Professional Documents
Culture Documents
Translate Jurnal Full-2
Translate Jurnal Full-2
Pasien yang memperlihatkan batuk kronis dari ras yang beragam dan latar
belakang geografi memiliki profil demografik yang mencolok dengan
keseragamannya, menunjukan entitas klinis yang berbeda. Dominasi pada
wanita dapat menjelaskan hubungan perbedaan jenis kelamin pada pusat
pengaturan sensasi batuk.
Pendahuluan
Batuk adalah keluhan paling sering yang disampaikan pasien. Sementara
mayoritas dari konsultasi ini mencerminkan penyakit virus akut, derajat
substansial dari morbiditas yang berhubungan dengan batuk kronis; secara
sekilas di definiskan oleh guideline ACPP (American College of Chest
Physicians) bahwa batuk adalah gejala utama atau gejala dominan yang
berlangsung minimal 8 minggu, dengan atau tanpa bukti radiologis dari
penyakit paru. Batuk kronis dapat terjadi pada kondisi seperti asma,
fibrosis paru, kanker paru atau PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis).
Walaupun begitu mayoritas pasien yang memperlihatkan batuk kronis
tidak selalu sesuai dengan diagnosis dan memang sering tidak ada
indicator yang jelas sebagai diagnosis dasar. Walaupun begitu pasien yang
mengalami penurunan kualitas hidup dibandingkan dengan pasien yang
menderita kanker paru atau PPOK stadium akhir. Efek samping pada
kualitas hidup telah diketahui oleh klinisi, sesuai dengan survey yang
dilakukan oleh ERS (European Respiratory Society).
Dalam penelitian ini kami telah menganalisis data pada umur dan jenis
kelamin secara acak pada 11 klinik spesialis batuk dari Eropa, Amerika
Utara, dan Asia. Untuk menilai apakah ada perbedaan terkait jenis kelamin
yang disebabkan oleh perbedaan neuro anatomi pada sistem saraf pusat
yang mengatur pusat batuk yang dicerminkan oleh pencitraan dengan
fMRI (functionalmagnetic resonance imaging)
Metode
Pada tahun 2013, anggotadari International Cough Registry melakukan
review retrospectif dari pasien yang mengunjungi klinik khusus batuk.
Pasien dengan batuk persisten, didefinisikan sebelumnya dan tanpa
abnormalitas radiologis yang signifikan, telah dipilih. Penelitian tersebut
dilakukan dengan pemeriksaan database klinis individual, pencarian data
untuk umur dan jenis kelamin dari pasien. Data yang telah dirangkum
memperlihatkan profil keseluruhan dan klinik individual dibandingkan.
Data acak dari pasien telah dikumpulkan untuk menilai profil demografi
dari pasien yang memperlihatkan klinis batuk.
Untuk menguji keterkaitan jenis kelamin dan usia dengan perbedaan neuro
anatomi, digunakan relawan yang sehat baik pria maupun wanita yang
akan diminta untuk batuk dengan inhalasi capsaicin, dan kurva respon
konsentrasi diamati. Dosis maksimum capsaicin yang bisa dihirup tanpa
batuk kemudian diberikan untuk menilai aktivasi otak yang berhubungan
dengan dorongan untuk batuk seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Singkatnya, percobaan diulangi dengan interval 60 detik dan maksimal 8
kali. Data Blood oxygen level dependent (BOLD) fMRI dikumpulkan
menggunakan scanner Siemens Trio 3 T (Siemens Medical
Systems, Erlangen, Germany) untuk mengukur aktivitas saraf selama
batuk. Analisis data dari imaging otak dilakukan dengan menggunakan
protokol yang telah divalidasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Parameter perkiraan menunjukkan besarnya hemodinamik bergntung pada
perubahan intensitas sinyal BOLD terkait dengan bangkitan yang
diaktivasi oleh capsaicin diekstraksi dan dibandingkan untuk menilai
perbedaan pola respon regional anatara responden pria maupun wanita.
Data diperoleh dari eksperimen Fmri dibawah etika persetujuan yang
diberikan oleh Melbourne Health Human Research Ethics Committee,
Australia (HREC2007.012 and HREC2010.085). T-test digunakan untuk
perbandingan stastistik dari respon yang ditimbulkan. Penelitian ini
menganut pernyataan STROBE (memperkuat pelaporan studi
observasional dalam epidemiologi).
Hasil
Jumlah total ada 10.032 pasien yang datang ke klinik dari November 2003
sampai maret 2013. Database terdiri dari n=2219 Hull (UK), n=1841
belanda, n= 1518 seoul (korea selatan), n=1000 New York (NY, USA),
n=766 Manchester (UK), n=741 Brompton (UK), n= 689 Belfast (UK),
n=492 Guangzhou (China), n= 389 Sweden, n=290 Leicester/Kings
College Hospital (UK), and n=87 Northumbria (UK). Gambar 1
mengilustrasikan usia dan jenis kelamin pasien dari semua klinik pada
diagram lingkaran yang menampilkan rasio jenis kelamin dari pasien. Dua
pertiga dari pasien (n=6591, 66%) yang datang ke klinik adalah
perempuan. Perempuan memperlihatkan jumlah yg lebih besar dan
konsisten pada setiap klinik batuk individual Walaupun tidak beberapa
menonjol pada beberapa klinik yang lebih kecil. Hull (n=51373, 62%),
Holland (n=51233, 67%), Seoul (n=51043, 69%), New York (n=5698,
70%), Manchester (n=5549, 72%), Brompton (n=5508, 69%), Belfast
(n=5448, 65%), Guangzhou (n=5251, 51%), Sweden (n=5262, 67%)
Leicester/Kings College Hospital (n=5177, 61%), dan Northumbria
(n=549, 56%) (Tabel 1). Gambar 1 memperlihatkan profil pasien dari
setiap klinik individu di UK.
Pasien
Kelompokusiadalamtahu
Gambar 1. Distribusiusiadanjeniskelamindarisemuapasien yang
memperlihatkanklinis.
Diskusi
Distribusi umur dan jenis kelamin pada kelompok besar pasien di tiga
benua hampir seragam. representasi keeluruhan pada wanita dalam
presentasi populasi pasien dengan keluhan utama batuk kronik butuh
waktu lama untuk mengenalinya. Dan mungkin contoh yang paling
mencolok pada perbedaan jenis kelamin ialah patofisiologi pernapasan.
Sementara itu sering dijelaskan pada makalah yang terkait dengn batuk,
sering diabaikan tentang struktur dan fungsi pernapasan pada pria dan
wanita. Survei epidemiologi mengungkapkan wanita mendominasi dari
keluhan batuk kronik diluar populasi umum. Dua kali lebih banyak wanta
dbandingkan dengan pria tentang kemajuan dari batuk dengan terapi
inhibitor angiotensin coverting enzyme. Wanita memiliki respon yang
semsitif terhadap reflek batuk dari tes inhalasi asam sitrat, asam tartarat
dan capsaicin. Peningkatan sensitifitas pada reflek batuk juga dibuktikan
pad pasien batuk yang datag ke klinik dimana data objektif tercatat batuk
pada wanita dua kali lipat dari pria. Penelitian ini akan mengungkapkan
bahwa perempuan memiliki sensitivitas yang meningkat pada reflek batuk
dibandingkan dengan pria. Dengan demikian, untuk membantu dalam
populasi, frekuensi wanita diharapkan lebih banyak dari pada pria.
Oleh karena itu, kami membahas tentang aktivitas otak secara fungsional
pada respon capsaicin inhalasi pada pria sehat dna wanita untuk menilai
perbedaan dalam respon saraf batuk. Kami sebelumnya telah menunjukkan
bahwa capsaicin inhalasi akan mengaktifkan jaringan saraf yang
didistribusikan ke otak manusia dalam merespon dari batuk. Wanita sangat
sensitif pada tes capsaicin dan meskipun stimulus yang lebih rendah
besarnya aktivasi di korteks somtosensoris adalah sektar dua kali lipat dari
pada pria. Daerah korteks somatostatis menmilkan perbedaan yang
berhubungan dengan jenis kelamin diketahui untuk menerima input
sensorik saluran napas dan diaktikan pada korelasi erat dengan presepsi
intensitas dorongan individu untuk batuk. Berkaitan dengan jenis kelami,
pada penelitian lain ditemukan efek yang berbahaya. Pada wanita biasanya
akan muncul nyeri kulit dan viseral lebih rendah dibandingkan pada pria
dan lebih mungkin timbul kondisi klinis dengan nyeri kronis. Bukti dari
studi pencitraan fungsional otak menunjukkan bahwa mungkin disebabkan
oleh perbedeaan respon pada wanita dan pria.
Meskipun jumlah subyek yang berusia lebih muda di klinik kami terbatas,
tampaknya ada yang jauh lebih bahkan distribusi jenis kelamin. CHANG
et al [26] telah mempelajari sensitivitas refleks batuk pada laki-laki dan
perempuan dan menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang terkait
dengan jenis kelamin. Oleh karena itu, kemungkinan bahwa sensitivitas
yang lebih besar dari refleks batuk
mulai terlihat pada wanita setelah pubertas. VARECHOVA et al
menemukan bahwa berbeda dengan anak-anak yang berusia lebih muda,
pada wanita pada akhir masa pubertas memiliki sensitivitas batuk yang
lebih tinggi, yang mungin akan sesuai dengan hipotesis di atas. Kami
beranggapan tingginya sensitifitas batuk pada wanita usia subur mungkin
memiliki keuntungan dengan membantu untuk mencegah aspirasi pada
kehamilan. Sederhananya, efek langsung sirkulasi hormon tidak mungkin
bertanggung jawab karena kami jelas membuktikan bahwa kebanyakan
perempuan akan terus membaik setelah menopause. Memang, kebanyakan
pasien yang datang ke klinik batuk adalah perempuan perimenopause.
Perubahan anatomis yang diinduksi oleh hormon pada otak wanita telah
dijelaskan pada hewan percobaan.