Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

PENGARUH KOMPENSASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DAN KINERJA


KARYAWAN
(Studi pada Perawat Rumah Sakit Umum Darmayu di Kabupaten Ponorogo)

Dini Fitrianasari 1), Umar Nimran 2), Hamidah Nayati Utami 3)


1,2,3)
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
E-mail:1) dfitrianasari2@yahoo.com

Abstract
In the modern organization, compensation will influence the behavior of employees in performing
their duties. The main target of the reward program is to attract qualified individuals, motivate
employees to stay, and achieve higher performance. Organizational change efforts require the
participation of all employees, it would also be achieved if there is willingness and ability of each
individual employee. The behavior of employees is expected by the organization and the demands
not only the behavior of the organization in the role, but also the extra role behavior called
Organizational Citizenship Behavior (OCB) Improved performance of employees of an
organization preceded by an increase in job satisfaction and Organizational Citizenship Behavior
(OCB). Performance of nurses as a consequence of people's demand for excellent service or a
need for high quality services. The data of this study to get some important conclusions that the
compensation is very important for employees in an effort to improve employee performance, both
directly and indirectly.
Keywords: Compensation, Job Satisfaction, Organizational Citizenship Behavior (OCB), and
Performance Employee.

Abstrak

Di dalam organisasi modern, kompensasi yang diberikan akan mempengaruhi perilaku kerja
karyawan dalam menjalankan tugas. Sasaran utama dari program reward adalah untuk menarik
individu yang berkualitas, memotivasi karyawan agar tetap tinggal, dan mencapai kinerja yang
lebih tinggi. Usaha perubahan organisasi membutuhkan partisipasi dari semua karyawan, itu akan
tercapai bila juga ada kemauan dan kemampuan dari masing-masing individu karyawan. Perilaku
dari karyawan yang diharapkan oleh organisasi dan menjadi tuntutan organisasi tidak hanya
perilaku in role, tetapi juga perilaku extra role yang disebut Organizational Citizenship Behavior
(OCB) Peningkatan kinerja karyawan suatu organisasi didahului oleh peningkatan kepuasan kerja
dan OCB. Kinerja perawat sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan
pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Data penelitian ini mendapatkan beberapa
kesimpulan penting bahwa kompensasi sangat penting bagi karyawan dalam upaya meningkatkan
kinerja karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kata Kunci: Kompensasi, Kepuasan Kerja, Organizational Citizenship Behavior (OCB), dan
Kinerja Karyawan.

- 12 -
Dini Fitrianasari, dkk. - Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..| 13

PENDAHULUAN merupakan perilaku individu yang ekstra yang


Aspek sumber daya manusia memegang tidak secara langsung atau eksplisit dapat dikenal
peranan yang sangat penting dalam sebuah dalam suatu sistem kerja yang formal, dan yang
organisasi. Sumber daya manusia merupakan secara agregat mampu meningkatkan efektivitas
bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen fungsi organisasi.
perusahaan, yakni merupakan salah satu faktor Organizational Citizenship Behavior
penentu keberhasilan perusahaan dalam (OCB) memberikan kontribusi bagi organisasi
mencapai tujuan perusahaan. Karyawan di berupa peningkatan produktivitas rekan kerja,
sebuah perusahaan tidak hanya diposisikan peningkatan produktivitas manajer, menghemat
sebagai faktor produksi akan tetapi lebih sebagai sumber daya yang dimiliki manajemen dan
aset perusahaan yang harus dikelola dan organisasi secara keseluruhan, membantu
dikembangkan. Kualitas sumber daya manusia memelihara fungsi kelompok, menjadi sangat
yang tinggi sangat dibutuhkan agar manusia efektif untuk mengkoordinasikan kegiatan-
dapat melakukan peran sebagai pelaksana yang kegiatan kelompok kerja, meningkatkan
handal dalam fungsi-fungsi organisasi. kemampuan organisasi untuk menarik dan
Sebagai kontra prestasi dari segala mempertahankan karyawan terbaik,
kemampuan kerja, waktu dan tenaga yang meningkatkan stabilitas kerja organisasi,
diberikan karyawan kepada perusahaan maka meningkatkan kemampuan organisasi untuk
perusahaan memberikan imbalan atau beradaptasi dengan perubahan lingkungan
kompensasi kepada para karyawan. Kompensasi (Podsakoff dan Mackenzie dalam Kelana,
dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda 2009:60).
sesuai kepentingannya. Antara pekerja dengan Rumah sakit adalah institusi yang
pengusaha ada sisi pandang yang berbeda tentang pengelolaannya ditujukan untuk melayani
kompensasi. Bagi pengusaha kompensasi masyarakat. Sebagai rumah sakit swasta, Rumah
merupakan biaya produksi. Untuk mendapatkan Sakit Umum Darmayu dapat digolongkan
keuntungan yang optimal, penggunaan biaya sebagai organisasi penyedia jasa yang juga
harus dilakukan secara efisien. Dari sisi mengandalkan kualitas pelayanan jasa yang
karyawan, kompensasi dipandang sebagai hak diberikan kepada masyarakat. Kecepatan
dan merupakan sumber pendapatan utama, pelayanan, keramahan, efektifitas tindakan serta
karena itu jumlahnya harus dapat memenuhi kenyamanan bagi pasien dan pengunjung akan
kebutuhan dirinya dan keluarganya, serta adanya menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan
jaminan kepastian penerimaannya (Sutrisno, sebuah rumah sakit.
2009:198). Kesalahan dalam menerapkan sistem
Perawat sebagai salah satu tenaga
kompensasi akan berakibat timbulnya demotivasi
kesehatan dengan jumlah 40-60 % di rumah sakit
dan tidak adanya kepuasan kerja di kalangan
memegang peranan penting dalam mencapai
pekerja (Wibowo, 2011:347).
tujuan pembangunan kesehatan. Hal ini terkait
Keyakinan bahwa karyawan yang puas dengan keberadaan perawat yang bertugas selama
akan membawa dampak yang baik bagi 24 jam melayani pasien dan jumlah perawat yang
perusahaan, menjadikan kepuasan kerja sebagi mendominasi tenaga kesehatan di rumah sakit,
hal yang diperhatikan perusahaan. Kepuasan yaitu sekitar 40 60 % (Swansburg, 2000).
kerja diartikan sebagai situasi emosional terkait
Kompensasi tidak hanya penting sebagai
dengan penilaian positif atau negatif pekerjaan
dorongan utama tetapi juga berpengaruh terhadap
(Locke dalam Nawab dan Batti, 2011:26).
semangat kerja perawat. Perilaku perawat yang
Kinerja dapat ditingkatkan apabila kepuasan
diharapkan oleh pihak rumah sakit tidak hanya
pekerjaan karyawan dirasakan telah terpenuhi
perilaku in role atau hanya yang sesuai dengan
(Muhadi, 2007).
imbalan yang diperolehnya, tetapi juga
Perilaku dari karyawan yang diharapkan diharapkan mampu untuk bekerja melebihi apa
oleh organisasi dan menjadi tuntutan organisasi yang seharusnya dilakukan atau perilaku extra
tidak hanya perilaku in role, tetapi juga perilaku role yang biasa disebut Organizational
extra role yang disebut Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Citizenship Behavior (OCB) (Ulrich dalam
Para perawat dapat dengan sukarela
Kelana, 2009:60). Menurut Organ (1988:4)
melakukan aktivitas-aktivitas kerja yang melebihi
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
tugas-tugas pekerjaan yang telah ditetapkan,
14 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 7 N o . 1

seperti memberikan pelayanan ekstra pada pasien 2. Untuk menjelaskan pengaruh kompensasi
di saat-saat pasien sangat membutuhkan, perawat terhadap Organizational Citizenship
juga bisa membimbing ritual keagamaan sesuai Behavior (OCB).
dengan keyakinan pasien, dan dalam kondisi 3. Untuk menjelaskan pengaruh kepuasan
sakaratul maut perawat berkewajiban kerja terhadap Organizational Citizenship
mengantarkan klien agar wafat dengan damai dan Behavior (OCB).
bermartabat. Selain itu, pada situsi dan kondisi 4. Untuk menjelaskan pengaruh
tertentu terkadang perawat juga harus bertukar Organizational Citizenship Behavior (OCB)
shift kerja dengan rekan perawat yang lain dan terhadap kinerja karyawan.
bahkan harus menggantikan rekannya dalam 5. Untuk menjelaskan pengaruh kompensasi
menjalankan tugas pekerjaannya (Fatdina, terhadap kinerja karyawan.
2009:77). 6. Untuk menjelaskan pengaruh kepuasan
Secara khusus ada beberapa hal yang kerja terhadap kinerja karyawan.
mendasari penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Umum Darmayu. Pertama, Rumah Sakit
KERANGKA TEORITIS
Umum Darmayu baru berdiri pada tanggal 8
Agustus 1998 dengan ijin tetap Rumah Sakit
1. Kompensasi
Umum Darmayu tahun 2000, sehingga Rumah
Sakit Umum Darmayu hendaknya perlu Seseorang bekerja pada organisasi
melakukan perubahan-perubahan perbaikan dari berharap akan memperoleh penghasilan guna
sisi manajemen dalam memberikan pelayanan memenuhi kebutuhan hidupnya. Penghargaan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh organisasi terhadap waktu, tenaga, dan pikiran
masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat karyawan yaitu salah satunya dengan
kesehatan masyarakat. memberikan kompensasi.
Kedua, Rumah Sakit Umum Darmayu Menurut Mondy (2008:4) kompensasi
merupakan rumah sakit swasta yang harus adalah total seluruh imbalan yang diterima para
memiliki keunggulan bersaing di antara beberapa karyawan sebagai pengganti jasa yang telah
rumah sakit yang berada di Ponorogo, mereka berikan. Simamora (2006:442)
dibutuhkan karyawan-karyawan yang memilki mengemukakan bahwa kompensasi merupakan
kapabilitas kerja yang baik dalam rangka apa yang diterima oleh para karyawan sebagai
melaksanakan pelayanan paripurna, professional ganti kontribusi mereka kepada organisasi.
dan menjunjung tinggi etika serta mengutamakan Terminologi kompensasi sering digunakan secara
keselamatan pasien/klien sesuai Standar Asuhan bergantian dengan administrasi gaji dan upah,
Keperawatan yang berlaku untuk meningkatkan kendatipun demikian terminologi kompensasi
derajat kesehatan pasien secara optimal demi sesungguhnya merupakan konsep yang lebih
kepuasan dan kesehatan pasien/klien. luas.
Ketiga, kinerja perawat sebagai 2. Kepuasan Kerja
konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan
kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan
hal yang bersifat individual. Setiap individu akan
yang bermutu tinggi menimbulkan adanya beban
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
kerja yang tinggi pula dan target penyelesaian
sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku
pekerjaan yang paripurna. Selain melaksanakan
pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya
tugas keperawatan, perawat juga dibebani tugas
perbedaan pada masing-masing individu.
tambahan misalnya menangani tugas
Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan
administrasi. sehingga sering membuat perawat
yang sesuai dengan keinginan individu tersebut,
merasa belum menyelesaikan tugasnya.
maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang
Berdasarkan deskripsi latar belakang yang dirasakannya, dan sebaliknya (Asad, 2004:103).
telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik
Berdasarkan teori-teori di atas, penelitian
untuk mengadakan penelitian dengan beberapa
ini menggunakan konsep menurut Locke dalam
tujuan antara lain.
Luthans (2006:243) kepuasan kerja adalah
1. Untuk menjelaskan pengaruh kompensasi keadaan emosi yang senang atau emosi yang
terhadap kepuasan kerja. positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau
pengalaman seseorang.
Dini Fitrianasari, dkk. - Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..| 15

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan 4. Kinerja Karyawan


kerja merupakan sikap dari karyawan terhadap Rivai (2009:549) menjelaskan kinerja
pekerjaannya, dan kepuasan kerja bersifat adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang
individual, karena setiap individu mempuanyai secara keseluruhan selama periode tertentu di
kepuasan yang berbeda-beda. dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil
3. Organizational Citizenship Behavior (OCB) kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah
Pada tahun 1977 untuk pertama kalinya ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
istilah Organizational Citizenship Behavior bersama. Kinerja karyawan merupakan suatu hal
(OCB) diperkenalkan oleh Organ, dan yang sangat penting dalam upaya perusahaan
mendifinisikan Organizational Citizenship untuk mencapai tujuannya.
Behavior (OCB) sebagai perilaku individual yang Menurut Mathis dan Jackson (2006:378)
bersifat bebas (discretionary), yang tidak secara kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa
langsung dan eksplisit mendapat penghargaan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
dari sistem imbalan formal, dan yang secara karyawan. Kinerja karyawan yang umum untuk
keseluruhan mendorong keefektifan fungsi-fungsi kebanyakan pekarjaan meliputi elemen sebagai
organisasi (Murphy, 2002:288). Bebas dalam arti berikut: (a) kuantitas dari hasil, (b) Kualitas dari
bahwa perilaku tersebut bukan merupakan hasil, (c) ketepatan waktu dan hasil, (d) kehadiran
persyaratan yang harus dilaksanakan dalam peran dan (e) kemampuan bekerja sama.
tertentu atau deskripsi kerja tertentu, atau
perilaku yang merupakan pilihan pribadi Berdasarkan beberapa konsep dan
(Podsakoff et al, 2000:513) pengertian yang telah diungkapkan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan
Organ (1988) mengemukakan bahwa hasil kerja seorang karyawan secara kualitas dan
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
kuantitas dalam melaksakan tugas-tugas sesuai
memiliki lima dimensi yang dijadikan indikator dengan tanggung jawab yang diberikan dalam
dalam penelitian ini yaitu: Altruisme (perilaku suatu periode tertentu berdasarkan kriteria yang
membantu orang lain) yaitu perilaku membantu telah ditentukan.
karyawan lain tanpa adanya paksaan pada tugas-
tugas yang berkaitan erat dengan operasi-operasi
organisasional, conscientiousness (kesadaran KERANGKA KONSEP PENELITIAN
diri) yaitu berisi tentang kinerja dari prasyarat
peran yang melebihi standar minimum, civic 1. Kerangka Konseptual
virtue (kualitas moral yang tinggi terhadap
Kompensasi merupakan kontra prestasi
organisasi) yaitu menunjukkan partisipasi
terhadap penggunaan tenaga atau jasa yang telah
sukarela dan dukungan terhadap fungsi-fungsi
diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi
organisasi baik secara professional maupun sosial
merupakan jumlah paket yang ditawarkan
alamiah, courtescy (baik dan sopan terhadap
organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas
orang lain) yaitu perilaku meringankan problem-
penggunaan tenaga kerjanya (Wibowo,
problem yang berkaitan dengan pekerjaan yang
2007:348). Sistem kompensasi yang tepat dan
dihadapi orang lain dan sportsmanship (sportif)
sesuai dengan keinginan semua pihak akan
yaitu tentang pantangan-pantangan membuat isu-
membuat karyawan akan bekerja secara optimal
isu yang dapat merusak meskipun merasa
karena yakin bahwa mereka pasti akan
jengkel.
mendapatkan imbalan yang sesuai dengan apa
Dari beberapa definisi di atas dapat yang telah mereka berikan pada perusahaan
disimpulkan bahwa Organizational Citizenship sehingga menimbulkan kepuasan bagi karyawan.
Behavior (OCB) merupakan perilaku yang tidak Sebaliknya jika sistem kompensasi hanya
berkaitan secara langsung dan terang-terangan memperhatikan keinginan perusahaan saja maka
dengan sistem reward yang formal, bersifat akan menimbulkan ketidakpuasan bagi karyawan
sukarela bukan merupakan tindakan yang yang akan bermuara pada tingginya tingkat
terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan keluar masuk karyawan dalam perusahaan karena
kepentingan organisasi, dan merupakan perilaku mereka mersa kurang dihargai sesuai dengan
individu sebagai wujud dari kepuasan usaha yang telah mereka lakukan bagi
berdasarkan performance, tidak diperintahkan perusahaan. Imbalan keuangan adalah salah satu
secara formal. faktor yang menghasilkan kepuasan kerja
16 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 7 N o . 1

(Kreitner dan Kinicki dalam Nawab dan Bhatti,


2011:26).
Setiap organisasi dituntut selalu
meningkatkan kinerja dan efektifitas agar mampu
bertahan globalisasi. Salah satu elemen penting
yang dipertimbangkan mampu meningkatkan
kinerja dan efektifitas organisasi adalah kemauan Gambar 1. Kerangka Konsep
karyawan melalkukan kinerja extra role selain
kinerja in role. Organ, Bateman, Smith dan Near 2. Hipotesis
dalam Garay (2006:34) menamakan kinerja extra
role dengan istilah Organizational Citizenship Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan
Behavior (OCB). Menurut Lawler III (2000) penelitian dan kerangka konseptual, maka dapat
menyatakan bahwa sistem upah/gaji dapat disusun hipotesis penelitian sebagai. berikut:
berperan sebagai sebuah agen perubahan bagi H1 Terdapat pengaruh kompensasi karyawan
organisasi. Dengan kata lain, ketika sebuah (X1) terhadap kepuasan kerja karyawan (X2).
organisasi mengharapkan terjadi suatu perilaku H2 Terdapat pengaruh kompensasi karyawan
baru/tambahan, melakukan kinerja extra-role, (X1) terhadap Organizational Citizenship
dari kinerja perusahaan maka kebijakan Behavior (OCB) karyawan (Y1).
kompensasi dapat digunakan sebagai alat untuk H3 Terdapat pengaruh kepuasan kerja karyawan
menumbuhkan perilaku tersebut. (X2) terhadap Organizational Citizenship
Beberapa riset menunjukkan bahwa Behavior (OCB) karyawan (Y1).
hubungan antara kompensasi dengan kinerja H4 Terdapat pengaruh Organizational
adalah positif, artinya semakin baik kompensasi Citizenship Behavior (OCB) karyawan (Y1)
yang diterima oleh pegawai, maka kinerja terhadap kinerja karyawan (Y2)
pegawai juga semakin baik. Penelitian Lewa dan H5 Terdapat pengaruh kompensasi karyawan
Subowo (2005), Widyamini dan Hakim (2008), (X1) terhadap kinerja karyawan (Y2).
Jamil dan Raja (2011) menyatakan bahwa H6 Terdapat pengaruh kepuasan kerja
kompensasi berpengaruh signifikan terhadap karyawan (X2) terhadap kinerja karyawan
kinerja pegawai. (Y2).

Robbins (2008:113) menyebutkan bahwa


organisasi yang mempunyai karyawan yang lebih METODE PENELITIAN
puas cenderung lebih efektif bila dibandingkan
organisasi yang mempunyai karyawan yang Lokasi Penelitian
kurang puas. Organ dalam Murphy (2002:289) Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit
menyatakan bahwa Organizational Citizenship Umum Darmayu Jalan Dr. Sutomo No. 44
Behavior (OCB) dapat memaksimalkan efisiensi kabupaten Ponorogo. Unit analisis penelitian ini
dan meningkatkan fungsi efektif dari organisasi. adalah perawat Rumah Sakit Umum Darmayu .
Dalam penelitian yang dikembangkan oleh Menurut Arikunto (2002:121) unit analisis dalam
Shokrkon dan Naami (2009) kepuasan kerja penelitian adalah satuan tertentu yang
berpengaruh positif terhadap Organizational diperhitungkan sebagai subyek penelitian.
Citizenship Behavior (OCB) dan kinerja.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan Populasi dan Sampel
bahwa penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Populasi dalam penelitian ini adalah
antara kompensasi dan kepuasan kerja terhadap seluruh perawat Rumah Sakit Umum Darmayu
Organizational Citizenship Behavior (OCB) dan di kabupaten Ponorogo yang berjumlah 89 orang.
kinerja. Model kerangka konseptual yang
Sampel yang akan diteliti terbagi atas 11
dimaksud ditunjukkan pada Gambar 1 berikut ini:
bagian dengan karakteristik kerja yang cukup
berbeda, sehingga hal ini akan berpengaruh pada
pola kinerja perawat, lemah dan kuatnya
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
perawat serta rasa puas bekerja pada bagian
tersebut. Kinerja perawat pada instalasi gawat
darurat dibandingkan dengan bagian rawat inap
Dini Fitrianasari, dkk. - Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..| 17

atau kamar bersalin akan mempunyai karakter dan sopan terhadap orang lain) (Y1.4), dan
yang berbeda. Pertimbangan ini adalah sangat Sportmanship (sportif) (Y1.5).
beralasan karena kompensasi yang diterima 4. Kinerja Karyawan
perawat adalah sama. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah sampling Kinerja karyawan (Y2) adalah hasil kerja
jenuh agar diperoleh keterwakilan data yang kuat. yang dicapai karyawan secara keseluruhan dalam
Menurut Sugiyono (2010:85) bahwa istilah lain ukuran dan waktu tertentu (Rivai, 2009:549) .
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua Indikator variabel kinerja karyawan (Y2) menurut
anggota populasi dijadikan sampel. Alasan selain Mathis (2006:378) adalah kualitas (Y2.1),
yang menjadi pertimbangan karena jumlah setiap kuantitas (Y2.2), ketepatan waktu (Y2.3).
bagian tergolong kecil, dimana sumberdaya
peneliti memungkinkan untuk melibatkan seluruh Analisis Data
anggota populasi yang berjumlah 89 responden. Analisis statistik inferensial yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Definisi Operasional Variabel analisis jalur (path analysis). Model path
1. Kompensasi karyawan analysis digunakan untuk menganalisis pola
hubungan antar variabel dengan tujuan untuk
Kompensasi karyawan (X1) adalah total mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
seluruh imbalan yang diterima oleh para langsung seperangkat variabel bebas (eksogen)
karyawan sebagai pengganti jasa yang telah terhadap variabel terikat (endogen). Model path
mereka berikan (Mondy, 2008:4) . Indikator analysis yang dibicarakan adalah pola hubungan
variabel kompensasi karyawan (X1) yaitu sebab akibat (Riduwan dan Kuncoro, 2008: 2).
kompensasi finansial (X1.1) dan kompensasi non
finansial (X1.2) (Mondy, 2008:4).
2. Kepuasan Kerja Karyawan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kepuasan kerja karyawan (X2) adalah
keadaan emosi yang senang atau emosi yang Karakteristik Responden
positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau Data penelitian diperoleh dari kuesioner
pengalaman seseorang (Locke dalam Luthans, yang telah didistribusikan kepada responden.
2006:243). Indikator kepuasan kerja karyawan Jumlah responden yang terlibat pada penelitian
(X2) adalah perasaan senang terhadap ini berjumlah 89 responden perawat yang
pembayaran (pay) (X2.1), perasaan senang tersebar pada 11 bagian di rumah sakit.
terhadap terhadap pekerjaan (X2.2), perasaan Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri
senang terhadap kesempatan memperoleh atas jenis kelamin, pendidikan terakhir, usia,
promosi (X2..3), perasaan senang terhadap lama bekerja dan status perkawinan. Gambaran
suasana atau kondisi lingkungan kerja (X2..4), karakteristik responden berikut ini merupakan
perasaan senang terhadap rekan kerja (X2.5), sebuah representasi dari populasi yang ada.
(Gibson, 2003:198). Sedangkan keragaman karakteristik responden
bisa berperan menjadi sumber pembeda penilaian
3. Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap keempat variabel yang diteliti.
Organizational Citizenship Behavior Karakteristik responden sebagian besar
(OCB) (Y1) adalah perilaku individu dalam responden adalah perempuan dengan jumlah 54
sebuah organisasi sebagai perilaku yang suka responden (60,7%), sedangkan untuk laki-laki
membantu atau mengutamakan orang lain, berjumlah 35 responden (39,3%). Hasil penelitian
disiplin atau patuh, berperilaku baik terhadap di lapangan untuk analisis deskriptif responden
organisasi, baik dan sopan terhadap orang lain berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa
dan sportif (Organ, 1988). Dimensi-dimensi sebagian besar responden adalah perawat dengan
dalam Organizational Citizenship Behavior jenis kelamin perempuan. Hal ini karena jenis
(OCB) (Morisson dalam Aldag & Resckhe, pekerjaan di rumah sakit membutuhkan
1997:4-5) adalah Altruisme atau perilaku kecermatan dan ketelatenan yang besar,
membantu orang lain (Y1.1), Conscientiousness keberanian dan keterampilan yang tinggi karena
atau kesadaran diri (Y1.2), Civic virtue atau aktifitas merawat orang sakit lebih banyak
kualitas perilaku yang tinggi terhadap fungsi- membutuhkan perhatian besar dari petugas
fungsi dalam organisasi (Y1.3). Courtesy (baik perawat. Tingkat pendidikan perawat didominasi
oleh pendidikan diploma III dengan jumlah
18 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 7 N o . 1

sebanyak 78 responden (87,6%). Operasional Hasil ketepatan model adalah :


kerja di rumah sakit merupakan kegiatan R2 model = 1 - (1 - R21) (1 - R22) (1 -
profesional yang hanya bisa dilakukan dengan 2
R 3)
pendidikan khusus. Data karakteristik responden = 1 (1 0,324)(1 0,629)
berbasis usia paling cukup merata pada kisaran (1 0,759)
21-35 tahun dengan jumlah sebanyak 79 orang = 1 0,061
(88,8%). = 0,939 atau 93,9%
Hasil Analisis Jalur Hasil perhitungan ketepatan model sebesar
93,9% menerangkan bahwa kontribusi model
Tabel 5.13 menjelaskan bahwa dari
untuk menjelaskan hubungan struktural dari
keenam jalur pada model hipotesis seluruh jalur
keempat variabel yang diteliti adalah sebesar
adalah signifikan. Peran dominan terhadap
93,9% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
yang tidak terlibat dalam model.
bersumber dari kepuasan kerja, sedangkan
terhadap kinerja karyawan pengaruh dominan
bersumber dari Organizational Citizenship PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Behavior (OCB). Secara khusus kedua jalur
dominan ini menjadi menarik karena menjadi 1. Hubungan Kompensasi terhadap
penentu tingginya kinerja perawat. Untuk lebih Kepuasan Kerja.
jelasnya hasil analisis jalur secara keseluruhan Hipotesis yang menyatakan bahwa
dapat disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 2. kompensasi berpengaruh secara langsung
terhadap kepuasan kerja perawat teruji. Hal ini
dibuktikan oleh hasil uji koefisien jalur dengan
Tabel 1. Hasil Uji Koefisien Jalur probabilitas (p) yang bernilai lebih kecil dari 0,05
yang berarti signifikan. Artinya kompensasi
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
kepuasan kerja perawat. Besarnya koefisien path
(beta) sebesar 0,569 mengindikasikan pengaruh
kompensasi bagi perawat terhadap kepuasan
kerja perawat adalah positif. Artinya persepsi
terhadap kompensasi terkait dengan kesesuaian
gaji yang mendapat tanggapan positif akan
menjadi faktor pendorong semakin tingginya
kepuasan kerja perawat.
Hasil penlitian ini sejalan dengan yang
telah dilakukan oleh Igalens dan Roussell (1999),
Nawab dan Batti (2011) dan Sharma (2011)
bahwa kepuasan gaji menjadi bukti sebagai
pendorong meningkatkan kepuasan kerja
karyawan. Risiko kerja pada lingkungan orang-
orang yang sedang dalam keadaan sakit serta
aktifitas pekerjaan yang harus berinteraksi
langsung dengan orang sakit mengakibatkan
perawat membutuhkan ruang kerja yang bisa
menunjang. Ketersediaan ruang kerja yang
Gambar 2. Hasil Analisis Jalur
sempit bagi perawat berdampak pada
keterbatasan ruang gerak.
Ketepatan Model
Ketepatan model hipotesis dari data Kompensasi yang sesuai harapan akan
penelitian diukur dari hubungan tiga koefisien mampu memotivasi, dan mempertahankan
determinasi (R2) di ketiga persamaan. Pada perawat untuk tetap terus bekerja di rumah sakit.
persamaan pertama hingga ketiga secara Pemberian kompensasi merupakan fungsi
berurutan diperoleh nilai R2 sebesar 0,324, 0,629 strategik sumber daya manusia yang mempunyai
dan 0,759. imbas besar pada fungsi kerja perawat. Hasil
analisis model terbaca bahwa kompensasi
Dini Fitrianasari, dkk. - Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..| 19

berpengaruh kuat terhadap kepuasan kerja, sportsmanship (sportif), courtesy (baik dan sopan
produktivitas, putaran perawat, dan proses santun terhadap orang lain) dan altruism
lainnya di dalam rumah sakit. Kompensasi dapat (membantu orang lain). Pada ketiga dimensi ini
meningkatkan ataupun menurunkan kepuasan respon perawat adalah lebih tinggi dibandingkan
kerja, oleh karena itu diperlukan perhatian rumah dengan conscientiousness (kesadaran diri) dan
sakit terhadap pengaturan kompensasi secara civic virtue (kualitas moral yang yang tinggi
benar dan adil, apabila para perawat memandang terhadap orang lain). Kesadaran diri untuk bisa
kompensasi mereka tidak memadai, maka bekerja melebihi ketentuan minimal memberikan
prestasi kerja maupun kepuasan kerja mereka perhatian yang cukup untuk mengangkat citra
akan menurun.. rumah sakit belum banyak dilakukan oleh
2. Hubungan Kompensasi terhadap perawat. Secara deskriptif, kompensasi yang
Organizational Citizenship Behavior diterima perawat dalam jumlah yang tidak sesuai
(OCB). harapan menyebabkan tingginya rasa enggan
untuk berbuat yang banyak. Tanggung jawab dan
Hipotesis yang menyatakan bahwa kewajiban minimal atas pekerjaan yang harus
kompensasi karyawan berpengaruh secara dilakukan akan diselesaikan dan keinginan untuk
langsung terhadap Organizational Citizenship bekerja lebih akan dilakukan pada situasi yang
Behavior (OCB) teruji. Hal ini dibuktikan oleh mendesak.
hasil uji koefisien jalur dengan probabilitas (p)
yang bernilai lebih kecil dari 0,05 yang berarti Seharusnya masalah kompensasi yang
signifikan. Artinya kompensasi mempunyai diterima perawat, harus mendapatkan perhatian
pengaruh yang bermakna terhadap yang cukup besar dari manajemen rumah sakit,
Organizational Citizenship Behavior (OCB). karena 55% karyawan berasal dari unsur perawat.
Besarnya koefisien path (beta) sebesar 0,281 Saat ini dimensi Organizational Citizenship
mengindikasikan pengaruh kompensasi bagi Behavior (OCB) yang telah terbentuk kuat antara
perawat terhadap Organizational Citizenship lain bersumber dari sportmanship, courtesy dan
Behavior (OCB) adalah positif. Artinya persepsi altruism. Perawat memiliki perilaku membantu
terhadap kompensasi terkait dengan kesesuaian orang tertentu, mengikuti perkembangan dan
gaji yang mendapat tanggapan positif akan dapat bertoleransi dengan rekan kerja lainnya.
menjadi faktor pendorong semakin kuatnya Organizational Citizenship Behavior (OCB)yang
Organizational Citizenship Behavior (OCB). kuat dimotivasi oleh dua daya dorong. Pertama,
berkaitan dengan motif kesan manajemen, seperti
Hasil penlitian ini sejalan dengan yang melakukan hal-hal hanya untuk terlihat baik di
telah dilakukan oleh Becker, and Huselid, Mark depan rekan kerja dan atasan. Kedua, keinginan
A (1998), Lawler III, Edward E (2000), Gupta perawat untuk membantu organisasi atau rekan
and Delery dalam Garay (2006) serta Becton and kerja berdasarkan pertukaran sosial atau karena
Giles (2007) bahwa kepuasan gaji menjadi bukti kepribadian mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagai pendorong menguatnya Organizational perawat terlibat dalam Organizational
Citizenship Behavior (OCB) karyawan. Citizenship Behavior (OCB) karena merupakan
Terbentuknya OCB yang kuat sangat dibutuhkan motivasi intrinsik. Garay (2006) telah
rumah sakit, karena pada dasarnya kinerja mengemukakan bahwa hubungan antara sistem
perawat akan terbagi atas kinerja extra role dan kompensasi dengan kinerja extra-role adalah
kinerja in role. Organizational Citizenship motivasi. Setiap individu pada dasarnya memiliki
Behavior (OCB) sendiri merupakan perilaku kebutuhan yang harus dipenuhi dan untuk
perawat yang tidak berkaitan secara langsung memenuhi kebutuhan tersebut, akan muncul
dan terang-terangan dengan sistem reward yang motivasi dalam diri individu untuk bersedia
formal, bersifat sukarela bukan merupakan melakukan suatu pekerjaan tertentu apabila ia
tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang mempersepsikan bahwa hasil yang diperolehnya
mengedepankan kepentingan rumah sakit, dan nanti dapat memenuhi kebituhan. Oleh karena itu
merupakan perilaku individu sebagai wujud dari pemilihan sistem kompensasi atau reward yang
kepuasan berdasarkan performance, tidak tepat dapt mendorong tumbuhnya kinerja extra-
diperintahkan secara formal. role.
Data empiris yang diperoleh pada
penelitian ini mendapatkan gambaran bahwa
OCB memiliki keunggulan dari dimensi
20 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 7 N o . 1

3. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap perawatnya dengan menaikkan kepuasan kerja


Organizational Citizenship Behavior perawat yaitu dengan cara pemberian aspek
(OCB). pekerjaan (gaji, promosi, perilaku atasan dan
Hipotesis yang menyatakan bahwa perilaku rekan kerja) yang lebih baik.
kepuasan kerja berpengaruh secara langsung 4. Hubungan Organizational Citizenship
terhadap Organizational Citizenship Behavior Behavior (OCB) terhadap Kinerja
(OCB) teruji. Hal ini dibuktikan oleh hasil uji Karyawan.
koefisien jalur dengan probabilitas (p) yang Hipotesis yang menyatakan bahwa
bernilai lebih kecil dari 0,05 yang berarti Organizational Citizenship Behavior (OCB)
signifikan. Artinya kepuasan kerja mempunyai berpengaruh secara langsung terhadap kinerja
pengaruh yang bermakna terhadap karyawan teruji. Hal ini dibuktikan oleh hasil uji
Organizational Citizenship Behavior (OCB). koefisien jalur dengan probabilitas (p) yang
Besarnya koefisien path (beta) sebesar 0,599 bernilai lebih kecil dari 0,05 yang berarti
mengindikasikan pengaruh kepuasan kerja bagi signifikan. Artinya Organizational Citizenship
perawat terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) mempunyai pengaruh yang
Behavior (OCB) perawat adalah positif. Artinya bermakna terhadap kinerja perawat. Besarnya
persepsi terhadap kepuasan kerja terkait dengan koefisien path (beta) sebesar 0,533
perasaan senang pada beberapa aspek pokok mengindikasikan pengaruh Organizational
pekerjaan yang mendapat tanggapan positif akan Citizenship Behavior (OCB) terhadap kinerja
menjadi faktor pendorong semakin kuatnya perawat adalah positif. Artinya persepsi akan
Organizational Citizenship Behavior (OCB). semakin kuatnya Organizational Citizenship
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang Behavior (OCB) terkait dengan perilaku perawat
telah dilakukan oleh Murphy and Athanasou yang suka membantu atau mengutamakan orang
(2002), Foote and Li (2008), Ahmed et al lain, berdisiplin tinggi, berperilaku baik terhadap
(2011). Istilah kepuasan merujuk pada sikap organisasi, baik dan sopan terhadap orang lain
umum seorang individu terhadap pekerjaannya. dan memiliki rasa toleransi tinggi yang terbentuk
Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi secara kuat akan menjadi faktor pendorong
menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja, kinerja perawat.
perawat yang tidak memperoleh kepuasan kerja Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
tidak akan pernah mencapai kepuasan psikologis telah dilakukan oleh Shorkon and Naami (2009)
dan akhirnya akan timbul sikap atau tingkah laku bahwa perawat yang memiliki Organizational
negatif dan pada gilirannya akan dapat Citizenship Behavior (OCB) kuat, akan memiliki
menimbulkan frustasi, sebaliknya perawat yang kinerja yang lebih baik. Pihak rumah sakit
terpuaskan akan dapat bekerja dengan baik, sebenarnya memerlukan perawat yang mau
penuh semangat, aktif dan dapat berprestasi lebih mengerjakan melebihi dari tugas mereka seperti
baik dan perawat yang tidak memperoleh biasa dan mengusahakan kinerja melebihi dari
kepuasan kerja. Pada paparan hasil distribusi seperti yang diharapkan rumah sakit. Pada
frekuensi dapat dijelaskan bahwa rasa puas kalangan perawat, manajemen rumah sakit perlu
sebagai perawat adalah cukup tinggi pada kelima membuat perencanaan yang komprehensif
aspek kecuali aspek perasaan senang terhadap terhadap program yang bisa berdampak pada
pembayaran. Pada aspek ini, proporsi perawat terbentuknya perilaku untuk selalu ingin
yang merasa senang dengan pembayaran yang membantu orang lain dalam tim, melakukan
diterima adalah lebih kecil bahkan persentase pekerjaan ekstra secara sukarela, menghindari
yang merasa sangat senang hanya berkisar 10%. konflik yang tidak perlu, menunjukkan perhatian
Perasaan puas bekerja sebagai perawat lebih pada kepemilikan organisasi.
banyak karena rasa senang terhadap pekerjaan itu
sendiri, kesempatan memperoleh promosi, 5. Hubungan Kompensasi terhadap
kondisi lingkungan kerja dan rekan kerja. Kinerja Karyawan.
Perawat dengan komitmen tim yang tinggi Hipotesis yang menyatakan bahwa
maka kepuasan kerja perawat secara signifikan kompensasi berpengaruh secara langsung
akan menampilkan tingkat Organizational terhadap kinerja karayawan teruji. Hal ini
Citizenship Behavior (OCB) yang lebih tinggi dibuktikan oleh hasil uji koefisien jalur dengan
juga. Pihak rumah sakit dapat menaikkan probabilitas (p) yang bernilai lebih kecil dari 0,05
Organizational Citizenship Behavior (OCB) yang berarti signifikan. Artinya kompensasi
Dini Fitrianasari, dkk. - Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..| 21

mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap merupakan sesuatu yang bersifat individual.
kinerja perawat. Besarnya koefisien path (beta) Setiap perawat akan memiliki tingkat kepuasan
sebesar 0,270 mengindikasikan pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
kompensasi terhadap kinerja perawat adalah yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi
positif. Artinya persepsi terhadap kompensasi penilaian terhadap pekerjaan dirasakan sesuai
terkait dengan kesesuaian imbalan finansial dan dengan keinginan perawat, maka makin tinggi
non finansial yang mendapat tanggapan positif kepuasannya terhadap pekerjaan tersebut.
akan menjadi faktor pendorong semakin Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi
tingginya kinerja perawat. yang menggambarkan seseorang atas perasaan
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang sikapnya senang atau tidak senang, puas atau
telah dilakukan oleh Widyamini dan Hakim tidak puas dalam bekerja. Tingkat kepuasan yang
(2008) serta Lewa (2005) kompensasi adalah dirasakan oleh perawat sangat sensitif
salah satu faktor penentu kinerja. Secara khusus hubungannya dengan kinerja. Dalam beberapa
pada penelitian Lewa (2005) juga menerangkan kajian teori faktor gaji menjadi komponen
bahwa selain kompensasi, kepemimpinan dan penting untuk mengukur kepuasan perawat.
lingkungan kerja fisik juga berkontribusi Mediasi kepuasan kerja terhadap kinerja
signifikan untuk meningkatkan kinerja. karyawan yang bersumber dari kompensasi
Beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh manarik. Hasil analisis koefisien path pengaruh
manajemen rumah sakit antara lain, perawat akan kompensasi terhadap kinerja karyawan melalui
mendapatkan tunjangan tunjangan dan kepuasan kerja karyawan diperoleh dari hasil kali
jaminan-jaminan sosial bagi perawat antara lain antara koefisien path pengaruh langsung antara
yang diberlakukan dalam organisasi rumah sakit variabel kompensasi terhadap kepuasan kerja
antara lain : karyawan dengan koefisien path pengaruh
langsung antara variabel kepuasan kerja
Tunjangan jabatan karyawan terhadap kinerja perawat. Karena
Kesehatan ( pegawai opname, istri kedua pengaruh langsung adalah signifikan,
melahirkan) maka path pengaruh tidak langsung juga
6. Hubungan Kepuasan Kerja terhadap signifikan. Maka terdapat cukup bukti empiris
Kinerja Karyawan. untuk menerima hipotesis bahwa kompensasi
Hipotesis yang menyatakan bahwa berpengaruh secara tidak langsung terhadap
kepuasan kerja berpengaruh secara langsung kinerja karyawan melalui kepuasan kerja
terhadap kinerja karyawan teruji. Hal ini karyawan.
dibuktikan oleh hasil uji koefisien jalur dengan Perawat selalu menginginkan sistem
probabilitas (p) yang bernilai lebih kecil dari 0,05 pembayaran dan kebijakan promosi yang adil,
yang berarti signifikan. Artinya kepuasan kerja tidak bermakna ganda dan sesuai dengan harapan
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mereka. Ketika pembayaran dipandang adil
kinerja perawat. Besarnya koefisien path (beta) berdasarkan tuntutan pekerjan, level ketrampilan
sebesar 0,172 mengindikasikan pengaruh individu dan standar upah yang berlaku maka
kepuasan kerja terhadap kinerja perawat adalah kepuasan yang tinggi akan muncul. Para perawat
positif. Artinya persepsi terhadap kepuasan kerja akan mencari kebijakan dan praktik promosi
terkait dengan rasa senang pada berbagai aspek yang adil. Promosi memberikan peluang untuk
pekerjaan yang mendapat tanggapan positif akan pertumbuhan pribadi, peningkatan tanggung
menjadi faktor pendorong semakin tingginya jawab, dan kenaikan status sosial. Jika seluruh
kinerja perawat. perawat menganggap keputusan promosi jabatan
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dalam manajemen rumah sakit dibuat secara
telah dilakukan oleh Muhadi (2007) dan Syaiin terbuka dan adil, maka akan berpeluang untuk
(2008) bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif meraih kepuasan dalam pekerjaan mereka.
dan signifikan terhadap kinerja, hal ini 7. Implikasi Teoritis
mengandung pengertian bahwa kinerja dapat
Penelitian ini mengembangkan dan
ditingkatkan apabila kepuasan kerja atas
menjelaskan pola hubungan, kompensasi
pekerjaan perawat dirasakan telah terpenuhi.
terhadap kepuasan kerja perawat, Organizational
Sehingga kepuasan kerja merupakan variabel
Citizenship Behavior (OCB) dan kinerja yang
yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja
terkait dengan manajemen sumber daya manusia.
perawat. Kepuasan kerja pada dasarnya
22 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 7 N o . 1

Model konseptual penelitian ini dikembangkan perawat maka akan semakin tinggi pula
dalam upaya meningkatkan implementasi kepuasan kerja yang dirasakan perawat .
kebijakan dalam suatu organisasi bisnis. 2. Kompensasi finansial maupun non finansial
Penelitian ini mendukung beberapa penelitian yang dirasakan sesuai dengan harapan
sebelumnya. Hasil penelitian ini diharapkan perawat akan dapat menguatkan
dapat memperkuat teori-teori yang berasal dari Organizational Citizenship Behavior (OCB)
perilaku organisasi maupun sumber daya perawat. Artinya perilaku perawat dalam
manusia, menjalankan kerja di rumah sakit tertanam
8. Keterbatasan Penelitian rasa ingin membantu atau mengutamakan
orang lain, berdisiplin atau patuh, berperilaku
Ada beberapa keterbatasan dalam baik terhadap organisasi, baik dan sopan
penelitian ini, meliputi: terhadap orang lain dan sportif akan semakin
1. Penelitian ini hanya melibatkan karyawan menguat apabila kompensasi yang diterima
dari bagian medis terbatas pada perawat, sesuai dengan harapan. Hubungan dua
sedangkan dokter, penunjang medis dan non variabel ini mempunyai arah positif dimana
medis tidak diteliti. Kinerja rumah sakit semakin tinggi kompensasi yang diterima
secara keseluruhan akan ditunjang oleh perawat maka akan semakin kuat
ketiga bagian ini. Organizational Citizenship Behavior (OCB)
2. Tidak semua responden memperoleh perawat .
penjelasan secara mendetail dari peneliti, 3. Perasaan senang atas pembayaran, pekerjaan,
sehingga jawaban yang dipersepsikan oleh proses promosi, kondisi lingkungan kerja
responden atas kuisioner yang diberikan serta rekan kerja yang mencerminkan
dimungkinkan dapat menimbulkan bias kepuasan kerja perawat akan menguatkan
tertentu dalam penelitian. Organizational Citizenship Behavior (OCB)
3. Masih terdapat konstruk atau variabel lain perawat perawat. Artinya kepuasan kerja
yang berpengaruh berkaitan dengan dengan berpengaruh secara bermakna terhadap
kepuasan kerja perawat, Organizational Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Citizenship Behavior (OCB) dan kinerja perawat. Kepuasan kerja dan Organizational
perawat yang perlu dipertimbangkan untuk Citizenship Behavior (OCB) perawat
kajian lebih lanjut. berhubungan positif yang artinya semakin
4. Penelitian ini hanya dilakukan di rumah sakit tinggi kepuasan kerja perawat maka semakin
umum swasta yang mungkin tidak dapat kuat pula Organizational Citizenship
mewakili rumah sakit lain secara Behavior (OCB) perawat. Terdapat dua
keseluruhan, karena keterbatasan waktu dan faktor penentu Organizational Citizenship
dana yang dimiliki peneliti. Behavior (OCB) perawat yaitu kompensasi
dan kepuasan kerja, pengaruh dominan
bersumber dari kepuasan kerja perawat.
KESIMPULAN DAN SARAN 4. Perilaku perawat dalam menjalankan kerja di
rumah sakit dengan perasaan yang sangat
Kesimpulan kuat untuk membantu atau mengutamakan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai orang lain, berdisiplin atau patuh, berperilaku
pengaruh kompensasi terhadap kepuasan kerja, baik terhadap organisasi, baik dan sopan
OCB dan kinerja karyawan di Rumah Sakit terhadap orang lain dan sportif akan semakin
Umum Darmayu Ponorogo dapat diperoleh meningkatkan kinerja perawat. Hubungan
beberapa kesimpulan sebagai berikut: dua variabel ini mempunyai arah positif
dimana semakin tinggi kompensasi yang
1. Kompensasi finansial maupun non finansial
diterima perawat maka akan semakin kuat
yang dirasakan sesuai dengan harapan
Organizational Citizenship Behavior (OCB)
perawat akan dapat meningkatkan kepuasan
perawat . Terdapat tiga faktor penentu kinerja
kerja perawat. Artinya kompensasi
perawat yaitu kompensasi, kepuasan kerja
berpengaruh secara bermakna terhadap
dan Organizational Citizenship Behavior
kepuasan kerja perawat. Hubungan dua
(OCB) perawat, pengaruh dominan
variabel ini mempunyai arah positif dimana
bersumber dari Organizational Citizenship
semakin tinggi kompensasi yang diterima
Behavior (OCB) perawat.
Dini Fitrianasari, dkk. - Pengaruh Kompensasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..| 23

5. Kompensasi finansial maupun non finansial melibatkan variabel dan indikator yang
yang dirasakan sesuai dengan harapan belum tercakup sehingga bisa menambah
perawat akan dapat meningkatkan kinerja hasanah ilmu pengetahuan khususnya
perawat. Artinya kompensasi berpengaruh dibidang pengembangan sumber daya
secara bermakna terhadap kinerja perawat. manusia.
Kompensasi dan kinerja perawat
berhubungan positif yang artinya semakin
tinggi kompensasi yang dirasakan perawat DAFTAR PUSTAKA
maka semakin tinggi pula kinerja perawat. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
6. Perasaan senang atas pembayaran, pekerjaan, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.
proses promosi, kondisi lingkungan kerja Rineka Cipta. Jakarta.
serta rekan kerja yang mencerminkan Asad, Moh. 2004. Psikologi Industri. Edisi ke empat.
kepuasan kerja perawat akan meningkatkan Liberty. Yogyakarta.
kinerja perawat. Artinya kepuasan kerja
Becker, B. E. and Huselid, M. A.. 1998. High
berpengaruh secara bermakna terhadap
Performance Work Systems and Firm
kinerja perawat. Kepuasan kerja dan kinerja Performance: A Synthesis for Research and
perawat berhubungan positif yang artinya Managerial Implications. In G.R. ferris (Ed),
semakin tinggi kepuasan kerja perawat maka Research in Personnel and Human Resources
semakin tinggi pula kinerja perawat. Management. Vol. 16: 53-101. Greenwich, CT:
JAI Press.
Saran Fatdina. 2009. Peran Dukungan Organisasi yang
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa dirasakan Karyawan sebagai Mediator Pengaruh
saran yang dapat dikemukakan pada tesis ini Keadilan Prosedural terhadap Perilaku
adalah: Kewarganegaraan Organisasi. Humanitas. Vol. 6
No. 1.
1. Dalam upaya peningkatan kinerja pada
perawat di Rumah Sakit Umum Foote, David A and Li, Ping Tang Thomas. 2007. Job
Satisfaction and Organizational Citizenship
Darmayu Ponorogo, kompensasi perlu
Behavior (OCB), Does Team Commitment make
lebih ditingkat lagi karena dengan a Vitterene in Self Directed Teams?. Journal
kompensasi yang telah dirasakan tinggi of. Management Decision. Vol 46. No 6. P.P.
akan lebih meningkatkan kinerja 933-947. www.emeraldinsight.com/0025-
perawat. Evaluasi kompensasi terutama 1747.htm.
pada kompensasi finansial baik dari gaji Garay, Hannah dara Vanzuela. 2006. Kinerja Extra
maupun insentif dan tunjangan agar bisa Role dan Kebijakan Kompensasi. Kajian Bisnis
dianggarkan untuk dinaikkan. Kebijakan dan Manajemen Sinergi. Vol 8 No 1.
terkait kompensasi finansial bisa
Gibson, J.L. 2003. Struktur Organisasi dan
dirumuskan kembali sehingga dapat
Manajemen Erlangga. Jakarta.
melingkupi azas keadilan dan kelayakan
kompensasi. Kelana, Ludy. 2000. Pengaruh Kepuasan Kerja dan
2. Kepuasan perawat perlu dipertahankan Komitmen Organisasi terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB). Sinergi, Kajian
bahkan perlu ditingkatkan karena
Bisnis dan Manajemen, vol. 11, No. 1, Hal. 59-
kepuasan perawat terbukti akan 75.
meningkatkan kinerja perawat. Pimpinan
bisa mengadakan pembinaan lebih baik Luthans, Freed and Stajkovic, Alexander D. 1999.
lagi sehingga kepuasan perawat yang Reinforce for Performance: The Need to go
Beyond Pay and Even Rewards. The Academy of
dimiliki perawat akan dapat
Management Executive. Vol 13. No2. P.P 49-57.
meningkatkan kinerja perawat.
Keterbatasan manajemen rumah sakit Mathis, Robert L and Jackon, John H. Human
dalam menyediakan kompensasi finansial Resource Management-Manajemen Sumber Daya
Manusia. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.
yang sesuai harapan perawat bisa
diimbangi dengan penyediaan sarana Mondy, R Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya
prasarana lingkungan kerja yang Manusia. Edisi ke sepuluh Jilid 2. Erlangga.
menyenangkan. Jakarta.
3. Bagi peneliti berikutnya disarankan agar Muhadi. 2007. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja
mengembangkan penelitian ini dengan terhadap Komitmen Organisasional dalam
24 | J u r n a l P r o f i t V o l u m e 7 N o . 1

Mempengaruhi Kinerja Karyawan (Studi pada Sharma, Jai Prakash and Bajpai, Naval. 2011. Salary
karyawan Administrasi Universitas Diponegoro). Satisfaction as an Antecedent of Job Satisfaction:
Tesis tidak diterbitkan. Universitas Diponegoro. Development of a Regression Model to
Murphy, Gregory and Athanasou, James. 2001. Job Determine the Linearity between Salary
Satisfaction and Organizational Citizenship satisfaction and Job Satisfaction in a Public and a
Behavior, a Study of Australian Human Service Private Organization. European Journal of Social
Professionalis. Journal of Managerial Sciences. Vol 18. No 3.
Psychology. Vol 17. No 4. P.P 287-297. Shokrkon, H and Naami, A. 2006. The Relationship of
www.emeraldinsight.com/0268-3946.htm. Job Satisfaction with Organizational Citizenship
Nawab, Samina and Bhatti, Komal Khalid. 2011. Behavior and Job Performance in Ahvas Factory
Influence of Employee Compensation on Workers. Journal of Education and Psychology.
Organizational Commitment and Job Satisfaction vol. 3, No. 2, PP. 39-52.
: a Case Study of Educational Sector of Pakistan. Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya
International Journal of Business and Social Manusia. Edisi III. Bagian Penerbitan STIE
Science. Vol. 2. No.8. Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Organ, D.W. 1988. Organizational Citizenship Swaminathan, Samanvitha dan Jawahar, P.
Behavior. Lexington, MA: Lexington Books.
Swanburg, R. C. 2000. Kepemimpinan dan
Podsakoff, P.M, Mackenzie, S.B, et al. 2000. Manajemen untuk Perawat Klinis. Alih bahasa
Organizational Citizenship Behavior. A Critical Suharyati Samba. EGC. Jakarta.
Review of Theoretical Emprical Literatrure and
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
Suggestions for Future Research. Journal of
Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Managemant, 26 (3): 513-563.
Sutrisno,Edy. 2009. Manajemen Sumber daya
Riduwan, dan Kuncoro, Engkos Achmad. 2008. Cara
Manusia. Kencana Perdana Media Group.
Menggunakan dan Memaknai Anaisis Jalur Path
Jakarta.
Analysis. Alfabeta. Bandung.
Widyatmini dan hakim, Luqman. 2008. Hubungan
Rivai, H. Veithzal. 2009. Manajemen Sumber Daya
kepemimpinan, Kompensasi dan Kompetensi
Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke
terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kota
Praktik. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Depok. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Nol. 13.
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. PT.
Organizational Behavior. Buku 1. Salemba
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Empat. Jakarta.

You might also like