Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No.

2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN


FISIKA BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL DAN
KETUNTASAN BELAJAR SISWA

Berry Frisky Apriliyani1), Wasis2), Z.A Imam Supardi3)


1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
2), 3)
Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Univesrtitas Negeri Surabaya
E-mail: berryabrisam2014@gmail.com

Abstract: This study aimed to describe feasibility of Physics learning materials developed oriented cooperative learning model
of think pair square type to improve social skills and master of learning outcomes in the learning of heat in senior high school
(SMA). Development is done based on the model of four-D. Learning materials developed consists of lesson plans, Student
Textbook, worksheets, achievement test and observation of social skills of students. The learning materials is tryout to the class
X SMA Kemala Bhayangkari I Surabaya in the second semester of the school year 2013/2014. The replication consist of three
classes namely X-A class, X-B class and X-C .One group pretest and postest design are used in the experiment. Descriptive
technique is used in data analysis. From data analysis of three classes replication show that the validation of learning material is
included to good category, the application of learning material is also good, learning activity close to students centered and
students respont learning acivity is postitive. Learning outcomes of X-A class, X-B class and X-C class is average 82 with,
medium category in normally gain score. The outcomes of students sosial skills in X-A class, X-B class and X-C class is 2.80
included to good category. Based on the data analysis it can be concluded that the Physics Learning Materials Oriented
Cooperative Learning Model of Think Pair Square Type for Improving Students Social Skills and Student Learning Master
feasible to be used in learning activity.

Key words: Cooperative Learning of Think Pair Square Type, Social Skills, and Mastery of Learning Outcomes

Abstrak: Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran Fisika berorientasi pembelajaran
kooperatif Think Pair Square untuk meningkatkan keterampilan sosial dan ketuntasan hasil belajar pada materi Kalor di SMA.
Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan model four-D tetapi hanya sampai tahap pengembangan
(develop). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari RPP, Buku Ajar Siswa, LKS, tes hasil belajar dan
pengamatan keterampilan sosial siswa. Perangkat pembelajaran tersebut diujikan terhadap siswa kelas X SMA Kemala
Bhayangkari I Surabaya pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 dengan replikasi 3 kelas yaitu kelas X-A, kelas X-B dan
kelas X-C. Rancangan yang digunakan pada penelitian adalah one group pre-test dan post-test design. Data hasil penelitian
dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian secara keseluruhan untuk 3 kelas replikasi menunjukkan bahwa validitas
perangkat pembelajaran yang dikembangkan berkategori baik, keterlaksanaan RPP berkategori baik, aktivitas siswa mengalami
peningkatan kearah yang berpusat pada siswa, siswa memberikan respon positif terhadap proses pembelajaran. Hasil belajar kelas
X-A, kelas X-B dan kelas X-C rata-rata sebesar 82 dengan dengan skor peningkatan (normal-gain) sedang,. Keterampilan sosial
siswa kelas X-A, kelas X-B dan kelas X-C rata-rata sebesar 2.80 dengan kategori mengalami kemajuan. Berdasarkan hasil
analisis data dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran Fisika Berorientasi Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Think
Pair Square dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa dan Ketuntasan Belajar Siswa layak digunakan dalam
pembelajaran.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Square, Keterampilan Sosial dan Ketuntasan Hasil Belajar.

I. PENDAHULUAN mahasiswa kita, bahkan orang dewasa sangat


Bangsa Indonesia masih dihadapkan pada memprihatinkan seperti perilaku-perilaku kekerasan,
permasalahan multidimensi yang menyentuh berbagai pemaksaan kehendak, pengrusakan, konflik antar
tatanan kehidupan mendasar manusia sampai saat ini. kelompok serta tawuran. Sesungguhnya dalam
Bukan hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, namun menghadapi kondisi yang demikian, pendidikan dapat
juga aspek sosial, budaya dan akhlak. Krisis pada aspek memberikan kontribusi yang cukup besar.
sosial khususnya sudah sampai pada bentuk yang cukup Pendidikan pada hakekatnya usaha sadar untuk
memprihatinkan. Beberapa perilaku sosial siswa dan menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 579
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa saat mengerjakan latihan yang terdapat dalam buku
yang akan datang yang semakin rumit, cepat berubah sumber, masih terdapat siswa yang mengerjakannya
dan sulit diprediksi. Keadaan ini membawa dampak dengan menebak saja tanpa mau membacanya terlebih
persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan hidup dahulu; jika ditanya contoh dalam kehidupan sehari-
yang layak, dimana mereka yang lebih kompetitiflah hari, maka siswa akan memberikan jawabannya sesuai
yang dapat bertahan dan mendapatkan kemudahan. dengan yang diberikan guru; masih adanya siswa yang
Untuk menghadapi persaingan ini, pendidikan mengerjakan tugas secara asal-asalan; kemampuan guru
diharapkan mampu membekali peserta didik dengan dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang
berbagai kemampuan handal yang dapat dipergunakan menantang masih kurang; dan pembelajaran yang
sebagai pegangan untuk kehidupan yang lebih baik. dilaksanakan kurang bermakna dibuktikan dengan
Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 2013 tentang ketidaksiapan dalam kuis di akhir pembelajaran (Husna,
sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum 2013 bertujuan 2012).
untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki Berdasarkan pengamatan terhadap proses
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara pembelajaran IPA Fisika, dapat disimpulkan bahwa
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif perilaku berkarakter atau keterampilan sosial siswa
serta mampu berkontribusi pada kehidupan masih rendah. Melihat kondisi yang demikian, perlu
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban adanya model pembelajaran yang bisa mengatasi
dunia (Amri, 2013). masalah pendidikan yang telah diungkapkan di atas,
Pendidikan yang baik tidak semata-mata bertujuan terutama yang dapat meningkatkan kemampuan
mengasah kecerdasaan peserta didik saja, tetapi memecahkan masalah dengan keterampilan berpikir,
hendaknya juga ikut meningkatkan melatihkan karakter serta keterampilan sosial
kemampuan/keterampilan berpikir (thinking skills), siswa. Model pembelajaran yang dimaksud harus
mengubah pembentukan karakter (character building), memiliki syarat antara lain: dapat membuat siswa
watak, kepribadian dan keterampilan sosial siswa agar mampu mengkonstruksi pengetahuan, membuat siswa
menjadi lebih baik, sopan dalam tataran etika maupun mandiri dalam belajar, meningkatkan interaksi siswa,
estetika. Oleh Karena itu faktor keterampilan berpikir, melatih siswa untuk mengkomunikasikan idenya serta
perilaku karakter dan keterampilan sosial sangat penting meningkatkan pengetahuan siswa memecahkan
untuk membekali siswa dalam kehidupan sehari-hari. masalah. Dengan ciri-ciri yang dimiliki tersebut
Pendidikan karakter merupakan upaya yang harus diharapkan model pembelajaran itu akan berakibat pada
melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan peningkatan hasil belajar serta keterampilan
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekolah serta karakter/sosial siswa.
lingkungan masyarakat (Simamora, 2011). Penelitian yang telah dilakukan oleh Nurhayati
Pada kalangan siswa sekolah dasar dan menengah, Nufus (2012) di SMP Negeri 1 Sangatta Utara
seperti juga masyarakat pada umumnya gejala masalah menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dengan
pribadi dan sosial ini juga tampak dalam perilaku menggunakan model kooperatif Think Pair Share pada
keseharian. Sikap-sikap individualistis, egoistis, acuh materi bunyi yang dikembangkan layak dan valid serta
tak acuh, kurangnya rasa tanggung jawab, malas mampu untuk melatihkan keterampilan proses sains
berkomunikasi dan berinteraksi atau rendahnya empati siswa kelas VIII di sekolah tersebut namun belum
merupakan fenomena yang menunjukkan adanya terlihat dengan baik dalam melatihkan keterampilan
kehampaan nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari sosial pada siswa.
(Hairida, 2013). Cooperatif Learning merupakan suatu model
Permasalahan lain berdasarkan wawancara dan pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk
pengamatan dalam proses pembelajaran IPA-Fisika di mewujudkan kagiatan belajar yang berpusat pada siswa
SMA Kemala Bhayangkari terungkap bahwa (student oriented), mengembangkan keterampilan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat berpikir, meningkatkan perilaku berkarakter serta
teacher centered (terpusat pada guru); masih banyaknya keterampilan sosial tertutama untuk mengatasi
siswa yang membuat PR dengan cara menyontek; permasalahan yang ditemukan guru dalam
kurangnya insiatif siswa untuk bertanya kepada guru; mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama
masih banyak yang kurang teliti dalam mengerjakan dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
tugas; kecenderungan siswa hanya menerima materi pada orang lain. Model pembelajaran kooperatif
yang diajarkan, tanpa mau menelaah lebih dalam dan merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat
berkelanjutan; apabila ditanya guru, tidak ada yang mau digunakan guru setiap hari untuk membantu siswa
menjawab tetapi mereka menjawab bersamaan sehingga belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-
suaranya tidak jelas; masih terdapat siswa yang suka keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang
menertawakan temannya jika disuruh ke depan kelas; kompleks (Nur, 2011).
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 580
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Materi kalor merupakan pokok bahasan yang Pembelajaran Fisika Berorientasi Model Pembelajaran
diajarkan pada siswa SMA kelas X semester II (genap). Kooperatif Tipe Think Pair Untuk Meningkatkan
Kompetensi dasar dari materi ini adalah menganalisis Keterampilan Soaial dan Ketuntasan Belajar Siswa.
pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk
sehari-hari. Pokok bahasan tersebut memiliki banyak menghasilkan perangkat pembelajaran fisika model
informasi tentang fakta-fakta dalam kehidupan sehari- kooperatif tipe think pair sqaure yang valid, praktis,
hari, sehingga menarik dalam proses pembelajaran. dan efektif untuk melatihkan meningkatkan
Mempelajari materi tersebut dibutuhkan model keterampilan sosial dan ketuntasan belajar siswa
pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah
dengan pembelajaran kooperatif, yang mempunyai II. METODE PENELITIAN
beberapa keunggulan di antaranya siswa lebih banyak Penelitian ini merupakan penelitian
belajar dengan temannya, membantu siswa memahami pengembangan. Penelitian ini mengembangkan
konsep-konsep yang sulit, membantu siswa perangkat pembelajaran fisika SMA dengan model
menumbuhkan kemampuan kerjasama dan jiwa sosial kooperatif tipe Think Pair Sqaure untuk meningkatkan
mereka. keterampilan sosial dan ketuntasan belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif di dalamnya terdapat Penelitian pengembangan ini mengacu pada model
beberapa varian yang dapat diterapkan oleh guru. Salah model 4-D dari Thiagiarajan dalam Ibrahim (2002).
satu model pembelajaran yang sesuai untuk Tahapan-tahapannya adalah define (pendefinisian),
memperoleh pengetahuan Fisika yang baik dan untuk design (perancangan), develop (pengembangan), dan
mengatasi kelemahan dalam proses belajar mengajar disseminate (penyebaran). Perangkat pembelajaran
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair yang dihasilkan meliputi Rencana Pelaksanaan
Square yang merupakan modifikasi dari model Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS),
pembelajaran Think Pair Share yang dikembangkan buku ajar materi kalor, instrumen penilaian hasil belajar
oleh Anita Lie, dimana dalam model ini siswa diberikan dan instrumen keterampilan sosial siswa.
kesempatan untuk berbagi dengan yang lain, mengajar Subjek penelitian dari penerapan hasil
dan diajar oleh sesama siswa yang menjadi bagian pengembangan perangkat pembelajaran model
penting dalam proses belajar-mengajar. Melalui model kooperatif tipe think pair square pada materi kalor pada
pembelajaran kooperatif tipe berpikir-berpasangan- uji coba adalah siswa kelas X SMA Kemala
berempat ini diharapkan dapat membuat siswa lebih Bhayangkari I Surabaya tahun pelajaran 2013/2014.
aktif serta lebih terampil dalam mengembangkan Pada uji coba I melibatkan 12 siswa dan uji coba II
kecakapan/keterampilan berpikir, perilaku karakter dan sebanyak 84 siswa pada 3 kelas. Rancangan uji coba
keterampilan sosial serta menumbuhkan minat serta digunakan untuk mengujicobakan hasil pengembangan
motivasinya (Lie, 2002). perangkat pembelajaran fisika model inkuiri
Menurut peneliti, siswa SMA akan lebih antusias terbimbing. Rancangan penelitian menggunakan
di dalam belajar apabila dihadapkan langsung dengan rancangan one-group pretest-posttest design.
permasalahan yang dekat dengan keseharian siswa, Rancangan penelitian ini melibatkan satu kelompok
mengerjakan bersama-sama dengan teman sebayanya yang diobservasi pada tahap pretest (O1) yang
sehingga dapat dilatihkan keterampilan sosialnya sejak kemudian dilanjutkan dengan perlakuan tertentu (X) dan
dini. Oleh karena itulah peneliti tertarik untuk posttest (O2) (Prabowo,2002).
mengadakan penelitian dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Square di SMA.
O1 X O2
Peneliti berharap dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif Think Pair Square dapat
mendorong keaktifan sosial siswa dalam proses Dengan:
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar, sehingga O1 adalah uji awal (pretest) untuk mengetahui
materi yang diajarkan di kelas lebih mudah dipahami penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
dan dapat digunakan siswa untuk memecahkan masalah sebelum pembelajaran.
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Untuk dapat O2 adalah uji awal (posttest) untuk mengetahui
melaksanakan pembelajaran kooperatif Think Pair penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
Square, maka perlu dikembangkan perangkat sesudah pembelajaran.
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square yang X adalah perlakuan pembelajaran dengan
baik sesuai dengan langkah-langkah dalam model menggunakan perangkat pembelajaran model
pengembangan perangkat yang sesuai. inkuiri terbimbing.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan Langkah-langkah pengembangan perangkat
penelitian tentang Pengembangan Perangkat pembelajaran dideskripsikan pada Gambar 1.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 581
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
tes pengetahuan, intrumen keterampilan sosial siswa
Analisis kebutuhan menggunakan deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh
dianalisis dengan rata-rata skor tiap aspek.
Analisis siswa
2. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Pendefinisian
(define) Teknik analisis data keterlaksanaan pembelajaran
Analisis tugas Analisis menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Nilai
konsep dari keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
dua pengamat yang sudah memahami lembar
Perumusan tujuan pembelajaran
pengamatan secara benar, kemudian data diolah dengan
menghitung dengan menggunakan persamaan sebagai
Penyusunan tes
Perancangan
berikut:
(design)
Pemilihan media & pemilihan

format P= 100%

Desain awal perangkat pembelajaran
Pelaksanaan pengamatan masing-masing
Validasi perangkat pengamat memberikan penilaian (4: baik, 3: cukup
pembelajaran
baik, 2: kurang baik, dan 1: tidak baik). Kriteria
Revisi I penilaian yang diperoleh dengan membandingkan rata-
rata skala penilaian diberikan kedua pengamat dengan
Uji coba kriteria penilaian di bawah ini:
I
Pengembangan
Saran-Saran Data Ujicoba I (develop) 1.00 1.49 : Tidak baik
1.50 2.49 : Kurang baik
Analisis Data I
2.50 3.49 : Cukup baik
Revisi II
3.50 4.00 : Baik
Makalah (Ratumanan & Laurens, 2011)

Uji coba
3. Analisis Aktivitas Siswa
Teknik analisis data pengamatan aktivitas siswa
Saran-Saran Data Ujicoba II menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. untuk
memberikan deskripsi aktivitas siswa selama kegiatan
Revisi III Analisis Data II pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing. Data hasil pengamatan aktivitas siswa
TESIS
selama kegiatan pembelajaran dianalisis dengan
menggunakan persentase. Rumus persentase aktivitas
Gambar 3.1. Diagram alir rancangan pengembangan siswa dapat disajikan dalam bentuk persamaan berikut.
perangkat pembelajaran ( diadaptasi dari
= 100%
Ibrahim, 2002)
Keterangan :
Teknik pengumpulan data digunakan untuk P : persentase aktivitas siswa
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan fa : jumlah frekuensi kategori pengamatan
dapat digunakan dengan tepat sesuai tujuan penelitian. fb : jumlah frekuensi seluruh kategori
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pengamatan
penelitian ini adalah: (1) pengamatan; (2) tes; dan (3) (Nufus, 2010)
angket.
4. Analisi Ketuntasan Belajar Siswa
A. Teknik Analisis Data Data ketuntasan atau ketercapaian pembelajaran
Analisis hasil pengembangan perangkat siswa dinyatakan dalam persentase.
pembelajaran dan hasil ujicoba perangkat pembelajaran a) Ketuntasan Individual
fisika yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Sqaure dalam penelitian ini Pindividual
adalah sebagai berikut: jumlah indikator yang dicapai
1. Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran =( ) x 100%
jumlah seluruh indikator
Teknik analisis data validitasi perangkat
pembelajaran meliputi RPP, buku ajar, LKS, instrumen
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 582
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Hasil belajar individual dapat dikatakan tuntas jika 3: memuaskan, 2: mengalami kemajuan, dan 1:
memenuhi nilai ketuntasan minimum (KKM) yang memerlukan perbaikan). Kriteria penilaian yang
telah ditetapkan oleh sekolah yakni 2,66 dengan diperoleh dengan membandingkan rata-rata skala
kategori B- . Kategori ketuntasan belajar seluruh penilaian diberikan kedua pengamat dengan kriteria
siswa jika 75% memenuhi nilai KKM penilaian di bawah ini:
b) Ketuntasan Indikator D = 1.00 1.99 : memerlukan perbaikan
Satu tujuan pembelajaran tuntas apabila C = 2.00 2.99 : mengalami kemajuan
persentasenya siswa mencapai (P75%). B = 3.00 3.99 : memuaskan
A = 4.00 : sangat memuaskan
ketercapaian tiap indikator
P=( ) x 100%
skor indikator dalam KD N-gain menunjukkan peningkatan kemampuan
multi representasi fisika siswa sebelum dan setelah
c) Sensitivitas Butir Soal perlakuan.
Spost Spre
Untuk menghitung sensitivitas butir soal g
S max Spre
digunakan rumus sebagai berikut :
Dengan:
S=

= g : Nilai gain
Keterangan : Spost : Nilai posttest
S = Sensitivitas butir soal Spre : Nilai pretest
RA = Jumlah siswa yang menjawab benar pada Smax : Nilai maksimal
uji akhir (U2)
RB = Jumlah siswa yang menjawab benar pada Selanjutnya dari hasil perhitungan n-gain tersebut
uji awal (U1) kemudian dikonversi dengan kriteria sebagai berikut:
T = Jumlah siswa yang mengkuti tes Tabel 1. Kriteria normalized gain
PA = Proporsi jawaban benar Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain
PB = Proporsi jawaban benar uji awal 0.70 < N-Gain Tinggi
(Gronlund,1985) 0.30 N-Gain 0.70 Sedang
N-Gain < 0.30 Rendah
Butir soal memiliki sensitivitas 0,30 memiliki (Hake, 1999)
kepekaan yang cukup terhadap efek-efek pembelajaran.
Nilai positif yang semakin besar menunjukkan 1) Analisis untuk Data Respon Siswa
kepekaan butir soal terhadap pembelajaran juga Data tentang respon siswa diperoleh dari angket
semakin besar. (Aiken 1997). respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif
kualitatif. Data respon yang diperoleh digunakan
5. Analisis Keterampilan Sosial Siswa menindaklanjuti kegiatan pembelajaran dengan
Analisis data keterampilan sosial siswa dilakukan menggunakan model inkuiri terbimbing. Respon siswa
secara statistik deskriftif yaitu dengan pada pembelajaran ini berkategori positif apabaila
menvisualisasikan data persentase keterampilan sosial >70% siswa menyatakan tertarik pada pembelajaran dan
siswa dalam bentuk diagram batang. komponen-komponen pembelajaran di dalamnya.
Penguasaan keterampilan sosial dipresentasikan Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
dengan menggunakan rumus sebagi berikut :
= 100%


= 100% Keterangan:
P : Persentase skor respon siswa
Keterangan : : Jumlah siswa yang memilih jawaban Ya
P : Persentase aktivitas siswa atau Tidak
fa : Jumlah frekuensi rata-rat keterampilan yang : Jumlah siswa yang mengisi angket
muncul
fb : Jumlah frekuensi seluruh keterampilan
III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
yang diamati
A. Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran
(Nufus, 2010).
Hasil pengembangan perangkat pembelajaran
fisika model kooperatif tipe Think Pair Square yang
Pelaksanaan pengamatan masing-masing
dikembangkan valid untuk digunakan dalam
pengamat memberikan penilaian (4: sangat memuaskan,
pembelajaran fisika untuk meningkatkan keterampilan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 583


Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
sosial dan ketuntasan hail belajar siswa.
Keterlaksanaan RPP
1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

Jenis Perangkat
Rata-rata Hasil Validasi

RPP
BAS
LKS
Aspek terlaksana
THB
Gambar 5. Keterlaksanaan RPP di kelas X-A,Kelas X-
B dan Kelas X-C

Perangkat Pembelajaran Fisika Tabel 1. Keterlaksanaan RPP


Rata-rata Seluruh
Aspek yang
Gambar 2. Hasil validasi pengembangan perangkat No Pertemuan
Diamati
pembelajaran fisika X-A X-B X-C
I Pendahuluan 3.61 3.83 3.89
2. Keterbacaan Buku Ajar II Kegiatan Inti 3.73 3.78 3.82
Gambar/Ilustra
Kelas X-A, Gambar/Ilustra
Kelas X-B, Gambar/Ilustra
Kemenarikan Isi ,
Kelas X-C, Isi ,
Isi ,
Kelas X-B, ,
X-C, ,
,

III Penutup 3.50 3.67 3.50


Penampilan
Penampilan
Penampilan
89.29 X-A,

7.14Uraian , Kelas X-A,


X-B,
X-C,
Kejelasan
Kejelasan
Kejelasan
Kelas X-A,
Kelas X-B,

89.29
89.29
92.86
Kemenarikan
Kemenarikan

IV Suasana Kelas 3.94 3.89 4.00


85.71
82.14
Kelas
Kelas

Kelas
Kelas

Rata-rata Kelas 3.70 3.79 3.80


Uraian ,

,
,
Pertanyaan/Soal ,
Pertanyaan/Soal
Pertanyaan/Soal
X-C, ,
Uraian
Kelas X-A,

Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan


Kelas X-C,
14.29
Kelas X-B,

10.71
10.71
10.71
10.71

Pembelajaran (RPP) dapat dilihat dari hasil penilaian


Kesulitan

Kesulitan
Kelas
Kesulitan

keterlaksanaan yang diberikan dua pengamat.


Pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam
menerapkan tahap-tahap dalam pembelajaran yang
Kelas X-A Kelas X-B Kelas X-C
direncanakan sehingga dapat diukur efektivitasnya pada
Gambar 3. Keterbacaan BAS akhir pembelajaran. Pengamatan terhadap kegiatan
c) Keterbacaan LKS belajar mengajar pada tahap pendahuluan, guru
Gambar/Ilustra
Gambar/Ilustra
Gambar/Ilustra

memulai pembelajaran dengan berdoa, memotivasi


Kemenarikan Isi ,
Kelas X-C, Isi ,
Isi ,
Kelas X-B, ,
X-C, ,
,
Penampilan
Penampilan
Penampilan
89.29 X-A,

X-A,
X-B,
X-C,
Kejelasan
Kejelasan
Kejelasan

siswa dengan menyajikan fenomena, serta


Kelas X-A,
Kelas X-B,

92.86
92.86
89.29
Kemenarikan
Kemenarikan
89.29
82.14

mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Dalam hal


Kelas
Kelas

Kelas
Kelas
14.29UraianKelas

ini, guru memotivasi siswa untuk berkonsentrasi pada


Pertanyaan/Soal ,
Uraian ,

,
X-C, ,

Pertanyaan/Soal
Uraian

kegiatan belajar mengajar dengan menyampaikan


Kelas X-A,
Kelas X-A,

X-B,
Kelas X-B,

tujuan-tujuan pembelajaran dan memberikan gambaran


17.86
17.86

17.86

14.29
Kesulitan

Kesulitan
Kelas

fenomena dalam kehidupan sehari-hari sehingga


Kelas
Kesulitan

muncul rasa ingin tahu siswa, yang dapat terlihat dari


hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran pada
tiap RPP berkategori baik.
Kelas X-A Kelas X-B Kelas X-C Pada tahap kegiatan inti, dimana guru
menyampaikan informasi singkat tentang materi yang
Gambar 4. Keterbacaan LKS dipelajari, membagi siswa menjadi kelompok
berpasangan berempat, membagi buku dan LKS, serta
Semua keterbacaan BAS dan LKS mendapatkan melatihkan siswa dalam sintaks pembelajaraan
respon yang positif. kooperatif Think Pair Square dimana di dalamnya
terdapat kegiatan keterampilan sosial yang harus
B. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran dilaksanakan oleh siswa, yakni pada saat diskusi
1. Keterlaksanaan RPP kelompok dan presentasi kelompok menunjukkan rata-
rata keterlaksanaan pembelajaran dengan kategori baik

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 584


Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
sesuai dengan pendapat Arends (2008) bahwa Square untuk meningkatkan keterampilan sosial dan
pembelajaran kooperatif adalah memberikan ketuntasan hasil belajar siswa.Aktivitas siswa diamati
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
bekerjasama secara interdependen pada tugas yang menggunakan instrumen lembar pengamatan aktivitas
sama serta melalui penggunaan struktur reward siswa. Aktivitas siswa kelas X-A, kelas X-B dan Kelas
kooperatif, belajar saling menghargai. X-C selama mengikuti pembelajaran dikategorikan
Pada bagian penutup, membimbing siswa baik. Hal ini menunujukkan bahwa aktivitas
membuat kesimpulan, menugasi siswa mengerjakan pembelajaran telah menceminkan aktivitas yang sesuai
soal-soal yang disediakan sebagai pekerjaan rumah dengan tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe Think
menunjukkan rata-rata keterlaksanaan baik. Pair Square. Dalam pembelajaran Fisika berorientasi
Berdasarkan suasana kelas selama KBM berjalan model pembelajaran kooperatif Think Pair Square ini
dengan sesuai sintaks dan tujuan pembelajaran yang aktivitas yang menunjukkan keterlibatan aktif siswa
diharapkan, selama KBM cenderung berpusat pada meliputi melakukan percobaan, bekerjasama melakukan
siswa, dimana setiap fase di dalam pembelajarannya percobaan, berdiskusi, bertanya dan menangapi
diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa dapat pertanyaan, serta menyimpulkan. Sementara itu
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai aktivitas yang berupa mendengarkan/memperhatikan
dengan jalan berperan aktif, senada dengan Teori Zone penjelasan guru tidak menunjukkan keterlibatan aktif
of proximal development oleh Vygotsky siswa selama KBM.
mengemukakan bahwa proses pembelajaran akan Proses kegiatan pembelajaran, pada menit awal
terjadi jika siswa bekerja atau menangani tugas-tugas guru melakukan penjelasan konsep yang akan diajarkan
yang belum dipelajari, akan tetapi tugas-tugas tersebut dan memberi contoh masalah otentik dalam kehidupan
masih dalam jangkauan siswa tersebut. Zona sehari-hari, aktivitas siswa yang dilakukan adalah
perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru,
sedikit di atas daerah perkembangan siswa saat ini. mencatat, dan menjawab pertanyaan dari guru seputar
Aspek-aspek yang diamati dalam RPP meliputi kegiatan masalah otentik yang dikemukakan guru sebelumnya.
pendahulan, kegiatan inti, penutup serta suasana kelas Kemudian pada kegiatan inti siswa mulai melakukan
yang diajarkan oleh guru. Rata-rata hasil pengamatan aktivitas berlatih keterampilan proses melalui kegiatan
keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan yang eksperimen, siswa dalam kelompok berpasangan
dilakukan oleh pengamat pada suasana kelas termasuk berempatnya melakukan diskusi antar pasangannya atau
dalam kategori baik. bertanya kepada guru serta saling bekerjasama dalam
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelompok berempatnya yang telah ditentukan untuk
keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKS yang
(RPP) dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam terkait dengan penguasan konsep/pengetahuan dan
RPP terlaksana dengan baik di kelas X-A, kelas X-B saling menghormati pendapat teman. Hal ini sesuai
dan kelas X-C karena skor rata-rata yang diberikan dengan hasil penelitian Nufus (2012) yang menyatakan
pengamat berturut-turut sebesar 3.70, 3.79, dan 3.80. bahwa sikap atau aktivitas siswa dalam kegiatan
Hal ini menandakan bahwa RPP yang telah dibuat pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif Think
dapat terlaksana dengan baik. Sementara itu instrumen Pair Share sangat dipengaruhi oleh aktivitas guru dan
pengamatan keterlaksanaan RPP tergolong reliabel metode yang digunakan dalam pembelajaran.
karena reliabilitasnya lebih besar dari 75% berturut- Berdasarkan hasil analisis pengamatan aktivitas
turut yakni pada kelas X-A diperoleh nilai sebesar siswa diperoleh reliabilitas aktivitas siswa pada tiap-tiap
98,41%, di kelas X-B sebesar 98.64% dan di kelas X-C kelas replikasi yakni kelas X-A sebesar 96.71%, kelas
sebesar 99.09%. Menurut Borich (1994) kriteria X-B sebesar 97.66% dan kelas X-C sebesar 97.85%.
reliabilitas instrumen dikatakan baik apabila koefisien Data tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa untuk
reliabilitasnya 0,75 atau 75%. Secara umum sintaks tiap kelas tidak jauh berbeda dan pembelajaran Fisika
pembelajaran dengan menggunakan model ini dapat berorientasi model kooperatif Think Pair Square yang
dilaksanakan oleh guru sehingga perangkat dirancang guru sudah berpusat pada siswa (student
pembelajaran yang dikembangkan memberikan centered). Pembelajaran telah mampu menyebabkan
kemudahan bagi guru dalam melaksanakan siswa berperan aktif baik dalam bentuk mencatat,
pembelajaran dan memberikan kemudahan bagi siswa melakukan percobaan, bekerjasama, melakukan
untuk berhasil menyelesaikan pembelajaran dan percobaan, berdiskusi, bertanya dan menanggapi
meningkatkan keterampilan sosialnya. pertanyaan, serta menyimpulkan. Dalam pembelajaran
Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini adalah guru lebih berperan sebagai fasilitator yang
rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa selama membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajar.
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Selama proses pembelajaran siswa diberikan kebebasan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 585
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
untuk menemukan konsep secara mandiri sehingga sebaya yang berada pada zona perkembangan terdekat
pembentukan konsepnya lebih bermakna. Dengan (zone of proximal development); (4) Respon positif
demikian aktivitas yang memungkinkan siswa dapat siswa, yaitu siswa menyatakan bahwa materi ajar, Buku
membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Ajar Siswa, LKS dan suasana belajar termasuk menarik
Simamora (2011), aktivitas belajar yang tinggi dapat dan baru, siswa berminat dengan metode pembelajaran
meningkatkan hasil belajar siswa. Keefektifan yang diterapkan, siswa merasa terbantu dalam menggali
perangkat pembelajaran melalui implementasi dengan dan mengolah informasi secara efektif, efisien, kreatif,
tiga replikasi di kelas XA, XB, XC dilihat dari: dan siswa juga meras mudah dalam menjawab butir
Tes ini dilakukan untuk mengetahui penguasaan soal.
konsep siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan Berdasarkan teori motivasi, respon positif siswa
selama pembelajaran. Tes hasil belajar yang digunakan sangat penting baik motivasi intrinstik yang berupa
adalah berupa tes pilihan ganda dengan 20 butir soal materi ajar, Buku Ajar Siswa, LKS, suasana belajar
meliputi tes pengetahuan (kognitif). Tes dilakukan dua maupun motivasi ekstrinsik. Berdasarkan hasil data
kali yakni sebelum (pretest) dan sesudah (postest) yang diperoleh terdapat 5 siswa yang mendapatkan nilai
pembelajaran. Hasil analisis nilai evaluasi belajar yang kurang dari 70 yakni kelas X-A terdapat 2 orang siswa
diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang tidak/belum tuntas, kelas X-B terdapat 1 orang
menggunakan model pembelajaran Think Pair Square. siswa yang tidak/belum tuntas dan kelas X-C terdapat 2
Berdasarkan hasil perolehan data untuk kelas X-A orang siswa yang tidak/belum tuntas. Siswa yang belum
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan tuntas ini disebabkan karena kurang terlibat aktif dalam
menggunakan model kooperatif Think Pair Square pembelajaran sehingga respon terhadap pembelajaran
dengan menggunakan Buku Ajar Siswa (BAS) dan khususnya pada pembelajaran Fisika kurang/rendah,
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang telah kesulitan dalam belajar karena tingkat kemampuan nya
dikembangkan nilai rata-rata kelas sebesar 81.55, untuk rendah, hal ini terlihat dari wawancara dan daftar nilai
kelas X-B diperoleh nilai rata-rata ketuntasan kelas yang diberikan oleh guru Fisika. Oleh karena itu siswa
sebesar 82.61, dan untuk kelas X-C diperoleh nilai rata- yang tidak tuntas ini akan mendapatkan remidial sampai
rata ketuntasan kelas sebesar 82.14. Keberhasilan siswa menperoleh nilai yang sesuai dengan nilai kriteria
dalam menuntaskan pembelajaran disebabkan oleh minumum ketuntasan nya yakni > 70.
beberapa hal, yaitu: (1) ketersedian perangkat Hasil ketuntasan indikator pada saat pretest dan
pembelajaran utama, yang meliputi: LKS, Buku Ajar postest yang dapat diuraikan secara singkat bahwa
Siswa, dan lembar penilaian yang baik, hal ini didukung untuk tes pengetahuan (kognitif) saat pretest indikator
oleh hasil telaah/validasi perangkat pembelajaran yang tuntas adalah 0% dan pada saat posttest
tersebut yang memperoleh kategori baik dan reliabel; menunjukkan bahwa dari 20 tuntas. Berdasarkan Tabel
(2) kemudahan guru dalam pelaksanaan pembelajaran 4.30, soal THB yang terdiri dari 20 butir soal
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik; menunjukkan bahwa butir soal yang dibuat memiliki
(3) keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. sensitivitas baik dan peka. Pada penelitian ini diperoleh
Beradasarkan data aktivitas siswa, didapat bahwa nilai sensitivitas butir soal antara 0,33 0,58. Nilai
aktivitas siswa yang dominan adalah melakukan sensitivitas 0,30 berarti soal peka terhadap efek
percobaan, bekerja sama antar kelompok, bertanya, pembelajaran menurut Aiken dalam Samsuri (2009),
menyampaikan pendapat serta menanggapi dan sehingga butir soal yang digunakan pada penelitian
menghargai pendapat teman/kelompok. Aktivitas dapat dinyatakan peka terhadap efek pembelajaran.
tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Berdasarkan tes pengetahuan hasil belajar siswa
berpusat pada siswa. sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
Pembelajaran yang demikian memungkinkan menggunakan pembelajaran kooperatif Think Pair
siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri, Square didapatkan bahwa peningkatan skor penguasaan
guru hanya berindak sebagai fasilitator. Menurut Piaget pengetahuan adalah bersifat signifikan dimana jawaban
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran benar siswa pada posttest mengalami peningkatan. Hal
memudahkan mereka mengasimilasi dan ini membuktikan bahwa proses pembelajaran terlaksana
mengakomodasi informasi baru sehingga siswa mudah dengan baik. Sementara itu berdasarkan hasil
memahami fakta yang ada dalam pengalaman tersebut. perhitungan skor peningkatan (n-gain score) diperoelah
Lebih lanjut, Vygotsky dalam Nur (1998) menyatakan skor peningkatan untuk kelas X-A sebesar 0.60, pada
bahwa perkembangan dan pembelajaran terjadi dalam kelas X-B sebesar 0.64 dan pada kelas X-C sebesar 0.62
konteks sosial sehingga dalam pembelajaran hendaknya sehingga dapat dinyatakan bahwa skor peningkatan
siswa diberikan kesempatan terlibat secara aktif dengan rata-rata seluruh kelas tergolong sedang karena
komunitas sosialnya, melalui interaksi tersebut siswa memiliki skor 0,62 atau 62% (Savinainen & Scoot
akan membangun pengetahuannya dengan teman 2002). Sesuai dengan teori scaffolding oleh Vygotsky,
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 586
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa Hasil pengamatan keterampilan sosial, yakni
dan teman sebaya yang lebih mampu. Dengan cara ini menyumbang ide/pendapat, menghargai pendapat
pendekatan yang digunakan oleh teman sebaya, maka teman, dan bekerjasama dapat dinyatakan bahwa hasil
tugas kelompok lebih berhasil. Artinya bahwa siswa dari pengamatan secara umum mengalami peningkatan
tidak terlepas dari peran guru dalam memotivasi siswa dari pertemuan pertama hingga ketiga dengan kategori
sehingga tercipta lingkungan belajar yang efektif. Hal B yakni memuaskan. Skor rata-rata keterampilan sosial
ini menunjukkan bahwa pembelajaran model kooperatif dalam menyumbang ide/pendapat memperoleh skor
Think Pair Square yang diterapkan dalam pembelajaran 2,79 atau berada pada kategori mengalami kemajuan
Fisika materi kalor dapat meningkatkan penguasaan (baik), skor terendah memperoleh skor 2,00 (kurang
konsep siswa secara signifikan. baik).
a. Siswa merespon sangat positif hasil pengembangan Hal ini dapat dipahami karena siswa belum terlalu
perangkat dan pelaksanaan pembelajaran dengan aktif, masih ada rasa malu, sungkan atau takut dalam
model kooperatif tipe Think Pair Square. Hal menyampaikan ide/pendapat serta pertanyaan siswa
tersebut dapat dilihat dari hasil analisis data respon yang didiskusikan juga masih terbatas. Keterampilan
siswa sebanyak 87.04% siswa merespon dengan sosial dalam menghargai pendapat teman secara umum
kriteria sangat kuat. mengalami peningkatan dengan skor 2.81 atau berada
b. Penerapan sikap ilmiah yang meliputi karakter dan pada kategori memuaskan (baik), hal ini menunjukkan
keterampilan sosial karena didasari oleh salah satu pembelajaran semakin tertib, dan siswa dapat
tujuan pendidikan nasional yang ada dalam menghargai pendapat teman. Keterampilan sosial dalam
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan hal bekerjasama juga mengalami peningkatan skor rata-
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup rata sebesar 2.82. Hal ini berarti siswa mampu
sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, berkolaborasi, saling bantu membantu dalam
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu menyelesaikan permasalahan yang diajukan dalam
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, pembelajaran, namun demikian masih ditemukan
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Melalui beberapa siswa yang memperoleh skor 2,00 (kurang
penanaman sikap karakter dan keterampilan sosial baik) pada pertemuan pertama dapat dilihat dalam
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, bertujuan lampiran.
agar dapat mengaplikasikan sikap ilmiah tersebut Hal ini disebabkan karena siswa tersebut kurang
dalam kehidupan sehari-hari saat berinteraksi berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas, tetapi
dengan lingkungannya. Menurut Simamora (2012) pada pertemuan kedua dan ketiga sudah mengalami
dengan pendidikan karakter dan keterampilan sosial peningkatan bahkan pada pertemuan ketiga seluruh
yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, siswa menunjukkan perilaku yang sangat baik. Hal-hal
seorang anak akan cerdas tingkat emosinya. tersebut sesuai dengan pengamatan aktivitas siswa
Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam bahwa aktivitas siswa yang tidak relevan mengalami
mempersiapkan diri anak dalam kehidupan di masa penurunan. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan
yang akan datang. Keterampilan sosial siswa bahwa keterampilan sosial tercapai. Secara umum
diamati oleh dua orang pengamat terlihat pada perilaku berkarakter dan keterampilan sosial berada
gambar 6. pada kategori memuaskan, bahkan pada pertemuan
terakhir seluruh siswa berada dalam ketegori sangat
baik, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1)
berdasarkan data keterlaksanaan pembelajaran
diperoleh hasil bahwa umumnya sintaks pembelajaran
Persentase (%)

dapat terlaksana dengan baik. Pada sintaks tersebut


keterampilan sosial diskenariokan sehingga guru selalu
mengingatkan untuk melaksanakan kegiatan
percobaa/eksperimen dengan menerapkan perilaku
keterampilan sosial; (2) berdasarkan data pada aktivitas
siswa didapatkan hasil bahwa siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran dan menerapkan perilaku sosial seperti:
Kelas X-A Kelas X-B Kelas X-C menyampaikan pendapat, menghargai pendapat teman
A 2.51 2.62 2.57 dan bekerjasama; (3) berdasarkan data respon siswa
B 2.83 2.79 2.79 diperoleh hasil bahwa siswa sangat terbantu dalam
C 3.03
Rekapitulasi 3.04 3.09
Keterampilan Sosial mengembangan kamampuan berkomunikasi dan
bekerjasama. Model pembelajaran kooperatif Think
Gambar 6. Keterampilan sosial siswa Pair Square menunjukkan efektif untuk
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 587
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
mengembangkan keterampilan sosial, hal ini sesuai Aisah, Siti. (2013). Penggunaan model pembelajaran
dengan yang diungkapkan oleh Arends (2012) bahwa cooperative learning tipe think pair square
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk berbantuan kartu soal untuk meningkatkan
mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan instruksional aktivitas belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 5
penting, yaitu: kemampuan akademik, penerimaan Purworejo. e-Journal Radiasi. Vol.3 No.1.
terhadap individu, dan pengembangan keterampilan Tersedia
sosial. Sementara itu menurut Vygotsky, interaksi sosial Amri, Sofan. (2013). Pengembangan & model
siswa dengan memperbesar tingkat perkembangan pembelajaran dalam kurikulum 2013. Jakarta :
potensial siswa dan salah satu cara untuk melatih siswa Prestasi Pustaka Publisher.
agar terampil berkomunikasi adalah dengan melakukan Arends, R. (2008). Learning to teach. New York :
pengamatan baik melalui indera penglihatan, Mc.Graw Hill Companies Inc.
pendengaran, peraba yang merupakan salah satu Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar evaluasi pendidikan.
keterampilan proses sains; mempresentasikan hasil dari Jakarta: Bumi Aksara.
pengamatan, diskusi maupun kerja kelompok; Budiriyanto. (2013). Pengembangan perangkat
menyatakan ide/gagasan; menanggapi pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
pendapat/menjawab pertanyaan; mengajukan together (nht) untuk meningkatkan hasil belajar
pertanyaan. (Nur, 2008). Menurut Nufus (2011) model siswa pada materi kalor (Tesis Magister
pembelajaran kooperatif, efektif untuk mengembangan Pendidikan Tidak Dipublikasikan) Pps Universitas
keterampilan sosial siswa yang tidak dapat ditemukan Negeri Surabaya.
pada pembelajaran konvensional. Depdiknas. (2006). Peraturan menteri pendidikan
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan nasional republik indonesia no.22 tahun 2006
bahwa perangkat pembelajaran model kooperatif tipe tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar
Think Pair Square yang telah dikembangkan efektif dan menengah. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
untuk meningkatkan keterampilan sosial dan ketuntasan Dimyati dan Moedjiono. (2002). Belajar &
belajar siswa SMA pembelajaran. Jakarta : PT. Asdi Maha Satya.
Douglas C. Ginacoli. (1999). Fsika edisi kelima
IV. KESIMPULAN terjemahan. Jakarta : Erlangga.
Berdasarkan analisis, pembahasan dan temuan Felder, Richard M., and Brent, Rebecca. (2007).
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perangkat Cooperative learning. Internasional Journal.
pembelajaran Fisika berorientasi model pembelajaran Downloaded by Curtin Univ Tech on 28
kooperatif Think Pair Square yang dikembangkan Desember 2013. (Online).
layak, praktis, dan efektif untuk meningkatkan G.D. Borich. (1994). Observation skills for effective
keterampilan sosial dan ketuntasan belajar siswa. teaching. New York : McMilan Publishing
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil Company.
yang didapat, disarankan beberapa hal sebagai berikut: Gronlund, N.T. (1985). Castructing achievment test,
1. Pada proses pembelajaran berorientasi model Fifth Edition. Newyork: Prentice Hall Inc.
pembelajaran kooperatif Think Pair Square, guru Hairida. (2011). Assesmen otentik: menghadapi era
harus mengatur waktu seefektif mungkin, agar globalisasi (Menjawab tantangan internal dan
pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan eksternal pendidikan). Jurnal Visi Ilmu
tujuan yang telah ditentukan. Pendidikan. Vol. 5 No.2, pp. 417-431.
Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut Hake. (1999). Analyzing change/gain scores. (Online).
untuk pokok bahasan lain guna meningkatkan Tersedia http://www.
keterampilan sosial dan hasil belajar Fisika. physicsindiana.edu/sdi/Analyzing-Change-Gain.
pdf. Diakses 15 Desember 2013.
REFERENSI Halliday, D., Renick, R. & Walker, J. (1985).
Afrizon, Renol., Ratnawulan,.dan Fauzi, Ahmad. Fundamental of physics. Jhon Wiley dan Sons Inc.
(2012). Peningkatan perilaku berkarakter dan Hamalik,Oemar. (2003). Proses belajar mengajar.
ketrampilan berpikir kritis siswa kelas x mtsn Bandung : Bumi Aksara.
model pada mata pelajaran ipa-fisika Hartati, S. dan Sudarisman,S. (2011). Perbedaan
menggunakan model problem based instruction. pengaruh pembelajaran kooperatif tipe think pair
Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika. ISSN- share dan number head together terhadap prestasi
2252-3014. belajar biologi peserta didik kelas VIII di SMP
Aiken, L. (1997). Psycological testing and assesment, negeri 12 kota Magelang.(Online).
Ninth Edition. New York: McGraw Hill Hartati. (2014). Pengembangan perangkat
Company. pembelajaran kimia berbasis pendekatan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 588
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
keterampilan proses untuk meningkatkan untuk melatihkan keterampilan proses sains pada
penguasaan konsep dan keterampilan berpikir materi bunyi kelas VIII ( Tesis Magister
kritis siswa pada materi pokok koloid di SMA Pendidikan Tidak Dipublikasikan). Pps
(Tesis Magister Pendidikan Tidak dipublikasikan). Universitas Negeri Surabaya.
Pasca Sarjana Unesa. Nur, Mohamad. (2008). Teori-teori perkembangan.
Hasanah, Retno. (2001). Fisika Dasar I (Seri Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah.
Thermofisika). Surabaya: Unesa University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Husna. Ikhsan, M. dan Fatimah, Siti. (2013). Nur, Mohamad. (2011). Model pembelajar kooperatif.
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah Surabaya : Pusat Sains dan Matematika Sekolah.
dan komunikasi matematis siswa sekolah Universitas Negeri Surabaya.
menengah pertama melalui metode pembelajaran Nurkhasanah, Lina. (2013). Efektivitas pembelajaran
kooperatif think pair share. Jurnal Peluang kooperatif tipe two stay two stray (tpst) dan think
(Onlie). Vol. 1 No. 2 ISSN: 2302-5158. pp. 81-92 pair square (tpsq) melalui pemanfaatan peta
Ibrahim, M. (2002). Pengembangan perangkat konsep terhadap prestasi belajar siswa pada pokok
pembelajaran (modul pelatihan terintegrasi bahasan sistem koloid kelas XI SMAN 4
berbasis kompetensi guru mata pelajaran biologi Magelang tahun ajaran 2011/2012. Jurnal
SLTP). Jakarta : Depdiknas. Pendidikan Kimia (JPK).ISSN 2337-9995 Vo.2
Ibrahim, M. (2005a). Pembalajaran kooperatif. No.2 Tahun 2013.
UNESA. Surabaya : University Press. Permendikbud RI Nomor 65. (2013). Standar proses
Ibrahim, M. (2005b). Assesment berkelanjutan, konsep pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:
dasar tahapan pengebangsa dan contoh. Kementrian Pendidikan Nasional.
Surabaya: Unesa University Press. Permendiknas Nomor 22. (2006). Standar kompetensi
Isjoni. (2009). Cooperative learning efektifitas dan kompetensi dasar. Jakarta: Kementrian
pembelajaran kelompok. Bandung Pendidikan Nasional.
Johnson, D. W. and Johnson, R. T. (2002). Meaningful Prabowo, (2011). Metodologi penelitian (sains dan
assesment. a manageable and cooperative pendidikan sains). Surabaya: Unesa University
process. Boston: Allyn & Bacon. Press.
Junanto, T. (2010). Pengaruh pembelajaran kooperatif Sanjaya, Wina. (2007). Strategi pembelajaran
tipe student teams achievement divisions (stad) berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta :
dan think pair share terhadap prestasi belajar Kencana.
ditinjau dari sikap ilmiah. Jurnal Pendidikan Sears and Zamansky. (2002). Fisika universitas jilid I.
Matematika dan IPA. Online). Jakarta: Erlangga
Kardi, S. (2002). Pengembangan tes hasil belajar. Setiawan, Dwi Cahya. (2013). Penerapan model
Surabaya: University Press. pembelajaran kooperatif tipe think pair square
Kardi, S. (2008). Tujuan pembelajaran, perumusan dan dengan menggunakan lembar kerja siswa (lks)
penggunaannya. Surabaya: Program Pascasarjana berbasis pendidikan matematika realistic (PMR)
Universitas Negeri Surabaya. pada siswa kelas VIII SMP Al- Alawiyah
Kemendikbud. (2012). Pedoman penulisan tesis dan Kalikajar. Jurnal Pendidikan Matematika. ISSN
disertasi. Program PascaSarjana Unesa: Surabaya. 2337-4411. Vo. 5 No.1.
Kemendikbud. (2013). Standar kompetensi lulusan, Siburian, Ellyst R. (2012). Pengaruh penerapan model
kompetensi inti, dan kompetensi dasar pada pembelajaran berdasakan masalah terhadap
kurikulum 2013. Jakarta penguasaan konsep fisika fluida statis dan
Kemp, Jerold E. (1994). Designing effective instruction. kemampuan berpikir kritis siswa (Tesis Magister
New York. Mc Milan College Publishing Pendidikan Tidak Dipublikasikan). Pps
Company. Universitas Surabaya.
Kusuma, Febrian Widya., Aisyah, Mimin Nur. (2013). Simamora, A. (2012). Pengembangan perangkat
Implementasi model pembelajaran kooperatif pembelajaran fisika berorientasi model
think pair share untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran beradsarkan masalah dalam
belajar akuntansi siswa kelas XI SMA Negeri 2 meningkatkan keterampilan berpikir, berperilaku
Wonosari. Jurnal Pendidikan Akuntansi dan keterampilan sosial siswa (Tesis Magister
Indonesia (Online). Vol. X No. 2. Pendidikan Tidak Dipublikasikan). Pps
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta : PT. Universitas Surabaya.
Grasindo. Sobhani, A. (2012). The impact of cooperative
Nufus, Nurhayati. (2013). Pengembangan perangkat learning on oral proficiency. Journal of sosial
pembelajaran model kooperatif think pair share sciences (Online).
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 589
Model
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Sudarwanto. (2013). Hakekat pembelajaran fisika. SMP Negeri 3 Singaraja.e-Jornal Program
(Online). Tersedia Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Sutrisno, (1983). Fisika dasar: listrik magnet dan Jurusan Pendidikan Dasar. Vol. 3 Tahun 2013.
termofisika. Bandung: Institut Teknologi Bandung Widiastuti, Sussi. (2013). Implementasi peta konsep
Tan, Gabriel; Gallo, Patrick B; Jacobs, George M and menggunakan model pembelajaran kooperatif
Lee, Christine Kim-Eng. (1999). Using (TPS) sebagai cognitive diagnostic assesment
cooperative learning to intergrate thinking and (CDA). Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana
information technology in a content-based writing Universitas Negeri Surabaya, ISSN: 2088-177.
lesson. The Internet TESL Journal. Vol. V, No.8. Vol. 2 No. 1, pp. 36-41
Tanal, Zafer., dan Erol, Mustafa. (2008). Effect of Young, Hugh D & Freedman, Roger A. (2002). Fisika
cooperative learning on instructing magnetism: universitas edisi kesepuluh jilid I. Jakarta:
analysis of an experimented teaching sequences. Erlangga
Journal Physics Education. Zulfatni. (2004). Pengembangan perangkat
Tresnayanti, Ni Made Dwi; Lasmawan, I Wayan; dan pembelajaran model diskusi tps bahan hormon
Marhaeni, A.A.I.N. (2013). Pengaruh model manusia diimplementasikan pada SMP (Tesis
pembelajaran think pair square terhadap motivasi Magister Pendidikan tidak dipublikasikan). Pasca
berprestasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas VII Sarjana Unesa.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berorientasi 590


Model

You might also like