, 1994,
, Beirut: muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyah.
Fakhry, Majid, 1987, Sejarah Filsafat Islam, terj. Mulyadhi K., Jakarta: Pustaka
Jaya.
Faridl, Miftah, Drs., 1982, Pokok-pokok Ajaran Islam, Bandung: Pustaka.
Gauhar, Altaf, Editor, 1982, Tantangan Islam, terj. Anas Mahyudin, Bandung:
Pustaka.
Gazalba, Sidi, Drs., 1978, Ilmu, Filsafat, dan Islam tentang Manusia dan
Agama, Jakarta: Bulan Bintang.
Hamdan Mansoer, Drs., dkk, 2003. Materi Instruksional Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Dirat. PTAI Departemen
Agama RI.
HAMKA, 1984, Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
-------, 1982, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
Hasan, Hasan Ibrahim, 1989, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta:
Kota Kembang.
Hashem, M., 1983, Kekaguman Dunia terhadap Islam, Bandung: Pustaka.
Hasymi, Ali, 1981, Sejarah masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,
Bandung: P.T. Al-Ma`arif.
Hawwa, Sa`id, 1993, Ar-Rasul Muhammad Saw., terj. Kathur Suhardi, Solo:
Pustaka Mantiq, cet. IV.
Hitti, Philip K., t.t., Dunia Arab, Bandung: Sumur.
Imran, Muhammad Basiuni, 1336H/1918M, ,
Singapura: Al-Ahmadiyah.
Izutsu, Toshihiko, 1964, God and Man in the Koran: Semantics of the Koranic
Weltanschauung, Tokyo: KICLS.
Junus, Mahmud, Prof. H., 1968, Hukum Warisan (Harta Pusaka) Dalam Islam,
Djakarta: C.V. Al-Hidajah.
Kafie, Jamaluddin, 1981, Rukun Iman, Islam dan Ikhsan, Surabaya: Al Ikhlas.
LSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat), 1992, Ulumul Quran, Jurnal Ilmu
dan Kebudayaan, vol. III, no.2.
Madjid, Nurcholish, Dr., 1992, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina, cet. II.

91
Mahmudunnasir, Syed, 1988, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: C.V.
Rosda.
Nasution, Harun, Prof. Dr., 1973, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam,
Jakarta: Bulan Bintang.
-------, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI-Press, jilid I
dan II.
-------, 1975, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang.
-------, 1985, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press.
Nata, Abuddin, 1993, Al-Quran dan Hadits, Jakarta: Rajawali Press.
-------, 1993, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Rajawali Press.
Nolan, Smith dan Titus, 1984, Persoalan-persoalan Filsafat, terj. H.M. Rasjidi,
Jakarta: Bulan Bintang.
Osman, A. Latif, 1976, Ringkasan Sejarah Islam, Jakarta: Wijaya.
Pabali, 2002. Kiprah Anak Zaman. Gagasan, Pemikiran, dan Buah Karya
Maharaja Imam Sambas H. Basyuni Imran. Pontianak: Pusat Penelitian
Budaya Melayu Untan.
Putro, Suadi, Drs., MA., 1998, Mohammed Arkoun tentang Islam &
Modernitas, Jakarta: Paramadina.
Quamar, Jawaid, 1983, Tuhan dan Ilmu Pengetahuan Modern, terj. Lembaga
Pendidikan Agama IPB, Bandung: Pustaka.
Rahman, Afzalur, 1988, Al-Quran dan Berbagai Disiplin Ilmu, terj.
Zaimuddin, Jakarta: LP3SI.
Rahman, Budhy Munawar, editor, 1994, Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam
Sejarah, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina.
Rahman, Fatchur, 1981, Ikhtisar Musthalahu l Hadits, Bandung: P.T. Al-
Ma`arif.
Rakhmat, Jalaluddin, 1991, Islam Alternatif, Bandung: Mizan.
Rosyada, Dede, 1994, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Rajawali
Press.
Russell, Bertrand, 1974, History of Western Philosophy, London: George Allen
& Unwin LTD., edisi II cet. VII.
Sardar, Ziauddin, 1986, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, terj.
Rahmani Astuti, Bandung: Mizan.
Shihab, M. Quraish, 1993, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, cet. II.
-------, 2000, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, volume 1 dan 2.
-------, 2001, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, volume 3.
-------, 1999, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, cet.IX.

92
Sjadzali, H. Munawir, M.A., 1993, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,
edisi kelima.
Sjamsuar, Zumri Bestado, 1995, Menjernihkan Paradoks-Paradoks, Pontianak:
HMI Cabang Pontianak.
-------, 2000, Paradigma Pengembangan Manusia Bersumber Daya dengan
Sumber Daya Manusia, Pontianak: Koperasi Mahasiswa Universitas
Tanjungpura.
Smith, Huston, 1985, Agama-agama Manusia, Jakarta: Yayasan Obor.
Soe`yb, Joesoef, 1983, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Pustaka al-
Husna.
Stoddard, Lothrop, M.A., Ph.D., 1966, Dunia Baru Islam, Jakarta: Gunung
Agung.
Suparlan, Parsudi, 1990, Pengembangan Kebudayaan Individu dan
Masyarakat, Jakarta: Yayasan Obor.
Syari`ati, Ali, 1989, Ummah dan Imamah, terj. Afif Muhammad, Jakarta:
Pustaka Hidayah.
Tamimi, Kapten H. Semaun, BA., t.t., Leadership Rasulullah Saw dalam
Kemiliteran, t.t.p.: Penerbit Baru.
Taymiyah, Ibnu, t.t., , Iskandariyah: Daar
al-Iman.
Tim Dosen IKIP Bandung, 1995, Moral dan Kognisi Islam (Buku Teks Agama
Islam untuk Perguruan Tinggi Umum), Bandung: C.V. Alfabeta.
Watt, W. Montgomery, 1984, Muhammad, Nabi dan Negarawan, terj. Drs.
Djohan Effendi, Jakarta: C.V. Kuning Mas.
Zarnuji, Ibrahim al-, t.t., , Bandung: P.T. Al-Ma`arif.

***

93
94

You might also like