Professional Documents
Culture Documents
Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syariat Islam
Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syariat Islam
.
:
Ibadallah,
Syahadatain (dua kalimat syahadat) adalah kesaksian bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang
berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Azza wa Jalla, dan bahwasanya Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba serta Rasul-Nya. Kedua kesaksian ini merupakan
keyakinan mantap yang diekspresikan dengan lisan. Dengan kemantapannya itu, seakan-akan
orang yang mengikrarkannya dapat menyaksikan keberadaan Allah Azza wa Jalla.
Syahadah (kesaksian) merupakan satu rukun padahal yang dipersaksikan itu ada dua hal. Hal itu,
karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah penyampai risalah dari Allah Azza wa
Jalla . Jadi, kesaksian bahwasanya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba dan
Rasul (utusan) Allah Azza wa Jalla merupakan kesempurnaan kesaksian .
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Syahadatain (dua kesaksian) merupakan prinsip dasar yang menjadikan penentu keabsahan dan
diterima atau tidaknya amalan para hamba. Suatu amalan akan sah dan diterima apabila
dilakukan dengan keikhlasan hanya karena Allah Azza wa Jalla dan mutabaah (mengikuti)
Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam . Ikhlas karena Allah Azza wa Jalla merupakan
realisasi dari syahadat (persaksian) LA ILAHA ILLALLAH, tidak ada ilah (sesembahan) yang
berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Azza wa Jalla . Sedangkan mutabaah atau
mengikuti Sunnah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merupakan realisasi dari
syahadat (kesaksian) bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba dan
Rasul-Nya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah (wafat th. 852 H) berkata, Yang dimaksud dengan syahadat
di sini adalah membenarkan apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
sehingga mencakup semua yang disebutkan tentang keyakinan (rukun iman yang enam dan yang
selainnya).
Kaum muslimin,
Telah diketahui secara pasti bahwa persaksian tauhid merupakan kunci agama Islam, pokoknya
agama, dan tiang bangunannya. Tidak ada Islam bagi orang yang belum meyakini, mengucapkan,
dan mengamalkannya.
Tidak diragukan lagi bahwa keadaan seperti ini tidak akan terwujud kecuali setelah mengetahui
maknanya, karena urutan ini (ilmu, keyakinan, ucapan, dan amalPen.) bagaikan urutan
bangunan dan pondasinya, serta cabang dan pokoknya. Karenanya, siapa saja yang tidak
mengetahui maknanya dan tidak dapat menggambarkannya maka ia seperti orang yang mengigau
disaat tidur, tidak mengetahui apa yang ia ucapkan.
Yang demikian itu, karena setiap yang mengerti akan adanya Allah Azza wa Jalla, dia
mengetahui secara pasti bahwa yang dimaksud dari dua kalimat syahadat adalah hakikat dan
maknanya serta yang mencakup ilmu dan amal. Adapun sekedar pengucapan saja tanpa
mengetahui maknanya dan tanpa meyakini hakikatnya, maka ini tidak akan memberikan manfaat
dan juga tidak akan membebaskan seorang hamba dari kesyirikan dan cabang-cabangnya.
Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (wafat th. 310 H) ketika menafsirkan firman Allah Azza wa
Jalla :
Kecuali orang-orang yang menyaksikan dengan benar dan mereka mengetahui. (Az-
Zukhruf/43: 86)
Beliau rahimahullah berkata, Persaksian dia terhadap kebenaran dan ikrar dia terhadap tauhid
maksudnya: kecuali yang beriman kepada Allah dan mereka mengetahui hakikat Tauhid.
Jadi, sesuatu yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim adalah memahami kalimat yang agung
ini (yaitu kalimat , LA ILAHA ILLALLAH) dan mengetahui kandungannya dengan
benar sebagaimana yang akan dijelaskan nanti. Lantas, ilmu apa yang bermanfaat bagi dirinya
kalau tidak mengetahui makna kalimat yang bisa mengantarnya pada kesuksesan?!
Pentingnya mengetahui makna LA ILAHA ILLALLAH semakin ditekankan ketika banyak orang
yang menyimpang dari pemahaman yang benar, dan semakin jarang orang yang serius
menjelaskan dan menjabarkan makna kalimat ini. Betapa banyak penafsiran-penafsiran kalimat
ini yang keliru menghiasi buku-buku dan lisan-lisan ahli bidah, serta berakibat pada
penyimpangan dalam agama seseorang. Allaahul Mustaaan!
Allah Subhanahu wa Taala berfirman :
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas
diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah , kami ingkari (kekafiran)mu dan
telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Allah saja (Al-Mumtahanah/60:4)
Dan Allah Subhanahu wa Taala berfirman :
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, Sesungguhnya aku tidak
bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah Rabb) Yang
menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim)
menjadikan kalimat Tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali
kepada kalimat Tauhid itu. (Az-Zukhruf/43:26-28)
Maksudnya, Ibrahim alaihissallam menjadikan loyalitas karena Allah Subhanahu wa Taala dan
berlepas diri dari setiap sembahan selain-Nya sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya,
yang terus diwariskan oleh para Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan pengikut-nya, dari
sebagian mereka kepada sebagian yang lain. Yang dimaksud ialah kalimat LA ILAHA
ILLALLAH (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah ). Inilah yang
diwariskan oleh imam orang-orang yang hanif kepada para pengikut beliau sampai datangnya
hari Kiamat.
Dengan kalimat Tauhid inilah, bumi dan langit dapat tegak. Allah Azza wa Jalla menjadikan
fitrah seluruh makhluk di atas kalimat ini. Di atasnya agama dan kiblat itu dibangun, serta
pedang-pedang jihad dihunuskan. Ia murni hak Allah Subhanahu wa Taala atas seluruh hamba-
Nya, sekaligus merupakan kalimat yang melindungi darah, harta, dan keturunan di kehidupan
dunia, kemudian menyelamatkan manusia dari siksa kubur dan Neraka. Ia adalah lembaran
terbuka yang seseorang itu tidak akan masuk Surga, melainkan dengannya.
Ia adalah tali yang jika seseorang tidak berpegang dengannya, niscaya dia tidak akan sampai
kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ia adalah kalimat Islam dan kunci pembuka Surga yang
penuh keselamatan. Dengannya, manusia terbagi menjadi orang sengsara, bahagia, diterima,
ataupun ditolak. Dengannya juga, negeri kekufuran terpisah dengan negeri keimanan, serta
terbedakan antara negeri kenikmatan dengan negeri kesengsaraan dan kehinaan. Ia adalah tiang
yang mengandung perkara yang wajib sekaligus yang sunnah.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
.
Barangsiapa akhir ucapannya adalah LA ILAHA ILLALLAH pasti masuk surga. (HR. Ahmad
dll).
Ruh dan rahasia kalimat ini adalah pengesaan Allah Subhanahu wa Taala dalam kecintaan,
pemuliaan, pengagungan, takut dan berharap (hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala), dan
perkara-perkara lain yang mengiringinya; berupa tawakkal, taubat, keinginan, dan ketakutan.
Seorang hamba tidak mencintai selain-Nya. Kalaupun mencintai selain Allah Azza wa Jalla itu
karena kecintaan itu merupakan bagian dari cinta kepada Allah Azza wa Jalla dan merupakan
sarana untuk menambah rasa cinta kepada Allah Azza wa Jalla . Seorang hamba juga tidak takut
kepada selain Allah Azza wa Jalla , tidak berharap kepada selain-Nya, tidak bertawakkal selain
kepada-Nya, ia hanya mengharap kepada Allah, tidak takut selain kepada-Nya, hanya ber-
sumpah dengan nama-Nya, tidak bernadzar selain kepada-Nya, hanya bertaubat kepada-Nya,
tidak mentaati selain perintah-Nya, hanya mengharapkan ganjaran dari-Nya, tidak memohon
pertolongan ketika terjadinya kesulitan selain kepada-Nya, hanya bersandar kepada-Nya, tidak
sujud selain kepada-Nya, serta hanya menyembelih untuk-Nya dan dengan nama-Nya. Seluruh
perkara ini terkumpul pada satu kalimat, yaitu, Tidaklah disembah dengan semua macam
ibadah, melainkan hanya Allah semata. Inilah realisasi dari kalimat syahadat .
Oleh karena itulah, Allah Subhanahu wa Taala mengharamkan api neraka bagi orang yang
mengucapkan dan merealisasikan kalimat syahadat dengan benar. Mustahil orang yang
merealisasikan dan menerapkan syahadat ini masuk Neraka. Pernyataan ini sesuai dengan firman
Allah Subhanahu wa Taala :
Dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya. (Al-Maarij/70:33)
Hamba tersebut telah melaksanakan syahadat tersebut secara lahir dan batin, baik melalui hati
maupun anggota badannya.
Sebagian manusia ada yang syahadatnya mati, sebagian lagi syahadatnya tertidur sehingga harus
dibangunkan supaya terjaga, sebagian lagi ada yang syahadatnya berbaring, dan sebagian lagi
ada yang syahadatnya miring hampir berdiri. Kedudukan syahadat dalam hati seperti kedudukan
roh terhadap badan. Ada roh yang mati, roh yang sakit dan lebih dekat kepada kematian, roh
yang lebih dekat dengan kehidupan, serta ada roh yang sehat dan melaksanakan kemaslahatan
badan.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
.
Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang tidaklah seorang hamba mengucapkannya
ketika dia meninggal dunia, melainkan rohnya akan mendapatkan roh baginya.
Dengan demikian, kehidupan roh bergantung pada kalimat tersebut, seperti halnya kehidupan
badan tergantung dari keberadaan roh; Juga sebagaimana orang yang meninggal di atas kalimat
ini sehingga berhak berada di Surga dan bergerak bebas di dalamnya. Oleh karena itu,
barangsiapa merealisasikan dan melaksanakan inti kalimat ini niscaya rohnya akan bergerak
bebas dalam Surga, bahkan tempat tinggal dan hidupnya menjadi kehidupan yang terbaik. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (An-
Naziat/79:40-41)
.
Khutbah Kedua:
.
:
Ibadallah,
Surga adalah tempat tinggal bagi mereka pada hari Pertemuan dengan-Nya kelak.
Surga pengetahuan, kecintaan, kedekatan dengan Allah , kerinduan terhadap pertemuan dengan-
Nya, senang dengan Allah, dan ridha terhadap-Nya merupakan tempat tinggal rohnya di dunia.
Barangsiapa surga tersebut adalah tempat tinggalnya di dunia maka Surga yang abadi akan
menjadi tempat tinggalnya di akhirat. Sebaliknya, orang yang terhalang dari Surga dunia maka
dia akan lebih terhalang dari Surga yang abadi. Orang-orang yang melakukan kebajikan berada
di dalam Surga kenikmatan meskipun mereka mengalami kesulitan dan kesempitan hidup di
dunia; sedangkan orang-orang yang durhaka berada dalam Neraka kepedihan meskipun
kehidupan dunia mereka serba cukup. Allah Subhanahu wa Taala berfirman :
Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl/16: 97)
: berfirman Subhanahu wa Taala Allah dunia. Surga adalah baik yang Kehidupan
Dia niscaya petunjuk, kepadanya memberikan akan menghendaki Allah yang Barangsiapa
Allah dikehendaki yang barangsiapa Dan Islam. )agama (memeluk untuk dadanya melapangkan
)(Al-Anam/6:125 sempit lagi sesak dadanya menjadikan Allah niscaya kesesatannya,
manakah adzab Dan, ? dada kelapangan dibandingkan baik lebih yang manakah Kenikmatan
: berfirman Azza wa Jalla Allah ?dada sempitnya daripada pedih lebih yang
tidak dan mereka terhadap kekhawatiran ada tidak itu, Allah wali-wali sesungguhnya Ingatlah,
Bagi bertaqwa. selalu mereka dan beriman yang orang-orang )(Yaitu hati. bersedih mereka )(pula
ada Tidak akhirat. di )kehidupan (dalam dan dunia di kehidupan dalam di gembira berita mereka
yang kemenangan adalah itu demikian Yang . Allah )(janji-janji kalimat-kalimat bagi perubahan
)(Yunus/10:62-64 besar.
paling hidupnya, baik paling yang manusia merupakan Allah kepada ikhlas yang Mukmin
yang Surga Inilah hatinya. bahagia paling dan dadanya, lapang paling pikirannya, tenteram
abadi. yang Surga sebelum disegerakan
.
:
: ))
][:
. ((
.
,
.
. .
. .
. .
*
)
( ] [91-90:
.