Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

ANALISIS SECARA SIMULTAN PARACETAMOL DAN IBUPROFEN

DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Dewangga Mahdiyar, Drs. H. Agus Taufiq, M.Si, Farida Nuraeni,S.Si, M.Si


Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pakuan Bogor.

ABSTRACT

High performance liquid chromatography (HPLC) is capable of analyzing various


samples in a single component and multi component simultaneously. Method of High
Performance Liquid Chromatography (HPLC), can be used in the analysis of
paracetamol and ibuprofen simultaneously, so necessary to study in determining the
method. Used four different mobile phase (method), the acetonitril-water, acetonitril-
0,05 M acetic acid, acetonitril-phosphate buffer pH 4,5 and acetonitril-phosphate buffer
pH 7,0. The content of the mobile phase with the best separation for paracetamol and
ibuprofen will be followed by determining the composition of the mobile phase to
obtain optimal separation in the analysis of Paracetamol and Ibuprofen simultaneously.
Then the method suitability test of specificity, linearity, precision, accuracy and
detection limits. The best separation results for Paracetamol and Ibuprofen is the mobile
phase on the content of buffer, such as Acetonitril-phosphate buffer pH 4,5 with the
optimum concentration of 70:30 and Acetonitril-phosphate buffer pH 7 with the
optimum concentration of 40:60. The results of both analytical methods to suitability
test of this method for testing positive eligible specificity, passed the test with a
correlation coefficient linearity entry requirements range from 0,998 to 1,002, passed
the test of precision with relative standard deviation value of not more than 2,0%,
passed the test of accuracy with the average of % recovery meets the requirements range
from 98,0 to 102,0%.

Keywords: High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Paracetamol,


Ibuprofen, Method Suitability Test.

PENDAHULUAN campuran berbagai zat berkhasiat.


Obat merupakan sediaan atau Kombinasi ini bertujuan untuk
paduan bahan-bahan yang siap untuk meningkatkan efek terapi dan
digunakan untuk mempengaruhi atau kemudahan dalam pemakaian. Salah satu
menyelidiki sistem fisiologi atau sediaan yang populer saat ini adalah
keadaan patologi dalam penetapan kombinasi parasetamol dan ibuprofen
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, yang merupakan obat analgesik. Obat ini
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan digunakan untuk mengurangi atau
kontrasepsi (Depkes RI, 2005). Menurut menghilangkan rasa nyeri dan
Ansel (1985), obat adalah zat yang menurunkan suhu badan yang tinggi.
digunakan untuk diagnosis, mengurangi Misalnya pada sakit kepala, sakit gigi,
rasa sakit, serta mengobati atau nyeri haid, keseleo, demam imunisasi,
mencegah penyakit pada manusia atau demam flu dan sebagainya. Obat-obatan
hewan. ini yang beredar sebagai obat bebas
Sediaan farmasi yang beredar di adalah untuk sakit yang ringan,
perdagangan sering berbentuk kombinasi sedangkan untuk sakit yang berat

1
(misalnya: sakit karena batu ginjal, batu Metode Penelitian
empedu dan kanker) dan untuk demam Metode penelitian dilakukan dengan
yang berlarut-larut membutuhkan menentukan fase gerak yang sesuai
pemeriksaan dokter. (Widodo, 2004). untuk memisahkan paracetamol dan
Pemilihan metode analisis mengacu ibuprofen dengan baik. Digunakan
pada monografi-monografi yang ada Detektor UV panjang gelombang 220
pada kompedia resmi seperti Farmakope nm dan empat macam fase gerak, yaitu
Indonesia (FI). Selain mengikuti metode acetonitril-air, acetonitril-asam asetat
analisis yang ada dalam kompedia, 0,05 M, acetonitril-buffer fosfat pH 4,5,
industri farmasi dapat mengembangkan acetonitril-buffer phosfat pH 7,0 dengan
metode analisis sendiri sesuai dengan laju alir 1,0 ml per menit. Komposisi
kebutuhannya sebagai metode alternatif, fase gerak dengan pemisahan paling
asalkan dapat dibuktikan bahwa metode optimal untuk paracetamol dan
alternatif tersebut valid sesuai ibuprofen akan digunakan untuk analisis
persyaratan yang telah ditetapkan. paracetamol dan ibuprofen secara
Metode Kromatografi Cair Kinerja simultan.
Tinggi (KCKT) dapat digunakan dalam
analisis penetapan kadar paracetamol Preparasi Larutan Standar
dan ibuprofen. Oleh karena itu perlu Ditimbang 35.0 mg standar
dilakukan pengujian dalam menentukan Paracetamol, dimasukkan serbuk standar
metode Kromatografi Cair Kinerja ke dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan
Tinggi (KCKT) yang merupakan metode dengan acetonitril. Setelah itu dilakukan
penting dalam analisa berbagai cuplikan Sonifikasi selama 15 menit, himpitkan
baik dalam komponen tunggal maupun dengan pelarut sampai tanda batas lalu
campuran. Penelitian ini bertujuan untuk dikocok. Pipet 2 ml larutan, masukkan
mendapatkan metode analisis campuran ke dalam labu ukur 25 ml, himpitkan
paracetamol dan ibuprofen dalam satu dengan pelarut hingga tanda batas lalu
sampel secara optimal dengan dikocok. Saring dengan membran filter
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi 0,20 um. Timbang 20.0 mg standar
(KCKT). Berdasarkan sifat kimia, Ibuprofen, masukkan serbuk contoh ke
kelarutan, serta penentuan fase diam dan dalam labu ukur 50 ml, larutkan dengan
fase gerak yang sesuai maka paracetamol fase gerak. Lakukan Sonifikasi selama
dan ibuprofen dapat dianalisis dari satu 15 menit, himpitkan dengan pelarut
sampel secara simultan. sampai tanda batas lalu dikocok. Pipet 2
ml larutan, masukkan ke dalam labu
BAHAN DAN METODE ukur 50 ml, himpitkan dengan pelarut
Bahan hingga tanda batas lalu dikocok. Saring
Bahan yang digunakan meliputi dengan membran filter 0,20 um.
sampel obat dengan merk A yang
mengandung Paracetamol dan Ibuprofen, Preparasi Larutan Standar Gabungan
baku pembanding sekunder paracetamol Ditimbang 35.0 mg standar
PT Bima Mitra Farma, baku pembanding Paracetamol dan timbang 20 mg
sekunder ibuprofen PT Bima Mitra standar Ibuprofen masukkan serbuk
Farma, Methanol HPLC Grade, standar ke dalam labu ukur 50 ml, bilas
Aquabidest HPLC Grade, Acetonitril dan dilarutkan dengan acetonitril.
HPLC Grade, Kalium dihidrogen fosfat, Setelah itu dilakukan Sonifikasi selama
Natrium dihidrogen fosfat dan diNatrium 15 menit, himpitkan dengan pelarut
hidrogen fosfat. sampai tanda batas lalu dikocok. Pipet 2

2
ml larutan, masukkan ke dalam labu puncak utama masing-masing larutan
ukur 25 ml, himpitkan dengan fase standar dan larutan sampel.
gerak hingga tanda batas lalu dikocok.
Saring dengan membran filter 0,20 um. 2. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen
dengan fase gerak acetonitril-asam
Preparasi Larutan Sampel asetat 0,05 M (50:50).
Ditimbang 20 tablet Paracetamol, Dibuat 1L fase gerak Acetonitril-
lalu digerus. Ditimbang serbuk contoh Asam asetat 0,05 M (50:50), lalu diaduk
70 mg. Dimasukkan serbuk contoh ke dengan magnetic stirer dan disaring
dalam labu ukur 50 ml, larutkan dengan dengan membran filter 0,45 ul.
acetonitril. Setela itu dilakukan Dikondisikan KCKT dengan
Sonifikasi selama 15 menit, himpitkan mengalirkan fase gerak menggunakan
dengan pelarut sampai tanda batas lalu pompa dengan laju alir 1,0 ml per menit
dikocok. Larutan disaring dengan kertas ke dalam kolom selama 30 menit.
saring whatman No.2. Pipet 2 ml larutan, Kemudian diinjeksikan larutan standar
masukkan ke dalam labu ukur 25 ml, paracetamol ke dalam KCKT dengan
himpitkan dengan fase gerak hingga volume suntikkan 20 ul. Larutan standar
tanda batas lalu dikocok. Saring dengan ibuprofen diinjeksikan ke dalam KCKT
membran filter 0,20 um. dengan volume suntikkan 20 ul. Hasil
analisis dibaca oleh detektor dan
Prosedur Percobaan dilakukan pengulangan sebanyak tiga
1. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen kali. Diinjeksikan larutan standar
dengan fase gerak acetonitril-air gabungan ke dalam KCKT dengan
(50:50). volume suntikkan 20 ul. Hasil analisis
Dibuat 1L fase gerak Acetonitril-Air dibaca oleh detektor dan dilakukan
(50:50), lalu diaduk dengan magnetic pengulangan sebanyak tiga kali.
stirer dan disaring dengan membran Diinjeksikan larutan sampel ke dalam
filter 0,45 ul. Dikondisikan KCKT KCKT dengan volume suntikkan 20 ul.
dengan mengalirkan fase gerak Hasil analisis dibaca oleh detektor dan
menggunakan pompa dengan laju alir dilakukan pengulangan sebanyak tiga
1,0 ml per menit ke dalam kolom selama kali. Setelah itu dihitung luas area
30 menit. Kemudian diinjeksikan larutan puncak utama masing-masing larutan
standar paracetamol ke dalam KCKT standar dan larutan sampel.
dengan volume suntikkan 20 ul. Larutan
standar ibuprofen diinjeksikan ke dalam 3. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen
KCKT dengan volume suntikkan 20 ul. dengan fase gerak acetonitril-buffer
Hasil analisis dibaca oleh detektor dan pH 4,5 (50:50).
dilakukan pengulangan sebanyak tiga Dibuat 1L fase gerak acetonitril-
kali. Diinjeksikan larutan standar Buffer fosfat pH 4,5 (50:50), lalu diaduk
gabungan ke dalam KCKT dengan dengan magnetic stirer dan disaring
volume suntikkan 20 ul. Hasil analisis dengan membran filter 0,45 ul.
dibaca oleh detektor dan dilakukan Dikondisikan KCKT dengan
pengulangan sebanyak tiga kali. mengalirkan fase gerak menggunakan
Diinjeksikan larutan sampel ke dalam pompa dengan laju alir 1,0 ml per menit
KCKT dengan volume suntikkan 20 ul. ke dalam kolom selama 30 menit.
Hasil analisis dibaca oleh detektor dan Kemudian diinjeksikan larutan standar
dilakukan pengulangan sebanyak tiga paracetamol ke dalam KCKT dengan
kali. Setelah itu dihitung luas area volume suntikkan 20 ul. Larutan standar

3
ibuprofen diinjeksikan ke dalam KCKT UJI KESESUAIAN METODE
dengan volume suntikkan 20 ul. Hasil ANALISIS
analisis dibaca oleh detektor dan Uji Kesesuaian metode dilakukan
dilakukan pengulangan sebanyak tiga untuk menentukan karakteristik dari
kali. Diinjeksikan larutan standar metode analisis yang terdiri dari
gabungan ke dalam KCKT dengan beberapa tahap :
volume suntikkan 20 ul. Hasil analisis 1. Spesifitas (Selektivitas)
dibaca oleh detektor dan dilakukan Disiapkan larutan standar, larutan
pengulangan sebanyak tiga kali. sampel, kemudian masing-masing
Diinjeksikan larutan sampel ke dalam larutan diinjeksikan ke dalam sistem
KCKT dengan volume suntikkan 20 ul. KCKT sesuai kondisi operasi, maka
Hasil analisis dibaca oleh detektor dan akan diperoleh kromatogram.
dilakukan pengulangan sebanyak tiga Kromatogram sampel yang dihasilkan
kali. Setelah itu dihitung luas area dibandingkan dengan standar. Syarat uji
puncak utama masing-masing larutan spesifitas adalah bentuk kromatogram
standar dan larutan sampel. yang dihasilkan sampel mirip dengan
standar, mempunyai waktu retensi yang
4. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen sama dengan standar.
dengan fase gerak acetonitril-buffer
pH 7.0 (50:50). 2. Linieritas
Dibuat 1L fase gerak Acetonitril- Disiapkan larutan standar dengan
Buffer fosfat pH 7,0 (50:50), lalu diaduk konsentrasi 80%, 90%, 100%, 110%,
dengan magnetic stirer dan disaring dan 120%. Dilakukan pengujian dengan
dengan membran filter 0,45 ul. menyuntikan tepat 20L dari masing-
Dikondisikan KCKT dengan masing larutan ke dalam sistem KCKT
mengalirkan fase gerak menggunakan sesuai kondisi operasi. Diplot dalam
pompa dengan laju alir 1,0 ml per menit grafik konsentrasi dan luas puncak
ke dalam kolom selama 30 menit. Paracetamol dan Ibuprofen kemudian
Kemudian diinjeksikan larutan standar dihitung intercept, slope dan koefisien
paracetamol ke dalam KCKT dengan korelasi dari regresi linier yang didapat.
volume suntikkan 20 ul. Larutan standar Syarat penerimaan linieritas adalah
ibuprofen diinjeksikan ke dalam KCKT koefisien korelasi 0,995.
dengan volume suntikkan 20 ul. Hasil Koefisien korelasi dihitung
analisis dibaca oleh detektor dan menggunakan rumus :
dilakukan pengulangan sebanyak tiga
X i X Yi Y
r

kali. Diinjeksikan larutan standar
gabungan ke dalam KCKT dengan
volume suntikkan 20 ul. Hasil analisis

Xi - X
2
Yi - Y 2 1/ 2

Keterangan :
dibaca oleh detektor dan dilakukan
r = Koefisien korelasi
pengulangan sebanyak tiga kali.
Xi = Data pada sumbu x (konsentrasi)
Diinjeksikan larutan sampel ke dalam
X = Konsentrasi rata-rata
KCKT dengan volume suntikkan 20 ul.
Yi = Data pada sumbu y (respon) alat
Hasil analisis dibaca oleh detektor dan
Y = Respon analisis rata-rata
dilakukan pengulangan sebanyak tiga
3. Presisi
kali. Setelah itu dihitung luas area
Disiapkan larutan sampel, analisis
puncak utama masing-masing larutan
kadar dilakukan dengan pengulangan 6
standar dan larutan sampel.
kali pada sampel dan dihitung

4
simpangan baku relatifnya menggunakan
rumus :

Xi - X
in
2

i 1
SB
n 1
SB Keterangan :
SBR 100 % SY = Simpangan Baku Residual
X Y = Luas Puncak
Keterangan : Yi = Luas Puncak dari Persamaan
SD = Standar deviasi/ simpangan Regresi
baku (SB) n = Jumlah Perlakuan
Xi X = Simpangan dan observasi
terhadap rata-rata sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
N = Banyaknya data 1. Analisis Paracetamol Dan Ibuprofen
%RSD = Relatif standar deviasi/ Dengan Fase Gerak Acetonitril-Air
simpangan baku relatif (50:50).
X = Rata-rata kadar Percobaan dengan fase gerak
acetonitril- air (50:50) pada larutan
4. Akurasi sampel didapatkan waktu retensi
Sejumlah zat aktif yang ditimbang paracetamol 1,883 menit, waktu retensi
teliti ditambahkan ke dalam campuran Ibuprofen 9,381 menit dan resolusi 4,781
plasebo sehingga menghasilkan dapat dilihat pada Gambar 1.
campuran dengan kadar 80%, 100% dan
120%, masing-masing diuji triplo.
Disiapkan masing-masing konsentrasi
sebanyak 3 replikasi (BPOM, 2006).
Disuntikkan masing-masing 20L dari
larutan sampel tersebut dan juga larutan
standar ke dalam sistem KCKT sesuai
kondisi operasi. Dihitung kadar, %
recovery, simpangan baku, dan
simpangan baku relatif dari Paracetamol Gambar 1. Kromatogram Larutan
dan Ibuprofen. Sampel Paracetamol Dan Ibuprofen Pada
Untuk menghitung % Recovery Fase Gerak Acetonitril-Air (50:50).
menggunakan rumus :
kadar terukur 2. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen
% recovery 100 %
kadar sebenarnya dengan fase gerak Acetonitril-Asam
asetat 0,05 M (50:50).
5. Batas deteksi (Limit of Detection) Percobaan dengan fase gerak
Data diolah secara statistik melalui acetonitril-asam asetat 0,05 M (50:50)
garis regresi linier dari kurva kalibrasi pada larutan sampel didapatkan waktu
(linieritas). Nilai pengukuran akan sama retensi paracetamol 1,907 menit, waktu
dengan nilai b pada persamaan garis retensi Ibuprofen 14,753 menit dan
linier y = bx + a. resolusi 32,618 dapat dilihat pada
Digunakan rumus sebagai berikut : Gambar 2.
(Miller, 2005)

5
fase geraknya untuk penyesuaian pada
pemisahan Paracetamol dan Ibuprofen.

4. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen


dengan fase gerak Acetonitril-
Buffer fosfat pH 7 (50:50).
Percobaan dengan fase gerak
acetonitril- buffer fosfat pH 7 (50:50)
pada larutan standar didapatkan waktu
Gambar 2. Kromatogram Larutan retensi paracetamol 1,890 menit, waktu
Sampel Paracetamol Dan Ibuprofen Pada retensi Ibuprofen 2,327 menit dan
Fase Gerak Acetonitril-Asam Asetat resolusi 1,949 dapat dilihat pada Gambar
0,05 M (50:50). 4.

3. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen


dengan fase gerak Acetonitril-
Buffer fosfat pH 4,5 (50:50).
Percobaan dengan fase gerak
acetonitril- buffer fosfat pH 4,5 (50:50)
pada larutan sampel didapatkan waktu
retensi paracetamol 1,889 menit, waktu
retensi Ibuprofen 12,376 menit dan Gambar 4. Kromatogram Larutan
resolusi 29,544 dapat dilihat pada Sampel Paracetamol Dan Ibuprofen Pada
Gambar 3. Fase Gerak Acetonitril-Buffer Fosfat pH
7 (50:50).
Paracetamol dan Ibuprofen terjadi
pemisahan yang kurang sempurna,
karena puncak yang dihasilkan
Paracetamol masih berdekatan dengan
Ibuprofen. Pada komposisi fase gerak ini
masih terdapat hambatan yang dihadapi
adalah waktu retensi untuk Ibuprofen
terlalu cepat sehingga berdekatan dengan
Gambar 3. Kromatogram Larutan Paracetamol, maka akan dilanjutkan
Sampel Paracetamol Dan Ibuprofen Pada dengan modifikasi konsentrasi fase
Fase Gerak Acetonitril-Buffer Fosfat pH gerak dengan mengubah perbandingan
4,5 (50:50). fase geraknya untuk penyesuaian pada
Paracetamol dan Ibuprofen terjadi pemisahan Paracetamol dan Ibuprofen.
pemisahan sempurna, karena puncak
yang dihasilkan Paracetamol terpisah 5. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen
sempurna dengan Ibuprofen. Pada dengan Modifikasi fase gerak
komposisi fase gerak ini masih terdapat Acetonitril-Buffer fosfat pH 4,5
hambatan waktu retensi untuk Ibuprofen (70:30).
terlalu jauh dengan Paracetamol Percobaan dengan fase gerak
sehingga memerlukan waktu analisis acetonitril- buffer fosfat pH 4,5 (70:30)
yang lama, oleh karena itu dilanjutkan pada larutan standar didapatkan waktu
dengan modifikasi konsentrasi fase retensi paracetamol 1,994 menit, waktu
gerak dengan mengubah perbandingan retensi Ibuprofen 4,853 menit dan
6
resolusi 14,384 dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 7. Kromatogram Larutan


Sampel Paracetamol Dan Ibuprofen Pada
Gambar 5. Kromatogram Larutan Fase Gerak Acetonitril-Buffer Fosfat pH
Standar Paracetamol Dan Ibuprofen Pada 7 (40:60).
Fase Gerak Acetonitril-Buffer Fosfat pH Percobaan dengan fase gerak
4,5 (70:30). acetonitril- buffer fosfat pH 7 (40:60)
Percobaan dengan fase gerak pada larutan standar didapatkan waktu
acetonitril- buffer fosfat pH 4,5 (70:30) retensi paracetamol 1,975 menit, waktu
pada larutan sampel didapatkan waktu retensi Ibuprofen 3,205 menit dan
retensi paracetamol 2,036 menit, waktu resolusi 3,121 dapat dilihat pada Gambar
retensi Ibuprofen 4,961 menit dan 8.
resolusi 14,525 dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 8. Kromatogram Larutan


Standar Paracetamol Dan Ibuprofen Pada
Gambar 6. Kromatogram Larutan Fase Gerak Acetonitril-Buffer Fosfat pH
Sampel Paracetamol Dan Ibuprofen Pada 7 (40:60).
Fase Gerak Acetonitril-Buffer Fosfat pH Pada analisis dengan fase gerak
4,5 (70:30). acetonitril- buffer fosfat pH 4,5 (70:30)
dan fase gerak acetonitril- buffer fosfat
6. Analisis Paracetamol dan Ibuprofen pH 7 (40:60) puncak yang dihasilkan
dengan Modifikasi fase gerak oleh Paracetamol dan Ibuprofen
Acetonitril-Buffer fosfat pH 7 menunjukkan pemisahan yang
(40:60). sempurna, hal tersebut terjadi karena
Percobaan dengan fase gerak adanya buffer. Penambahan buffer
acetonitril- buffer fosfat pH 7 (40:60) bertujuan agar pH larutan terjaga pada
pada larutan standar didapatkan waktu kondisinya. Suatu senyawa yang akan
retensi paracetamol 1,985 menit, waktu dianalisis menghasilkan ion sehingga ion
retensi Ibuprofen 3,214 menit dan tersebut akan mengganggu pemisahan
resolusi 3,088 dapat dilihat pada Gambar yang terjadi di dalam kolom, hal tersebut
7. dapat di atasi dengan ion suppression
(penahan ion), ion yang akan dihasilkan

7
akan ditahan pembentukannya dengan 3500000
mengkondisikan pH larutan agar y = 40689,74x + 45874,21
3000000 r = 0.9995
senyawa tersebut tidak mengion dengan
penambahan buffer (Meloan, 1999). 2500000
Pada modifikasi fase gerak acetonitril- 2000000
buffer fosfat pH 4,5 (70:30) dan 1500000
modifikasi fase gerak acetonitril-buffer
1000000
fosfat pH 7 (60:40) menunjukkan hasil
yang baik dengan pemisahan 500000
Area
Paracetamol dan Ibuprofen yang 0
sempurna, maka akan dilakukan uji 0.0 20.0 40.0 60.0
Konsentrasi (ppm)
80.0
kesesuaian metode agar metode tersebut Gambar 9. Kurva Linearitas Paracetamol
dapat digunakan dalam analisis dengan Fase Gerak Acetonitril-Buffer
Paracetamol dan Ibuprofen secara pH 4,5 (70:30)
optimal. Menurut data hasil linieritas pada
fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat pH
UJI KESESUAIAN METODE 4,5 (70:30), jika dibuat persamaan garis
ANALISIS regresi didapatkan kurva pada Gambar
1. Spesifitas 10 dan persamaan garis untuk standar
Pada fase gerak Acetonitril-Buffer Ibuprofen :
fosfat pH 4,5 (70:30) kromatogram y = bx + a
standar pada Gambar 5 mempunyai y = 64773,74 x 3043,79
waktu retensi yang sama dengan sampel
3000000 y = 64773,74x - 3043,79
pada Gambar 6 dan pada fase gerak
r = 0.9995
Acetonitril-Buffer fosfat pH 7 (40:60) 2500000
kromatogram standar pada Gambar 8
mempunyai waktu retensi yang sama 2000000
dengan sampel pada Gambar 7, sehingga 1500000
metode ini memberikan hasil yang sama
untuk waktu retensi dan bentuk 1000000
kromatogram yang sama untuk standar
500000
dan sampel. Oleh karena itu metode Area
analisis Paracetamol dan Ibuprofen 0
dengan KCKT memenuhi syarat uji 0.0 20.0
Konsentrasi 40.0
(ppm) 60.0
spesifitas.
Gambar 10. Kurva Linearitas Ibuprofen
dengan Fase Gerak
2. Linieritas
Acetonitril-Buffer pH 4,5 (70:30)
Menurut data hasil linieritas pada
Menurut data hasil linieritas pada
pada fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat
pada fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat
pH 4,5 (70:30), jika dibuat persamaan
pH 7 (40:60), jika dibuat persamaan
garis regresi didapatkan kurva pada
garis regresi didapatkan kurva pada
Gambar 9 dan persamaan garis untuk
Gambar 11 dan persamaan garis untuk
standar Paracetamol :
standar Paracetamol :
y = bx + a
y = bx + a
y = 40689,74 x + 45874,21
y = 36580,45x + 126186,5

8
3000000 y = 36580,45x + 126186,5 3. Presisi
r = 0.9997 Pada fase gerak Acetonitril-Buffer
2500000 fosfat pH 4,5 (70:30) dan fase gerak
Acetonitril-Buffer fosfat pH 7 (40:60),
2000000 analisis uji presisi sampel Paracetamol
1500000
dan ibuprofen dilakukan pada sampel
campuran memenuhi kriteria penerimaan
1000000 kadar 90%-110%. Presisi menunjukkan
derajat kesesuaian atau kedekatan setiap
500000 hasil analisis yang dilakukan berulang
Area
pada sampel yang homogen pada metode
0
analisis yang telah ditetapkan. Presisi
0.0 20.0 40.0 (ppm)
Konsentrasi 60.0 80.0
dinyatakan sebagai simpangan baku
Gambar 11. Kurva Linearitas relatif (SBR). Dari analisis didapatkan
Paracetamol dengan Fase Gerak simpangan baku relatif yang memenuhi
Acetonitril-Buffer pH 7 (40:60) persyaratan yaitu tidak lebih dari 2,0 %.
Menurut data hasil linieritas pada Hasil uji presisi untuk fase gerak
pada fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat Acetonitril-Buffer fosfat pH 4,5 (70:30)
pH 7 (40:60), jika dibuat persamaan dapat dilihat pada Tabel 1 dan hasil uji
garis regresi didapatkan kurva pada presisi untuk fase gerak Acetonitril-
Gambar 12 dan persamaan garis untuk Buffer fosfat pH 7 (40:60) dapat dilihat
standar Ibuprofen : pada Tabel 2.
y = bx + a
y = 5873,131x + 27740,93 4. Akurasi
Hasil analisis akurasi Paracetamol
3000000 y = 5873,131x - 27740,93 dan ibuprofen pada fase gerak
r = 0.9998 Acetonitril-Buffer fosfat pH 4,5 (70:30)
2500000
dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan
2000000 untuk fase gerak Acetonitril-Buffer
fosfat pH 7 (40:60) dapat dilihat pada
1500000 Tabel 4. Dari data hasil akurasi pada
analisis sampel Paracetamol dan
1000000
Ibuprofen memenuhi uji akurasi dengan
500000
rata-rata persen penerimaan perolehan
Area
kembali (recovery) memenuhi rentang
0 persyaratan 98,0 102,0 %.
0.0 20.0 40.0 60.0
Konsentrasi (ppm)
5. Batas Deteksi (Limit of Detection)
Gambar 12. Kurva Linearitas Ibuprofen. Batas deteksi (LOD) pada analisis
dengan Fase Gerak Acetonitril-Buffer dengan fase gerak Acetonitril-Buffer
pH 7 (40:60) fosfat pH 4,5 (70:30) Paracetamol dan
Dari analisis pada fase gerak Ibuprofen yang diperoleh berturut-turut
Acetonitril-Buffer fosfat pH 4,5 (70:30) sebesar 1,322 mg/L dan 0,809 mg/L.
dan pH 7 (40:60) didapatkan data yang Batas deteksi (LOD) pada analisis
memenuhi uji liniertas dengan nilai dengan fase gerak Acetonitril-Buffer
koefisien korelasi masuk rentang fosfat pH 7 (40:60) Paracetamol dan
persyaratan 0,998 1,002. Ibuprofen yang diperoleh berturut-turut
sebesar 1,110 mg/L dan 0,440 mg/L.

9
Tabel 1. Hasil Uji Presisi dengan fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat pH 4,5 (70:30)
Penimbangan Standar Bobot (mg) Area
Paracetamol 35,07 2325719
Ibuprofen 20,03 2073022
Kadar Kadar
Penimbangan Bobot Area Area
Paracetamol Ibuprofen
Sampel (mg) Paracetamol Ibuprofen
(%) (%)
Sampel 01 70,37 2344272 2040911 100,53 97,92
Sampel 02 70,39 2367782 2093488 101,50 100,41
Sampel 03 70,11 2377403 2117393 102,32 101,97
Sampel 04 70,22 2392473 2117873 102,81 101,83
Sampel 05 70,47 2414017 2067490 103,37 99,05
Sampel 06 70,23 2372505 2091556 101,94 100,55
Simpangan Baku Relatif 0,98 1,57
Bobot rata-rata tablet 700,19 mg

Tabel 2. Hasil Uji Presisi dengan fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat pH 7 (40:60)
Penimbangan Standar Bobot (mg) Area
Paracetamol 35,02 2183470
Ibuprofen 20,11 1845756
Kadar Kadar
Penimbangan Bobot Area Area
Paracetamol Ibuprofen
Sampel (mg) Paracetamol Ibuprofen
(%) (%)
Sampel 01 70,11 2205430 1810165 100,94 98,28
Sampel 02 70,22 2216791 1856064 101,30 100,61
Sampel 03 70,36 2240771 1887986 102,20 102,14
Sampel 04 70,16 2251445 1888729 102,98 102,47
Sampel 05 70,21 2274369 1889574 103,95 102,44
Sampel 06 70,29 2241788 1853234 102,35 100,36
Simpangan Baku Relatif 1,07 1,63
Bobot rata-rata tablet 700,06 mg

Tabel 3. Hasil Uji Akurasi dengan fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat pH 4,5 (70:30)
Level
Konsentrasi Area Area
Konsentrasi %Recovery %Recovery
(ppm) Paracetamol Ibuprofen
(%)
1871577 100,81 1628584 98,15
80 44,8 1864089 100,28 1620967 98,46
1893541 101,85 1639019 98,64
2329880 100,29 2145692 100,61
100 56,0 2386804 101,35 2186834 101,03
2358763 101,25 2165774 100,43
2813493 100,74 2455165 98,36
120 67,2 2809398 100,67 2466855 98,90
2805125 100,57 2464189 99,10

10
Tabel 4. Hasil Uji Akurasi Paracetamol dengan fase gerak Acetonitril-Buffer fosfat pH
7 (40:60)
Level
Konsentrasi Area Area
Konsentrasi %Recovery %Recovery
(ppm) Paracetamol Ibuprofen
(%)
1758252 101,00 1442180 98,19
80 44.8 1770882 101,67 1443443 98,22
1762548 101,69 1433886 98,04
2172908 98,30 1911324 102,43
100 56.0 2178676 98,48 1908232 102,22
2171835 98,33 1911083 102,55
2589086 98,87 2187706 99,01
120 67.2 2585506 98,79 2182326 98,83
2589268 98,96 2180091 98,75

KESIMPULAN DAN SARAN Metode ini disarankan untuk validasi


Berdasarkan hasil penelitian yang lengkap agar metode analisis dapat
telah dilakukan, diperoleh bahwa : digunakan untuk analisis rutin dan
1. Pemisahan terbaik untuk Paracetamol dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
dan Ibuprofen adalah pada fase gerak kesesuaian metode analisis Paracetamol
yang mengandung buffer, yaitu dan Ibuprofen terhadap obat dengan
Acetonitril : Buffer fosfat pH 4,5 bentuk sediaan selain tablet.
dengan konsentrasi optimum 70:30
dan Acetonitril : Buffer fosfat pH 7 DAFTAR PUSTAKA
dengan konsentrasi optimum 40:60.
Hasil yang diperoleh untuk fase gerak Anonim. 1995. Farmakope Indonesia .
Acetonitril : Buffer fosfat pH 4,5 Edisi IV. Departemen Kesehatan
(70:30) adalah Paracetamol pada Republik Indonesia.
waktu retensi 2,04 menit dan Anonim. 2005. The United States
Ibuprofen pada 4,96 menit dengan Pharmacopoeia XXVIII. United
waktu analisis 7 menit, sedangkan States Pharmacopoeia Convention,
hasil yang diperoleh untuk fase gerak inc. Rockville: 12061 Fwinbook
Acetonitril : Buffer fosfat pH 7 Parkway National Formulary XIX.
(40:60) adalah Paracetamol pada Ansel, C. Howard. 1985. Pengantar
waktu retensi 1,98 menit dan Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi
Ibuprofen pada 3,21 menit dengan keempat. Terjemahan : Farida
waktu analisis 6 menit. Ibrahim. Jakarta: U.I Press.
2. Hasil uji kesesuaian metode analisis Badan Pengawas Obat dan Makanan.
untuk kedua metode ini memenuhi 2006. Petunjuk Operasional
syarat untuk uji spesifitas, uji liniertas Penerapan Cara Pembuatan Obat
dengan nilai koefisien korelasi masuk yang Baik. Jakarta.
rentang persyaratan 0,998 1,002, uji Gandjar, G.H., dan Rohman, A., (2007).
presisi dengan nilai simpangan baku Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
relatif tidak lebih dari 2,0 %, dan uji Pelajar: Yogyakarta: hal.120, 164,
akurasi dengan rata-rata % 166.
penerimaan memenuhi rentang
persyaratan 98,0 102,0 %.

11
Gritter, J. 1985. Pengantar Meloan, E. Clifton. 1999. Chemical
Kromatografi, Edisi kedua. Separations Principles,
Terjemahan : Kosasih Techniques, and Experimen. John
Padmawinata. Bandung : Penerbit Wiley & Sons, Awiley Interscience
ITB. Publication.
Harold, H. 1983. Kimia Organik, Edisi Miller, J. N. dan J. C. Miller. 2005.
keenam. Terjemahan : Dr. Suminar Statistics and Chemometrics for
Achmadi Ph.D. Jakarta : Penerbit Analytical Chemistry, 5th Edition.
Erlangga. Pearson Education, Ltd.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Moeljohardjo, Djoko S. 1998. Vitamin
Validasi Metode dan Cara dan Peran Metaboliknya. Bogor:
Perhitunganya. Review Artikel. Universitas Pakuan.
Majalah Ilmu Kefarmasian: Mulja, M. dan A. Syahrani. 1991.
Volume I(3): hal.117-135. KCKT, Teori Dasar, Instrumentasi
Hayun, Harianto dan Yenti. 2006. dan Aplikasi. Surabaya:
Penetapan Kadar Tripolidina Meshphisso Grafika.
Hidroklorida dan Pseudoefedrina Mulja, M dan Suharman. 1995. Analisis
Hidroklorida dalam Tablet Anti Instrumental. Surabaya: Airlangga
Influenza Secara Spektrofotometri University Press.
Derivatif. Majalah Ilmu Siswandono dan Soekardjo, B., (2000).
Kefarmasian, Vol. III, No. 1, April Kimia Medisinal. Edisi 2.
2006, 94 105. Surabaya: Airlangga University
International Conference On Press. hal. 291.303
Harmonisation (ICH) Expert Snyder, L. R., J. J. Kirkland dan J. W.
Working Group. 2005. ICH Dolan. 2010. Introduction to
Harmonised Tripartite Guideline Modern Liquid Chromatography,
Q2 R1 - Validation of Analytical Third Edition. John Wiley & Sons,
Procedures : Text and Inc. New Jersey.
Methodology. ICH of Technical Widjaja, M. C. 2001. Mencegah dan
Requirements for Registration of Mengatasi Demam Pada Balita.
Pharmaceuticals for Human Use. Kawan Pustaka. Jakarta
Geneva. Widodo, R. 2004. Panduan Keluarga
Lindsay, S. 1992. High performance Memilih dan Menggunakan Obat.
liquid chrotomagraphy.second Kreasi Wacana. Yogyakarta.
edition, John Wiley &Sons,
Chischer, New York, Brisbane,
Toronto, Singapore

12

You might also like