Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Widyadari Nomor 21 Tahun XVII April 2017
Jurnal Widyadari Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Pengantar Redaksi
IKIP PGRI Bali merupakan salah satu institusi yang berkonsentrasi pada ilmu
pendidikan. Dinamika ilmu pendidikan amatlah pesat. Oleh karena itu diperlukan wadah
untuk menghimpun dan mempublikasikan perkembangan ilmu pendidikan itu. Berdasarkan
kesadaran dan komitmen civitas akademika, IKIP PGRI Bali berhasil mewujudkan idealisme
ilmiahnya melalui jurnal pendidikan Widyadari yang terbit dua kali dalam setahun, yakni
bulan April dan Oktober. Apa yang ada ditangan pembaca yang budiman saat ini merupakan
jurnal pendidikan Widyadari Nomor 21 Tahun XVII April 2017.
Jurnal pendidikan Widyadari ini memiliki makna tersendiri. Penerbitan edisi ini
disebarkan baik secara internal di kampus IKIP PGRI Bali, dan juga disebarkan pada alumni
beserta komunitas akademik yang lebih luas. Jurnal Pendidikan Widyadari kali ini memuat
tiga belas artikel ilmiah dari dosen di lingkungan IKIP PGRI Bali dan alumi IKIP PGRI Bali.
Adanya sumbangan dari alumni kampus IKIP PGRI Bali diharapkan memperluas cakrawala
ilmiah komunitas akademik.
Semoga penerbitan Jurnal Pendididkan Widyadari ini menjadi wahana yang baik
untuk membangun atmosfer akademik. Akhirnya, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran
dari pembaca diharapkan dapat memperbaiki terbitan edisi selanjutnya.
Redaksi
i
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Motivasi Berprestasi Dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada SMP Negeri 3
Sukawati Gianyar Tahun 2016
I Nyoman Rajeg Mulyawan..................................................................................................1526
Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Pada Program Studi
Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali Tahun 2016
I Ketut Westra................................................................................................................1542
Pameran Sebagai Media Pembelajaran Materi Seni Rupa (sejarah seni rupa barat)
Agus Mediana Adiputra ......................................................................................................1569
Pengaruh The Power Of Two Terhadap Prestasi Perkuliahan Pengantar Statistika Dengan
Mengontrol Pengetahuan Awal
Imam Suseno.........................................................................................................................1580
Pelatihan Menggiring Bola Membentuk Bintang Dengan Jarak 25 Meter 10 Repetisi 2 Set
Dan 5 Repetisi 4 Set Terhadap Peningkatan Kelincahan Menggring Bola Siswa Putra Kelas
VII SMPK St Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi Tahun Ajaran 2014/2015
Agustinus Dei.......................................................................................................................1601
Studi Tentang Kemampuan Manajerial Pimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Dosen di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) IKIP PGRI Bali Tahun 2016)
Ni Luh Putu Cahayani.......................................................................................................................1624
ii
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Masase Partial 30 Menit Dan Masase General 60 Menit Meningkatkan Kelincahan Pada
Mahasiswa Prodi Penjaskesrek Semester VI A Dan D FPOK IKIP PGRI Bali
Komang Ayu Tri Widhiyanti.................................................................................................1634
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Sebagai Bahan Biodiesel Untuk Mengatasi Kelangkaan
BBM
Kadek Yuniari Suryatini.......................................................................................................1674
Kontribusi Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di CV. Padilla
Ni Luh Putu Yesy Anggreni..................................................................................................1701
Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Media Inovasi dan Kuriositas Siswa Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Abiansemal
I Gusti Agung Ngurah Trisna Jayantika & Edy Hermawan................................................1743
iii
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
iv
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
There are various factors that affect student achievement included in is achievement
motivation. The influence of these factors will vary and satigt depending on the student's
personal circumstances. This study aims to determine the effect achievement motivation on
student achievement at SMP Negeri 3 Sukawati, Gianyar. This study is the expos facto where
data achievement motivation students facto there has been fairly disclosed to the instrument
scale of achievement motivation. Student achievement data collected by the method of
documentation of data analyzed by product moment sampling technique that is stratified
sampling random. Base on 285 samples were collected data on student achievement
motivation and student achievement. The result showed that the value of r count which is the
direction of correlation showed a significant level 0,221. Base on 5% and n 285, the value is
equal to 0.138 rxy table. There are considerable differences signifikan between r count with
product moment value in the table. Thus the null hypothesis is rejected and the alternative
hypothesis proposed is accepted, Contribution variable X to variable Y is calculated by
diterminan coefficient, KP = r 2 X 100% = 4.8%.
A.PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan segala potensi manusia dan
untuk memperluas cakrawala pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan
perilaku serta keterampilan atau kompetensi. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem pendidikan Nasional terutama pada fasal 1 dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqua kepada Tuhan yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Secara khusus tujuan pendidikan pada aspek kognitif, berupaya untuk
mengembangkan pengetahuan peserta didik sesuai materi pembelajaran yang dipilih untuk
1526
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
mencapai tujuan tersebut. Wujud nyata hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari prestasi
yang dicapai setelah mengikuti ujian.
Hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif merupakan intruksional effect atau
dampak langsung dari proses pembelajaran. Dengan semakin majunya pembenahan atau
perbaikan pada system pendidikan nasional terutama yang tertuang pada Permen No 32
tahun 2013 tentang perubahan atas Permen No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sudah lengkap diatur baik tentang standar proses maupun standar mutu lulusan
lembaga pendidikan. Dengan semakin baik mutu proses pendidikan diharapkan berpengaruh
juga pada mutu hasil termasuk hasil belajar peserta didik semakin meningkat. Tingkat
kualitas mutu proses pendidikan (pembelajaran) akan berdampak pada hasil pendidikan/
pembelajaran baik pada aspek kognitif, afektif maupun pada aspek psikomotor. Berkaitan
dengan hal ini ada beberapa gejala yang dapat digunakan untuk menandai rendahnya mutu
hasil pendidikan. Secara kognitif rendahnya hasil belajar siswa ditandai dengan hasil belajar
tidak sesuai dengan harapan kurikulum (ketuntasan belajar), hasil belajar di bawah rata-rata
kelas, hasil belajar tidak sebanding dengan kemampuan (potensi yang dimiliki siswa).
Sementara secara afektif rendahnya kualitas pendidikan/ pembelajaran ditandai dengan sikap
yang kurang menghargai baik terhadap diri maupun terhadap lingkungannya dan rendahnya
motivasi belajar serta rendahnya motivasi berprestasi siswa. Jika dilihat dari segi psikomotor/
keterampilan atau kompetensi, output/ outcome belum menunjukkan kompetensi yang
memadai pada bidangnya masing-masing. Sebagai contoh banyak lulusan pendidikan formal
yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja tersedia, apalagi menciptakan
lapangan kerja baru
Banyak faktor yang turut memengaruhi rendahnya kualitas pendidikan. Apabila
pendidikan dilihat sebagai suatu sistem maka faktor yang turut memengaruhi kualitas
pendidikan tersebut, menurut Deming (dalam Hamzah B.Uno 2007 : 6) meliputi : (1) input
mentah atau siswa, (2) lingkungan intruksional, (3) proses pendidikan dan (4) output
pendidikan. Dalam proses pendidikan, di dalamnya terdapat aktivitas guru mengajar, peran
serta siswa dalam belajar, sistem pengelolaan administrasi, serta mekanisme kepemimpinan
kepala sekolah.
Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah siswa maupun guru
yang akan melakukan dinaminasi, dalam arti proses belajar mengajar merupakan sarana
untuk mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan, sikap, maupun ahlak. Hanya saja proses
1527
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
belajar tersebut tidak selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan
senantiasa muncul setiap waktu. Hambatan atau rintangan itu antara lain : keadaan kelas yang
kurang kondusif, kebersihan kelas yang kurang, penyampaian materi yang kurang jelas,
sarana dan fasilitas yang belum memadai, metode mengajar yang menoton. Adanya hambatan
itu, akan memunculkan suatu permasalahan. Salah satunya adalah permasalahan yang sering
dialami siswa yaitu terjadinya penurunan prestasi belajar. Di SMP Negeri 3 Sukawati
terjadinya penurunan prestasi belajar dilihat dari rata-rata nilai akhir belajar (rapor) dan rata
hasil ujian akhir siswa. Dalam hal ini, motivasi untuk berprestasi akan sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Motivasi berprestasi memegang peranan penting
dalam proses dan pencapaian hasil belajar. Hal-hal seperti di atas menjadi alasan penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi
belajar siswa SMP Negeri 3 Sukawati Tahun 2016". Sehingga dengan demikian hasil
penelitian ini akan bermanfaat dalam perbaikan proses pembelajaran yang berujung pada
perbaikan hasil belajar siswa.
B. Landasan Teori
Menurut McClelland dan Atkinson (1953:75) bahwa Achiement motivation should be
characterzed by high hopes of success rather than by fear of failure artinya motivasi
berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai
keberhasilan daripada ketakutan kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland (1953:78)
bahwa motivasi berprestasi merupakan kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan
mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar
prestasi digunakan oleh siswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang
menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellermen (1963:67) menyatakan bahwa orang yang mempunyai
motivasi berprestasi tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu
persaingan. Ia berani menanggung segala resiko sebagai konsekwensi dari usahanya untuk
mencapai tujuan. Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah
sebagai suatu cara berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat
orang itu bertingkah laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi. Dari pendapat
tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri individu
1528
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu yang
bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk
individu menjadi pribadi yang kreatif.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi meliputi pertama
kecenderungan atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua
keterlibatan ego individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh
tanggapnya subyek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu
dengan cepat dan baik.
Aspek motivasi berprestasi yang dikemukakan McClelland (dalam Marwisni Hasan
2006) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi,
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) mempunyai tanggung jawab pribadi. Siswa yang
mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan akan puas dengan
hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri; (2) menetapkan nilai yang akan
dicapai atau menetapkan standar unggulan. Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai
itu lebih tinggi dari nilai sendiri (internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh
orang lain (eksternal). Untuk mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa
harus menguasai secara tuntas materi pelajaran; (3) berusaha bekerja kreatif. Siswa yang
bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk menyelesaikan tugas
sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang diciptakannya sendiri,
sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya memperoleh prestasi yang
tinggi; (4) berusaha mencapai cita-cita. Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha
sebaik-baiknya dalam belajar atau mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa
akan rajin mengerjakan tugas, belajar dengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu
belajar. Siswa akan mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan
membaca kembali bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas
yang belum selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang
baik akan memungkinkan siswa mencapai cita-citanya; (5) memiliki tugas yang moderat.
Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu
mudah. Siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi, yang harus mengerjakan tugas yang
sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas menjadi
beberapa bagian, yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikannya; (6) melakukan kegiatan
1529
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
sebaik-baiknya. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan
semua kegiatan belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa
membuat kegiatan belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan
belajar dan mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki
tugas yang salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku
pelajaran dan perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri
atau bersama secara berkelompok; (7) mengadakan antisipasi. Mengadakan atisipasi
maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau kesulitan yang mungkin
terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan semua keperluan atau peralatan
sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih cepat dari jadwal belajar atau jadwal
ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan. Siswa menyokong persiapan belajar yang
pelu dan membaca materi pelajaran yang akan di berikan guru pada hari berikutnya.
Dalam hubungan ini Linhdgren menyatakan bahwa motivasi berprestasi (Achievement
Motive) itu mengandung kebutuhan untuk menguasai, memanipulasi dan mengatur
lingkungan sosial maupun fisik, mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kualitas kerja
yang tinggi, bersaing melalui usaha-usaha untuk melebihi perbuatan orang lain (Jurnal
Psikologi, 1979 : 44).
Sementara prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
nilai atau skor, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dapat
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Hal ini sesuai pendapat Nawawi (2002 : 34)
mengatakan bahwa : "Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan anak didik dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Sementara Tirtonegoro
(1992 : 87) mengatakan bahwa : "Prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha belajar
yang berupa angka, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
setiap anak dalam periode tertentu".
Kegiatan belajar bagi setiap individu atau peserta didik, tidak selamanya akan
berlangsung secara wajar. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi
terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi, kadang-kadang lancar, kadang-kadang
tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari dan terkadang terasa amat sulit.
Sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar pada anak didik.
1530
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dari kajian teori di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian bahwa ada pengaruh
motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Sukawati tahun 2016.
C. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan ex post pacto dimana tidak dilakukan intervensi atau
perlakuan terhadap subjek dari populasi. Penelitian hanya mengungkapkan data berdasarkan
hasil pengukuran pada gejala yang telah ada secara wajar pada diri responden. Kerlinger
memberi batasan penelitian ex post pacto, ini sebagai penyelidikan empiris secara sistematis
dimana peneliti tidak mengendalikan ubahan bebas secara langsung, karena ubahan tersebut
Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Sukawati tahun 2016 dengan
jumlah siswa 989 orang (kelas VII ada 335, kelas VIII ada 317 dan kelas IX ada 337 orang).
Teknik sampling yang digunakan yaitu Startified Proporsional Random Sampling, yaitu
penentuan subjek penelitian dengan memperhitungkan perbandingan jumlah pada sub
populasi dan lapisan-lapisan yang ada. Berdasarkan penghitungan jumlah sampel minimal
maka ditetapkan jumlah sampel (n) = 285 orang.
Dokumen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Product Moment dan
1531
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dari hasil analisis data diperoleh hasil penghitungan angka statistik sebagai berikut:
Berdasarkan taraf signifikan 5% dan N = 285, maka nilai rxytabel adalah sebesar
0,138. Sedangkan nilai rxypenelitian adalah sebesar 0,221. Dengan demikian nilai rxy
penelitian > nilai rxy tabel. Hal ini berarti nilai rxy penelitian signifikan, sehingga hipotesis nol
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar
siswa SMP Negeri 3 Sukawati Tahun 2016 ditolak. Sehingga hipotesis alternatif yang
diajukan diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Sukawati Tahun 2016. Tentang
besarnya pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa adalah 4.8%
KP = r2 x 100%
KP = 0,2212 x 100%
= 0,048 x 100%
= 4,8%
Pembahasan
1533
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syani. 2005. Pengantar Metode Statistik Non Paramerik. Jakarta : PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Djohar. 2009. Catatan Pendidikan Budi Pekerti Dalam Pendidikan; Harian Jogja
Kamis
12 November 2009, Yogyakarta.
Meclelland, and Atkinson. 1973. Education Research Competencies For Analisi and
Application, second edition, howell Company. (Online),
(http://mrian.blogspot.com, diakses Februari 2012 teori-motivasi-berprestasi-
david-mc.html)
1534
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
This study was aimed to determine the benefits of kentos extract of coconut (Cocos
nucifera) for vegetative growth of peanuts. This type of research could be categorized as a
research experiment. The data collected in this study was data on the plant height and number
of leaves and wet weight of the peanuts. The results obtained by the analysis of the plant
height was difference by 3.0; the difference on the number of leaves of the plant was as much
as 3.6 strands and the difference on the wet weight of the peanut plants was 2.9 grams against
the control treatment.
mengurangi pemakaian pupuk kimia (Kabelan, 2009). Cara lain yang dapat digunakan
untuk membantu mempercepat pertumbuhan tanaman yaitu dengan menggunakan ekstrak
kentos kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai pengganti pupuk kimia.
Buah kelapa yang cukup masak atau tua, dagingnya (lembaga atau embrio) akan
tumbuh membentuk tunas kelapa (calon tanaman) dengan membentuk suatu alat pengisap
makanan yang disebut kentos (bahasa Bali = tombong). Kentos bersifat sebagai penghubung
antara calon tanaman dengan tempat cadangan makanan (endosperm), dengan jalan
mengeluarkan enzim dan merupakan unsur hara bagi lembaga. Kentos ini merupakan
cadangan makanan dan merupakan lembaga yang akan tumbuh menjadi calon individu baru.
Kentos semakin lama akan semakin membesar dan apabila kelapa tidak dibelah maka akan
menghasilkan tunas baru dan mengeluarkan daun.
Air kelapa selain mengandung hormon tumbuh auksin dan siotokinin, juga
mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air
kelapa kaya akan kalium, mineral diantaranya Kalsium (Ca), Natrium (Na), Magnesium
(Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), dan Sulfur (S), gula dan protein. Disamping kaya akan
mineral, dalam air kelapa juga terdapat 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin yang
berperan sebagai pendukung pembelahan sel (Suryanto, 2009). Tunas kelapa pada biji kelapa
akan tumbuh membesar dengan memanfaatkan nutrisi, seperti endosperm (daging kelapa) dan
air kelapa yang ada dalam biji kelapa tersebut, sehingga semakin besar tunas kelapa maka biji
kelapa menjadi gosong. Demikian juga kentos yang ada dalam biji kelapa juga menjadi sumber
nutrisi bagi pertumbuhan tunas kelapa. Berdasarkan hal tersebut penulis menduga bahwa pada
kentos kelapa mengandung nutrisi yang cukup banyak untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.
Kentos kelapa oleh masyarakat di pasar dan di rumah tangga tidak dimanfaatkan dan dibuang
begitu saja sebagai sampah. Oleh karena itu maka penulis ingin mencoba memanfaatkan kentos
kelapa dalam bentuk ekstrak untuk mempercepat pertumbuhan kacang tanah (Arachis
hypogeae).
1536
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
2 3
1 1
METODE PNELITIAN
Penelitian ini bersifat eksplorasi dan tergolong penelitian eksperimental yang dilakukan
secara in vivo di rumah kaca. Dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 4 kali pengulangan dengan masing-masing unit terdiri atas 10 tanaman kacang
tanah. Untuk mengetahui adanya perbedaan pertumbuhan tanaman kacang tanah yang diberi
perlakuan ekstrak kentos (P1) dengan pertumbuhan tanaman kacang tanah yang tanpa
diberikan ekstrak kentos (P0), maka dilakukan uji BNT pada taraf 5%.
Penyediaan kentos kelapa didapat dari pedagang kelapa Semat Desa Adat Canggu
Permai, Kuta Utara dan industri kelapa parut di rumah tangga di sekitar Kota Denpasar. Kentos
kelapa diblender dan disaring sehingga mendapatkan cairan yang disebut ekstrak kentos.
Ekstrak kentos ini kemudian ditambahkan air steril dengan perbandingan ekstrak kentos: air
steril (1:1), sehingga diasumsikan konsentrasi ekstrak kentos menjadi 50%. Perlakuan ekstrak
kentos (P1) dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan perlakuan kontrol (P0) dilakukan
penyiraman dengan air steril setiap hari sampai tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST).
Pengamatan dilakukan pada saat tanaman kacang tanah berumur 30 HST. Variabel yang
diamati berupa pertumbuhan vegetatif yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun tanaman dan
berat basah tanaman kacang tanah.
1537
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Tabel 1
Pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah
Rata-rata pertumbuhan vegetatif tanaman kacang tanah (umur 30 HST)
No. Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah daun tanaman Berat basah tanaman
Berdasarkan data pada Tabel 1, bahwa tinggi tanaman, jumlah daun tanaman dan
berat basah tanaman kacang tanah yang diberikan ekstrak kentos kelapa (P1) memiliki selisih
yang cukup besar dan menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) terhadap tanaman kacang tanah
yang hanya disiram dengan air (P0) sebagai kontrol. Adanya peningkatan pertumbuhan
vegetatif tanaman kacang tanah yang diaplikasikan ekstrak kentos terhadap perlakuan kontrol
karena ekstrak kentos mengandung hormon tumbuh auksin dan siotokinin. Hal ini didukung
oleh Suryanto, (2009) yang menyatakan bahwa air kelapa kaya mineral, juga terdapat 2
hormon alami yaitu auksin dan sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel.
Zat tersebut mempergiat pembelahan sel dan mempunyai pengaruh terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan diantaranya perkecambahan dan pertumbuhan tunas dan
akar. Menurut Plantus (2006), bahwa Air kelapa kaya akan potasium (kalium) hingga 17 %.
Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7-2,6 % dan protein 0,07
hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur (S).
1538
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Phosfor dan kinetin juga merupakan kandungan yang terdapat pada kelapa
(Dwidjoseputro, 1994). Zat tersebut mempergiat pembelahan sel dan mempunyai pengaruh
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan diantaranya perkecambahan dan pertumbuhan
tunas dan akar. Lebih lanjut Karimah et al. (2013), juga melaporkan bahwa di dalam air
kelapa juga terdapat hormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh yaitu hormon
sitokinin (5,8 mg/l), auksin (0,07 mg/l) dan hormon giberelin dalam jumlah yang sedikit serta
senyawa lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Wulandari et al. (2013),
juga menggunakan air kelapa dengan berbagai konsentrasi untuk meningkatkan pertumbuhan
setek melati putih (Jasminum sambac), hasil yang terbaik diperoleh pada pemberian air
kelapa dengan konsentrasi 60%.
1539
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, A. 1998. Teknologi untuk Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Kacang Tanah.
Edisi khusus Balitkabi No. 12-1998. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Wulandari, R.C.L., Mukarlina, R. 2013. Pertumbuhan setek meranti putih (Jasminum) dengan
pemberian air kelapa dan IBA. Jurnal Protobiont 2 (2):39-43.
CURRICULUM VITAE
Nama : Drs. I Wayan Suanda, S.P., M.Si
NIP / NIDN : 19651231 199103 1 015 / 0031126547
Pangkat / Golongan : Pembina Utama Muda, Gol. IV/c
Jabatan : Lektor Kepala
Tempat / Tgl lahir : Denpasar, 31 Desember 1965
Agama : Hindu
Alamat Rumah : Jln. Pulau Bungin Gg. Safari No. 6 Denpasar
Tlp.081236766665 081999290909
Email : suanda_wayan65@yahoo.co.id
Perguruan Tinggi/Fak/Prodi : IKIP PGRI Bali / FPMIPA / Pendidikan Biologi
Alamat Kantor : Jln. Seroja Tonja - Denpasar Utara
Tlp/Fax (0361) 431434
Pengalaman Jabatan
1. Dosen PNS Kopertis Wilayah VIII dpk pada Jurusan Pend. Biologi FPMIPA Univ. Katolok Widya
Mandira (Unwira) Kupang, tahun 1991 1993.
1540
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
2. Dosen PNS Kopertis Wilayah VIII dpk pada Jurusan Pend. Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali,
tahun 1993 - sekarang.
2. Ketua Jurusan Pend. Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali, tahun 1994 - 1999.
3. PD III FPMIPA IKIP PGRI Bali, tahun 1999 - 2004.
4. Ketua Jurusan Pend. Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali, tahun 2004 - 2011.
5. Dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali, 2 April 2011 - 1 April 2015.
6. Ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) IKIP PGRI Bali, 1 April 2015 - sekarang.
1541
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
I Ketut Westra
ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of Practice Field Experience (PPL) to the
students of Economic Education Teachers' Training College FPIPS PGRI Bali in 2016 in
terms of aspects context / context, input / input, process / processes, and product / products.
This study uses ex-post facto approach to quantitative evaluation. Subjects in this study was
125 respondents. This research data analysis techniques using a T-score. The results showed:
1) aspect of context / context shows that f (+) = 6> f (-) = 4. Based on these results, it can be
concluded that the implementation of the Practice Field Experience (PPL) to the students of
Economic Education Teachers' Training College FPIPS PGRI Bali 2016 in the variable
context / context relatively effective, 2) aspects of input / feedback shows that f (+) = 13> f (-
) = 7. Based on these results, it can be concluded that the implementation of the Practice
Field experience (PPL) on students of FPIPS Economic Education Teachers' Training
College PGRI Bali in 2016 at a variable input / feedback relatively effective, 3) aspects of the
process / process shows that f (+) = 63> f (-) = 42. Based on these results, it can be concluded
that the implementation of the Practice Field experience ( PPL) on students of Economic
Education Teachers' Training College FPIPS PGRI Bali in 2016 on variable process / process
relatively effective, and 4) aspects of the product / product shows that f (+) = 65> f (-) = 30.
Based on these results, it can be concluded that the implementation of the Practice Field
experience (PPL) to the students of Economic Education Teachers' Training College FPIPS
PGRI Bali in 2016 at a variable product / products classified as effective. The analysis finds
that the implementation of the Practice Field Experience (PPL) to the students of Economic
Education FPIPS Teachers' Training College PGRI Bali in 2016 classified as affective from
the variable context / context, input / input, process / processes, and product / products with
the result (+ + + +).
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi dewasa ini, pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting. Bekal
pendidikan yang telah dimiliki oleh masyarakat akan berkembang secara baik, dan tidak dapat
dipungkiri lagi, masyarakat tersebut semakin berkualitas serta mampu bersaing secara kompetitif pada
era persaingan yang semakin ketat dan keras dalam berbagai sudut aktifitas kehidupan (Supardi,
2014).
1542
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Pendidikan dianggap sebagai salah satu dari beberapa aspek yang memiliki peranan penting
di dalam membentuk generasi mendatang yang diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas
dan bertanggung jawab serta mampu mengantisipasi kehidupan di masa mendatang. Pendidikan selalu
disertai dengan perubahan-perubahan dan perkembangan umat manusia dan berupaya
untuk senantiasa membimbing perubahan perkembangan hidup serta kehidupan manusia.
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul dan berinteraksi dengan para
murid dibandingkan dengan personil lainnya di sekolah. Guru bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan,
melakukan penelitian dan pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat (Sagala, 2009).
Sebagai calon guru, mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali
juga diharapkan berusaha memahami peranan sosiologi daripada kegiatan sekolah terhadap
masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan intelektual. Dengan demikian,
mahasiswa harus bisa menjadi teladan di dalam masyarakat sekitarnya dan lebih luas lagi, atau dengan
singkat mengadakan sosialisasi intelektual untuk memajukan kehidupan di dalam masyarakat melalui
kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).
Dalam upaya menghasilkan calon pendidik yang profesional dan memiliki wawasan serta
pengalaman dalam menjalankan keahlian bidang pendidikan, kegiatan PPL sebagai dasar pijakan awal
untuk pembelajaran pendidikan berikutnya. Bertolak dari hal tersebut, keberadaan mahasiswa sebagai
calon guru dipersiapkan untuk membentuk karakternya sebagai tenaga pendidikan yang profesional
sesuai dengan bidang keahlian masing-masing dengan cara mengikuti PPL.
PPL adalah serangkaian kegiatan yang diprogramkan bagi mahasiswa LPTK, yang meliputi
baik latihan mangajar maupun latihan di luar mengajar (Hamalik, 2009). PPL merupakan salah satu
mata kuliah wajib tempuh bagi mahasiswa kependidikan di IKIP PGRI Bali. PPL dilaksanakan di
sekolah-sekolah yang telah ditunjuk oleh pihak universitas sebagai tempat untuk praktik mengajar.
Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan membina kompetensi-kompetensi profesional
1543
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
yang diisyaratkan oleh pekerjaan guru atau tenaga kependidikan. Selain itu, PPL ditunjukan untuk
melatih mahasiswa untuk menerapkan teori proses belajar mengajar dalam skala kecil, bersifat
sebagai simulasi dari proses mengajar sesungguhnya.
Kegiatan PPL dilakukan untuk dapat memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa
terutama dalam hal pengalaman mengajar, memperluas wawasan, melatih dan mengembangkan
kompetensi yang diperlukan dalam bidangnya, meningkatkan keterampilan, kemandirian, tanggung
jawab, dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Kegiatan ini mempunyai sasaran masyarakat
sekolah, baik dalam kegiatan yang terkait dengan pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung
berlangsungnya pembelajaran.
PPL ini sangat penting sekali bagi mahasiswa kependidikan, sebagai bekal dalam terjun di
dunia kerja. Diharapkan dengan pengalaman yang diperoleh akan menambah kesiapan dalam
menghadapi persaingan dan masalah yang dihadapi di dunia kerja kependidikan. PPL bertujuan agar
lulusan mahasiswa calon guru dapat mencapai suatu tingkat keahlian tertentu yang diperoleh di
sekolah tempat mereka praktik. Kegiatan PPL dilapangan memberikan pelajaran kepada mahasiswa
untuk menghadapi langsung pada permasalahan yang ada dalam PPL.
Dalam pelaksanaan PPL ini, mahasiswa dapat melaksanakan praktik mengajar seluas-luasnya
baik di kampus maupun di sekolah, sehingga mahasiswa akan semakin luwes dan terampil dalam
menyampaikan pelajaran kepada siswa. Sehingga diharapkan mahasiswa calon guru akan lebih siap
untuk menjadi guru, karena mereka telah memiliki keterampilan/pengetahuan yang memadai serta
adanya perubahan sikap dan perilaku yang mencerminkan sebagai seorang guru yang profesional.
Selain itu mahasiswa juga dapat mengenal, mempelajari, dan menghayati permasalahan sekolah atau
lembaga baik yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan manajerial kelembagaan.
Pengalaman yang didapat pada saat PPL, yaitu penyusunan perangkat persiapan pembelajaran, praktik
mengajar terbimbing dan mandiri, menyusun dan mengembangkan alat evaluasi, menerapkan inovasi
pembelajaran, mempelajari administrasi guru, serta kegiatan lain yang menunjang kompetensi
mengajar.
Dalam menilai berhasil tidaknya kegiatan PPL mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali maka diperlukan suatu evaluasi. Evaluasi adalah tindakan atau
proses untuk menentukan nilai dari pada suatu program. Evaluasi adalah penelitian yang sistematik
atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa program (Tayibnapis, 2000). Evaluasi adalah
pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat
dipertanggungjawabkan. Proses evaluasi menyangkut penentuan tujuan dan sasaran yang harus
1544
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
dicapai, penentuan cara pencapaian tujuan tersebut dan penemuan apakah tujuan tersebut tercapai atau
tidak. Tujuan merupakan suatu hal yang penting dan bersifat substantif, dan alat atau cara untuk
mencapai tujuan tidak dapat di abaikan sama sekali. Alat yang dipakai untuk mencapai tujuan
hendaknya dipertimbangkan dari aspek efesiensi dan evektivitasnya.
Evaluasi program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya suatu
program yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan pilihan yang tepat dalam
mengambil sebuah keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka akan ditemukan fakta pelaksanaan
kebijakan di lapangan yang hasilnya bisa positif ataupun negatif. Evaluasi adalah pembuatan
pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan
Fattah (2001). Evaluasi dapat menjadi dua fungsi, yaitu fungsi formatif evaluasi dipakai untuk
perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan
sebagainya) fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk mempertanggungjawabkan kete-rangan, seleksi
atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu
program, kebaikan program, pertanggung jawaban, seleksi, motifasi, menambah pengetahuan dan
dukungan dari mereka yang terlibat
Salah satu model evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi sebuah program adalah model
evaluasi CIPP (context, input, process, product). Model evaluasi CIPP tersebut merupakan sasaran
evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain,
model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievalusi sebagai sebuah sistem.
CIPP memberikan arahan kepada evaluator tentang bagaimana mempelajari tiap-tiap komponen
dalam setiap program yang akan dievaluasi (Arikunto & Jabar, 2014).
Pelaksanaan model evaluasi CIPP ini sangat dibutuhkan karena pemahaman mahasiswa
sebagai calon guru mengenai pentingnya pelaksanaan PPL di sekolah-sekolah masih kurang,
penyusunan perangkat persiapan pembelajaran yang akan digunakan dalam PPL belum sempurna,
1545
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
sarana dan prasarana di masing-masing sekolah tidak sama, dan bahkan kurangnya dukungan
bimbingan oleh guru pamong dan dosen pembimbing di setiap sekolah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) efektifitas
pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 ditinjau dari aspek context/konteks, 2) efektifitas
pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 ditinjau dari aspek input/masukan, 3) efektifitas
pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 ditinjau dari aspek process/proses, dan 4) efektifitas
pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan
Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 ditinjau dari aspek product/produk.
METODE PENELITIAN
Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan empiric (ex-post facto).
Dengan pendekatan ex post facto, peneliti berhubungan dengan variable yang telah terjadi dan peneliti
tidak perlu memberikan perlakuan terhadap variabel yang diteliti. Menurut Sugiyono (2005),
pendekatan ex-post facto adalah peneliti meneliti peristiwa yang telah terjadi, dan kemudian merunut
kebelakang melalui data tersebut untuk menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya peristiwa yang
diteliti. Secara metodelogis, penelitian yang dilakukan termasuk pada penelitian evaluasi kuantitatif
yang dilakukan berdasarkan pendekatan evaluasi program yang berorientasi pada pelaksanaan
program.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak yang ikut serta dalam program praktik
pengalaman lapangan (PPL) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun
2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
(teknik pengambilan sampel bertujuan). Menurut Usman (2000), purposive sampling digunakan
apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya. Subjek dalam
penelitian ini terdiri dari 95 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI
Bali tahun 2016, 10 orang dosen pembimbing, 10 orang Kepala Sekolah, dan 10 Guru Pamong.
Dalam evaluasi model CIPP, variabel penelitian ini ada empat, yaitu: 1) variabel
context/konteks, meliputi: visi program, misi program, tujuan program, 2) variabel input/masukan,
meliputi: silabus, bahan ajar, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia, 3) variabel
process/proses, meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan respon siswa,
1546
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
dan 4) variabel product/produk, yaitu: hasil program PPL. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian ini adalah kuesioner.
Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, maka data dari masing-masing variabel yang
telah diolah kemudian dianalisis secara deskritif. Untuk menemukan tingkat efektivitas PPL dilakukan
analisis terhadap variabel context/konteks, input/masukan, evaluasi process/ proses, dan
product/produk melalui analisis kuadran Glickman. Kualitas skor pada masing-masing variabel adalah
positif dan negatif yang dihitung menggunakan T-skor. Jika T-skor > 50 arahnya adalah positif (+),
dan T-skor < 50 arahnya adalah negatif (-).
Data variabel context/konteks yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai responden sebesar 113 dan skor terendah yang
dicapai responden sebesar 83 dengan rata-rata sebesar 103,7. Bila dilihat dari skor yang telah
dikonversikan ke dalam T-skor menunjukkan bahwa f(+) = 6 > f(-) = 4. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 pada variabel context/konteks
tergolong efektif.
Data variabel input/masukan yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai responden sebesar 132 dan skor terendah yang
dicapai responden sebesar 70 dengan rata-rata sebesar 109,6. Bila dilihat dari skor yang telah
dikonversikan ke dalam T-skor menunjukkan bahwa f(+) = 13 > f(-) = 7. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 pada variabel input/masukan
tergolong efektif.
Data variabel process/proses yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai responden sebesar 80 dan skor terendah yang dicapai
responden sebesar 40 dengan rata-rata sebesar 68. Bila dilihat dari skor yang telah dikonversikan ke
dalam T-skor menunjukkan bahwa f(+) = 63 > f(-) = 42. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 pada variabel process/proses tergolong
efektif.
1547
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Data variabel product/produk yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden
menunjukkan bahwa skor tertinggi yang dicapai responden sebesar 86 dan skor terendah yang dicapai
responden sebesar 54 dengan rata-rata sebesar 76. Bila dilihat dari skor yang telah dikonversikan ke
dalam T-skor menunjukkan bahwa f(+) = 65 > f(-) = 30. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 pada variabel product/produk tergolong
efektif.
Rekapitulasi pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 disajikan pada tabel berikut.
Rekapitulasi Perhitungan Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali Tahun 2016
f+ f- Hasil
1 Context/Konteks 6 4 + Positif
2 Input/Masukan 13 7 + Positif
3 Process/Proses 63 42 + Positif
4 Product/Produk 65 30 + Positif
Hasil analisis menemukan bahwa pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 tergolong efektif
dilihat dari variabel context/konteks, input/masukan, process/proses, dan product/produk dengan hasil
(+ + + +).
Evaluasi program pendidikan merupakan studi yang sistematis dan didesain, dilaksanakan,
serta dilaporkan untuk membantu klien memutuskan, meningkatkan keberhargaan, dan manfaat
program-program pendidikan.
Dalam hal ini, model CIPP (context, input, process, product) memiliki keunikan pada
perangkat pengambil keputusan yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program PPL.
Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan
evaluasi tersebut di atas.
1548
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Evaluasi adalah proses penilaian sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah
ditetapkan, yang diteruskan dengan pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi.
Evaluasi program PPL meliputi: 1) pembuatan standar untuk menilai kualitas dan
memutuskan apakah standar tersebut bersifat relatif atau absolut, 2) pengumpulan informasi yang
relevan, dan 3) penerapan standar tadi untuk menentukan nilai, kualitas, manfaat, efektivitas, atau
signifikansi. Arah evaluasi ialah memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan evaluan sesuai
dengan tujuan-tujuan evaluan atau untuk membantu pihak-pihak terkait memutuskan apakah evaluan
akan diperbaiki, dilanjutkan, atau dikembangkan.
Dalam variabel konteks, efektifnya program PPL ini terlihat dari keberadaan kepala sekolah
dan dosen pembimbing yang sangat membantu untuk membangun hubungan antar guru dan
mahasiswa. Dalam hal ini, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan diri,
semua warga sekolah duduk bersama merumuskan misi sekolah dan dalam merumuskan misi sekolah
melibatkan guru pamong sebagai wakil dari perguruan tinggi.
Dalam variabel input, efektifnya program PPL ini terlihat dari program sekolah disusun
berdasarkan analisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh sekolah, program sekolah
dirumuskan dalam bentuk prestasi akademik dan non akademik, setiap program sekolah dilaksanakan
berdasarkan dana yang dimiliki oleh sekolah, penyebaran kurikulum kedalam bentuk silabus dan RPP,
buku paket yang tersedia cukup di perpustakaan, kepala sekolah mengoptimalkan sumber daya yang
ada di sekolah dengan jalan mengikutsertakan dalam setiap pelatihan, kepala sekolah dan guru
berusaha mengembangkan dan meningkatkan inovasi-inovasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan, dan sekolah bekerja sama dengan lembaga lain dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Dalam variabel proses, efektifnya program PPL ini terlihat dari mahasiswa selalu membuat
dan menyusun silabus setiap bidang studi yang diajarkan. Kompetensi seorang guru didukung oleh
lima komponen, yaitu: komponen bahan pengajaran (the teaching subject component), komponen
profesional (the profesional component), komponen proses (the process component), komponen
penyesuaian (the adjusment componen), dan komponen sikap (attitude component), guru selalu
menyusun RPP dalam setiap materi yang diajarkan, mahasiswa sebagai guru memberi pelajaran
tambahan bagi anak-anak yang kurang, guru selalu memberikan evaluasi setiap akhir materi pelajaran.
Evaluasi memiliki fungsi-fungsi motivasi, umpan balik, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi
siswa agar mau belajar di rumah, hasil evaluasi ditindaklanjuti oleh guru sehingga guru mengetahui
kekurangannya dalam menyampaikan materi pelajaran (feedback), dan adanya evaluasi akhir sekolah
untuk menentukan tingkat keberhasilan atau kelulusan anak-anak/siswa.
1549
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dalam variabel produk, efektifnya program PPL ini terlihat dari peningkatan prestasi
akademik mahasiswa, adanya peningkatan rata-rata nilai mahasiswa, kemampuan mahasiswa dalam
upaya meningkatkan kemampuan mengajar dengan baik semakin meningkat.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa: 1) pelaksanaan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun
2016 pada variabel context/konteks tergolong efektif, 2) pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 pada
variabel input/masukan tergolong efektif, 3) pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 pada variabel
process/proses tergolong efektif, dan pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI Bali tahun 2016 pada variabel
product/produk tergolong efektif.
Berdasarkan temuan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FPIPS IKIP PGRI
Bali tahun 2016 tergolong efektif dilihat dari variabel context/konteks, input/masukan, process/proses,
dan product/produk dengan hasil (+ + + +).
Berdasarkan simpulan di atas, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1) perlunya untuk
meningkatkan visi misi dari program PPL, 2) perlunya meningkatkan sarana prasarana untuk
menunjang kesesuaian program PPL, 3) perlunya untuk meningkatkan perencanaan pembelajaran
yang sesuai dengan kaidah pembuatan perencanaan pembelajaran, dan 4) perlunya meningkatkan
hasil dari program PPL dimana masih ada beberapa mahasiswa yang mendapatkan nilai negatif.
1550
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S., & Jabar, C.S.A. 2014. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Fattah, N. 2001. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan Sekolah. Bandung: Pustaka Bani
Quarisy.
Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Suyanto & Djihad, A. 2013. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta:
Multi Pressindo.
1551
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
The purposes of this research are: (1) to find out the execution of counselling groups, (2) to
produces a model of counselling services group with self management techniques, (3) to
knowing the effectiveness model of counseling groups with self management techniques to
improve students 'self efficacy. Method of this research is reseach and development with
these steps: (1) preparation of model development, (2) formulating hypothetical model, (3)
test the feasibility of an hypothetical model, (4) the improvement of hypothetical model, (5)
field test, (6) the end result product. Generate model development group counseling with self
management techniques to improve students ' self-efficacy. The level of self-efficacy of
students experience increased after following a group counseling activities with self
management techniques, proven effective for increasing self-efficacy of students. Before
students are given treatment (pre test) and after (post test) by 113 points. The results of a
wilcoxon test calculation of statistical tests also show the 0.012 can be concluded so that 0.05
< that group counselling services with effective self management techniques. Advice to
always improve the competence of counselors as a counseling model BK and practitioner
groups with self management techniques can be presented as one model of services in helping
improve students self-efficacy.
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di zaman modern diperhatikan pada semua
aspek, baik itu aspek perekonomian, sosial, politik, budaya dan pendidikan. Di samping itu
sumber daya manusia yang berkualitas akan berpengaruh juga pada kesuksesan sebuah
negara di mana negara yang memiliki sumber daya manusia yang bagus akan dapat mengolah
hasil sumber daya alam dengan baik dan demikian juga sebaliknya jika sumber daya manusia
kurang berkualitas maka sumber daya alam tidak akan dapat diolah dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya.
bidang penjurusan yang mereka tekuni yang disebut PRAKERIN (Praktek Kerja Industri).
Siswa SMK diwajibkan mengikuti kegiatan ini selama kurang lebih 4 (empat) bulan. Dalam
prosesnya, peserta didik yang sedang menempuh PRAKERIN di waktu yang sama
menempuh pendidikan penuh yaitu setiap hari sabtu guna memenuhi kewajiban peserta didik
pada mata pelajaran teori.
Di satu sisi, situasi tersebut akan menimbulkan masalah pada peserta didik, beberapa
peserta didik merasa tidak yakin dengan kemampuannya seperti: tidak bertanggung jawab,
perasaan tak berdaya, cemas, khawatir dan sebagainya (Hurlock, 1990; Yusuf, 2004). Tidak
bertanggung jawab antara kewajiban PRAKERIN dengan mengikuti pelajaran di sekolah,
perasaan tak berdaya akan rendahnya keyakinan untuk melaksanakan tugas secara
bersamaan, cemas akan prestasi yang menurun serta perasaan khawatir jika terjadi ketidak
mampuan menuntaskan kedua kegiatan tersebut. Di sisi lain, menurut salah satu guru mata
pelajaran, ketika mereka mengumpulkan tugas cenderung dengan kondisi seadanya (asal jadi)
kemudian mengikuti kegiatan belajar di kelas pun kurang bersemangat.
memiliki peran penting terutama dalam mempertimbangkan berbagai tindakan yang hendak
dilakukan, menentukan pilihan-pilihan tindakan itu dan mengambil keputusan tindakan
perilakunya.
Salah satu teknik dalam konseling kognitif perilaku adalah manajemen diri. Teknik
manajemen diri merupakan suatu teknik untuk mengubah dan pengembangan perilaku yang
menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi untuk mengubah dan mengembangkan
perilakunya sendiri. Pengubahan perilaku ini dalam prosesnya lebih banyak dilakukan oleh
individu (konseli) yang bersangkutan, bukan diarahkan atau bahkan dipaksakan oleh orang
lain (konselor).
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut salah satu layanan konseling kelompok
dipandang efektif dalam meningkatkan efikasi diri peserta didik adalah layanan konseling
kelompok dengan teknik manajemen diri. Maka penelitian ini berjudul Pengembangan
Model Konseling Kelompok dengan Teknik Manajemen Diri untuk Meningkatkan
Efikasi Diri Siswa.
METODE
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah tersusunnya rumusan model konseling
kelompok dengan teknik manajemen diri untuk meningkatkan efikasi diri siswa. Kerangka
model tersusun berdasarkan kajian teoritis, empiris, dan kondisi faktual tentang konseling
kelompok serta rendahnya efikasi diri siswa. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan
metode dan desain penelitian pengambangan (research and development) yang didasarkan
pada prinsip-prinsip dan langkah-langkah Borg & Gall. Menurut Borg & Gall (Sugiyono,
2013: 409).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK TI Bali Global Denpasar dengan
jumlah sampel sebanyak 8 orang siswa kelas XI. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Data penelitian ini, diperoleh dari skala perilaku
bullying dan perilaku agresif siswa.
Hasil
Penelitian ini untuk mengetahui tinggi rendahnya efikasi diri siswa diukur dengan
skala efikasi diri yang ditinjau dari efikasi diri yang terdiri dari 8 indikator yang dijabarkan
pada 60 butir dan 47 butir yang teruji validitasnya dengan jumlah siswa 119. Kategori yang
digunakan untuk menentukan efikasi diri adalah tinggi, sedang, rendah, kurang. Untuk
pelaksanaan intervensi dan subjek penelitian dilaksanakan di SMK TI Bali Global dengan
pertimbangan bahwa dari 8 indikator efikasi diri, kebanyakan dialami oleh siswa SMK TI
Bali Global. Untuk itu penelitian ini dilaksanakan di SMK TI Bali Global Denpasar. Efikasi
diri siswa SMK TI Bali Global Denpasar dijelaskan pada Tabel 1.
Uji keefektivan model layanan konseling kelompok dengan teknik manjemen diri
untuk meningkatkan efikasi diri siswa dianalisa dengan Uji wilcoxon melalui program SPSS.
Syarat uji wilcoxon adalah perbedaan dua kelompok data berdistribusi normal. Peneliti
terlebih dahulu harus melakukan dahulu uji normalitas pada perbedaan kedua kelompok
tersebut. Peneliti melakukan uji normalitas dengan Shapiro Wilk dan diperoleh nilai
signifikan sebesar 0,273 (p > 0,05 berarti data adalah tersebut normal. Selanjutnya dilakukan
analisis dengan uji wilcoxon. Berikut ini akan diuraikan hasil rangkuman pengujian
keefektivan model layanan konseling kelompok dengan teknik manajemen diri untuk
meningkatkan efikasi diri siswa. Hasil uji wilcoxon dijelaskan pada Tabel 2.
b
Test Statistics
postes - pretes
a
Z -2.521
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Pembahasan
Model konseling kelompok yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah konseling
kelompok dengan memanfaatkan teknik manajemen diri untuk meningkatkkan efikasi diri
siswa. Asumsi bahwa permasalahan efikasi diri siswa perlu untuk dikembangkan secara
optimal secara optimal dikarenakan efikasi diri memiliki sumbangan besar terhadap
keberhasilan siswa dalam memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya sehingga siswa
mencapai keberhasilan dan berprestasi dalam kehidupan yang sebenarnya dalam masyarakat.
Efikasi diri dapat dijelaskan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh individu secara
sadar serta memiliki komitmen ke arah yang positif untuk kemajuan individu tersebut dengan
mengacu pada pengelolaan diri yang baik. Dengan memiliki keyakinan diri, individu dapat
1556
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
bertindak tanpa adanya perasaan ragu-ragu, berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
Hal yang sama sesuai dengan pernyataan Rusmana (2009: 56) yang menegaskan
bahwa penyelenggaraan layanan konseling kelompok yang berkualitas melalui penerapan
kegiatan dinamika kelompok yang efektif ditandai dengan hadirnya suasana kejiwaan yang
sehat diantara peserta layanan, meningkatkan spontanitas, lahirnya perasaan yang positif.
Mampu meningkatkan minat untuk terlibat dalam seluruh proses kegiatan, memungkinkan
terjadinya katarsis serta meningkatnya pengetahuan dan efikasi diri siswa.
PENUTUP
konseling kelompok. Pada tahap kegiatan dalam konseling kelompok, pemimpin kelompok
akan memberikan strategi teknik manajemen diri untuk meningkatkan efikasi diri siswa
melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) Self Monitoring, (2) Self Reward, (3) Self
Contracting dan (4) Stimulus Control.
Saran yang dapat di kemukakan bagi peneliti yang ingin melaksanakan penelitian
mengenai efikasi diri siswa, agar model ini dapat dikembangkan untuk mengkaji pada
indikator perkembangan yang lain yang ada pada diri siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, R. & Jones. 2011. Teori dan Praktek Konseling dan Terapi (Terjemahan Edisi ke
empat). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurlaila, S. 2011. Pelatihan Efikasi Diri Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Siswa-Siswi
Yang Akan Menghadapi Ujian Akhir Nasional. Jurnal GUIDENA.
Yuhendri. 2011. Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi, Lokus Kendali dan Efikasi Diri
Terhadap Minat berwirausaha : Survey pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang. Tesis SPs UPI : Bandung. Tidak Diterbitkan.
1558
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
I Komang Sukendra
ABSTRACT
The Formulated of The Problem in This Reseach was Wheter or There was Influence of
Problem Solving Learning Model Oriented Open Ended Problem in V Semester Students
of FP MIPA IKIP PGRI Bali in 2016/2017.
In the present time, me then arics learning process done by tecturers by learning and
explaining in can man form is contived by giving formal goes example with the step of
question solving and the students imitate. The students ability to slove mathematics problem
belong belongs to be poor. It was caused by the problem served by the tecturars was domina
with closed problem presentation, lack of emphasizing in inteqred problem solving, and the
presentation didnt give chance for the student to do their crecivity. By the application of
opened match problem solving learning model, mathematic problem was formulated in a
such way, hence it could have more than one corect answers, by any solving problem
possibilities. The formulated of the problem in this reseach was wheter or there was influence
of problem solving learning model oriented open ended problem in V Semester students of FP
MIPA IKIP PGRI Bali in 2016/2017.
The aim of the research was to know whether or not there was the imflvence of
problem solving learning model application oriented with opened mathematic problem in V
semester students of FP MIPA IKIP PGRI Bali in 2016/2017. The methology was oppearence
experiment, with reseach plan none eguiuden posttest-only control group design. In this
research, there was free variable, it was learning model, this model was differed into two
levels problem solving learning model oriented with open endded problem and problem
solving learning model, one bound variable, namely studying result as well.
The population of the is researct was all of the V semester students of FP-MIPA IKIP
PGRI Bali 2016/2017 consisting of 3 calss of 83 student, The taken sample of this research
was done by teknik random sampling,but random technigue is for the class. Before the
sample were taken, the equivelance of by using uji-t had been done, the data collection was
done by using the result of mathematics learning.
Based on data analysis result above, it was found that t hitung was equal to 2.91, it was
significant grade 5% and freedom of grade for db = 46 2 = 44. It was obtained t tabel =
1,988 so t hitung > t tabel . It could be concluded that alternatif hifotesis H1 was accepted,
zero hipotesis was rejected. it meant that, there was influence of problem solving learning
model application oriented open-ended to learning result of the V semester student of FP-
MIPA IKIP PGRI Bali in 2016/2017.
1559
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
PENDAHULUAN
Matematika bukan lagi dianggap sebagai pelajaran yang menakutkan. Ini dapat dilihat
dari banyaknya siswa atau mahasiswa yang mulai senang dengan pelajaran matematika di
sekolah menengah maupun di perguruan tinggi. Pelajaran matematika merupakan dasar dari
semua pelajaran khususnya pelajaran yang menggunakan hitungan seperti fisika kimia dan
lain lain. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran peran guru atau dosen sangat penting dalam
memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan dalam proses
pembelajaran. Ketepatan dalam memilih metode dan model pembelajaran dapat memberikan
motivasi mahasiswa dalam meningkatkan hasil belajar.
Dalam perkuliahan di kampus, masih ada mahasiswa yang kurang aktif dalam mengikuti
perkuliahan sehingga dosen harus memiliki inovasi untuk merubah strategis dan model
pembelajaran agar mahasiswa lebih aktif dalam mengikuti perkuliahan. Dosen memberikan
materi perkuliahan serta disuruh mencari materi perkuliahan yang sudah ditentukan topiknya,
dari buku atau internet, serta disuruh membuat makalah yang dipresentasikan secara
berkelompok di depan kelas menggunakan bantuan power point. Meskipun mahasiswa sudah
membuat makalah untuk dipresentasikan namun masih ada beberapa mahasiswa yang tidak
paham atau mengerti tentang apa yang dijelaskan meskipun dosen sudah beberapa kali
mengingatkan, sebelum presentasi untuk mempelajari materi secara mendalam dan membuat
soal-soal yang perlu dijawab oleh temanya agar mahasiswa yang lain lebih aktif
memperhatikan temannya yang pesentasi. Untuk membangkitkan motivasi mahasiswa, dosen
akan diberikan nilai point bagi mahasiswa yang bisa menjawab soal yang diberikan oleh
penyaji. Dosen akan menjelaskan apabila ada mahasiswa yang belum mengerti dengan
penjelasan temannya.
Beberapa masalah yang sering dihadapi seperti (1) Rendahnya kualitas pendidikan yang
dihasilkan tidak terlepas dari berbagai faktor diantaranya adalah proses pembelajaran. Proses
pembelajaran matematika selama ini dilakukan dosen cenderung melalui pembelajaran dan
penjelasan bentuk umum dilanjutkan dengan menjelaskan contoh soal formal dengan
langkah-langkah pengerjaannya dan mahasiswa menirukan. Proses pembelajaran yang
diterapkan dosen belum mampu merangsang mahasiswa untuk meningkatkan motivasi dalam
memecahkan suatu permasalahan, (2) Kemampuan pemecahan masalah matematika
mahasiswa yang masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan masih ada dosen yang kurang
kreatif untuk mengarahkan mahasiswa agar mampu memacu semangat setiap mahasiswa
untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, dan masalah yang disajikan
oleh dosen didominasi oleh penyajian masalah tertutup, kurang menekankan pada
pengintegrasian pemecahan masalah, dan cenderung hanya dihadapkan pada penyajian
masalah yang kurang memberikan ruang pada mahasiswa untuk berkreativitas, (3)
Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas masih bersifat klasikal, kurang melibatkan
mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran, dan cenderung mengakui kelas sebagai
suatu yang seragam sehingga pembelajaran bersifat kompetitif.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di kampus, banyak model pembelajaran
yang bisa dikembangkan. Namun masih ada beberapa dosen yang menggunakan model
pembelajaran konvensional yang mengacu pada materi yang ada pada buku bahan mata
kuliahnya. Hal ini cendrung berdampak kurang sempurna dalam pemahaman mahasiswa
terhadap mata kuliah yang sedang diajarkan, sehingga motivasi dan hasil belajar mahasiswa
menjadi rendah. Dengan demikian dosen dituntut trampil dalam memilih model pembelajaran
yang digunakan pada saat proses pembelajaran di kampus agar mahasiswa lebih mudah
1560
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1561
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
METODE PENELITIAN
Rancangan Peneliatian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu.
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu model pembelajaran, dimana model
pembelajaran dibedakan menjadi dua level yaitu model pembelajaran pemecahan masalah
berorientasi masalah matematika terbuka dan model pembelajaran pemecahan masalah, serta
satu variabel terikat yaitu hasil belajar. Rancangan penelitian None Equivalen Posstest-Only
Control Group Design.
KE X O
KK Y O
Analisis Data
Pengujian analisis adalah untuk mengetahui apakah data tersedia dapat dianalisis
dengan statistis paramatrik atau tidak. Teknik analisis data yang dipakai adalah analisis
statistik, karena dalam penelitian ini data berupa angka-angka (kuantitatif). Data tentang hasil
belajar matematika akan dianalisis menggunakan rumus ANAVA.
1562
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
menggunakan Uji Chi Kuadrat. Apabila 2 hitung 2 tabel, maka sampel populasi berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui data yang dibandingkan variansnya
homogenitas atau tidak. Pada penelitian ini, pengujian homogenitas dilakukan dengan
menggunakan uji Bartlet. Kreteria pengujian varians homogen jika 2 hitung 2 tab pada
taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan k-1.
2. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini digunakan uji statistik yaitu Anava. Jika data
berdistribusi normal dan homogen maka untuk menguji hipotesis nol (Ho) pada penelitian ini
digunakan uji-t (statistik parametrik) dengan taraf signifikansi 5%. Untuk uji hipotesis
digunakan uji-t. Dalam pengujian ini, digunakan taraf signifikansi 5% dan db = N-1. Jika
dalam perhitungan t hitung ttabel maka nilai t tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima, dan bila diperoleh harga
t hitung ttabel maka nilai t tidak signifikan, hal ini berarti hipotesis nol (Ho) diterima dan
hipotesis alternatif (H1) ditolak.
Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statis Statis
tic df Sig. tic df Sig.
A1 .163 23 .114 .919 23 .064
A2 .163 23 .115 .938 23 .161
a Lilliefors Significance Correction
Dari tabel di atas Sig 0,114 untuk A1 dan Sig.. 0,115 untuk A2 lebih besar dari 0,05, maka
kedua kelompok tersebut memiliki didtribusi normal.
SD2 =
2
144.894 1.819
= = 6.299,74 6.241
23 23
= 58,74
(2) Analisis varian kelompok kontrol
SD2 =
2
121.277 1.661
= = 5.272,91 5.212,84
23 23
= 60,07
Menghitung nilai Fhitung dengan rumus sebagai berikut.
F = = = 1,02
Didapat Fhitung = 1,02. Nilai derajat kebebasan untuk db pembilang = 23 -1 = 22 dan nilai
derajat kebebasan db penyebut = 23 1 = 22. Dengan taraf signifikansi 5% maka diperoleh
Ftabel = 1,66. Dengan demikian diperoleh nilai Fhitung < Ftabel yaitu 1,02 < 1,66 maka varian-
varian data kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tersebut adalah homogen.
Hal ini juga didukung oleh hasil SPSS Uji Homogenitas Levene's Test of Equality of Error
Variances(a)
Dependent Variable: h.belajar
F df1 df2 Sig.
.135 1 44 .715
Diperoleh nilai Sig. 0,75 lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan kedua kelompok data
mempunyai varian yang sama atau homogeny.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: hasil belajar
Type III
Sum of Mean
Source Squares df Square F Sig.
Correct
665.761( 10.99
ed 1 665.761 .002
a) 1
Model
Intercep 252044.0 252044.0 4160.
1 .000
t 22 22 988
model 10.99
665.761 1 665.761 .002
1
Error 2665.217 44 60.573
1564
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Total 255375.0
46
00
Correct
3330.978 45
ed Total
a R Squared = .200 (Adjusted R Squared = .182)
= =
= = 2,91
Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh thitung = 2,91. Dengan taraf signifikansi
5% dan derajat kebebasan untuk db = 46 2 = 44, maka diperoleh ttabel = 1,988 sedangkan
sehingga thitung > ttabel , dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima dan
hipotesis nol (Ho) ditolak. Ini berarti ada pengaruh penerapan model pembelajaraan
pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka terhadap hasil belajar
mahasiswa semester V FP-MIPA IKIP PGRI Bali pada tahun pelajaran 2016/2017.
PEMBAHASAN
Dari hasil tes hasil belajar dipeoleh bahwa rata-rata (mean) dari nilai siswa yang
diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berorientasi
masalah masalah matematika terbuka sebesar 79. Sedangkan rata-rata (mean) nilai
mahasiswa yang diberikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran pemecahan
masalah biasa adalah 72,2. Terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika sebesar 6,8
antara mahasiswa yang belajar menggunakan pendekatan model pembelajaran pemecahan
1565
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
masalah berorientasi masalah matematika tebuka dengan mahasiswa yang belajar dengan
penerapan model pembelajaran pemecahan masalah biasa.
Demikian juga dari hasil analisis t-test diperoleh nilai thitung = 2,91 sedangkan ttabel =
1,988 sehingga thitung > ttabel, ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Hasil menunjukkan hasil
belajar matematika mahasiswa yang diberikan model pembelajaran dengan menggunakan
penerapan model pembelajaran pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka
lebih baik daripada hasil belajar mahasiswa yang diberikan penerapan model pembelajaran
pemecahan masalah.
Dengan diterapkannya model pemecahan masalah terbuka akan memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan konsep-konsep matematika melalui
langkah-langkah pembelajaran yang dimuat dalam model pembelajaran ini. Melalui langkah-
langkah pembelajaran tersebut nantinya mahasiswa akan diantarkan pada penemuan konsep-
konsep matematika, serta mengorganisasikan mereka untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.
Aktivitas mahasiswa saat diterapkan model pemecahan masalah berorientasi masalah
matematika terbuka termasuk kategori aktif sedangkan pada mahasiswa yang diterapkan
model pembelajaran pemecahan masalah biasa termasuk kategori cukup aktif. Dengan sering
adanya tanya jawab dapat memancing mahasiswa dalam mengeluarkan pendapat,
dibandingkan dengan model pembelajaran pemecahan masalah yang hanya menerima
informasi dari dosen tanpa ikut aktif mengeluarkan pendapat. Selain itu, pendekatan model
pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka yang khusus diterapkan dalam
pembelajaran geometri transformasi melibatkan materi translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi
yang dapat menarik perhatian mahasiswa melalui penyajiannya sehingga mahasiswa tertarik
untuk aktif baik dalam mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan, memperhatikan
dengan baik pendapat dosen maupun teman lainnya serta mengajukan pertanyaan pada
bagian materi yang belum dimengerti. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas yang
lebih baik dibandingkan mahasiswa yang belajar menggunakan model
pembelajaranpemecahan masalah biasa.
Pada pendekatan model pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka
ini, mahasiswa dituntut untuk lebih aktif karena di setiap tahapannya lebih cenderung
berpusat pada mahasiswa untuk mencari tahu sendiri hal yang menyangkut materi yang
diberikan dengan diarahkan oleh dosen. Dengan proses menemukan sendiri konsep geometri
transformasi yang sesuai dengan tahapannya maka mahasiswa dapat merekam dan
menyimpan jawaban dari permasalahan yang diberikan sehingga terjadi proses belajar secara
bermakna dan bermuara pada meningkatnya hasil belajar mahasiswa.
Berdasarkan hasil uji signifikansi 5% dengan derajat kebebasan 44 didapat ttabel = 1,988, jika
thitung = 2,91 maka thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penerapan
model pembelajaraan pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka terhadap
hasil belajar mahasiswa semester V FP-MIPA IKIP PGRI Bali pada tahun pelajaran
2016/2017.
1566
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
penerapan model pembelajaraan pemecahan masalah berorientasi masalah matematika
terbuka terhadap hasil belajar mahasiswa semester V FP-MIPA IKIP PGRI Bali pada tahun
pelajaran 2016/2017. Ini disebabkan pada pererapan model pembelajaran pemecahan masalah
berorientasi masalah matematikata terbuka diberikan penekanan-penekanan pada
permasalahan persoalan matematika sehingga mahasiswa lebih aktif dan termotivasi dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan dosen.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan
saran-saran guna peningkatan kualitas pembelajaran matematika ke depan sebagai berikut.
1. Bagi dosen matematika, dalam proses belajar mengajar terutama dalam penerapan model
pembelajaranpemecahan masalah matematika diharapkan menggunakan pendekatan
model pembelajaran pemecahan masalah berorientasi masalah matematika terbuka dalam
pembelajarannya.
2. Bagi mahasiswa, diharapkan dalam pembelajaran matematika menyarankan kepada
dosen yang mengajar agar menggunakan penerapan model pembelajaran pemecahan
masalah berorientasi masalah matematika terbuka.
3. Karena penelitian ini dilaksanakan terbatas pada mahasiswa semester V FP-MIPA IKIP
PGRI Bali tahun pelajaran 2016/2017, maka disarankan kepada peneliti yang menaruh
perhatian terhadap pendidikan, untuk mengadakan penelitian yang sama dalam ruang
lingkup yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
1567
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Koyan, I W. 2012. Statistik Pendidikan teknik Analitis Data Kuantitatif. Universiitas
Pendidikan Ganesha Press.
Krulik, S. & Rudnick, J. A. 1996. The New Sourcebook For Teaching Reasoning and
Problem Solving in Junior and High School. Boston: Allyn and Bacon.
Shimada, S & Becker, P. 1997. The Open-Ended Approach: A New Proposal for Teacing
Mathematics. NY: NCTM
1568
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Pameran Sebagai Media Pembelajaran Materi Seni Rupa (sejarah seni rupa barat)
ABSTRACT
Fine art exhibition is a forum/activity/media to express their ideas which is presented in the
form of artworks, fine art exhibition or often called Visual Art exhibition becomes an important
momentum for artists to show their expression which is presented in the form of artworks, as
described in the book Weigh in a space setting up an appearance then an artist or painter needs to
know details of what to be done in presenting an exhibition.
The type of exhibition being performed is using reconstructive approach that is an approach
which presenting object as something which has a meaning ethnographically (ethnic) and tries to
inform a cultural story, in this case to inform about the material of western visual art history. The aim
of this exhibition is more of appreciative in nature (appreciation) that is aiming more on the issue and
interest of education for public (students), so that artworks being showed included with description of
work which is surely related to the history of western visual art.
Concept, curation or the theme of exhibition is to raise the material of western visual art history
as a subject in the exhibition, namely about the extent of development of western visual art history,
such as the development of classical visual art, then renaissance art, and modern visual art. The
concept of exhibition aims to introduce the material of Western Visual Art History among students of
SMKN1 Sukawati (SMSR) who studying Fine Arts, because the History of Visual Art is a basic
thinking or basic understanding regarding visual art either from technical aspect or reasoning which
has developed earlier, so that in the work we can use History as reference and development in the
world of Visual Art.
1569
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Pendahuluan
Seni merupakan salah satu kebutuhan kedua setelah kebutuhan primer dari kehidupan
manusia. Salah satu bagian panca indera manusia yaitu indera mata membutuhkan sebuah keindahan
yang dapat dibentuk atau diwujudkan oleh seni khususnya seni rupa. Menurut catatan sejarah seni
rupa sudah mulai berkembang dari zaman batu (prasejarah) yaitu lukisan yang terdapat dalam gua
Altamira, pada era sekarang sentuhan seni sudah terdapat dalam setiap kehidupan manusia sehari-hari
seperti desain produk, hiasan dinding dan lain sebagainya, disamping itu banyak pemerintahan yang
menggunakan unsur seni sebagai media layanan masyarakat yang bertujuan memberikan pesan atau
anjuran kepada masyarakat, seperti desain poster, ataupun lukisan dinding pada ruang publik, hal
tersebut dipaparkan dalam sebuah pengantar estetika bahwa hal-hal yang dapat memberikan rasa
senang dan puas dengan perwujudan yang indah disebut dengan seni (A.A.M. Djelantik, 1999:16)
bahwa jelas dunia seni tidak hanya bisa dinikmati atau dilakukan oleh seniman saja, tetapi seni dapat
dinikmati oleh semua kalangan, maka dari itu dasar seni menjadi hal yang penting untuk di ketahui
dan pelajari.
Dalam ruang akademis dasar juga sudah mulai memperkenalkan seni salah satunya cabang
Seni Rupa sebagai pembentukan mental dan pengenalan tentang warna seperti, PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini) dan TK (Taman Kanak-Kanak) Kemudian pengenalan seni selanjutnya tentang
bentuk, dan teknis pada tingkat pendidikan SD (sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah
Pertama). Dari sana munculah atau terseleksinya minat dan bakat siswa tentang seni, yang kemudian
dapat memilih untuk melanjutkan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mempelajari
tentang seni.
Indonesia memiliki program pendidikan berupa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
mempelajari tentang Seni khususnya Seni Rupa yang dikenal dengan SMSR (Sekolah Menengah Seni
Rupa) yang sekarang sudah disetarakan menjadi SMK N 1 Sukawati. Pada program pendidikan
(SMSR) inilah dasar-dasar seni dan teori seni tentang perwujudan dan teknis dipelajari lebih
mendalam. Sekaligus sebagai wadah atau sekolah yang melahirkan Seniman dan perupa Indonesia.
Latar Belakang
IKIP PGRI Bali (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia)
Bali merupakan tingkat pendidikan lanjut setelah menempuh Sekolah Menengah Atas yang
mendapatkan atau mempelajari ilmu pendidikan sebagai seorang pengajar. IKIP PGRI Bali juga
mempunyai lima fakultas salah satunya FPBS (fakultas pertunjukan bahasa dan seni) dalam fakultas
1570
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
FPBS terdapat jurusan Seni Rupa yang mempelajari materi tentang seni, teori seni, teknis perwujudan
dan cabang-cabang seni rupa secara umum yaitu Seni Lukis, Seni Patung dan Seni Grafis. Disamping
itu juga dipelajari tentang teori-teori tentang seni dasar seperti Estetika, Kritik Seni dan Sejarah Seni.
Salah satu materi seni yang di pelajari ialah Sejarah Seni Yaitu Sejarah Seni Rupa Barat, yang
membahas tentang perkembangan seni rupa dari jaman Pra Sejarah, Seni Rupa Klasik, Seni
renaissance dan Seni Modern.
Sejarah Seni Rupa Barat merupakan materi yang cukup penting untuk diketahui seorang
Perupa, Seniman maupun Tenaga Pengajar Jurusan Seni Rupa, karena Seni Rupa dalam hal
pendidikan (kurikulum) maupun dunia Seni yang berkembang di Indonesia pada era sekarang
cenderung mengacu pada Seni rupa Barat dan alangkah baiknya jika Sejarah Seni Rupa Barat
dipelajari oleh siswa SMK yang mempelajari tentang ilmu seni rupa.
Sejarah Seni Rupa Barat mempelajari berbagai pembahasan teori, paham atau konsep dalam
setiap eranya dan teknis dalam perwujudan yang dibedakan menurut paham dan zamannya. Hal
tersebut dapat menjadi landasan dalam pembelajaran Seni Rupa dalam hal pengenalan tentang materi,
teknis berkarya maupun konsep berkesenian secara objektif dan Subjektif.
Berangkat dari pemikiran atau latar belakang tersebut menjadi pendorong keinginan untuk
menyelenggarakan pameran seni rupa yang bertajuk Sejarah Seni Rupa Barat yang membawakan
materi atau cerita tentang perkembangan Seni Rupa Barat dan menyuguhkannya dalam bentuk karya
seni. Karya seni yang akan diwujudkan merupakan hasil pembelajaran dari setiap sub materi Sejarah
Seni Rupa Barat yang berdasarkan atas beberapa sumber berupa literatur, dan untuk memperlengkap
data diambil dari media internet.
Tujuan
Acara penyelenggaraan pameran Yang tertajuk Sejarah Seni Rupa Barat ini akan
membawakan cerita tentang Perkembangan sejarah seni rupa barat yang didalamnya membahas
tentang hakikat dari setiap Sub materinya yang berupa konsep secara subjektif dan konsep secara
perwujudan (objektif). Adapun tujuan dari penyelengagaraan pameran ini ialah:
1. Untuk memberikan atau memperkenalkan materi sejarah seni rupa barat secara umum kepada
siswa seni rupa di SMSR
2. Memberikan penjelasan dalam hal hakikat atau prinsip berkesenian yang berkaitan dengan
sub-sub materi sejarah seni rupa barat.
1571
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
3. Menjadi sebuah landasan, referensi atau acuan dalam mempelajari teknis perwujudan karya
seni rupa terkait dengan seni rupa modern terhadap siswa SMSR.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diterima dalam pergelaran pameran seni rupa yang bertajuk
Sejarah Seni Rupa Barat ini adalah:
1. Dapat memberikan pemahaman dari segi objektif dan subjektif tentang perkembangan sejarah
seni rupa barat secara umum.
2. Memberikan referensi tentang perkembangan seni rupa barat yang dapat digunakan dalam
perwujudan karya seni bagi para siswa.
Landasan teori
Secara umum pameran seni rupa merupakan sebuah wadah atau media untuk
mengekspresikan ide maupun gagasan yang telah dituangkan dalam karya seni, dimana karya seni di
pajang dalam ruang yang dapat dilihat oleh publik, maka dari itu diperlukan beberapa pengertian
tentang apa dan bagaimana sebuah pameranitu digelar seperti: jenis pameran apa yang akan di
kemukakan, siapa saja sasaran publiknya, bagaimana mengolah penataan atau display ruang dan
karya. dalam hal ini digunakan beberapa literatur sebagai acuan diantaranya buku Menimbang Ruang
Menata Rupa oleh mikke susanto, dan Trilogi Seni, Penciptaan Eksistensi Dan Kegunaan Seni
oleh Soedarso Sp.
Pameran seni rupa merupakan kegiatan yang tidak bisa dilakukan dengan waktu yang singkat.
Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dan dipertimbangkan, menentukan konsep
maupun gagasan pameran, kemudian jenis pameran seperti apa yang akan dikerjakan, menentukan
target sasaran audien atau apresiator, menentukan tempat pergelaran pameran, menentukan bentuk
publikasi promosi publik seperti katalog, poster pameran dan baliho serta media massa yang
dibutuhkan, memperkirakan budget yang diperlukan untuk acara tersebut dan terakhir diperlukan
untuk membentuk tim kordinator proyek yang membantu kurator dan nantinya akan mengurus
masing-masing pekerjaan.
Untuk dapat menyampaikan gagasan kepada sasaran publik perlu juga dipertimbangkan
tentang muatan apa saja yang akan dihadirkan dalam ruang pameran yang banyak mengacu pada
Kritik Seni Rupa oleh Sem C. Bangun dan beberapa pemikiran tentang penekanan karya seni agar
1572
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
dapat memberikan interpretasi yang baik banyak mengacu pada pendekatan teori M. Dwi Marianto
yaitu Menempa Quanta Mengurai Seni tentang keindahan dan kenyamanan sudut pandang dari
panca indra seorang penikmat atau publik tentunya dibutuhkan beberapa acuan dari teori Sebuah
Pengantar Estetika oleh A. A. M. Djelantik. Dan tentunya materi pokok bahasan yaitu tentang
sejarah seni rupa banyak diambil dari Buku Bahan ajar diktat Sejarah Seni Rupa Barat oleh
Wardoyo Sugianto yang banyak membahas tentang seni rupa klasik dan renaissance, sedangkan untuk
seni rupa modern banyak menggunakan materi dari buku Sejarah Perkembangan Seni Rupa
Modern oleh Soedarso Sp. Dan untuk melengkapi data konsep pameran juga di ambil dari media
internet.
Dalam materi sejarah seni rupa barat dibahas tentang bagaimana perkembangan sejarah seni
rupa modern, teknis dan paham yang dianaut dalam setiap eranya. Kegiatan pameran ini akan
mempetakan materi tersebut berupa perwujudan visual karya seni yang mengacu pada masing-
masing paham eranya dan juga tulisan konsep atau deskripsi dari setiap era dan karyanya. Cerita
sejarah seni akan diambil mulai dari jaman Seni Rupa Klasik, Seni Renaissance, Seni Modern
(Realisme hingga Popart) dan sedikit tentang Postmodern (Gerakan Seni Rupa Baru)
Pemetaan sejarah seni ini tentunya juga mempertimbangkan penggunakan visual atau
bahasa ungkap sehingga dapat mencapai tujuan pameran yaitu agar dapat dipahami oleh siswa.
Perwujudannya pameran ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu, dimana setiap judul atau era
dalam sejarah seni dijabarkan secara tertulis berupa print-out (binder) yang menjelaskan: latar
belakang, paham yang dianut atau inti cerita (yang ditekankan membahas kearah kebentukan) dan
kesimpulan. Kemudian tulisan tersebut akan didampingi oleh karya-karya yang diwujudkan
menggunakan konsep atau tulisan pada masing-masing era tersebut,
Perwujudan karya seni yang mendampingi tulisan menggambarkan atau mengikuti apa yang
terdapat dalam konsep atau paham yang dianut dalam masing-masing era seperti halnya: teknik
pengambilan atau penangkapan objek, penggunaan teknis perwujudan dan penggunaan unsur dasar
seni rupa (garis, warna, bentuk, bidang, ruang, tekstur), perwujudan ide (sudut pandang). Perwujudan
tersebut menjadi hal penting yang dapat membedakan paham yang berkembang pada setiap era dalam
cerita Sejarah Seni Rupa. Tidak menutup kemungkinan karya tersebut juga akan didampingi oleh
perupanya sehingga jika ada pertanyaan dari siswa dapat segera dijelaskan lebih lanjut.
1573
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Demikian kiranya konsep bentuk atau format pameran yang bertajuk Sejarah Seni Rupa
Barat yang akan diselenggarakan di SMK N 1 Sukawati (SMSR) yang bertujuan untuk dapat
memberikan perkenalan tentang materi Sejarah Seni, besar harapan untuk dapat menjadi atau sebagai
landasan berkesenian oleh siswa sekaligus calon perupa Indonesia dan Bali pada khususnya.
Isi Pameran
1. Seni Klasik
Latar Belakang: Seni klasik merupakan kesenian yang berkembang setelah Seni Prasejarah.
Kesenian yang termasuk dalam seni klasik ialah Seni Yunani, Romawi dan Seni Gothik.
Kehidupan pada waktu itu cenderung religius, pola pikir agak mistis.
Peradaban Berkesenian: Seni klasik belum menemukan prinsip perspektif, dan ilmu anatomi, dan
teknik melukis halus (sfumato) oleh karena itu lukisan klasik masih terkesan datar, bentuk anatomi
manusianya belum sempurna, dan banyak menggunakan unsur garis sebagai outline bentuk objek.
Kesimpulan: Seni klasik banyak menggambarkan tema2 religius, cerita tentang Dewa, Raja
maupun kegiatan religi atau budaya mereka.
2. Seni Renaissance
Latar Belakang: Seni Renaissance melahirkan beberapa prinsip penting dalam seni rupa yaitu,
Prinsip perspektif, ilmu anatomi tubuh manusia, teknik penggambaran drapery dan penemuan
bahan cat minyak.
Peradaban Berkesenian: Ada beberapa faktor yang mendukung pesatnya perkembangan seni
renaissance yaitu, faktor keamanan dalam kehidupan masyarakat yang dijaga aparat militer,
maraknya semangat untuk menemukan hal baru dalam berkesenian (teknis), banyaknya sponsor
seni yang mengaprersiasi seni tinggi dan memberikan sponsor kepada seniman, didirikannya
sekolah-sekolah seni lukis.
Kesimpulan: Jaman renaissance dapat dikatakan merupakan puncak dari peradaban kesenian
sebelumnya (seni klasik), hal ini didukung oleh keadaan lingkungan yang mapan, selalu mencari
dan mencoba hal yang baru (eksplorasi) melalui pengamatan mendalam terhadap objek
(observasi).
1574
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
3. Seni Modern
Secara umum seni modern merupakan pandangan yang menitikberatkan pada kreatifitas (seni
kreatif) seperti, membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada dalam hal wujud dan konsep,
menjadikan objek sebagai acuan dalam menciptakan ide yang baru, selalu berfikir untuk
menemukan bentuk yang baru. Seni modern banyak melahirkan isme yaitu paham atau aliran
seni.
Prinsip Berkesenian: Seni realisme menggambarkan sesuatu yang ada dan memang nyata, aliran
realisme melihat sebuah objek dengan cara menghayati setiap bentuk dan esensinya.
Kesimpulan: Aliran realisme memiliki prinsip bahwa melukis adalah memindahkan sebuah objek
yang ada dan nyata kedalam lukisan (secara apa adanya) yang tentunya melakukan pengamatan
terhadap objek untuk mendapatkan kesan yang sebenarnya, hal tersebut diwujudkan dengan
menggunakan teknik seni lukis.
Naturalisme, Aliran ini juga dapat digolongkan dalam aliran realisme namun dalam aliran
naturalisme lebih banyak menggambarkan alam (keindahan)
B. Impresionisme
Aliran impresionisme lebih menekankan pada pencahayaan sehingga lukisan yang dibuat
terkesan blur.
Aliran ekspresionisme melukiskan karyanya dengan cara distorsi (merubah bentuk dan warna
dengan cara melebih-lebihkan) untuk memberikan kesan suasana perasaan : kesedihan,
kekejaman dan tekanan batin yang mendalam. Ekspresionisme lebih banyak menggambarkan
perasaan atau jiwanya sendiri.
Ciri-Ciri Ekspresionisme , Menggunakan warna dominan gelap atau suram untuk dapat
menggambarkan suasana hatinya yang suram, mewujudkan lukisan yang mampu mempengaruhi
1575
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
perasaan yang melihat lukisan tersebut dengan cara mengolah bentuk dan warna secara kasar
(distorsi). Aliran ini menganggap bahwa seni tanpa kedalaman jiwa hanyalah sebuah kebohongan.
D. Kubisme,
Melakuakan analisa terhadap bagian setiap bagian objek, kemudian dipecah menurut bagian-
bagiannya (permukaan yang rata) dan dilihat dari beberapa sudut pandang kemudian dilukiskan
sekaligus.
Kesimpulan : Aliran Kubisme mengesampingkan prinsip perspektif, aliran ini lebih tertarik
menganalisa sebuah objek, memecahnya menjadi bagian-bagian yang datar sehingga
menggambarkan garis-garis tegas dan menggambarkan bentuk geometris.
E. Seni Abstrak,
Aliran Abstrak merukapan sebuah perwujudan karya seni dengan menggunakan unsur garis,
bidang, warna, bentuk yang tidak mengacu pada bentuk yang ada di alam. Prinsip aliran abstrak
adalah berusaha meninggalkan bentuk dan objek yang ada di alam. Seni abstrak mengembalikan
kemurnian unsur seni yaitu garis dan warna sehingga bentuk-bentuk yang muncul adalah bentuk
geometrik.
F. Dadaisme
Latar Belakang, Aliran dadaisme berkembang dalam masa perang dunia satu, sehingga pemikiran
aliran dadaisme menolak unsur seni yang sudah ada (unsur moral dan estetika). Aliran ini membuat
karya seni dengan cara bermain-main.
G. Surrealisme,
Aliran surrealisme membuat karyanya dengan menggunakan fantasi dan imajinasi yang
mendalam untuk menimbulkan perwujudan yang imajinatif dengan cara mengolah prinsip
perspektif den mengubah persepsi dari setiap objek.
1576
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
H. Popart,
Aliran Popart menggambarkan desain produk sehari-hari (seni rendah) dengan cara teknik
seni tinggi (seni lukis) contoh, menggambarkan objek desain minuman ataupun menggambar figur
komik.
GSRB merupakan sebuah gerakan yang menghilangkan batas antara seni murni yaitu seni
patung, seni lukis dan seni grafis. GSRB mewujudkan tiga prinsip seni yang berbeda tersebut
dalam satu bentuk karya seni.
Penutup
Pameran seni rupa merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan seorang perupa
yaitu untuk memberikan pengalaman dalam proses berkesenian maupun masukan dalam hal kritik dan
saran bagi perupa. Pameran seni rupa yang bertajuk sejarah seni rupa barat ini disamping bertujuan
untuk memamerkan hasil karya seni, juga bertujuan untuk memperkenalkan sejarah tentang seni rupa.
Lampiran
1577
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1578
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Abdullah, Thamrin, Tantri Francis. 2013. Manajemen Pemasaran. PT. Raja Grafindo.
Jakarta.
Djalantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Bandung
Marianto, M. Dwi. 2011. Menempa Quanta Mengurai Seni, Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Yogyakarta
Tedjoworo, H. 2001. Imaji dan Imajinasi, Suatu telaah Filsafat Postmodern. KANISIUS
(Anggota IKAPI). Yogyakarta
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa, Kumpulan Istilah dan Gerakan Seni Rupa. Dicti Art Lab.
Yogyakarta dan Jagad Art Space. Bali
Susanto, Mikke. 2004. Menimbang Ruang Menata Rupa, Wjah Dan Tata Pameran Seni Rupa.
Galang Press (Anggota IKAPI). Yogyakarta
Sp, Soedarso. 2006. TRILOGI SENI, Penciptaan, Eksistensi dan Kegunaan Seni. BP ISI
Yogyakarta. Yogyakarta
1579
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Imam Suseno
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of the learning method to
control the power of two prior knowledge on learning outcomes in introductory statistics
Prodi English Uninversitas Indraprasta PGRI Jakarta. The hypothesis of this study is that
there is the influence of the power of two of the introductory learning outcomes statistics, by
controlling the initial knowledge of students. This research was conducted in the English
department of the University of Indraprasta PGRI Jakarta. The method used is experiment
with 2 x 2 factorial design, totaling 60 samples taken at random from the population that are
divided into four groups, each group consisted of 15 students. Instruments used in the study is
twofold: (1) test prior knowledge of statistics, (2) achievement test introductory statistics.
Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA) two lanes and do further testing
because there are interactions between factors. Hypothesis testing results indicate: (1)
Students who are knowledgeable high initial and taught by the method of the power of two
study results higher than the students have prior knowledge of high taught by conventional,
(2) Students who are knowledgeable lower initial and taught by the power of two higher
learning outcomes than students who are knowledgeable lower initial taught by conventional.
The implication of this research is teaching introductory statistics by using the power of two
can improve student learning outcomes Prodi English.
Keywords: prior knowledge, learning outcomes introductory statistics, the power of two.
PENDAHULUAN
Mata kuliah pengantar statistika berada dalam kelompok mata kuliah wajib yang
harus diambil oleh setiap mahasiswa dari program studi pendidikan bahasa Inggris dengan
jumlah bobot 3 SKS. Merupakan tantangan tersendiri bagi sebagian dosen pengantar
statistika untuk menyampaikan ilmu mata kuliah tersebut. Karena dosen harus berhadapan
1580
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
dengan pandangan yang telah menjadi suatu persepsi umum pada sebagian besar mahasiswa.
Pandangan yang melekat selama ini bahwa mata kuliah pengantar statistika ini sulit, rumit
dan menyusahkan. Persepsi tersebut dapat dipahami jika melihat pada karakteristik ilmu
pengantar statistika yang sangat berbeda dengan ilmu pendidikan bahasa Inggris yang
menjadi konsentrasi pembelajarannya.
Perbedaan karakteristik kedua jenis ilmu tersebut menjadi sebuah tantangan tersendiri
bagi dosen pengampu mata kuliah pengantar statistika untuk menyampaikan, mengajarkan
dan mendorong kepada mahasiswa untuk dapat menguasainya dengan baik. Meskipun
sebelumnya mahasiswa telah memperoleh materi pengantar statistika ketika duduk di bangku
sekolah menengah tingkat atas. Namun begitu tingkat pemahaman dan pengetahuan awal
yang dimiliki setiap mahasiswa berbeda.
Peran dan fungsi ilmu statistika dalam dunia pendidikan sangat vital, tidak hanya
membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir atau membuat skripsi misalnya,
tetapi ketika sudah menjadi seorang guru ia memiliki tugas pokok diantaranya yaitu
melakukan penilaian dan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Untuk melakukan peran dan
fungsi penilaian prestasi belajar siswa tersebut membutuhkan metode dan cara sebagaimana
hal ada dalam ilmu statistika.
Selain itu dalam kegiatan penelitian kependidikan misalnya, statistika memiliki peran
penting, baik dalam hal mendiskripsikan data kuantitatif, penyusunan model, perumusan
hipotesis, pengembangan instrumen penelitian, penyusunan desain penelitian, menentukan
1581
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
sampel dan dalam analisis data penelitian. Dalam hal pengolahan dan analisis data tidak lepas
dari penerapan teknik dan metode statistika tertentu, untuk memberikan dasar dalam
menjelaskan hubungan-hubungan yang terjadi. Statistik dapat digunakan sebagai instrumen
untuk mengetahui apakah hubungan kausalitas empiris ataukah hubungan tersebut hanya
bersifat random atau kebetulan saja.
Situasi kelas mata kuliah pengantar statistika di jurusan pendidikan bahasa Inggris
cenderung kurang dinamis. Hal yang bisa dilihat oleh peneliti, terjadinya situasi tersebut
dimungkinkan karena sebab diantaranya adanya persepsi mahasiswa yang salah terhadap
ilmu pengantar statistika, karakteristik mata kuliah pengantar statistika sendiri, metode
pembelajaran yang dijalankan oleh dosen, bahan penunjang perkuliahan, sistem penilaian
prestasi belajar dan sebagainya.
Oleh karena itu tugas dosen menjadikan mata kuliah pengantar statistika sebagai ilmu
yang dapat dimengerti, difahami dan dikuasai oleh mahasiswa. Indikator yang dapat dilihat
keberhasilan pembelajaran mata kuliah ini adalah pada prestasi belajar mahasiswa. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu difahami bahwa pencapaian prestasi belajar mahasiswa sangat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Menurut Slameto (1998: 54-71) bahwa prestasi
akademik dipengaruhi faktor intern, faktor ekstern, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Faktor sekolah diantaranya yaitu: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa siswa, disiplin sekolah dan alat pelajaran.
Salah satu faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa dapat
disebabkan pengetahuan awal yang dimiliki mahasiswa. Pengetahuan awal akan berpengaruh
pada proses pembelajaran. Karena pengetahuan awal siswa merupakan prasyarat awal yang
harus dimiliki mahasiswa agar proses pembelajaran yang dilakukan mahasiswa dapat berjalan
dengan baik.
1582
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ketrampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, 2).
Siswa tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang
berkaitan dengan materi pelajaran, 3). Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap
berkenaan dengan materi pelajaran, 4). Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,
menganalisa dan melakukan evaluasi, 5). Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada
proses pembelajaran.
Oleh karena itu peneliti mencoba untuk memperbaiki hasil belajar mahasiswa melalui
penerapan metode pembelajaran yang berbeda yaitu the power of two. Metode pembelajaran
the power of two merupakan metode pembelajaran siswa aktif yaitu menggabungkan dua
kekuatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal ini dengan mempertimbangkan ada relasi antar
siswa, dikarenakan sifat dan karakteristik pengantar statistika yang memerlukan banyak
mencoba berbagai rumus dalam menganalisis data penelitian. Rumusan masalah penelitian
ini ialah apakah terhadap pengaruh positif metode The Power of Two dengan mengontrol
pengetahuan awal terhadap hasil belajar pengantar statistika ?
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan Nana Sudjana (2004: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah menerima pengalaman belajar.
Artinya mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan akan memperoleh hasil belajar berupa
kemampuan yang sebelumnya tidak didapatkan, tetapi kemampuan itu akan diperolehnya
ketika ia mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Slameto (2003: 2) mengartikan belajar sebagai suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
1583
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Maksudnya bahwa belajar itu
membutuhkan proses yang harus dilaluinya dan dampaknya akan membuat perubahan
tingkah laku seseorang setelah melalui kegiatan pengalaman tersebut.
Sedangkan kata statistika menurut Sudjana (2005: 2-3) adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang telah dilakukan.
Artinya statistika merupakan ilmu pengetahuan yang berbicara cara pengumpulan data,
pengolahan, penafsiran serta penarikan kesimpulan berdasarkan data tersebut.
Nurgiyantoro, dkk (2009: 2) menafsirkan statistik sebagai suatu alat, cara, sarana,
yaitu alat untuk menggarap dan menafsirkan data secara bertanggungjawab, sehingga
kesimpulan dan atau keputusan yang dibuat, yang mungkin sekali memiliki dampak yang
tidak kecil, juga merupakan kesimpulan dan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maksudnya bahwa statistika diartikan sebagai suatu alat untuk melakukan kegiatan analisis
data bertujuan untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut diatas yang dimaksud dengan hasil
belajar pengantar statistika adalah prestasi belajar atau kemampuan yang diperoleh berupa
pengetahuan, pemahaman, dalam menggunakan alat, cara dan sarana untuk mengumpulkan
serta melakukan analisis data yang bertujuan untuk mengambil kesimpulan yang dapat
dipertanggunjawabkan.
1584
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Pengetahuan Awal
Dick dan Carey (1990) mengartikan kemampuan atau pengetahuan awal adalah
kemampuan-kemampuan yang sudah dikuasai sebelum proses pembelajaran pokok bahasan
tertentu dimulai. Maksudnya bahwa sebelum mengikuti proses pembelajaran setidaknya
sudah memiliki dasar pengetahuan sebagai titik tolak keikutsertaan supaya dapat mengikut
pembelajaran dengan baik. Perbedaan individu dapat mempengaruhi tingkat penguasaan
materi bahan ajar antara masing-masing mahasiswa. Meskipun belum tentu siswa yang
kemampuan awalnya tinggi, dapat lebih berhasil mencapai prestasi dari pada siswa yang lain.
Oleh karena itu pengetahuan awal peserta didik penting untuk diketahui sebelum
pendidik memulai dengan pembelajarannya, dengan demikian dapat di ketahui apakah siswa
telah mempunyai atau pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran
dan sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang akan di sajikan. Dengan
mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik. Sebab
apabila siswa di beri materi yang telah diketahui maka akan merasa cepat bosan. Pengetahuan
awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview atau cara-cara lain yang cukup sederhana
seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan perwakilan siswa yang
representatif.
1585
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Silberman (2006: 173) menyatakan model The Power Of Two berarti menggabungkan
kekuatan dua kepala. Menggabungkan dua kepala dalam hal ini adalah membentuk kelompok
kecil, yaitu masing-masing siswa berpasangan. Kegiatan ini dilakukan agar munculnya suatu
sinergi yakni dua kepala lebih baik dari satu.
Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) dalam tulisan Mafatih (2007)
termasuk bagian dari belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan
menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri
dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar. Kerjasama dalam
kegiatan belajar dapat menjadi media yang tepat bagi siswa untuk mengukur kemampuan
kemudian saling mengisi kekurangan sehingga anggota kelompok tersebut dapat
mengerjakan materi pembelajaran dengan baik.
Sedangkan menurut Muqowin (2007), strategi belajar kekuatan berdua (the power of
two) adalah kegiatan dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong
munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu.
Belajar kolaboratif tentu menguntungkan bagi pelaku (siswa) menjadi lebih berenergi dan
bersemangat mengikuti pembelajar dan mengerjakan tugas-tugas dari pengajar.
Sebagai suatu strategi pembelajaran, menurut Ismail (2009) strategi pembelajaran the
power of two mempunyai beberapa keunggulan diantaranya: 1) Siswa tidak terlalu
menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir
sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain,
1586
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Strategi the power of two merupakan salah satu strategi pembelajaran. Strategi the
power of two merupakan pembelajaran kooperatif yang memperkuat pentingnya hubungan
yang sinergi antara anggota kelompok. Strategi pembelajaran ini terdiri dari 2 orang sehingga
kerjasama dan komunikasi lebih terjalin dengan baik. Pembelajaran dengan strategi the power
of two ini juga menuntut siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehingga siswa
tidak merasa bosan karena pembelajaran lebih menarik dan menuntut partisipasi siswa
terhadap materi pelajaran.
Prosedur penerapan strategi the power of two menurut Sanaky (2006) dapat dilakukan
sebagai berikut: 1). Guru memberi peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang
membutuhkan refleksi dan pikiran, 2). Guru meminta peserta didik untuk menjawab
pertanyaan sendiri-sendiri, 3) Setelah semua melengkapi jawabannya, guru membentuk siswa
ke dalam pasangan dan meminta mereka untuk berbagi (sharing) jawabannya dengan
jawaban yang dibuat teman yang lain, 4). Guru meminta pasangan tadi untuk membuat
jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respons masing-masing
individu, 5). Ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, guru membandingkan
jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.
1587
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
METODE PENELITIAN
Tabel 1.
Strategi Pembelajaran
Pengetahuan
The Power of Two Konvensional b
Awal
(A1) (A2)
K A1 A2
Keterangan :
1588
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
A1B1 : Hasil belajar pengantar statistika mahasiswa yang diajar dengan metode the power of
two dan mempunyai pengetahuan awal tinggi.
A1B2 : Hasil belajar pengantar statistika mahasiswa yang diajar dengan metode the power
of two dan mempunyai pengetahuan awal rendah.
A2B1 : Hasil belajar pengantar statistika mahasiswa yang diajar dengan metode
konvensional dan mempunyai pengetahuan awal tinggi.
A2B2 : Hasil belajar pengantar statistika mahasiswa yang diajar dengan metode
konvensional dan mempunyai pengetahuan awal rendah.
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa prodi bahasa
Inggris semester VI tahun ajaran 2012-2013. Dimana yang ditetapkan sebagai sampel
sebanyak 60 mahasiswa dari kelas R6E dan R6F masing-masing diambil sebanyak 30
mahasiswa diambil secara simple random sampling.
Deskripsi Data
Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.
Hasil olah data tentang deskripsi data diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2.
Descriptive Statistics
1589
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Berdasarkan tabel 2 diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen dengan strategi the
power of two dan pengetahuan awal tinggi (A1B1) memiliki nilai = 81,33 lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok lainya. Pada indek persebaran data (standard deviation)
kelompok eksperimen (A1B1) paling rendah yaitu 5,499 dibandingkan dengan kelompok yang
lain, artinya persebaran nilai yang diperoleh kelompok mahasiswa tersebut terendah.
Sedangkan indeks persebaran data tertinggi berada pada kelompok kontrol dengan
pengetahuan awal tinggi (A2B1).
1590
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Kriteria uji normalitas dapat menggunakan nilai sig hasil output SPSS sebagai
berikut:
Hasil olah data untuk pengecekan normalitas data diperoleh ouput SPSS sebagai
berikut:
Tabel 3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N 30 30 30 30 15 15 15 15
Normal Mean 72.833 64.50 74.166 63.16 81.33 64.33 67.00 62.00
Parametersa,,b 3 00 7 67 33 33 00 00
Std. Deviation 10.882 8.939 10.262 8.145 5.498 7.761 8.823 8.618
07 45 36 59 92 32 67 92
Most Extreme Absolute .146 .164 .199 .122 .262 .178 .233 .169
Differences
Positive .114 .156 .118 .118 .262 .178 .180 .125
Asymp. Sig. (2-tailed) .548 .394 .186 .760 .253 .727 .389 .782
1591
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Berdasarkan hasil perhitungan untuk uji normalitas data kelompok eksperimen sig =
0,548 dan kelompok kontrol sig = 0,394. Kedua kelompok tersebut dengan nilai sig > 0,05.
Artinya kelompok ekperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.
Tabel 4
1.852 3 56 .148
a. Design: Intercept + A + B + A * B
Harga levenes Test menunjukkan nilai Fhitung = 1,852. Sedangkan nilai Ftabel (0,05)(3, 56)
= 2,78. Artinya pada = 0,05 dan derajat kebebasan (db) pembilang = 3 dan db penyebut = 56
1592
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
diperoleh nilai Ftabel = 2,78. Maka keempat kelompok sampel adalah mempunyai varians
sama atau bersifat homogen.
Pengujian hipotesis penelitian, menggunakan anova dua arah, dengan hasil penelitian
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.
Type II Sum
Source of Squares df Mean Square F Sig.
Total 289700.000 60
1593
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
H0 : A1 A2
H1 : A1 > A2
Fhitung (A) = 17,174 dengan sig = 0,00 < 0,05, atau Ho ditolak.
Hal ini berarti metode pembelajaran The Power of Two berpengaruh terhadap hasil belajar
pengantar statistik.
H0 : B1 B2
H1 : B1 > B2
Fhitung (B) = 29,923 dengan sig = 0,00 < 0,05, atau Ho ditolak.
Hal ini berarti pengetahuan awal mahasiswa berpengaruh terhadap hasil belajar pengantar
statistik.
H0 : Interaksi A x B = 0
H1 : Interaksi A x B 0
Fhitung (AB) = 8,903 dengan sig =0,004 < 0,05, atau Ho ditolak.
Hal ini berarti ada pengaruh interaksi antara faktor A (The Power Of Two) dan faktor B
(Pengetahuan Awal Mahasiswa). Atau pengaruh The Power of Two terhadap hasil belajar
pengantar statistik bergantung kepada pengetahuan awal mahasiswa.
Tabel 6.
Contrast Tests
1594
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Karena pengujian hipotesis pengaruh interaksi bersifat ada pengaruh maka dilanjutkan pada
pengujian pengaruh sederhana atau simple effect. Adapun hipotesis yang diuji adalah sebagai
berikut:
H0 : 11 = 12 = 21 = 22
H1 : Bukan H0
Berdasarkan tabel 5 pada baris corrected model, diperoleh Fhitung = 18,667 dan sig = 0,00 <
0,05, berarti H0 ditolak. Dengan demikian terdapat perbedaan rata-rata keempat kelompok
tersebut.
1595
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Tabel 7
Parameter Estimates
1596
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
[A=2.00] 0a . . . . .
[B=2.00] 0a . . . . .
[A=1.00] * 0a . . . . .
[B=2.00]
[A=2.00] * 0a . . . . .
[B=1.00]
[A=2.00] * 0a . . . . .
[B=2.00]
Dari tabel 7 parameter estimates dapat membentuk model regresi dan persamaan fungsi
regresi perlakuan metode The Power of Two terhadap hasil belajar pengantar statistka,
sebagai berikut:
Pembahasan
Hasil analisis data setelah diadakan uji persyaratan data bersifat normal dan homogen,
maka penelitian ini dapat di interpretasikan sebagai berikut:
1597
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1. Terdapat perbedaan hasil belajar pengantar statistika mahasiswa yang diajar dengan
metode The power of two dengan metode konvensional. Hal ini terlihat pada nilai rata-
rata mahasiswa yang diajar dengan metode The Power Of Two (A1) = 68.3333 dan nilai
rata-rata mahasiswa yang diajar dengan metode konvensional (A2) = 57,833 serta
dibuktikan adanya nilai sig pada tabel anova yaitu sig = 0,00 < 0,05.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar pengantar statistika mahasiswa yang memiliki
pengetahuan awal tinggi dengan pengetahuan awal rendah. Hal ini terlihat pada nilai rata-
rata mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal tinggi (B1) = 72,5 dan nilai rata-rata
mahasiswa yang memiliki pengetahuan awal rendah (B1) = 53,6667 serta dibuktikan
adanya nilai sig pada tabel anova yaitu sig = 0,00 < 0,05.
3. Terdapat interaksi antara metode The Power Of Two dan Pengetahuan Awal terhadap
hasil belajar pengantar statistika, hal ini dibuktikan adanya nilai sig pada tabel anova
yaitu sig =0,004 > 0,05.
4. Pengaruh sederhana antar sel pada matriks menunjukkan adanya adanya perbedaan rata-
rata dan varians pada keempat kelompok tersebut dengan diperoleh Fhitung = 18,667 dan
sig = 0,00 < 0,05.
5. Pengaruh sederhana antar sel menunjukkan hasil belajar pengantar statistika mahasiswa
yang diajar dengan the power of two lebih tinggi dari pada metode konvensional pada
kelompok pengetahuan awal tinggi. Hal ini terlihat pada nilai thitung = 5,040 > ttabel =
1,701.
6. Pengaruh sederhana antar sel menunjukkan hasil belajar pengantar statistik mahasiswa
yang diajar dengan the power of two lebih rendah dari pada yang diajar dengan metode
konvensional pada kelompok pengetahuan awal rendah. Hal ini terlihat pada nilai thitung =
0,820 < ttabel = 1,701.
7. Pengaruh sederhana antar sel menunjukkan hasil belajar pengantar statistik mahasiswa
yang diajar dengan the power of two dan berpengetahuan awal tinggi, lebih tinggi dari
pada yang diajar dengan the power of two dan berpengetahuan awal rendah. Hal ini
terlihat pada nilai thitung = 6,798 > ttabel = 1,701.
8. Pengaruh sederhana antar sel menunjukkan hasil belajar pengantar statistik mahasiswa
yang diajar dengan konvensional dan berpengetahuan awal tinggi, lebih rendah dari pada
1598
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
yang diajar dengan konvensional dan berpengetahuan awal rendah. Hal ini terlihat pada
nilai thitung = 0,938 < ttabel = 1,701.
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini berdasarkan hasil pengujian
hipotesis dan pembahasan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata nilai hasil belajar pengantar statistika menunjukkan adanya perbedaan diantara
kelompok eksperimen dengan metode pembelajaran The power of two dan kelompok
kontrol dengan metode pembelajaran konvensional. Yaitu rata-rata nilai kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol.
2. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran The Power Of Two dan pengetahuan awal
mahasiswa terhadap hasil belajar pengantar statistik. Artinya metode pembelajaran the
power of two bersama-sama dengan pengetahuan awal memiliki pengaruh terhadap hasil
belajar pengantar statistika.
3. Pada kelompok berpengetahuan awal tinggi hasil belajar pengantar statistika yang diajar
dengan metode the power of two lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional.
Demikian juga hasil belajar statistika yang diajar dengan the power of two dan
berpengetahuan awal tinggi, lebih tinggi dari pada yang diajar dengan the power of two
dan berpengetahuan awal rendah.
4. Pada kelompok berpengetahuan awal rendah menunjukkan hasil belajar pengantar
statistik mahasiswa yang diajar dengan the power of two lebih rendah dari pada yang
diajar dengan metode konvensional. Demikian pula mahasiswa yang diajar dengan
konvensional dan berpengetahuan awal tinggi, lebih rendah dari pada yang diajar dengan
konvensional dan berpengetahuan awal rendah.
1599
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Daftar Pustaka
Bonwell, C.C. 1995. Active Learning: Creating excitement in the classroom. Center for
Teaching and Learning, St. Louis College of Pharmacy.
Ismail SM. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:
RaSAIL Media Group.
Kadir. 2010. Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sampurna.
Mafatih, Ahmad Bisyri Hadi. 2007. Makalah Strategi Belajar Dengan Cara Kooperatif
(Bidang Studi IPS). http://media.diknas.go-id. (Diakses pada tanggal 28 Mei 2008).
Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki. 2009. Statistik Terapan Untuk penelitian Ilmu-ilmu
Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Prees.
Silberman, Melvin. 2006. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (terjemahan
Raisul Muttaqien) Bandung : Nusamedia.
1600
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Agustinus Dei
ABSTRACT
Based on the initial observation on field, SMP Thomas Aquino Padang Tawang
Mengwi Badung has often participated football competition whether at Regency or Province
level but has not yet able to show maximum achievement, so the researcher hold a research
with title of The ball dribbling training in star formation with distance of 25 meters 10
repetitions of 2 sets and 5 repetitions of 4 sets to the improvement of ball dribbling agility of
the male students of VII grade of SMPK ST. Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi
Badung Academic Year 2014/2015. Based on the problem background above problem in this
research is that is there any influence and influence difference of the The ball dribbling
training in star formation with distance of 25 meters 10 repetitions of 2 sets and 5 repetitions
of 4 sets to the improvement of ball dribbling agility of the male students of VII grade of
SMPK ST. Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi Badung Academic Year 2014/2015?
The purpose of this research is to find out whether there is any influence of The ball dribbling
training in star formation with distance of 25 meters 10 repetitions of 2 sets and 5 repetitions
of 4 sets to the improvement of ball dribbling agility of the male students of VII grade of
SMPK ST. Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi Badung Academic Year 2014/2015.
Populations in this research are the male students of VII grade of SMPK ST. Thomas Aquino
Padang Tawang Mengwi Badung Academic Year 2014/2015 with total of 52 people, in this
research the population amount used as sample is 52 people. Data analysis used the analysis
statistic method with formula of t-test. From data analysis result it is obtained the difference
based on the significance level of 5% and db = 50, it is obtained the zero hypothesis
acceptance score limit in the table the t values are 1.349, whereas the t value obtained in the
research is 2.021. This means that the value obtained is greater than the zero hypothesis
refusal score limit.
Based on the above analysis, by using the significance level of 5%, it can be
concluded that there is no influence difference of the ball dribbling training in star formation
with distance of 25 meters 10 repetitions of 2 sets and 5 repetitions of 4 sets to the
improvement of ball dribbling agility of the male students of VII grade of SMPK ST. Thomas
Aquino Padang Tawang Mengwi Badung Academic Year 2014/2015. In other words, the
alternative hypothesis proposed in front is accepted. This can be proved that the t-count
value is 1.349 is smaller than the t-table value of 2.021.
PENDAHULUAN
Kelincahan sangat berperan dalam cabang olah raga mana pun, apalagi dalam sepak
bola bagi seorang pemain harus mampu menampilkan kemampuan tubuh untuk mengubah
arah gerakan secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi, maka diperlukan satu metode
pelatihan tentang kelincahan. Untuk mencapai prestasi dibutuhkan adanya: kekuatan, daya
tahan, kecepatan dan kelincahan. Kelincahan dalam sepaka bola seperti lari cepat berkelak
kelok, belak belok, bolak-balik, berkelit atau mengelak dengan tetap berdiri di tempat dan
sebagainya. Ada beberapa macam unsur yang berhubungan dengan kelincahan khususnya
seperti: panjang lengan, bentuk tubuh, berat badan, genitika, dan kebugaran fisik.
Kenyataan yang ada di lapangan sangat berbeda dengan harapan guru olahraga SMP
Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi, dimana setiap kali mengikuti kejuaraan sepak bola
tingkat sekolah sampai tingkat daerah siswanya belum mampu menunjukkan prestasi yang
maksimal. Hal ini disebabkan tidak ada program latihan dengan metode metode pelatihan
yang sesuai dengan program latihan sepak bola. Mengingat hal tersebut, maka peniliti
mengadakan suatu penelitian dengan judul Pelatihan menggiring bola membentuk bintang
dengan jarak 25 meter 10 repetisi 2 set dan 5 repetisi 4 set terhadap peningkatan kelincahan
menggiring bola siswa putra kelas VII SMPK ST. Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi
Badung Tahun Pelajaran 2014/2015.
Berdasarkan atas latar belakang masalah tersebut di atas. maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah ada pengaruh dan perbedaan pengaruh Pelatihan menggiring bola membentuk
bintang dengan jarak 25 meter 10 repetisi 2 set dan 5 repetisi 4 set terhadap peningkatan
kelincahan menggiring bola siswa putra kelas VII SMPK ST. Thomas Aquino Padang
Tawang Mengwi Badung Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
1602
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
kecepatan waktu yang terbaik dipergunakan sebagai data penelitian dengan alat ukur
stopwatch dalam satuan detik.
ANALISA DATA
Taraf signifkansi yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah taraf
signiflkasi 5 % dengan derajat kebebasan (N - 1). Apabila ternyata nilai t - test yang dapat
dalam penelitian ini lebih besar atau sama dengan nilai t pada table, maka hipotesis nol yang
diuji ditolak. Demikian seballiknya, apabila ternyata nilai t - test yang akan dapat dalam
penelitian ini lebih kecil dari nilai t pada tabel, maka hipotesis nol yang diuji diterima.
NO X1 X2 D SD SD2
1603
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1604
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
X1 X 2
t =
SD 2
N(N 1)
19,84708 21,75542
=
21,86
26(26 1)
1,90833
=
21,86
552
1,9083
=
0,039601
1,90833
=
0,198999
= -9,589566
= 9,589
Tabel Kerja hasil tes awal dan tes akhir kelompok eksperimen II
NO X1 X2 D SD SD2
1605
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1606
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
X1 X 2
t =
SD 2
N(N 1)
18,81208 21,24625
=
48,23
26(26 1)
2,43417
=
48,23
552
2,43417
=
0,295604
02,43417
=
0,295604
= -8,23455
Tabel kerja perbedaan hasil tes awal dan tes akhir Kelompok Eksperimen I dan
Kelompok eksperimen II
NO X1 X2 D SD SD2
1607
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1608
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
X1 X 2
t =
SD 2
N(N 1)
1,9083333 2,43417
=
83,82
26(26 1)
0,52583333
=
83,82
552
0,5258333
=
0,151842723
0,5258333
=
0,389670019
= 1,349
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh yang
signifikan Pelatihan menggiring bola membentuk bintang dengan jarak 25 meter 5 repetisi 4
set terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola siswa putra kelas VII SMPK ST.
Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi Badung Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil pengolahan secara statistik dengan signifikansi 5%. Terbukti hasil t-
hitung menunjukkan 9,589 Angka ini lebih besar dari angka batas penolakan hipotesis nol
dalam tabel nilai t sebesar 2,064 dengan taraf signifikansi 5%, db = 25. Dengan demikian
hipotesis nolnya ditolak. sedangkan hipotesis alternatif diterima.
1609
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Ada pengaruh yang signifikan Pelatihan menggiring bola membentuk bintang dengan
jarak 25 meter 10 repetisi 2 set erhadap peningkatan kelincahan menggiring bola siswa putra
kelas VII SMPK ST. Thomas Aquino Padang Tawang Mengwi Badung Tahun Pelajaran
2014/2015. Hal ini dapat dibukiikan dari hasil pengolahan secara statistik dengan signifikansi
5%. Terbukti hasil t-hitung menunjukkan 8,234 Angka ini lebih besar dari angka batas
penulakan hipotesis nol dalam tabel nilai t sebesar 2,064 dengan taraf signifikansi 5%, db =
25. Dengan demikian hipotesis nolnya ditolak, sedangkan hipolesis alternatif diterima.
Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan Pelatihan menggiring bola membentuk
bintang dengan jarak 25 meter 10 repetisi 2 set dan 5 repetisi 4 set terhadap peningkatan
kelincahan menggiring bola siswa putra kelas VII SMPK ST. Thomas Aquino Padang
Tawang Mengwi Badung Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil
pengolahan secara statistik dengan signifikansi 5%. Terbukti hasii t-hitung menunjukkan
1,349 Angka ini lebih rendah dari angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel nilai t
sebesar 2,021 dengan taraf signifikansi 5%, db = 50 Dengan demikian hipotesis nolnya
diterima, sedangkan hipotesis alternatif ditolak.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Haag H. 2002. Dasar-Dasar Pengajaran Pelatihan Umum. PT. Rosida Jaya. Hasan Alwi.
2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hasnan Said. 1990. Daya Tahan Sebagai Unsur Utama Pembinaan Kesegaran Jasmani.
Jakarta: Balai Pustaka.
ISPI. 1991. Scoring Tables of Men's Strack and Field Events. Jakarta: Balai Pustaka.
Kama, Ketut. 1993. Olot dan Gerakan Dalam Olahraga. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal
Widya Laksana.
Lutan Rusli. 2002. Asas-Asas Pendidikan Jasmani : Pendekatan Pendidikan Gerak di
Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas-Ditjen.
Nala, Ngurah. 2011. Kesegaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widya Laksana.
Netra, Ida Bagus. 1997. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Marta Dinata. 2008. Bola Basket Konsep dan Teknik Bermain Bola Basket. Jakarta : Cerdas
Jaya
Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Baku
Pustaka.
Redhana Wirata. 1997. Kapita Selekta Dalam Pelatihan Olahraga. Denpasar: Balai
Pelatihan Guru.
Roripandy. 1990. F.E.G. Lari. Lompat, Lempar. Jakarta.
Sadoso Sumosardjono. 1990. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta:
Gramedia.
Samsudin, 2001. Tes Kebugaran Fisik. PT. Intan Pariwara.
Sembiring. Olahraga Kesehatan II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soebroto. 2001. Teknik dan Taktik Meningkatkan Prestasi Olahraga, Jakarta: PT. Gramedia.
Soekarman. 2004. Peningkatan Prestasi Melalui Kebiasaan Berolahraga. Semarang:
Dahara Prize.
Suharno, HP. 1992. Ilmu Kepelatihan Olahraga, Monograf Yang Diperbanyak oleh FPOK.
Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto. 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sujana. 2005. Kompenen Biomotorik. Jakarta: PT. Gramedia.
Sunarya, 1990. Tuntunan Mengajar Atletik, Proyek Pembina Permasalahan Olahraga.
Sutrisno Hadi. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Sutrisno Hadi. 2000.
Statistikl. Yogyakarta: Andi Offset.
Wahjoedi. 2000. Tes Pengukuran Untuk Bidang Olahraga, Kedokteran, dan Psikologis.
Jakarta: Usaha Nasional.
Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani.
Winarno Surakhmad. 1993. Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik. Bandung:
Tarsito.
1611
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Ni Wayan Sudarti
ABSTRACT
This study aimed (1) to determine the effectiveness of the technique memoriter can
improve student speech in Indonesian Language and Literature Education 3rd semester, (2) to
identify any obstacles obtained in the application of engineering students memoriter on
Language Education and Indonesian literature semesters 3. Theory referenced in this study
were (1) the understanding of speech, (2) the purpose of the speech, (3) the kinds of speech,
(4) a method of speech, (5) the situation of speech, (6) pronunciation (the accuracy of
speech), (7 ) sounds in speech, (8) diction (word choice), (9) the sentence in the speech, (10)
the structure of the speech, (11) memorization and fluency, (12) the attitude and appearance
in speech, (13) gesture and expression , (14) contact (eyes), (15) the preparation steps
compose speeches, and (16) the preparation of self and material.
In this study used several methods: the method of determining the subject of research,
approach the subject of research, data collection methods, and data processing method. In
determining the subject of research, used methods of population. Method approach to the
subject of research is the empirical method is an approach of research subjects whose
symptoms have no reasonable basis. Symptoms fair question in this research is the ability to
make a speech through memoriter engineering student Indonesian Language and Literature
Education semesters 3. It is said there is reasonable because the lecturer had given a speech
learning through techniques memoriter. Data collection method used is the method test (test
measures) and observation. The data obtained were then processed using descriptive
statistical methods.
Based on data analysis can be summarized as follows. (1) The ability of speech
through memoriter engineering student Indonesian Language and Literature Education 3rd
semester is good. The conclusions drawn by the average value obtained was 80. (2) Based on
analysis of student weakness Indonesian Language and Literature Education 3rd semester in
speech through memoriter techniques, most prominent weakness is eye contact to an
audience of students, which is 15 people (11 , 42%) eye contact with the audience less, 5
(2.14%) no eye contact with the audience, and only 26 people (86.42%) were good eye
contact with the audience. Judging from his attitude can be proved from 46 students in a
speech tests through techniques memoriter, 35 students (75%) expressed the attitude is good.
1612
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi yang paling penting bagi manusia. Semua orang
menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa
bahasa. Melalui bahasa kita dapat berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar
dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Melalui bahasa, kebudayaan suatu
bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-
generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi, maka semua yang
berada di sekitar manusia mendapat tanggapan dalam pikiran manusia, disusun dan
diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan komunikasi. Komunikasi melalui
bahasa ini memungkinkan tiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik
dan lingkungan sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat
istiadat, kebudayaan, serta latar belakangnya masing-masing (Keraf, 1980:1).
Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa
yang satu tidak mungkin ada tanpa yang lain. Bahasa yang utama adalah bahasa lisan dan
bahasa yang kedua adalah bahasa tulis yang ditemukan manusia setelah tingkat peradaban
manusia itu meningkat. Itu sebabnya, bangsa yang masih primitif tingkat peradabannya tidak
mengenal tulisan dan bahasa tulis. Bahasa menjadi warisan secara turun-temurun. Generasi
demi generasi melakukan estafet pewarisan bahasa. Tiap generasi tentu saja bukan sekadar
menerima warisan dari generasi terdahulu, melainkan juga melakukan pembaharuan,
pengembangan, penciptaan sehingga terasa bahwa bahasa itu terus berubah dan diubah sesuai
dengan kebutuhan dan zaman.
Jika ditinjau dari sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal sampai sekarang, salah satu
fungsi bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara adalah sebagai alat
komunikasi resmi. Sebagai suatu bangsa, kita ingin tampil di permukaan pergaulan bangsa-
bangsa, sebagai bangsa yang beradab, memiliki identitas, dan sebagai bangsa yang
berkepribadian. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana untuk
mengungkapkan ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak
diterima oleh orang lain. Secara sosial juga dapat dikatakan bahwa bahasa itu terus
memahami fungsi sosialnya di segala bidang, sebagai wadah dari prilaku dan aktivitas
masyarakat.
1613
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Tampil dan berbicara di depan umum merupakan momok semua orang yang belum
terbiasa. Tidaklah dapat disangkal bahwa berbicara mempunyai peranan sosial yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Berbicara merupakan alat komunikasi tatap muka yang
sangat vital. Kemampuan berbicara seseorang turut menentukan keberhasilan atau kesuksesan
kariernya. Di satu sisi, kemampuan berbicara merupakan suatu daya pemersatu yang ampuh,
seperti mempersatukan kelompok-kelompok sosial. Di pihak lain, berbicara dapat pula
bertindak sebagai suatu daya pemecah-belah, mempertajam perbedaan-perbedaan antara
kelompok sosial. Dengan kata lain, berbicara dapat membawa kedamaian dan dapat pula
menimbulkan konflik. Karena itu, keterampilan berbicara sangat penting ditanamkan oleh
para guru bahasa Indonesia kepada peserta didiknya.
Berpidato merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan dengan berbicara atau
bentuk keterampilan berbahasa dengan menggunakan bahasa lisan. Berpidato tidak bisa
dilakukan hanya dalam hati. Seseorang akan terlihat berwibawa dengan kemampuan
berpidatonya di depan umum. Dengan pidato, seseorang dapat menarik simpati masa dan juga
dapat mempengaruhi orang lain. Dalam hal ini orang yang dapat menyampaikan pidato
1614
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
adalah orang yang mampu berbicara, bukan orang bisu. Seseorang akan dapat menyampaikan
gagasannya dalam pidato dengan baik apabila telah mempunyai skill di dalam berbahasa
khususnya bahasa lisan.
Berpidato tidak berarti orang hanya mampu mengucapkan atau asal berbicara. Orang
yang berpidato harus mampu mendalami permasalahan yang akan disampaikan. Hal ini orang
akan dapat mengatur power suaranya, kecepatan, serta pemenggalan-pemenggalannya.
Berpidato juga memerlukan mental yang sangat bagus, dalam hal ini siap untuk tampil di
depan umum atau publik. Apabila seseorang yang berpidato mempunyai mental yang kurang
siap atau gugup, maka penampilannya akan mengecewakan. Selain mengecewakan bagi diri
sendiri juga mengecewakan umum atau publik yang mendengar pidato yang disampaikan.
Mental yang kurang siap atau gugup dapat mempengaruhi keutuhan gagasan-gagasan yang
akan disampaikan serta dapat mengabaikan tujuan dari pidato itu sendiri.
Metode memoriter merupakan salah satu bagian dari metode berpidato, yaitu dengan
cara mempersiapkan naskah terlebih dahulu. Pada Metode ini terdapat dua teknik berpidato,
yakni teknik memoriter (menghafal naskah pidato yang dibuat) dan teknik ekstemporan
(membuat garis-garis besar atau outline). Dipilihnya teknik menghafal atau memoriter
karena mahasiswa dapat menuangkan ide-idenya terlebih dahulu dalam bentuk tulisan. Jika
ada kesalahan, dengan mudah mahasiswa dapat memperbaikinya. Sebelum ide-ide tersebut
disampaikan dengan bahasa lisan terlebih dahulu mahasiswa menghafalnya, dengan tidak
menutup kemungkinan mahasiswa boleh mengembangkan ide tersebut pada saat berpidato
berlangsung, sehingga Berpidato dengan metode menghafal tadi, dapat melatih mahasiswa
untuk berbicara dan menjadi terbiasa berbicara dengan bahasa yang baik dan benar di depan
umum.
Bertolak dari uraian di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti kemampuan
berpidato melalui teknik memoriter pada mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
semester 3.
1615
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
LANDASAN TEORI
Pengertian Pidato
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada
orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak, dengan
maksud agar para pendengar dapat mengetahui, memahami, menerima, serta diharapkan
bersedia melaksanakan segala sesuatu yang disampaikan terhadap mereka (Hadinegoro,
2006:1). Dengan kata lain, pidato merupakan seni berbicara di depan umum. Karena
dikatakan seni, maka pidato harus dilaksanakan dengan seindah mungkin sehingga orang
yang mendengarkan pidato tersebut merasa senang dan tertarik untuk mendengarkan uraian-
uraian yang disampaikan oleh sang orator.
Tujuan Pidato
Jenis-Jenis Pidato
Jenis pidato ditentukan oleh beberapa faktor seperti: situasi, tempat, tujuan, da, isi
pembicaraan. Faktor-faktor yang menjadi patokan untuk menentukan jenis pidato adalah
sebagai berikut : Bidang Politik, Kesempatan Khusus, Kesempatan Resmi, dan Pertemuan
Informatif.
Metode Pidato
Ada tiga macam metode untuk membawakan sebuah pidato. Adapun metode tersebut
adalah sebagai berikut. (1). Metode Naskah atau Membaca Teks Penuh (Manuskrip), (2).
Metode Mempersiapkan Bahan Terlebih Dahulu, (3) Metode Impromtu atau Metode
Spontanitas
1616
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Situasi Pidato
Secara garis besar situasi pidato dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1) situasi resmi,
2) situasi setengah resmi, dan 3) situasi tidak resmi.
Pelafalan adalah cara mengucapkan kata-kata secara jelas, enak, dan mudah
didengarkan sesuai dengan makna atau maksud yang terkandung dalam kata-kata yang
diucapkan itu (Wiyanto, 2001:85). Pelafalan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat akan
menimbulkan kebosanan, tidak menyenangkan atau kurang menarik dan dapat mengalihkan
perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat apabila menyimpang
terlalu jauh dari ragam bahasa lisan. Melakukan latihan sebelum tampil berpidato, merupakan
upaya untuk memperoleh pelafalan yang baik.
Agar mendapatkan gambaran yang sedikit lengkap mengenai suara dalam pidato, maka
secara berturut-turut akan dikemukankan sebagai berikut. (1) Volume Suara, dan (2) Intonasi
Sebagai pembicara yang baik hendaknya selalu menyadari bahwa kata-kata yang
diucapkan tidak selaludiartikan sama oleh orang lain. Misalnya kata pembangunan dapat
berarti pembuatan jalan, gedung, dan sebagainya. Seorang pembicara semestinya memahami
ketentuan-ketentuan dalam berbahasa lisan terutama dalam memilih kata-kata, yaitu
menggunakan kata-kata yang jelas, tepat, dan menarik
1617
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Secara sederhana struktur naskah pidato dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1)
pembukaan, 2) bagian isi atau uraian, dan 3) bagian penutup.
Sesuai dengan namanya memoriter atau menghafal, berpidato dengan teknik ini
pembicara harus menghafal naskah yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Naskah tersebut
dibaca berulang-ulang sampai benar-benar hafal. Untuk memudahkan pembicara dalam
menghafal, naskah pidatonya dibuat pendek tetapi tidak mengurangi sistematika dari pidato.
Sikap dan penampilan dalam berpidato selalu disesuaikan dalam situasi apa dan
bagaimana, dalam acara apa dan untuk apa acara itu diselenggarakan. Acara itu apakah
formal atau tidak formal (Kusuma, 2000:45).
Menurut Kusuma (2000:57), gesture merupakan pidato yang hidup atau meriah,
semarak, dimana komunikasi menggunakan gerakan-gerakan anggota tubuh yaitu tangan,
kepala, ekspresi wajah dan juga anggota tubuh yang lain.
METODE PENELITIAN
Metode penentuan subjek penelitian adalah suatu metode yang digunakan untuk dapat
menentukan subjek penelitian. Subjek penelitian adalah individu yang kita selidiki. Yang
menjadi subjek penelitian pada penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia semester 3.
Dalam penelitian ini metode pendekatan subjek penelitian yang digunakan adalah
metode empiris. Gejala yang dimaksud yaitu kemampuan berpidato melalui teknik memoriter
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 3. Dikatakan sudah ada secara
wajar karena mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 3 telah
mendapatkan pembelajaran berpidato melalui teknik memoriter.
Metode pengumpulan data adalah golongan metode yang khusus digunakan sebagai
alat untuk mengumpulkan atau mencari data. Ada beberapa jenis metode pengumpulan data
yang umum digunakan dalam penelitian pendidikan: 1) tes, dan 2) observasi (Netra,
1974:45).
Metode Tes
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tindakan, yaitu mahasiswa
membawakan pidato ke depan kelas melalui teknik menghafal/memoriter
Metode Observasi
1619
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Skor mentah yang diperoleh mahasiswa dalam tes berpidato melalui teknik
memoriter belum dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kemampuan mahasiswa
dalam berpidato melalui teknik memoriter. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan data dari
skor mentah menjadi skor standar. Untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar dalam
penelitian ini digunakan norma absolut seratus.
Dari hasil pengelompokan tersebut, dapat diketahui berapa orang atau berapa persen
mahasiswa yang memiliki kemampuan sangat baik, baik, cukup, atau kurang. Selain itu,
dapat juga diketahui berapa orang atau berapa persen mahasiswa yang telah memenuhi
kriteria di dalam berpidato melalui teknik memoriter. Data mahasiswa yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan minimal dapat diuraikan sebagai berikut.
Skor Rata-rata yang Diperoleh Mahasiswa dalam Berpidato dengan Teknik Memoriter
Berdasarkan perhitungan skor rata-rata yang diperoleh adalah 80. Seperti terlihat pada
uraian di atas, skor rata-rata yang diperoleh dalam berpidato melalui teknik memoriter pada
mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah 80. Sesuai dengan kriteria
predikat yang ada skor standar 80 tergolong kategori baik. Berdasarkan hal ini dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpidato melalui teknik memoriter pada mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah baik. Jika dilihat dari kriteria diperoleh 35
orang atau 82,86% yang sudah memenuhi kriteria dan 11 orang atau 17,14% yang dinyatakan
belum memenuhi kriteria.
Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan peneliti mahasiswa dalam tes berpidato
melalui teknik memoriter terdapat beberapa kelemahan yang dialami mahasiswa ketika
tampil berpidato. Kelemahan-kelemahan tersebut akan diuraikan lebih rinci di bawah ini.
1. Berdasarkan pengamatan dan penilaian dari peneliti, mahasiswa yang masih kurang
dalam aspek lafal
2. Dilihat dari aspek intonasi kelemahan mahasiswa terlihat pada pada tempo.
3. Dilihat dari volume suara mahasiswa pada saat berpidato, volume suaranya masih kurang
besar sehingga tidak terdengar jelas oleh audiens yang paling belakang.
4. Dilihat dari struktur pidatonya terdapat kekurang dalam hal pembukaan atau pendahuluan
di dalam berpidato. Pembukaan yang disampaikan mahasiswa cenderung kurang menarik
sehingga tidak ada respon dari audiens. Dilihat dari isi pidatonya pemaparan materinya
kurang sehingga terlihat dipaksakan untuk menutup pidatonya padahal masih banyak hal
yang perlu diungkapkan. Dilihat dari bagian penutupnya, terdapat simpulan dari materi,
ajakan serta himbauan terhadap audiens kurang.
5. Dilihat dari gesture dan ekspresi mahasiswa, terdapat ekspresi dan gerak tubuhnya kurang
sesuai dan tidak ada ekspresi dan gerak tubuh. Mahasiswa cenderung terlihat
memaksakan gerak tubuhnya dan tidak sesuai dengan konteks yang diucapkan sehingga
kelihatan kaku. Terdapat juga beberapa mahasiswa yang memposisikan tangannya di satu
1621
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
tempat sampai akhir pidato, misalnya di saku, dilipat kebelakang, di perut dan lain
sebagainya.
6. Dilihat dari kontak pandang pada dengan audiens pada saat berpidato, mahasiswa
cenderung tidak memandang audiens dan mengalihkan pandangan ke tempat yang
kosong.
7. Dilihat dari segi sikap ketika berpidato, mahasiswa cenderung kurang tenang, kurang
tegap.
Berdasarkan hasil analisis di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelemahan
mahasiswa yang paling menonjol dalam berpidato dengan teknik memoriter ini terletak pada
kontak pandang mahasiswa dengan audiens dan sikap mahasiswa ketika berpidato.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data maka data yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
Kemampuan berpidato melalui teknik memoriter mahasiswa tergolong baik. Hasil simpulan
ini berpijak dari nilai rata-rata yang diperoleh, yakni 80. Berdasarkan ketuntasan individu
yang dicapai oleh 46 mahasiswa yang menjadi subjek penelitian, hanya 35 orang (82,86%)
memperoleh nilai di bawah 80. Berdasarkan hasil analisis kelemahan mahasiswa dalam
berpidato dengan teknik memoriter, kelemahan yang paling menonjol adalah kontak pandang
mahasiswa terhadap audiens dan sikap mahasiswa ketika tampil berpidato. Hal ini dapat
dibuktikan dari 46 mahasiswa yang di tes berpidato dengan teknik memoriter, 26 orang
(86,42%) kontak pandang dengan audiens kurang, 15 orang (11,42%) tidak ada kontak
pandang dengan audiens, dan hanya 5 orang (2.14%) yang kontak pandang dengan audiens
baik. Dilihat dari sikap dapat dibuktikan dari 46 mahasiswa yang di tes berpidato dengan
1622
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
DAFTAR PUSTAKA
Ekasriadi, Ida Ayu Agung. 2006. Diktat Kuliah Berbicara I:. Denpasar: Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali.
Hadinegoro, Luqman. 2006. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta: Absolut.
Keraf, Gorys. 1986. Disksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kusuma. 2000. Teknik Berpidato. Yogyakarta: Bintang Cemerlang.
Netra. 1974. Metodelogi Penelitian. Singraja : FKIP UNUD.
Nugroho, Adi. 2005. Teknik Mahir Berpidato. Surabaya: Indah.
Wiyanto, Asul. 2001. Pidato, Ceramah dan Diskusi. Gersik: CV. Bintang Pelajar.
Wiyanto, Asul. 2001. Terampil Pidato. Jakarta: CV. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
1623
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Studi Tentang Kemampuan Manajerial Pimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Dosen di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) IKIP PGRI
Bali Tahun 2016)
ABSTRACT
This study aims to determine the contribution kemampuam managerial faculty leadership,
organizational culture and work motivation on the professionalism of the lecturers in the
Faculty of Social Sciences of Education (FPIPS) Teachers' Training College PGRI Bali. The
study population was all lecturers in the Faculty of Education Social Sciences (FPIPS)
Teachers' Training College PGRI Bali with a total of 89 lecturers. Sampling was done by
Multi Stage Random Sampling technique using a design of ex-post facto. Data collected by
questionnaire and observation sheet. Data were analyzed with regression, correlation and
analysis of determination. The results showed that: (1) The results of the analysis were found:
(1) there is a positive and significant contribution between managerial ability Faculty Leaders
of the professionalism of lecturers through the regression equation Y = 48.602 + 0.577 X1
with a contribution of 44% and the effective contribution of 24.7 %, (2) there is a significant
and positive contribution of the organizational culture of professionalism through the
regression line equation: Y = 17.624 + 0.887 X2 with a contribution of 37.9% and the
effective contribution of 15.2% (3) there is a positive and significant contribution between
motivation to work towards professionalism through the regression equation Y = 49.332 +
0.658 X3 with sebsar contributed 42.7% and the effective contribution of 26.0% and (4) there
is a significant and positive contribution jointly between managerial leadership ability,
organizational culture, motivation to work in the professionalism of lecturers through the
regression equation Y = 14.298 + 0.323 +0.357 X1 X2 + 0,400 X3 with a contribution of
65.9%. Based on these findings we can conclude that there is a positive and significant
contribution between managerial leadership ability, organizational culture and work
motivation on the professionalism of the lecturers in the Faculty of Education Social Sciences
(FPIPS) Teachers' Training College PGRI Bali separately or silmultan. Thus all three of these
factors can be used as predictors of professionalism tingakt tendency lecturer in the Faculty
of Education Social Sciences (FPIPS) Teachers' Training College PGRI Bali.
1624
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perguruan tinggi swasta sebagai mitra perguruan tinggi negeri, sebagaimana
disebutkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara tahun 1999, bahwa perguruan tinggi
swasta sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional perlu terus didorong untuk
meningkatkan pertumbuhan, peranan, tanggung jawab dan mutu pendidikan dengan tetap
mengindahkan ciri khas perguruan tinggi swasta yang bersangkutan serta syarat-syarat
pendidikan secara umum. Hal ini berarti bahwa perguruan tinggi harus memperkuat
kemampuan jajaran /civitas akademika supaya lebih profesional dan berkualitas. Menurut
Swasto (1995), peran dosen disamping sebagai pengajar juga sebagai peneliti dan penyebar
informasi. Hal ini berarti prestasi dosen juga ditentukan dari banyaknya makalah yang
dipresentasikan dalam seminar, penulisan artikel dalam jurnal ilmiah dan penyusunan buku
yang berbobot. Selain itu dosen perlu mempunyai kemampuan berpikir logis dan kritis,
menguasai prinsip dan metode penelitian serta mampu mengkomunikasikan hasil-hasil
penelitian. Dengan demikian dosen selalu tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan sosial kemasyarakatan. Tumbuh kembangnya suatu organisasi banyak
ditentukan oleh sumber daya manusianya yang berkualitas. Dengan demikian sumber daya
manusia harus diperhatikan dengan baik termasuk factor-faktor kompensasinya yang
diharapkan bisa meningkatkan produktivitas dan profesionalismenya dalam bekerja.
Kontribusi perguruan tinggi dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas
adalah sangat signifikan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), dijelaskan bahwa:
1. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi dan vokasi
2. Pendidikan profesi; pendidikan tinggi setelah program sarjana untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus
3. Pendidikan vokasi; pendidikan tinggi maksial setara program sarjana untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian terapan tertentu
Hal ini menegaskan pula akan persyaratan keahlian atau kompetensi dalam pendidikan tinggi.
Menyikapi tuntutan tersebut, banyak perguruan tinggi yang mengembangkan kurikulumnya
dengan berbasis kompetensi yang menggeser kurikulum berbasis substansi. Memang tidak
semua jurusan atau program studi akan cocok dengan kurikulum berbasis kompetensi
tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberikan landasan ataupun
solusi guna pengembangan sumber daya manusia unggul untuk kepentingan pembangunan
bangsa dan negara, yaitu dengan berbagai cara 1) Meningkatkan profesionalisme dosen di
fakultas pendidikan ilmu pengetahuan social IKIP OGRI Bali . 2) Meningkatkan kompetensi
lulusan sesuai kebutuhan stakeholder dan pasar kerja di era globalisasi.Di samping itu, tujuan
dari penelitian ini juga untuk membuktikan secara empiris bahwa profesionalisme dosen
dipengaruhi kemampuan manajerial pimpinan,budaya organisasi dan motivasi kerja.
Kepuasan stakeholder dipengaruhi oleh kompetensi lulusan baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui komitmen organisasi dan komitmen profesi sebagai mediasi Pasal 3,
ayat 1 Undang-undang Guru dan Dosen No.4 Tahun 2005, dikemukakan bahwa Guru dan
Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan tinggi
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Lebih jauh dikemukakan bahwa
1625
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama menstransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu pekerjaannya. Kinerja atau performansi dapat
diartikan sebagai presentasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk
kerja (LAN, 2004). Sejalan dengan itu Smith (1982: 393) menyatakan, kinerja adalah
..output drive from processes, human or otherwise. Jadi, kinerja merupakan hasil atau
keluaran dari suatu proses. Untuk lebih memahami tentang kinerja dosen. Kriteria kinerja
pendidikan menurut Blazey, et al. (2001: 31) bertujuan untuk: (1) meningkatkan kinerja,
kapabilitas, dan output pendidikan, (2) mempermudah komunikasi dantukar menukar
informasi tentang praktik pendidikan yang terbaik dengan berbagai tipe institusi pendidikan,
dan (3) sebagai alat untuk memahami dan meningkatkan kinerja institusi pendidikan serta
pedoman dalam perencanaan stratejik.
1627
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
kepada organisasi. Kalbers dan Fogarty (1995) menggunakan dua pandangan tentang
komitmen organisasional yaitu, affective dan continuence. Hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa komitmen organisasi affective berhubungan dengan satu pandangan
profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi, sedangkan komitmen organisasi continuance
berhubungan secara positif dengan pengalaman dan secara negatif dengan pandangan
profesionalisme kewajiban
sosial. Buchanan (1974, dalam Vandenberg 1992) mendefinisikan komitmen adalah sebagai
penerimaan karyawan atas nilai-nilai organisasi (identification), keterlibatan secara
psikologis (psychological immerson), dan loyalitas (affection/attachement). Komitmen
merupakan sebuah sikap dan perilaku yang saling mendorong (reinforce) antara satu dengan
yang lain. Karyawan
yang komit terhadap organisasi akan menunjukkan sikap dan perilaku yang positif terhadap
lembaganya, karyawan akan memiliki jiwa untuk tetap membela organisasinya, berusaha
meningkatkan prestasi, dan memiliki keyakinan yang pasti untuk membantu mewujudkan
tujuan organisasi. Dengan kata lain komitmen karyawan terhadap organisasinya adalah
kesetiaan karyawan terhadap organisasinya, di samping juga akan menumbuhkan loyalitas
serta mendorong keterlibatan diri karyawan dalam mengambil berbagai keputusan. Oleh
karenanya komitmen akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi
karyawan terhadap organisasi. Hal itu diharapkan dapat berjalan dengan baik sehingga
mencapai kesuksesan dan kesejahteraan organisasi dalam jangka panjang.
2.6 Pengaruh Komitmen Organisasi, Komitmen Profesi dan Motivasi Terhadap Kinerja Dosen
Seseorang yang bergabung dengan suatu organisasi tentunya membawa keinginan-
keinginan, kebutuhan dan pengalaman masa lalu yang membentuk harapan kerja baginya,
dan bersamasama dengan organisasinya berusaha mencapai tujuan bersama. Untuk dapat
bekerja sama dan berprestasi kerja dengan baik, seorang dosen harus mempunyai komitmen
yang tinggi pada organisasinya. Komitmen organisasi akan mempengaruhi berbagai perilaku
penting agar organisasi berfungsi efektif. Komitmen organisasi dapat tumbuh mana kala
harapan kerja dapat terpenuhi oleh organisasi dengan baik. Selanjutnya dengan terpenuhinya
harapan kerja ini akan menimbulkan kepuasan kerja. Tingkat kepuasan kerja banyak
menunjukkan kesesuaiannya dengan harapan kerja yang sering merupakan motivasi kerja.
1628
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Menurut Reksohadiprodjo (1990) motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai
suatu tujuan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu kekuasaan
dari dalam diri orang tersebut. Kekuatan pendorong inilah yang disebut motivasi. Motivasi
yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan guna
mencapai sasaran akhir yaitu kepuasan kerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kepuasan kerja berhubungan langsung dengan motivasi kerja (Rahardja, 2000).
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh
dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk
mengumpulkan jawaban kuesioner dari dosen FPIPS IKIP PGRI Bali sebagai responden
dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor total yang diperoleh
dari pengisian kuesioner yang telah dibagika kepada para dosen dosen pada fakultas
pendidikan ilmu pengetahuan social IKIP PGRI Bali
Data yang diperoleh dalam penelitian perlu dianalisis agar dapat ditarik suatu
kesimpulan yang tepat. Oleh karena itu perlu ditetapkan teknik analisis yang sesuai
dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, juga untuk menguji kebenaran hipotesa
(Cooper dan Emory, 1995). Pada penelitian ini ada beberapa tahap dalam analisis data,
yaitu :
Tahap pertama,
Yang harus dilakukan adalahmelakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen. Uji
validitas dilakukan untuk memastikan bahwa masing-masing item dalam instrument
penelitian mampu mengukur variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini. Sebuah
instrumen
dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan mengungkapkan data
dari variable yang diteliti secara tepat (Ghozali, 2001:45). Uji validitas dilakukan dengan
analisa item, dimana setiap nilai yang diperoleh untuk setiap item dikorelasikan dengan
nilai total seluruh item suatu variabel. Uji korelasi yang digunakan adalah Korelasi
Product Moment, dengan syarat minimum suatu item dianggap valid adalah nilai r 0,30
(Sugiyono, 2001:116). Sedangkan uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui
sejauhmana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap pernyataan yang sama menggunakan alat ukur yang sama pula. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Cronbach Alpha (), dimana suatu
instrument dapat dikatakan handal (reliabel), bila memiliki koefisien kehandalan atau
cronbach alpha 0,6 (Nunally, 1981). Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan bantuan program
Tahap kedua,
Menganalisis pengaruh komitmen organisasi, komitmen professi, dan motivasi
terhadap kinerja dosen. Alat uji yang digunakan disesuaikan dengan model penelitian.
Untuk penelitian ini, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan regresi linear
berganda (multiple linear regression). Analisis regresi linear berganda digunakan untuk
menentukan ketepatan prediksi apakah ada pengaruh yang kuat antara variable
independen dengan variable dependen. Model analisis regresi linear berganda pada
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Level confidence pada penelitian ini adalah 95% dengan level toleransi kesalahan
(tingkat
signifikansi 5%). Kesimpulan hasil analisis pada penelitian ini diarahkan pada nilaip (p
value). Bila nilai-p (p-value) lebih besar dari batas toleransi 5% berarti hasil analisis
1630
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
menerima hipotesis null atau hasil analisis tidak signifikan.Tetapi bila nilai-p (pvalue) lebih
kecil dari batas toleransi 5% maka hasil analisis menolak hipotesis null atau hasil analisis
adalah signifikan. Analisis data dijalankan dengan bantuan SPSS 15.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
antara variabel komitmen organisasi dan motivasi adalah sebesar 22,618 dengan nilai P
sebesar 0,000 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis III diterima, karena nilai C.R dan P
telah memenuhi syarat signifikansi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan variabel komitmen organisasi terhadap variabel motivasi.
2. Para pimpinan institusi disarankan untuk mengadakan penilaian terhadap dosen yang
mempunyai prestasi, baik prestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Bagi dosen
yang berprestasi hendaknya diberikan reward baik berupa finansial maupun non-finansial.
Dengan demikian, para dosen akan menjadi termotivasi untuk meraih prestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bateman, T., and S. Strasser. (1984). A
Longitudinal analysis of the antecedents
organizational commitment . Academy of
Manajement Journal 27 : 95-112.
Daryono Rahardjo dan Waridin. (2000). An
Assessment of Organizational Commitment
Among Univerity Officers in Indonesia (A
Study at Diponegoro University Semarang).
Directory Perguruan Tinggi Swasta Kopertis
Wilayah VII Jawa Timur. 2007
1633
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
Partial massage is given only on certain parts on the surface or part of the segment
with the appropriate boundaries of the corner of anatomy and function of the area of the body
or limbs. General or somatic massage Massage is a massage that is given to all parts of the
body. To achieve an athlete's performance is maximized, it is necessary to know the factors
that can affect sports performance of an athlete. One such factor is the recovery of the body.
A good recovery process is when someone who has done this process will not feel tired
anymore as a result of physical activity done before and are ready to do physical activity
further. Sports activities are often conducted that use agility. This type of research used in
this study is an experimental research. The design of the study is a randomized the pretest-
posttest control group design with repeated measurement. In this study, the population used is
the Teachers' Training College students majoring PENJASKESREK FPOK PGRI BALI class
A and D class of 2014 as many as 73 people. The sample used in this study as many as 36
people, who were divided into two groups according to the study design. There is a
significant relationship between the treatment of general massage techniques and massage
partial towards agility by 1.92 in other words it can be said that the general and partial
massage techniques can improve agility.
PENDAHULUAN
Di Indonesia banyak istilah mengenai masase seperti pijat atau lulut, yang telah
dilakukan sejak zaman nenek moyang kita terdahulu. Orang-orang yang dipercayai pandai
me-masase atau memijat ini lazimnya disebut dengan panggilan dukun pijat, dukun urut
ataupun dukun bayi. Selama 30 tahun terakhir,di negara barat telah banyak dilakukan
penelitian tentang manfaat sentuhan dan pijat. Dan kini masase sendiri telah berkembang di
seluruh dunia. Bukan hanya di salon kecantikan atau di panti pijat tetapi juga berkembang di
rumah sakit bahkan di klub-klub olahraga. Sport Massage atau masase olahraga merupakan
salah satu dari banyak jenis masase. Masase olahraga adalah suatu tahap awal dalam metode
fisioterafi sejak 3000 tahun yang lalu. Ketika terjadi luka, pijat menjadi treatment yang
1634
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
sangat efektif untuk mengatasi kebanyakan keluhan dan ia juga mampu membantu proses
penyembuhan. Dimana pijat dipandang sebagai obat preventif.. Banyak atlet, pria maupun
wanita yang melakukan terapi pijat untuk mengurangi ketegangan syaraf dan merilekskan
pikiran sebelum melakukan event penting.
Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian badan tertentu dengan tangan
atau alat-alat khusus untuk melancarkan peredaran darah sebagai cara pengobatan atau untuk
menghilangkan rasa lelah. Selain itu, masase berperan penting dalam mengembangkan
kualitas fisik dalam membentuk dan mempertahankan bentuk serta kondisi fisik olahragawan.
Masase membantu terhadap kemampuan prestasi olahragawan, jadi tidak hanya dengan
latihan-latihan saja. Untuk mencapai suatu prestasi atlet yang maksimal, maka perlu
mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi prestasi olahraga seorang atlet. Salah
satu faktor tersebut adalah pemulihan kondisi tubuh. Proses pemulihan yang baik ialah
apabila seseorang yang telah melakukan proses pemulihan tersebut tidak merasa lelah lagi
akibat aktifitas fisik yang dilakukan sebelumnya dan siap melakukan aktifitas fisik
selanjutnya. Aktifitas olahraga yang sering dilakukan yaitu menggunakan kelincahan.
Kelincahan dapat berupa tipuan bagian tubuh atas (berkelit) misalnya pada cabang
olahraga bola basket, saat pemain bola basket berusaha mengecoh lawan yang dihadapi agar
bola dapat dialihkan dengan aman kepada teman atau dilemparkan langsung ke keranjang.
Contoh lainnya adalah gerakan badan bagian atas petinju yang menghindari pukulan lawan
yang datang tiba-tiba. Pada saat itu atlet tersebut telapak kakinya tetap di tempat, yang
bergerak hanya tubuh bagian atas. Semua gerakan dilakukan dengan serba cepat. Contoh
gerakan kelincahan dimana gerakan kaki berpindah atau terjadi gerakan seluruh tubuh yakni
sewaktu pemain sepakbola berlari cepat meliuk-liuk sambil menggiring bola melewati
pemain lawan untuk menuju ke gawang lawan.
KAJIAN PUSTAKA
Massage berasal dari bahasa Perancis masser yang berarti menggosok atau dari kata Arab
mash yang berarti menekan dengan lembut atau dari kata Yunani massien yang berarti
memijat atau melulut (Soetopo, Sayarti dkk. 2000). Massage adalah manipulasi manual yang
menggunakan tekanan dan gerakan yang bervariasi untuk memanipulasi otot dan jaringan
lunak biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan
1635
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
posisi sendi untuk meredakan nyeri/pegal, memberikan efek relaksasi, dan atau memperbaiki
sirkulasi peredaran darah.
Cara melakukan masase atau manipulasi masih menggunakan istilah-istilah dalam
bahasa Perancis. Manipulasi-manipulasi tersebut dilaksanakan dengan tangan secara
sistematis yang bertujuan menimbulkan efek pada system otot, susunan syaraf serta sirkulasi
darah secara keseluruhan (general) maupun setempat (lokal).
Masase akan menimbulkan suatu pengaruh fisiologis dan mekanis yang
mendatangkan suatu relaksasi atau rasa sakit yang berkurang akibat adanya pembengkakan
(haematome). Selain itu masase juga menimbulkan pengaruh secara psikologis yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri (self confidence).
Banyak para ahli berpendapat bahwa teknik manipulasi dengan tangan memberikan
hasil yang lebih baik daripada menggunakan alat-alat elektris, karena teknik manipulasi
dengan tangan dapat memberikan sentuhan yang sensitife alamiah.
Menurut fungsinya masase dapat digunakan sebagai berikut : masase untuk tujuan
terapi (therapy massage) adalah upaya masase untuk memberikan pengaruh yang baik
terhadap suatu kondisi cedera atau penyakit (patologi), masase kecantikan (beauty massage)
adalah upaya masase untuk menghindarkan kekeriputan dan kekeringan kulit, masase
kesehatan (hygiene massage) adalah upaya masase untuk memelihara kebugaran tubuh,
menormalkan fungsi organ serta menghindarkan diri dari penyakit atau kelainan, dan masase
olahraga (sport massage) adalah upaya masase dengan menggunakan teknik menipulasi yang
bermacam-macam untuk memperbaiki dan mempertahankan kondisi tubuh olahragawan serta
menghilangkan kelainan-kelainan akibat olahraga yang ditimbulkan. Masase olahraga
mempunyai tujuan dalam menunjang pencapaian prestasi suatu pertandingan atau
perlombaan. Hal ini tersebut dilakukan untuk tujuan preparatif, preventif dan kuratif.
1. Preparatif, adalah tujuan masase untuk mempersiapkan olahragawan memiliki kondisi
badan yang baik sehingga dapat menghadapi dan menanggulangi ketegangan-ketegangan
yang timbul dalam suatu pertandingan atau perlombaan.
2. Prefentif, adalah tujuan masase dalam mempertahankan dan mengembalikan fungsi alat
gerak (pulih asal) agar tetap dapat berfungsi dengan baik.
1636
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
3. Kuratif, adalah tujuan masase untuk memperbaiki kembali kondisi tubuh setelah
mengalami cedera atau mengurangi rasa sakit pada otot yang ditimbulkan oleh
tertimbunnya asam laktat (lactyt acid).
Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
Sugiyono (2012:109). Percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Margono, 2005: 110).
RANCANGAN PENELITIAN
P1 P1
2
T1 T T3
P R S RA
P2 P2
4 5
T T T6
Keterangan :
P = Populasi
R = Random
S = Sampel
RA = Random Alokasi
T1 s/d T3 = Tes kelincahan (lari bolak-balik) kelompok perlakuan masase general
T4 s/d T6 = Tes kelincahan (lari bolak-balik) kelompok perlakuan masase partial
p1 = Pemulihan pasif menggunakan teknik masase general
p2 = Pemulihan pasif menggunakan teknik masase partial
1638
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 36 orang, yang dibagi menjadi
2 kelompok sesuai dengan rancangan penelitian.
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Tes kelincahan (lari bolak-balik) 8 x 5 meter dengan lebar 1,2 meter dan panjang 5 meter
2. Stopwatch
3. Meteran
4. Peluit
5. Alat tulis
6. Kertas
7. Minyak zaitun
8. Lepekan
9. Handuk kecil
10. Masseur/Masseuse
Masseur yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 36 orang, yaitu mahasiswa yang
telah lulus mata kuliah gerak terapeutik dan dengan kemampuan yang sama.
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi penelitian yaitu Kampus pusat IKIP PGRI BALI yang terletak di jalan Seroja
Gatsu Timur, Denpasar. Waktu penelitian selama 1 hari pada hari Selasa, 8 November 2016
pukul 07.00 - 13.00 Wita.
PROSEDUR PENELITIAN
1. Sebelum tes kelincahan dilakukan testee melakukan pemanasan 10 menit, testee
menggunakan start berdiri di belakang garis start, saat tester memberi aba-aba bersedia
testee mengambil sikap siap untuk berlari, dan saat tester memberi aba-aba ya diikuti
bunyi peluit saat itu stopwatch dihidupkan dan saat itu juga testee berlari secepat-
cepatnya menuju garis yang berada di samping dan berputar kembali ke garis start. Testee
melakukan gerakan tersebut sebanyak 8 kali, 1 kali diartikan sebagai satu kali lari bolak-
balik.
2. Setelah testee melakukan tes, testee melakukan pendinginan selama 10 menit, setelah itu
melakukan pemulihan selama 60 menit untuk kelompok pertama dan pemulihan selama
1639
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
30 menit pada kelompok kedua. Pada kelompok pertama diberikan masase general
sedangkan kelompok kedua diberikan masase partial.
3. Setelah proses pemulihan selesai testee kembali melakukan tes kelincahan (lari bolak-
balik) dengan prosedur yang sama pada point 1. Tes ini dilakukan sebanyak 3 kali dan
melakukan pemulihan sebanyak 2 kali
Dari hasil tabel 1 tersebut, bahwa ada kelincahan pada kelompok pertama sesudah
pemulihan pertama sebesar -0,8% sedangkan pemulihan kedua sebesar -1,6%, yang berarti
bahwa setelah pemulihan pertama mengalami penurunan sebesar 0,8%, sedangkan pemulihan
kedua sebesar 1,6%.
1640
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dari hasil tabel 2 tersebut, bahwa ada kelincahan pada kelompok kedua sesudah
pemulihan pertama sebesar -1,1% sedangkan pemulihan kedua sebesar -1,9%, yang berarti
bahwa setelah pemulihan pertama mengalami penurunan sebesar 1,1%, sedangkan pemulihan
kedua sebesar 1,9%.
Dari hasil tabel 3 menyatakan, bahwa semua data kelompok pertama dan kelompok
kedua mempunyai nilai x2 hitung < x2 tabel, berdasarkan kriteria pengujian maka dapat
dikatakan bahwa semua data berdistribusi normal.
1641
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
dan
Kelompok Kedua
Dari hasil tabel 4 tersebut menyatakan bahwa data antara kelompok pertama dan
kelompok kedua mempunyai Fhitung < Ftabel, berdasarkan kriteria pengujian, maka dapat
dikatakan bahwa kelompok pertama dan kelompok kedua sebelum dilakukan perlakuan
bersifat homogen.
Uji Paired Sampel t Tes (uji beda rata-rata untuk sampel berpasangan) kelompok
perlakuan dapat disimpulkan bahwa Ha dierima Ho ditolak karena thitung 1,92 < ttabel 2,56.
Dengan kata lain bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kelincahan
mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan teknik masase general pada kelompok
pertama .
Uji Independent Sample t Test (uji beda rata-rata antar kelompok) dapat disimpulkan
bahwa Ha ditolak dan Ho diterima karena nilai thitung 2,392 > ttabel 2,358. Dengan kata lain
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kelincahan mahasiswa pada
kelompok pertama dan kelompok kedua sesudah diberikan pemulihan
SIMPULAN
Ada pengaruh yang signifikan antara perlakuan teknik masase general dan masase partial
terhadap kelincahan sebesar 1,92 dengan kata lain dapat dikatakan bahwa teknik masase
general dan partial dapat meningkatkan kelincahan.
1642
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
SARAN
Bagi pelaku olahraga (pembina olahraga, pelatih olahraga, guru olahraga dan atlet)
dan masyarakat disarankan untuk melakukan teknik masase general dan partial sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan kelincahan.
DAFTAR PUSTAKA
1643
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Ni Nyoman Murniasih
ABSTRACT
Ergonomics approach how we interact with our working environment and how these
interactions can be improved so that our well being is maximized and comfort situation in
physical environmental including noise, lighting, temperature. Any ergonomics intervention
must be viewed in light of it is effect on productivity and the best ergonomic solution will
often improve productivity.
Here are same ergonomic factor to consider when setting up or adjusting your work
space. Simply put reducing unnecessary or awkward poture and exertion almost necessarily
reduce the time it takes to comple a given task, thus improving productivity. By ergonomics
principle we strive for tool,ways, and environment for work process so that it all would be
mach with ability, capacity, and limited of human,
Keyworld : works, comfort, ergonomic
1. Pendahuluan
Persaingan Global dan lingkungan kerja yang telah banyak berubah dalam dekade
terakhir ini, mempengaruhi perilaku pekerja dan manejemen dalam pekerjaannya. Persaingan
yang semakin kompetitif dan perubahan budaya memberikan tekanan kepada pekerja untuk
tetap bekerja produktif. Agar bisa bekerja efektif , efesien dan produktivitas kerja meningkat,
maka perlu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kemampuan dan batasan manusia
sebagai perkerja.
Ergonomi merupakan salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk menserasikan
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia dengan alat,cara dan lingkungan kerja demi
tercapainya kesehatan, keamanan, kenyamanan dan efisiensi kerja yang setinggi-tingginya.
Jika pekerja tidak nyaman dapat menjadi sebuah gangguan atau bahkan akan menimbulkan
efek psikologis atau salah satu nyeri fisiologis. Kenyamanan merupakan suatu proses biologi
yang sederhana untuk semua pekerja.
Kenyamanan suhu dan faktor iklim pada ruang kerja ( indoor climate ) adalah suatu
kondisi fisik sekeliling dimana perkerja melakukan suatu aktivitas tertentu yang meliputi hal-
1644
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
2. Pembahasan
Setiap organisasi dikelola oleh manusia . Tanpa manusia organisasi itu tidak ada ,
tantangan, peluang dan juga frustasi dalam menciptakan dan mengelola organisasi kerapkali
bersumber dari masalah-masalah yang ada kaitanya dengan manusia.Agar organisasi dapat
memaksimunkan aktivitasnya maka diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya manusia
sebagai pekerja secara bijaksana.Salah satu cara yang bisa dilakukan dalam mengelola
pekerja selaku sumber daya manusia adalah melalui pendekatan ergonomi.
Pendekatan ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performans kerja manusia .
Seperti menambah kecepatan kerja , acurancy ,keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi timbulnya kelelahan yang terlalu cepat. Disiplin ergonomi diharapkan mampu
memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia sebagai pekerja , serta meminimalkan
kerusakan peralatan yang disebabkan oleh manusia.
Melalui total ergonomic approach yaitu suatu pendekatan yang titik fokusnya
memecahkan masalah melihat aspek manusia, lingkungan , kondisinya, serta pengaruh tugas
terhadap tubuh manusia secara serentak . Musibah kerja sering terjadi karena human error.
Agar pekerja bisa bekerja dengan nyaman, maka yang perlu diperhatikan adalah lingkungan
fisik dan lingkungan psikisnya.Suatu organisasi yang mencari keunggulan kopetitif melalui
manusia sebagai pekerjanya harus mampu mengelola perilaku pekerjanya dengan baik.
1645
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Jika pekerja bekerja melampau batas yang harus dipikulnya, maka bisa jadi akan
menimbulkan stres kerja. Stres sebagai suatu istilah payung yang merangkum tekanan beban
konflik, keletihan , ketegangan,panik perasaan gemuruh, anxiety, kemurungan dan hilang
daya. Stres kerja menunjukan suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidak
seimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang
pekerja.
Stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi
lingkungan , sebagai hasilnya pada diri pekerja berkembng berbagai macam gejala stress
yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.Orang-orang yang mengalami stress bisa
menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran kronis.Mereka sering menjadi mudah marah
dan agresif tidak dapat rileks atau menunjukan sikap yang kurang kooperatif. Stres dapat
mempengaruhi, kehidupan, kesehatan, produktivitas dan penghasilan.Produktivitas yang
dimaksud dalam hal ini adalah rasio keluaran( out put ) terhadap masukan ( input ).
2.2.1 Kebisingan.
Lingkungan kerja yang bising yang melampau nilai ambang batas (N A B) akan
berpengaruh terhadap kenyamanan bekerja lebih-lebih jika pekerjaan itu memerlukan
konsentrasi dan ketelitian, maka usahakanlah suasana kerja jauh dari kebisingan. Akibat yang
ditimbulkan dari tingkat kebisingan melebihi nilai ambang batas (N A B) yang
direkomendasikan adalah gangguan fisiologis, gangguan psikologis maupun gangguan
komunikasi.
Bising adalah suara-suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering
mengganggu. Adapun gangguan fisiologis yang dimaksud dalam hal ini adalah kebisingan
yang bernada tinggi sangat mengganggu kenyamanan kerja lebih-lebih yang datangnya secara
terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba tak terduga. Gangguan dapat terjadi pada
peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, batal metabolisme, kontraksi pembuluh darah
kecil terutama pada tangan, kaki dan dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.Secara
1646
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
psikologis bising juga bisa menimbulkan stres kerja. Jika ini dialami oleh pekerja maka
pekerja akan cepat emosi, suasana hati yang galau yang disebabkan oleh suatu tuntutan antara
tingkat harapan dengan kemampuan seseorang untuk menghadapi pekerjaanya.Hal ini juga
akan menyebabkan pekerja sulit untuk mengatasi tuntutan-tuntutan pada situasi kerja yang
dihadapinya.Gangguan yang juga bisa ditimbulkan jika bising melampau nilai ambang batas
(N A B) akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaranya.
2.2.2 Cahaya.
Cahaya merupakan salah satu faktor lingkungan fisik yang dapat berpengaruh terhadap
hasil kerja. Pencahayaan yang kurang dapat menimbulkan kesalahan kerja dan mata cepat
menjadi lelah. Maka dengan demikian penerangan yang baik merupakan salah satu faktor
memberikan kondisi penglihatan yang cukup baik. Penerangan dapat mempengaruhi dalam
melihat obyek-obyek. Obyek (pekerjaan) akan terlihat dengan jelas, cepat mencarinya tanpa
menimbulkan kesalahan yang berarti.Sebaliknya jika pencahayaan kurang akan menyebabkan
mata menjadi lelah. Kelelahan mata yang terlalu lama akan menyebabkan kerusakan pada
mata dan akibatnya juga berpengaruh pada kelelahan mental.
2.2.3 Temperatur.
Temperatur udara ( untuk pertukaran panas) dalam ruangan juga perlu diperhatikan
dalam bekerja.Usahakan tempertur udara dalam ruangan tetap kostan, artinya tidak terlalu
panas atau terlalu dingin.Karena kalau terlalu panas akan menyebabkan berkeringat,
mengganggu aliran darah, gerakan otot yang cepat.Sebaliknya jika temperature sangat dingin
maka akan ada perbedaan temperatur yang menjolok ( steep temperature gradient ) pada
bagian kulit yaitu dari bagian dalam kulit kearah keluar kulit.
Tingkat temperature akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh
manusia seperti;
- Temperatur kurang lebih 49 derajat Celsius pengaruhnya terhadap tubuh, temperature
yang dapat di tahan sekitas satu jam, tapi jauh dari tingkat kemampuan fisik dan
mental
1647
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
2.3 Tugas/Task
Agar pekerja dapat beraktivitas dengan nyaman, maka perlu diperhatikan peralatan
kerja yang digunakan. Peralatan kerja yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan
pekerjaannya. Manusia sebagai mahluk sempurna tidak luput dari kekurangan dalam
artian bahwa kemampuannya dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor-faktor tersebut
bisa datang dari dirinya (internal) atau mungkin pengaruh dari luar (eksternal).
Salah satu faktor yang daatang dari luar ialah kondisi lingkungan kerja yaitu semua
keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja seperti kebisingan, temperature,
pencahayaan dan lain-lain. Hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
kerja manusia. Dalam rangka meningkatkan mutu kerja yang setinggi-tingginya disemua
lapangan kerja hal-hal yang perlu diperhatikan juga beban pekerjaan, peralatan kerja,
lingkungan kerja, organisasi kerja dan yang perlu juga diantisipasi adalah adanya
penyakit akibat kerja atau gangguan kesehatan para pekerja.
Jadi penerapan ergonomic berkontribusi dalam mendisain pekerjaan dalam suatu
organisasi, misalnya penentuan jumlah jam beristirahat, pergantian jadwal waktu kerja
(shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan
peranan penting dalam meningkatkan factor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya:
Desain suatu sistim kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistim kerangka
dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit
station). Hal ini adalah untuk mengurangi ketidak nyamanan visual dan postur kerja,
desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu
1648
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
peletakan instrument dan sistim pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer
informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimalisir resiko
kesalahan supaya didapat optimasi, efesiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat
metode kerja yang kurang tepat
Dalam pendekatan ergonomi, tenaga kerja dipandang sebagai Human Investmen,
bukan sebagai faktor produksi yang bisa dipekerjakan dengan keras tanpa melihat kesesuain
dan keterbatasan yang ada pada manusia.
Jika pekerja (SDM) dikelola dengan baik sehingga merasa nyaman maka akan
memberikan banyak kontribusi di tempat kerjanya antara lain :
a. Membantu organisasi mencapai sasarannya.
b. Memanfaatkan ketrampilan dan kemampuan kerjanya secara efisien
c. Termotivasi untuk bekerja
d. Meningkatkan kepuasan kerja aktualisasi secara maksimal
e. Mengembangkan dan mempertahankan kualitas kehidupan kerja yang membuat
pekerjaan menyenangkan
f. Mengkomunikasikan setiap kebijakan kepada seluruh pekerja
g. Bertanggung jawab secara moral
h. Mengelola perubahan untuk keuntungan bersama
3. Penutup.
Melalui pendekatan Ergonomi diharapkan pimpinan dalam suatu organisasi lebih
memperhatikan pekerjanya. Pekerja (SDM) dapat menciptakan keunggulan kompetitif
(coparative advantage) bagi suatu organisasi. Dengan menciptakan rasa nyaman kepada
pekerja maka hal ini akan memberikan umpan balik kepada organisasi. Pekerja akan bekerja
dengan senang, bekerja secara efektif,efisien dan mampu meningkatkan produktivitas
kerjanya. Jika pekerja loyal terhadap organisasi kerjanya , maka apa yang menjadi tujuan
organisasi akan terwujud dengan baik.
Kenyamanan kerja sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik yaitu; tingkat
kebisingan direkomendasikan sebesar 20 dB, pencahayaan 250 Lux dan temperatur berkisar
24 27 derajat Celsius
1649
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
DAFTAR PUSTAKA
1650
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan diatur bahwa
terdapat delapan Standar Nasional Pendidikan yang perlu diperhatikan dalam mendesain
dan melaksanakan kurikulum suatu unit pendidikan, yaitu Standar Isi, Standar Proses,
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana
dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian
Pendidikan
Dalam salah satu standar tersebut, standar pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan salah satu faktor penentuan sukses tidaknya proses pembelajaran. Dengan
demikian, pendidik dan tenaga kependidikan sekaligus merupakan subjek dari standar
proses, karena yang mempersiapkan dan mengimplementasikan proses pembelarajan
adalah mereka. Oleh karena itu pendidik dan tenaga kependidikan memegang peran yang
sangat sentral dalam pendidikan. Pendidikan yang bermutu sangat tergantung dari
keberadaan guru atau dosen yang bermutu. Guru atau dosen yang bermutu adalah mereka
yang melaksanakan pekerjaannya secara profesional. Sejalan dengan hal ini, Koster (2006)
menegaskan pendidikan yang bermutu tergantung pada keberadaan guru yang bermutu,
yakni guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat. Dantes (2006) menekankan bahwa
sebagai upaya untuk memiliki sistem pendidikan tinggi yang baik, maka peran dosen tidak
bisa dikesampingkan. Dosen adalah pendidik yang memiliki strategis dalam pendidikan
formal. Tanggung jawab dosen bukan hanya meningkatkan kemampuan kognitif mahasiswa
(instructional effect), tetapi juga meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan pada mahasiswa
(murturant effect). Sujipta (dalam Alam, 2012: 2) menegaskan bahwa selengkap dan
sesempurna apa pun kurikulum dan fasilitas yang dimiliki oleh sebuah universitas, tetapi bila
para dosennya malas, tidak kreatif, dan menganggap kegiatan mengajar merupakan
kegiatan rutinitas yang statik, maka niscaya pendidikan yang berkualitas dapat dicapai.
Sudiana (2003) menekankan bahwa dosen yang profesional adalah mereka yang memiliki
kinerja yang tinggi yang dapat memuaskan semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders), yaitu mahasiswa, orang tua, dan masyarakat dalam arti luas termasuk
kepuasan diri sendiri. Dantes (2011) menambahkan bahwa guru (dosen) sebagai pendidik
profesional harus mampu menjiwai dan mentransformasikan berbagai nilai-nilai kehidupan
baik yang menyangkut hard skill maupun soft skill pada kehidupan dan pertumbuhan
kehidupan peserta didik. Dengan demikian, mereka akan mampu menyelenggarakan dan
menerjadikan proses pembelajaran yang bermakna. Itu berarti peran guru atau dosen
sangat penting dalam ikut memberdayakan peserta didik berkembang menjadi manusia
yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah.
Agar dapat menjadi guru atau dosen yang profesional, maka ada sejumlah
kompetensi yang harus dikuasai. Arikunto (2002) menyebutkan tiga kompetensi dasar yang
harus dimiliki guru, yaitu kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Kompetensi personal berhubungan dengan kemampuan guru untuk memiliki
sikap kepribadian yang baik dan terpuji sehingga layak menjadi teladan dan panutan bagi
siswanya. Kompetensi sosial berhubungan dengan partisipasi sosial guru dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat, baik di tempat kerja dan di tempat tinggalnya, dan kompetensi
profesional adalah kemampuan yang berfokus pada pelaksanaan proses belajar mengajar
1652
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
dan dengan hasil belajar siswa. Sudiana (2003) menjelaskan 4 kompetensi yang harus
dimiliki oleh dosen, yaitu kompetensi bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta
didik, kompetensi pembelajaran yang mendidik, dan kompetensi pengembangan
kepribadian dan keprofesionalan. Sementara, Dates (2009) dan Santyasa (2011)
menyebutkan empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru atau dosen yaitu
kompetensi pedagogi, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi personal.
Kompetensi pedagogi berhubungan dengan kemampuan dalam mempersiapkan dan
melaksanakan pembelajaran, seperti memahami karakteristik peserta didik dan gaya
belajarnya, mengembangkan perangkat pembelajaran, mengembangkan strategi belajar,
mengelola pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, menggunakan teknologi dalam
pembelajaran, dan memberikan layanan bimbingan, kompetensi profesional menyangkut
kemampuan dalam bidang studi yang ditekuni, yang termasuk kompetensi keterampilan dan
pengembangan dan implementasi pengetahuan, sementara kompetensi sosial berhubungan
dengan kemampuan berinteraksi dengan efektif dan tata cara yang sopan, dan adaptif
dengan berbagai kelas sosial di masyarakat, terbuka dan menghargai pendapat serta kritik
orang lain. Kompetensi kepribadian terkait dengan kemampuan untuk bersikap dan
berperilaku sesuai dengan norma dan agama, aturan dan sosial budaya Indonesia, sebagai
individu yang hormat, jujur, adil, berkarisma, dan memiliki integritas, loyal terhadap institusi,
bertanggung jawab, dan memiliki etos kerja yang tinggi, menjunjung etika profesi, kreatif,
adaptif, inovatif, dan produktif, dan menunjukkan kepemimpinan yang visioner.
Dapat disimpulkan, bahwa sebagai agen pendidik yang profesional, terdapat empat
kompetensi utama yang harus dikuasai oleh dosen, antara lain kompetensi Pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian.
Gilley dan Eggland (dalam Karsidi, 2011) mendefinisikan profesi sebagai bidang
usaha manusia berdasarkan pengetahuan, yakni keahlian dan pengalaman pelakunya
diperlukan oleh masyarakat. Definisi ini meliputi aspek yaitu: (a) Ilmu pengetahuan tertentu,
(b) Aplikasi kemampuan/kecakapan dan (c) Berkaitan dengan kepentingan umum. Lebih
jauh dikatakan bahwa pengertian profesional dapat didekati dengan empat prespektif
pendekatan yaitu orientasi filosofis, perkembangan, karakteristik, dan non tradisional. Ada
tiga pendekatan dalam orientasi filosofi, yaitu pertama lambang keprofesionalan adalah
adanya sertifikat, lisensi, dan akreditasi. Pendekatan kedua yang digunakan untuk tingkat
keprofesionalan adalah pendekatan sikap individu, yaitu pengembangan sikap individual,
kebebasan personal, pelayanan umum dan aturan yang bersifat pribadi. Yang penting
bahwa layanan individu pemegang profesi diakui oelh dan bermanfaat bagi penggunanya.
Pendekatan ketiga : electic, yaitu pendekatan yang menggunakan prosedur, teknik, metode
dan konsep dari berbagai sumber, sistem, dan pemikiran akademis. Proses profesionalisasi
dianggap merupakan kesatuan dari kemampuan, hasil kesepakatan dan standar tertentu.
1653
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Pendekatan ini berpandangan bahwa pandangan individu tidak akan lebih barik dari
pandangan kolektif yang disepakati bersama. Sertifikasi profesi memang diperlukan, tetapi
tergantung pada tuntutan penggunanya.
Mengacu pada ketentuan umum, yaitu UU No. 14 Tahun 2005 (Dantes, 2012),
profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menjadi guru adalah sebuah profesi atau
pekerjaan yang memberikan penghasilan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
keahlian, dan pengalaman yang memenuhi standar tertentu. Semua komponen yang
dibutuhkan untuk menjadi guru didapatkan pada lembaga formal, yaitu institusi yang khusus
memberikan pendidikan profesi, yang dapat dilihat dari empat perspektif umum, yaitu
orientasi filosofis, perkembangan terhadap, karakteristik, dan nontradisional.
Walker (dalam Yuwon & Harbon, 201:148) menjelaskan bahwa guru Olahraga
disebut profesional bila mereka menguasai tiga hal utama, yaitu (1) memiliki kualifikasi
pendidikan, (2) memiliki pengetahuan yang baik terhadap bidang studi yang diajarkan, dan
(3) menjadi praktisi yang cakap di dalam kelas. Dapat dikatakan bahwa konsep Walker di
atas lebih menekankan pada aspek hard skill, yaitu kompetensi pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki oleh guru olahraga yang menyebabkan yang bersangkutan
mendapatkan kualifikasi atau sertifikat profesi. Sementara itu, Dantes (2012)
mendeskripsikan bahwa guru yang utuh adalah guru yang dilihat dari tiga perspektif, yaitu
otak, tubuh, dan hati. Dilihat dari otak guru yang profesional adalah seorang ahli di bidang
yang diajarkan, dilihat dari tubuh, guru yang profesional memiliki penampilan sebagai
seorang guru yang menjadi teladan, sedangkan hati mengacu pada ketulusan hati dalam
memberikan pelayanan pendidikan, sehingga guru tersebut menjadi guru di hati peserta
didik. Sejalan dengan Walker (dalam Yuwono dan Harbon, 2011). Dantes (2012)
menambahkan bahwa sebagai prasyarat dari praktisi yang cakap, seorang guru seharusnya
menguasai karakteristik peserta didik yang diampu dan dilayani secara mendalam dengan
berbagai variasi karakter dan cara pendekatannya, menguasai bidang ilmu sumber (bahan
ajar) dari segi disciplinary content maupun Pedagogikal content, menguasai pendekatan
pembelajaran yang mendidik dan memandirikan baik menyangkut perancangan, maupun
implementasinya, serta mengembangkan kemampuan profesioanl secara berkelanjutan.
Penguasaan dimensi-dimensi konsep akademik yang berhubungan dengan layanan ahli
Keguruan-kependidikan tersebut serta pengalaman mengaplikasikan dalam profesinya
sebagai guru, akan menimbulkan secara berkelanjutan moturant effects pada kemampuan
sosial dan kemampuan personal yang pada gilirannya akan berkontribusi pada kepribadian
guru secara makro.
1655
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 dan PP No. 19 tahun 2005 bahwa kompetensi
yang harus dimiliki kompetensi profesional, kompetensi Pedagogik, kompetensi kepribadian,
dan kompetensi sosial. Adapun aspek-aspek yang nilai pada setiap kompetensi bagi para
dosen di FPOK IKIP PGRI Bali adalah sebagai berikut.
Tanpa memandang penghargaan, para guru menegaskan bahwa mereka harus tetap
profesional. Bagi beberapa guru, penghargaan finasial itu relatif. Gaji cukup bila seseorang
berpikir cukup, dan tidak cukup bila seseorang tidak pernah puas. Bahkan ada guru yang
berpendapat bahwa penghargaan finansial yang lebih tinggi tidak menjamin profesionalisme
Seseorang. Lebih jauh dilaporkan bahwa dengan rendahnya gaji yang didapatkan guru,
terdapat fenomena umum bahwa guru melakukan pekerjaan kedua. Lebih dari setengah
jumlah guru yang diwawancarai mengakui mereka melakukan pekerjaan tambahan, yaitu
memberikan les atau tutorial privat di luar jam sekolah untuk siswa dan sekolah-sekolah
lainnya.
METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data dari penelitian ini mengikuti langkah-langkah, yaitu (1)
para korti dari semester satu sampai dengan semester tujuh dikumpulkan dan diberikan
pengarahan agar mereka memberikan penilaiannya secara objektif ketiga mengisi angket,
(2) para korti tersebut kemudian diberikan masing-masing sejumlah 20 angket untuk menilai
satu orang dosen, dan (3) angket yang sudah diisi segera dikembalikan kepada peneliti
untuk ditabulasikan dan dianalisis.
1657
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Teknik analisis yang dilakukan adalah mencari nilai rerata (mean score) pada
masing-masing kompetensi, kompetensi Pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
Setelah itu dicari nilai rerata kompetensi dosen secara keseluruhan maupun per kompetensi
dari 4 kompetensi. Di samping itu, analisis data juga dilakukan dengan mencari persentase
jumlah dosen yang mendapatkan skor tertentu berdasarkan kategorinya. Selain keempat
kompetensi yang dianalisis, masukan yang diberikan oleh mahasiswa pada pernyataan
terbuka juga dilaporkan.
Hasil dari evaluasi dosen yang dinilai oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi dapat dilihat pada Tabel 1
1658
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
22 3 96 3,85 3 99 4 06 3,97
29 3 96 3,85 3 99 4 06 3,97
Dari Tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah rerata total dari keempat
kompetensi dosen Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK IKIP PGRI Bali
mencapai angkat 4,48. Nilai dengan rata-rata terkecil 2,22 dan rata tertinggi 4,60. Untuk nilai
kategori 3>N>2 (nilai lebih tinggi dari 2 dan lebih kecil dari 3) ada sebanyak 2 buah.
Sedangkan untuk kategori 4>N/3 (nilai lebih tinggi dari 3 dan lebih kecil dari 4) terdapat 9
buah nilai dan untuk kategori N>4 (nilai lebih besar dari 4) ada sebanyak 12 nilai. Setelah
1659
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
mendapatkan hasil, didapatlah jumlah keseluruhan per kompetensi yang terletak pada baris
Total
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Tabel 1, dapat dilihat
bahwa kompetensi dosen secara umum terkategori baik (rerata 4,84) dari empat
kompetensi. Penilaian yang diberikan oleh mahasiswa membuktikan bahwa dosen Prodi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK IKIP PGRI Bali pada tahun 2015
memiliki kriteria kompetensi yang baik. Hasil penelitian ini sekaligus menggambarkan bahwa
dosen hendaknya memiliki keahlian (skill), pengetahuan (knowledge). dan karakter yang
memadai sebagai agen pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
mahasiswa.
Demikian pula dilihat dari kompetensi sosial (rerata 3,92), mahasiswa menilai baik
kemampuan semua dosen FPOK IKIP PGRI Bali dalam berinteraksi dengan mahasiswa
maupun di antara dosen melalui 5 aspek penilaian, yaitu kemampuan menyampaikan
pendapat, kemampuan menerima kritik, saran dari pendapat orang lain, mengenal dengan
baik mahasiswa yang mengikuti kuliahnya, mudah bergaul di kalangan sejawat, karyawan,
mahasiswa, dan toleransi terhadap keberagaman mahasiswa. Penilaian kompetensi sosial
pada dosen merupakan aspek cerminan dan ketiga kompetensi lainnya sekaligus
merupakan prasyarat dan praktisi yang cakap sebagaimana diungkapkan oleh Dantes
(2012) dan Santyasa (2011) bahwa seorang guru seharusnya menguasai karakteristik
peserta didik yang diampu dan dilayani secara mendalam dengan berbagai variasi karakter
1660
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dan yang terakhir kompetensi Pedagogik dinilai oleh mahasiswa (rerata 3,85)
dikategorikan baik. Adapun aspek penilaian dari kompetensi Pedagogik yaitu: kesiapan
dosen dalam memberi perkuliahan atau praktikum, keturunan dan keterbitan
penyelenggaraan perkuliahan oleh dosen, kemampuan dosen dalam menghidupkan
suasana kelas, kejelasan penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan di kelas
oleh dosen, pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran oleh dosen, keanekaragaman
cara pengukuran hasil belajar yang dilakukan dosen, pemberian umpan balik terhadap
tugas, kesesuaian materi ujian dan/atau tugas dengan tujuan mata kuliah, dan kesesuaian
nilai yang diberikan dengan hasil belajar oleh dosen. Kompetensi ini juga merupakan
kompetensi penting selain kompetensi profesional karena kompetensi ini melingkupi
bagaimana seorang pengajar mampu menyiapkan dan menyampaikan materi secara benar
serta mampu melayani segala pertanyaan dari peserta didik.
Penilaian mahasiswa Prodi Penjaskesrek FPOK IKIP PGRI Bali terhadap ke empat
kompetensi dalam katagori baik. Ada beberapa kritik dan saran yang mereka tuliskan pada
pertanyaan terbuka pada kuesioner terkait dengan kompetensi professional yaitu dalam hal
meningkatkan kemampuan dosen dalam menggunaan hasil-hasil penelitian untuk
meningkatkan kualitas perkuliahan oleh dosen, pelibatan mahasiswa dalam penelitian atau
kajian dan atau pengembangan rekayasa/desain yang dilakukan dosen serta kemampuan
dosen dalam menggunakan beragam teknologi komunikasi. Sedangkan pada kompetensi
Pedagogik perlu mendapatkan perhatian mengenai pemanfaatan media dan teknologi
pembelajaran oleh dosen.
Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa dosen FPOK IKIP PGRI Bali
harus lebih meningkatkan kompetensi profesional dan Pedagogik yang sudah baik. Begitu
pula kedua kompetensi lainnya yaitu kepribadian dan social yang sudah baik, juga masih
perlu ditingkatkan, supaya bisa menjadi sangat baik. Dengan demikian, dosen yang utuh
adalah dosen yang bukan hanya berkompetensi terkategori baik sebagai individu dengan
kepribadiannya, tetapi juga baik secara sosial dalam pergaulannya dengan orang-orang di
sekelilingnya, yaitu mahasiswa, teman sejawat, dan karyawan, dan yang utama adalah
berkompetensi baik secara profesional dan Pedagogik. Dua yang terakhir sangat
menentukan seorang dengan keahlian dan kemahiran dalam bidang studi yang diemban
(disciplinary contents) dan pelaksanaan pembelajaran (Pedagogikal contents).
SIMPULAN
1662
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Secara umum kompetensi dosen Prodi Penjaskesrek FPOK IKIP PGRI Bali pada
tahun akademik 2015/2016 terkategori baik. Kompetensi kepribadian dinilai paling tinggi
dibandingkan kompetensi-kompetensi lainnya, yang mengindikasikan bahwa sebagai
pribadi, dosen Prodi Penjaskesrek adalah pribadi-pribadi yang baik yang patut diteladani
oleh mahasiswa. Kompetensi sosial juga dinilai baik oleh mahasiswa yang berarti bahwa
secara sosial, dosen Prodi pendidikan adalah dosen yang dapat bergaul dan berkomunikasi
dengan baik bukan hanya kepada mahasiswa, teman sejawat, tetapi juga karyawan.
Kompetensi Pedagogik dinilai baik dan dapat dimaknai bahwa dosen Prodi Penjaskesrek
memiliki kemahiran dan penguasaan yang baik terhadap bidang studi yang diajarkan
(disciplinary contents) perlu di perhatikan kritik yang akan meningkatkan kinerja dosen.
Kompetensi profesional terkategori baik tapi terdapat kritik yang perlu dikaji dan diperhatikan
kedepannya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan penilaian mahasiswa sudah baik tapi
mereka memberikan catatan pada kompetensi ini, yaitu kemampuan dosen dalam
penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas perkuliahan oleh dosen,
pelibatan mahasiswa dalam penelitian atau kajian dan atau pengembangan rekayasa/desain
yang dilakukan dosen dan kemampuan dosen dalam menggunakan beragam teknologi
komunikasi dan pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran oleh dosen.
Sesuai dengan simpulan di atas, hal-hal yang perlu disarankan (1) dosen Prodi
Penjaskesrek hendaknya dapat meningkatkan kompetensinya sebagai usaha meningkatkan
kualitas pembelajaran, (2) kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial hendaknya dapat
ditingkatkan, (3) kompetensi professional dan kompetensi Pedagogik yang dinilai baik
namun mendapat saran oleh mahasiswa, hendaknya menjadi perhatian khusus semua
dosen Prodi Penjaskesrek. Dosen hendaknya lebih meenggunaan hasil-hasil penelitian
untuk meningkatkan kualitas perkuliahan oleh dosen, pelibatan mahasiswa dalam penelitian
atau kajian dan atau pengembangan rekayasa/desain yang dilakukan dosen dan
kemampuan dosen dalam menggunakan beragam teknologi komunikasi dan pemanfaatan
media dan teknologi pembelajaran oleh dosen.
DAFTAR RUJUKAN
Alam. H.S. 2012. A Study of Lecturers Professionalism in STMJK STIKOM Indonesia, Bali.
Tesis tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Bahasa. Singaraja: Universims Pendidikan
Ganesha.
Arikunto, S. 2002. Frosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Fraktek. Jakarta: Rineka Cipta.
1663
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dantes. N. 2012. Profesi Guru Dalam Kaitannva Dengan Peningkatan Profesionalisine Guru
(ReJ7eksi Tentang Siruktur Progain LFTK. (Online),
(http://nyomandantes.wordpress.com/page/2/, diakses tanggal 28 Januari 2012).
Karsidi, R. 2011. Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan di Era Otonomi
Daerah. (Online), (http//www.uns.ac.idtdatat002 3 .pdf, diakses tanggal 19
Desember 2011).
Koster, W. 2006. Memperjuangkan Nasib Guru dan Dosen, Sikap dan Pandangan Seorang
Anggota Fraksi PDIP DPR RI dalam Pembenttikan dan Pelaksanaan UU Guru dan
Dosen. Hak Cipta @ Wayan Koster, November 2006.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. 2005. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Rahardja, T.& Sub, S.I. La. 2005. Penganrar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Yuwono. G.I. dan Harbon. L. 2010. English Teacher Professionalism and Professional
Development: Some Common Issues in Indonesia. The Asian EFL Journal
Quarterly. 12(3): 145-163.
1664
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1665
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Oleh
A.A.Istri Mirah Dharmadewi dan I Gusti Agung Gede Wiadnyana
ABSTRACT
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) is one of the medicinal plants that
grow in Indonesia, which can cure various diseases Diabetes mellitus is one of
them. Diabetes mellitus is caused due to deficiency of the hormone insulin
functions utilize glucose as an energy source and function in synthesizing fat.
Where the result of glucose in the blood is congested (hyperglycemia) and finally
secreted through the urine (glycosuria) without being used so greatly increased
urinary output and lead to people often secrete urine, frequent thirst, feeling tired
and weight decreased. Formulation of the problem of this research is the provision
of rambutan leaf extract can lower blood glucose levels in mice. The method used
antidiabetic test method. The design used RAL (completely randomized design)
with 6 groups and 5 replications. Results from this study showed that the leaf
extract of rambutan with a concentration of 250 mg / BB, 500 mg / BB and 1000
mg / BB can lower blood glucose levels in mice. Where this rambutan leaf extract
lowered blood glucose levels compared with controls. The suggestion of this
research is to conduct further research on the effect of the leaf extract of rambutan
to the decrease in blood glucose levels with different concentrations.
PENDAHULUAN
sensitivitas jaringan tubuh dalam memproduksi insulin (DM tipe 2) (Guyton and
Hall, 2006). Penderita yang terkena diabetes, tidak dapat memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup sehingga terjadilah kelebihan gula didalam darah
(Misnadiarly, 2006).
Salah satu upaya penanganan DM yaitu salah satunya dengan
memanfaatkan tumbuhan sebagai obat alternatif. Obat alternatif banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan karena mudah didapat, harganya murah
dan mempunyai efek samping yang relatif kecil. Salah satu tumbuhan yang
digunakan sebagai obat alternatif adalah daun rambutan (Nephelium lappaceum
L.). Daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) termasuk kedalam suku
Sapindaceae, pada umumnya digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai
macam penyakit. Daun rambutan banyak digunakan sebagai menghitamkan
rambut, penangkal radikal bebas. Namun data ilmiah mengenai efek daun rambutan
terhadap penurunan kadar glukosa pada penderita DM belum ada. Hal inilah yang
mendasari dilakukannya penelitian mengenai efek daun rambutan terhadap
penurunan kadar glukosa darah.
Penelitian ilmiah untuk mngetahui aktivitas penurunan kadar glukosa darah
(antidiabetes) dari daun rambutan belum dilaporkan. Namun ada penelitian
mengenai rambutan namun yang digunakan biji buahnya dimana efek infusa biji
buah rambutan dilaporkan memiliki efek antidiabetes (Zakir, 2008). Menurut
Erdtman (1963), metode kemotaksonomi merupakan prinsip yang menyatakan
bahwa penyebaran suatu kandungan kimia yang sama akan terjadi pada tumbuhan
yang masih memiliki kekerabatan dalam satu suku yang sama. Sehingga dapat
diduga bahwa daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) juga memiliki kandungan
kimia yang sama sebagai agen antidiabetes sebagaimana halnya dengan biji buah
rambutan.
Penelitian ini dilakkan dalam beberapa tahap yaitu pertama ekstraksi daun
rambutan (Nephelium lappaceum L.) dengan etanol 95% dilanjutan dengan uji
fitokimia ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan uji antidiabetes
ektrak etanol daun rambutan secara in vitro pada mencit jantan
METODE PENELITIAN
1666
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1668
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Kelompok ini mencit diberi suspensi ekstrak daun rambutan dengan dosis
1000 mg/kgBB.
Tiga puluh menit kemudian, semua kelompok kecuali kelompok kotrol
normal diberikan pembebanan glukosa monohidrat per oral dengan dosis 2 g/kgBB.
Sampel darah diambil pada menit ke-30, 60, 90 dan 120 menit dihitundari saat
pembebenan glukosa. Pengambilan sampel darah diambil memotong sedikit ujung
ekor tikus.Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan dengan meneteskan sampel
darah yang diambil dari ekor tikus pada strip yang telah dipasang pada
Glukomeeter Easy Touch ditunggu selama 5 detik, kemudian kadar glukosa darah
akan muncul pada layar monitor alat.
Data kadar gula darah yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik
dengan metode ANOVA ( analysis of variant) pada SPSS 17.0 for Windows
dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi data dan Levene test
untuk melihat kehomogenan data. Apabila distribusi data normal dan homogen,
maka dianalisis denga pola searah (ANOVA- one way) dengan taraf kepercayaan
95% dan apabila terjadi perbedaan antara masing-masing kelompok dilanjutkan
dengan uji LSD.
HASIL
Tabel 1. Tabel Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Setelah Perlakuan 7 hari
Kelompok Kadar glukosa darah (mg/dl)
perlakuan Sesudah Sesudah Persentase
diinduksi Perlakuan Penurunan Penurunan
glibenklamid
KG 143,2 111 32,2 22,48
KP 141,2 157 -15,8 -11,28
1669
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Keterangan :
KG = glibenklamid dosis 1,89 mg/kg BB
KP = kontrol positif CMC-Na 1%
KN = kontrol negatif
EDR1 = kelompok perlakuan I (ekstrak daun rambutan dosis 250 mg/kgBB)
EDR2 = kelompok perlakuan II (ekstrak daun rambutan dosis 500 mg/kgBB)
EDR3 = kelompok perlakuan III (ekstrak daun rambutan dosis 1000 mg/kgBB)
Pembahasan
Tabel 1 menunjukan bahwa ekstrak daun rambutan dosis 250, 500 dan 1000
mg/kgBB menurunkan kadar glukosa darah mencit. Untuk mengetahui penurunan
kadar glukosa darah antar kelompok setelah perlakuan, dilakukan uji analisis
ANOVA. Dimana dari hasil uji ANOVA didaptkan F hitung lebih besar daripada F
tabel, hal ini menunjukan bahwa adanya perbedaan penurunan kadar glukosa darah
yang signifikan. Untuk melihat kelompok mana yang berbeda dilanjutkan dengan
uji LSD.
1670
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ekstrak daun rambutan memberikan
pengaruh terhadap kadar glukosa darah mencit. Uji normlitas dan uji homogenitas
telah dilakukan terhadap data kadar gukosa darah hasil orientasi glukosa
monohidrat. Hasil menunjukan data terdistribusi normal dan homogen. Hasil uji
ANOVA menunjukan nilai p < 0,05 yang menunjukn hasil bahwa penelitian ini
memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Fitria (2004), mengenai ekstrak
etanol biji rambutan (Nephelium lappaceum L.) dalam menurukan kadar glukosa
darah puasa mencit model diabet bahwa biji rambutan dengan dosis 240 mg/kgBB
memiliki efek sebagai antidiabetes. Dimana senyawa aktif pada ekstrak air pada
biji rambutan yang diduga sebagai antidiabetes adalah flavonoid, tanin dan
polifenol. Ketiga senyawa ini sinergis dalam menurunkan kadar glukosa darah pada
mencit.
Kadar glukosa darah ini, pasca puasa selama 7 hari perlakuan setiap
kelompok dibandingkan dan kemudian di analisis secara statistik dengan
menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan menunjukan perbedaan
yang tidak signfikan pada kelompok kontrol dan mengalami perbedaan yang
signifikan pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berarti glibenklamid dan
ekstrak daun rambutan ini dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit.
Berdasarkan analisis ANOVA didapatkan dengan hasil sig 0,0001, hal ini
menunjukan bahwa pemberian ekstrak daun rambutan dengan konsentrasi 250
mg/BB, 500 mg/BB dan 1000 mg/BB meurunkan kadar glukosa darah mencit.
Penurunan kadar glukosa darah kelompok pemberian ekstrak daun
rambutan dengan konsentrasi 250 mg/BB, 500 mg/BB dan 1000 mg/BB tidak
memberikan pengaruh dibandingkan dengan kelompok pembanding. Dengan
demikian pemberian ekstrak daun rambutan dengan dosis dosis 250 mg/BB, 50
mg/BB dan 1000 mg/BB setara dengan Glibenklamid dalam menurunkan glukosa
darah. Kelompok ekstrak daun rambutan menunjukkan penurunan kadar glukosa
darah yang tidak bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif, sehingga ekstrak
1671
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
daun rambutan dengan konsentrasi 250 mg/BB, 500 mg/BB dan 1000 mg/BB
menurunkan glukosa darah mencapai kadar glukosa darah.
Adapun bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ektrak daun
rambutan . Ekstrak daun rambutan diduga mengandung furanone, corilagin dan
geraniin, sama halnya dengan biji rambutan. Penelitian in vitro menunjukkan
bahwa ekstrak daun rambutan memiliki aktivitas penghambatan -glukosidase
yang tinggi dengan nilai IC50 9,92 g/ml, lebih aktif dibanding glucobay 37,25
g/ml11. Penurunan glukosa darah oleh ekstrak daun rambutan diduga karena
ekstrak daun rambutan mengandung tanin dan geraniin. Hal ini sesuai dengan
penelitian oleh Palanisamy et al. (2010) secara in vitro bahwa geraniin menurunkan
glukosa darah karena memiliki aktivitas penghambatan enzim hidrolisis
karbohidrat, -glukosidase, -amilase, aldosa.
Senyawa lain yang dapat menurunkan glukosa darah adalah corilagin.
Berdasarkan penelitian Atsushi Honma et al. (2010), corilagin pada ekstrak daun
maple jepang (Acer amoenum) menurunkan kadar glukosa darah mencit yang
diinduksi glukosa dan sukrosa melalui penghambatan -glukosidase
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini yaitu Senyawa yang terkandung pada daun
rambutan rapiah diantaranya : steroid, flavonoid, polifenol, saponin, dan tanin dan
Ekstrak etanol daun rambutan memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar
glukosa darah mencit. Dengan konsentrasi 250 mg/BB, 500 mg/BB, 1000 mg/BB.
SARAN
Perlu dilakukan uji bioaktivitas yang lain dari ekstrak tanaman jenis lain
serta dengan menggunakan konsentrasi ekstrak yang berbeda serata penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui lethal dose dari pemberian eksrak etanol daun rambutan
DAFTAR PUSTAKA
1672
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Adnyana, I.K., Yulinah, E., Andreanus, A., Kumolosasi, E., Iwo, M.I., Sigit, J.I.,
Suwendar, dan Endang, K. (2004). Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak
Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Acta Pharmaceutica
Indonesia. 29(2): 43-49.
Akbar, Z., H. Anggraini dan N. Yuniarti. 2008. Pengujian Efek Anti Diabetes
Mellitus Tipe II dari Ekstrak Etaanolik Buah Buncis ( Phaseolus vulgaris
L.) Terhadap Tikus Jantan Galur Sparague Dawley. Prosiding Kongres
Ilmiah XVI ISFI, hal.208-218
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta. : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Backer, C.A., and Van Der Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Noordhoff
Groningen, The Netherland: (2) 138, (3) 138
Buchler, D.R., dan Miranda, C. (2000). Antioxidant Activities of Flavanoids.
Diakses tanggal 5 Juni 2012. http:lpi.oregonstate.edu/f-w0/flavonoid.html.
Chaverri, J.P., Rodriguez, N.M., Ibarra, M.O., dan Rojas, J.M.P. (2008). Medicinal
Properties of Mangosteen. Journal Food and Chemical Toxicology. (46):
3227-3239.
Dalimartha, S., dan Adrian, F. (2003). Makanan & Herbal Untuk Penderita
Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadatya. Hal. 5-14, 80-91. Depkes
RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 7, 744, 748.
Robinson, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, diterjemahkan oleh
Padmawinata, K., Sudiro, I., Penerbit ITB, Bandung hal 71-72
Sari, L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.3 (1) : hal. 1-
7.
Sthal, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung :
ITB
Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan Obat.
Cermin Dunia Kedokteran, No. 140: hal 8-13
Tedong, L., Dzeufiet, P.D., Dimo, T., Asongalem, E.A., Sokeng, S.N.,
Flejou, J.F., Callard, P., Kamtchouing, P., 2007, Acute and
Subchronic Toxicity of Anacardium Occidentalle Linn
(Anacardiaceae) Leaves Hexane Extract in Mice, Afr. J. Trad. CAM
, 4 (2): 140 147
1673
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
1674
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
as biodiesel provides the advantage that the engine exhaust fumes are cleaner,
better lubricating and machines can be more durable.
Keywords:Jatroph,biodiesel.
PENDAHULUAN
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu tanaman yang
potensial dijadikan bahan baku bahan bakar nabati, dalam hal ini bahan bakar
biodiesel (Tim Nasional Pengembangan BBN, 2008). Pemanfaatan minyak jarak
pagar sebagai biodiesel merupakan alternatif yang ideal untuk mengurangi tekanan
permintaan bahan bakar minyak (Istiana dan Sadikin, 2008). Sejak terjadinya krisis
minyak pada tahun 1970an dan berkurangnya cadangan minyak dunia, minyak dari
tumbuh tumbuhan mulai diperhitungkan sebagai salah satu alternatif pengganti
cadangan minyak (Henning, 2002).
Jarak pagar merupakan salah satu tanaman yang diunggulkan di Indonesia
sebagai penghasil minyak untuk biodiesel (Hasnam et al., 2007). Salah satu
keunggulan jarak pagar yang dapat digunakan sebagai bahan baku energi
terbarukan adalah tersebar luas di kawasan tropis dan subtropis (Kamal et al.,
2011). Selain itu, minyak jarak pagar tidak termasuk dalam kategori minyak makan
(edible oil) sehingga pemanfaatannya sebagai biodiesel tidak akan mengganggu
penyediaan kebutuhan minyak makan nasional, kebutuhan industri oleokimia, dan
ekspor Crude Palm Oil (CPO) (Hambali et al., 2007) dan dapat beradaptasi pada
kondisi kering serta lahan marginal (Hedayati et al., 2013).
Saat ini, jarak pagar sebagai salah satu sumber biodiesel cukup diminati
karena minyak jarak pagar merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan dan
lebih fleksibel dibandingkan dengan kelapa sawit dari segi biaya, perawatan dan
produksinya (Giwangkara, 2006). Pada tahun 2010 pemanfaatan biodiesel dapat
mensubstitusi 2% dari konsumsi solar nasional atau setara dengan 720 kiloliter
(Puslitbangbun, 2005).
1675
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan
pemanfaatan jarak pagar (Jatropha curcas L.) sebagai bahan biodiesel. Deskripsi
dilakukan berdasarkan hasil telaah jurnal terkait dan pengamatan terhadap
fenomena yang berkembang saat ini terkait tanaman jarak pagar sebagai bahan
biodiesel.
1676
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1677
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
(c) Buah. Buah tanaman jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur
dengan diameter 2 4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1 cm. Buah
berwarna hijau ketika muda serta abu abu kecoklatan atau kehitaman ketika
masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing masing ruang berisi 1 biji
sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan
berwarna coklat kehitaman dan mengandung toksin sehingga tidak dapat dimakan
(Hambali et al., 2007).
(d) Biji. Biji jarak pagar rata rata memiliki ukuran 18 x 11 x 9 mm, berat 0,62
gram, dan terdiri atas 58,1 % biji inti berupa daging (kernel) dan 41,9 % kulit.
Bagian kulit mengandung 0,8 % ekstrak eter. Kadar minyak (trigliserida) dalam inti
biji ekuivalen dengan 55 % atau 33 % dari berat total biji. Asam lemak penyusun
minyak jarak pagar terdiri atas 22,7 % asam lemak jenuh dan 77,3 % asam tak
jenuh. Kadar asam lemak minyak terdiri 17 % asam palmitat, 5,6 % asam stearat,
37,1 % asam oleat, dan 40,2 % asam linoleat (Susilo, 2006).
Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500 m di
atas permukaan laut. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman jarak pagar adalah
625 mm/tahun, namun tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan
antara 300 2389 mm/tahun (Hambali et al., 2007). Pertumbuhan jarak pagar
sangat cepat. Waktu yang paling baik untuk menanam jarak pagar adalah pada
musim panas atau sebelum musim hujan (Syah, 2006).
Tanaman jarak pagar mempunyai sistem perakaran yang mampu menahan
air dan tanah sehingga tahan terhadap kekeringan serta berfungsi sebagai tanaman
penahan erosi. Jarak pagar dapat tumbuh pada berbagai ragam tekstur dan jenis
tanah, baik tanah berbatu, tanah berpasir, maupun tanah berlempung atau tanah liat.
Di samping itu, jarak pagar juga dapat beradaptasi pada tanah yang kurang subur
atau tanah bergaram, memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH antara 5
6,5. Kisaran suhu yang sesuai untuk bertanam jarak adalah 20 26o C. Pada daerah
dengan suhu terlalu tinggi (di atas 35o C) atau terlalu rendah (di bawah 15o C) akan
menghambat pertumbuhan serta mengurangi kadar minyak dalam biji dan
mengubah komposisinya (Hambali et al., 2007).
1678
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1680
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
kesuburan tanah, dan pemeliharaan. Jika kandungan minyak sebesar 30% dan yang
dapat terekstrak sebesar 25%, setiap ha lahan dapat diperoleh 1,9 2,5 ton
minyak/ha/tahun (Hambali et al., 2007).
Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk
pengembangan pertanian. Luas daratan 188,20 juta ha terbagi atas 148 juta ha
lahan kering dan 40,20 juta ha lahan basah, memungkinkan sebagian lahan untuk
ditanami tanaman penghasil bioenergi (Mulyani dan Las, 2008). Data pertanian
untuk perluasan lahan kering untuk komoditas bioenergi mencapai luas total 22,3
juta ha dengan peluang tanaman lahan kering tahunan sebesar 15,3 juta ha yang
tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
dan Papua (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007). Berdasarkan
penelitian Syakir (2013), potensi ketersediaan lahan yang sesuai untuk jarak pagar
di Indonesia menunjukkan bahwa lahan yang sangat sesuai tersedia 14,28 juta ha,
cukup sesuai 5,53 juta ha, dan sesuai marginal 29,72 ha.
1681
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
SIMPULAN
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman penghasil bahan
biodiesel yang sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai sumber energi
alternatif pengganti solar. Minyak jarak pagar memiliki karakteristik yang sama
bahkan lebih baik dari solar sehingga minyak jarak pagar sebagai biodiesel
memberikan keuntungan yaitu asap knalpot mesin lebih bersih, pelumasannya
lebih baik dan mesin dapat lebih tahan lama.
SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari varietas unggul jarak pagar yang
dapat dipakai sebagai bahan biodiesel.
2. Pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih besar dalam
pengembangan jarak pagar sebagai bahan biodiesel di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis. Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Elinur, Priyarsono, D. S., dan Tambunan, M. 2010. Perkembangan Konsumsi dan
Penyediaan Energi dalam Perekonomian Indonesia. Indonesian Journal of
Agricultural Economic (IJAE) 2 (1) : 97 119.
Fatah, G. S. A. dan Soebandi, M. 2016. Pengolahan dan Pemanfaatan Biodiesel
Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas) pada Mesin Pertanian. Prosiding
Seminar Nasional Kontribusi Akademisi dalam Pencapaian
Pembangunan Berkelanjutan. Universitas Brawijaya. Malang.
1682
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1683
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1684
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
The aims of this study was to analyze: (1) the differences of learning
outcomes and emotional intelligence between students who studied through
collaborative learning and their counterparts who studied through expository
learning model, (2) the differences of learning outcomes between students who
studied through collaborative learning and their counterparts who studied through
expository learning model, and (3) the differences of emotional intelligence
between students who studied through collaborative learning and their counterparts
who studied through expository learning model. This study was a quasi
experimental study using pretest-posttest control group design. The population in
this study were all semester 1 students collage department of biology education
faculty of mathematics and natural sciences education IKIP PGRI Bali. The
samples of the class for this study was determined by random sampling technique.
The data were analyzed by descriptive statistics and one way MANOVA. The
result showed that (1) there were differences on learning model of learning
outcomes and emotional intelligence (F=85,889, p<0,05), (2) there were
differences on variables learning outcomes between students who studied through
collaborative learning and their counterparts who studied through expository
learning model (F=8,815,p<0,05), and (3) there were differences on variables of
emotional intelligence between students who studied through collaborative learning
and their counterparts who studied through expository learning model (F=33,232,
p<0,05).
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan dari pendidikan tinggi adalah berkembangnya potensi
mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil,
kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa. (UU No. 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi). Untuk mewujudkan itu diperlukan langkah nyata
1685
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1686
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1687
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1688
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1689
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
METODE
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-
posttest control group design. Desain penelitian disajikan pada Gambar 1.
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O3 X2 O4
Hasil
Secara umum hasil penelitian yang dideskripsikan pada bagian ini, yaitu
skor hasil belajar dan nilai kecerdasan emosional yang telah dicapai mahasiswa
1691
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
sebesar 0,41 dengan kualifikasi sedang. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya
perbedaan secara deskriptif di mana efektivitas model pembelajaran kolaboratif
terhadap kecerdasan emosional mahasiswa cenderung lebih unggul dibandingkan
model pembelajaran ekspositori. Selanjutnya nilai rata-rata skor gain ternormalisasi
per indikator kecerdasan emosional disajikan pada Tabel 3.
Pengujian Hipotesis
Setelah melalui uji prasyarat, data hasil belajar dan kecerdasan emosional
dalam penelitian memiliki sebaran data normal, varian homogen, matriks varian
homogen, dan tidak kolinier antarvariabel sehingga analisis MANOVA untuk
pengujian hipotesis dapat dilanjutkan. Pengujian hipotesis pertama menggunakan
uji multivariat yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Ringkasan uji multivariat
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
b
Model Pillai's Trace 0,851 85,889 2,000 30,000 ,000
1693
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1694
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1695
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Pembahasan
Hasil pengujian hipotesis secara keseluruhan yang telah dijabarkan
sebelumnya menunjukkan bahwa model pembelajaran kolaboratif terbukti
memiliki pengaruh yang lebih unggul terhadap hasil belajar dan kecerdasan
emosional mahasiswa dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori.
Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Teague (2008), yang menemukan
bahwa pembelajaran kolaboratif akan membuat hasil belajar meningkat dan
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, menarik, dan interaktif sehingga
kecerdasan emosional juga dapat ditingkatkan. Sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran kolaboratif yang dikemukakan oleh Suryani (2010) mulai langkah
pertama mahasiswa sudah mulai berkomunikasi dengan anggota kelompok untuk
membagi tugas masing-masing. Mahasiswa memandang bahwa mereka yang
menjadi pusat pembelajaran karena mahasiswa dituntut aktif mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri. Memasuki langkah pembelajaran yang kedua
mahasiswa selain aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri mereka juga
mulai berinteraksi secara aktif dengan mahasiswa yang lain. Mereka mulai
melakukan diskusi dan kerjasama. Mereka aktif dan mulai melakukan kerjasama
sehingga selain meningkatkan pengetahuan mahasiswa juga meningkatkan
kecerdasan emosional mereka melalui interaksi yang dilakukan. Membaca,
berdiskusi, dan menulis membuat mahasiswa menjadi fokus untuk belajar pada
materi yang didapat. Mahasiswa juga mengemukakan pendapat mereka masing-
masing dan berdiskusi secara aktif untuk menyelesaikan tugas yang didapat.
1696
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1697
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1698
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut. 1) Terdapat perbedaan hasil belajar dan kecerdasan
emosional antara mahasiswa yang belajar dengan model pembelajaran kolaboratif
dan mahasiswa yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori, 2) Terdapat
perbedaan hasil belajar antara mahasiswa yang belajar dengan model pembelajaran
kolaboratif dan mahasiswa yang belajar dengan model pembelajaran ekspositori,
dan 3) Terdapat perbedaan kecerdasan emosional antara mahasiswa yang belajar
dengan model pembelajaran kolaboratif dan mahasiswa yang belajar dengan model
pembelajaran ekspositori.
Berdasarkan berbagai temuan-temuan pada penelitian maka dapat
disarankan beberapa hal, yaitu pembelajar disarankan untuk mengimplementasikan
model pembelajaran kolaboratif dalam rangka mengembangkan hasil belajar dan
kecerdasan emosional mahasiswa, karena hasil belajar dan kecerdasan emosional
yang baik adalah awal mahasiswa untuk meraih prestasi belajar yang lebih tinggi
dan bekal untuk mengarungi kehidupan di masa mendatang. Kerjasama antar
mahasiswa perlu dilatih sejak dini karena kedepannya dalam menghadapi
persaingan di era pasar bebas ini kita di dalam harus bisa saling bersatu dalam
membangun bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi revisi, Cet.5). Jakarta:
Bumi Aksara.
Azis, A.A., Adnan, Muis. A., Musawwir, & Faisal. Penerapan pembelajaran
kolaboratif untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa kelas xi ipa 3 melalui
lesson study berbasis sekolah di SMA Negeri 8 Makassar. Artikel. Tersedia
pada: http://ojs.unm.ac.id/index.php/bionature/article/viewFile/1446/517.
Diakses tanggal 5 Mei 2016.
1699
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Biyarti, T., Riyadi, & Sujadi I. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Think
Pair Share Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Materi Logaritma Ditinjau
Dari Kecerdasan Matematis Logis siswa Kelas X Pada Sekolah Menengah
Atas di Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika Vol.1, No.7, (690-699).
Goleman, D. 2004. Kecerdasan Emosional; Alih Bahasa T. Hermaya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hanafiah, N., & Suhana, C. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama
Hartini, N. 2002. Optimalisasi Perkembangan Kecerdasan Emosi Siswa. Jurnal
Insan Media Psikologi Vol.4 No. 1..
Kusumastuti, E.C., Prihandono, T., & Supriadi, B. 2012. Penerapan model
pembelajaran kolaboratif dengan media sederhana pada pembelajaran fisika di
smp. Jurnal Pembelajaran Fisika Vol. 1 No. 2 (200-205).
Lasidos, P.A., Matondang, Z. 2015. Penerapan model pembelajaran kolaboratif
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar rencana anggaran biaya siswa
kelas xii kompetensi keahlian teknik gambar bangunan SMKN 2 Siatas Barita
Tapanuli Utara. Jurnal Educational Building Vol. 1, No. 1. (13-22).
Montgomery, D. C. 2001. Design and analysis of experiment. Fith edition. New
York: John Wiley & Sons.
Muisman. 2003. Analisis jalur hasil belajar matapelajaran ekonomi berdasarkan
kecerdasan strategi-strategi metakognitif dan pengetahuan awal. Tesis.
Program Pasca Sarjana IKIP Negeri Singaraja.
Santoso, S. 2013. Pengaruh model pembelajaran kolaboratif dan motivasi belajar
terhadap peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas x Sma Negeri 1
Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Berkala Fisika Indonesia, Vo. 5 No. 1
(15-19).
Septiana, D. & Cahyowati, E. T. D., 2013. Penerapan Model Pembelajaran
Learning Cycle 6e Untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika Pada Siswa
Kelas VIII-H SMP Negeri 1 Ngasem Kediri. Artikel. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sudjana, N. 2006. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryani, N. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Kolaboratif untuk
Meningkatkan Ketrampilan Sosial Siswa. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 8(2).
Sutarto. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Bersifat Konstruktivis pada Topik
Klasifikasi Hewan Arthropoda. Jurnal Pengajaran MIPA. 13(1). 23-33.
Teague, D. & Roe, P. 2008. Collaborative Learning towards a solution for novice
programmers. Paper. This paper appeared at the Tenth Australasian
Computing Education Conference (ACE2008), Wollongong, Australia,
January 2008. Conferences in Research and Practice in Information
Technology, Vol. 78.
1700
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
DI CV. PADILLA
Oleh
ABSTRACT
Humans as one of the resources that are dynamic and have the ability to
continue to grow need to get the attention of the company. This concern is
necessary considering that in carrying out its activities, the company will always be
dealing with the human resources it has. Thus, guidance on human resources needs
to continue to get attention given the large human resource messages within a
company. Humans always play an active and dominant role in every organization.
The best programs created by the company will be difficult to run without the
active role of employees owned by the company. From these statements can be
known the importance of employees in a company.
1701
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Based on the above description of this study was conducted to find out
more in how the "Contribution of Work Motivation and Work Environment on
Employee Performance in CV. Padilla "
1. Pendahuluan
Dalam peningkatan produksi barang dan jasa pada berbagai sektor akan berakibat
pada peningkatan pendapatan bagi tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi dan
kinerja karyawan itu sendiri, tetapi semua itu tidak mungkin dilaksanakan dengan baik
tanpa adanya sumber-sumber atau sarana-sarana yang harus dimanfaatkan dan digunakan
dengan tepat.
1702
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Motivasi kerja karyawan akan terus terbina dengan baik jika mereka mempunyai
rasa aman terhadap masa depan profesi mereka. Untuk menciptakan rasa aman menghadapi
masa depan, maka ada beberapa perusahaan yang melaksanakan program pensiun bagi
karyawannya.
Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong karyawan
bekerja secara maksimal untuk kemajuan perusahaan. Kebutuhan manusia bermacam-
macam dan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat diartikan bila
kebutuhan karyawan dalam suatu perusahaan dapat dipenuhi, mereka akan mendukung dan
patuh menjalankan perintah pimpinannya. (Nitisemito, 2005:105)
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang dituangkan dalam judul Kontribusi Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan CV. Padilla
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV. Padilla. Yang menjadi subyek penelitian adalah
karyawan di CV. Padilla. Sedangkan objek penelitian adalah kinerja karyawan di CV.
Padilla. Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan Metode analisis merupakan suatu cara
1703
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
untuk mengolah data yang mendasarkan pada asumsi-asumsi yang harus dipenuhi. Dalam
pengelolahan data ini penulis mempergunakan analisis regresi.
X1
X2
Keterangan:
= Arah pengaruh.
3. Hasil Penelitian
1) Deskripsi
Ada tiga variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Motivasi
Kerja (X1) dan Lingkungan Kerja (X2) sebagai variabel bebas, serta Kinerja
Karyawan (Y) sebagai variable terikat. Data masing-masing variable dapat disajikan
dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja dan Kinerja Karyawan
CV. Padilla Tahun 2012
Kinerja
No. Motivasi kerja Lingkungan
Nama Karyawan
Resp (X1) Kerja
(Y)
1704
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
(X2)
1705
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
2) Analisis Data
Dalam penelitian ini data yangv dikumpulkan dari kuesioner yang disebarkan kepada
35 orang karyawan CV. Padilla. Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data
adalah:
a) Analisis Data
Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi Bahwa ada kontribusi Motivasi Kerja dan
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan CV. Padilla.
Untuk kepentingan analisis, hipotesis yang diajukan telah diubah menjadi hipotesis
nol sehingga berbunyi Bahwa tidak ada kontribusi antara Motivasi Kerja dan
Lingkungan kerja terhadap Kinerja karyawan di CV. Padilla.
b) Tabulasi data
Setelah merumuskan hipotesis nol, selanjutnya dilakukan tabulasi data yang dapat
dilihat pada table 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5
Tabulasi Data Motivasi Kerja, Lingkungan Kerja
dan Kinerja Karyawan di CV. Padilla
Tahun 2012
1706
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Lingkungan Kinerja
No. Motivasi kerja Kerja Karyawan
Subjek (X1)
(X2) (Y)
1707
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Tabel 4.6
1708
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1709
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
N=35 4975 4962 5362 711775 706916 825484 706373 764807 761795
Dalam penelitian ini digunakan analisis Regresi Linear Dua Prediktor dengan rumus
sebagai berikut:
X1 = 4.975 Y2 = 825.484
X2 = 4.962 X1X2 = 706.373
Y = 5.362 X1Y = 764.807
X12 = 711.775 X2Y = 761.795
X22 = 706.916 N = 35
Langkah selanjutnya data tersebut kan diolah dengan mengubah hasil perhitungan
ke dalam skor divisi. Perhitungan adalah sebagai berikut ini:
(4.975)2
x12 = X12 (X1) 2
= 711.775
N 35
(4.975) (4.975)
= 711.775
35
24.750.625
= 711.775
1710
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
35
= 711.775 707.160,71
= 4.614,29
(4.962)2
x22 = X22 (X2)2 =
706.916
N
35
= (4.962) (4.962)
706.916
35
= 24.621.444
706.916
35
=
706.916 703.469,83
=
3.446,17
(5.362)2
y2 = Y2 (Y)2 = 825.484
N 35
(5.362)(5.362)
= 825.484
35
28.751.044
= 825.484
35
= 825.484 821.458,4
= 4.025,6
(X1) (X2)
x1x2 = X1X2 -
N
1711
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
(4.975) (4.962)
= 706.373
35
24.685.950
= 706.373
35
= 706.373 705.312,86
= 1.060,14
(X1) (Y)
x1y = X1Y -
N
(4.975) (5.362)
= 764.807
35
26.675.950
= 764.807
35
= 764.807 762.170
= 2.637
(X2) (Y)
x2y = X2Y -
N
(4.962) (5.362)
= 761.795
35
26.606.244
= 761.795
35
= 761.795 760178,4
= 1.616,6
1712
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
a1 = 2,0183
4,04488
= 0,49898
a1 x1y + a2 x2y
Ry(1,2) =
y2
1315,7999 + 510,2001
=
4.025,6
1.826
=
4.025,6
1713
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
= 0,4536
Ry(1,2) = 0,6735
R2y(1,2) = 0,4536
5) Menguji Harga F
Untuk mengetahui apakah Ry(1,2) = 0,6735 signifikan atau tidak, maka langkah
selanjutnya perlu dilakukan Analisis Regresi. Dari Analisis Regresi akan dapat ditemukan
harga F garis regresi, yang kemudian dapat diuji apakah F itu signifikan atau tidak. Rumus
F yang paling efesien, jika koefisien kolerasi kriterium dengan prediktor-prediktornya telah
ditemukan, adalah :
R 2 (N m - 1)
Freg = M(1 R2)
= 0,4536 (35-2-1)
= 2 (1 0,4536)
0,4536 (32)
=
2 (0,5464)
Jadi Freg =
14,515104
1,092806
13,2824
Dari keseluruhan proses analisis di atas diikuti secara lebih rinci, maka akan
nampak sebagai berikut:
JKreg = R2 (y2)
= (0,4536) (4.025,6)
= 1.826
dbreg = m= 2
JKreg
RKreg = dbreg
=
1.826
1714
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
= 2
913
= (1-0,4536) (4.025,6)
= (0,5464) (4.025,6)
= 2.199,6
dbres = N m 1 = 35 2 1 = 32
JKres
RKres =
dbres
= 2.199,6
= 32
68,7375
Rkreg
Freg =
RKres
913
=
68,7375
Jadi Freg =
13,2824
1715
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1.315,8
= x 100%
1.826
1716
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
a2x2y
Prediktor X2 : SR% = x 100%
JKreg
510,2
= x 100%
1.826
1.826
= X 00%
4.025,6
=
= 0,4536 X 100 %
45,36 %
S
i
Total = 45,36%
s
anya sebesar (100% - 45,36% = 54,64%) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
1717
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
4. Simpulan Analisis
DAFTAR PUSTAKA
Faustino Cardoso Gomes. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI.
Gorda, IGN. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Denpasar: Widya Kriya Gematama
Hariandja, Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Grasindo.
Hasibuan. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Lucky Wulan Analisa. 2011. Analisis Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan. Terdapat di:
http://eprints.undip.ac.id/26826/1/skripsi_MSDM_-_Lucky(r).pdf
Makmur, syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan efektivitas Organisasi.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Mangkunegara, Prabu Anwar. 2007. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika
Adiatma.
Mangkunegara. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Cetakan ke-1. Bandung: PT.
Refika Aditama
Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Kerja. Bandung: Mandar
Maju.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidian Pendektan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Winardi. 2004. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta. PT. Grafindo
Persada.
Zuriah, Nurul. 2005. Metode Penelitian Sosial dan Pendidian. Jakarta: PT. Bumi Aksara
1719
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
I Putu Karsana
ABSTRACT
1720
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
kehidupan modern adalah kehidupan yang bebas tanpa batas, sehingga tak jarang
melewati batas etika kesopanan, dan norma-norma yang berlaku. Rotasi kehidupan
yang semakin cepat, sehingga menjadi ajang kompetisi yang ketat, khususnya di
bidang ekonomi dan cara-cara kehidupan pemenuhan kebutuhan hidup. Memaksa
manusia untuk mengesampingkan sisi spiritualitas.
Dalam agama hindu sebenarnya ada ajaran tentang dasar dan tujuan hidup
manusia seperti pada kitab suci weda : "Moksartham jagadhita ya ca iti dharmah",
artinya bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan
ketentraman rohani. Ajaran tersebut selanjutnya dijabarkan dalam konsepsi Catur
Purusa Artha atau Catur Warga yang berarti empat dasar dan tujuan hidup
manusia yaitu : Dharma merupakan kebenaran absolut yang mengarahkan manusia
untuk berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agama yang menjadi dasar hidup.
(1) Dharma itulah yang mengatur dan menjamin kebenaran hidup manusia.
Keutamaan Dharma sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan,
memberikan keteguhan budi, dan menjadi dasar dan jiwa dari segala usaha tingkah
laku manusia. (2) Artha adalah kekayaan dalam bentuk materi/benda-benda
duniawi yang merupakan penunjang hidup manusia. Pengadaan dan pemilikan
harta benda sangat mutlak adanya, tetapi yang perlu diingat agar kita jangan sampai
diperbudak oleh nafsu keserakahan yang berakibat mengaburkan Wiweka
(pertimbangan rasional) tidak mampu membedakan salah ataupun benar. Nafsu
keserakahan materi melumpuhkan sendi-sendi kehidupan beragama,
menghilangkan kewibawaan. Bahwa Artha merupakan unsur sosial ekonomi
bersifat tidak kekal berfungsi selaku penunjang hidup dan bukan tujuan hidup.
Artha perlu diamalkan (Dana Punia) bagi kepentingan kemanusiaan (fakir miskin,
yatim piatu, dan lain- lain). (3) Kama adalah keinginan untuk memperoleh
kenikmatan (Wisaya). Kama berfungsi sebagai penunjang hidup yang bersifat tidak
kekal. Manusia dalam hidup memiliki kecenderungan untuk memuaskan nafsu,
tetapi sebagai mahluk berbudi mampu menilai perilaku mana yang baik dan benar
untuk diterapkan. Dengan ungkapan lain bahwa perilaku yang baik dimaksudkan
adalah selarasnya kebutuhan manusia dengan norma kebenaran yang berlaku. (4)
Moksa adalah kelepasan, kebebasan atau kemerdekaan (Kadyatmikan atau
1722
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Nirwana) manunggalnya hidup dengan Pencipta (Sang Hyang Widhi Wasa) sebagai
tujuan utama, tertinggi, dan terakhir, bebasnya atman dan pengaruh maya serta
ikatan Subha Asubha Karma (Suka tan pawali duka). Akan tetapi dalam kenyataan
masyarakat sekarang lebih cenderung menekanan pada Artha ( kekayaan) dan
Kama (nafsu) (Ngurah, dkk. 1999 : 74)
Pengaruh budaya barat dapat menyebabkan cara berpikir dan tingkah laku
masyarakat Bali yang dahulu lebih kolektif, gotong royong dan tolerasi dengan
mementingkan kepentingan bersama, kini berubah menjadi individual.
2. Landasan Teori
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, materialisme berarti pandangan hidup
yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam
alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indera. Dalam psikologi, materialisme didefinisikan pandangan
yang berisi orientasi, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai hidup yang menekankan
atau mementingkan kepemilikan barang- barang material atau kekayaan material di
atas nilai-nilai hidup lainnya, seperti yang berkenaan dengan hal-hal spiritual,
intelektual, sosial, dan budaya (Kasser, 2002).
Pada definisi yang lain, materialisme mencerminkan suatu set keyakinan
yang berkenaan dengan seberapa penting perolehan dan pemilikan objek (barang)
dalam hidup (Richins & Dawson, 1992). Materialisme adalah A preoccupation
with, desire for, and emphasize on, material goods and money to the neglect of
other matters(Gararsdttir, Jankovi, & Dittmar, 2008). Ia mengacu pada
kepuasan dan kebahagiaan yang orang ekspektasikan diperoleh dari barang-barang
material, merupakan orientasi yang menekankan barang milik dan uang demi
kebahagiaan personal dan peningkatan status sosial.
Faktor yang berperan dan konsekuensi materialisme merupakan bukan
tanpa sebab. Berbagai faktor yang mempengaruhi orientasi materialistis seseorang.
Ada berbagai pengaruh eksternal maupun internal yang tidak sehat, yang
mengaktivasi materialisme pada diri seseorang, seperti: (1) Faktor psikologis
berupa harga diri yang rendah, kecemasan akan kematian dan rasa tidak aman, (2)
1723
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
1724
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
2.2 Material
Menurut (W.J.S. Poerwadarminta, 1950 : 58) material berarti bahan, bakal,
barang yang akan dijadikan atau untuk membuat barang yang lain.
Dalam mengekspresikan ide, dituntut kepiawaian dalam memilih material
yang cocok, agar ide yang akan diekspresikan sesuai dengan yang direncanakan,
seperti pendapat (Fajar Sidik, 1978 : 10) Pemilihan bahan dalam penciptaan karya
seni selain menjadi unsure estetik juga terdapat makan yang ingin disampaikan dari
bahan tersebut.
Karya ini menggunakan bahan kanvas berukuran 200 cm x 200 cm dan cat
Nippon paint. Pemilihan bahan dan media didasarkan atas pertimbangan bahwa Cat
Nippon memiliki warna yang cerah dan mudah kering diterapkan.
2.3 Teknik
Teknik merupakan salah satu proses dalam pembuatan sebuah karya,
menyangkut bidang penguasaan dalam pengembangan bentuk. (Poerwadarminta,
1999 : 15) adalah cara atau kepandaian membuat sesuatu atau melakukan yang
berhubungan dengan seni. Teknik merupakan hal yang amat penting dalam karya
seni.
Untuk mencapai wujud suatu karya yang ingin di ciptakan harus mengenal
karakteristik media dan menyesuaikanya dengan teknik yang diu gunakan. Adapun
tehnik yang digunakan dalam berkarya yaitu teknik Airbrush.
3. METODE PENCIPTAAN
3.1 Proses Penciptaan
Pada pencipta akan uraikan tentang proses penciptaan sampai terwujudnya
karya lukis dengan tema Dunia materialistis sebagai sumber ide penciptaan karya
seni lukis. Proses pengungkapan gagasan menjadi karya seni juga sering disebut
proses kreativitas dengan tahapan-tahapan yang mutlak harus dilewati. Perwujudan
dari gagasan yang sebelumnya sangat abstrak menjadi sebuah karya seni yang
nyata dan dapat dinikmati oleh indra manusia. Proses ini bukanlah suatu hal yang
1725
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
terjadi karena kebetulan saja, tetapi sebuah proses yang didasari dengan eksplorasi
berbagai objek kemudian disatukan dalam sebuah konsep yang jelas didukung
dengan kemauan kesungguhan untuk mencapai tujuan dan dicurahkan sepenuhnya
agar karya seni tersebut memiliki nilai estetis serta mampu dipertanggung
jawabkan secara akademis.
Dalam penciptaan karya seni lukis, diperlukan suatu metode untuk
menjelaskan jalannya tahapan-tahapan proses penciptaan. Pengertian metode
adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Ada beberapa metode penciptaan dalam praktik seni lukis, salah satunya dalam
proses penciptaan karya seni lukis ini, yaitu menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Hawkins (dalam Soedarsono, 2001 : 207) yang secara garis
besar meliputi: (1) eksplorasi, pada tahap awal ini proses eksplorasi visual dan
referensi dari tema yang telah ditentukan sebelumnya, (2) eksperimentasi,
merupakan tahapan di mana penekanannya lebih pada eksperimentasi medium
(material, teknik, dan alat) yang akan digunakan, serta pengorganisasian elemen
rupa pembentuk nilai estetik karya lukis nanti, (3) Pembentukan, sebagai wahana
ekspresinya. Sebagaimana dinyatakan Sudiarja bahwa ekspresi menuntut adanya
suatu perwujudan material, supaya seni tidak hanya berhenti sebagai imajinasi
belaka (Sudiarja, 1983: 80)
Selain metode yang dikembangkan oleh Hawkins juga melalui proses
kreatif dimulai dari pikiran, perasaan atau imajinasi kreatif kemudian dituangkan
menggunakan media dan teknik tertentu, sehingga melahirkan karya-karya kreatif.
Potensi kreatif, proses kreatif dan produk kreatif. Proses kreativitas melelui
kegiatan seni berarti terjadi suatu proses kreatif (Eny Kusumastut, 1990)
1726
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
kayu damar karena kayu damar memiliki keawetan dan tidak mudah melengkung
saat direntangkan kanvas. Kedua menentukan bahan cat dasar untuk kanvas dengan
cat tembok Vinilec dan Aquaproof bahan tesebut sangat baik dipergunakan sebagai
cat dasar kanvas karena mempunyai lapisan anti bocor sehingga dalam proses
melukis warna tidak tembus dan diserap oleh cat dasar tersebut. Ketiga
menggunakan bahan cat Nippon dengan warna primer bahan ini mempunyai
kualitas yang baik dan cepat kering selain itu juga menggunakan cat Wington
sebagai bahan dalam berkarya karena dalam karya ini juga menggunakan bahan
tersebut membuat aksen-aksen tertentu seperti garis yang sangat kecil maupun
detail.
1727
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Tahap selanjutnya setelah sketsa yang terpilih sesuai dengan yang inginkan,
barulah sketsa tersebut diterapkan ke dalam bidang kanvas. Kesulitan dalam sketsa
awal kedalam bidang kanvas tentu membutuhkan ketepatan dalam proses sketsa
karena yang dihadapai berupa bidang kanvas yang cukup besar membutuhkan
pandangan dari jarak jauh untuk mendapat hasil yang maksimal.
4. WUJUD KARYA
4.1 Ideoplastis
Ide gagasan secara keseluruhan dapat dipandang melalui kehidupan
manusia saat ini yang telah di pengaruhi kunsumtif dan kemajuan jaman.
Masyarakat masa kini dalam memenuhi kebutuhan tampak lebih mengedepankan
kesenangan dari pada kebutuhan pokoknya.
Hal tersebut biasa dilihat dari kehidupan masyarakat saat ini yang sangat
materialistis mengutamakan uang atau kesenangan duniawi semestinya dalam
kehidupan hendaknya berjalan seimbang. Kepuasan materi menjadi kebutuhan
utama dalam kehidupan masyarakat masa kini. Kenyataanya tampak pada remaja
masa kini, adanya teknologi yang semakin canggih seperti : handphone dengan
harga yang mahal dan bermerk, sehingga dianggap dapat meningkatkan martabat
bagi penggunanya, tanpa memperdulikan bagaimana cara untuk mendapatkanya.
Selain itu pula materi yaitu uang penyebab utama dalam terjadinya kriminal
seperti: perampokan, pencurian bahkan pembunuhan.
4.2 Fissioplastis
Fissioplastis dalam hal penciptaan karya seni ini berpedoman pada elemen-
elemen seni rupa terdiri dari : garis, bentuk, tekstur, warna, ruang. Selain
berpedoman pada elemen- elemen seni rupa juga berpedoman pada prinsip-prinsip
seni rupa seperti : komposisi, proporsi, pusat perhatian, kesatuan, keseimbangan,
irama, dan kontras. Dengan demikian dalam penyusunan tersebut dipandang perlu
di dalam menciptakan karya seni.
1728
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
5. Lampiran
1729
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
SIMPULAN
1731
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
DAFTAR SUMBER
Hestiningsih, R., Martini dan L. Santoso. Potensi Lalat Sinantropik sebagai Vektor
Mekanis Gastrointestinal Desease (kajian deskriptif dan aspek
mikrobiologi). Laporan penelitian dosen muda. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Diponegoro, 2003.
1732
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Keraf, Sony. Etika Lingkungan. Jakarta : PT. kompas Media Nusantara, 2006.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. Dasar-Dasar Tata Rupa & Desain Nirmana. Cetakan
Pertama. Yogyakarta : Arti Bumi Intara, 2005.
1733
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Sidik, Fajar. Dkk. Disain Elementer. Cetakan IV. Yogyakarta : Sekolah Tinggi
Seni Rupa (ASRI), 1994.
Susanto, Mikke. Diksi Rupa Kumpulan Istilah Seni Rupa. Yogyakarta :Kanisius
anggota IKAPI, 2002.
Sudarmadji. Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, Jakarta; Dinas Museum dan Sejarah,
Pemerintah DKI, 1979.
Sunatyo, A. Nirmana 1. Hand Out Mata Kuliah. Jurusan, Seni rupa : FPBS IKIP
Semarang, 2002.
1734
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Soedarsono, R.M. Metodologi Penelitian: Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, MSPI
(Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia), Bandung, 2001.
http://www.merdeka.com/peristiwa/rebutan-lahan-parkir-2-ormas-di-denpasar-
terlibat-bentrok.html
http://doddyestiara74.blogspot.co.id/2012/10/klasifikasi-lalat-hijau-lucilia-
sericata.html
1735
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
I Wayan Sumandya
ABSTRACT
The aim of research was to determine (1) Whether or not the application of
learning models ARCS influence on learning outcomes math class XI student of
SMK Wira Harapan of the academic year 2016/2017, (2) To determine the
students' response to the application of ARCS model of learning in mathematics.
This research was conducted on a class XI student of SMK Wira Hope in the
academic year 2016/2017. This study included quasi-experimental as well as with
Matched Group Design. The population in this study are all class XI student of
SMK Wira Harapan as many as 560 people and involved a sample of 60 people
taken by simple random sampling technique. Student learning outcomes through
mathematics achievement test. This study were analyzed by t-test, but previously
tested the prerequisites are: normality test of data distribution and homogeneity of
variance test. The results of learning achievement data analysis with significance
level of 5% was obtained = 2,188, whereas = 2,045. Thus, greater than, means that
the null hypothesis (Ho) is rejected and the alternative hypothesis (Ha) is accepted.
This, showing no effects of the application of learning model ARCS on learning
outcomes math class XI student of SMK Wira Harapan half of the school year
2016/2017. From the analysis of students' response to the application of ARCS
learning model in the study of mathematics belongs in the positive.
1736
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Matematika juga merupakan mata pelajaran yang banyak berkaitan dengan konsep-konsep
yang abstrak. Konsep-konsep dalam matematika tersebut sering membingungkan siswa di dalam
mempelajari maupun memahaminya. Matematika juga menutut siswa untuk melakukan analisa
dan perhitungan-perhitungan. Sehingga, matematika bagi sebagian besar siswa masih dianggap
sebagai pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hal tersebut, menyebabkan pelajaran matematika
tidak disukai oleh sebagian siswa. Akibatnya, siswa enggan untuk mempelajari matematika dan
mudah pesimis dalam menyelesaikan masalah matematika yang diberikan guru. Kondisi ini,
menyebabkan hasil belajar matematika yang dicapai oleh siswa menjadi rendah.
Rendahnya hasil belajar yang dicapai seorang siswa juga dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran.
Kecenderungan guru dalam menggunakan model pembelajaran yang bersifat tradisional masih
dapat kita rasakan hingga kini. Akibatnya, pembelajaran menjadi monoton dan kurang
menggairahkan siswa untuk aktif belajar. Dari hal tersebut, guru diharapkan dapat memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan, sehingga siswa dapat meraih
hasil belajar secara optimal.
Selain model pembelajaran yang digunakan guru, motivasi belajar siswa juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Tingkat motivasi belajar cenderung berkorelasi positif dengan hasil
belajar artinya semakin kuat motivasi belajar, semakin baik pula hasil belajar siswa (Suciati,
2003). Selama proses pembelajaran berlangsung, guru diharapkan mampu mengelola motivasi
siswa untuk belajar. Dengan mengelola motivasi siswa, akan mendorong motivasi siswa untuk
berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas. Sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai
secara optimal.
1737
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak hanya terfokus
pada pola penyampaian materi dan penggunaan media pembelajaran saja tetapi juga lebih
menekankan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, sehingga tercapai tujuan
dan hasil pembelajaran yang optimal. Model pembelajaran ARCS (Atenttion, Relevance,
Confidence, Satisfaction) merupakan salah satu model pembelajaran yang menitik beratkan pada
pengelolaan motivasi. Model pembelajaran ARCS mempunyai kelebihan yaitu, dalam
pembelajaran siswa diberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, model motivasi
yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa, penerapan model
ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi lainnya yang pada hakekatnya
kurang menarik, dan penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari
karakteristik siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif. Tetapi juga memiliki kelemahan
yaitu, hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif serta memerlukan waktu yang cukup
banyak dalam penerapannya (Hamoraon, 2010). Dengan model pembelajaran ARCS, diharapkan
dapat dipergunakan guru dalam mendesain pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi
belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan, diakui dari pihak sekolah bahwa hasil belajar
matematika siswa masih banyak yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
yaitu sebesar 76. Ada dugaan bahwa hal tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang tidak
didasarkan pada model pembelajaran tertentu atau juga penggunaan model pembelajaran yang
kurang tepat. Selain itu, motivasi siswa yang kurang dalam mengikuti pelajaran matematika.
Berdasarkan hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran ARCS (Atenttion, Relevance, Confidence, Satisfaction)
Terhadap Hasil belajar Matematika Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMK Wira Harapan Tahun
Pelajaran 2016/2017.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI SMK Wira Harapan Tahun Pelajaran
2016/2017. Penelitian ini termasuk eksperimen semu (Quasi Experiment) serta dengan Matched
Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Wira Harapan
sebanyak 560 orang dan melibatkan sampel sebanyak 60 orang yang diambil dengan teknik
simple random sampling. Data hasil belajar siswa yang diperloeh melalui tes hasil belajar
matematika. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan uji-t, namun sebelumnya dilakukan uji
prasyarat yaitu: uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data hasil belajar matematika siswa
yang diperoleh melalui post test yang dilaksanakan setelah pemberian perlakuan selesai dan
respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
ARCS yang dikumpulkan melalui angket yang diisi oleh masing-masing siswa kelompok
eksperimen pada akhir perlakuan. Adapun hasil post test yang diperoleh disajikan dalam tabel
distribusi berikut:
1 48 - 56 3
2 57 - 65 6
3 66 - 74 4
4 75 - 83 7
5 84 - 92 5
6 93 - 101 5
Jumlah 30
1 35 - 41 1
2 42 - 48 6
3 49 - 55 7
4 56 - 62 3
5 63 - 69 7
6 70 - 76 6
Jumlah 24
1739
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Berdasarkan hasil analisis data tersebut yang telah dilakukan, ternyata diperoleh nilai t hitung
= 2,188. Sedangkan t tabel dengan db = 29 dan taraf signifikan 5% adalah 2,045. Dengan
demikian t hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t tabel maka hipotesis nol ditolak dan
hipotesis alternatif diterima. Oleh karena itu dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh
penerapan model pembelajaran ARCS terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI
Semester Ganjil SMK Wira Harapan Tahun Pelajaran 2016/2017.
Temuan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran ARCS terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas XI Semester Ganjil SMK Wira Harapan Tahun Pelajaran
2016/2017. Dengan kata lain, pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran ARCS memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa. Dari hasil analisis respon siswa terhadap mempelajaran melalui model
pembelajaran ARCS yang dikumpulkan melalui angket pada siswa kelompok eksperimen.
Menunjukkan bahwa respon yang diberikan tergolong ke dalam kategori positif. Hal tersebut
disebabkan karena dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
ARCS, guru dituntut untuk selalu menjaga perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena
tanpa perhatian siswa pembelajaran tidak dapat berlangsung secara optimal. Dengan perhatian
dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung diharapkan dapat menimbulkan minat yaitu
kecenderungan siswa yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran atau pokok bahasan
tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu dan dapat berperan positif dalam proses
belajar mengajar selanjutnya.
Dalam model pembelajaran ARCS guru juga dituntut untuk menyesuaikan materi
pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa pembelajaran dengan kebutuhan, minat dan
motif belajar siswa. Dengan hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar di
dalam diri siswa karena siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai
manfaat langsung secara pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, guru juga dituntut
menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Dengan rasa percaya diri ini, siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dan diharapkan mampu dalam menemukan pengetahuannya sendiri. Dan
yang terakhir dalam model pembelajaran ARCS guru dituntut membangkitkan rasa puas dalam
diri siswa. Dengan hal tersebut, diharapkan siswa merasa puas karena mampu menerapkan
keterampilan-keterampilan yang telah dipelajarinya, perasaan ini dapat meningkat rasa percaya
diri siswa yang nantinya membangkitkan semangat belajar siswa.
1740
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, siswa merasa percaya diri dalam mempelajarinya, serta
siswa merasa puas karena dapat menerapakan konsep-konsep dalam matematika itu sendiri.
Dengan kondisi tersebut, akan menumbuhkan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan
meningkatkan hasil belajar siswa itu sendiri.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang telah diuraikan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Ada pengaruh penerapan model pembelajaran
ARCS (Atenttion, Relevance, Confidence, Satisfaction) terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas XI Semester Ganjil SMK Wira Harapan Tahun Pelajaran 2016/2017; (2) Respon siswa
terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ARCS (Atenttion, Relevance,
Confidence, Satisfaction) pada siswa kelas XI Semester Ganjil SMK Wira Harapan Tahun
Pelajaran 2016/2017 tergolong positif.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan
saran-saran sebagai berikut: (1) Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
penerapan model pembelajaran ARCS (Atenttion, Relevance, Confidence, Satisfaction) terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas XI Semester Ganjil SMK Wira Harapan Tahun Pelajaran
2016/2017, maka disarankan pada guru khusunya guru matematika untuk menggunakan model
pembelajaran ARCS sebagai salah satu alternatif dalam merapkan model pembelajaran
matematika; (2) Karena penelitian ini dilaksanakan terbatas pada siswa kelas XI Semester Ganjil
SMK Wira Harapan Tahun Pelajaran 2016/2017, maka disarankan kepada peneliti yang menaruh
perhatian terhadap dunia pendidikan untuk mengadakan penelitian yang sama dalam ruang
lingkup yang lebih luas; (3) Karena penelitian ini dilaksanakan terbatas pada pengaruh penerapan
model pembelajaran ARCS terhadap hasil belajar matematika siswa, maka disarankan kepada
peneliti yang menaruh perhatian terhadap dunia pendidikan untuk mengadakan penelitian yang
sama tetapi tidak hanya pada aspek prestasi saja melainkan aspek-aspek yang lain misalnya pada
aspek motivasi, aktivitas belajar siswa, minat dan aspek-aspek lainnya. Serta tidak hanya pada
hasil belajar matematika saja melainkan pada mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1741
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Depdiknas. 2013. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Untuk Sekolah Menengah. Jakarta :
Depdiknas
. 2016. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Depdiknas.
Hadi, Efran, 2015. Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and
Satisfaction). Tersedia Pada http://syu3f.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-
arcs-attention.html (diakses tanggal 22 Oktober 2015).
Hadi, Sutrisno. 2007. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamoraon. 2015. Model ARCS Keller Tersedia Pada
http://eduzona.blogspot.com/2010/10/model-arcs-keller.html (diakses pada 29 Oktober
2015).
Nurkancana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Setyosari, H Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Dan Pengembangan. Jakarta: Kencana.
Suciati, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sunartombs. 2015. Pengertian Hasil belajar. Tersedia Pada
http://sunartombs.wordpress.com/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/ (diakses pada 29
Desember 2015).
Tim Penyusun Kamus. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
1742
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
ABSTRACT
The main objective of this studywas to determine the effec of inovative media assisted learning
toward he learning outcomes of mathematics with regard curiosity as mderator. The population
of this research is all students in class VIII SMP Negeri 3 Abiansemal, with the number of
sample obtained as many as 48 students to experimental class and 45 for control class. Sampling
was done by simple random sampling technique where randomization is done on a class rather
than individual. Data were collected by questionnaire curiosity and mathematic achievement test.
Data were analyzed using two way analysis of variance. The results showed that: (1) there were
differences in mathematics learning outcomes of students who take an innovatives media assisted
learning with students who follow the conventional learning, where the results obtained F test of
4,595 with sig. = 0,036, (2) there were differences in mathematics learning outcomes between
students who have high curiosity with students who have a low curiosity with a F value of
579,509 and sig. = 0,000,(3) there was an interaction between learning model with curiosity
toward mathematics learning outcomes, with F value of 14,586 and sig. = 0,000, (4) mathematics
learning outcomes of students who take innovative media assisted learning better than students
who follow conventional learning to students with high curiosity, wth Q-count of 2,96 more than
Q-table of 2,82, (5) mathemtics learning outcomes of students who take conventional learning
better than students who take an innovative media assisted learning to students with low
curiosity, with Q-count of 3,70 more than Q-table of 2,82.
Key Words: innovative media assisted learning, curiosity and mathematics learning outcomes
PENDAHULUAN
Tantangan pembangunan Indonesia di masa mendatang makin dihadapkan pada
masalah yang sangat kompleks. Salah satu penyebabnya adalah semakin meningkatnya tuntutan
bangsa dalam memenuhi kebutuhan serta keinginannya untuk maju. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi turut mewarnai dunia pendidikan dewasa ini. Tantangan tentang peningkatan
mutu, relevansi dan efektivitas pendidikan sebagai tuntutan nasional sekolah dengan
perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi secara nyata dalam program pendidikan
dan kurikulum sekolah.
Tujuan dari program kurikulum dapat tercapai dengan baik jika programnya didesain
secara jelas dan aplikatif. Dalam hubungan inilah para guru dituntut untuk memiliki kemampuan
mendesain programnya dan sekaligus menentukan strategi instruksional yang harus ditempuh.
1743
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Para guru harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan metode mengajar untuk
diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif.
Perubahan paradigma menuntut terjadinya perubahan pada proses pembelajaran di
kelas. Perubahan pembelajaran yang dimaksud adalah terjadinya pergeseran dari teacher-
centered ke student-centered dimana siswa diharapkan aktif di kelas. Namun pada penerapannya
di lapangan tidak semulus teorinya karena konsep matematika bersifat abstrak. Dengan kondisi
ini diduga tahapan-tahapan tersebut di atas tidak dapat berjalan dengan maksimal utamanya pada
tahapan mengamati dan menanya karena untuk mampu menyampaikan pertanyaan siswa tentu
harus mampu minimal membayangkan apa yang sedang dibahas sehingga dalam pembelajaran di
kelas diperlukan suatu media yang mampu menjembatani konsep tersebut agar lebih real.
Media pembelajaran adalah suatu alat bantu yang digunakan sebagai perantara
komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran akan lebih
efektif jika memiliki pemahaman bagaimana pebelajar belajar. Salah satu media pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan adalah media komputer berbasis geogebra. Media komputer sebagai
media pembelajaran mampu menampilkan konsep-konsep yang awalnya bersifat abstrak menjadi
lebih real serta dengan tampilan yang lebih menarik mampu menarik minat siswa untuk ikut
dalam proses eksplorasi. Aplikasi media inovatif dalam pembelajaran di kelas diharapkan
mampu memperbaiki proses pembelajaran di kelas menuju pembelajaran yang lebih inovaatif
yang menekankan pada partisipasi aktif pebelajar. Dengan proses yang baik cenderung akan
memberikan hasil yang baik pula sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan media inovatif dna siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional, (2) perbedaan hasil belajar matematika antara siswa
dengan kuriositas tinggi dan siswa dengan kuriositas rendah, (3) pengaruh interaksi antara model
pembelajaran dan kuriositas siswa terhadap hasil belajar matematika, (4) perbedaan hasil belajar
matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan media inovatif dan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kuriositas tinggi, (5)
perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan media
inovatif dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki
kuriositas rendah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi exsperiment). Penelitian ini
memiliki batasan tertentu, sehingga tidak semua variabel yang berpengaruh terhadap varibel
terikat dapat dikontrol. Selain itu, penentuan sampel juga tidak bisa dilakukan dengan random
penuh. Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih, maka desain penelitian yang akan digunakan
adalah post test only design. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa penelitian eksperimen semu
tidak memungkinkan dilakukan random subyek secara penuh.
Pengujian hipotesis dilakukan analisis varians dua jalur dengan uji F pada taraf
signifikansi 5%. Teknik analisis varians dua jalur ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran berbantuan media inovatif dan kuriositas siswa. Jika hasil pengujian hasil analisis
varians dua jalur menunjukkan adanya pengaruh serta terdapat interaksi antara pembelajaran dan
kuriositas siswa terhadap hasil belajar matematika siswa maka akan dilajutkan dengan uji lanjut
yang menggunakan uji tukey (Q).
1744
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, dari hasil uji
analisis varians dua jalur didapatkan nilai F sebesar 4,595 dengan nilai sig. = 0,036 < 0,05. Hasil
ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan media inovatif dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Kedua, dari hasil uji analisis varians dua jalur didapatkan nilai F sebesar 579,509 dengan
nilai sig. = 0,000, dimana nilai sig. yang didapatkan kurang dari 0,05. Hasil ini menunjukkan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika
siswa yang memiliki kuriositas tinggi dengan siswa yang memiliki kuriositas rendah.
Ketiga, dari uji analisis varians dua jalur untuk mengetahui terdapatnya interaksi antara
model pembelajaran dengan kuriositas terhadap hasil belajar matematika didapatkan nilai F
sebesar 14,586 dengan nilai sig. = 0,000 dimana nilai sig. yang didapatkan kurang dari 0,05. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa terdapat interaksi
antara model pembelajaran dengan kuriositas terhadap hasil belajar matematika. Berikut adalah
grafik interaksi model pembelajaran dengan kuriositas terhadap hasil belajar matematika.
1745
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Dengan terdapatnya interaksi antara model pembelajaran dengan kuriositas terhadap hasil
belajar matematika, selanjutnya akan dilakukan uji lanjut untuk menentukan kelompok dengan
hasil belajar yang lebih baik untuk tingkat kuriositas tinggi maupun kuriositas rendah. Uji lanjut
dilakukan dengan menggunakan uji Tukey.
Perhitungan uji Tukey untuk hipotesis Keempat sebagai berikut.
_ _
YA1B1 YA 2 B189,38 85,63 3,75
Q 2,96
RJKD 25,736 1,27
n 16
Dengan melihat tabel Q dengan dk = 60, k = 2 pada taraf signifikansi 0,05, diperoleh nilai
Q-tabel = 2,82. Q-hitung yang didapatkan adalah 2,96 lebih dari Q tabel = 2,82. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan
media inovatif lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk siswa
dengan kuriositas tinggi.
Perhitungan uji Tkey untuk hipotesis kelima sebaga berikut.
_ _
YA2 B 2 YA1B 259,53 54,84 4,69
Q 3,70
RJKD 25,736 1,27
n 16
Dengan melihat tabel Q dengan dk = 60, k = 2 pada taraf signifikansi 0,05, diperoleh Q-
tabel sebesar 2,82. Q-hitung yang didapatkan sebesar 3,70 yang lebih dari Q-tabel = 2,82. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan media inovatif
untuk siswa dengan tingkat kuriositas rendah.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan maka dapt ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
Pertama, nilai F dari uji analisis varians sebesar 4,595 dengan nilai sig. = 0,036 < 0,05.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran berbantuan media inovatif dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
Kedua, nilai F dari uji analisis varians sebesar 579,509 dengan nilai sig. = 0,000 < 0,05.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara
siswa yang memiliki kuriositas tinggi dengan siswa yang memiliki kuriositas rendah.
Ketiga, dari uji analisis varians dua jalur untuk mengetahui terdapatnya interaksi antara
model pembelajaran dengan kuriositas terhadap hasil belajar matematika didapatkan nilai F
sebesar 14,586 dengan nilai sig. = 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi
antara model pembelajaran dengan kuriositas terhadap hasil belajar matematika.
Keempat, dari uji lanjut dengan uji Tukey didapatkan Q-hitung sebesar 2,96. Jika
membandingkan dengan Q-tabel sebesar 2,82 maka Q-hitung lebih dari Q-tabel. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan
media inovatif lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk siswa
dengan kuriositas tinggi.
1746
Nomor 21 Tahun XVII April 2017
ISSN 1907-3232
Kelima, dari uji lanjut uji Tukey didapatkan Q-hitung sebesar 3,70. Jika dibandingkan
dengan Q-tabel sebesar 2,82 maka Q-hitung lebih dari Q-tabel. Hasil ini menunjukkan bahwa
hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran berbantuan media inovatif untuk siswa dengan kuriositas
rendah.
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat diajukan beberapa
saran guna meningkatkan kualitas pembelajaran matematika sebagai berikut.
Kepada guru, guru diharapkan menyadari bahwa pembelajaran inovatif mampu
memberikan inovasi dalam pembelajaran sehingga diharapkan konsep matematika yang bersifat
abstrak dapat dipahami siswa dengan bantuan media inovatif.
Kepada peneliti lainnya, Penelitian ini telah dilakukan dengan maksimal dengan hasil
yang maksimal pula, namun peneliti menyadari masih terdapat kekurangan sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut. Adapun beberapa hal yang dipandang kurang dalam penelitian
ini adalah Penelitian ini dilaksanakan hanya terbatas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Abiansemal, sehingga sangat diharapkan bagi penulis lain yang berminat untuk melanjutkan
penelitian ini untuk populasi yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Candiasa, I.M.2010.Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS.Singaraja: Unit
Penerbitan Universitas Pendidikan Ganesha
Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
1747