Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No.

1, 2015

ANALISIS PENGAWET NITRIT PADA DAGING SAPI DENGAN


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Rusdi1), Zulharmita2), Izzatus Salaafia Nurrohmah2)


1)
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), Padang

ABSTRACT

The study about analysis of preservative sodium nitrite in beef by Spectrophotometry method has been
done. The study was conducted by using which obtained from two supermarket and three traditional markets in
Padang city, there are samples A, B, C, D and E. The levels of sodium nitrite in beef was determined by
qualitative and quantitative analyzing. The result showed that preservative sodium nitrite found in samples A
and B, which levels in samples A was 11,325 mg/Kg and samples B was 0,575 mg/Kg. While sodium nitrite was
not found in samples C, D and E. It can be concluded that the levels of sodium nitrite in samples A and B are
comply with requirements of Regulation of The Head of The National Agency of Drug and Food Control of
Republic Indonesia No. 36 year 2013 which is concerning about food additives, which levels of preservative
nitrite is maximum of 30 mg/Kg.

Keywords: nitrite, beef, spectrophotometry

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang analisis zat pengawet natrium nitrit pada daging sapi dengan metode
spektrofotometri. Sampel yang digunakan diambil dari dua supermarket dan tiga pasar tradisional di Kota
Padang, sehingga diperoleh sampel A, B, C, D dan E. Untuk mengetahui adanya natrium nitrit dalam daging sapi
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa zat pengawet natrium nitrit
terdapat pada sampel A dan B, dimana kadarnya pada sampel A yaitu 11,325 mg/Kg dan sampel B yaitu 0,575
mg/Kg. Sedangkan sampel C, D dan E tidak mengandung natrium nitrit. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa kadar natrium nitrit pada sampel A dan B tersebut masih memenuhi persyaratan Peraturan
Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2013 tentang Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pengawet Nitrit yaitu maksimum 30 mg/Kg.

Kata Kunci : nitrit, daging sapi, spektrofotometer

PENDAHULUAN yang ditambahkan ke dalam pangan


untuk mempengaruhi sifat atau bentuk
Pangan adalah segala sesuatu pangan (Badan POM RI, 2013).
yang berasal dari sumber hayati produk Pemerintah memiliki otoritas dalam
pertanian, perkebunan, kehutanan, keterlibatan terhadap keamanan pangan
perikanan, peternakan, perairan, dan air, yang sangat mempengaruhi ekonomi
baik yang diolah maupun tidak diolah masyarakat. Konsumen (masyarakat yang
yang diperuntukkan sebagai makanan atau seharusnya mendapat keterjaminan) tidak
minuman bagi konsumsi manusia, dapat mendeteksi risiko atau bahaya
termasuk bahan tambahan pangan, bahan pangan pada saat pembelian. Hal ini dipicu
baku pangan, dan bahan lainnya yang oleh beberapa sebab antara lain: (1)
digunakan dalam proses penyiapan, informasi pangan yang tidak jujur; (2)
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan bahan berbahaya dapat masuk ke makanan
atau minuman. Bahan Tambahan Pangan, di mana saja, dari lahan sampai meja
selanjutnya disingkat BTP, adalah bahan makan; (3) produsen mungkin tidak

101
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

mampu mengidentifikasi risiko pada putih, kunyit, lengkuas, jahe), metabolit


tingkat aman; dan (4) kekurangan sekunder bakteri (bakteriosin), dan lain-
informasi (Bintoro, 2009). lain yang dilaporkan memiliki daya
Kualitas daging segar oleh antibakteri, antimikroba, dan bakterisidal.
konsumen pada umumnya masih Pengawetan menggunakan bahan kimia
berdasarkan karakteristik pancaindera dan seperti garam dapur, sodium nitrit, sodium
organoleptik. Organoleptik meliputi dari asetat, gula pasir dan lain-lain. Dengan
segi warna dari organ penglihatan jumlah penggunaan yang tepat,
menunjukkan tingkat kesegaran daging, pengawetan dengan bahan kimia sangat
misalnya merah segar (bright red) karena praktis karena dapat menghambat
masih adanya pigmen hemoglobin darah berkembang biaknya mikroba jamur,
serta mioglobin dari sel. Daging yang kapang/khamir dan bakteri patogen
berwarna pucat menunjukkan daging sudah (Usmiati, 2010).
lama disembelih atau berasal dari hewan Bahan makanan yang tercemar oleh
yang tidak sehat. Kualitas daging yang nitrit ataupun bahan makanan yang
lebih penting adalah jumlah mikroba yang diawetkan menggunakan nitrat dan nitrit
terdapat dalam daging yang akan dapat menyebabkan methemoglobin
dikonsumsi sejak dari tempat simptomatik pada anak-anak. Walaupun
penyembelihan sampai toko atau depot sayuran jarang menjadi sumber keracunan
daging, karena jumlah total mikroba akut, mereka memberi kontribusi >70%
menunjukkan kelayakan dan keamanan nitrat dalam diet manusia tertentu.
daging tersebut untuk dikonsumsi Kembang kol, bayam, brokoli, dan umbi-
(Prasetyo & Kendriyanto, 2010). umbian memiliki kandungan nitrat alami
Pengawetan daging bertujuan untuk lebih banyak dari sayuran lainnya. Sisanya
memperpanjang masa simpannya sampai berasal dari air minum (+ 21%) dan dari
sebelum dikonsumsi. Berdasarkan metode, daging atau produk olahan daging (6%)
pengawetan daging dapat dilakukan yang sering memakai natrium nitrit
dengan metode yaitu pengawetan secara (NaNO2) sebagai pengawet maupun
fisik, biologi, dan kimia. Pengawetan pewarna makanan. Methemoglobin
secara fisik meliputi proses pelayuan simptomatik telah terjadi pada anak-anak
(penirisan darah selama 12-24 jam setelah yang memakan sosis yang menggunakan
ternak disembelih), pemanasan (proses nitrit dan nitrat secara berlebihan.
pengolahan daging untuk (Wahyudi, 2007).
menekan/membunuh kuman seperti Menurut Peraturan Kepala Badan
pasteurisasi, sterilisasi) dan pendinginan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
(penyimpanan di suhu dingin refrigerator Indonesia Nomor 36 Tahun 2013 Tentang
suhu 4-10C, freezer suhu <0C), Batas Maksimum Penggunaan Bahan
pengawetan secara biologi melibatkan Tambahan Pangan Pengawet, batas
proses fermentasi menggunakan mikroba maksimum penggunaan kalium nitrit atau
seperti pembuatan produk alami, natrium nitrit pada produk-produk olahan
sedangkan pengawetan kimia merupakan daging, daging unggas dan daging hewan
pengawetan yang melibatkan bahan kimia. buruan dalam bentuk utuh atau potongan
Pengawetan secara kimia dibedakan yaitu 30 mg/kg. BTP dapat mempunyai
menjadi pengawetan menggunakan bahan atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
kimia dari bahan aktif alamiah dan bahan sengaja ditambahkan ke dalam pangan
kimia (sintetis). Pengawetan menggunakan untuk tujuan teknologis pada pembuatan,
bahan aktif alamiah antara lain pengolahan, perlakuan, pengepakan,
menggunakan rempah-rempah (bawang pengemasan, penyimpanan dan/atau

102
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

pengangkutan pangan untuk pembanding, sampel A, B, C, D, dan E


menghasilkan atau diharapkan yang telah di timbang tersebut di
menghasilkan suatu komponen atau tambahkan 15 ml aquadest, lalu blender
mempengaruhi sifat pangan tersebut, baik masing-masing sampel tersebut sampai
secara langsung atau tidak langsung halus, kemudian pindahkan ke dalam
(Badan POM RI, 2013). beaker glass, masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm
METODE PENELITIAN selama 20 menit. Sampel akan memisah
menjadi 2 bagian, ambil lapisan bening.
Alat dan bahan Untuk sampel uji yang positif mengandung
Alat yang digunakan dalam nitrit dari hasil analisis kualitatif
penentuan kadar kandungan natrium nitrit dilanjutkan penetapan kadar dengan
adalah Spectroquant NOVA 400 (Merck), Spectroquant NOVA 400.
Vortex mixer (Heidolph), rak tabung
reaksi, pipet takar 5 ml, 10 ml dan 50 ml Pembuatan Reagen (Departemen
(Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), labu ukur kesehatan RI, 1995)
50 ml (Pyrex), beaker glass 100 ml 1. Besi (II) sulfat 0,1 N
(Pyrex), botol semprot, pisau, spatel, Besi (II) sulfat ditimbang sebanyak
kertas saring Whatman 42, corong 25 ml 1,39 gram, masukkan ke dalam labu ukur
(Pyrex), karet hisap, pipet tetes, blender 100 ml kemudian ditambahkan aquadest
(Philips), alat sentrifus (Hettich), penangas yang telah dididihkan lalu dinginkan.
air (Memmert), hot plate (VELP 2. Asam sulfat 1 N
Scientifica), dan timbangan analitik Larutan Asam sulfat pekat dipipet
(Precisa XT 220). sebanyak 2,78 ml, kemudian dimasukkan
Sedangkan bahan yang digunakan ke dalam labu ukur 100 ml yang telah
adalah Reagen NO2-1 14776 adalah N-{1- berisi sedikit aquadest, kemudian
Naftil}-Etilendiamin Dihidrokloride dicukupkan sampai tanda batas dengan
(Merck), sampel daging, aquadest, asam aquadest, kemudian homogenkan.
sulfat (Merck), besi (II) sulfat (Merck), 3. Barium klorida 0,1 N
barium klorida (Merck), kalium iodida Larutkan 1,2 gram barium klorida,
(Merck), larutan amilum jagung, perak kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
nitrat (Merck) , kalium permanganat 100 ml, kemudian cukupkan sampai tanda
(Merck), natrium nitrit (Merck). batas dengan aquadest, kemudian
homogenkan.
Pengambilan Sampel 4. Perak nitrat 0,1 N
Sampel daging sapi diambil dari Perak nitrat ditimbang sebanyak 1,7
supermarket, sampel A dari Robinson, gram, kemudian dimasukkan ke dalam
sampel B dari Foodmart, serta dari pasar labu ukur 100 ml, kemudian ditambahkan
tradisional sampel C dan D dari Pasar aquadest, larutkan. Kemudian dicukupkan
Raya, dan sampel E dari pasar Alai di Kota dengan aquadest sampai tanda batas,
Padang. kemudian homogenkan.
5. Kalium iodida 0,1 N
Analisis Kualitatif Kalium iodida ditimbang sebanyak
Setiap sampel uji di timbang 10 g, 1,66 gram, kemudian dimasukkan ke
lalu sebagai kontrol positif ditambahkan dalam labu ukur 100 ml yang tidak tembus
natrium nitrit 5 mg sebagai sampel cahaya kemudian ditambahkan aquadest,
pembanding, lalu masing-masing sampel larutkan. Kemudian dicukupkan dengan

103
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

aquadest sampai tanda batas, kemudian 5.Test KMnO4


homogenkan. Dua tetes larutan sampel direaksikan
6. Kalium Permanganat 0,1 N dengan 2 tetes larutan KMnO4 yang
Kalium permanganat ditimbang diasamkan dengan asam sulfat encer.
sebanyak 310 mg, kemudian dimasukkan Amati perubahan yang terjadi. Hilangnya
ke dalam labu ukur 100 ml, kemudian warna ungu KMnO4 menunjukkan positif
ditambahkan aquadest dan dilarutkan. nitrit.
Kemudian dicukupkan dengan aquadest
sampai tanda batas, dihomogenkan dan Ekstraksi Sampel
dipanaskan selama 10-15 menit, dinginkan, Sampel ditimbang sebanyak 10 g
masukkan kedalam labu coklat. lalu dihaluskan, masukkan kedalam beaker
7. Larutan amilum jagung 1 % glass 100 ml, tambahkan aquadest 50 ml
Amilum jagung ditimbang yang telah dipanaskan 80 C aduk dengan
sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan pengaduk kaca, lalu letakkan diatas
ke dalam beaker glass yang telah berisi penangas air selama 2 jam sambil sekali-
sedikit aquadest, tambahkan aquadest kali diaduk, dinginkan sampai suhu kamar
sampai 100 ml lalu panaskan dan diaduk lalu saring dengan kertas saring whatman
sampai larutan bening. 42 masukkan kedalam labu ukur 50 ml.
Maka larutan ini merupakan larutan sampel
Identifikasi Zat Pengawet dengan yang digunakan untuk menentukan
Berbagai Pereaksi (Vogel, 1985) konsentrasi nitrit pada sampel dengan
1. Test dengan FeSO4 menggunakan alat Spectroquant NOVA
Dua tetes larutan sampel 400.
direaksikan dengan FeSO4 lalu teteskan
H2SO4 melalui dinding tabung reaksi, Penentuan Kurva Kalibrasi
amati perubahan yang terjadi. Terbentuk Penentuan kurva kalibrasi diawali
cincin coklat pada perbatasan antara dua dengan pembuatan ekstrak sampel dengan
cairan sampel menunjukkan positif nitrit. standar natrium nitrit dengan konsentrasi
2.Test dengan BaCl2 sampel 10 g daging yang positif tidak
Dua tetes larutan sampel mengandung natrium nitrit, ditambahkan
direaksikan dengan 2 tetes larutan BaCl2, natrium nitrit sebanyak 10 mg pada sampel
amati perubahan yang terjadi. Tidak 1, 20 mg pada sampel 2, 30 mg pada
terbentuk endapan, menunjukkan positif sampel 3, 40 mg pada sampel 4, dan 50 mg
nitrit. pada sampel 5, masing-masing sampel
3.Test dengan AgNO3 dihaluskan kemudian masukkan ke dalam
Dua tetes larutan sampel beaker glass 100 ml, tambahkan aquadest
direaksikan dengan 2 tetes larutan AgNO3 50 ml yang telah dipanaskan 80 C aduk
0,1 N, amati perubahan yang terjadi. dengan pengaduk kaca, lalu diletakkan
Terbentuk endapan putih, menunjukkan diatas penangas air selama 2 jam sambil
positif nitrit. sekali-kali diaduk, dinginkan sampai suhu
4.Test dengan KI kamar lalu saring dengan kertas saring
Dua tetes larutan sampel Whatman 42 masukkan kedalam labu ukur
direaksikan dengan2 tetes larutan KI 0,1N, 50 ml, pipet 1 ml masukkan ke labu ukur
kemudian diasam kan dengan asam asetat 10 ml, tambahkan aquadest yang telah
atau asam sulfat encer yang dapat dipanaskan sampai tanda batas. Larutan ini
diidentifikasi dari warna biru yang ditentukan kadar natrium nitrit yang
dihasilkan dengan larutan amilum jagung terukur oleh alat spectroquant NOVA 400,
menunjukkan positif nitrit.

104
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

lalu buat kurva kalibrasi dari hasil yang reagen NO2-1, kocok menggunakan vortex
tercatat pada alat. mixer sampai semua padatan larut. Periksa
pH sampel, pH spesifik kisaran 2,0 2,5.
Pengukuran Kadar Nitrit dengan Lalu ditambahkan larutan asam sulfat
Spectroquant NOVA 400 encer demi tetes untuk mengatur pH.
Pengukuran dilakukan 3 kali Sampel dibiarkan bereaksi selama 10 menit
pengulangan untuk setiap sampel setelah dan masukkan kedalam kuvet. lalu
diperoleh larutan bening hasil ekstraksi tempatkan kuvet kedalam ruang cell, hasil
sampel daging sapi, caranya: yang terukur dalam mg/L secara digital
Pipet 5 ml sampel kedalam tabung oleh alat dicatat.
reaksi, kemudian ditambahkan 1 takar

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Daging setelah ditambahkan Natrium Nitrit

Gambar 1. Daging setelah ditambahkan Natrium Nitrit

2. Daging sebelum ditambahkan Natrium

Gambar 2. Daging sebelum ditambahkan Natrium Nitrit

105
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

3. Analisa Kualitatif Zat Pengawet Nitrit Dengan Pemerikasaan Reaksi Warna

Tabel I. Hasil analisis kualitatif dengan pengujian reaksi warna

Sam Sam Sam Sam Sam Sam


Pereaksi Pembanding pel pel pel pel pel pel
P A B C D E
FeSO4 + H2SO4
Cincin coklat + + + - - -
encer
AgNO3 Terbentuk endapan putih + + - - - -

BaCl2 Tidak terbentuk endapan + + + + + +


KI + Larutan
amilum jagung Biru/hijau kebiruan + + - - - -
1%
KMnO4 Warna ungu KMnO4 hilang + + + - - -

Keterangan :
Sampel A : Sampel daging Impor Robinson
Sampel B : Sampel daging Lokal Foodmart
Sampel C dan D : Sampel daging Pasar Raya
Sampel E : Sampel daging Pasar Alai
Sampel P : Sampel pembanding yang ditambahkan Natrium nitrit
- : Negatif
+ : Positif

4. Uji Linearitas
Hasil pengujian deretan konsentrasi natrium nitrit menghasilkan persamaan regresi
linear y = 0,032 + 0,052x dan nilai koefisien korelasinya (r) = 0,9992
5. Uji BD dan BK
Dari hasil pengujian diperoleh nilai Batas Deteksi adalah 2,7280 mg/L dan nilai Batas
Kuantitatif adalah 9,0923 mg/L
6. Uji Akurasi dan Presisi
Dari hasil pengujian akurasi diperoleh nilai akurasi adalah 103,5%, sedangkan nilai
Presisi adalah 4,5%

106
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

7. Analisa kuantitatif dengan alat Spectroquant NOVA 400


Tabel II. Hasil pengukuran dengan Spektroquant NOVA 400

Ko Berat Volume Fakror N Konsentrasi Kadar nitrit SD Batas


de sampel ekstrak pengenceran yang terukur dalam daging maksimum
sa (g) (mL) alat (mg/L) (mg/kg) penggunaan
mp natrium
el nitrit
menurut
BPOM RI
(mg/kg)
10,003 1 0,71 10,65
P 50 10 2 0,66 9,6
0,0317
0 3 0.72 10,8
Rata-rata 10,35
1 1,50 11,25
A 10,0019 50 - 2 1,60 12
0,0073 30
3 1,43 10,725
Rata-rata 11,325
1 0,08 0,6
B 10,0020 50 - 2 0,07 0,525
0,1
3 0.08 0,6
Rata-rata 0,575

Pada penelitian ini telah dilakukan sebanyak 10 mg pada sampel 1, 20 mg


analisa zat pengawet yang terdapat pada pada sampel 2, 30 mg
daging sapi yang beredar dipasaran. pada sampel 3, 40 mg pada sampel 4, dan
Penelitian ini menggunakan 5 lokasi 50 mg pada sampel 5, masing-masing
penjualan sampel yang berbeda. Yakni sampel dihaluskan kemudian masukkan ke
sampel daging A berasal dari Robinson dalam beaker glass 100 ml, tambahkan
menyediakan daging impor, sampel daging aquadest 50 ml yang telah dipanaskan 80
B berasal dari Foodmart menyediakan C aduk dengan pengaduk kaca, lalu
daging lokal, sampel daging C dan D letakkan diatas penangas air selama 2 jam
berasal dari pasar Raya dari penjual yang sambil sekali-kali diaduk, dinginkan
berbeda, dan sampel E dari pasar Alai. sampai suhu kamar lalu saring dengan
Untuk daging yang diolah biasanya kertas saring whatman 42 masukkan
ditambahkan nitrit yang berfungsi sebagai kedalam labu ukur 50 ml, tambahkan
pengawet, memberikan warna dan rasa aquadest sampai tanda batas. Larutan ini
khusus pada daging. Namun zat ini dapat ditentukan kadar natrium nitrit yang
bergabung dengan amin tertentu terukur oleh alat spectroquant NOVA 400,
membentuk berbagai jenis kebanyakan lalu buat kurva kalibrasi dari hasil yang
bersifat karsinogen kuat (Winarno, 1984). tercatat pada alat. Persamaan regresinya Y
Kurva kalibrasi dibuat dengan cara = 0,032 + 0,052x dengan nilai koefisien
sampel yang negatif mengandung natrium korelasi (r) yang didapat adalah 0,9992.
nitrit ditambahkan natrium nitrit dengan Sebagai parameter adanya
berbagai konsentrasi yakni 10 mg, 20 mg, hubungan linier digunakan koefisien
30 mg, 40 mg, 50 mg, lalu diekstrak korelasi r pada analisis regresi linier Y = a
dengan cara timbang sampel sebanyak 10 + bX. Hubungan linier yang ideal dicapai
g sebanyak 5 kali, tambahkan natrium nitrit jika nilai b = 0 dan r = +1 atau 1
bergantung pada arah garis. Sedangkan

107
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

nilai a menunjukkan kepekaan analisis sampel B yang merupakan daging lokal


terutama instrumen yang digunakan. warnanya merah agak pucat, agak kejang,
Parameter lain yang harus dihitung adalah tidak berair, bau daging khas tidak berbau.
simpangan baku residual (Harmita, 2004). Sampel C yakni sampel yang berasal dari
Simpangan baku merupakan suatu ukuran pasar raya berwarna pink pucat, tidak
dispersi data yang umum digunakan dan berair, lembek dan tidak terlalu berbau
didefenisikan sebagai akar kuadrat positif khas. Sampel D yang juga berasal dari
dari varians (Jones,2002). Nilai simpangan pasar raya warnanya merah pucat
baku adalah 0,04728 mg/L, dari nilai kecoklatan, tekstur daging agak kejang,
simpangan baku ini diperoleh nilai batas tidak berair dan berbau khas. Sedangkan
deteksi (BD) adalah 2,7280 mg/L dan nilai sampel E daging yang dibeli dipasar Alai
batas kuantitasi (BK) adalah 9,0923 mg/L. memiliki warna yang merah kecoklatan,
Pada sampel pembanding yang tekstur daging kejang, tidak berair, dan
ditambahkan natrium nitrit sebanyak 10 berbau sangat khas.
mg, hasil rata-rata kadar yang dibaca oleh Sebelum dilakukan identifikasi,
alat adalah 10,35 mg/L.Nilai akurasi yang sampel diekstrak terlebih dahulu, daging
diperolah adalah 103,5%. Kecermatan yang akan diuji terlebih dahulu
dinyatakan sebagai persen perolehan dihancurkan dengan cara diblender,
kembali (% recovery). Persentase kemudian dicampur dengan air secukupnya
perolehan kembali diperbolehkan adalah karena nitrit larut dalam air. Masing-
15%, artinya perolehan kembali memiliki masing sampel dipindahkan kedalam
rentang nilai 80% - 120% (Harmita, 2004). erlenmeyer, lalu dimasukkan kedalam
Untuk nilai presisi yang diperoleh tabung reaksi, lalu disentrifus dengan
adalah 4,5%, Kriteria seksamaan diberikan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit,
jika metoda memberikan simpangan baku sehingga sampel akan memisah menjadi 2
relatif atau koefisien variasi 2% atau bagian, cairan yang bening merupakan
kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat lapisan yang diambil karena zat pengawet
fleksibel tergantung pada konsentrasi analit tersebut telah larut dalam air.
yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi Zat pengawet hasil ekstraksi ini
laboratorium. Dari penelitian dijumpai diidentifikasikan dengan menggunakan
bahwa koefisien variasi meningkat dengan pereaksi warna. Pada pemeriksaan nitrit
menurunnya kadar analit yang dianalisis. digunakan FeSO4 yang diasamkan dengan
Ditemukan bahwa koefisien variasi H2SO4 encer, BaCl2, AgNO3, KI + larutan
meningkat seiring dengan menurunnya amilum jagung, KMnO4 dengan
konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau pembanding daging yang ditambahkan
lebih, standar deviasi relatif antara Natrium nitrit. Sampel dan pambanding
laboratorium adalah sekitar 2,5% ada pada masing-masing direaksikan dengan zat-zat
satu perseribu adalah 5%. Pada kadar satu pereaksi diatas. Dengan pereaksi FeSO4
per sejuta (ppm) RSD nya adalah 16% dan yang diasamkan dengan H2SO4 encer pada
pada kadar part per bilion (ppb) adalah pembanding membentuk cincin coklat,
32%. Pada metode yang sangat kritis, begitu juga hasil yang ditunjukkan oleh
secara umum diterima bahwa RSD harus sampel A dan B, namun hasilnya negatif
lebih dari 2% (Harmita, 2004) pada sampel C, D, dan E yang terbentuk
Untuk organoleptis sampel, sampel warna coklat dan buih pekat pada sampel.
A yang merupakan daging impor memiliki Ketika direaksikan dengan BaCl2
warna yang merah terang, tekstur daging pembanding maupun sampel A, B, C, D,
lembek dan cenderung berair dan licin, bau dan E tidak ada yang membentuk endapan.
daging khas agak berbau, sedangkan Ketika direaksikan AgNO3, baik sampel A

108
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

atau pun pembanding juga membentuk standar SNI 01-2894-1992, sebelumnya


endapan putih, sedangkan sampel B, C, D, sampel diekstrak dengan cara di destruksi,
dan E tidak terbentuk endapan. Ketika namun cara ini mempengaruhi hasil kadar
direaksikan KI + larutan amilum jagung, yang diperoleh, oleh karena itu metode
pembanding dan sampel A menunjukkan destruksi tidak dapat digunakan untuk
hasil terbentuknya warna biru, sedangkan memperoleh ekstrak daging.
pada sampel B, C, D, dan E hasilnya Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar
negatif tidak ada perubahan warna. Ketika natrium nitrit menggunakan Spectroquant
direaksikan dengan KMnO4 baik NOVA 400. Penetapan kadar natrium nitrit
pembanding maupun sampel A dan B ini dilakukan terhadap sampel daging dari
menunjukkan hasil yang sama yaitu 2 supermarket di kota Padang. Hasil ini
hilangnya warna KMnO4, sedangkan pada dapat dilihat pada lampiran I, pada tabel 3
sampel C, D, dan E warnanya berubah tersebut dapat dilihat bahwa sampel A
menjadi warna pink pekat. Dari hasil mengandung pengawet nitrit, yang kedua
analisis kualitatif yang dikerjakan ini adalah sampel B dengan kadar nitrit yang
sampel yang positif mengandung nitrit sangat kecil. Dari hasil ini didapatkan
adalah sampel A dan B yang merupakan bahwa kadar natrium nitrit pada sampel A
sampel daging supermarket, sedangkan adalah 11,325 mg/kg dan sampel B adalah
sampel C, D, dan E dari pasar tradisional 0,575 mg/kg yang diperiksa masih
hasilnya negatif mengandung nitrit , maka memenuhi persyaratan menurut Peraturan
sampel A dan B dilanjutkan penetapan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
kadar dengan Spectroquant NOVA 400. Makanan Republik Indonesia Nomor 36
Pada penetapan kadar, sampel dan Tahun 2013 kadar Natrium nitrit tidak
pembanding diekstrak sesuai dengan lebih dari 30 mg/k.

Kurva Kalibrasi
3
Hasil pengukuran

2 y = 0,032+0,052x
kadar mg/L

1 R= 0,9992
0
0 20 40 60
Konsentrasi mg

Gambar 3. Kurva Kalibrasi

KESIMPULAN sedangkan sampel uji C, D, dan E tidak


mengandung nitrit.
Berdasarkan penelitian yang 2. Pada penetapan kadar nitrit dengan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : menggunakan Specroquant NOVA 400
1. Pada pengujian kualitatif dengan didapat kadar nitrit yang dihitung
metode reaksi warna di dapat bahwa sebagai natrium nitrit pada sampel A
sampel uji A dan B mengandung nitrit, adalah 11,325 mg/kg, pada sampel B
adalah 0,575 mg/kg, kadar natrium

109
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 1, 2015

nitrit yang terdapat pada kedua sampel Kefarmasian. Vol.I No.3. Hal:
tersebut tidak ada yang melebihi batas 117-135.
maksimum dari Peraturan Badan Prasetyo, A & Kendriyanto. (2010).
Pengawas Obat dan Makanan Republik Kualitas Daging Sapi dan Domba
Indonesia yaitu 30 mg/kg. Segar yang Disimpan pada Suhu
Dingin dengan Pengawet Asap
DAFTAR PUSTAKA Cair. Ungaran : Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa
Bintoro, P.V. (2009). Peranan Ilmu dan Tengah.
Teknologi dalam Peningkatan Usmiati, S. (2010). Pengawetan Daging
Keamanan Pangan Asal Ternak Segar dan Olahan. Bogor : Balai
(cetakan 1). Semarang: Badan Besar Penelitian dan
Penerbit Universitas Pengembangan Pascapanen
Diponegoro. Pertanian.
Badan POM RI. (2013). Peraturan Kepala Vogel. (1985). Buku Teks Analisis
Badan Pengawas Obat dan Anorganik Kualitatif Makro dan
Makanan Nomor 36 tentang Batas Semi Mikro (Edisi V). Jakarta :
Maksimum Penggunaan Bahan Kalman Media Pusaka
Tambahan Pangan Pengawet. Vries, J. (1997). Food Safety and Toxicity.
Jakarta : Badan POM RI. Hal. 23, CRC Press, New York.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Wahyudi, H. (2007). Keracunan Nitrat dan
Farmakope Indonesia (Edisi IV). Nitrit. Tanggal akses 10 Mei 2014
Jakarta : Departemen Republik dari
Indonesia. http;//www.klilharry.wordpress.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Winarno, F, G. (1984). Kimia Pangan dan
Validasi Metode dan Cara Gizi. Jakarta : Gramedia.
Perhitungannya. Majalah Ilmu

110

You might also like