Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Laporan Kasus

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN OSTEOARTHRITIS PADA


LANJUT USIA

Disusun oleh :

Muhammad Ibnu Hajar


NPM : 1102012176
Bidang Kepeminatan : Geriatri
Tutor : dr. Werda Indriarti, Sp.S

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


JAKARTA
NOVEMBER 2015
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN OSTEOARTHRITIS PADA
LANJUT USIA
Abstract
Background : Osteoarthritis is a degenerative disease that associated with joint cartilage. The prevalence of
knee osteoarthritis in Indonesia is quite high, reaching 15.5 % in men and 12.7 % in women. The factors that
could affect the incident of osteoarthritis are age, gender , ethnicity , genetics , obesity and metabolic disease.
Obesity is a risk factor that is important in the case of osteoarthritis . Some studies suggest a strong correlation
between obesity and the results of radiographic osteoarthritis of the knee .

Case Report : Mrs Pariyah, 66 years old has been lived in Tresna Werdha Budi Mulia nursing home for 2
years). She said that she always feel pain on her knee when she walks and feels better with a rest, especially on
the left knee. Sometimes her knee was felt stiff too in the morning. She never has an injury on her knees before.
She doesnt has a problem with her urinating and defecating system

Discussion : Risk factor for the onset of osteoarthritis are age , gender , ethnicity , genetics , obesity , and joint
injuries . Age , obesity , genetics and gender are important general risk factors . Based on the results of the
examination in these patients , the risk factors these patients which has are age , obesity and gender . Based on
some studies found a significant relationship between BMI with a high incidence of osteoarthritis in the knee .
This study shows that obesity is an important risk factor to osteoarthritis of the knee.

Conclusion & Suggestion: Osteoarthritis is a degeneration of bone cells that have many risk factors . In
addition to age as the primary factor , obesity is something that needs to be considered as an important risk
factor in the disease progression of osteoarthritis in patients . Some studies have shown that there is a significant
relationship between obesity and osteoarthritis , especially in the knees . We recommend that in patients with
osteoarthritis were obese is not only given a farmako therapy , but patients are also given non farmako therapy..
Due based on the results of the study showed weight loss can reduce the risk of osteoarthritis and improve the
quality of life in patients . However, it should be further investigation to find out how big the influence of
obesity on osteoarthritis in the elderly.

Kata kunci : Osteoarthritis, Obesity, Knee

Latar Belakang

2
Osteoarthritis merupakan penyakit degenerative yang berkaitan dengan kartilago
sendi. Sendi pada vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki adalah sendi paling sering
terkena osteoarthritis. Prevalensi osteoarthritis lutut di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai
15,5 % pada pria, dan 12,7 % pada wanita. Pasien osteoarthritis biasanya mengeluh nyeri pada
waktu melakukan aktifitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang
lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus hingga dapat mengganggu mobilitas pasien.
Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena
osteoarthritis. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak osteoarthritis akan lebih besar
karena semakin banyak populasi yang berumur tua. Adapun faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya osteoarthritis adalah usia, jenis kelamin, suku bangsa, genetik,
kegemukan dan penyakit metabolic (Sudoyo et al, 2009).

Obesitas adalah salah satu faktor resiko yang penting pada kasus osteoarthritis.
Beberapa studi menyatakan adanya hubungan yang kuat antara obesitas dengan hasil radiografi
osteoarthritis pada lutut. Hipotesis pada umumnya menyatakan bahwa tingginya BMI adalah
salah satu factor resiko yang signifikan terjadinya oteoartritis pada sendi pinggul dan lutut
(Grotle et al, 2008).

Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk membahas kejadian osteoarthritis dengan
mengambil suatu kasus osteoarthritis dengan obesitas pada lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha
Budi Mulia 1, dengan fokus pembahasan pada seberapa besar pengaruh obesitas dan factor-faktor resiko
lain terhadap kejadian osteoarthritis pada lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 .
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat memberikan masukan untuk pelayanan kesehatan
dan kesejahteraan lanjut, serta sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.

Presentasi Kasus
Ny. Pariyah berumur 66 tahun beragama Islam. Asal suku jawa dengan status belum
menikah. Alamat terkahir bertempat tinggal di Perumnas Klender. Pendidikan terakhir SD.
Sudah berada di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 selama 2 tahun. Tinggi badan 140 cm
dengan berat badan 61 Kg. Keluhan utama nyeri pada sendi lutut saat berjalan terutama sendi
lutut kiri, keluhan membaik saat beristirahat dan ketika di jemur di matahari pada pagi hari.
Keluhan sudah berlangsung semenjak masuk ke panti. Selain itu keluhan sering di sertai dengan
kaku terutama pada pagi hari, gejala kaku timbul selama 5-10 menit. Berdasarkan pemeriksaan
fisik tidak ditemukan adanya deformitas. Riwayat penyakit terdahulu hipertensi yang terkontrol.
Pola makan 3x sehari dengan porsi normal tanpa pilih pilih makanan. Pola BAK dan BAB
normal. Ibadah sholat tetap dilakukan 5 waktu dilakukan dengan posisi duduk. Mengisi waktu
luang dengan membuat rajutan dan berzikir.

Diskusi
3
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degenerative akibat kegagalan sendi yang
bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi. Predileksi sendi yang
terkena adalah sendi yang biasa menopang berat tubuh yaitu, sendi leher,vertebra
lumbosacral,panggul, lutut, pergelangan kaki, dan sendi metatarsal falangeal I, serta sendi
tangan Carpometacarpal (CMC), Proximal Interphalangeal (PIP), dan Distal Interphalangeal
(DIP). Osteoarthritis termasuk masalah kesehatan dengan angka morbiditas dan disabilitas yang
tinggi terutama pada pasien usia lanjut. ( Sinclair et al, 2012).
Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan
yang tidak dapat di hindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa
osteoarthritis ternyata merupakan penyakit gangguan homeostatis dari metabolisme katrtilago
dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
osteoarthritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilgo yang berhubungan dengan suatu
peningkatan dari sintesis matriks makro molekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan.
osteoarthritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang
dan inflamasi cairan sendi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat
melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi
matriks baru. Peningkatan degenerasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme
rawan sendi. Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi
di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respon imun yang
menyebabkan inflamasi sendi. (Sudoyo et al, 2009)

Secara garis besar factor resiko untuk timbulnya osteoarthritis adalah umur, jenis
kelamin, suku bangsa, genetic, obesitas, dan cedera sendi. Harus di ingat bahwa masing-masing
sendi mempunyai biomekanik, cedera dan presentase gangguan yang berbeda. Umur,
kegemukan, factor genetic dan jenis kelamin adalah factor resiko umum yang penting.
Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Setelah
diatas 50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Selain itu berat
badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoarthritis
pada wanita maupun pada pria. (Sudoyo et al, 2009). Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan pada pasien ini, faktor resiko yang dimiliki pasien ini adalah umur, obesitas dan
jenis kelamin.

Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan
dengan sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis pada sendi lain. Oleh
karena itu disamping faktor mekanis yang berperan, diduga terdapat faktor lain (metabolic) yang
berperan pada timbulnya osteoarthritis (Sudoyo et al, 2009).

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan


metabolisme energy yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologic spesifik. Secara fisiologis,
obesitas didefinisikann sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Index massa tubuh (IMT)
merupakan indicator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa (Sudoyo et al, 2009).

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada Orang Dewasa Berdasarkan IMT
Menurut WHO .

4
Klasifikasi IMT(Kg/m2)
Berat Badan Kurang < 18,5
Normal 18,5-24,9
Berat Badan Lebih >25
Pra-Obes 25-29,9
Obes tingkat I 30-34,9
Obes tingkat II 35-39,9
Obes tiingkat III >40

(Sudoyo et al, 2009)

Hasil perhitungan IMT yang dilakukan pada pasien dengan tinggi badan 140 cm dan
berat badan 61 kg didapatkan hasil IMT pasien adalah >30 Kg/m2. Berdasarkan hasil tersebut
maka pasien termasuk dalam klasifikasi obesitas tingkat I.

Sebuah hasil penelitian pada 1675 orang responden yang bebas dari osteoarthritis dan
RA di ikuti perkembangannya dari 1994 hingga 2004 dengan rentang usia dari 24 sampai 66
tahun, dan rentang BMI dari <20 hingga >30. Selama 10 tahun diikuti perkembangan dari setiap
pasien didapatkan perkembangan osteoarthritis pada panggul sebesar 5,8 %, pada lutut sebesar
7.3% dan pada tangan sebesar 5,6%. Hanya sebagian kecil responden yang didapati
perkembangan osteoarthritis lebih dari 1 bagian tubuhnya, yaitu dengan presentase 1,3% pada
tangan dan lutut, 1,3% pada panggul dan lutut, 1,1% pada panggul dan tangan,dan 0,6 % pada
ke 3 bagian tubuhnya (tangan, lutut, dan panggul) (Grotle et al, 2008)

Tabel 2. Asosiasi antara IMT dengan oseoartrhitis pada panggul, lutut, dan tangan pada populasi.
(Grotle et al, 2008)

Berdasarkan penelitian tersebut peneliti menemukan bahwa adanya hubungan yang


signifikan antara IMT yang tinggi dengan kejadian osteoarthritis pada lutut. Penelitian ini
menunjukan bahwa obesitas adalah factor resiko yang penting terhadap osteoarthritis pada
lutut. (Grotle et al, 2008)

5
Pada pasien ini ditemukan adanya tanda-tanda osteoarthritis pada sendi lutut sebelah
kiri yang sudah berlangsung sejak 2 tahun yang lalu tanpa adanya gejala di bagian tubuh yang
lain. Pasien juga termasuk dalam klasifikasi obesitas tingkat I, karena kondisi tersebut pasien
sering merasa kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.

Sebuah hasil penelitian lainnya menunjukan progesifitas peningkatan resiko


osteoarthritis pada lutut dari 0,1 (95% Cl 0.0 - 0.5) pada IMT <20 kg/m 2 sampai 13,6 (95% CI
5.1 36.2) pada IMT 30 kg/m2 atau lebih. Selain itu didapatkan juga apabila orang dengan
overweight dan obesitas menurunkan berat badannya hingga hasil IMT mereka menjadi normal,
57,1 % kasus osteoarthritis dapat di hindari. (Coggon et al, 2001)

Tabel 3. Proporsi dari kasus osteoarthritis pada kutut yang dapat dihindari dengan penurunan
berat badan.

(Coggon et al, 2001)

Gejala yang umumnya terjadi pada pasien osteoarthritis biasanya telah terjadi dalam
waktu yang lama dan berkembang perlahan-lahan. Nyeri sendi merupakan keluhan utama yang
seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah saat aktifitas dan berkurang
saat istirahat. Gejala lain yang sering terjadi pada penderita osteoarthritis adalah hambatan
gerakan, gangguan ini biasanya semakin berat dengan perlahan sejalan dengan bertambahnya
rasa nyeri. Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti
duduk dalam waktu yang lama atau bahkan setelah bangun tidur. Gejala tambahan yang
mungkin terjadi yaitu krepitasi, deformitas dan perubahan gaya berjalan. (Sudoyo et al, 2009)

Pada pasien ini didapatkan gejala utama yang muncul yaitu berupa nyeri sendi lutut
bagian kiri terutama apabila beraktifitas, nyeri dirasakan berkurang apabila beristirahat. Selain
itu nyeri juga berkurang apabila dijemur dipagi hari. Keluhan lain yang muncul adalah kekakuan
sendi terutama pada pagi hari, kekakuan juga dapat muncul setelah pasien duduk terlalu lama.
Namun tidak ditemukan adanya krepitasi, deformitas dan perubahan gaya berjalan pada pasien.

6
Diagnosis osteoarthritis biasanya di dasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.
Pada sebagian kasus, radiografi pada sendi yang terkena osteoarthritis sudah cukup memberikan
gambaran diagnostic yang lebih canggih. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis
osteoarthritis ialah penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris, peningkatan densitas
tulang sub kondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi, dan perubahan struktur anatomi
sendi. Hasil pemeriksaan lab pada osteoarthritis biasanya tak banyak berguna. Pada pemeriksaan
darah tepi dan imunologi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan (Sudoyo et al, 2009).
Tabel 4. Kriteria Diagnosis Osteoarthritis pada lutut

Berdasarkan gejala dan Berdasarkan gejala dan Berdasarkan gejala klinis


pemeriksaan lab radiologi
(Sensitivitas 92%, spesivisitas (Sensitivitas 91%, spesivisitas (Sensitivitas 95%, spesivisitas
75%) 86%) 69%)
Nyeri lutut ditambah Nyeri lutut ditambah Nyeri lutut ditambah
minimal 5 dari 9 kriteria: minimal 1 dari 3 kriteria: minimal 3 dari 6 kriteria:
Usia >50 tahun Usia >50 tahun Usia >50 tahun
Kekakuan <30 menit Kekakuan <30 menit Kekakuan <30 menit
Krepitus Krepitus Krepitus
Nyeri tulang Osteofit Nyeri tulang
Tidak teraba hangat pada Pembengkakan tulang
sendi
Pembengkakan tulang Tidak teraba hangat pada
sendi
LED <40 mm/jam
Rheumatoid factor <1:40
Sinovial Fluid signs of OA

(Altman et al, 1986)


Dikarenakan adanya keterbatasan yang dimiliki oleh panti, maka pada pasien ini
diagnosis ditegakkan hanya berdasarkan dari gejala klinis yang timbul. Berdasarkan klasifikasi
tersebut kriteria yang di miliki oleh pasien adalah terdapat nyeri pada lutut, umur >50 tahun,
Kekakuan <30 menit lebih sering pada pagi hari, dan nyeri tulang tanpa adanya kriteria yang
lain.

Pengelolaan osteoarthritis berdasarkan atas disribusinya dan berat ringannya sendi


yang terkena, pengelolaan pada kasus osteoarthritis dibagi menjadi 3 bagian,yaitu terapi non
farmakologis, farmakologis dan terapi bedah. (Sudoyo et al, 2009)
Terapi non farmakologis yang biasa digunakan adalah terpi fisik dan rehabilitasi,
terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat digunakan dan melatih pasien
untuk melindungi sendi yang sakit, selain itu terapi yang dapat digunakan adalah penurunan
berat badan. Berat badan yang berlebih dapat menjadi factor yang akan memperberat penyakit
osteoarthritis oleh karena itu apabila berat badan pasien berlebihan maka harus diusahakan
penurunan berat badan, sebisa mungkin mendekati berat yang ideal (Sudoyo et al, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian dengan peningkatan berat badan maka meningkat juga insidensi
terjadinya osteoarthritis, dan penurunan berat badan akan menurun juga insidensi terjadinya
osteoarthritis. Meisser dkk menemukan bahwa penurunan 5% berat badan selama 18 bulan pada
7
orang dewasa dengan obesitas yang menderita osteoarthritis dapat memperbaiki fungsi sendi
sebesar 18% dan meningkat menjadi 24% dengan olahraga (Lementowski, dan Zelicof, 2008).
Program penurunan berat badan harus memenuhi kriteria SMART: Spesific,
Measurable, Achievable, Realistic, dan Time limited. Tujuan awal dari terapi penurunan berat
badan adalah utnuk mengurangi berat badan sekitar 10% dari berat awal. Batas waktu yang
masuk akal untuk penurunan berat badan sebesar 10% adalah 6 bulan terapi. Untuk pasien yang
tidak mampu untuk mencapai penurunan berat badan yang signifikan, pencegahan kenaikan
berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang paling penting (Sudoyo et al, 2009).
Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam menurunkan berat badan adalah
dengan menggunakan terapi diet. Pada program manajemen berat badan terapi diet direncanakan
berdasarkan individu. Hal ini bertujuan untuk membuat deficit 500 hingga 1000 kcal/hari.
Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari program penurunan berat badan,
walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan penururnan berat badan lebih banyakdari terapi diet
dalam waktu 6 bulan. Kelebihan dari tambahan aktivitas fisik adalah dengan aktivitas fisik maka
resiko penyakit kardiovaskular dan diabetes pada pasien akan menurun dibandingkan dengan
pengurangan berat badan tanpa aktivitas fisik. Untuk mencapai penurunan berat badan dan
mempertahankannya maka dibutuhkan juga terapi perilaku. Terapi ini diperlukan untuk
mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktivitas fisik. Terapi yang diberikan
dapat berupa pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen
stress, dukungan social, dll (Sudoyo et al, 2009).
Pada pasien ini tidak diterapkan program penurunan berat badan. Karena penghuni di
panti cukup banyak maka akan timbul kesulitan dalam memanajemen jumlah kalori pada setiap
porsi yang akan diberikan kepada pasien yang ada di panti tersebut. Selain itu keterbatasan fisik
dari pasien menyulitkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik yang lebih dalam menurunkan
berat badan.
Terapi farmakologis yang biasa digunakan pada penderita osteoarthritis adalah
pemberian analgesic non opiate, analgesic topical, dan obat anti inflamasi non steroid.
Pemberian obat obatan tersebut bertujuan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh
pasien. Namun apabila terapi farmakologis tidak berhasil maka dapat dilakukan tindakan bedah
(Sudoyo et al, 2009).

Karena tidak ada deformitas yang mengganggu aktivitas sehari-hari pasien maka pada
pasien ini terapi yang dilakukan lebih kearah mengurangi dari gejala yang dirasakan oleh pasien
yaitu dengan pemberian obat NSID.
Dalam islam, sudah diatur kita harus memakan yang halal. Istilah halal adalah
sesuatu yang dibolehkan Allah SWT. Selain memakan makanan yang halal kita sebagai seorang
muslim juga tidak boleh berlebihan dalam makan dan minum. Allah SWT berfirman :

8
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-Araf [7] :31 )
Hal ini menunjukan bahwa agama menganjurkan agar dalam makan dan minum itu
seara pertengahan saja; cara ini akan membuat tubuh menjadi sehat dan terhindar dari sifat
berlebih-lebihan yang dilarang oleh ayat di atas. Apabila seorang tidak dapat mengelakkan
dirinya dari hal tersebut maka lakukanlah sepertiga isi perut untuk makan, sepertiganya lagi
untuk minum, sedangkan sepertiga lainnya untuk bernafas (udara). Oleh karena itu makan yang
melebihi sekenyang perut dilarang karena dapat mengakibatkan tubuh orang yang bersangkutan
menjadi rusak dan malas untuk mengerjakan sholat.
Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, Orang
yang paling disukai Allah di antara kalian adalah yang paling sedikit makannya dan paling
ringan badannya. (Riwayat ad-Dailami melalui Ibnu Abbas r.a.)
Rasulullah SAW menganjurkan umatnya agar tidak terlalu banyak makan karena
banyak makan menyebabkan tubuh menjadi gemuk, dan apabila gemuk badak akan menjadi
berat dan malas. Kegemukan itu sendiri apabila berlangsung dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan gangguan-gangguan kesehatan lainnya.

Kesimpulan

Osteoarthritis adalah penyakit degenerasi sel tulang yang memiliki banyak factor
resiko. Selain umur sebagai factor utama, obesitas adalah hal yang perlu di pertimbangkan
sebagai factor resiko yang penting dalam perkembangan penyakit osteoarthritis pada pasien.
Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa ada keterkaitan yang signifikan antara obesitas
dengan osteoarthritis terutama pada bagian lutut.

Saran

Sebaiknya pada penderita osteoarthritis yang obesitas selain di berikan farmako


terapi, pasien juga di berikan non farmako terapi, dan penurunan berat badan pada pasien.
Dikarenakan berdasarkan hasil penelitian menunjukan penurunan berat badan dapat
menurunkan resiko osteoarthritis dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien. Namun perlu di
teliti lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh obesitas terhadap osteoarthritis
pada lansia.

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kepada Allah SWT karena Nya kami bisa menyelesaikan case report
dengan baik dan tepat waktu. Terima kasih kepada dr. Werda Indriarti, Sp.S atas bimbingan serta
doa selama ini. Terima kasih juga kepada dr. Hj. RW. Susilowati dan Dr. Titiek Djannatun, drh

9
sebagai koordinator pelaksana blok elektif atas bimbingannya. Tidak lupa saya mengucapkan
terima kasih kepada pihak Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung atas bantuannya
sehingga case report selesai dengan baik. Juga untuk Kelompok Geriatri 1 semoga sukses untuk
kedepannya dan meraih apa yang dicita citakan.

Daftar Pustaka

Altman R., Asch E., Bloch G., et al. 1986. Development of criteria for classification and
reporting of osteoarthritis: classification of osteoarthritis of the knee. Arthritis Rheum.
Coggon, D., Reading, I., Croft, P., McLaren, M., Barrett, D., Cooper, C. 2001. Knee
osteoarthritis and obesity. International Journal of Obesity. 25, pp. 622-7.

Grotle, M., Hagen, K., Natvig, B., Dahl, F., dan Kvien, T. 2008. Obesity and osteoarthritis in
knee, hip and/or hand: An epidemiological study in the general population with 10 years
follow-up. BMC Musculoskeletal Disorders.

10
Lementowski, P.W., dan Zelicof, S.B. 2008. Obesity and Osteoarthritis. Am J Orthop. 37, 3,
pp. 148-51.

Sinclair, A.J., Morley, J.E., dan Vellas, B. 2012. Pathys Principles and Practice of Geriatric
Medicine. 5th ed. United Kingdom: John Wiley & Sons, Ltd.

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi I., Simadibrata M., dan Setiati, S. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing.

11

You might also like