Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

Kedatangan Jepang di Indonesia untuk menarik simpati Indonesia tidak sesulit ketika

Belanda datang ke Indonesia dan Ingin menduduki wilayah Indonesia. Banyak hal yang
dilakukan oleh Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia. Salah satu cara yang
dilakukan Jepang adalah dengan menerapkan suatu gerakan atau Propaganda.

Propaganda Jepang di Indonesia menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa


Asia. Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung
Asia) Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar, berbentuk menarik
simpati umat Islam untuk pergi Haji, Menarik simpati organisasi Islam, Melancarkan politik
dumping, Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional Dengan cara
membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Propaganda jepang ini melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa
pelajar, berbentuk menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji, Menarik simpati organisasi
Islam, Melancarkan politik dumping, Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan
Nasional Dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Sebagai kedok mencari dukungan penduduk, Jepang medirikan gerakan Tiga A pada
tanggal 29 April 1942, bertepatan dengan Hari Nasional Jepang yakni kelahiran (Tencosetsu)
Kaisar Hirohito. Pendiri gerakan ini ialah Hitoshi Simizu, Kepala Sandenbu- Departemen
Propaganda Pemerintahan Militer Jepang. Semboyan dan semangat Gerakan Tiga A itu
adalah Nippon cahaya Asia, Nippon pelindung Asia, Nippon pemimpin Asia. Dengan
melalui surat kabar, selebaran, dan siaran radio, sehingga dengan cepat terdengar di kalangan
rakyat.
Tujuan dari Gerakan Tiga A adalah untuk meyakinkan rakyat Indonesia atas
keputusan tentara Jepang yang tidak terkalahkan, dan meyakinkan pula atas jasa-jasa Jepang
kepada rakyat Indonesia yang telah berhasil membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda. Selain itu, dukungan penduduk adalah untuk kepentingan perang yang nantinya
menjadi kepentingan Jepang.
Untuk memimpin Gerakan Tiga A ini diangkat Mr. Samsudin, seorang Parindrist dari
Jawa Barat. Barisan pemudanya di percayakan kepada Sukarjo Wirjopranoto, juga seorang
Parisndrist (Panyarikan, 1993:77).
Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang didirikan oleh Jepang. Organisasi
ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kaum pergerakan untuk menempa diri, mempertebal
semangat. Sukardjo Wirjopranoto, pemimpin barisan pemuda Gerakan Tiga A, menggunakan
kesempatan ini untuk menggembleng pemuda dengan semangat kebangsaan.
Gerakan 3A meliputi berbagai bidang pendidikan. Karena secara formal bidang inilah
yang dalam waktu singkat dapat memenuhi sasaran untuk menampung pemuda-pemuda
dalam jumlah yang cukup besar (Panyarikan, 1993: 79).
Sekolah-sekolah berjalan menurut sistem pendidikan Jepang. Pada bulan Mei 1942,
Gerakan Tiga A mendirikan Sasan A aeinen Kunrensyo (Pendidikan pemuda Tiga) di
Jatinegara. Pemimpin dari pendidikan ini terdiri dari seorang Jepang dan Seorang Indonesia,
yang keduanya adalah anggota Gerakan Tiga A. Pendidikan Gerakan Tiga A ini merupakan
kursus kilat yang lamanya hanya setengah bulan, dan para pemuda kursus terdiri dari kaum
remaja berusia 14-18 tahun.
Cara-cara pendidikan yang diberikan oleh Jepang cukup unik. Mulai pagi-pagi sekali
harus sudah bangun tidur, lalu dilatih olahraga bersama-sama. Setelah itu baru bekerja
sebagai tukang masak di dapur, tukang kebun, tukang sapu, dan sebagainya. Jadi tidak ada
yang duduk ataupun menganggur. Dan ketika hari sudah mulai siang, maka mereka akan
mulai melakukan pendidikan olahraga yang terdiri dari gerak badan bermain Sumo, Jujitsu,
adu perang, dan lain sebagainya. Terkadang para pemuda itu juga harus bekerja menggali
tanah. Dalam segala hal sangat dipentingkan soal disiplin, sopan santun dan tata tertib dalam
pekerjaan. Pada malam hari para pemuda belajar bahasa Jepang. Dengan jalan inilah orang
berharap dapat membentuk pemuda yang bersemangat dan berjasa untuk masyarakat.
Tetapi pada kenyataannya Gerakan Tiga A kurang begitu populer dikalangan rakyat,
karena sangat berbau Jepang. Mohammad Hatta dalam Memoir menyatakan bahwa Gerakan
Tiga A itu umum dibenci orang, lebih banyak menggolong daripada menolong dan untuk
kaum intelektual yang telah bergerak dalam bidang politik Gerakan Tiga A dianggap kurang
menarik karena tidak ada manfaatnya dalam perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan
Indonesia, maka pada akhir tahun 1942 Gerakan Tiga A dibubarkan.
Pengaruh Propaganda Gerakan 3A Jepang Di Indonesia
Kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya merupakan mimpi buruk
bagi bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari belenggu penjajahan (Kartodirjo,
1993: 148). Berbagai tindakan pemerintahan bala tentara Jepang sangat menyengsarakan
bangsa Indonesia:
a. Pemerasan Sumber Daya Alam
Cara-cara Jepang untuk mengeruk kekayaan alam atau bahan mentah guna kepentingan
industri perang diantaranya:
Semua harta peninggalan Belanda di Indonesia di sita
Melakukan monopoli penjualan hasil perkebunan
Melancarkan kampanye pengerahan barang-barang dan menambah bahan pangan secara
besar besaran
Tanaman perkebunan yang tidak berguna dimusnahkan dan diganti dengan tanaman pangan
Takyat hanya boleh memiliki 40 % dari hasil panen, sedangkan yang 60 % harus diserahkan
kepada Jepang
Rakyat dibebani tambahan untuk menanam pohon jarak sebagai bahan minyak pelumas
senjata dan mesin perang.
b. Pemerasan Sumbar Daya Manusia
Untuk memanfaatkan tenaga bangsa Indonesia dalam membantu kepentingan Jepang dalam
Perang Asia Timur Raya, pemerintah bala tentara Jepang melaksanakan:
Romusha
Bentuk kerja paksa seperti halnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Kerja
Rodi) juga terjadi pada masa pendudukan bala tentara Jepang, yang disebut dengan Romusha.
Para tenaga kerja paksa ini dipaksa sebagai tenaga pengangkut bahan tambang (batu bara),
pembuatan rel kereta api serta mengangkut hasil hasil perkebunan.Tidak terhitung berapa
ratus ribu bahkan jutaan rakyat Indonesia yang menjadi korban romusha. Untuk menarik
simpati bangsa Indonesia terhadap Romusha, Jepang menyebut romusha sebagai Pahlawan
Pekerja/Prajurit Ekonomi.
Upaya Jepang untuk mempertahankan Indonesia sebagai wilayah kekuasaannya serta
menarik simpati rakyat Indonesia menimbulkan beberapa pengaruh terhadap bangsa
Indonesia meliputi bidang:
1. Bidang Politik
Dalam usaha menarik simpati bangsa Indonesia dengan tujuan agar rakyat mau
membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang mengumandangkan semboyan 3A
yakni: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia. Hal ini
menyatakan bahwa kehadiran Jepang di Asia, termasuk Indonesia adalah untuk
membebaskan Asia dari penjajahan bangsa Barat, Jepang menyebut dirinya sebagai saudara
tua bangsa Indonesia yang akan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Namun kenyataannya yang dikatakan Jepang tidak sesuai dengan kenyataannya. Jepang
memperlakukan bangsa Indonesia dengan tidak adil, sangat kejam, mereka memeras dan
menindas rakyat diluar batas peri kemanusiaan.
2. Bidang pemerintahan
Jepang membagi Indonesia menjadi 3 wilayah pemerintahan militer, yaitu :
1. Jawa dan Madura
2. Sumatra
3. Indonesia bagian timur
Jepang membutuhkan Indonesia untuk memenangkan perang di Pasifik, karena
Jepang membutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia.
3. Bidang Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya, maka Jepang melakukan
eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini berupa eksploitasi dibidang
hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang, dan lain-lain (Kartodirdjo, 1993: 54).
Kekayaan alam yang diambil Jepang dari hasil menguras kekayaan alam Indonesia ini
hanya untuk kepentingan perang Jepang tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat. Sebagai
dampak dari eksploitasi besar-besaran sumber kekayaan alam Indonesia adalah kesengsaraan
rakyat Indonesia berupa kekurangan sandang, pangan serta menderita kemiskinan. Rakyat
hidup serba kekurangan, kelaparan karena sumber makanan diangkut Jepang untuk konsumsi
tentaranya. Untuk pakaianpun rakyat menggunakan bahan yang tidak layak pakai seperti goni
yang keras dan kasar. Hal in terjadi karena kapas yang seharusnya dijadikan kain atau
pakaian ternyata dibawa ke Jepang untuk diolah demi kepentingan Jepang itu sendiri.
4. Bidang Sosial Budaya
Dibidang sosial kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita kemiskinan
karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang berupa pemanfaatan sumber
daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa (Romusha) serta
dilibatkannya para pemuda untuk masuk dalam organisasi militer maupun semi militer.
Dibidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di samping bahasa
Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukan badan kearah timur sebagai tanda hormat
kepada kaisar di Jepang pada setiap pagi hari (Seikerei). Hal ini tentu saja sangat
menyinggung rakyat Indonesia yang mayoritas muslim, karena dianggap menyembah kepada
kaisar Jepang yang dianggap sebagai keturunan dewa matahari, padahal orang muslim hanya
melakukan penghormatan kepada Allah SWT.

You might also like