Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Pemetaan Daerah Mantadulu, Luwutimur. Resti Fatmala Kurais. D61112006 PDF
Jurnal Pemetaan Daerah Mantadulu, Luwutimur. Resti Fatmala Kurais. D61112006 PDF
ABSTRACT
Administratively, the research area was located in Mantadulu at Angkona district in
the Luwu Timur regency, South Celebes at coordinates of 120 53' 00" - 120 57' 00" East
Longitude and 02 24' 00" - 02 28' 00" South Latitude. The research was carried out to conduct
detailed geological mapping at 1:25.000 map scale againts aspect of geomorfology,
stratigraphy, structural geology, historycal geology and natural resources with the aim was
to create a geological mapping report based on data that had been collected in the field and
interpretation of supporting theories from several geological literatures.The geomorphology
of the research area devided into two landscapes units, which were fluvial plain landscape
unit and denudational hills. The river types that developed are periodic and permanent river,
while geneticaly concist of insequen and obsequen river with dendritic and parallel drainage
patterns. Stadia area of research area is adult. Based on unofficial lithostratigraphy,
stratigraphic study area divided into five (5) rock units from the younger to the older which
were alluvial units, conglomerats unit, limestone unit, peridotit unit and serpentinit unit.
Geological structure of the study area consists of systematic and nonsistematyc joints with
direction of maximum force was N335 oE and Mantadulu sinistral strike slip fault which
relatively elongate from north west southwest. The potential of natural resources in the area
of researches is classifying in rock category which was laterit.
Key words : Mantadulu, Angkona, Malili, Luwu Timur, Ultramafic.
SARI
Secara administratif daerah penelitian termasuk dalam Daerah Mantadulu Kecamatan
Angkona Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan pada koordinat 120 53' 00" - 120
57' 00" Bujur Timur dan 02 24' 00" - 02 28' 00" Lintang Selatan. Maksud dari penelitian ini
untuk melakukan pemetaan geologi permukaan secara detail pada peta skala 1 : 25.000
terhadap aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, dan aspek bahan
galian dengan tujuan untuk membuat laporan pemetaan geologi yang dirancang berdasarkan
akumulasi seluruh data yang dikumpulkan di lapangan dan intepretasi berdasarkan teori
pendukung yang disadur dari berbagai literatur geologi. Geomorfologi daerah penelitian terdiri
atas 2 satuan bentangalam yaitu satuan pedataran fluvial dan satuan perbukitan denudasional.
Jenis sungai yang berkembang adalah sungai periodik dan permanen, sedangkan secara
genetik terdiri dari sungai insekuen dan obsekuen dengan pola aliran dendritik. Stadia daerah
penelitian adalah stadia dewasa.Berdasarkan litostratigrafi tidak resmi, stratigrafi daerah
penelitian dibagi menjadi lima (5) satuan batuan dari urutan muda hingga tua yaitu satuan
aluvial, satuan konglomerat, satuan batugamping, satuan peridotit dan satuan serpentinit.
Struktur geologi daerah penelitian terdiri dari kekar, jenis kekar berdasarkan bentuknya adalah
kekar sistematik dan non sistematik dengan arah gaya maksimum N335 oE, sesar geser
Mantadulu yang bersifat sinistral (mengiri) bergerak dari arah barat laut - tenggara. Bahan
galian pada daerah penelitian tergolong dalam golongan bahan galian batuan berupa laterit.
Kata Kunci : Mantadulu, Angkona, Malili, Luwu Timur, Ultrabasa.
1
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
2
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
3
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
Sungai
Sungai yang terdapat pada
daerah penelitian termasuk dalam
sungai eksternal dan berdasarkan
kandungan airnya pada tubuh sungai
Foto 2.3 Kenampakan spheroidal weathering / pengelupasan
kulit bawang pada litologi Konglomerat (A)
termasuk dalam sungai permanen dan
difoto arah N121o E dan litologi Serpentinit (B) periodik. Pola aliran sungai daerah
difoto arah N 172o E pada stasiun 44 dan 45 penelitian termasuk pola aliran
dendritik dan pola aliran parallel. Tipe
genetik sungai yang terdapat pada
daerah penelitian terdiri atas tipe
genetic sungai insekuen dan obsekuen.
Stadia sungai daerah penelitian adalah
Foto 2.4 Kenampakan pelapukan kimia berupa proses stadia dewasa.
oksidasi pada litologi Konglomerat (A)
dijumpai pada stasiun 44 difoto arah N 30o E
dan litologi Serpentinit (B) difoto arah N 174o
E
4
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
III. STRATIGRAFI
Pengelompokan dan penamaan
satuan batuan pada daerah penelitian
didasarkan atas litostratigrafi tidak resmi
yang bersendikan pada ciri-ciri litologi, Foto 3.1 Singkapan Serpentinit pada
dominasi batuan, keseragaman gejala stasiun 55 di foto kearah N50o E
litologi, hubungan stratigrafi antara batuan Secara megaskopis, pada daerah
yang satu dengan batuan yang lain dan penelitian batuan serpentinit dijumpai
dapat dipetakan dalam skala 1:25.000 dalam kondisi segar memperlihatkan ciri
(Sandi Stratigrafi Indonesia, fisik berwarna hijau keabuan dan dalam
1996).Berdasarkan interpretasi, kondisi lapuk berwarna kuning
pengamatan dan laboratorium maka urut- kecoklatan, tekstur lepidoblastik, bentuk
urutan stratigrafi daerah penelitian, yaitu mineral fibrous (serabut) struktur
diuraikan sebagai berikut (dari muda ke nonfoliasi. Secara megaskopis mineral-
tua) yaitu Satuan Alluvial, Satuan mineral yang dapat diamati adalah
Konglomerat, Satuan Batugamping, serpentin. Berdasarkan sifat fisik dan
Satuan Peridotit dan Satuan Serpentinit. komposisi mineralnya maka nama
Pembahasan dan uraian dari urutan satuan batuannya adalah Serpentinit (Travis
stratigrafi daerah penelitian dari tua ke 1955) (Foto 3.1). Kenampakan
muda adalah sebagai berikut : mikroskopis dari serpentinit dengan nomor
sayatan 14/55/RFK/SRP secara umum
Satuan Serpentinit memiliki warna interferensi abu-abu
Satuan ini menempati sekitar kehitaman, warna absorbsi kuning
38,82% dari keseluruhan luas daerah kecoklatan, bentuk mineral anhedral
penelitian atau sekitar 21,23 Km2. subhedral, dengan ukuran mineral < 0,01
Penyebaran satuan serpentinit ini mm 1 mm. Komposisi mineral terdiri
menempati perbukitan bagian Barat laut dari mineral olivin ( 25%),
hingga Timur daerah penelitian dan serpentin(>70%) dan mineral opak (5%).
sekitarnya. Berdasarkan selisih antara (Selengkapnya, lihat lampiran petrografi).
kontur terendah dan kontur tertinggi pada Berdasarkan sifat optik dan komposisi
satuan tersebut maka didapatkan ketebalan mineralnya maka nama batuannya adalah
yang diperkirakan adalah sekitar 375 m. Serpentinit (Travis, 1955) (Foto 3.2)
Pengamatan secara megaskopis ditentukan
secara langsung di lapangan terhadap sifat
fisik dan komposisi mineral yang bisa
diamati oleh mata, dengan menggunakan
klasifikasi Travis (1955) dalam
Kaharuddin (1988a) sebagai dasar
penamaan. Secara mikroskopis
penamaannya menggunakan klasifikasi Foto 3.2 Kenampakan mikroskopis serpentinit pada
stasiun 55 dengan nomor sayatan
batuan metamorf menurut Travis (1955). 14/55/RFK/SRP. Komposisi mineral terdiri
Berdasarkan data lapangan, satuan ini dari mineral olivin (5A), serpentin (3F) dan
mineral opak (1F).
disusun oleh litologi serpentinit sehingga
5
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
Satuan Peridotit
Satuan ini menempati sekitar 4.35
% dari keseluruhan luas daerah penelitian Foto 3.4 Singkapan Peridotit pada stasiun 7 di
atau sekitar 2.38 Km2. Penyebaran satuan foto kearah N 24o E
peridotit ini menempati perbukitan bagian
tenggara daerah penelitian dan sekitarnya.
Berdasarkan selisih antara kontur terendah
dan kontur tertinggi pada satuan tersebut
maka didapatkan ketebalan yang
diperkirakan adalah sekitar 225 m.
Penamaan batuan dari penyusun satuan
Foto 3.5 Kenampakan mikroskopis peridotit pada
batuan ini terdiri atas dua cara yaitu stasiun 7 dengan nomor sayatan
pengamatan batuan secara megaskopis 07/07/RFK/UB. Komposisi mineral terdiri
dari mineral Olivin (1F), klinopiroksin
dan secara mikroskopis. Pengamatan (1A) dan mineral opak (6H).
secara megaskopis ditentukan secara
6
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
Satuan Batugamping
Satuan ini menempati sekitar
8.39 % dari keseluruhan luas daerah
penelitian atau sekitar 4.59 Km2.
Penyebaran satuan batugamping ini
menempati perbukitan bagianTimur
Laut daerah penelitian.
Berdasarkan selisih antara kontur
terendah dan kontur tertinggi pada satuan
tersebut maka didapatkan ketebalan yang
Foto 3.1 Singkapan Batugamping Kristalin pada
diperkirakan adalah sekitar 400 m.
stasiun 59 di foto kearah N 9o E
Penamaan batuan dari penyusun satuan
batuan ini terdiri atas dua cara yaitu
pengamatan batuan secara megaskopis dan
secara mikroskopis. Pengamatan secara
megaskopis ditentukan secara langsung di
lapangan terhadap sifat fisik dan komposisi
mineral yang bisa diamati oleh mata dan
secara mikroskopis dengan menggunakan Foto 3.2 Kenampakan mikroskopis batugamping
mikroskop polarisasi untuk pengamatan kristalin pada stasiun 59 dengan nomor
sifat optik mineral serta pemerian sayatan 04/59/RFK/BTG. Komposisi
mineral terdiri dari mineral kalsit dan
komposisi mineral secara spesifik yang mineral opak.
kemudian penamaannya menggunakan
7
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
8
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
9
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
Satuan alluvial
Berdasarkan material yang
menyusun satuan ini menunjukan
karakteristik endapan Aluvial, dan melihat
proses genetiknya dan lokasi terbentuknya
menunjukan bahwa material tersebut
berasal dari proses erosi dan sedimentasi
disungai. Maka berdasarkan hal tersebut
penamaan satuan ini yaitu satuan aluvial.
Penyebaran satuan ini menempati sekitar Foto 3.9 Kenampakan endapan sungai yang berukuran
pasir halus pada stasiun 41 difoto kearah N
25,14 % dari luas keseluruhan daerah 211 oE
penelitian dengan luas penyebaran sekitar
13,75 km2. Penyebaran satuan ini berada
pada bagian barat daya daerah penelitian
memanjang dari barat selatan dan
merupakan hasil dari pelapukan satuan
batuan yang ada disekitarnya kemudian
tertransportasi oleh aliran sungai sungai
pada daerah penelitian yaitu pada sungai
angkona.
Material penyusun satuan ini
berupa material lempung lanau, pasir
Foto 3.10 Kenampakan endapan sungai Angkona yang
halus hingga kerakal, berasal dari berukuran lempung pada stasiun 39 difoto
pelapukan batuan peridotit, serpentinit, kearah N130 oE
dan konglomerat. Material-material
tersebut terendapkan disungai membentuk
endapan aluvial. Material endapan sungai IV. STRUKTUR GEOLOGI
dengan kenampakan warna abu-abu
kecoklatan, tersusun oleh material Penentuan struktur geologi
berukuran lempung lanau dan pasir didasarkan pada data yang diperoleh
berukuran halus. Satuan aluvial di daerah berupa data yang bersifat primer maupun
penelitian tersusun atas material lempung sekunder dan interpretasi pada peta
lanau dan pasir halus yang tersebar topografi daerah penelitian. Berdasarkan
disungai salo angkona dan sekitarnya. pengamatan di lapangan maka diperoleh
Karakteristik Aluvium atau Qal : data penciri struktur geologi primer berupa
lumpur, lempung, pasir,kerikil dan data kekar serta data penciri struktur
kerakal. Merupakan endapan sungai, rawa geologi sekunder berupa breksi sesar,
dan pantai. Berdasarkan kesamaan ciri pergeseran punggung bukit/offset ridges,
fisik dan posisi stratigrafinya serta letak pembelokan sungai yang tiba-tiba/offset
geografis maka satuan aluvial pada daerah stream dan mata air/springs. Struktur
penelitian dapat disebandingkan dengan geologi yang berkembang pada daerah
anggota Alluvium atau Qal (Quarter penelitian berdasarkan penciri struktur
alluvium) yang berumur Holosen yang yang dijumpai di lapangan adalah :
terbentuk di sungai (darat). Hubungan 1. Struktur Kekar
stratigrafi satuan ini dengan satuan batuan 2. Struktur Sesar
dibawahnya yaitu ketidakselarasan akibat
dari adanya selang waktu pengendapan.
10
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
11
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
12
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
13
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
14
RESTI FATMALA KURAIS_D61112006
GEOLOGI DAERAH MANTADULU KEC.ANGKONA
KAB. LUWU TIMUR PROV. SULAWESI SELATAN
15