Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Widia EW.

et al, Beberapa Faktor

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI KELURAHAN PLOSO KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009
Widia Eka Wati.*,
Dwi Astuti, S.Pd., M.Kes. dan Sri Darnoto, SKM. **
* Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat FIK UMS
** Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat FIK UMS

FACTORS RELATED TO THE OCCURRENCE


OF DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
IN PLOSO VILLAGE OF PACITAN SUBDISTRCT IN 2009

ABSTRACT

At the present, the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of health problem In Indonesia.In
2008, The Incident of DHF in Ploso village have 37 cases. From 15 villages, Ploso village is
including area with highest DHF case in Puskesmas Tanjungsari area. This research purpose is to
know some factors related to with incident DHF in Ploso village, Pacitan subdistric in 2009. Type
of research is observational research with using survey and interview method which the approach
research is a cross sectional study. Amount of Samples are 75 housewives. The Sampling
technique uses a Simple Random Sampling. The data is Collected with interview and live
monitoring at container. The data is analyzed with Chi Square test at level confident 95% which
SPSS program version 14.0 analyzes the data. The conclusion represents that existence of
mosquito Aedes aegypti larva at container (p=0,001), hanging clothes (p=0,001), container cover
availability (p=0,001), frequency of cleaning the container (p=0,027), knowledge of respondent
about DHF (p=0,030) have connected to incident of DHF in Ploso village, Pacitan subdistric in
2009. The suggestion to the people that the 3 M plus activity more intensively to decrease the
number of DHF spreading. Thus, the community must reduce of clothes hanging habit.

Keyword : Incident DHF, Environment factor, Knowledge, Housewives.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 22


Widia EW. et al, Beberapa Faktor

ABSTRAK

Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Kejadian DBD di Kelurahan Ploso tahun 2008 sebanyak 37
kasus. Dari 15 desa, Kelurahan Ploso termasuk daerah dengan kasus paling tinggi di wilayah kerja
Puskesmas Tanjungsari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang
berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan
tahun 2009. Jenis penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan metode survei dan
wawancara dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 75
ibu rumah tangga. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan secara langsung pada kontainer.
Hasil penelitian di uji secara statistik dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%
menggunakan program SPSS versi 14.0. Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan antara
keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer (p=0,001), kebiasaan menggantung pakaian
(p=0,001), ketersediaan tutup pada kontainer (p=0,001), frekuensi pengurasan kontainer
(p=0,027), pengetahuan responden tentang DBD (p=0,030) dengan kejadian DBD di Kelurahan
Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Saran kepada masyarakat bahwa aktif dalam kegiatan 3M
plus harus lebih diintensifkan secara mandiri agar dapat mengurangi keberadaan jentik,
masyarakat juga harus merubah kebiasaan menggantung pakaian dengan maksud untuk menekan
penularan penyakit DBD.

Kata kunci : Kejadian DBD, Faktor lingkungan, Pengetahuan, Ibu rumah tangga.

PENDAHULUAN manusia melalui vektor Aedes.


Penyakit Demam Berdarah Dengue Sehubungan dengan morbiditas dan
(DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever mortalitasnya, DBD disebut the most
(DHF) sampai saat ini merupakan salah mosquito transmitted disease (Djunaedi,
satu masalah kesehatan masyarakat di 2006). Penyakit DBD di Indonesia
Indonesia yang cenderung meningkat pertama kali terjadi di Surabaya pada
jumlah pasien serta semakin luas tahun 1968, dan di Jakarta dilaporkan pada
penyebarannya. Penyakit DBD ini tahun 1969. Pada tahun 1994 kasus DBD
ditemukan hampir di seluruh belahan menyebar ke 27 provinsi di Indonesia.
dunia terutama di negaranegara tropik Sejak tahun 1968 angka kesakitan kasus
dan subtropik, baik sebagai penyakit DBD di Indonesia terus meningkat, tahun
endemik maupun epidemik. Hasil studi 1968 jumlah kasus DBD sebanyak 53
epidemiologik menunjukkan bahwa DBD orang (Incidence Rate (IR) 0.05/100.000
menyerang kelompok umur balita sampai penduduk) meninggal 24 orang (42,8%).
dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Pada tahun 1988 terjadi peningkatan kasus
Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi sebanyak 47.573 orang (IR 27,09/100.000
di daerah endemik dan berkaitan dengan penduduk) dengan kematian 1.527 orang
datangnya musim hujan, sehingga terjadi (3,2%) (Hadinegoro dan Satari, 2002).
peningkatan aktifitas vektor dengue pada Jumlah kasus DBD cenderung
musim hujan yang dapat menyebabkan menunjukkan peningkatan baik dalam
terjadinya penularan penyakit DBD pada jumlah maupun luas wilayah yang
JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 23
Widia EW. et al, Beberapa Faktor

terjangkit, dan secara sporadis selalu kasus DBD dalam 3 tahun terakhir
terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada mengalami peningkatan. Pada tahun 2005
tahun 1988 dengan IR 27,09/100.000 ditemukan 82 kasus, tahun 2006
penduduk, tahun 1998 dengan IR ditemukan 156 kasus, pada tahun 2007
35,19/100.000 penduduk dan Case ditemukan 362 kasus dan pada tahun 2008
Fatality Rate (CFR) 2 %, pada tahun 1999 ditemukan 449 kasus. Pada tahun 2007
IR menurun sebesar 10,17/100.000 jumlah kematian akibat penyakit DBD
penduduk (tahun 2002), 23,87/100.000 ditemukan sebanyak 2 orang, attack rate
penduduk (tahun 2003) (Kusriastusi, 0,07%, CFR 0,55% dan pada tahun 2008
2005). jumlah kematian ditemukan sebanyak 4
Penyebaran kasus DBD di Jawa orang, attack rate 0,083% dan CFR
Timur terdapat di 38 kabupaten/kota 0,75%. Dari standar WHO, sebuah daerah
(semua kabupaten/kota) dan juga di dapat dikatakan baik penanganan kasus
beberapa kecamatan atau desa yang ada di DBD bila nilai CFR-nya di bawah 1%.
wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Jadi penanganan kasus DBD di Kabupaten
Jumlah kasus dan kematian akibat Pacitan dapat dikatakan baik. Sesuai
penyakit DBD di Jawa Timur selama 5 dengan indikator keberhasilan propinsi
tahun terakhir cenderung mengalami Jawa Timur untuk angka kesakitan DBD
peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004 per-100.000 penduduk adalah 5 (Dinkes
terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis, Jatim, 2006).
yaitu tahun 2001 sebanyak 8246 kasus (IR Berdasarkan data penyebaran
23,50/100.000 penduduk), dan tahun 2004 kasus DBD per desa dari Dinas Kesehatan
(sampai dengan Mei) sebanyak 7180 kasus Pacitan selama 3 tahun terakhir jumlah
(IR 20,34/100.000 penduduk). kasus DBD di Puskesmas Tanjungsari
Berdasarkan penyebaran kasus DBD di terus mengalami peningkatan, mulai dari
Jawa Timur, Kabupaten Pacitan termasuk tahun 2006 ditemukan sebanyak 72 kasus,
salah satu daerah penyebaran kasus DBD tahun 2007 sebanyak 132 kasus dan tahun
dengan IR <10/100.000 penduduk (Huda, 2008 ditemukan kasus DBD sebanyak 218
2004). kasus. Wilayah kerja Puskesmas
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Tanjungsari yang melayani 15
Kabupaten Pacitan tahun 2007 kasus DBD desa/kelurahan merupakan daerah dengan
di daerah tersebut dari tahun ke tahun jumlah kasus DBD terbanyak tiap
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahunnya. Dari 15 desa/kelurahan terdapat
tahun 2007 KLB DBD terjadi di semua 3 desa yang selama 3 tahun terakhir
Kecamatan yang ada di wilayah mengalami peningkatan jumlah kasus
Kabupaten Pacitan, dan kasus terbanyak DBD nya yaitu Kelurahan Tanjungsari
terjadi di Kecamatan Pacitan pada wilayah pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun
kerja Puskesmas Tanjungsari. Dalam 2006 ditemukan 25 kasus, tahun 2007
profil dinas kesehatan disebutkan jumlah ditemukan 22 kasus dan tahun 2008
JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 24
Widia EW. et al, Beberapa Faktor

ditemukan 14 kasus; Kelurahan Pacitan pada kontainer, kebiasaan menggantung


pada tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun pakaian, ketersediaan tutup pada
2006 ditemukan 5 kasus, tahun 2007 kontainer, frekuensi pengurasan kontainer
ditemukan 19 kasus dan tahun 2008 dan pengetahuan responden tentang DBD,
ditemukan 45 kasus; dan Kelurahan Ploso sehingga dapat membantu dalam
tahun 2005 tidak ada kasus, tahun 2006 menurunkan jumlah kesakitan dan
ditemukan 10 kasus, tahun 2007 kematian akibat penyakit DBD serta
ditemukan 32 kasus dan tahun 2008 membantu masyarakat untuk lebih
ditemukan 37 kasus. memperhatikan faktor-faktor apa saja yang
Berdasarkan data tersebut dapat bisa menjadi penyebab penularan penyakit
dilihat bahwa kelurahan dengan jumlah DBD.
kasus DBD paling banyak tiap tahunnya Tujuan Penelitian
adalah Kelurahan Ploso. Melihat jumlah 1. Untuk mengetahui hubungan
kasus DBD 3 tahun terakhir di Kelurahan antara keberadaan jentik Aedes
Ploso yang selalu meningkat, hal ini aegypti pada kontainer dengan
disebabkan karena lokasi rumah warga kejadian DBD di Kelurahan Ploso
yang dekat pasar, lingkungan sekitar Kecamatan Pacitan.
rumah yang dekat dengan kebun, 2. Untuk mengetahui hubungan
masyarakat masih terlihat membuang antara kebiasaan menggantung
sampah sembarangan, peran serta pakaian dengan kejadian DBD di
masyarakat dalam pelaksanaan PSN Kelurahan Ploso Kecamatan
kurang (JUMANTIK tidak berjalan), Pacitan.
kurangnya penyuluhan tentang DBD. 3. Untuk mengetahui hubungan
Sehingga dapat digambarkan bahwa antara ketersediaan tutup pada
perilaku masyarakat Ploso khususnya kontainer dengan kejadian DBD di
kepala keluarga kurang memperhatikan Kelurahan Ploso Kecamatan
kebersihan lingkungan dan belum Pacitan.
melakukan pencegahan serta 4. Untuk mengetahui hubungan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN- antara frekuensi pengurasan
DBD) dengan mengendalikan nyamuk kontainer dengan kejadian DBD di
vektor Aedes aegypti. Kelurahan Ploso Kecamatan
Dari beberapa faktor lingkungan Pacitan.
yang ada di kelurahan Ploso peneliti ingin 5. Untuk mengetahui hubungan
meneliti lebih lanjut mengenai beberapa antara pengetahuan responden
faktor lain yang berhubungan dengan tentang DBD dengan kejadian
kejadian DBD di kelurahan Ploso yang DBD di Kelurahan Ploso
meliputi keberadaan jentik Aedes aegypti Kecamatan Pacitan.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 25


Widia EW. et al, Beberapa Faktor

METODE PENELITIAN RW dan 13 RT dan setiap RT jumlah


Jenis dan Rancangan Penelitian kepala keluarganya berbeda-beda.
Jenis penelitian yang dilakukan Teknik Pengambilan Sampel, adalah,
adalah observasional dengan dengan membuat undian sejumlah ibu
menggunakan metode survei dan rumah tangga yang ada di Kelurahan
wawancara dengan pendekatan cross Ploso sebanyak 441, kemudian dari
sectional study, yaitu rancangan studi jumlah tersebut di kocok dan diambil
epidemiologi yang mempelajari 75 ibu rumah tangga yang kemudian
hubungan penyakit dan paparan (faktor dijadikan sampel pada saat penelitian.
penelitian) dengan cara mengamati Pengumpulan data
status paparan dan penyakit pada Data primer diperoleh dari
individu-individu dari populasi tunggal survei ke lokasi di Kelurahan Ploso
pada satu saat atau periode (Murti, Kecamatan Pacitan dan wawancara
1997). langsung kepada responden dengan
Subjek Penelitian menggunakan pedoman wawancara
Subjek dalam penelitian ini semi terstruktur dan disesuaikan
adalah Ibu rumah tangga yang dengan tujuan penelitian. Data
memenuhi kriteria inklusi sebagai sekunder diperoleh dari Puskesmas
berikut: Tanjungsari maupun data yang
1. Ibu rumah tangga yang bertempat diperoleh dari Dinas Kesehatan
tinggal dan tercatat sebagai Kabupaten Pacitan, serta data
penduduk di wilayah Kelurahan penduduk atau monografi yang
Ploso. diperoleh dari Kelurahan Ploso. Cara
2. Dapat berkomunikasi dengan baik. pengumpulan data dilakukan dengan
3. Bersedia menjadi responden wawancara dan pengamatan secara
Populasi dan Sampel langsung pada kontainer serta
Populasi, adalah ibu rumah tangga observasi untuk mengetahui faktor
yang sesuai dengan kriteria inklusi lingkungan di rumah responden.
dengan jumlah sebanyak 441 orang.
Sampel, adalah 75 ibu rumah tangga
di Kelurahan Ploso Kecamatan
Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3

HASIL PENELITIAN kuburan 0,5 ha/m2, luas pekarangan,


Gambaran Umum Lokasi Penelitian 60,100 ha/m2 , luas perkantoran 0,5
Desa Ploso memiliki luas wilayah ha/m2 , dan luas prasarana umum 0,13
penggunaan yaitu pemukiman ha/m2. terdiri dari 1.758 KK dengan
2
79,75ha/m , luas persawahan 103,02 jumlah penduduk sebanyak 6.415 jiwa,
ha/m2, luas perkebunan 81 ha/m2, luas dengan perincian jumlah penduduk
JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 2
Widia EW. et al, Beberapa Faktor

laki-laki sebanyak 3.128 jiwa dan


jumlah penduduk perempuan sebanyak 2. Keberadaan Jentik Aedes aegypti
3287 jiwa. Pada Kontainer
Tingkat pendidikan penduduk Hasil penelitian mengenai
Desa Ploso sebagian besar telah pemeriksaan jentik Aedes aegypti
mengenyam pendidikan dasar 9 tahun, pada kontainer diperoleh dari
yaitu pada pendidikan SLTA sebanyak penghitungan jumlah kontainer
2866 orang (51%) dan SLTP sebanyak seperti di bak mandi, drum,
740 orang (13%). tempayan dan lain-lain. Setelah
Hasil Analisis Univariat dilakukan perhitungan dengan
Sebelum dilakukan kontainer indek diperoleh hasil
pembahasan pada setiap variabel bahwa rumah responden yang
penelitian, terlebih dahulu terdapat jentik sebesar 48
didiskripsikan karakteristik personal responden (64%), sementara yang
responden yang meliputi umur dan tidak ada jentik sebanyak 27
tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil responden (36%). Hasil
wawancara diperoleh data sebagai selengkapnya ditampilkan pada
berikut: Tabel 2.
1. Karakteristik Responden 3. Kebiasaan Menggantung Pakaian
a. Umur responden Hasil penelitian mengenai
Responden rata-rata berumur kebiasaan menggantung pakaian
36 tahun dengan usia termuda diperoleh dari Pemeriksaan tempat
adalah 22 tahun dan usia tertua responden menggantung pakaian di
umur 62 tahun. dalam rumah (bukan di almari),
b. Tingkat pendidikan responden kemudian diperoleh hasil bahwa
Tingkat pendidikan responden responden melakukan kebiasaan
sebagian besar adalah SLTA menggantung pakaian sebanyak 52
sebanyak 30 orang (40%). Hasil responden (69,3%) dan yang tidak
selengkapnya ditampilkan pada biasa sebanyak 23 responden
Tabel 1. (30,7%). Hasil selengkapnya
ditampilkan pada Tabel 2.
4. Ketersediaan Tutup Pada
Kontainer
Hasil penelitian mengenai
ketersediaan tutup pada kontainer
diperoleh dari pemeriksaan ada
atau tidak tutup kontainer,
kemudian diperoleh hasil bahwa
rumah responden yang tidak ada
JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 27
Widia EW. et al, Beberapa Faktor

tutup pada kontainer sebanyak 41 Hasil penelitian mengenai


responden (54,7%) dan yang ada kejadian DBD diperoleh dari hasil
tutup kontainer sebanyak 34 wawancara kepada responden,
responden (45,3%). Hasil kemudian dari hasil wawancara
selengkapnya ditampilkan pada diketahui bahwa kejadian DBD
Tabel 2. yang menyerang masyarakat Desa
5. Frekuensi Pengurasan Kontainer Ploso dimana yang tidak pernah
Hasil penelitian mengenai sakit DBD sebanyak 21 responden
frekuensi pengurasan kontainer (28%) dan yang pernah sakit 54
diperoleh dari hasil wawancara responden (72%). Hasil
kepada responden, kemudian selengkapnya ditampilkan pada
diperoleh hasil bahwa responden Tabel 2.
melakukan tindakan pengurasan
pada kontainer dalam waktu lebih
dari 1 minggu hanya 1 kali
menguras sebanyak 47 responden
(62,7%), sementara responden
yang melakukan pengurasan 1-2
kali seminggu sebanyak 28
responden (37,3%). Hasil
selengkapnya ditampilkan pada
Tabel 2.
6. Pengetahuan Responden Tentang
DBD
Hasil penelitian mengenai
pengetahuan responden tentang
DBD diperoleh dari hasil
wawancara kepada responden,
kemudian diperoleh hasil bahwa
tingkat pengetahuan responden
dalam kategori baik sebanyak 35 B. Hasil Analisis Bivariat
responden (46,7%) sedangkan Analisis bivariat bertujuan untuk
tingkat pengetahuan responden mengetahui hubungan antara variabel
kategori kurang sebanyak 40 bebas dengan variabel terikat. Tujuan
responden (53,3%). Hasil penelitian ini adalah mengetahui faktor-
selengkapnya ditampilkan pada faktor yang berhubungan dengan kejadian
Tabel 2. demam berdarah dengue di Kelurahan
7. Kejadian DBD Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
Pengujian hipotesis penelitian ini
JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 28
Widia EW. et al, Beberapa Faktor

menggunakan uji Chi Square. Pengujian berusaha dipikirkan sebaik mungkin


data penelitian menggunakan bantuan dalam menyelesaikan masalah
program SPSS versi 14.00 for Windows. tersebut. Orang yang berpendidikan
Hasil uji bivariat menggunakan chi cenderung akan mampu berpikir
square pada masingmasing variabel yaitu tenang terhadap suatu masalah.
variabel keberadaan jentik Aedes aegypti Masyarakat yang memiliki tingkat
pada kontainer, kebiasaan menggantung pendidikan lebih tinggi lebih
pakaian, ketersediaan tutup pada berorientasi pada tindakan preventif,
kontainer, frekuensi pengurasan kontainer, mengetahui lebih banyak tentang
pengetahuan responden tentang DBD masalah kesehatan dan memiliki status
ditampilkan pada Tabel 3. kesehatan yang lebih baik (Widyastuti,
2005).
B. Hubungan Antara Keberadaan
Jentik Aedes aegypti Pada Kontainer
dengan Kejadian DBD
Hasil penelitian mengenai
kejadian DBD dengan keberadaan
jentik Aedes aegypti pada kontainer
menunjukkan bahwa nilai p = 0,001.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,
sehingga faktor keberadaan jentik
Aedes aegypti pada kontainer
PEMBAHASAN mempunyai hubungan terhadap
A. Karakteristik Responden kejadian DBD di Kelurahan Ploso
Data hasil penelitian Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Hal
menunjukkan bahwa 75 responden ini dikarenakan masih banyak
penelitian diketahui umur responden ditemukan jentik Aedes setiap
terbanyak antara 31-40 tahun sebanyak kontainer yang diperiksa di rumah
29 responden (38.67%). responden saat dilakukan observasi.
Hasil wawancara dari 75 Dari hasil tersebut dimungkinkan
responden di 13 RT Desa Ploso bahwa responden belum secara
diketahui bahwa tingkat pendidikan maksimal memutus rantai
responden terbanyak adalah SLTA perkembangbiakan nyamuk dengan
yaitu sebesar 30 responden (40%). Hal cara membasmi jentik-jentik nyamuk
ini menunjukkan bahwa pendidikan dengan melakukan 3 M plus sehingga
responden di Desa Ploso tergolong tidak sampai menjadi nyamuk dewasa.
tinggi. Seorang yang berpendidikan Kegiatan 3 M plus harus sering
ketika menemui suatu masalah akan dilakukan oleh masyarakat di

JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 29


Widia EW. et al, Beberapa Faktor

lingkungan tempat tinggalnya masing- dimana nilai p = 0,001. Dengan


masing. demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
C. Hubungan Antara Kebiasaan ditolak dan Ha diterima.
Menggantung Pakaian dengan Pentingnya ketersediaan tutup
Kejadian DBD
pada kontainer sangat mutlak
Hasil penelitian mengenai
diperlukan untuk menekan jumlah
kejadian DBD dengan kebiasaan
nyamuk yang hinggap pada kontainer,
menggantung pakaian di Kelurahan
dimana kontainer tersebut menjadi
Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009
media berkembangbiaknya nyamuk
menunjukkan dimana nilai p = 0,001.
Aedes aegypti. Apabila semua
Dengan demikian dapat disimpulkan
masyarakat telah menyadari
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima,
pentingnya penutup kontainer,
sehingga faktor kebiasaan
diharapkan keberadaan nyamuk dapat
menggantung pakaian mempunyai
diberantas, namun kondisi ini
hubungan terhadap kejadian DBD di
tampaknya belum dilaksakanakan
Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan
secara maksimal.
Tahun 2009. Dari hasil tersebut berarti
E. Hubungan Antara Frekuensi
bahwa responden yang masih memiliki
Pengurasan Kontainer dengan
kebiasaan menggantung pakaian Kejadian DBD
memiliki peluang untuk bisa terkena Hasil penelitian mengenai
penyakit DBD dari pada responden kejadian DBD dengan frekuensi
yang tidak memiliki kebiasaan pengurasan kontainer menunjukkan
menggantung pakaian. Seharusnya bahwa frekuensi pengurasan kontainer
pakaian-pakaian yang tergantung di mempunyai hubungan terhadap
balik lemari atau di balik pintu kejadian DBD di Kelurahan Ploso
sebaiknya dilipat dan disimpan dalam Kecamatan Pacitan Tahun 2009
almari, karena nyamuk Aedes aegypti dimana nilai p = 0,027. Dengan
senang hinggap dan beristirahat di demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
tempat-tempat gelap dan kain yang ditolak dan Ha diterima. Hal ini bisa
tergantung (Yatim, 2007). jadi disebabkan karena secara umum
D. Hubungan Antara Ketersediaan nyamuk meletakkan telurnya pada
Tutup pada Kontainer dengan dinding tempat penampungan air, oleh
Kejadian DBD
karena itu pada waktu pengurasan atau
Hasil penelitian mengenai
pembersihan tempat penampungan air
kejadian DBD dengan ketersediaan
dianjurkan menggosok atau menyikat
tutup pada kontainer menunjukkan
dinding-dindingnya (Sutaryo, 2005).
bahwa ada hubungan antara
Pengurasan tempat-tempat
ketersediaan tutup pada kontainer
penampungan air perlu dilakukan
dengan kejadian DBD di Kelurahan
secara teratur sekurang-kurangnya
Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009
JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 30
Widia EW. et al, Beberapa Faktor

seminggu sekali agar nyamuk tidak pengetahuan tentang DBD


dapat berkembangbiak di tempat itu. menunjukkan bahwa faktor
Pada saat ini telah dikenal pula istilah pengetahuan mempunyai hubungan
3M plus, yaitu kegiatan 3M yang terhadap kejadian DBD di Kelurahan
diperluas. Ploso Kecamatan Pacitan tahun 2009
F. Hubungan Antara Pengetahuan dimana nilai p = 0,030. Dengan
Responden tentang DBD dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho
Kejadian DBD
ditolak dan Ha diterima.
Hasil penelitian mengenai
kejadian DBD dengan tingkat

KESIMPULAN DAN SARAN Saran


Kesimpulan 1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas
Berdasarkan hasil penelitian, Kesehatan
analisis data dan pembahasan, peneliti Dari kejadian yang ditemukan
mengambil kesimpulan sebagai berikut: di lapangan, sebaiknya pihak instansi
1. Ada hubungan antara keberadaan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
jentik Aedes aegypti pada kontainer Kabupaten Pacitan lebih
dengan kejadian DBD di Kelurahan mengintensifkan kegiatan
Ploso Kecamatan Pacitan Tahun pemeriksaan jentik berkala dan
2009. menggalakkan program 3M plus di
2. Ada hubungan antara kebiasaan lingkungan sekitar, sehingga dapat
menggantung pakaian dengan dijadikan sebagai monitoring.
kejadian DBD di Kelurahan Ploso 2. Bagi Masyarakat
Kecamatan Pacitan Tahun 2009. Diharapkan masyarakat untuk
3. Ada hubungan antara ketersediaan lebih memperhatikan kegiatan 3M
tutup pada kontainer dengan kejadian plus dan pelaksanaan PSNDBD
DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan secara mandiri dan teratur sesuai
Pacitan Tahun 2009. standar agar dapat mengurangi
4. Ada hubungan antara frekuensi keberadaan jentik dan masyarakat
pengurasan kontainer dengan harus lebih memperhatikan perilaku
kejadian DBD di Kelurahan Ploso kebiasaan menggantung, karena
Kecamatan Pacitan Tahun 2009. nyamuk itu menyukai benda yang
5. Ada hubungan antara pengetahuan menggatung seperti pakaian. Dengan
responden tentang DBD dengan melaksanakan dan merubah
kejadian DBD di Kelurahan Ploso kebiasaan tersebut maka penularan
Kecamatan Pacitan Tahun 2009. penyakit demam berdarah dengue
dapat ditekan.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 31


Widia EW. et al, Beberapa Faktor

3. Bagi Peneliti lain DKK Pacitan. 2008a. Profil Kesehatan


Hasil penelitian ini dapat Kabupaten Pacitan Tahun 2007.
Pacitan: PemKab Pacitan Dinas
diteruskan oleh peneliti lain dengan
Kesehatan Tahun 2008.
menambah jumlah variabel dan DKK Pacitan.2008b. Data Penyebaran
jumlah sampel penelitian, sehingga Kasus Demam Berdarah Dengue
diharapkan dapat memperkuat Perdesa Tahun 2003 Sampai
Tahun 2007. Pacitan: Dinas
keputusan yang akan diambil.
Kesehatan Pacitan.
Duma N., Darmawansyah, Arsin AA.
2007. Analisis Faktor Yang
DAFTAR PUSTAKA Berhubungan Dengan Kejadian
Arsin AA dan Wahiduddin. 2004. Faktor- Demam Berdarah Dengue Di
faktor yang Berpengaruh Kecamatan Baruga Kota Kendari
Terhadap Kejadian Demam 2007. Vol. 4 No. 2. September
Berdarah Dengue Di Kota 2007: 91-100.
Makasar. Jurnal Kedokteran Fathi, Keman S., Wahyuni CU. 2005.
Yarsi. ISSN: 0854-1159 Vol. 12 Peran Faktor Lingkungan dan
No. 2. Mei-Agustus 2004: 23. Perilaku terhadap Penularan
Budiarto E. 2001. Biostatistik untuk Demam Berdarah Dengue di Kota
Kedokteran dan Kesehatan Mataram. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC. Lingkungan. Vol. 2. No. 1. Juli
Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis. 2005: 1-10.
Jakarta: Depkes RI Dirjen P2M Hadinegoro S., Soegijanto S., Wuryadi S.,
dan P2L. Seroso T. 2001. Tatalaksana
Depkes RI. 2003. Indikator Indonesia Demam Berdarah Dengue Di
Sehat 2010 dan Pedoman Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Penetapan Indikator Provinsi Hadinegoro dan Satari. 2002. Demam
Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Berdarah Dengue Naskah
Jakarta. Lengkap Pelatihan bagi Pelatih
Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Dokter Spesialis Anak & Dokter
Pemberantasan Demam Berdarah Spesialis Penyakit Dalam dalam
Dengue Di Indonesia. Jakarta: Tatalaksana Kasus DBD.
Depkes RI. Jakarta: FK UI.
Dinkes Jatim. 2006. Profil Kesehatan Huda AH. 2004. Selayang Pandang
Propinsi Jawa Timur. Diakses: 1 Penyakit-Penyakit Yang
November 2009. diTularkan Oleh Nyamuk Di
http://www.dinkes jatim.go.id. Propinsi Jawa Timur Tahun
Dinas Kesehatan Dan Sosial Kabupaten 2004. Diakses : 8 Oktober 2008.
Boyolali. 2006. Buku Saku http://www.dinkesjatim.go.id/ima
Pemberantasan Sarang Nyamuk ges/datainfo/200501031458-
Demam Berdarah Dengue (PSN- Selpandnyamuk.pdf.
DBD): Bakti Husada. Kandun I. (ed.). 2000. Manual
Djunaedi D. 2006. Demam Berdarah Pemberantasan Penyakit
[Dengue DBD] Epidemiologi, Menular. Jakarta: Infomedika.
Imunopatologi, Patogenesis, Kristina, Isminah, Wulandari L. 2004.
Diagnosis dan Kajian Masalah Kesehatan
Penatalaksanaannya. Malang: Demam Berdarah Dengue.
UMM Press.
JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 33
Widia EW. et al, Beberapa Faktor

Diakses: 8 September 2008. Sugiarto, Siagian D., Lasmono TS.,


http://www.litbang.depkes.go.id. Oetomo DS. 2001. Teknik
Kusriastuti R. 2005. Epidemiologi Sampling. Jakarta: Gramedia
Penyakit Demam Berdarah Pustaka Utama.
Dengue Dan Kebijaksanaan Suroso T dan Umar AI. Tanpa Tahun.
Penangulangannya Di Indonesia. Epidemiologi dan
Disampaikan Pada Simposium Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue, UGM, Demam Berdarah Dengue (DBD)
2 Juni 2005. di Indonesia saat ini. Salatiga:
Muhidin SA dan Abdurahman M. 2007. Perpustakaan B2P2VRP.
Analisis Korelasi, Regresi, dan Sutaryo. 2005. Dengue. Yogyakarta:
Jalur dalam Penelitian. Bandung: Medika FK UGM.
Pustaka Setia. Widyana. 1998. Faktor-Faktor yang
Murti B. 1997. Prisip dan Metode Riset Mempengaruhi Kejadian DBD Di
Epidemiologi. Yogyakarta: Kabupaten Bantul. Jurnal
Gadjah Mada University Press. Epidemiologi Indonesia. Vol. 2
Murti B. 2006. Desain Dan Ukuran Edisi 1-1988: 7.
Sampel Untuk Penelitian Widyastuti P., (ed). 2005. Epidemiologi
Kuantitatif dan Kualitatif Di Suatu Pengantar, edisi 2. Jakarta:
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: EGC.
Gadjah Mada University Press. Yatim, Faisal. 2007. Macam-Macam
Nadezul, H. 2007. Cara Mudah Penyakit Menular dan Cara
Mengalahkan Demam Berdarah. Pencegahannya. Jilid 2. Jakarta:
Jakarta: Penerbit Buku Kompas Pustaka Obor Populer.
Notoatmodja, S. 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Prinsip-Prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho B. 1999. Tinjauan Tentang
Keadaan Lingkungan dan
Kepadatan Hunian Rumah pada
Kejadian Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Wilayah
Verja Puskesmas Mangkang
Tahun 1999. (Skripsi) Semarang:
FKM UNDIP.
Santoso G. 2005. Fundamental Metode
Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Sumekar DW. 2007. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk
Aedes di Kelurahan RajaBasa.
Seminar Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat.
Unila.
Satari HI dan Meiliasari M. 2004. Demam
Berdarah. Jakarta: Puspa Swara.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO 1 34

You might also like