2012-2-00756-AK WorkingPaper001

You might also like

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 9

ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 (REVISI

2011) DAN PSAK 64 TAHUN 2011 ATAS


AKTIVITAS EKSPLORASI DAN
PENGUPASAN LAPISAN TANAH
DI PT NEWMONT NUSA TENGGARA

Muhammad Oky Erzandi; Heny Kurniawati


Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bina Nusantara
Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
oky_erzandi@yahoo.com ; kurniawati.heny@gmail.com

ABSTRACT
The objective of this thesis is to understand and analyze the application of PSAK 33 (revised 2011) and
PSAK 64 in PT. Newmont Nusa Tenggara in the recognition, measurement, presentation, and disclosure
of exploration and soil stripping activities and also the environmental management of mining industry in
PT Newmont Nusa Tenggara. This research is qualitative descriptive. The data are acquired primarily,
Firstly, inquiry to the accounting officer about the accounting policy and treatment of the exploration and
soil stripping activities. Secondly, the documentation of financial report of PT Newmont Nusa Tenggara.
From the data acquired, application analysis of the accounting standard particularly those connected
with PSAK 33 (revised 2011) and PSAK 64 (2011) concerning the exploration and soil stripping
activities. The results of this research indicate with the application of PSAK 64 which specifies the
financial reporting for the exploration activities has no significant effect towards the company. While the
revision of PSAK 33 in 2011 gave a big impact for the company's financial reporting because there are
costs has to be deferred. So the value of net income in the statement of comprehensive income becomes
larger.

Keywords: PSAK 33 (revised 2011), PSAK 64 (2011), exploration activity, soil stripping activities,
accounting standard

ABSTRAK
Tujuan dari dibuatnya skripsi ini ialah memahami penerapan PSAK 33 (revisi 2011) dan PSAK 64 di PT.
Newmont Nusa Tenggara dan menganalisis pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas
aktivitas eksplorasi dan pengupasan lapisan tanah serta pengelolaan lingkungan hidup dari industri
pertambangan di PT. Newmont Nusa Tenggara. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Pengumpulan
data di penelitian ini didapatkan secara primer, yaitu dari hasil wawancara kepada pihak akuntansi
perusahaan mengenai perlakuan dan kebijakan akuntansi dari aktivitas eksplorasi dan pengupasan
lapisan tanah serta data laporan keuangan PT. Newmont Nusa Tenggara yang diberikan perusahaan.
Dari data yang didapatkan, dilakukan analisis penerapan standar akuntansi, terutama yang
berhubungan dengan PSAK 33 (revisi 2011) dan PSAK 64 tahun 2011 tentang aktivitas eksplorasi dan
pengupasan lapisan tanah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan dengan adanya PSAK 64 yang
mengatur pelaporan keuangan untuk aktivitas eksplorasi tidak berpengaruh signifikan bagi perusahaan.
Sedangkan revisi PSAK 33 pada tahun 2011 memberikan dampak yang cukup besar bagi pelaporan
keuangan perusahaan karena terdapat biaya yang harus ditangguhkan. Sehingga nilai laba bersih di
dalam laporan laba rugi komprehensif menjadi lebih besar.
Kata Kunci: PSAK 33 (revisi 2011), PSAK 64 tahun 2011, aktivitas eksplorasi, aktivitas pengupasan
lapisan tanah, standar akuntansi

PENDAHULUAN
Industri pertambangan membutuhkan suatu metode akuntansi yang berbeda disbanding industry
lainnya. Hal ini disebabkan industri pertambangan memiliki beberapa aktivitas spesisifik, yaitu aktivitas
eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, dan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk
menunjang aktivitas tersebut pada tahun 1994 Ikatan Akuntan Indonesia mengeluarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan Nomor 33 tahun 1994 tentang akuntansi pertambangan umum. Sedangkan
untuk pertambangan minyak dan gas diatur mulai dari Pernyataan Prinsip Akuntansi Indonesia No.5
tentang Standar Khusus Akuntansi Untuk Minyak Dan Gas Bumi tahun 1984 dan selanjutnya diubah pada
tahun 1994 menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 tahun 1994 tentang Akuntansi
Minyak Dan Gas Bumi. Perkembangan industri pertambangan di Indonesia yang sangat pesat dalam
sepuluh tahun terakhir membuat banyaknya perubahan yang dibutuhkan pada standar akuntansi yang
dipakai.

Perubahan ini disebabkan oleh terbitnya IFRS 6 mengenai Exploration for and Evaluation of
Mineral Resources. Pada tahun 2009, Ikatan Akuntan Indonesia memulai konvergensi International
Financial Reporting Standards menjadi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Karena itu, standar
akuntansi keuangan yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan pun tidak luput dari perubahan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor
33 pada tahun 2011 pun mengalami revisi. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 29 Tahun
1994 akhirnya dicabut dan digantikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 64 tahun
2011 tentang Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral. Sedangkan untuk Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 33 tahun 1994 dilakukan revisi. Untuk kegiatan eksplorasi diatur pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 64 tahun 2011 serta pengembangan dan konstruksi pada
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 dan 19. Sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 33 revisi tahun 2011 mengatur tentang Pengupasan Lapisan Tanah dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Penelitian ini antara lain didasarkan kepada revisi PSAK 33 dan penerbitan PSAK 64 pada
tahun 2011 yang sejalan dengan konvergensi IFRS 6 . Selain itu, saat ini PSAK 33 dalam rencananya
akan dicabut dan digantikan dengan ISAK 29 yang mengadopsi IFRIC 20 tentang pengupasan lapisan
tanah di fase produksi. Di sisi lain berdasarkan jurnal An Examination of the Accounting Policies
Implemented at Mines in terms of CMB, Tax Legislation and TFRS within the Framework of Turkey
Financial Reporting Standard-6 yang ditulis Niyazi Kurnaz (2011), dapat dilihat bagaimana kondisi
pertambangan di Turki setelah penerapan IFRS 6. Hasil tulisan ini dapat dijadikan penulis sebagai
referensi dalam penulisan skripsi ini. Dari jurnal tersebut terdapat tiga metode dalam aplikasi di aktivitas
eskplorasi, yaitu full cost, Successful effort, dan Area of interest methods. Selain jurnal tersebut juga
menarik kesimpulan bahwa IFRS 6 hanya mengatur kegiatan eksplorasi dan evaluasi. Sedangkan aktivitas
lainnya tidak diatur.

Perbedaan antara standar akuntansi keuangan tahun 1994 dengan standar akuntansi keuangan
tahun 2011 tentang pertambangan umum terletak pada metode pengakuan biaya eksplorasi,
pengembangan dan konstruksi, serta kegiatan produksi. Sedangkan mengenai biaya pengelolaan
lingkungan hidup diperlakukan dengan metode yang sama dengan standar sebelumnya. Pertama, metode
pengakuan biaya eksplorasi pada standar sebelumnya diakui sebagai beban kecuali belum terdapat
cadangan, izin masih berlaku, dan kegiatan eksplorasi signifikan masih dilakukan atau terdapat cadangan
terbukti dan izin masih berlaku. Termasuk di dalam biaya eksplorasi adalah biaya perizinan. Namun
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 64 tahun 2011 seluruh biaya eksplorasi dapat
diperlakukan sebagai aset dan biaya yang dikeluarkan sebagai biaya perizinan tidak dimasukkan di
dalamnya.

Kedua, biaya pengembangan yang dikeluarkan dalam tahap pengembangan pada standar
akuntansi sebelumnya dikapitalisasi menjadi aset. Namun pada standar akuntansi yang baru, biaya yang
dikeluarkan pada tahap pengembangan hanya dapat diakui sebagai aset jika dan hanya jika perusahaan
tambang dapat menunjukkan semua kriteria yang tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 19 revisi tahun 2010 tentang Aset Tidak Berwujud, paragraf 56, yaitu:

a) kelayakan teknis penyelesaian aset takberwujud tersebut sehingga aset tersebut dapat digunakan
atau dijual,
b) niat untuk menyelesaikan aset takberwujud tersebut dan menggunakannya atau menjualnya,
c) kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset takberwujud tersebut,
d) bagaimana aset takberwujud akan menghasilkan kemungkinan besar manfaat ekonomi masa
depan. Antara lain entitas mampu menunjukkan adanya pasar bagi keluaran aset takberwujud
atau pasar atas aset takberwujud itu sendiri, atau, jika aset takberwujud itu akan digunakan
secara internal, entitas mampu menunjukkan kegunaan aset takberwujud tersebut,
e) tersedianya kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain untuk
menyelesaikan pengembangan aset takberwujud dan untuk menggunakan atau menjual aset
tersebut, dan
f) kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset tidak berwujud
selama pengembangannya.

Ketiga, untuk pencatatan biaya konstruksi diperlakukan sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 16 revisi tahun 2011 tentang Aset Tetap. Keempat, pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 33 revisi tahun 2011 aktivitas produksi digantikan dengan aktivitas
pengupasan lapisan tanah.

METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Sumber data
didapatkan secara primer dari pihak perusahaan. Data ini didapatkan dari observasi langsung di lapangan
dan melakukan wawancara kepada pihak perusahaan PT. Newmont Nusa Tenggara. Data yang dibutuhkan
adalah kebijakan akuntansi perusahaan beserta penyajiannya di dalam laporan keuangan perusahaan. Data
hasil wawancara akan dibandingkan dengan dokumen pendukung untuk memperoleh pemahaman proses
penerapan PSAK 64 dan 33 tahun 2011 di PT Newmont Nusa Tenggara.

HASIL DAN BAHASAN


a. Aktivitas Pertambangan

Untuk memahami proses penerapan standar akuntansi yang berlaku di industri pertambangan
maka terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman mengenai tiap-tiap aktivitas yang terjadi di dalamnya.
Aktivitas yang terjadi di PT. Newmont Nusa Tenggara adalah :

1. Eksplorasi

2. Pengembangan dan Konstruksi

3. Produksi

4. Pengeleloaan Lingkungan Hidup

Pada tahun 2012 dari keempat aktivitas tersebut yang sedang berlangsung hanya 3 aktivitas, yaitu
eksplorasi, produksi, dan pengelolaan lingkungan hidup. Eksplorasi adalah keseluruhan urutan kegiatan
mulai mencari letak dari cadangan mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan
mineralisasi. Aktivitas eksplorasi terbagi atas 3 tahapan utama, yaitu tahapan eksplorasi pendahuluan,
tahapan eksplorasi detail, dan tahapan studi kelayakan.

Tahapan eksplorasi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh review dan analisis dari data
historis mengenai suatu area. Dari tahapan eksplorasi detail perusahaan melakukan sampling dengan
membuat sumur uji dengan tingkat kerapatan lebih tinggi sehingga mendapatkan penyebaran dan
ketebalan dari cadangan mineral (volume cadangan). Perusahaan melalui studi kelayakan untuk
melakukan evaluasi atas data yang didapatkan dari tahapan eksplorasi sebelumnya. Hasil evaluasi dari
studi kelayakan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan perusahaan dalam menentukan metode yang
dipakai untuk menambang cadangan mineral dan cara untuk mengolahnya. Hal ini biasanya akan terlihat
dari AMDAL yang dibuat oleh perusahaan. Dari hasil studi kelayakan perusahaan juga akan memutuskan
peralatan dan infrastruktur yang perusahaan butuhkan untuk mengambil cadangan tersebut. Setelah
menentukan metode dan infrastruktur maka perusahaan menganalisis kondisi pasar dan keuangan untuk
melihat keekonomian dari menambang cadangan mineral tersebut. Dari hasil keputusan analisis tersebut
perusahaan membuat keputusan untuk mengembangkan area tambang dalam rangka persiapan produksi.

Aktivitas pengembangan dan konstruksi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk
mempersiapkan fasilitas penambangan sebelum perusahaan melakukan aktivitas operasi penambangan.
Secara umum aktivitas ini terdiri atas pembangunan fisik tambang dan pengupasan lapisan tanah dalam
rangka persiapan lokasi tambang. Pembangunan fisik tambang antara lain, pembangunan akses jalan
tambang, pelabuhan, perkantoran, bengkel, tempat tinggal karyawan, fasilitas komunikasi dan
pembangkit listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas pengolahan bahan galian.
Kegiatan pengupasan lapisan tanah antara lain pengeboran shaft, penggalian, dan penghancuran dari peak
load dan batuan waste.

Aktivitas produksi terbagi atas 2 kegiatan utama, yaitu operasional penambangan (Mining) dan
operasional pengolahan (Process). Kegiatan operasional penambangan adalah kegiatan yang bertujuan
untuk mengambil batuan galian dari lapisan tanah dengan menggunakan teknik pengeboran dan
peledakan. Sedangkan operasional pengolahan bertujuan untuk memproses batuan galian yang diperoleh
dari kegiatan penambangan menjadi konsentrat mineral.Aktivitas produksi ini berlangsung secara kontinu
setiap hari.

Aktivitas pengelolaan lingkungan hidup adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
rangka merehabilitasi dan menjaga kondisi lingkungan hidup dari dampak yang diakibatkan kegiatan
penambangan agar kondisi lingkungan hidup dapat kembali seperti sebelum dilakukannya aktivitas
pertambangan. Selain itu aktivitas pengelolaan lingkungan hidup juga terkait dalam kegiatan pasca
tambang. Artinya kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam rangka menutup lokasi tambang setelah
selesainya kegiatan produksi batuan mineral.

Hal yang penting untuk diperhatikan dari keempat aktivitas adalah pada saat transisi dari satu
aktivitas menjadi aktivitas lain. Karena hal tersebut berpengaruh terhadap perlakuan biayanya. Hal yang
sering menjadi permasalahan pada saat transisi terjadi 2 aktivitas bersamaan. Karena itu diperlukan
pembagian yang jelas terhadap perlakuan biaya dari masing-masing aktivitas.

b. Aktivitas Eksplorasi

Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pertambangan dalam kegiatan eksplorasi pada
suatu periode memiliki 2 pendekatan dalam pencatatannya. Pertama, perusahaan dapat
membebankan seluruhnya pada periode berjalan. Kedua, perusahaan dapat menangguhkan biaya
eksplorasi dan membebankan secara bertahap pada periode berjalan dan seterusnya selama biaya
yang dikeluarkan memenuhi kriteria dan kebijakan perusahaan.

PT. Newmont Nusa Tenggara saat ini memilih pendekatan unttuk membebankan secara
keseluruhan biaya eksplorasi pada periode berjalan. Pendekatan ini dianggap cocok oleh pihak PT.
Newmont Nusa Tenggara karena merasa bahwa biaya yang dikeluarkan selama belum ada kepastian
terjadinya kegiatan produksi penambangan yang memberikan manfaat ekonomis bagi PT. Newmont
Nusa Tenggara tidak dapat diakui sebagai aset. Karena itu PT Newmont Nusa Tenggara mengakui
seluruh biaya eksplorasi pada tanggal akrualnya (saat terjadinya transaksi).

Biaya didapatkan dari jumlah cost center (pusat biaya) eksplorasi. Nilai-nilai tersebut
dicatat pada biaya perolehan sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan untuk mengerjakan
kegiatan eksplorasi. Aset eksplorasi yang dikapitalisasi juga dicatat menggunakan metode biaya
perolehan. Aset yang ditangguhkan pembebanannya kemudian dibebankan pada tiap periode setelah
masa produksi dimulai dengan mendepresiasikannya dengan masa manfaat sepanjang life of mine.
Tabel 1 Pusat Biaya Eksplorasi

Account No Cost Pool Account Name


700000 Exploration Elang General &Administration
705000 Exploration Batu & Other CoW
700010 Exploration Elang Advanced Project

Biaya yang terakumulasi di dalam masing-masing pusat biaya akan diakui sebagai
exploration expenses dengan jurnal
Dr. Exploration/Advanced Project Exp US$ xxx
Cr. Cost Center Account US$ xxx

Jika kita melihat dalam PSAK 64 paragraf 6, yang mengatur pengembangan kebijakan
akuntansi sehubungan dengan pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi yang mengacu ke PSAK 25
paragraf 10, memberi keleluasaan kepada perusahaan untuk mengembangkan kebijakan dan estimasi
akuntansi yang sesuai dengan pertimbangan manajemen selama kebijakan dan estimasi yang dipakai
memberikan informasi yang relevan dan andal.

c. Aktivitas Produksi

Kegiatan pengupasan lapisan tanah di PT. Newmont Nusa Tenggara terjadi pada 2 kegiatan,
yaitu pengembangan dan produksi. Kegiatan pengembangan di PT. Newmont Nusa Tenggara terjadi
pada tahun 1997 sampai dengan awal tahun 2000. Pada kegiatan pengembangan biaya pengupasan
lapisan tanah diakui menjadi aset deferred mine development cost. Aset ini kemudian akan
didepresiasi tiap periode sesuai dengan perkiraan masa manfaat tambang hingga akhir tahun 2031.
Aset ini diukur menggunakan metode biaya perolehan.

PT. Newmont Nusa Tenggara dalam kegiatan produksi (eksploitasi) juga harus melakukan
pengupasan lapisan tanah. Biaya pengupasan lapisan tanah pada masa produksi diakui sebagai
surface mining cost. Nilai biaya yang dibebankan adalah hasil dari

Applied mining cost = Actual mining cost addition/(deduction) deffered stripping asset (1)

Actual surface mining cost didapatkan dari total seluruh biaya yang dikeluarkan bagian mining
(tabel 2) untuk mengambil batuan mineral sedangkan addition/(deduction) deffered stripping asset
didapatkan dari

(2)

Sedangkan actual stripping ratio dan average stripping ratio didapatkan dari

(3)

PT. Newmont Nusa Tenggara menyajikan informasi mengenai pengupasan lapisan tanah di
dalam laporan keuangan di dua laporan, yaitu laporan posisi keungan dan laporan laba rugi
komprehensif. Untuk biaya pengupasan tanah yang terjadi dari pengupasan lapisan tanah awal maka
PT. Newmont Nusa Tenggara menyajikan aset deferred mine development cost dalam laporan posisi
keuangan bagian aset tidak lancar.

Dalam pembebanan ke dalam laporan keuangan maka PT. Newmont Nusa Tenggara
membebankan biaya pengupasan lapisan tanah ke dalam surface mining cost. Surface mining cost
adalah komponen dalam perhitungan cost applicable to sales (CAS). Jika nilai actual stripping ratio
lebih besar dari average stripping ratio maka akan diklasifikasikan sebagai Deferred Stripping
Asset. Sebaliknya apabila actual stripping ratio lebih kecil dari average stripping ratio maka akan
diklasifikasikan sebagai Advanced Stripping cost liabilities di bagian kewajiban jangka panjang.
Dalam mencatat kedua akun tersebut dalam laporan keuangan PT. Newmont Nusa Tenggara
menggunakan metode bersih.
Tabel 2 Pusat Biaya Pengupasan Lapisan Tanah

Account No Cost Pool Account Name


Mine Manager
200006 Mining Surface Adm./Srv. Mine Training
207000 Mining Surface Adm./Srv. Load & Haul Adm & Gen
230000 Mining Surface Loading - Gen - Ops
240000 Mining Surface Hauling - Gen - Ops
270000 Mining Surface Road Works Gen - Ops
271000 Mining Surface Road Works Dozing - Ops
272000 Mining Surface Road Works Grading - Ops
273000 Mining Surface Road Works Dust Supression Ops
Mine operations
210001 Mining Surface Drilling Maintenance
230001 Mining Surface Loading - Gen - Maintenance
240001 Mining Surface Hauling - Gen - Maintenance
270001 Mining Surface Road Works Gen - Maintenance
271001 Mining Surface Road Works Dozing - Maintenance
272001 Mining Surface Road Works Grading - Maintenance
273001 Mining Surface Road Works Dust Supression Maintenance
290001 Mining Surface MWM Gen - Maintenance
261001 Mining Surface MWM Dewatering - Maintenance
263001 Mining Surface MWM Phase II Pump Sys Maintenance
Mine Maintenance
260000 Mining Surface MWM Gen - Ops
261000 Mining Surface MWM Dewatering - Ops
263000 Mining Surface MWM Phase II Pump Sys Ops
Mine water management
201000 Mining Surface Adm./Srv. Engineering - Gen
202000 Mining Surface Adm./Srv. Geology - Gen
Engineering & geology
208000 Mining Surface Adm./Srv. Civil Construction - Gen
Civil construction
210000 Mining Surface Drill - Gen - Ops
220000 Mining Surface Blast - Gen - Ops
Mine operation Drill-Blast
630001 Maint W/Shop Mobile Equip - Maint
674001 Maint W/Shop Utilities - Roads Maint
630001 Maint W/Shop Mobile Equip w/Allocation
Fleet Management
Biaya pengupasan lapisan tanah dalam PSAK 33 paragraf 6 dibedakan menjadi dua yaitu
biaya pengupasan lapisan tanah awal dan biaya pengupasan lapisan tanah lanjutan. Biaya
pengupasan tanah awal diakui sebagai beban tangguhan. Sedangkan biaya pengupasan lapisan tanah
lanjutan diakui sebagai beban pada periode berjalan. PT. Newmont Nusa Tenggara dalam mengakui
kedua jenis biaya tersebut telah mengikuti PSAK 33. Dalam PSAK 33 paragraf 7 juga dijelaskan
tentang pengakuan biaya pengupasan lapisan tanah lanjutan ditangguhkan apabila rasio pengupasan
aktual jauh lebih besar daripada rasio pengupasan rata-rata. Revisi PSAK 33 pada tahun 2011
menyebabkan metode perhitungan biaya pengupasan tangguhan sedikit berubah. Hal ini
menyebabkan penyesuaian terhadap nilai Deferred stripping asset senilai hampir USD 40.000.000.
Hal ini berdasarkan keterangan dari pihak akuntansi PT. Newmont Nusa Tenggara dan jurnal yang
dibuat untuk menyesuaikannya beserta kertas kerja yang diperlihatkan oleh PT. Newmont Nusa
Tenggara. Penyesuaian ini juga menyebabkan nilai dari cost applicable to sales (CAS) menjadi lebih
kecil.

Perubahan dalam perhitungan dari cara perhitungan terjadi pada angka copper equivalent
actual yang dipakai dalam perhitungan rasio pengupasan aktual. Pada tahun 2011, angka copper
quivalent actual didapatkan dari nilai historis. Nilai historis artinya copper quivalent actual dihitung
dari selisih antara estimasi copper quivalent yang didapatkan dari cadangan terbukti saat pertama
pengupasan dilakukan dengan jumlah tembaga dan ekivalennya yang telah digali sampai pada
periode berjalan. Sedangkan pada tahun 2012, copper equivalent actual didapatkan dari perhitungan
ulang atas nilai cadangan terbukti yang masih dapat digali sampai kegiatan eksploitasi selesai.

Perubahan metode yang dipakai oleh PT. Newmont Nusa Tenggara sesuai dengan
karakteristik dari pelaporan keuangan yang tercantum dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian
Laporan Keuangan mengenai penyajian yang wajar. Dengan menggunakan metode perhitungan
yang baru pada 2012 PT. Newmont Nusa Tenggara telah melakukan penilaian ulang dalam jumlah
manfaat ekonomis yang dapat diperoleh oleh perusahaan dari aktivitas pada masa akan datang. Hal
ini membuktikan bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara menyajikan laporan keuangannya telah
memenuhi karakteristik penyajian yang wajar. Hal ini juga sesuai dengan akuntansi nilai wajar.
Dalam prinsip akuntansi nilai wajar perusahaan menyajikan informasi keuangannya berdasarkan
kondisi terkini. Dengan melakukan pengukuran berdasarkan nilai copper equivalent terkini maka
PT. Newmont Nusa Tenggara telah menyajikan informasi dengan nilai wajarnya.

d. Aktivtias Pengelolaan Lingkungan Hidup

Biaya pengelolaan lingkungan hidup terbagi atas 2 aktivitas. Pertama, biaya lingkungan
yang ditaksir dari aktivitas pra produksi dikapitalisasi menjadi aset (beban tangguhan) dalam bentuk
aset berwujud dan didpresiasikan. Setiap periode aset tetap tersebut didepresiasikan. PT Newmont
Nusa Tenggara membagi aset tersebut menjadi 2, yaitu aset yang berasal dari kegiatan penambangan
dan pengolahan. Maka dari itu terdapat 2 cara depresiasi. Untuk aset yang dikaitkan dengan
penambangan dilakukan depresiasi sesuai unit activity produced sedangkan dari aktivitas
pengolahan dilakukan depresiasi menggunakan metode garis lurus dan umur ekonomisnya sebesar
umur alat pengolahan.

Kedua, biaya lingkungan yang terjadi dari aktivitas produksi yang langsung dibebankan
dalam periode berjalan. Selain itu, PT. Newmont Nusa Tenggara melakukan penaksiran (provisi)
atas biaya lingkungan yang harus dikeluarkan perusahaan atas kegiatan operasi saat ini sebagai
kewajiban.

PT. Newmont Nusa Tenggara mengkapitalisasi biaya lingkungan pra produksi dan
diklasifikasikan sebagai plant, property, and equipment dan kewajibannya di Reclamation and
closure liabilities. Perusahaan juga melakukan provisi pada tiap periode yang terkait kewajiban yang
harus dikeluarkan perusahaan pada masa akan datang akibat dari kegiatan operasinya saat ini.
Perusahaan mengklasifikasikan sebagai Reclamation and closure liabilities. Dan membebankan
kenaikkannya di laporan laba rugi komprehensif pada akun Accretion expenses.
Tabel 3 Pusat Biaya Lingkungan

Account No Cost Pool Account Name


870000 Site G&A Environment Gen Admin
872000 Site G&A Environment Compliance Ops
875000 Site G&A Environment Reclamtions Ops

Untuk taksiran biaya yang akan dikeluarkan pada masa akan datang akibat dari aktivitas pra
produksi dicatat sebagai aset (beban tangguhan) di dalam akun Asset Retirement Cost (ARC). Selain
itu setiap akhir periode PT. Newmont Nusa Tenggara melakukan revaluasi atas nilai Asset
Retirement Cost. Aktivitas ini terjadi pada proses pra produksi tambang. Contoh jurnal saat
pengakuan awal atau pun saat penambahan taksiran kewajiban adalah :

Dr. Plant, Property, and Equipment - ARC US$ xxx


Cr. Reclamation and closure liabilitites US$ xxx

Untuk taksiran biaya lingkungan yang akan dikeluarkan akibat dari operasi saat ini dicatat
sebagai beban dan kewajiban (provisi) dengan jurnal :

Dr. Accretion expense US$ xxx


Cr. Reclamation and closure liabilities US$ xxx

Dalam PSAK 33 tahun 2011 biaya pengelolaan lingkungan hidup diatur mulai dari paragraf
8 hingga paragraf 14. PSAK 33 paragraf 8 mengatur mengenai pengakuan taksiran biaya
pengelolaan lingkungan hidup pada masa sebelum kegiatan eksplorasi dimulai. Sesuai standar yang
ada maka taksiran biaya diakui sebagai beban tangguhan. Di PT. Newmont Nusa Tenggara taksiran
biaya ditaksir pada masa pra produksi yang diakui sebagai asset retirement cost dan kewajiban yang
timbul dari taksiran biaya diakui sebagai Reclamation and closure liabilities.

Taksiran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada masa produksi sesuai PSAK 33 paragraf
9 diakui sebagai beban pada periode berjalan. PT. Newmont Nusa Tenggara telah mengakui beban
tersebut sebagai accretion expenses dan juga mengakui kewajibannya sebagai reclamation and
closure liabilities.

Dalam pengungkapan sehubungan dengan biaya pengelolaan lingkungan hidup PT.


Newmont Nusa Tenggara telah mengungkapkan kebijakan akuntansi yang diambil dalam rangka
pencatatan keuangannya. Hal tersebut tercantum dalam catatan nomo 2 atas laporan keuangannya.
Sehubungan dengan penambahan dan pengurangan taksiran biaya pengelolaan lingkungan hidup
telah diungkupakan dalam catatan nomor 11 atas laporan keuangan PT. Newmont Nusa Tenggara.

SIMPULAN DAN SARAN


Hasil penelitian menunjukan hasil bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara telah menerapkan PSAK
64 dan 33 tahun 2011 atas aktivitas eksplorasi, pengupasan lapisan tanah, dan pengelolaan lingkungan
hidup. Akibat dari pnerapan PSAK 64 tahun 2011 maka PT. Newmont Nusa Tenggara meniliki kebebasan
untuk menentukan kebijakan yang dianggap paling sesuai dengan aktivitas eksplorasinya. Penerapan
PSAK 33 tahun 2011 menyebabkan perbedaan dalam perhitungan rasio pengupasan aktual. Hal ini
dikarenakan perhitungan rasio sebelumnya didasarkan pada historical cost sedangkan saat ini perhitungan
rasio menggunakan pendekatan fair value.

Penelitian ini memiliki keterbatasan berupa jangka waktu penelitian yang relatif singkat dan
informasi perusahaan yang diperoleh selama penelitian. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya
diharapkan dapat dilakukan dengan:

1. Mengambil data observasi yang lebih panjang

2. Mencari informasi yang lebih terperinci terkait aktivitas pertambangan


REFERENSI
Arens, Alvin A, Randal J. Elder & Mark S. Beasley. (2011). Auditing and Assurance Services An
Integrated Approach 14 th edition.Singapore : Prentice Hall

Choi, F. D., & Meek, G. K. (2011). International Accounting (7th edition ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Gibson, C. H. (2011). Financial Reporting and Analysis. Mason: Cengage Learning

Godfrey, J., Hodqson, A., Tarca, A., Hamilton, J., & Holmes, S. (2010). Accounting Theory (7th edition
ed.). Wiley.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan Kerangka Dasar Penyusunan
Penyajian Laporan Keungan Jakarta : Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan PSAK 1 Penyajian Laporan
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan PSAK 33 (revisi 2011) Akuntansi
Pertambangan Umum. Jakarta : Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan PSAK 64 Eksplorasi dan Evaluasi
Sumber Daya Mineral. Jakarta : Salemba Empat

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2012). Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 24/PMESDM.010/2012 Tentang PENYELENGGARAAN USAHA JASA
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Jakarta :Pencipta

Kieso, Donald E, Jerry J.W &Terry D.W. (2011). Intermediate Accounting IFRS eedition. Amerika
Serikat : Wiley

Kurnaz, Niyazi. (2011). An Examination of the Accounting Policies Implemented at Mines in terms of
CMB, Tax Legislation and TFRS within the Framework of Turkey Financial Reporting Standard-
6. British Journal of Economics, Finance and Management Sciences, 4(2), 52-64

RIWAYAT PENULIS
Muhammad Oky Erzandi lahir di kota Pekanbaru pada 17 November 1989. Penulis menamatkan
pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi di tahun 2013.

You might also like