Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol.

4 (3)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALASUGE KECAMATAN TABUKAN UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OF MOTHER WITH NUTRITIONAL STATUS


OF CHILDREN IN POSYANDU KALASUGE WORK AREA HEALTH DISTRICT NORTHREN
TABUKAN SANGIHE

Christin S.S Mahaling1), Fredna J.M Robot2), Rooije R.H Rumende2)


1)
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
2)
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon

ABSTRACT.
Children under aged five years old (toddlers) are vulnerable to health and nutrition. One of the
indicators of health in children under aged five years old (toddlers) can be seen on the nutritional
status. Maternal knowledge is one factor that affects the nutritional status indirectly, and it is important
for the formation of health behaviors or healths act. This study aims to determine is there a correlation
between level of knowledge and mother behavior with nutritional status of children in the Community
Health Center of Kalasuge. The design of this study is Cross sectional study, using purposive
sampling. The population consists of 38 peoples and there are 36 peoples who qualified the criteria of
the sample. Mother knowledge and behavior is the independent variable and the nutritional status of
toddlers is the dependent variable. Researchs instrument using questionnaires and observation, the
Chi square statistical test being used during the test. Results of statistical tests two variables is the
level knowledge mother and nutritional status of toddlers variable using chi square statistical test with
a significance value of = 0.05 obtained mean value of p = 0.017 it mean p <0.05, so there is a
relationship between the level of mother knowledge and nutritional status of toddlers in the Community
Health Center of Kalasuge. Results of statistical tests between the two variables is mothers behavior
variable and nutritional status of toddlers variables using the Chi square statistical test with a
significance value of = 0.05 obtained mean value of p = 0.005 it mean p <0.05, so there is a
relationship between mothers behavior and nutritional status of toddlers in the Community Health
Center of Kalasuge. The result is expected to be a reference for the society, especially for mothers
and care institutions to improving nutritional status of toddlers and maintain good nutritional status
stand still.

Keywords: Level of knowledge, mother behavior, nutritional status of children under five years.

ABSTRAK.
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan
gizi. Salah satu indikator kesehatan pada anak usia di bawah lima tahun (balita) bisa dilihat dari status
gizinya. Pengetahuan ibu merupakan satu faktor yang mempengaruhi status gizi yang secara tidak
langsung, dan penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan kesehatan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dengan status gizi
balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Cross sectional, dengan menggunakan purposive sampling. Populasi pada penelitian ini berjumlah 38
orang dan yang memenuhi kriteria sampel berjumlah berjumlah 36 orang. Variabel independen adalah
tingkat pengetahuan dan perilaku ibu sedangkan variabel dependen adalah status gizi balita.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan observasi, uji yang digunakan adalah uji statistik
Chi square. Hasil uji statistik kedua variabel yaitu variabel tingkat pengetahuan ibu dan variabel status
gizi balita menggunakan uji statistik Chi square dengan nilai signifikansi = 0,05 didapatkan nilai
p=0,017 berarti p<0,05, sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dan status gizi balita
di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge. Hasil uji statistik kedua variabel yaitu variabel
perilaku ibu dan variabel status gizi balita menggunakan uji statistik Chi square dengan nilai
signifikansi = 0,05 didapatkan nilai p=0,005 berarti p<0,05, sehingga ada hubungan antara perilaku
ibu dan status gizi balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan acuan bagi bagi masyarakat khususnya ibu dan institusi pelayanan dalam
hal peningkatan status gizi balita dan mempertahankan status gizi baik tetap baik.

Kata Kunci: Tingkat pengetahuan, perilaku ibu, status gizi balita


198
Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol. 4 (3)

PENDAHULUAN.

Balita merupakan istilah yang berasal dari badan lebih dan obesitas (Gibney,
kependekan kata bawah lima tahun. Balita 2009).Prevalensi Status Balita Gizi Kurang dan
adalah bayi dan anak yang berusia 5 tahun Gizi Lebih (Berat badan menurut umur) di
kebawah (Marimbi, 2010). Klasifikasi Indonesia: Gizi kurang 13,0% dan gizi lebih
perkembangan balita: usia bayi (0-1 tahun), 5,8%. Prevalensi status gizi kurang dan gizi
usia toddler (1-3 tahun), dan usia pra sekolah lebih (BB/U) provinsi Sulawesi Utara: Gizi
(3-5 tahun), (Supartini, 2004). Balita atau kurang 6,8% dan gizi lebih 5,1% (Riskesdas,
bawah lima tahun adalah semua anak 2010). Jumlah anak balita di kabupaten
termasuk bayi yang baru lahir yang berusia 0 kepulauan Sangihe bulan Oktober 1.574 balita,
sampai 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari) hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) 603
(BPS, 2009). Anak usia di bawah lima tahun balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) 76
(balita) merupakan kelompok yang rentan balita (Sumber: Laporan bulanan Kabupaten
terhadap kesehatan dan gizi. Salah satu Sangihe). Di Puskesmas Kalasuge terdapat 8
indikator kesehatan pada anak usia di bawah Posyandu dengan total lapor ada 8 Posyandu
lima tahun (balita) bisa dilihat dari status yang terbagi dalam 8 desa, sesuai data yang
gizinya (Erlan, 2001). Balita termasuk diperoleh target jumlah balita bulan 784 balita
kelompok rawan gizi, mereka mudah dengan hasil BPB 266 balita, BGM 8 balita,
menderita kelainan gizi karena kekurangan BGK 24, BB di atas garis hijau 6 balita
makanan yang dibutuhkan (sediaoetama (Sumber: Buku Laporan Gizi Puskesmas
2000). Status gizi adalah keadaan tubuh Kalasuge Kabupaten Sangihe 2012) Cara
sebagai akibat konsumsi makan dan mengatasi masalah gizi, Ngastiyah (2000)
penggunaan zat-zat gizi, keadaan kesehatan adalah tetap memberikan ASI sesuai dengan
gizi sesuai dengan tingkat konsumsi dibagi aturan secara terus-menerus bagi anak
menjadi tiga yaitu gizi lebih, gizi baik dan gizi dibawah usia 2 tahun, pemberian makanan
kurang. Status gizi diartikan sebagai status tambahan, pemberian terapi cairan dan
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan elektrolit bila perlu, kontrol berat badan secara
antara kebutuhan dan masukan zat gizi yang rutin, berikan obat/vitamin sesuai dengan
berasal dari konsumsi makanan sehari-hari, anjuran pengobatan, peningkatan program ASI
dimana keadaan yang tidak seimbang baik eksklusif, penyuluhan tentang gizi seimbang
berlebihan maupun kekurangan akan terutama bagi orang tua yang memiliki anak
berdampak buruk bagi kesehatan (Beck, balita. Pengukuran status gizi pada balita dan
2000). Saat ini dalam era globalisasi di mana anak dapat dilakukan menggunakan indeks
terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, antropometrik (Soekirman, 2000). Indeks berat
Indonesia menghadapi permasalahan gizi badan BB/U berguna untuk mengukur status
ganda.Masalah gizi balita yang harus dihadapi gizi saat ini, memiliki kelebihan dan
Indonesia pada saat ini adalah masalah gizi kekurangan. Kelebihan indeks BB/U ini yaitu
kurang dan masalah gizi lebih (Almatsier, lebih cepat dimengerti, dapat mendeteksi
2002). Depkes RI (2006), masalah kurang gizi kelebihan berat badan, pengukuran mudah
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dilaksanakan dan teliti, tidak banyak memakan
dan dapat menjadi penyebab kematian waktu. Kekurangan indeks BB/U ini yaitu
terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi memerlukan data umur yang akurat, terutama
dan balita). Kurang terpenuhinya gizi pada untuk kelompok umur dibawah lima tahun dan
anak dapat menyebabkan terhambatnya sering terjadi kesalahan dalam pengukuran
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik (Gibson, 2007). Pengetahuan merupakan hasil
maupun psikomotor dan mental, serta dapat dari tahu dan ini terjadi setelah orang
menyebabkan kekurangan sel otak sebesar melakukan pengindraan terhadap suatu objek
15% hingga 20%. Gizi lebih terjadi jika tertentu, perilaku adalah semua kegiatan atau
terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi aktifitas manusia, baik yang dapat diamati
energi dan pengeluaran energi. Asupan energi langsung, maupun yang tidak dapat diamati
yang berlebihan secara kronis akan pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Ibu adalah
menimbulkan kenaikan berat badan, berat orang yang paling dekat dengan balita dan

199
Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol. 4 (3)

diharapkan mempunyai pengetahuan yang posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge


memadai mengenai tumbuh kembang anak dengan pertimbangan: perubahan berat badan
serta dapat mengatasi permasalahan gizi. merupakan indikator yang sangat sensitif
Dengan melihat grafik pertumbuhan berat untuk memantau pertumbuhan. Bila kenaikan
badan anak dari bulan ke bulan pada KMS, berat badan anak lebih rendah dari yang
seorang ibu dapat mengetahui dan secara dini seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan
dapat segera melakukan tindakan anak berisiko akan mengalami kekurangan
penanggulangan sesuai dengan pengetahuan gizi, sebaliknya bila kenaikan berat badan
dan sikap yang di miliki oleh ibu, sehingga lebih besar dari yang seharusnya merupakan
keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah indikasi risiko kelebihan gizi dan pengetahuan
dan mempertahankan gizi baik tetap baik. merupakan salah satu faktor yang
Pengetahuan ibu merupakan faktor yang mempengaruhi status gizi yang secara tidak
sangat penting untuk terbentuknya perilaku langsung, tingkat pengetahuan gizi ibu yang
atau tindakan kesehatan (Depkes RI, 2006). baik akan mempermudah pelaksanaan
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tanggung jawabnya.
tentang hubungan tingkat pengetahuan dan
perilaku ibu dengan status gizi balita di

METODELOGI.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan menggunakan indeks berat badan
Cross sectional, dengan teknik menggunakan menurut umur (BB/U), untuk mengetahui
teknik sampling yaitu purposive sampling. apakah status gizi seseorang itu normal atau
Penelitian ini menggunakan uji Chi square. bermasalah. Kuesioner tingkat pengetahuan
Populasi penelitian berjumlah 38 orang. terdiri atas 10 pertanyaan dan sesudah
Variabel penelitian terdiri atas variabel kuesioner diisi oleh responden, data diolah
independen yaitu tingkat pengetahuan dan menggunakan skala Guttman dengan jawaban
perilaku ibu, variabel dependen yaitu status positif: skor tertinggi 1 diberikan terhadap
gizi balita. Instrumen penelitian ini jawaban yang benar dan skor terendah 0
menggunakan kuesioner dan observasi diberikan terhadap jawaban yang salah dan
sebagai alat pengumpulan data responden di untuk jawaban negatif: skor tertinggi 1
Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge diberikan terhadap jawaban yang salah dan
Kecamatan Tabukan Utara, pengumpulan data skor terendah 0 diberikan terhadap jawaban
mengenai status gizi dilakukan dengan yang benar dengan kategori penilaian Baik:
penimbangan berat badan anak kemudian 76-100%, Cukup: 56-75%, Kurang: 55%.
membandingkan indeks BB/U dengan Kuesioner perilaku terdiri atas 10 pertanyaan.
standard baku WHO, sedangkan untuk tingkat Sesudah kuesioner diisi oleh responden, data
pengetahuan dan perilaku ibu melalui kemudian diolah dengan menggunakan skala
kuesioner. Penyajian data dengan uji Chi likert dengan alternatif pilihan yaitu untuk
square, dengan menggunakan teknik hitung jawaban positif: tidak pernah (TP) diberi nilai 0,
manual. Penelitian dari tanggal 9 Februari kadang-kadang (KK) diberi nilai 1, sering (S)
sampai 7 Maret 2013. Tingkat Pengetahuan diberi nilai 2 dan selalu (SL) diberi nilai 3 dan
Ibu adalah kemampuan ibu untuk menjawab untuk untuk jawaban negatif: selalu (SL) diberi
pertanyaan tentang pengetahuan mengenai nilai 0, sering (S) diberi nilai 1, kadang-kadang
gizi balita. Pengetahuan merupakan hasil dari (KK) diberi nilai 2 dan tidak pernah (TP) diberi
tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan nilai 3.Lembar observasi yang ada pada
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. peneliti mengenai pengukuran status gizi balita
Perilaku adalah kegiatan atau aktifitas ibu, baik diperoleh dengan melakukan pengukuran
yang dapat diamati langsung, maupun yang berat badan dengan menggunakan timbangan.
tidak dapat diamati pihak luar. Status gizi balita Kemudian menghitung berat badan menurut
adalah hasil penilaian terhadap keadaan gizi umur dengan menggunakan rumus
balita berdasarkan pengukuran antropometri perhitungan Z-skor.
200
Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol. 4 (3)

PEMBAHASAN.

Tabel 1. Demografi Respondendi Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge


9 Februari - 7 Maret 2013

Jumlah %
<20 Tahun 4 11,1
Umur Ibu 20-35 Tahun 26 72,2
>35 Tahun 6 16,7
Total 36 100
SD 9 25,0
Pendidik SMP 15 41,7
an SMA 10 27,8
Sarjana 2 5,6
Total 36 100
Status Kawin 27 75,0
Perkawin Belum Kawin 9 25,0
an Total 36 100
0-1 Tahun 11 30,6
Umur >1-3 Tahun 17 47,2
Balita >3-5 Tahun 8 22,2
Total 36 100
Jenis Laki-laki 19 52,8
Kelamin Perempuan 17 47,2
Total 36 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa data demografi kawin yakni 27 orang (75,0%). Mayoritas umur
responden dari 36 orang didapatkan mayoritas balita >1-3 tahun yakni 17 orang (47,2%) dan
umur ibu 20-35 tahun yakni 26 orang (72,2%). mayoritas balita berjenis kelamin laki-laki yakni
Pendidikan ibu mayoritas SMP yakni 15 orang 19 orang (52,8%).
(41,7%) dan mayoritas responden berstatus

Tabel 2.Data Analisa Univariate di Posyanduwilayah kerja Puskesmas Kalasuge 9 Februari - 7 Maret
2013.

Variabel Kategori Jumlah Presentase


Tingkat Pengetahuan Ibu Kurang 7 19,4%
Baik 29 80,6%
Perilaku Kurang 8 22,2%
Ibu Baik 28 77,8%
Status Gizi Balita Bermasalah 12 33,3%
Normal 24 66,7%

Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk variabel orang (77,8%) dan status gizi balita
tingkat pengetahuanibu mayoritas pada mayoritaspada kategori normal yakni 24 orang
kategori baik yakni 29 orang (80,9%), perilaku (66,7%).
ibu mayoritas pada kategori baik yakni 28

Tabel 2.1 Status Gizi Balitadi Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge
9 Februari - 7 Maret 2013
No Status Gizi Balita Total %
1 Bermasalah: 12 33,3
1. Lebih 3
2. Kurang 9
2 Normal: Baik 24 66,7

Tabel di 2.1 menunjukkan bahwa status gizi kurang sedangkan status gizi normal/baik 24
balita bermasalah 12 orang terdiri dari 3 orang orang.
berstatus gizi lebih dan 9 orang berstatus gizi
201
Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol. 4 (3)

Analisa Bivariat.

Tabel 3.1 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita di wilayah
kerja Puskesmas Kalasuge 9 Februari - 7 Maret 2013

Status Gizi Balita


Tingkat Pengetahuan Ibu
Bermasalah % Normal % Total %
Kurang 5 13,9 2 5,6 7 19,4
Baik 7 19,4 22 61,1 29 80,6
Total 12 33,3 24 66,7 36 100
Signifikansi (p)= 0,017
Chi square (x2)= 5,675

Tabel 3.1 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Perilaku Ibu dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja
Puskesmas Kalasuge 9 Februari - 7 Maret 2013
Perilaku Statu Gizi Balita
Ibu Bermasalah % Normal % Total %
Kurang 6 16,7 2 5,6 8 22,2
Baik 6 16,7 22 61,1 28 77,8
Total 12 33,3 24 66,7 36 100
Signifikansi (p)= 0,005
Chi square (x2)= 8,036

Tabel.2.1.menunjukkan bahwa hasil anaknya. Melakukan pemantauan status gizi


penimbangan balita di posyandu setiap bulan balita secara rutin dengan datang ke Posyandu
menunjukkan masih ada anak balita dengan dan berkonsultasi/bertanya ke petugas
status gizi lebih (obesitas) 3 orang dan status kesehatan bila berat badan anak ibu turundan
gizi kurang 9 orang, oleh karena itu disarankan mengenai kesehatan tubuh anak apakah ada
bagi setiap orang tua yang memiliki balita penyakit infeksi yang diderita. Tabel 3.1
berstatus gizi lebih diperlukan pengetahuan, merupakan tabulasi silang dari kedua variabel
sikap dan perilaku mengenai pemenuhan yang menunjukkan bahwa responden yang
kecukupan gizi bagi anaknya.Memberikan bayi memiliki tingkat pengetahuan kurang dengan
ASI umur 0-6 bulan maka bayi akan status gizi bermasalah pada balita sebanyak 5
mengalami kenaikan berat badan yang baik orang (13,9%) sedangkanyang memiliki tingkat
setelah lahir, pertumbuhan setelah periode pengetahuan kurang dengan status gizi normal
perinatal baik, mengurangi obesitas dan pada balita sebanyak 2 orang (5,6%).
menghindari pemberian makanan dini. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan
Menghindari pemberian makanan berlebihan baik tingkat pengetahuan baik dengan status
dan berikan makanan yang cukup dengan gizi bermasalah pada balita sebanyak 7 orang
menu seimbang/makanan beranekaragam, (19,4%)sedangkan responden yang memiliki
diperlukan adanya pemantauan berat badan tingkat pengetahuan baik dengan status gizi
anak secara teratur setiap bulan dan normal pada balita sebanyak 22 orang
berkonsultasi dengan petugas kesehatan (61,1%). Jadi responden yang memiliki tingkat
mengenai berat badan anak. Disarankan juga pengetahuan baik 29 orang (80,6%) dan
bagi setiap orang tua yang memiliki balita responden yang memiliki tingkat pengetahuan
berstatus gizi kurang diperlukan pengetahuan, kurang 7 orang (19,4%). Tabel 3.2 di atas
sikap dan perilaku mengenai pemenuhan merupakan tabulasi silang dari kedua variabel
kecukupan gizi bagi anaknya.Pemberian ASI yang menunjukkan bahwa responden yang
eksklusif umur 0-6 bulan, pemberian nutrisi memiliki perilaku kurang dengan status gizi
tepat waktu umur 6-12 bulan pada bayi, bermasalah pada balita sebanyak 6 orang
misalnya pemberian makanan pendamping (16,7%)sedangkan responden yang memiliki
ASI. Pemberian makanan beranekaragam dan perilaku kurang dengan status gizi normal
tidak memberikan pantangan makanan bagi pada balita sebanyak 2 orang (5,6).
202
Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol. 4 (3)

Respondenyang memiliki perilaku baik dengan anak balita, diasumsikan lebih karena alasan
status gizi bermasalah pada balita sebanyak 6 psikis, dimana dengan usia ibu yang matang
orang (16,7%)sedangkan responden yang (dewasa) maka seorang ibu akan siap secara
memiliki perilaku baik dengan status gizi mental untuk melahirkan anak dan memelihara
normal pada balita sebanyak 22 orang anak dengan pola asuh yang benar. Selain itu
(61,1%). Jadi responden yang memiliki tentunya juga karena alasan fisik yang
perilaku baik 28 orang (77,8%) dan perilaku memungkinkan seorang ibu mempunyai status
kurang 8 orang (22,2%) Hasil uji statistik kedua kesehatan yang baik, d engan faktor resiko
variabel yaitu variabel tingkat pengetahuan ibu yang seminimal mungkin Kedua disebabkan
dan variabel status gizi balita menggunakan uji oleh tingkat pengetahuan ibu yang mayoritas
statistik Chi square dengan nilai signifikansi = baik yakni 29 (80,6%). Sediaoetama (2000),
0,05 didapatkan p=0,017 berarti p<0,05. menyatakan bahwa pengetahuan gizi yang
Dengan nilai perhitungan manual x2= 5,675 baik akan menyebabkan seseorang mampu
dan pada tabel lampiran 9 tabel nilai chi menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi.
kuadrat dk 1 pada 0,05= 3,481 berarti x2 Tingkat pengetahuan ibu sebagai pengelola
hitung>x2 tabel sehingga ada hubungan antara rumah tangga akan berpengaruh pada macam
tingkat pengetahuan ibu dan status gizi balita bahan makanan yang dikonsumsi. Semakin
di posyandu wilayah kerja Puskesmas tinggi pengetahuan gizi seseorang maka
Kalasuge. Hasil uji statistik kedua variabel semakin mudah dalam menerima informasi
yaitu variabel perilaku ibu dan variabel status dan akan semakin memperhitungkan jenis dan
gizi balita menggunakan uji statistik Chi square jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi,
dengan nilai signifikansi = 0,05 didapatkan dan akan lebih banyak menggunakan
p=0,005 berarti p<0,05. Dengan nilai pertimbangan rasional dan pengetahuan
perhitungan manual x2= 8,036 menunjukan x2 tentang nilai gizi makanan tersebut. Dengan
hitung>x2 tabel sehingga ada hubungan antara pola pikir yang relatif tinggi, tingkat
perilaku ibu dan status gizi balita di posyandu pengetahuan responden tidak hanya sekedar
wilayah kerja Puskesmas Kalasuge. Berarti tahu (know), yaitu mengingat kembali akan
tingkat pengetahuan dan perilaku ibu sudah tetapi mampu untuk memahami
baik di ikuti pula dengan status gizi balita yang (comprehention), bahkan sampai pada tingkat
normal. Fakta menyatakan bahwa hasil aplikasi (aplication) yaitu kemampuan untuk
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal menggunakan materi yang telah dipelajari
yaitu pertama umur responden berdasarkan pada situasi atau kondisi sebenarnya
data yang didapatkan kebanyakan responden (Notoatmodjo, 2010) Hasil penelitian Sari
berusia 20-35 tahun yakni 26 responden (2012) menunjukan adanya hubungan tingkat
(72,2%). Azwar (2009), menyatakan bahwa pengetahuan dengan status gizi balita.
usia individu terhitung mulai saat dilahirkan Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi
sampai saat berulang tahun, semakin cukup pola konsumsi makanan sehingga akan terjadi
umur tingkat kematangan dan kekuatan status gizi yang baik. Pengetahuan seseorang
seseorang akan lebih matang dalam berfikir biasanya diperoleh dari pengalaman yang
dan bekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi berasal dari berbagai macam sumber,
pengetahuan yaitu umur, pendidikan dan misalnya media massa, media elektronik, buku
pengalaman. Semakin cukup umur, tingkat atau kerabat dekat. Selain itu, faktor yang
pemahaman seseorang akan lebih matang mempengaruhi pengetahuan yaitu minat,
dalam berpikir, belajar dan bekerja sehingga sosial budaya, lingkungan, informasi dan
pengetahuan pun bertambah. Umur penyuluhan. Seorang ibu yang hanya tamatan
merupakan salah satu faktor yang dapat SD belum tentu pengetahuannya jauh lebih
menggambarkan kematangan seseorang rendah dibandingkan dengan ibu-ibu yang
artinya dalam hal pembentukan pola konsumsi tamat dari sekolah lanjutan karena
makan, ibu yang berumur lebih dewasa dalam pengetahuan itu tidak hanya diperoleh dari
hal pemberian makanan lebih baik dari pada bangku sekolah namun pengetahuan bisa
ibu yang berumur dibawahnya. Kaitan usia diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari
seorang Ibu dengan status gizi bila ibu tersebut rajin mendengarkan informasi
dan selalu turut serta dalam penyuluhan gizi

203
Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol. 4 (3)

tidak mustahil pengetahuan ibu akan dengan indeks masa tubuh atau status gizi dari
bertambah dan menjadi lebih baik. anak. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
Pengetahuan dapat membentuk keyakinan yaitu mulai dari mengenal dan memilih
tertentu sehingga seseorang berperilaku berbagai objek sehubungan dengan tindakan
sesuai kenyataan tersebut. Ibu yang tidak yang akan diambil (Notoatmodjo, 2003). Status
cukup pengetahuan gizi akan memilih gizi ditentukan oleh beberapa faktor,
makanan yang paling menarik panca indra dan disebabkan pula oleh beberapa faktor, yaitu
tidak mengadakan pemilihan berdasarkan salah satunya adalah asupan makanan
penilaian gizi makanan. Sebaliknya ibu yang sebagai penyebab langsung dan perilaku atau
memiliki pengetahuan gizi lebih banyak keterampilan ibu tentang gizi pada balita
menggunakan pertimbangan rasional dan sebagai pokok permasalahan. Perilaku yang
pengetahuan gizinya tentang nilai makanan didasari oleh pengetahuan akan lebih
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
meskipun pengetahuan bukan merupakan oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
faktor langsung yang mempengaruhi status Perilaku adalah praktek atau tindakan-tindakan
gizi anak balita, namun pengetahuan gizi ini anggota keluarga yang berkaitan dengan gizi
memiliki peran yang penting, karena dengan keluarga yang meliputi tindakan atau praktik
memiliki pengetahuan cukup khususnya terhadap makanan bergizi seimbang berupa
tentang kesehatan, seseorang dapat perbuatan seseorang terhadap pemberian
mengetahui berbagai macam gangguan makanan yang bergizi seimbang, konsumsi
kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga makanan yang beraneka ragam yaitu makanan
dapat dicari pemecahannya. Aspek-aspek sebagai sumber tenaga (karbohidrat dan
pengetahuan gizi meliputi pengertian, jenis, lemak), sumber zat pembangun (protein),
fungsi, akibat kekurangan gizi balita, umur sumber zat pengatur (vitamin dan mineral),
pemberian ASI ekslusif, pemahaman tentang dan beraneka ragam makananan yaitu makan
keadaan gizi. Ketiga disebabkan oleh perilaku sebanyak 3 kali sehari, pemberian ASI
ibu yang mayoritas berperilaku baik 28 orang eksklusif, pemberian makanan pendamping
(77,8%). Metz (2002),menyatakan perilaku ibu ASI, penimbangan berat badan balita setiap
dalam pemberian nutrisi sangat berkaitan bulan di posyandu dan berkonsultasi ke
petugas kesehatan.

KESIMPULAN.

Tingkat pengetahuan dan perilaku ibu di pengetahuan dan perilaku yang baik dan bagi
Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kalasuge ibu yang tingkat pengetahuan dan perilaku
sebagian besar berada pada kategori baik dan yang kurang bisa meningkatkan pengetahuan
status gizi balita sebagian besar berada pada gizi dan perilaku bagi anaknya, melalui buku,
kategori normal. Ada hubungan tingkat media, massa, penyuluhan, sehingga dapat
pengetahuan dan perilaku ibu dengan status meningkatkan status gizi balita dan diharapkan
gizi balita di Posyandu wilayah kerja dapat diterapkan pada institusi pelayanan
Puskesmas Kalasuge Kecamatan Tabukaan kesehatan, dalam hal ini Puskesmas dan
Utara Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dinas Kesehatan untuk penyusunan program
Hendaknya hasil penelitian ini diharapkan perencanaan kesehatan yang dapat
dapat diterapkan pada masyarakat khususnya meningkatkan status gizi balita.
Ibu agar tetap mempertahankan tingkat

204
Buletin Sariputra, Oktober 2014 Vol. 4 (3)

DAFTAR PUSTAKA.

Almatsier, S, 2002. Prinsip dasar ilmu gizi. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama (Riskesdas) 2010 pdf diakses
Http://lapriskesdas.co.id.
Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori
Dan Pengukuranya. Yogyakarta: Pustaka Metz, 2002. Relation between mothers child-
Pelajar. feeding practices and childrens adiposity. Am
J Clin Nutr, 75, 581586
Badan Pusat Statistik, 2009. Di akses dari
http:jtptunimus-gdl-arummeiran-5087.pdf. Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit.
Jakarta. EGC.
Beck, May E, 2000. Ilmu Gizi dan Diet.
Yayasan Essensia Medika. Jakarta Notoadmojo, S. 2003. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes R.I., 2006. Gizi dalam Angka sampai Sari E.P., 2012.Hubungan tingkat
dengan Tahun 2006. Jakarta. Direktorat Bina pengetahuan ibu dengan Status Gizi Balita di
Gizi Masyarakat. Depkes RI. Posyandu Wijya Kusuma RT 04, Geblagan,

Erlan,2001kesehatan.kompas.com/read/2009/ www.digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php
07/perhatikan.status.gizi.balita.
Sediaoetama, A.D., 2000. Ilmu Gizi untuk
Gibson, R.S., 2007. Principles of Nutritional Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat
Assesment. Oxford University Press.
Soekidjo Notoadmojo., 2010. Promosi
Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM., 2009. Kesehatan Teori dan Aplikasi, Edisi revisi,
Gizi Kesehatan Masyarakat. Hartono A, Jakarta: Rineka Cipta.
penerjemah.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya.
Terjemahan dari: Public Health Nutrition Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
Hanum Marimbi, Penerbit: Nuha medika, Kota:
Yogyakarta, ISBN: 978-979-1446-75-4, Klas: Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar
641.1: EGCMAR T c.1-c.5 Buku Tumbuh Keperawatan Anak. Jakarta
Kembang Status Gizi dan Imunisasi Dasar
pada Balita.

205

You might also like